Anda di halaman 1dari 3

Nama : MOH.

Kanzi Ahsan Ade Sheva


NIM : 2398010946
Kelas : PGSD 5
Tugas 1.4: Argumentasi Kritis
Setelah membaca tulisan Ki Hadjar Dewantara dan melihat video Pendidikan Zaman Kolonial,
Anda membuat sebuah tulisan argumen kritis tentang:
Argumentasi kritis (minimum 300 kata dan maksimum 500 kata ) tentang gerakan transformasi
Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan
(Catatan Reviewer – mohon dielaborasi maksud dari argumen kritis, misalnya untuk
memberikan argumen kritisi itu membutuhkan referensi, data, fakta untuk membimbing
mahasiswa sehingga ketika Dosen memeriksa hasil kerja mahasiswa dapat melihat acuan
referensi yang disajikan)
Jawab :
Dari pidato Sambutan Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa dalam perjalanan pendidikan
memiliki semboyan yang mengandung filsafat dalam soal akulturasi dalam rangkaian asas
Tamansiswaan, yaitu Asas Tir-kon yang terdiri atas tiga asas (berawalan “kon"), sebagai
berikut :
1. Kontinyu artinya pengembangan yang dilakukan harus berkesinambungan, dilakukan
secara terus-menerus dengan perencanaan yang baik.
2. Konvergen artinya pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai
sumber di luar, bahkan dari praktik pendidikan di luar negeri.
3. Konsentris artinya pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan
kepribadian kita sendiri. Maka dari itu pendidikan di indonesia memiliki banyak
keberagamaan suku dan budaya tapi pendidikan memiliki kurikulum sehingga ada
capain dari setiap pembelajarannya yang selalu berubah menyesuaikan perkembangan
zaman.
Semua itu harus dilakukan agar pendidikan dapat merata kesemua warga negara Indonesia.
perjalanan Pendidikan Indonesia dari zaman kolonial hingga saat ini selalu bertranformasi bagi
guru untuk menyesuaikan dengan keadaan saat ini dimana pendidikan sudah berbasis digital.
Perjalanan Pendidikan zaman kolonial
Dalam sejarah Indonesia, Ki Hadjar Dewantara yang juga dikenal sebagai R.M Suwardi
Suryaningrat adalah pejuang yang bergerak untuk memerdekakan bangsanya melalui
pendidikan dan pengajaran rakyat bumiputera. Perhatian terhadap persoalan pendidikan
digelutinya selama masa pembuangan di negeri Belanda. Setelah pulang ke Tanah Air, ia
mendirikan perguruan Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang merupakan bentuk
kritikannya atas sistem pendidikan kolonial. Berbeda dengan sistem kolonial, sistem
pengajaran di Taman Siswa bertujuan mendirikan derajat rakyat terjajah dan membentuk jiwa
kebangsaan Indonesia. Tujuan ini memberikan gagasan-gagasan pendidikan Ki Hadjar
Dewantara dan Taman Siswa khususnya sebagai bagian gerakkan rakyat Hindia Belanda
menentang kolonialisme.

Perjalanan Pendidikan setelah kemerdekaan


Pada awal kemerdekaan tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 pembelajaran di sekolah-
sekolah lebih ditekankan pada semangat nasionalisme dan membela tanah air menurut Tim
Uny ( Fadli & Kumalasari, 2019). Proklamasi merupakan peristiwa yang luar biasa dimana hal
ini membuat bangsa ini tidak dijajah lagi dan menimbulkan hidup baru dibidang apa saja salah
satunya pada bidang pendidikan, perlu mencoba untuk mengubah sistem Pendidikan yang
dimana sesuai dengan suasana baru menurut Ahmadi ( Fadli & Kumalasari, 2019). Oleh karena
itu ada usaha perencanaan pada pendidikan serta pengajaran yang sudah dipersiapkan di hari-
hari terakhir penjajahan Jepang menjadikan modal dalam pedoman pertama di lapangan
pendidikan. Pendidikan masa awal kemerdekaan berlandaskan Pancasila yang merupakan
falsafah negara menurut Somarsono Moestoko (Fadli & Kumalasari, 2019).
Pada zaman kemerdekaan kondisi sosial politik sangatlah tidak stabil. Maka dari itu hal
tersebut sangat mempengaruhi pola dan dinamika pendidikan nasional saat itu, dan telah terjadi
beberapa kali perubahan arah dan orientasi pendidikan nasional. Pada saat itu tujuan
pendidikan berorientasi untuk usaha dalam menanamkan jiwa patriotisme dan lebih jauh yang
dimaksudkan untuk menghasilkan patriot-patriot bangsa yang rela berkorban demi bangsa dan
negaranya. (Syaharuddin & Susanto, 2019).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat era setelah kemerdekaan juga tidak hanya ditujuan
pendidikan saja, melainkan sistem susunan di sekolah hingga kurikulum juga turut mengalami
perubahan.

Perjalanan Pendidikan Abad 21


Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam Daryanto & Karim (2017) menyebut Abad
21 merupakan abad pengetahuan dimana informasi mudah tersebar dan teknologi berkembang
dengan pesat. Karakteristik Abad 21 ditandai dengan semakin bertautnya dunia ilmu
pengetahuan sehingga sinergi diantaranya menjadi semakin cepat. Daryanto & Karim (2017)
juga mengungkapkan bahwa perkembangan dunia Abad 21 ditandai dengan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi dalam segala bidang kehidupan. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemdikbud) Republik Indonesia juga merumuskan bahwa paradigma
pembelajaran Abad 21 ditekankan pada kemampuan peserta didik untuk mencari tahu dari
berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta
berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Kemdikbud telah mengadaptasi tiga konsep
pendidikan Abad 21 untuk mengembangkan kurikulum Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dalam mencapai tujuan tersebut. Konsep yang dimaksud adalah 21st century skills,
scientific approach dan authentic learningand authentic assessment, konsep tersebut kemudian
diadaptasi dengan tujuan mengembangkan pendidikan
menuju Indonesia Kreatif tahun 2045.

Dari semua itu seharusnya sebagai pendidik di era ini kita harus melanjutkan perjuangan para
pahlawan pendidikan kita dengan semangat untuk mensejahterakan kehidupan bangsa.
Kurikulum yang silih berganti untuk menyesuaikan perkembangan zaman. Kurikulum merdeka
adalah kurikulum terbaru di Indonesia saat ini, yang diharapkan dapat memfasilitasi peserta
didik sesuai minat dan bakatnya. Guru berperan sebagai fasilitator untuk membimbing serta
mengarahkan peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang maksimal.

Daftar Pustaka
Abdurrachman Surjomihardjo, Ki Hadjar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah
Indonesia Modern, Jakarta: PT Upima Utama Indonesia, 1986, Cet. 1., h. 148 Badan Standar
Nasional Pendidikan.2006.Panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah, Jakarta:PSNP
Fadli, M. R., & Kumalasari, D. (2019). Sistem Pendidikan Indonesia Pada Masa Orde Lama
(Periode 1945-1966). Agastya: Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya, 9(2), 157.
https://doi.org/10.25273/ajsp.v9i2.4168 García Reyes, L. E. (2013). Sisitem Pendidikan
Indonesia. Journal of Chemical
Syaharuddin, & Susanto, H. (2019). Sejarah Pendidikan Indonesia. In Program Studi Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat (Vol. 53, Issue 9)

Anda mungkin juga menyukai