Anda di halaman 1dari 15

EKSISTENSI

PESANTREN DI ERA
GLOBAL DAN 4.0

Dipresentasikan untuk memenuhi tugas terstruktur


KAPITA SELEKTA
PENDIDIKAN

Oleh:

Dwi Surya Dimas Sahbana : 2018.2267

Anfal Putra : 2018.2254

Dosen Pengampu

M. Zuhri, S.I.Q., M. Pd

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU


ALQURAN (STAI-PIQ) SUMATERA BARAT

2021M/1442H
1

PREFACE

First of all, the writer wants to express thanks to Allah SWT, because of
His bless and grace, the entitled ”the the existence of pesantren in the global era
and 4.0” can be finished on time.

This paper is a requirement to fulfill the assignment from Mr. M. Zuhri,


S.I.Q., M. Pd, the Capita Selecta Education lecture of STAI PIQ SUMBAR. The
writer also thanks to him for all the guidance to complete it.

In completing this paper, the writer faced many problems, but all the
problems could be passed. May Allah SWT give the blessing for them. Although
this paper has many deficiencies in the arrangement and explanation, the writer
hope that it can be used as a reference for the reader to understand the the the
existence of pesantren in the global era and 4.0.

Padang, Wednesday, Sept 29, 2021


2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu pilar utama yang menjadi kebanggaan umat Islam


adalah dibangunnya satu sistem perilaku yang menjadi modal dasar
seorang Muslim untuk menjalani hidup yaitu akhlaqul karimah. Namun
fakta menunjukkan, masih ditemukan perilaku menyimpang yang tidak
menunjukkan akhlaqul karimah dikalangan umat Muslim. Atas dasar
tersebut, pesantren tampil sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang konsen
dibidang pemberdayaan Umat khususnya mencetak manusia betaqwa dan
berakhlaq karimah tidak terkecuali di Era Revolusi Industri 4.0. Pesantren
harus selalu optimis karena selama ini pesantren secara konsisten terbukti
mampu membentengi setiap pribadi santri.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan kondisi ril pesantren.
2. Menjelaskan masalah yang dihadapi pesantren di era global dan 4.0.
3. Menjelaskan respon pesantren terhadap modernisasi pendidikan.
4. Menjelaskan strategi pengembangan pesantren menghadapi tantangan
era gobal dan 4.0.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui seperti apa kondisi ril pesantren.
2. Untuk mengetahui apa saja masalah yang dihadapi pesantren di era
global dan 4.0.
3. Untuk mengetahui respon pesantren terhadap modernisasi pendidikan.
4. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan pesantren
menghadapi tantangan era gobal dan 4.0.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi ril Pesantren.

Pondok Pesantren merupakan rangkaian kata yang terdiri dari


pondok dan pesantren. Kata pondok (kamar, gubuk, rumah kecil) yang
dipakai dalam bahasa Indonesia dengan menekankan kesederhanaan
bangunannya. Ada pula kemungkinan bahwa kata pondok berasal dari
bahasa arab “funduk” yang berarti ruang tempat tidur, wisma atau hotel
sederhana.

Pendidikan, dalam arti yang luas telah ditempatkan sebagai bagian


dari misi pokok Nabi Saw. dalam mengajarkan dan menyebarkan risalah
yang dipikulkan Allah Swt. padanya. Hal ini terlihat dengan wahyu yang
pertama diturunkan kepada Nabi Saw. yang dimulai dengan iqra’
( perintah membaca)1,Maksudnya, Islam menegaskan bahwa proses
pendidikan sudah terjadi sejak awal adanya manusia, meskipun bukan
dalam bentuk yang seperti kita lihat dan alami sekarang. Berbicara
mengenai akar sejarah pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan
dari pesantren, karena pesantren dianggap sebagai sistem pendidikan asli
Indonesia.2 Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua
yang memiliki keunikan tersendiri. Dunia pesantren sarat dengan aneka
pesona, keunikan, kekhasan dan karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki
oleh institusi lainnya sehingga wajar jika dikatakan pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam pertama dan khas pribumi yang ada di
Indonesia pada saat itu.

Cuman pada saat sekarang masih kita temui kondisi pesantren yang
Sarana dan prasarana penunjang yang terlihat masih kurang memadai.
1
Abd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam dalam Pembangunan, (Ujungpandang:
Yayasan al Ahkam, 1997), hlm. 25
2
Mastukki, Sinergi Madrasah dan Pondok Pesantren: Suatu Konsep Pengembangan
Mutu Madrasah, (JakartaAbd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam dalam Pembangunan,
(Ujungpandang: Yayasan al Ahkam, 1997), hlm. 25
4

Selama ini, kehidupan pondok pesantren yang penuh kesederhanaan dan


kebersahajaannya tampak masih memerlukan tingkat penyadaran dalam
melaksanakan pola hidup yang bersih dan sehat yang didorong oleh
penataan dan penyediaan sarana dan prasarana yang layak dan
memadai.Sumber daya manusia.

Sekalipun sumber daya manusia dalam bidang keagamaan tidak


dapat diragukan lagi, tetapi dalam rangka meningkatkan eksistensi
dan peranan pondok pesantren dalam bidang kehidupan sosial
masyarakat, diperlukan perhatian yang serius. Penyediaan dan peningkatan
sumber daya manusia dalam bidang manajemen kelembagaan, serta
bidang-bidang yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat,
harus menjadi prioritas pesantren.

Pesantren merupakan cikal bakal dari pendidikan Islam di


Indonesia yang didirikan karena tuntutan dan kebutuhan jaman. Pesantren
dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiah, yakni
menyebarluaskan dan mengembangkan ajaran Islam sekaligus mencetak
kader-kader ulama dan da’i.3 Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama
berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang
sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.Pesantren telah lama
menjadi lembaga yang memiliki kontribusi penting dalam ikut serta
mencerdaskan bangsa.

Sejak awal kehadiran pesantren dengan sifatnya yang lentur


ternyata mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat serta memenuhi
tuntutan masyarakat. Begitu juga pada masa kemerdekaan dan
pembangunan, pesantren mampu menampilkan dirinya berperan aktif
mengisi kemerdekaan dan pembangunan, terutama dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Pergerakan arus
globalisasi yang semakin hari semakin cepat berkembang, mengharuskan
pesantren untuk melakukan perubahan dan perkembangan agar bisa
mempertahankan eksistensinya di masyarakat. Ditambah lagi dengan
kemunculan istilah revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan semakin
3
Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan
Islam di Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2001), hlm. 91
5

sentralnya peran teknologi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karenanya


pesantren harus mampu menyesuaikan diri pada era 4.0 ini, dimana pada
era ini semua aktivitas yang dilakukan berbasis digital, mulai dari digital
economy, artificial intelligence, big data, dan robotic. 4 hal ini tentunya
menjadi dasar pertama dan utama bagaimana output lulusannya menjadi
benteng utama pertahanan bangsa dan eksis likulli zaman wal makan.

B. Masalah yang dihadapi pesantren di era global dan 4.0.

Secara historis, pesantren sejak awal berdirinya tidak pernah diam


dalam menghadapi problem sosial keagamaan. Aktifitas pesantren dalam
merespon persoalan kontemporer telah dibuktikan semenjak masa-masa
awal kejayaannya. Keterlibatan pesantren dalam dunia kontemporer telah
dibuktikan oleh fakta sejarah yang tidak mungkin utuk dinafikan. Respon
pesantren terhadap permasalahan global misalnya:

Pertama, pesantren pernah merespon masalah tantangan global


dalam menghadapi kolonialisme bangsa barat yang ketika itu sedang
melakukan ekspansi ke negeri-negeri jajahannya, termasuk Indonesia.
Lembaga pendidikan pesantren dimasa kolonialisme tetap hidup dan
berkembang di atas kekuatan sendiri. Bahkan lembaga ini bagi pemerintah
Belanda, bukan saja dipandang tidak bermanfaat bagi tujuan-tujuan
kolonial, akan tetapi dipandang sebagai lembaga yang sangat berbahaya
dan mengancam upaya kolonialisme. Hal itu terjadi karena para Kyai di
pesantren selalu memberikan pengajaran kepada para santrinya untuk

4
Rahmat, Pendidikan Agama Islam Berwawasan Interdisipliner Sebagai Corak dan
Solusi Pendidikan Agama Islam Era 4.0, Jurnal Tribakti Vol. 30 No. 2 Juli 2019, hlm,350.
6

menintai tanah air (hub al wathan), serta menanamkan sikap patriotik,


meski awalnya merupakan lembaga pendidikan dalam bidang keagamaan.5

pesantren juga harus tetap perlu waspada terhadapa isu-isu


kontemporer yang membuat beberapa pesantren akhirnya kehilangan
kharismatiknya di muka masyarakat, lebih parah lagi kasus yang terjadi
dibeberapa persantren digenalisir sehingga berdampak kepada semua
pesantren di Indonesia seperti munculnya berbagai gerakan Islam yang
mempunyai jenis lain dengan wataknya yang ekstrim, keras dan kurang
toleran dalam menghadapi perbedaan, hal tersebut pada gilirannya menjadi
tantangan dakwah yang harus dihadapi oleh pesantren.

Era revolusi industri 4.0 juga menghadirkan wajah baru dalam


interaksi sosial masyarakat modern. Di era ini terjadi kompetisi yang
sangat ketat, baik secara individu maupun kelompok. Karena kompetisi
tidak hanya terjadi antara kelompok yang sama-sama kuat, tetapi juga
antara yang kuat dan yang lemah. Pergerakan informasi yang cepat dan
kompetisi yang ketat ini menjadi tantangan tersendiri bagi pesantren.
Pesantren sebagai institusi pencetak pemimpin masa depan dan pusat
pemberdaya masyarakat harus mampu mencetak generasi yang memiliki
sumber daya yang mapan yang dapat bersaing ketat dalam pentas global.
Oleh karena itu, pesantren harus dapat menghadapi era revolusi industri
4.0 yang pada awalnya merupakan tantangan dan rintangan menjadi
peluang emas bagi pembangunan masyarakat Indonesia. Tentunya,
pesantren harus berproses dan berubah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat global dengan tidak meninggalkan tradisi lama yang masih
dianggap baik.6

5
Samsurrohman Msi, Pesantren Dan Tantangan Arus Global, Dakwah Pesantren Di Era
Globalisasi. Jurnal Al-Qalam: Vol. XIII. PDF. hlm. 210

6
Muhammad Jamaluddin, Metamorfosis Pesantren di Era Globalisasi, (KARSA: Vol. 20
No. 1 Tahun 2012), hlm. 130
7

Selanjutnya, masalah yang harus diemban oleh pesantren adalah


berkaiatan dengan peningkatan mutu pendidikan dan dapat menjawab
tantangan zaman. Walapun sekarang Indonesia sudah mendapatkan
kemerdekaan bukan berarti pesantren lantas bebas dari masalah. Angin
segar yang dihembuskan era kemerdekaan atas dunia pendidikan telah
menyebabkan lembaga-lembaga pendidikan lainnya bermunculan dengan
leluasa. Sekolah-sekolah negeri maupun swata mendapat sambutan yang
baik dari masyarakat. Kehadiran sekolah-sekolah ini menjadikan harga
pesantren di hadapan masyarakat mulai turun. Pesantren dianggap tidak
lagi mampu menghadapi tantangan pembangunan di abad sains dan
teknologi.

Masalah selanjutnya adalah tantangan ekonomi. Perekonomian


masyarakat Indonesia berada pada tingkat yang sangat rendah, angka
kemiskinan makin meningkat, dan penghasilan makin jauh dari cukup
untuk memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, penciptaan kemakmuran
dirasakan amat mendesak, jika kita tidak mau ketinggalan oleh negara-
negara tetangga dengan segala akibatnya. Hal ini tidak hanya menuntut
peluang kerja baik disediakan oleh pemerintah maupun swasta, tetapi
bekal sumber daya yang memadai. Membangun masyarakat tidak selalu
dengan memberikan apa yang mereka butuhkan tetapi memberikan sesuatu
yang dapat mencapai apa yang mereka butuhkan.

C. Respon Pesantren Terhadap Modernisasi Pendidikan


Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pusat penyebaran
agama Islam. Pesantren hadir dan berkembang mulai masa-masa
permulaan Islam masuk ke Indonesia.7 Dahulu pelajaran dan kurikulum
yang digunakan pesantren pun masih tradisional, yakni hanya sebatas
mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam saja tanpa terdapat materi pelajaran
umum. Ilmu-ilmu yang diajarkan pun seperti: ilmu tafsir, fiqih, ushul fiqh,
tauhid, tasawuf, nahwu, dan sharaf. Semua pelajaran tersebut merujuk
7
Bashori, Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan
Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2017, hlm.50
8

pada kitab-kitab yang dikarang oleh ulama-ulama terdahulu (ulama abad


pertengahan).
Lembaga pendidikan yang terdapat di pesantren hanya sebatas
lembaga pendidikan non formal yang bersistem klasikal, dimana kenaikan
tingkat seorang santri ditandai dengan khatamnya kitab yang dipelajari
oleh santri tersebut.8Namun seiring dengan perkembangan zaman,
pesantren juga ikut berkembang secara signifikan. Hal ini dikarenakan
agar eksistensi pesantren di masyarakat selalu terjaga. Pesantren-pesantren
pada zaman sekarang mulai mendirikan lembaga-lembaga formal seperti
MI/ SD, MTs/ SMP, MA/ SMA/ MAK/ SMK, bahkan ada pesantren yang
memiliki perguruan tinggi. Pelajaran dan kurikulum yang digunakan juga
menyamakan dengan lembaga pendidikan pada umumnya.
Dan di era revolusi indistri 4.0 ini, pesantren juga harus mengalami
perubahan, salah satunya di bidang kurikulumnya. Pesantren harus bisa
menyesuaikan kurikulum pendidikan karena di era 4.0 ini masyarakat akan
hidup dengan serba digital. Hal ini dimaksudkan agar lulusan pesantren
juga bisa bersaing dengan lulusan-lulusan dari lembaga pendidikan umum
lainnya. Sebagaimana pernyataan Kiai Syamsuri yang dikutip dalam buku
Zamakhsyari Dhofier menyebutkan bahwa perubahan dan perkembangan
yang ada di pesantren bukan semata-mata menghapus semua tradisi yang
sudah ada, namun untuk menyelaraskan dengan yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Jadi pendidikan yang terdapat di pesantren, selain
mengajarkan ilmu agama juga mengajarkan ilmu umum, sehingga
nantinya mampu meneruskan pendidikan santri ke universitas-universitas
negeri.
Namun selain itu, para santri juga dididik untuk mampu membaca
kitab-kitab kuning dan menyebarkannya dimasyarakat. Sehingga ketika
mereka kelak bisa meneruskan ke tingkat yang lebih tinggi dan bisa
memegang jabatan-jabatan penting seperti halnya menjadi pemimpin,

8
Samsul Nizar, Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara.
(Jakarta: Kencana, 2013). h lm. 116-117.
9

maka mereka akan menjadi pemimpin yang berpegang pada ajaran-ajaran


Islam dan melaksanakan kepemimpinannya sesuai dengan cara-cara Islam.
Mungkin sekilas perubahan dan perkembangan pesantren ke arah yang
lebih modern membuat pesantren melupakan tugas utamanya untuk
membentuk calon-calon ulama. Namun ketika dilihat lebih dalam lagi,
perubahan itu sama sekali tidak menghapus tujuan awal dari pesantren ini.
Sebagaimana yang diuraikan oleh Prof. Gibb yang mengatakan bahwa
dalam setiap kebudayaan yang telah mapan (termasuk kebudayaan Islam
di Indonesia – pesantren) akan selalu terdapat kecenderungan sikap atau
orientasi duniawiyah, baik itu secara terbuka maupun terpendam. Namun
pengertian dari sifat duniawiyah sendiri telah diartikan secara luas oleh
para ulama.
Sebagaimana yang disebutkan oleh kiai Syamsuri yang beliau
ambil dari kitab ta’lim al-muta’allim: “banyak perbutaan manusia yang
tampaknya bertalian dengan urusanurusan duniawi, tetapi karena niatnya
yang bagus, maka perbuatan tersebut diterima oleh Allah sebagai amal
akhirat. Tetapi banyak pula perbuatan manusia yang tampaknya bertalian
dengan urusan-urusan akhirat, tetapi karena disertai dengan niat yang
buruk, maka Allah tidak memberinya pahala yang sama”.
Pernyataan-pernyataan tersebut bisa dijadikan pedoman agar
pesantren melakukan perubahan dan perkembangan sesuai dengan
perubahan zaman yang ada. Hal ini agar lulusan pesantren bisa bersaing
dan iku andil dalam segala urusan duniawi terlebih di era revolusi 4.0 ini,
sehingga nantinya mereka menjadi penguasa yang memegang teguh
ajaran-ajaran Islam.

D. Strategi Pengembangan Pesantren menghadapi tantangan era global


dan 4.0
10

Era global dan 4.0 dimana semuanya sudah menggunakan


teknologi oleh karena itu dinamika masa depan pesantren tidak bisa
dipisahkan dari proses globalisasi. Sebaliknya justru eksistensi pesantren
masa depan sangat ditentukan oleh kemampuannya berintegrasi secara
kultural dengan sistem internasional yang ditandai dengan tata hubungan
yang semakin rasional, dinamis, dan kompetitif. Maka jelas, bahwa
keniscayaan untuk mengadakan pembaharuan dalam berbagai macam
aspek tidak bisa ditolelir lagi bagi pesantren sebelum mengetahui lebih
jauh peluang atau kemungkinan pesantren menjadi “centre of excellence”
bagi pengembang sains dan teknologi.

Lalu startegi yang harus dilakukan pesantren di era globalisasi dan 4.0
yaitu melakukan pembaharuan diberbagai bidang yaitu:

1. Pembaharuan Aspek Tujuan


Pada komponen ini, Tujuan pesantren harus ada sebelum melangkah
untuk mengerjakan sesuatu. Bila pendidikan dipandang sebagai suatu
proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan
akhir pendidik. Maka usaha yang tidak mempunyai tujuan tidaklah
mempunyai arti apa-apa. Berbicara tentang tujuan pendidikan maka
erat kaitannya dengan tujuan hidup manusia, karena pendidikan
hanyalah sebagai alat yang digunakan manusia untuk memelihara
kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai
masyarakat. Oleh karena itu, tujuan pendidikan pesantren harus
diarahkan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang sedang
dihadapi. Pembaharuan dalam aspek tujuan pendidikan di sini adalah
suatu perubahan baru terhadap tujuan pendidikan yang sengaja
dilakukan oleh Pesantren untuk dapat maju dan berkembang dalam
rangka menjawab tuntutan masyarakat yang selalu berubah dan sesuai
dengan kondisi zaman serta kompetitif ditengah-tengah globalisasi.
2. Pembaharuan Aspek Organisasi
11

Keberadaan pesantren dimanapun, pasti memiliki ciri tersendiri dan


keistimewaan khusus, demikian pula pada aspek organisasinya,
dimana pesantren memiliki struktur organisasi yang sudah pasti
berbeda antara yang satu dengan yang lain sesuai dengan kebutuhan
masing-masing, namun juga tidak dapat dipungkiri bahwa masing-
masing pesantren juga memiliki kesamaan-kesamaan yang menjadi ciri
umum struktur organisasi pesantren dan tampak adanya
kecenderungan perubahan yang sama di dalam menatap masa
depannya. Pembagian kerja antar unit-unit kerja sering kali kurang
tajam dan banyak terdapat kesamaan. Misalnya antar unit yang
mengurusi pendidikan dan pengajaran dengan unit yang mengurusi
pengajian, kehumasan, kemasyarakatan, kesantrian, dan sebagainya
sering kali mempunyai tugas yang sama. Seperti sama - sama
mempunyai program mengadakan pengajian, mengerahkan santri
untuk kerja bakti, memperbaiki jalanan, dan sebagainya. Namun tidak
tampak adanya pertentangan atau konflik diantara unit-unit yang
dimaksud, karena semua berlandaskan pada ketiga kata kunci tersebut,
sehingga corak kerja dalam pesantren bersifat kekeluargaan dan lebih
menekankan pada pentingnya human oriented dari pada target
oriented. Gaya kerja dalam struktur organisasi pesantren pada
umumnya masih merupakan garis lurus keatas, artinya setiap unit kerja
bergantung pada atasan langsung, keberhasilan kerja dalam struktur
organisasi pesantren secara keseluruhan merupakan penjumlahan dari
hasil masing - masing unit kerja, hubungan kerja antar unit kerja
bersifat co-acting bukan inter-acting.
3. Pembaharuan Aspek Kurikulum
Kurikulum pesantren secara signifikan berperan sebagai pedoman dan
landasan operasional bagi implementasi proses belajar mengajar di
kelas, lembaga pendidikan dan pelatihan. Hal tersebut diharapkan
dapat menimbulkan perubahan tingkah laku, sekaligus alat dan sarana
untuk mencapai tujuan pendidikan di pesantren.Bicara masalah
12

pembaharuan kurikulum, maka erat kaitannya dengan kebutuhan


manusia. Di mana kebutuhan manusia terus berubah, bertambah, dan
dinamis sesuai dengan tuntutan masa. Kalau ingin kurikulum sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan masa, maka seyogyanya diadakan
pembaharuan terus menerus.
4. Aspek Metode Pembelajaran Proses pendidikan
terjadi dalam lingkungan interaksi edukatif antara guru dengan murid
melalui metodologi. Pembaharuan metodologi berakar pada kenyataan
bahwa tidak ada metode mengajar yang lebih baik dan efektif karena
setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu,
metode yang digunakan dalam pengajaran sebaiknya tidak terbatas
pada satu metode atau beberapa metode saja, tapi harus disesuaikan
dengan kondisi santri dan pelajaran yang disampaikan sehingga
metode yang digunakan dapat mewujudkan tujuan pendidikan dengan
baik.
5. Pembaharuan Aspek Pendidik/Pengelola/SDM
Pendidik merupakan di antara komponen pendidikan yang harus
diperhatikan. Karena pendidik bertanggung jawab dalam pembentukan
pribadi santri. Seorang pendidik tidak hanya berfungsi sebagai
pengajar di kelas saja, melainkan harus mampu menciptakan suasana
pergaulan yang edukatif di luar kelas.
6. Pembaharuan Aspek Peserta Didik
Upaya ini dapat dilakukan dengan cara membenahi proses pendidikan.
Artinya, pembaharuan terhadap santri berawal dari pembaharuan
terhadap in-put (calon santri yang akan masuk) lewat penyeleksian
yang ketat. Lalu, dilakukan penggodokan dan pemantapan keilmuan
dalam kegiatan belajar mengajar (proses) di sekolah dan di asrama
untuk menghasilkan out-put yang diharapkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13

Era Revolusi Industri 4.0 cukup menimbulkan keprihatinan kita


bersama jika pribadi penerus bangsa menganggap Pendidikan Karakter
bukan lagi hal utama bagi mereka. Di sisi lain, Era Revolusi 4.0 selalu
menghadirkan perubahan-perubahan secara cepat yang sering sulit untuk
diikuti oleh masyarakat awam. Oleh sebab itu, pesantren harus mampu
memfungsikan dirinya sebagai lembaga dakwah yang secara terus menerus
mengedepankan terwujudnya substansi dakwah Islam yaitu akhlaq
alkarimah. Tantangan diatas harus menjadi warning bagi pesantren agar
dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang berbasis pendidikan
karakter, sehingga problem global seperti pemberdayaan ekonomi,
kesehatan, sosial kemasyarakatan tidak menjadi beban bagi dunia
pesantren saat ini. Pesantren harus selalu optimis karena sejarah pesantren
terbukti secara konsisten mampu membentengi setiap pribadi santri
terhadap derasnya budaya Barat yang masuk ke Indonesia. Tentu sembari
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang selama ini terjadi. Selain itu
konsep, peran dan prospek pesantren kedepan sangat cerah karena
mengingat pendidikan karakter dalam pendidikan nasional akan selalu
menjadi pilar utama bagi pendidikan nasional, sehingga pesantren dapat
mengambil peran sebagai lembaga pendidikan yang konsen dibidang
Pendidikan Agama Islam yang menjunjung tinggi konsep akhklaqul
karimah.

B. Saran
Makalah yang kami buat belum sempurna sesuai yang diharapkan.
Masih terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan. Karena, kami
hanya manusia biasa yang tidak luput dari khilaf/kesalahaan, kelebihan itu
hanya milik Allah SWT semata. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak atau pembaca demi perbaikan dimasa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Rahman Getteng, Abd, Pendidikan Islam dalam Pembangunan, (Ujungpandang:


Yayasan al Ahkam, 1997)
14

Mastukki, Sinergi Madrasah dan Pondok Pesantren: Suatu Konsep


Pengembangan Mutu Madrasah, (JakartaAbd. Rahman Getteng,
Pendidikan Islam dalam Pembangunan, (Ujungpandang: Yayasan al
Ahkam, 1997)

Nata, Abuddin, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga


Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2001)

Rahmat, Pendidikan Agama Islam Berwawasan Interdisipliner Sebagai Corak


dan Solusi Pendidikan Agama Islam Era 4.0, Jurnal Tribakti Vol. 30 No. 2
Juli 2019

Samsurrohman Msi, Pesantren Dan Tantangan Arus Global, Dakwah Pesantren


Di Era Globalisasi. Jurnal Al-Qalam: Vol. XIII. PDF.

Muhammad Jamaluddin, Metamorfosis Pesantren di Era Globalisasi, (KARSA:


Vol. 20 No. 1 Tahun 2012)

Bashori, Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren, Jurnal Ilmu Sosial


Mamangan Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2017

Samsul Nizar, Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di


Nusantara. (Jakarta: Kencana, 2013).

Anda mungkin juga menyukai