Anda di halaman 1dari 4

Resume Teori dan Perkembangan Ilmu Hukum

Nama : Nur Fauzy Sisang

NIM : B022211003

Resume Buku Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Jurisprudence),
Termasuk Intrepetasi Undang-Undang, Prof.Dr.Achmad Ali, SH., M.H. halaman 1 – 41.

Dalam pendidikan formal ilmu hukum, terutama di program S-2 dan S-3, mahasiswa
masih dijejali dengan dominasi “teori-teori dan konsep-konsep hukum barat”, yang dilahirkan
oleh filsafat barat dan aliran pemikiran hukum barat dan seolah-olah teori-teori dan konsep-
konsep terbaik sepanjang sejarah kemanusiaan. Padahal ketika dicermati, dikaji dan dianalisis
secara mendalam sebenarnya teori-teori dan konsep-konsep hukum barat yang dijadikan
“mainstream” di kalangan akademisi hukum juga mengandung banyak kelemahan yang
serius, baik ketika diterapkan di masyarakat barat sendiri, apalagi diterapkan di masyarakat
lain, termasuk masyarakat Indonesia. Maka dari itu itu setelah mempelajari teori dan konsep
hukum barat maka sebagai akademisi hukum, kita harus melakukan kajian dan analisis kritis
sehingga mampu melakukan rekonstruksi teori hukum.

Dalam tugas melakukan rekonstruksi terhadap teori dan konsep hukum, yang bertalian
dengan “dunia pengadilan dan penemuan hukum oleh hakim” harus membandingkan tiga
kelompok kultur hukum dan teori serta konsep hukum yang pernah ada maupun yang masih
merupakan realitas dunia dewasa ini:

a. Filosofi dan kultur hukum barat yang melahirkan sejumlah teori hukum barat;
b. Filosofi dan kultur hukum islam ang melahirkan sejumlah teori hukum islam; dan
c. Filosofi dan kultur hukum timur tradisional yang melahirkan teori tradisional hukum
timur tradisional.

Negara-negara eropa kontinental menggunakan istilah ýurisprudensi yang bermakna


sempit yaitu putusan pengadilan sedangkan di negara-negara anglo-saxon penggunaan istilah
“jurisprudence” bermakna lebih luas yaitu berasal dari dua bahasa latin, yaitu juris yang
berarti hukum dan prudens yang berarti keahlian atau keterampilan, atau ilmu, teori dan
bahkan juga mencakupi makna filsafat. Sehingga jurisprudence diartikan sebegai ilmu
hukum, teori hukum, atau filsafat hukum.

Adapun menurut Roscoe Pound (1959: 7), ilmu hukum atau jurisprudence di dalam
maknanya yang terluas adalah “sains” tentang hukum. Itu adalah artinya yang asli, dan
bersifat etimologis dan adalah mengenai penggunaannya yang terbaik.

Selain istilah jurisprudence yang mengandung makna sebagai ilmu hukum, masih dikenal
istilah lain seperti ilmu hukum doktrinal, filsafat hukum, dan teori hukum. Meskipun diakui
bahwa penggunaan istilah-istilah itu identik satu sama lain, tetapi tetap menimbulkan
pertanyaan, bagaimana hubungan di antara istilah-istilah tersebut satu sama lain? Jika ada
perbedaannya, apa yang membedakannya?

Dari pandangan Richard A, Posner, kita dapat membedakan filsafat hukum, analisi
doktrinal, dan teori hukum sebagai berikut:

a. Filsafat hukum menganalisis abstraksi-abstraksi tingkat tinggi, dengan menggunakan


pendekatan-pendekatan aliran-aliran pemikiran yang dikenal dalam ilmu hukum,
seperti hukum alam, positivisme, utilitarisme, historisme, realisme, sosiologis,
antropologis, dan lain-lain.
b. Analisis doktrinal menganalisis aturan-aturan, standar-standar dan asas-asas hukum
bagi kepentingan praktis.
c. Teori hukum adalah lebih luas ketimbang filsafat hukum, karena teori hukum
mencakup juga materi yang menjadi objek kajian filsafat hukum. Satu-satunya yang
luput dari kajian teori hukum hanyalah apa yang menjadi objek kajian analisis
doktrinal atau ilmu hukum normatif.

Dalam mempelajari ilmu hukum terdapat beberapa klasifikasi yang dapat digunakan.
Secara umum, ilmu hukum dapat dibedakan ke dalam tiga klasifikasi (Achmad Ali, 1999: 3),
yaitu:

a. Beggriffenwissenschaft, ilmu tentang asas-asas yang fundamental di bidang hukum.


Termasuk di dalamnya matakuliah pengantar ilmu hukum, filsafat hukum, logika
hukum, dan teori hukum.
b. Normwissenschaft, ilmu tentang norma. Termasuk di dalamnya sebagian besar
matakuliah yang diajarkan di fakultas-fakultas hukum di Indonesia, termasuk hukum
pidana, hukum tata negara, hukum perdata, hukum internasional, dan lain-lain.
c. Tatsachenwissenschaft, ilmu tentang kenyataan. Termasuk di dalamnya sosiologi
hukum, antropologi hukum, psikologi hukum, hukum dan politik, dan lain-lain.

Tiga klasifikasi lain dikemukakan oleh Max Weber (Gerald Turkel, 1996: 10) yaitu:

a. Pendekatan moral terhadap hukum, focal concern-nya adalah dasar moral dari
hukum, dan validity of law-nya adalah ketaatasasan hukum dengan etika eksternal
atau nilai-nilai moral.
b. Pendekatan jurisprudence atau ilmu hukm, focal concern-nya adalah kemandirian
hukum, dan validity of law-nya adalah konsistensi internal dari hukum dengan aturan-
aturan dan asas-asas yang dimilikinya.
c. Pendekatan sosiologis, focal concern-nya adalah hukum dan perilaku sosial, di mana
validity of law-nya adalah pengaruh hukum terhadap masyarakat.

Klasifikasi lain yang dapat digunakan yaitu:

a. Ius constitutum, mengkaji secara normatif, aturan-aturan, dan asas-asas hukum yang
ada dalam berbagai perundang-undangan. Objeknya adalah “law in books”.
b. Ius constituendum, merupakan kajian tentang hal-hal yang ideal dalam hukum. Lazim
dinamakan kajian filsafat hukum. Objeknya adalah “law in idea”.
c. Ius operatum, merupakan kajian empiris terhadap hukum, yang berfokus pada
bagaimana hukum bekerja di dalam kenyataannya. Objeknya adalah “law in action”.

Untuk memahami makna hukum terdapat berbagai metode. Dalam buku ini sendiri
membedakannya ke dalam empat jenis metode utama untuk memahami makna hukum, yaitu:

a. Metode yang menggunakan pendekatan karakteristik atau atribut yang paling khas
pada hukum. Metode ini antara lain digunakan oleh Leopold Pospisil.
b. Metode yang menggunakan aliran-aliran atau mazhab-mazhab pemikiran yang
dikenal dalam ilmu hukum.
c. Metode yang menggunakan pendefinisian, antara lain mazhab hukum alam, mazhab
legal-positivis, mazhab legal realis, dan mazhab legal sosiologis.
d. Membaca maksim-maksim dan quotes hukum yang pernah diucapkan oleh tokeh-
tokoh terkemuka di bidangnya.

Keempat jenis metode itu ada yang digunakan secara terpisah dari metode lainnya, tetapi
ada juga yang dikombinasikan dalam penggunaannya misalnya metode pendefinisian
dikombinasikan dengan pendekatan aliran-aliran ilmu hukum, dengan cara membuat
klasifikasi definisi hukum dengan berdasarkan pokok-pokok pikiran dari masing-masing
aliran ilmu hukum.

Anda mungkin juga menyukai