Anda di halaman 1dari 5

1

Pengertian Filsafat Hukum


BY DAMANG AVERROES AL-KHAWARIZMI · DECEMBER 1, 2011

Pada awalnya para filsuf. Tak ada perhatian yang dominan terhadap
persoalan dirinya sebagai makhluk “Anima Intelektiva”. Era filsuf di
zaman pra-Socrates lebih banyak tertuju pada alam semesta. Tampak
pada penyelidikan yang dilakukan oleh Thales, dengan asal-usul alam
semesta ini bersumber dari air. Dan beberapa hasil penyelidkan alam
semesta lainnya seperti Anaximander yang berbeda dengan Thales,
bahwa justeru segala isi alam semesta ini  bersumber dari udara.
Observasi dan kesimpulan yang diberikan oleh para Filsuf tersebut
adalah penyelidikan pada wilayah “Fisika”, bukan Metafisika. Dalam
wilayah metafisika, penyelidikan dilakukan melalui “Diri Manusia Itu
Sendiri (Human Being).” Sehingga memunculkan pembahasan etika dan
moral.
Dari sinilah, sehingga “hukum” itu erat kaitannya dengan filsafat. Oleh
karena apa yang dibicarakan oleh filsafat sebagai etika dan moral dapat
diserah-terimakan dalan genggaman “hukum”. Hukum menjadi induk
kedua pokok persoalan tersebut. Demikian, maka dalam aliran hukum
alam (eternal law) yang ramai diperdebatkan adalah keterkaitan hukum
dan moral.
2

Filsafat hukum merupakan bagian dari filsafat, maka hal yang penting
untuk dipelajari sebelum memahami, apa itu fisafat hukum ? terlebih
dahulu apa yang dimaksud filsafat secara umum.

Menurut asal katanya filsafat berasal dari kata yunani “Filosofia”.


Filosofia merupakan kata majemuk terdiri dari dua kata, “Filo” dan
“Sophia”. Filo berarti cinta dan Sophia berarti kebijaksanaan. Dengan
demikian Filosofia berarti Cinta Akan Kebijaksanaan..
Terdapat banyak pengertian filsafat, setidaknya dapat menjadi pegangan
awal. Pengertian filsafat dari beberapa filsuf yang dirangkum oleh
Hasbullah Bakry dalam “Sistematika Filsafat”, sebagai berikut:
1. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran
yang asli (Plato).
2. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu matematika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika (Aristoteles).
3. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud bagaimana
hakikat sebenarnya (Al- Farabi).
4. Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam
dan manusia menjadi pokok penyelidikan (Descartes).
5. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal
dari segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan:
a) apakah yang dapat kita ketahui ? dijawab oleh metafisika;
b)apakah yang seharusnya kita kerjakan ? dijawab oleh etika;
c)sampai dimana harapan kita ? dijawab oleh agama; d) apakah yang
dinamakan manusia ? di jawab oleh antropologi (Immanuel kant).
Menurut hemat penulis untuk mengetahui koneksitas “Ilmu Hukum” dan
“Filsafat”, sederhana saja dengan mencari pengertian hukum itu
berdasarkan terminologi dalam arti bahasa Arab. Dalam bahasa Arab,
hukum berasal dari asal kata haqama_hikmaa_hikmaatun. Berarti hakim,
hikmat, bijaksana. Sehingga kata “kewicaksanaan” dalam filosophia
(Sophia) identik dengan arti hukum itu secara terminologi. Substansi
terdalam hukum juga adalah dalam pencapaian kebijaksanaan. Bukankah
3

sasaran hukum adalah keadilan, dan keadilan merupakan tujuan utama


dari sikap yang bijaksana (Sophia).
Penamaan filsafat hukum dari berbagai negara terdapat perbedaan. Di
Belanda digunakan istilah Wijbegeerte Van Het Recht. Di Jerman
digunakan istilah Rechtsphilosophie. Prancis menggunakan istilah Cours
De Philosophie Du Droit. Di Inggris menggunakan istilah Philosophy Of
Law. Bahakan ada yang menggunakan kata Jurisprudence seperti Paton,
Charles Conway dan Dias.
Sama halnya dengan pengertian filsafat hukum oleh L.B Curzon (1985:
7) juga memakai istilah Jurisprudence dalam menghinpun beberapa
pendapat penulis, diantaranya:
1. Jurisprudence adalah pengetahuan tentang sesuatu yang berkaitan
dengan perihal ketuhanan maupun tentang kemanusiaan,
pengetahuan tentang keadilan dan sebaliknya (Ulpian).
2. Jurisprudence adalah ilmu pengetahuan formal tentang hukum
positif (Holland).
3. Jurisprudence adalah gabunga keilmuwan tentang prinsip-prinsip
yang sebenarnya dari hukum (Allen).
4. Jurisprudence adalah penelitian para ahli hukum tentang ajaran,
tujuan dan daya kerja hukum yang berawal dari pengetahuan saat ini
dalam disiplin lain dari pada hukum (Stone)
5. Jurisprudence adalah suatu nama yang diterapkan terhadap cara
penelitian tertentu atas hukum, suatu penelitian tentang tujuan
hukum, suatu penelitian tentang tujuan hukum umum yang abstrak,
umum dan teoritis yang mencoba meletakkan secara tepat prinsip-
prinsip yang sebenarnya serta sistem hukumnya (Fitzgerald).
6. Jurisprudence adalah semata-mata hukum pada umumnya. Setiap
tindakan untuk mengembalikan suatu keadaan pada suatu peraturan
adalah suatu upaya jurisprudence, walaupun menurut namanya
dibatasi sampai peraturan-peraturan terluas serta konsepsi-konsepsi
yang paling fundamental (Holmes).
7. Teori jurisprudence berkenaan dengan teori pemikiran tentang
hukum pada dasar-dasar yang paling memungkinkan (Dias).
4

8. Jurisprudence adalah suatu diskusi teoritis secara umum tentang


hukum dan prinsip-prinsipnya, sebagaimana dipertentangkan
terhadap studi atas peraturan-peraturan hukum yang nyata
(Jolowicz).
9. Mencakup penelitian untuk mencari konsepsi-konsepsi mutakhir
dalam istilah atas nama semua pengetahuan hukum dapat sungguh-
sungguh dipahami (Hall).
10.Jurisprudence adalah pengetahuan tentang hukum dalam berbagi
bentuk dan manifestasinya (Wortley).
11.Sebagai suatu studi tentang asumsi dasar dari para Juris (Cross).
12.Pokok masalah dari jurisprudence adalah sangat luas, meliputi
kefilsafatan, kesejarahan, sebagaimana halnya teori komponen
hukum secara analitis (Bodenheimer)
Pegangan dasar untuk memahami arti filsafat hukum, tetap dikembalikan
kepada asal-usul filsafat hukum yakni filsafat hukum merupakan
cabang Filsafat Moral dan Etika. Disamping itu, objek pembahasan
filsafat yakni pencarian hakikat atau inti terdalam daripada hukum,
karena dalam cabang  ilmu hukum tidak diketemukan jawabannya.
Salah satu penulis yang mengemukakan bahwa hukum ini tidak ada
pendefenisiannya dan amat sulit didefeniskan adalah Karl N. Lieweellyn
(1962: 3),”kesulitan dalam memberikan konsep tentang “hukum” adalah
karena terlampau banyaknya perihal yang terkait, sementara satu sama
lain diantara perihal yang terkait ini sangat berbeda.” Jika mengalami
jalan buntu yang seperti ini, tak pelak Filsafat hukum akan bekerja, dan
bekerjanya itu adalah sebuah proses yang terus mencermati hukum
dalam memberi jawaban hakikat “hukum”

Damang Averroes Al-Khawarizmi


5

Alumni Magister Hukum Universitas Muslim Indonesia, Buku yang telah diterbitkan
diantaranya: “Carut Marut Pilkada Serentak 2015 (Bersama Muh. Nursal N.S),
Makassar: Philosophia Press; Seputar Permasalahan Hukum Pilkada dan Pemilu 2018
– 2019 (Bersama Baron Harahap & Muh. Nursal NS), Yogyakarta: Lintas Nalar &
Negara Hukum Foundation; “Asas dan Dasar-dasar Ilmu Hukum (Bersama Apriyanto
Nusa), Yogyakarta: Genta Press; Menetak Sunyi (Kumpulan Cerpen), Yogyakarta:
Buku Litera. Penulis juga editor sekaligus pengantar dalam beberapa buku:
Kumpulan Asas-Asas Hukum (Amir Ilyas & Muh. Nursal NS); Perdebatan Hukum
Kontemporer (Apriyanto Nusa); Pembaharuan Hukum Acara Pidana Pasca Putusan
MK (Apriyanto Nusa); Praperadilan Pasca Putusan MK (Amir Ilyas & Apriyanto
Nusa); Justice Collaborator, Strategi Mengungkap Tindak Pidana Korupsi (Amir Ilyas
& Jupri); Kriminologi, Suatu Pengantar (A.S. Alam & Amir Ilyas). Adapun aktivitas
tambahan lainnya: sebagai konsultan hukum pihak pemohon pada sengketa hasil
pemilihan Pilkada Makassar di Mahkamah Konsitusi (2018); pernah memberikan
keterangan ahli pada sengketa TUN Pemilu di PTUN Kendari (2018); memberikan
keterangan ahli dalam pemeriksaan pelanggaran administrasi pemilihan umum di
Bawaslu Provinsi Sulawesi Tenggara (2019); memberikan keterangan ahli dalam
Kasus Pidana Pemilu di Bawaslu Kota Gorontalo (2019); memberikan keterangan
ahli dalam kasus pidana pemilu di Pengadilan Negeri Kendari (2019).
YOU MAY ALSO LIKE...

Anda mungkin juga menyukai