Anda di halaman 1dari 6

RESUME BUKU

KAJIAN ILMU HUKUM

PENUGASAN TERSTRUKTUR

MATA KULIAH TEORI DAN FILSAFAT HUKUM

DOSEN PENGAMPU: PROF. DR. MUSAKKIR, SH. MH

OLEH:

ANDI AHMAD NUR AGSA

B012211042

PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
RESUME BUKU MENGUAK TEORI HUKUM (LEGAL THEORY) DAN
TEORI PERADILAN (JUDICIALPRUDENCE)
Prof. Dr. Achmad Ali, S.H., M.H.
Teori dan konsep Hukum Barat sejak ratusan tahun silam telah merasuk ke
dalam kehidupan bangsa Indonesia, dan berhasil menaiki puncak mengalahkan
hukum kebiasaan di Indonesia yang dikenal dengan Hukum Adat sehingga bangsa
Indonesia hidup di “dua dunia”, terutama dalam bidang hukum.

Dalam melakukan rekonstruksi terhadap teori dan konsep hukum, yang


bertalian dengan “dunia pengadilan dan penemuan hukum oleh hakim”, harus
membandingkan tiga kelompok kultur dan teori hukum yang pernah ada maupun
merupakan realitas dunia dewasa ini:
a. Filsuf dan kultur hukum Barat yang melahirkan sejumlah teori hukum
Barat.
b. Filsuf dan kultur hukum Islam yang melahirkan sejumlah teori hukum
Islam.
c. Filsuf dan kultur hukum Timur tradisional yang melahirkan teori
tradisional hukum Timur tradisional.
Berikut ini adalah teori-teori terpenting di bidang filsafat hukum dan di
bidang peradilan serta teori-teori yang berkenaan dengan penemuan hukum, sejak
era klasik hingga era post-modern:
a. Teori Hukum Klasik (premodern)
- Natural Law (aliran hukum alam)
- Kadi court (peradilan Kadi)
- Islamic Jurisprudence (teori hukum Islam)
- Japan Legal Theory (teori hukum Jepang)
- Teori Hukum adat Indonesia
- Trancendental Idealism (aliran idealisme transcendental)
- Utilitarianism (aliran utilistis)
- Legal Positivism (positivisme hukum)
- Legal Formalism (formalisme hukum)
- Historical Jurisprudence (aliran ilmu hukum historis)
- Marxist Jurisprudence (aliran hukum Marxist)

b. Teori Hukum Modern


- American legal realism (realisme hukum Amerika)
- Scandinavian legal realism (realisme hukum Skandinavia)
- The Sociological movement in jurisprudence (aliran sosiologi hukum)
- The Anthropology movement in jurisprudence (aliran antropologi
hukum)
- The Psychology movement in jurisprudence (aliran psikologi hukum)
c. Teori Hukum Kontemporer (postmodern)
- Justice theory dari John Rawls
- Critical legal studies (gerakan hukum kritis)
- Neo-evolutionary of law (teori neo-evolusioner hukum)
- The disorder movement in jurisprudence (aliran psikologi hukum)
- Law and economic theory (teori hukum dan ekonomi)
- Law and development theory (teori hukum dan pembangunan)
- Feminist legal theory (teori hukum feminis)
- Mazhab legal process
Hakikat kelilmuan hukum
Kekeliruan sering terjadi di kalangan masyarakat awam adalah seolah-olah
ilmu hukum dapat dipelajari dan didalami tanpa harus mengikuti pendidikan
formal di fakultas-fakultas hukum, tetapi hanya dengan membeli di toko-toko
buku berbagai kitab undang-undang dan peraturan lain kemudian mempelajarinya
sendiri. Persepsi keliru seperti itu timbul oleh kedua kesalahpahaman umum di
kalangan masyarakat awam, yaitu:
1. Kesalahpahaman pengidentikan hukum dan perundang-undangan, padahal
hukum tidak selalu identik dengan perundang-undangan, tetapi undang-
undang hanya salah satu bagian dari hukum yang sedemikian luasnya.
2. Kesalahpahaman pengidentikan hukum dan pengetahuan hukum padahal
ilmu hukum (legal science, jurisprudence) tidak sama dengan pengetahuan
hukum (legal knowledge).
Jika di negara-negara Eropa kontinental menggunakan istilah
“yurisprudensi”, maka yang mereka maksudkan adalah maknanya yang lebih
sempit, yaitu “putusan pengadilan”. Berbeda dengan istilah “jurisprudence” di
negara-negara Anglo Saxon yang menggunakan makna yang lebih luas, yaitu dari
dua kata “juris” yang berarti hukum dan “prudens” yang berarti keahlian atau
keterampilan atau ilmu, teori bahkan filsafat. Sehingga istilah jurisprudence
diartikan sebagai ilmu hukum, teori hukum dan filsafat hukum.
Dalam mempelajari ilmu hukum terdapat klasifikasi pendekatan menurut
(Achmad Ali, 1993: 3), yaitu:
1. Beggriffenwissenschaft, ilmu tentang asas-asas yang fundamental di
bidang hukum. Termasuk didalamnya mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum,
Filsafat Hukum, Logika Hukum, dan Teori Hukum.
2. Normwissenschaft, ilmu tentang norma. Termasuk didalamnya sebagian
besar mata kuliah yang diajarkan di fakultas-fakultas hukum di Indonesia,
termasuk Hukum Pidana, Hukum Tata Negara, Hukum Perdata, Hukum
Internasional, dan lain-lain.
3. Tatsachenwissenschaft, ilmu tentang kenyataan. Termasuk di dalamnya
Sosiologi Hukum, Antropologi Hukum, Psikologi Hukum, Hukum dan
Politik, dan lain-lain.
Klasifikasi lain yang dapat digunakan adalah:
1. Ius constitutum, mengkaji secara normatif, aturan-aturan, dan asas-asas
hukum yang ada dalam berbagai perundang-undangan. Objeknya adalah
“law in books”.
2. Ius constituendum, merupakan kajian tentang hal-hal yang idela dalam
hukum. Lazim dinamakan kajian filsafat hukum. Objeknya adalah “law in
idea”.
3. Ius operatum, merupakan kajian empiris terhadap hukum, yang berfokus
pada bagaimana hukum bekerja di dalam kenyataannya. Objeknya adalah
“law in action”.
Hubungan antara ilmu hukum dan literature hukum, merupakan hubungan
yang teramat esensial, dikarenakan pembahasan ikmu hukum mustahil dilakukan
secara baik, tanpa adanya literatur-literatur hukum, utamanya buku-buku standar
yang bernilai monumental di bidang ilmu hukum.
Dari berbagai kamus dan literatur lain, kita dapat mengetahui perbe daan
makna dari istilah-istilah tersebut di atas (lihat L.B. Curzon, 1979: 23-24. juga
saya tuangkan dalam Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, 1996: 19-20).
1. Perkataan "law" pada umumnya digunakan untuk menunjukkan suatu
peraturan khusus ataupun undang-undang lainnya, contohnya: The Theft
Act 1978 adalah undang-undang dalam arti a law yang berhubungan
dengan perbuatan curang

2. Perkataan "the law" pada umumnya digunakan untuk menunjukkan pada


"the law of the land (hukum tanah), yaitu tubuh dari undangundang,
peraturan-peraturan lain, putusan-putusan pengadilan, dan lain-lain, plus
asas-asas hukum, plus filsafat umum tentang masyarakat di dalam
hubungannya dengan persoalan-persoalan hukum. Sebagai contoh
penggunaannya: "di bawah penggunaan hukum di negeri ini dia tak dapat
dihukum (under the law of this land he ought not to be punished), atau
"Semua orang sama di hadapan hukum" (all men are equal before the law).

3. Perkataan "law digunakan tanpa suatu "article" (kata depan) adalah juga
digunakan sebagai suatu abstrak, istilah konseptual di dalam konteks yang
menunjukkan pada filsafat hukum, contoh: "hukum adalah ekspresi dari
keinginan rakyat" (law is the expression of peoples will).

4. Perkataan "laws" pada umumnya digunakan untuk menunjukkan undang-


undang dan peraturan-peraturan sejenis serta aturan-atur an, contoh: The
laws relating to bankruptcy include the Bankruptcy Act, 1974 (Peraturan
tentang keadaan Pailit, 1974). The Insolvency Act, 1976 (Peraturan
tentang keadaan Pailit, 1976).

5. Beberapa bahasa kontinental|menggunakan kata-kata yang berbeda untuk


"law" dan "a law", contohnya: jus, lex, recht gesetz, droit, loi, diritto,
legge.

6. Perkataan droit lebih menimbulkan keraguan daripada istilah Inggris


"law". Dalam artinya yang luas dan objektif, le droit berarti aturanaturan
hukum secara total dan kita juga sering menjumpai istilah droit objectif
(atau hukum alam) sebagai lawan dari aturan-aturan hukum positif yang
khusus.

7. Sebagai tambahan lagi penggunaan penggunaan ini terdapat arti yang


murni subjektif, jadi "le droit d'auteur" berarti hak seorang saya, maka kita
harus sangat berhati-hati dalam menerjemahkan setiap ungkapan perkataan
yang terdapat pada kata droit.

8. Kata "law" kemungkinan besar berasal dari kata "lagu" dalam Bahasa
Inggris Kuno, yang juga berasal dari kata "lag" berarti sesuatu yang pasti.

9. Kata sifat legal merupakan akar-akar yang langsung dari Bahasa Latin,
"legalis", yang didasarkan pada kata lex yang berarti hukum. legal juga
sering diartikan: "menurut undang-undang”.

10. "Lex", dari bahasa Latin, berarti hukum, undang-undang, juga untuk
menunjukkan perubahan dari suatu undang-undang. Dalam bentuk abstrak
disebut juga "lege", hukum. Lex juga digunakan untuk istilahistilah
tertentu, seperti lex commisioria syarat batal suatu perjanjian jika salah
satu pihak tidak memenuhi prestasinya, maka dipandang batal demi
hukum; Lex fort hukum yang berlaku adalah hukum di tempat gugatan
dimasukkan dan diterima.

11. Jure, berarti menurut hukum, contohnya: Jure humano, berarti menurut
hukum manusia.

12. Yuris juga berarti hukum. Presumptio Juric dugaan hukum.

13. Jus atau lus, juga berarti hukum, tetapi sering juga berarti hak, contohnya:
jus avocandi hak untuk memanggil kembali.
Pertanyaan tentang hukum telah berlangsung selama ribuan tahun, dan
mungkin dapat kita katakan merupakan warisan yang paling berharga dari
peradaban Barat. Dalam setiap pendekatan terhadap hukum, kita akan menemukan
suatu kenyataan yang agak mengejutkan bahkan memalukan, karena ternyata
adalah tidak mungkin mendefinisikan hukum secara tepat. Bagi Hillian Seagle
(1946-2) pertanyaan tentang apa hukum itu, dianggapnya sebagai "the dark cat in
the bag of jurisprudence" (kucing hitam di dalam karung ilmu hukum).
Menurut Friedman, hukum adalah sebuah kata dengan banyak arti, selicin
kaca, segesit gelembung sabun. Dan seperti yang kita sebutkan hukum adalah
konsep, abstraksi, konstruk social; bukan objek nyata di dunia sekitar kita. Hukum
bukan sesuatu yang dapat kita rasakan atau cium, hukum tidak seperti kursi atau
anjing.
“Law” (hukum merupakan satu kata umum di dalam Bahasa Inggris, dan
sedemikian umumnya, sehingga sebagian besar orang tidak sempat berhenti untuk
sekedar mempertimbangkan, apakah hal itu yang menjadi artinya. Lebih lanjut
menurut Lawrence M. Friedman (1977: 4-5), secara harfiah telah ratusan, bahkan
mungkin ribuan usaha untuk mendefinisikan “hukum” dan tidak diragukan lagi
lebih banyak lagi usaha yang akan dibuat untuk mendefinisikannya.
Friedman (1975: 2), “The Law” yang diartikan sebagai struktur-struktur
dan aturan-aturan, hanya satu dari tiga jenis fenomena, yang kesemuanya benar-
beanar sama dan jelas.
Ada 3 Fenomena hukum, yaitu:
1. Terdapat kekuatan-kekuatan social dan hukum yang, di dalam
beberapa cara, menekan di dalam dan membuat “the law”.
2. Lalu ada “the law” sendiri yang terdiri dari struktur-struktur dan
aturan-aturan.
3. Ada pengaruh hukum terhadap perilaku yang ada di dunia luar.
“The Law” berasal dan mampu memengaruhi, terletak pada istilah pertama dan
ketiga, yang keduanya merupakan sesuatu yang esensial bagi studi social tentang
hukum.
Metode pendefinisian hukum sendiri, menurut G.W. Paton (1951: 51)
dapat memilih salah satu dari lima kemungkinan dibawah ini, yaitu:
1. Sesuai sifat-sifatnya yang mendasar, logis, religious, ataupun etis.
2. Menurut sumbernya, yaitu kebiasaan, preseden, atau undang-undang.
3. Menurut efeknya di dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Menurut metode pernyataan formalnya atau pelaksanaan otoritasnya.
5. Menurut tujuan yang ingin dicapainya.

Anda mungkin juga menyukai