PENUGASAN TERSTRUKTUR
OLEH:
B012211042
PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
RESUME BUKU MENGUAK TEORI HUKUM (LEGAL THEORY) DAN
TEORI PERADILAN (JUDICIALPRUDENCE)
Prof. Dr. Achmad Ali, S.H., M.H.
Teori dan konsep Hukum Barat sejak ratusan tahun silam telah merasuk ke
dalam kehidupan bangsa Indonesia, dan berhasil menaiki puncak mengalahkan
hukum kebiasaan di Indonesia yang dikenal dengan Hukum Adat sehingga bangsa
Indonesia hidup di “dua dunia”, terutama dalam bidang hukum.
3. Perkataan "law digunakan tanpa suatu "article" (kata depan) adalah juga
digunakan sebagai suatu abstrak, istilah konseptual di dalam konteks yang
menunjukkan pada filsafat hukum, contoh: "hukum adalah ekspresi dari
keinginan rakyat" (law is the expression of peoples will).
8. Kata "law" kemungkinan besar berasal dari kata "lagu" dalam Bahasa
Inggris Kuno, yang juga berasal dari kata "lag" berarti sesuatu yang pasti.
9. Kata sifat legal merupakan akar-akar yang langsung dari Bahasa Latin,
"legalis", yang didasarkan pada kata lex yang berarti hukum. legal juga
sering diartikan: "menurut undang-undang”.
10. "Lex", dari bahasa Latin, berarti hukum, undang-undang, juga untuk
menunjukkan perubahan dari suatu undang-undang. Dalam bentuk abstrak
disebut juga "lege", hukum. Lex juga digunakan untuk istilahistilah
tertentu, seperti lex commisioria syarat batal suatu perjanjian jika salah
satu pihak tidak memenuhi prestasinya, maka dipandang batal demi
hukum; Lex fort hukum yang berlaku adalah hukum di tempat gugatan
dimasukkan dan diterima.
11. Jure, berarti menurut hukum, contohnya: Jure humano, berarti menurut
hukum manusia.
13. Jus atau lus, juga berarti hukum, tetapi sering juga berarti hak, contohnya:
jus avocandi hak untuk memanggil kembali.
Pertanyaan tentang hukum telah berlangsung selama ribuan tahun, dan
mungkin dapat kita katakan merupakan warisan yang paling berharga dari
peradaban Barat. Dalam setiap pendekatan terhadap hukum, kita akan menemukan
suatu kenyataan yang agak mengejutkan bahkan memalukan, karena ternyata
adalah tidak mungkin mendefinisikan hukum secara tepat. Bagi Hillian Seagle
(1946-2) pertanyaan tentang apa hukum itu, dianggapnya sebagai "the dark cat in
the bag of jurisprudence" (kucing hitam di dalam karung ilmu hukum).
Menurut Friedman, hukum adalah sebuah kata dengan banyak arti, selicin
kaca, segesit gelembung sabun. Dan seperti yang kita sebutkan hukum adalah
konsep, abstraksi, konstruk social; bukan objek nyata di dunia sekitar kita. Hukum
bukan sesuatu yang dapat kita rasakan atau cium, hukum tidak seperti kursi atau
anjing.
“Law” (hukum merupakan satu kata umum di dalam Bahasa Inggris, dan
sedemikian umumnya, sehingga sebagian besar orang tidak sempat berhenti untuk
sekedar mempertimbangkan, apakah hal itu yang menjadi artinya. Lebih lanjut
menurut Lawrence M. Friedman (1977: 4-5), secara harfiah telah ratusan, bahkan
mungkin ribuan usaha untuk mendefinisikan “hukum” dan tidak diragukan lagi
lebih banyak lagi usaha yang akan dibuat untuk mendefinisikannya.
Friedman (1975: 2), “The Law” yang diartikan sebagai struktur-struktur
dan aturan-aturan, hanya satu dari tiga jenis fenomena, yang kesemuanya benar-
beanar sama dan jelas.
Ada 3 Fenomena hukum, yaitu:
1. Terdapat kekuatan-kekuatan social dan hukum yang, di dalam
beberapa cara, menekan di dalam dan membuat “the law”.
2. Lalu ada “the law” sendiri yang terdiri dari struktur-struktur dan
aturan-aturan.
3. Ada pengaruh hukum terhadap perilaku yang ada di dunia luar.
“The Law” berasal dan mampu memengaruhi, terletak pada istilah pertama dan
ketiga, yang keduanya merupakan sesuatu yang esensial bagi studi social tentang
hukum.
Metode pendefinisian hukum sendiri, menurut G.W. Paton (1951: 51)
dapat memilih salah satu dari lima kemungkinan dibawah ini, yaitu:
1. Sesuai sifat-sifatnya yang mendasar, logis, religious, ataupun etis.
2. Menurut sumbernya, yaitu kebiasaan, preseden, atau undang-undang.
3. Menurut efeknya di dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Menurut metode pernyataan formalnya atau pelaksanaan otoritasnya.
5. Menurut tujuan yang ingin dicapainya.