Argumentasi dan Logika Suatu argumentasi hanya bermakna bila dibangun atas dasar logika. Suatu keputusan dapat diterima bila didasarkan pada proses nalar Logika menjadi syarat mutlak dalam beragumentasi (suatu conditio sine qua non) Logika merupakan cabang ilmu yang berusaha untuk menurunkan kesimpulan melalui kaedah formal yang valid Ilmu pengetahuan yang mempelajari pekerjaan akal, cara berpikir dari sudut benar atau salah Pola Argumentasi Hukum Civil law system: argumentation based on rules Positivisme Hukum sebagaimana terumus dalam sistem perundang-undangan. Berwatak doktrinal-deduktif Berorientasi pada kepastian hukum Common law system: argumentation based on precedent (case). Sosiological Jurisprudence: Hukum tergambar pada putusan hakim in-concreto; Nondoktorial-induktif dan juga Doktrinal-deduktif. Berorientasi pada kemanfaatan dan kepastian. Kekhususan Logika/Argumentasi Hukum Argumentasi hukum selalu dimulai dari hukum positf, yang tidak statis, tetapi merupakan satu perkembangan yang berlanjut. Kegiatan bernalar dilakukan dari ketentuan hukum positif maupun asas-asas yang terdapat dalam hukum positif. Dari aturan hukum positif, yurisprudensi akan menentukan norma-norma baru. Argumentasi hukum berkaitan dengan kerangka prosedural yang didalamnya berlangsung argumentasi dan diskusi rasional Logika di Bidang Hukum Yang perlu diperhatikan 3 perbedaan, yaitu: Hakekat, adanya aturan perilaku berupa hukum positif dan moral Sumber hukum, baik produk legislatif maupun yudikatif Jenis hukum, pembedaan bidang hukum yang masing-masing memiliki karakter dan asas-asas khusus. Lapisan Argumentasi Hukum Yang Rasional Lapisan logika, berkaitan dengan premis- premis yang digunakan dan langkah- langkah dalam menarik kesimpulan yang logis (seperti deduksi dan analogi). Lapisan dialetik, berkaitan dengan membandingkan argumentasi, baik yang pro maupun kontra. Lapisan prosedural, berkaitan aturan main yang ditetapkan dengan syarat prosedur dan penyelesaian sengketa yang jelas. Kriteria Argumentasi Rasional Bentuk argumentasi, seperti penalaran induksi, penalaran deduksi dan penalaran abduksi Substansi argumentasi, yaitu dengan memperhatikan bentuk kesesatan dalam argumentasi Prosedur atau hukum acara yang berkaitan dengan proses beracara dan pembuktian Kesesatan (Fallacy) Paralogis : penalaran sesat yang ia sendiri tidak melihat kesesatannya Sofisme : penalaran sesat yang sengaja dilakukan untuk menyesatkan orang Penalaran dapat sesat karena bentuknya tidak valid – tidak ada hubungan logis antara premis dan konklusi Penalaran dapat sesat dengan penggunaan bahasa Kesesatan (Fallacy) Hukum Argumentum ad ignoratium: kesesatan yang mengargumentasikan suatu proposisi sebagai benar, karena tidak terbukti salah atau proposisi salah karena tidak terbukti benar. Argumentum ad verecumdiam: kesesatan yang didasarkan pada kewibaan, kekuasaan, atau ahli. Argumentum ad hominem: kesesatan yang didasarkan pada keadaan atau status manusianya. Argmentum ad misericordiam: kesesatan yang bertujuan untuk menimbulkan belas kasihan. Argumentum ad baculum: kesesatan yang terjadi karena ancaman. Penalaran Dalam Penemuan Hukum Selain interpretasi, ada konstruksi hukum yang dibutuhkan dalam mengisi kekosongan hukum. Bentuk penalaran (konstruksi hukum) dalam penemuan hukum: Analogi Penghalusan hukum, dan Argumentum a contrario SELESAI