Anda di halaman 1dari 11

Pola Argumentasi Hukum

Dr. Solistis PO Dachi, S.H., M.Hum


Argumentasi dan Logika
Suatu argumentasi hanya bermakna bila dibangun
atas dasar logika.
Suatu keputusan dapat diterima bila didasarkan
pada proses nalar
Logika menjadi syarat mutlak dalam
beragumentasi (suatu conditio sine qua non)
 Logika merupakan cabang ilmu yang
berusaha untuk menurunkan kesimpulan
melalui kaedah formal yang valid
 Ilmu pengetahuan yang mempelajari
pekerjaan akal, cara berpikir dari sudut benar
atau salah
Pola Argumentasi Hukum
 Civil law system: argumentation based on rules
 Positivisme
 Hukum sebagaimana terumus dalam sistem
perundang-undangan.
 Berwatak doktrinal-deduktif
 Berorientasi pada kepastian hukum
 Common law system: argumentation based on precedent
(case).
 Sosiological Jurisprudence:
 Hukum tergambar pada putusan hakim in-concreto;
 Nondoktorial-induktif dan juga Doktrinal-deduktif.
 Berorientasi pada kemanfaatan dan kepastian.
Kekhususan Logika/Argumentasi
Hukum
Argumentasi hukum selalu dimulai dari hukum
positf, yang tidak statis, tetapi merupakan satu
perkembangan yang berlanjut. Kegiatan
bernalar dilakukan dari ketentuan hukum positif
maupun asas-asas yang terdapat dalam hukum
positif. Dari aturan hukum positif,
yurisprudensi akan menentukan norma-norma
baru.
Argumentasi hukum berkaitan dengan kerangka
prosedural yang didalamnya berlangsung
argumentasi dan diskusi rasional
Logika di Bidang Hukum
Yang perlu diperhatikan 3 perbedaan, yaitu:
Hakekat, adanya aturan perilaku berupa
hukum positif dan moral
Sumber hukum, baik produk legislatif
maupun yudikatif
Jenis hukum, pembedaan bidang hukum
yang masing-masing memiliki karakter
dan asas-asas khusus.
Lapisan Argumentasi Hukum Yang
Rasional
Lapisan logika, berkaitan dengan premis-
premis yang digunakan dan langkah-
langkah dalam menarik kesimpulan yang
logis (seperti deduksi dan analogi).
Lapisan dialetik, berkaitan dengan
membandingkan argumentasi, baik yang
pro maupun kontra.
Lapisan prosedural, berkaitan aturan main
yang ditetapkan dengan syarat prosedur dan
penyelesaian sengketa yang jelas.
Kriteria Argumentasi Rasional
Bentuk argumentasi, seperti penalaran
induksi, penalaran deduksi dan penalaran
abduksi
Substansi argumentasi, yaitu dengan
memperhatikan bentuk kesesatan dalam
argumentasi
Prosedur atau hukum acara yang
berkaitan dengan proses beracara dan
pembuktian
Kesesatan (Fallacy)
Paralogis : penalaran sesat yang ia sendiri
tidak melihat kesesatannya
Sofisme : penalaran sesat yang sengaja
dilakukan untuk menyesatkan orang
Penalaran dapat sesat karena bentuknya
tidak valid – tidak ada hubungan logis
antara premis dan konklusi
Penalaran dapat sesat dengan penggunaan
bahasa
Kesesatan (Fallacy) Hukum
Argumentum ad ignoratium: kesesatan yang
mengargumentasikan suatu proposisi sebagai benar,
karena tidak terbukti salah atau proposisi salah karena
tidak terbukti benar.
Argumentum ad verecumdiam: kesesatan yang
didasarkan pada kewibaan, kekuasaan, atau ahli.
Argumentum ad hominem: kesesatan yang didasarkan
pada keadaan atau status manusianya.
Argmentum ad misericordiam: kesesatan yang
bertujuan untuk menimbulkan belas kasihan.
Argumentum ad baculum: kesesatan yang terjadi karena
ancaman.
Penalaran Dalam Penemuan Hukum
Selain interpretasi, ada konstruksi hukum
yang dibutuhkan dalam mengisi
kekosongan hukum.
Bentuk penalaran (konstruksi hukum)
dalam penemuan hukum:
 Analogi
 Penghalusan hukum, dan
 Argumentum a contrario
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai