Anda di halaman 1dari 42

AUDITOR HUKUM

Bidang
LOGIKA, PENALARAN dan
ARGUMENTASI HUKUM
oleh
St. Atalim
DATA AUDITOR KEPATUHAN
INFORMASI HUKUM HUKUM

LOGIKA
PENALARAN
ARGUMENTASI
Data yang valid adalah data yang banyak dan
berkualitas.

Analisis terhadap data yang valid akan sampai


pada kesimpulan yang valid akurat.

Analisis yang baik melalui metode penalaran


LOGIKA

PENALARAN
ARGUMENTASI

HUKUM
Hanson dalam buku Legal Method, Skills, and
Reasoning, menyatakan bahwa studi hukum secara
kritis dari sudut pandang logika, penalaran hukum
dan argumentasi hukum dibutuhkan, karena
pemahaman hukum dari perspektif ini berusaha
menemukan, mengungkap, menguji akurasi, dan
menjustifikasi asumsi-asumsi atau makna-makna
yang tersembunyi dalam peraturan atau ketentuan
hukum yang ada, berdasarkan kemampuan rasio
(akal budi) manusia.
Artinya, pemahaman terhadap logika, penalaran
hukum, dan argumentasi hukum merupakan
syarat mutlak yang tak bisa ditawar-tawar.
Karena logika, penalaran hukum, dan
argumentasi hukum membekali para
pengemban hukum dengan kemampuan
berpikir kritis dan argumentatif dalam
memahami prinsip, asumsi, aturan, proposisi,
dan praktik hukum.
Karena studi tentang logika, penalaran, dan
argumentasi hukum tidak lain dari upaya
menjelaskan kriteria-kriteria logis mana yang
dapat digunakan untuk menentukan suatu
aturan, argumen, pendapat, atau putusan hukum
baik atau buruk, benar atau salah, dapat diterima
atau harus ditolak, tidak hanya berdasarkan
hukum melainkan juga akal sehat serta daya
nalar manusia.
Maka praktik hukum sejatinya bukanlah
sekadar perumusan, penetapan, pembatasan,
dan penegakan aturan-aturan atau norma-
norma untuk mengatur kehidupan individual
dan sosial dalam masyarakat melainkan
juga pemahaman, analisis, penyimpulan, dan
berargumentasi berdasarkan aturan, akal sehat,
dan prinsip-prinsip logis, agar keadilan yang
dicita-citakan oleh hukum dapat terwujud.
Keadilan hukum hanya dapat terwujud bila
setiap persoalan hukum dapat diselesaikan
secara objektif, imparsial, dan rasional. Rasional
dalam pengertian bahwa persoalan dan
penyelesaian hukum harus dapat dianalisis
menurut perangkat berpikir logis berdasarkan
aturan dan kemampuan akal budi. Penyelesaian
problem hukum secara rasional, objektif, dan
imparsial menjamin kredibilitas (credibility),
kehormatan (respectability), dan keterpahaman
(intelligibility) hukum.
Tetapi kualitas hukum semacam ini hanya dapat
terwujud bila para praktisi hukum, bahkan juga
akademisi hukum memiliki kemampuan yang
memadai dalam melakukan analisis, kritik, dan
interpretasi atas hukum dan aturan yang ada.
Semua kemampuan ini diberikan oleh logika
sebagai ilmu tentang bagaimana orang
seharusnya berpikir (tentang apa saja termasuk
hukum) secara benar, sahih, dan valid.
Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang menyelidiki
cara, kaidah, atau prinsip-prinsip berpikir yang tepat,
benar, atau sahih. Singkatnya, logika adalah “filsafat
berpikir”.
Logika berguna tidak sekadar menjamin kesahihan
suatu argumentasi, melainkan sebagai salah satu
jalan untuk mendekatkan diri pada kebenaran dan
keadilan.
Sementara dalam kazanah filsafat, logika dipahami
sebagai “cabang filsafat  yang mempelajari,
menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-
asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur
serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan
penyimpulan  demi mencapai kebenaran yang
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional”
PENALARAN
Pengertian;
Merupakan kegiatan akal budi dalam memahami
makna setiap term dalam suatu proposisi, meng-
hubungkan satu proposisi dengan proposisi lain,
dan menarik kesimpulan atas dasar proposisi
tersebut.
Penalaran merupakan sebuah bentuk pemikiran.
Penalaran merupakan penerapan prinsip berpikir
lurus (logika).
Ada 2 Bentuk Dasar Penalaran:
1. Deduksi (silogisme)
Proses penyimpulan yang bertolak dari proposisi-
proposisi/prinsip-prinsip universal sebagai premis untuk
sampai pada konklusi berupa proposisi singular/partikular.
Contoh:
Premis:
Semua pembunuhan berencana dihukum mati,
Herman melakukan pembunuhan berencana,
Konklusi:
Herman dihukum mati.
2. Induksi (generalisasi dan analogi)

Proses penyimpulan yang bertolak dari


penyelidikan, eksperimen, pengetahuan, data,
fakta, atau bukti yang partikular atau terbatas
sebagai premis untuk sampai pada konklusi
berupa proposisi yang bersifat universal.
Contoh Generalisasi Induksi:

Premis:

-Doni, melanggar lalu lintas, bukanlah orang yang taat hukum


-Jodi, melanggar lalu lintas, bukanlah orang yang taat hukum,
-Johan, melanggar lalu lintas, bukanlah orang yang taat hukum,
-Budi, melanggar lalu lintas, bukanlah orang yang taat hukum,
Konklusi:
Semua orang yang melanggar lalu lintas, bukanlah orang yang
taat hukum.
Contoh Analogi Induksi:

Menarik konklusi atas dasar kesamaan yang ada di dalam premis.

Premis 1 : Dalam Kasus A, Unsur X, Y, Dan Z Terungkap, Dan Penggugat


Menang,
Premis 2 : Dalam Kasus B, Unsur X, Y, Dan Z Terungkap, Dan Penggugat
Menang,
Premis 3 : Dalam Kasus C, Unsur X, Y, Dan Z Terungkap Dan Penggugat Menang,

Konklusi: : Dalam Semua Kasus, Ketika Unsur X,Y


Dan Z Terungkap, Penggugat seharus
nya Menang.
Prinsip-prinsip penyimpulan logis, baik deduksi,
analogi, atau generalisasi induksi, tidak hanya
berguna dalam memahami persoalan, praktik,
dan putusan hukum, melainkan juga
pengalaman-pengalaman empiris sehari-hari
serta observasi ilmiah.
Tidak ada penalaran hukum (legal reasoning) yang baik
tanpa logika. Tidak ada penalaran hukum di luar logika.
Penalaran hukum tidak lain dari penerapan kaidah-
kaidah berpikir yang tepat, benar, dan sahih dalam
memahami dan mengaplikasikan hukum. Penalaran
hukum selalu mengandaikan logika sebagai basisnya.
Penalaran hukum sebagai salah satu bidang kajian
dalam ilmu hukum tidak bisa dimengerti tanpa logika.
Analogi Induksi Diterapkan Dalam Hukum
Ketika Hukum/Tuntutan Yang Sama
Diberlakukan Juga Bagi Kasus Lain Karena
Memiliki Kesamaan (Analog). Penggunaan
Jurisprudensi Dalam Memutuskan Suatu Kasus
Merupakan Elaborasi Prinsip Analogi Induksi.
PENALARAN HUKUM
MODEL IRAC (Fuller)

IRAC menerapkan model penalaran


induktif dan deduktif sekaligus. Model ini
bertumpu pada analisis kasus. IRAC adalah
singkatan dari issue (I), rule of law (R),
argument (A), dan conclusion (c)
ARGUMENTASI

Pengertian;
Studi tentang bagaimana konklusi diperoleh berdasarkan
penalaran logis. Maka sebuah argumen mesti
menunjukkan: ALASAN, DASAR, PRINSIP mengapa
sebuah pendapat/penalaran harus diterima atau ditolak!
Argumentasi berurusan dengan pemahaman atas
aturan-aturan penyimpulan, aturan-aturan logika,
prosedur berpikir, dialog dan debat, dan upaya
mempertahankan pendapat tertentu.
Argumentasi memiliki struktur internal seperti;
perangkat asumsi atau premis, metode bernalar
(deduksi-induksi), dan konklusi.
Dalam keseharian, tidak ada perbedaan signifikan
antara argumen dengan penalaran.
Suatu pendapat disebut argumentatif, jika
diberikan dasar, alasan atau pertimbangan yang
memadai.
Berpikir argumentatif berarti berpikir kritis,
rasional dan prinsipil.
Logika merupakan bagian dari argumentasi pada
umumnya. Karena, …
Karena, prinsip atau kaidah berpikir yang tepat
dan sahih yang digariskan oleh logika dapat
menjadi dasar bagi suatu argumen.
Argumentasi hukum dengan basis prinsip-prinsip
logika itulah yang disebut dengan penalaran
hukum.
Dengan kata lain, logika hukum atau penalaran
hukum tidak lain dari bentuk logis argumentasi
hukum (berdasarkan kaidah berpikir
logis/logika).
Kebenaran hukum
Kebenaran hukum bukanlah kebenaran mutlak,
absolut dan tunggal, melainkan kebenaran inter
pretatif, konsensual, dan “plural”.
Maka acuan dalam pengambilan putusan hukum
tidak cukup hanya bersandarkan pada keten
tuan legal-formal, melainkan juga perlu memper
hitungkan elemen substansial, sosial, kultural,
dan konsensual, berdasarkan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip yang ditegaskan oleh interpretasi
hukum.
Kebenaran hukum itu tidak lain dari;
“produk aturan yang sesuai dengan kepentingan
masyarakat secara keseluruhan, penerapan yang
sesuai dengan aturan yang disepakati bersama,
semua pihak memahami hak dan kewajiban,
proses pengadilan transparan dan imparsial, per
timbangan hakim yang objektif, fakta hukum
yang valid”.
Maka kebenaran dan keadilan dapat dipertang
gungjawabkan secara objektif, rasional, ilmiah
Kebenaran hukum

Seluruh proses hukum, mulai dari perumusan


aturan hukum, penerapan hukum, pertim
bangan hukum, putusan hukum, merupakan
sarana untuk menegaskan “kebenaran”.
Kepatuhan hukum
HUKUM TIDAK PERNAH MEMENUHI KEINGINAN SETIAP ORANG.
TETAPI LEGITIMASINYA MEMAKSA ORANG UNTUK TAAT.
PROSES DAN PENEGAKANNYA TIDAK ADA “STANDAR GANDA”

ANTHONY D’AMATO; MENGAPA ORANG TAAT PADA HUKUM?


1. SETUJU DENGAN HUKUM TERSEBUT,
2. ADANYA PEMAKSAAN UNTUK MENAATINYA,
3. ADANYA KEUNTUNGAN YANG BISA DITERIMA
OLEH ORANG LAIN (MASYARAKAT).
H. L. HART; MEMATUHI HUKUM MERUPAKAN
SEBUAH KEWAJIBAN MORAL, KARENA HUKUM
MEWUJUDKAN MORALITAS.

KEKUASAAN HUKUM MERUPAKAN KEKUASAAN


REGULASI,
MAKA PERLU BERPEGANG PADA ASAS-ASAS
KEBENARAN,
SALAH SATUNYA DARI LOGIKA DAN PENALARAN
HUKUM.
Catatan kaki

1. Hukum sebagai suatu sistem


2. Hukum sebagai suatu sub sistem
3. Interpretasi hukum
4. Modernisme dan post modernism hukum
5. Hukum penalaran
Hukum Sebagai Sistem

Talcot Parson; teori sibernetika.


budaya

sosial
NILAI ENERGI

politik

ekonom
i
SISTEM HUKUM
Sistem hukum menurut Friedman;

SUBSTANSI

STRUKTUR BUDAYA
HUKUM
Interpretasi hukum
Prinsip-prinsip dasar;
1. Suatu kalimat atau bentuk kata-kata, hanya
bisa memiliki satu makna yang benar,
2. Tidak ada interpretasi yang sehat kecuali
dengan adanya keyakinan yang baik dan akal
sehat,
3. Kata-kata harus dipahami sebagaimana yang
mungkin dimaksudkan oleh penutur. Secara
umum kata-kata dipahami dalam pengertian
nya yang paling sesuai dengan karakter teks
maupun karakter penuturnya,
4. Apa yang bersifat khusus dan lebih rendah,
tidak bisa mengalahkan apa yang bersifat
umum dan lebih tinggi,
5. Apa yang bersifat mungkin, sedang, dan
lazim, lebih diutamakan daripada apa yang
tidak mungkin, tidak sedang, dan tidak lazim,
6. Kita mengikuti aturan-aturan khusus yang di
berikan oleh otoritas yang tepat,
7. Kita berupaya mendapatkan bantuan dari
apa yang lebih dekat, sebelum mengarah
pada apa yang kurang dekat,
8. Interpretasi bukan tujuan, melainkan
merupakan sarana, dengan demikian kondisi-
kondisi yang lebih tinggi dimungkinkan
keberadaannya.
Modern dan post modern

Gelombang baru dalam pemahaman terhadap


hukum. Teori abstrak dan universal tentang
hukum tidak lagi dipercaya. Argumen argumen
hukum tidak lebih dari ungkapan keinginan dari
para penafsir. Semua keputusan pada dasarnya
subjektif, didorong oleh faktor politik.
Posmo sebagai fenomena kebudayaan.
Kaum posmo menghendaki “hukum yang etis”,
bukan sekadar “hukum yang adil”.
Keadilan mesti mengambil spirit dari tuntutan
moral atau etis.
Hukum yang etis itu tidak menyamaratakan
begitu saja semua orang, melainkan memper
lakukan semua orang secara lain dalam
keberlainannya.
Roscoe Pound;
“the American lawyer, as a rule, still believes
that the principles of law are absolute, eternal,
and of universal validity”.
H. L. HART; MEMATUHI HUKUM MERUPAKAN
SEBUAH KEWAJIBAN MORAL, KARENA HUKUM
MEWUJUDKAN MORALITAS.

KEKUASAAN HUKUM MERUPAKAN KEKUASAAN


REGULASI,
MAKA PERLU BERPEGANG PADA ASAS-ASAS
KEBENARAN,
SALAH SATUNYA DARI LOGIKA DAN PENALARAN
HUKUM.
Hukum Penalaran

Hukum penalaran adalah dalil-dalil yang diguna


kan dalam proses penalaran. Elaborasi terhadap
dalil-dalil penalaran ini mempunyai konsekuensi
yang tidak sederhana, karena menyentuh bidang
persoalan yang sangat luas.
1. Persoalan sudut pandang,
2. Persoalan aspek-aspek penalaran,
3. Persoalan model-model hukum penalaran.
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

JAKARTA
MEI 2019

Anda mungkin juga menyukai