Anda di halaman 1dari 8

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


DAFTAR ISI

Daftar Isi..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................

C. Tujuan.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian


kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang
politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai
perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi
dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat
menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi
penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan
politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih.

Dalam menjalankan rangkaian sistemasi hukum dibutuhkan logika hukum


yang benar agar pelaksanaan rangkaian tersebut dapat sesuai koridornya dan
terhindar dari kekeliruan dalam menerjemahkan suatu perkara hukum.

Hal yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan rangkaian sistemasi hukum


adalah kesesatan logika hukum. Kesesatan atau kekeliruan ini dapat menyebabkan
kesalahan dalam menafsirkan suatu perkara hukum dan bisa menimbulkan
berbagai permasalahan lainnya. Hal ini sangat patut dihindari agar tujuan hukum
dapat tercapai. Untuk dapat menghindarinya kita harus tau terlebih dahulu maksud
dari kesesatan logika hukum agar kita mengetahui area area mana yang sudah
dikatakan kesesatan logika hukum dan dengan itu kita bisa menghindarinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi kesesatan?

2. Apa pengertian logika hukum?

3. Bagaimana kesesatan dalam logika hukum?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi kesesatan.


2. Untuk mengetahui pengertian logika hukum

3. Untuk mengetahui kesesatan dalam logika hukum.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kesesatan

Kesesatan adalah kesalahan yang terjadi dalam aktivitas berpikir karena


penyalahgunaan bahasa (verbal) dan/atau relevansi (materi). Kesesatan
(fallacia, fallacy) merupakan bagian dari logika yang mempelajari beberapa jenis
kesesatan penalaran sebagai lawan dari argumentasi logis. Kesesatan karena
ketidaktepatan bahasa antara lain disebabkan oleh pemilihan terminologi yang
salah sedangkan ketidaktepatan relevansi bisa disebabkan oleh
pemilihan premis yang tidak tepat (membuat premis dari proposisi yang salah),
atau proses penyimpulan premis yang tidak tepat (premisnya tidak berhubungan
dengan kesimpulan yang akan dicari).

1. Klasifikasi kesesatan

Dalam sejarah perkembangan logika terdapat berbagai macam tipe


kesesatan dalam penalaran. Walaupun model klasifikasi kesesatan yang
dianggap baku hingga saat ini belum disepakati para ahli, mengingat cara
bagaimana penalaran manusia mengalami kesesatan sangat bervariasi, tetapi
secara sederhana kesesatan dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu
kesesatan formal dan kesesatan material.

Kesesatan formal adalah kesesatan yang dilakukan karena bentuk


(forma) penalaran yang tidak tepat atau tidak sahih. Kesesatan ini terjadi
karena pelanggaran terhadap prinsip-prinsip logika mengenai term dan
proposisi dalam suatu argumen (lihat hukum-hukum silogisme).

Kesesatan material adalah kesesatan yang terutama menyangkut isi


(materi) penalaran. Kesesatan ini dapat terjadi karena faktor bahasa
(kesesatan bahasa) yang menyebabkan kekeliruan dalam menarik
kesimpulan, dan juga dapat terjadi karena memang tidak adanya hubungan
logis atau relevansi antara premis dan kesimpulannya (kesesatan relevansi).
Setiap kata dalam bahasa memiliki arti tersendiri, dan masing-masing kata
itu dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang sesuai dengan arti kalimat
yang bersangkutan. Maka, meskipun kata yang digunakan itu sama, tetapi
dalam kalimat yang berbeda, kata tersebut dapat bervariasi artinya.
Ketidakcermatan dalam menentukan arti kata atau arti kalimat itu dapat
menimbulkan kesesatan penalaran.

B. Pengertian Logika Hukum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, logika merupakan pengetahuan


tentang kaidah berpikir, jalan pikiran yang masuk akal. Menurut Munir Fuadi
logika berfungsi sebagai suatu metode untuk meneliti kebenaran atau ketepatan
dari suatu penalaran, sedangkan penalaran adalah suatu bentuk pemikiran. Kelsen
memandang ilmu hukum adalah pengalaman logical suatu bahan di dalamnya
sendiri adalah logikal . Ilmu hukum adalah semata-mata hanya ilmu logikal. Ilmu
hukum adalah bersifat logikal sistematikal dan historikal dan juga sosiologikal .
Logika hukum (legal reasoning) mempunyai dua arti, yakni arti luas dan arti
sempit. Dalam arti luas, logika hukum berhubungan dengan aspek psikologis yang
dialami hakim dalam membuat suatu penalaran dan putusan hukum. Logika
hukum dalam arti sempit, berhubungan dengan kajian logika terhadap suatu
putusan hukum, yakni dengan melakukan penelaahan terhadap model
argumentasi, ketepatan dan kesahihan alasan pendukung putusan.

Munir Fuady menjelaskan bahwa logika dari ilmu hukum yang disusun oleh
hukum mencakup beberapa prinsip diantaranya; pertama, prinsip eksklusi, adalah
suatu teori yang memberikan pra anggapan bahwa sejumlah putusan independen
dari badan legislatif merupakan sumber bagi setiap orang, karenanya mereka
dapat mengidentifikasi sistem. Kedua, prinsip subsumption, adalah prinsip di
mana berdasarkan prisip tersebut ilmu hukum membuat suatu hubungan
hierarkhis antara aturan hukum yang bersumber dari legislatif superior dengan
yang inferior. Ketiga, prinsip derogasi, adalah prinsip-prinsip yang merupakan
dasar penolakan dari teori terhadap aturan-aturan yang bertentangan dengan
aturan yang lain dengan sumber yang lebih superior. Keempat, prinsip
kontradiksi, adalah adalah prinsip-prinsip yang merupakan dasar berpijak bagi
teori hukum untuk menolak kemungkinan adanya kontradiksi di antara peraturan
yang ada.
Dapat dikatakan bahwa pengertian dari logika hukum (legal reasoning)
adalah penalaran tentang hukum yaitu pencarian “reason” tentang hukum atau
pencarian dasar tentang bagaimana seorang hakim memutuskan perkara/ kasus
hukum, seorang pengacara mengargumentasikan hukum dan bagaimana seorang
ahli hukum menalar hukum.

Logika hukum dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk mencari dasar hukum
yang terdapat di dalam suatu peristiwa hukum, baik yang merupakan perbuatan
hukum (perjanjian, transaksi perdagangan, dll) ataupun yang merupakan kasus
pelanggaran hukum (pidana, perdata, ataupun administratif) dan memasukkannya
ke dalam peraturan hukum yang ada.

Logika hukum berfungsi sebagai suatu metode untuk meneliti kebenaran


atau ketepatan dari suatu penalaran, sedangkan penalaran adalah suatu bentuk dari
pemikiran. Penalan tersebut bergerak dari suatu proses yang dimulai dari
penciptaan konsep (conceptus), diikuti oleh pembuatan pernyataan
(propositio),kemudian diikuti oleh penalaran (ratio cinium, reasoning)

Bagi para hakim logika hukum ini berguna dalam mengambil pertimbangan
untuk memutuskan suatu kasus. Sedangkan bagi para praktisi hukum logika
hukum ini berguna untuk mencari dasar bagi suatu peristiwa atau perbuatan
hukum dengan tujuan untuk menghindari terjadinya pelanggaran hukum di
kemudian hari dan untuk menjadi bahan argumentasi apabila terjadi sengketa
mengenai peristiwa ataupun perbuatan hukum tersebut. Bagi para penyusun
undang-undang dan peraturan, logika hukum ini berguna untuk mencari dasar
mengapa suatu undang-undang disusun dan mengapa suatu peraturan perlu
dikeluarkan. Sedangkan bagi pelaksanan, logika hukum ini berguna untuk
mencari pengertian yang mendalam tentang suatu undang-undang atau peraturan
agar tidak hanya menjalankan tanpa mengerti maksud dan tujuannya.

C. Kesesatan Logika Hukum

Berpikir dan melakukan aktifitas penalaran dalam upaya pencarian suatu


kebenaran dalam konteks keilmuan, haruslah dilakukan secara metode tertentu
agar proses penemuan kebenaran nantinya dapat dipandang benar dari segi
metodologis dan kebenaran yang ditemukannya mendapatkan validasi dari segi
keilmuan. Mengapa proses pencarian dan penemuan kebenaran diperlukan dari
segi metodologis, agar kebenaran yang dihasilkannya adalah kebenaran yang
benar dari segi keilmuan (science). Jika metodologis pencarian kebenaran
diabaikan, maka besar indikasinya dapat menimbulkan kekeliruan berpikir dan
jika hal itu terjadi, maka berindikasi kuat timbulnya kesesatan berpikir.
Timbulnya kesesatan berpikir maka melahirkan suatu kesimpulan-kesimpulan
kebenaran yang sesat. Kalau orang mengemukakan sebuah penalaran yang sesat
dan ia sendiri tidak melihat kesesatannya, penalaran itu disebut paralogis. Kalau
penalaran yang sesat itu dengan sengaja digunakan untuk menyesatkan orang lain,
maka ini disebut sofisme. Kalau kesesatan itu karena bentuknya tidak sahih (tidak
valid), hal itu terjadi karena pelanggaran terhadap kaidah-kaidah logika.

Anda mungkin juga menyukai