Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA 2

“PEMERIKSAAN SETEMPAT”

DOSEN PENGAMPU : MASHURI, S.H.I

NAMA KELOMPOK :

 Rohmatun Nafisa (18010014)

 Amar Ma’ruf (18010021)

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH DARUSY SYAFA’AH

KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH

TP. 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kota Gajah, 20 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... iii

LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................ iii

RUMUSAN MASALAH ............................................................................ iv

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 1

PENGERTIAN PEMERIKSAAN SETEMPAT ........................................ 1

DASAR HUKUM PEMERIKSAAN SETEMPAT .................................... 1

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SETEMPAT .................................... 2

BIAYA PEMERIKSAAN SETEMPAT ..................................................... 4

BAB III PENUTUP .................................................................................... 6

KESIMPULAN ........................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pemeriksaan setempat adalah sarana yang disediakan oleh peraturan


perundang- undangan kepada hakim komisioner atau majelis hakim guna
memperjelas suatu fakta atau objek yang sedang disengketakan. Pemeriksaan
setempat sering disingkat PS.

Dalam bahasa Belada selain gerechtelijke plaatsopneming, pemeriksaan


setempat dikenal juga dengan istilah plaatselijke opneming en onderzoek. Istilah
onderzoek bersinonim dengan investigation ( Inggris) yang berarti penyelidikan
atau penyidikan. Istilah tersebut tidak tepat lagi dipergunakan setelah kelahiran
KUHAP. Istilah investigasi lebih menjurus kepada masalah- masalah pidana.
Ketentuan pemeriksaan setempat ini dapat ditemukan dalam HIR/RBg.

Dahulu HIR/RBg memang dipergunakan sebagai hukum acara pidana dan


perdata sekaligus. Tetapi sekarang HIR/RBg hanya dipergunakan sebagai hukum
acara perdata. Namun setelah berlakunya UU tentang Lingkungan Hidup sejak
tahun 1982 yakni UU No.4 Tahun 1982 diganti dengan UU No. 23 Tahun 1997
dan diganti lagi dengan UU No. 32 Tahun 2009 maka istilah onderzoek kembali
menjadi relevan. Karena onderzoek dapat juga diartikan sebagai penelitian.
Penelitian sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat pencemaran air di suatu
kawasan industri yang sedang dipermasalahkan dalam gugatan karena diduga air
di kawasan tersebut telah terjadi pencemaran.

Pemeriksaan setempat adalah pemeriksaan atau sidang yang dilakukan


oleh hakim/ majelis hakim perdata di tempat objek yang sedang disengketakan
berada. Hakim/ majelis hakim tersebut datang ke tempat objek ( biasanya tanah)
tersebut untuk melihat secara langsung keadaan objek atau tanah yang
disengketakan.

iii
2. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Pemeriksaan Setempat
2. Dasar Hukum Pemeriksaan Setempat
3. Pelaksanaan Pemeriksaan Setempat
4. Biaya Pemeriksaan Setempat

iv
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pemeriksaan Setempat

Pemeriksaan setempat atau descente ialah pemeriksaan mengenai perkara


oleh hakim karena jabatan nya yang di lakukan diluar Gedung tempat kedudukan
pengadilan, agar hakim dengan melihat sendiri memperoleh gambaran atau
keterangan yang memberi kepastian tentang peristiwa – peristiwa yang menjadi
sengketa.

Salah satu hal yang erat kaitannya dengan hukum pembuktian adalah
“pemeriksaan setempat” , secara formil ia tidak termasuk alat bukti dalam pasal
1866 KUH perdata . namun pemeriksaan setempat berfungsi untuk membuktikan
kejelasan dan kepastian tentang lokasi, ukuran, dan batas – batas objek sengketa.

Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa pada dasarnya pemeriksaan


setempat itu adalah pemeriksaan oleh hakim karena jabatannya yang dilakukan
diluar Gedung pengadilan atau diluar tempat kedudukan pengadilan yang
menyidangkan perkara. Pemeriksaan setempat juga bermakna sebagai sarana yang
di sediakan oleh peraturan perundang-undangan kepada para pihak untuk meminta
kepada pengadilan guna memperjelas suatu fakta atau objek yang disengketakan.

2. Dasar Hukum Pemeriksaan Setempat


a) Pasal 153 HIR / 180 R.Bg.
1) Jika dianggap dan berguna, maka Ketua dapat mengangkat
seorang atau dua orang komisaris dari pada Pengadilan itu,
yang dengan bantuan Panitera akan memeriksa sesuatu
keadaan setempat, sehingga dapat menjadi keterangan kepada
Hakim.
2) Tentang pekerjaan dan hasilnya dibuat oleh Panitera surat
berita acara atau relaas yang ditandatangani oleh Komisaris
dan Panitera itu.

1
3) (R.Bg). Jika tempat yang akan diperiksa itu terletak di luar
daerah hukum tempat kedudukan Pengadilan itu, maka Ketua
dapat minta kepada Pemerintah setempat supaya melakukan
atau menyuruh melakukan pemeriksaan itu dan mengirimkan
dengan selekas- lekasnya berita acara pemeriksaan itu.
b) Surat Edaran Mahkamah Agung RI. Nomor 7 Tahun 2001 tentang
Pemeriksaan Setempat diterangkan bahwa banyak perkara-
perkara perdata yang putusannya telah berkekuatan hukum tetap,
tetapi tidak dapat dieksekusi (non executable) karena objek
sengketa misalnya sawah / tanah tidak jelas letak, luas dan batas-
batasnya.
c) Pasal 211 RV :
1) Jika Hakim atas permintaan para pihak atau karena jabatan
memandang perlu, maka dengan surat putusan dapat
diperintahkan agar seorang atau lebih para anggota yang
duduk dalam majelis, disertai oleh Panitera, datang di tempat
yang harus diperiksa untuk menilai keadaan setempat dan
membuat akta pendapatnya, baik dilakukan sendiri maupun
dengan dibantu oleh ahli- ahli.
2) Dengan cara dan maksud yang sama dapat diperintahkan
dengan suatu putusan, penyaksian benda- benda bergerak
yang tidak dapat atau sukar untuk diajukan ke depan sidang
pengadilan.
3) Putusan itu menentukan waktu pemeriksaan di tempat atau
waktu dan tempat peninjauan, tenggang waktu, bilamana
berita acara seperti tersebut dalam Pasal 212 harus disediakan
di Kepaniteraan, dan menentukan waktu dilakukannya
persidangan bagi para pihak untuk melanjutkan perkaranya.

3. Pelaksanaan Pemeriksaan Setempat


a. Pemeriksaan Setempat dilaksanakan karena :

2
1) Kemauan Hakim, Hakim secara ex officio karena
jabatannya menetapkan dilaksanakan pemeriksaan setempat,
apabila hal itu dianggapnya penting bagi Hakim untuk
mengetahui secara pasti objek sengketa, dengan demikian
tidak semua sengketa objeknya harus diadakan pemeriksaan
setempat, misalnya objek sengketa yang mudah dihadirkan di
ruang persidangan, akan tetapi jika objek sengketa berupa
benda yang tidak bergerak seperti tanah / sawah/ almari,
maka wajib dilaksanakan pemeriksaan setempat sebagaimana
diamanatkan dalam Surat Edaran Mahkamah Agung RI.
Nomor 7 Tahun 2001.
2) Hakim pada pemeriksaan tingkat banding dan Hakim
Agung pada pemeriksaan Kasasi, Hakim mengambil
inisiatif sendiri melaksanakan pemeriksaan setempat
walaupun tidak ada permintaan para pihak, misalnya dalam
pemeriksaan tingkat banding / kasasi dimana Hakim
memandang bahwa Majelis Hakim pertama perlu
diperintahkan untuk membuka kembali persidangan dalam
perkara tersebut dan selanjunya melaksanakan pemeriksaan
setempat dan hasilnya berupa Berita Acara hasil pemeriksaan
setempat dikirimkan kepada Majelis Hakim Tingkat
Banding/kasasi (YAHYA Harahap, Hukum Acara Perdata,
Sinar Grafika,Jakarta, hal 782).
3) Atas permintaan para pihak, para pihak yang berperkara
dapat meminta Majelis Hakim untuk mengadakan
pemeriksaan setempat atas objek sengketa hal ini tertuang
dalam Pasal 211 ayat (1) R.V. Misalnya seorang isteri
menggugat Harta Bersama terhadap suaminya, dalam
gugatannya isteri tidak dapat menyebutkan letak dan batas-
batasnya sebab suami ketika membeli tanah tersebut tidak
pernah memberitahu isterinya.

3
4
b. Kehadiran para pihak dalam pemeriksaan setempat

Pemeriksaan setempat pada hakekatnya sidang resmi


pengadilan, yang tempat persidangannya dipindahkan dari
Gedung ruang sidang Pengadilan ke tempat/ lokasi benda yang
menjadi objek sengketa. Pihak Penggugat maupun pihak
Tergugat wajib menghadiri sidang, oleh karena itu Pemeriksaan
setempat Penggugat dan Tergugat harus dipanggil/diperintahkan
hadir, kecuali setelah dipanggil/ diperintahkan tidak hadir maka
pemeriksaan setempat tetap dapat dilaksanakan.

c. Objek sengketa yang dapat dilaksanakan pemeriksaan setempat :

Pasal 153 HIR dan Pasal 180 R.Bg. tidak menyebutkan


benda yang dilaksanakan pemeriksaan setempat apakah benda
bergerak atau benda yang tidak bergerak, sedangkan menurut
Pasal 211 ayat (2) RV. pemeriksaan setempat dapat dilaksanakan
terhadap benda yang bergerak tetapi sulit dibawa ke ruang sidang,
menurut Surat Edaran Mahkamah Agung RI. No.7 Tahun 2001
pemeriksaan setempat dikususkan kepada benda tetap saja,
tujuannya agar tidak kesulitan ketika benda tersebut akan
dieksekusi. Jika beberapa ketentuan tersebut dipahami secara
cermat, bahwa pemeriksaan setempat itu dilaksanakan untuk
memeriksa benda tidak bergerak dan benda bergerak tetapi yang
sulit untuk dibawa ke persidangan.

4. Biaya Pemeriksaan Setempat :


 Biaya Pemeriksaan Setempat dibebankan kepada Pihak Yang
Meminta diadakan Pemeriksaan Setempat
 Jika PS tersebut diadakan atas perintah hakim maka biaya PS
dibebankan kepada pihak Penggugat atau Tergugat menurut
pertimbangan hakim secara realistis dan patut

5
Biaya Pemeriksaan Setempat mencakup :

 Biaya transportasi ke lokasi.


 Biaya pembuatan sketsa tanah oleh BPN (jika meminta bantuan
BPN).
 Biaya saksi- saksi dan ahli ( jika ada). Biaya- biaya tersebut
sesuai dengan radius yang telah disusun oleh PN masing- masing.

Pemeriksaan Setempat Tidak akan Dilaksanakan jika Pihak yang


Diperintahkan untuk Membayar Tidak Bersedia Membayar Biaya

 Jika pihak yang diperintahkan untuk membayar biaya tidak


bersedia membayar biaya Pemeriksaan Setempat maka
Pemeriksaan Setempat tidak akan dilaksanakan. (Pasal 160 Ayat
2 HIR)

6
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pemeriksaan setempat atau descente ialah pemeriksaan mengenai perkara


oleh hakim karena jabatan nya yang di lakukan diluar Gedung tempat kedudukan
pengadilan, agar hakim dengan melihat sendiri memperoleh gambaran atau
keterangan yang memberi kepastian tentang peristiwa – peristiwa yang menjadi
sengketa.

Pemeriksaan Setempat lebih baik dilaksanakan oleh Majelis Hakim secara


lengkap, tidak perlu menugaskan salah satu Hakim untuk melaksanakan
pemeriksaan setempat, oleh karena tidak ada penugasan maka tidak diperlukan
Putusan Sela, esensi Putusan Sela adalah suatu perintah dari Ketua Majelis kepada
salah satu Hakim untuk melaksanakan pemeriksaan setempat. karena hakekat
pemeriksaan setempat adalah sidang resmi Pengadilan hanya tempatnya di luar
Gedung.

7
DAFTAR PUSTAKA

Yahya Harahap, SH, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, 2005.

Ali Budiarto,SH, Kompilasi Peraturan Hukum Acara Perdata, Varia Peradilan, Ikatan
Hakim Indonesia, 2003.

Anda mungkin juga menyukai