Anda di halaman 1dari 4

PEMERIKSAAN SETEMPAT

Pemeriksaan setempat adalah sarana yang disediakan oleh peraturan perundang-


undangan kepada hakim komisioner atau majelis hakim guna memperjelas suatu fakta atau
objek yang sedang disengketakan. Pemeriksaan setempat sering disingkat PS. Dalam
bahasa Belada selain gerechtelijke plaatsopneming, pemeriksaan setempat dikenal juga
dengan  istilah  plaatselijke opneming en onderzoek. Istilah onderzoek bersinonim dengan
investigation ( Inggris) yang berarti penyelidikan atau penyidikan. Istilah tersebut tidak tepat
lagi dipergunakan setelah kelahiran KUHAP. Istilah investigasi lebih menjurus kepada
masalah- masalah pidana. Ketentuan pemeriksaan setempat ini  dapat ditemukan dalam
HIR/RBg. Dahulu HIR/RBg memang dipergunakan sebagai hukum acara pidana dan
perdata sekaligus. Tetapi sekarang HIR/RBg hanya dipergunakan sebagai hukum acara
perdata. Namun setelah berlakunya UU tentang Lingkungan Hidup sejak tahun 1982 yakni
UU No.4 Tahun 1982 diganti dengan UU No.  23 Tahun 1997 dan diganti lagi dengan UU
No. 32 Tahun 2009 maka  istilah onderzoek kembali menjadi relevan. Karena onderzoek
dapat juga diartikan sebagai penelitian. Penelitian  sangat diperlukan untuk mengetahui
tingkat pencemaran air di suatu kawasan industri yang sedang dipermasalahkan dalam
gugatan karena diduga air di kawasan tersebut telah terjadi  pencemaran.

Pemeriksaan setempat  adalah pemeriksaan atau sidang yang dilakukan oleh hakim/ majelis
hakim  perdata di tempat objek yang sedang  disengketakan berada. Hakim/ majelis hakim
tersebut datang ke tempat objek ( biasanya tanah) tersebut untuk melihat secara langsung
keadaan objek atau tanah yang disengketakan.

Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan Pemeriksaan Setempat adalah :


a) Pembayaran biaya oleh Para Pihak ( Penggugat/Tergugat)
b) Memberitahukan melalui surat kepada Kepala Desa/Lurah setempat akan dilakukan
Pemeriksaan Setempat.
c) Meminta bantuan kepada Badan Pertanahan Nasional setempat untuk melakukan
pengukuran atas tanah sengketa.(Jika objek sengketa  berupa tanah)

Dasar hukum ( rechtsgrond) pemeriksaan setempat:


1) Pasal 153 HIR/ Pasal 180 RBg/ Pasal 211- pasal 214 RV
2) SEMA Nomor 7 Tahun 2001

Berdasarkan ketentuan Pasal 153 HIR / Pasal 180 RBG dapat disimpulkan :
a) Apabila dianggap perlu, dapat dilakukan pemeriksaan setempat oleh hakim sebagai
keterangan dalam mengambil keputusan. (Pasal 153 Ayat 1 HIR Pasal 180 Ayat 1 RBg);
b) Panitera membuat Berita Acara Pemeriksaan Setempat yang ditandatangani oleh hakim
dan panitera tersebut. (Pasal 153 Ayat 2 HIR/ Pasal 180 Ayat 2 RBg )
c) Pendelegasian pemeriksaan setempat kepada PN di tempat objek terperkara terletak.
( Pasal 180 Ayat 3 RBg). Ketentuan ini tidak  ditemukan dalam HIR.
d) Menurut HIR/RBG yang melaksanakan pemeriksaan setempat tersebut adalah seorang
hakim atau dua orang hakim dan panitera. Hakim tersebut disebut dengan hakim
komisaris. Sedangkan menurut SEMA Nomor 7 Tahun 2001 yang melaksanakan
pemeriksaan setempat tersebut adalah majelis hakim dan Panitera Pengganti.
Praktiknya yang melaksanakan pemeriksaan setempat adalah Majelis Hakim dan
Panitera Pengganti.

Tujuan Pemeriksaan Setempat

Tujuan Pemeriksaan setempat adalah untuk mengetahui dengan jelas ( clearly) dan pasti
( certainly) tentang letak, luas dan batas- batas objek ( tanah) terperkara. Atau  untuk
mengetahui tentang kuantitas dan kualitas objek terperkara jika  objek itu merupakan
barang yang dapat diukur jumlah dan kualitasnya (misalnya pencemaran lingkungan
hidup).

Pemeriksaan Setempat/PS Berdasarkan Permintaan Salah Satu Pihak (Penggugat/


Tergugat) atau Majelis Hakim secara Ex-Officio

 Pihak Tergugat atau Penggugat dapat meminta kepada Majelis hakim agar dilakukan
Pemeriksaan Setempat apabila pihak lawan membantah kebenaran tentang letak,
luas dan batas- batas objek tanah yang disengketakan. (Pasal 153 jo. Pasal 163
HIR/Pasal 180 jo. Pasal 283 RBg)
 Hakim yang memeriksa  perkara karena jabatannya dapat menetapkan diadakan
Pemeriksaan Setempat. ( SEMA Nomor 7 Tahun 2001)

Pemeriksaan Setempat Dihadiri oleh Para Pihak dan Dapat Mengajukan Saksi- saksi
dan Ahli

 Para pihak harus hadir ketika Pemeriksaan Setempat berlangsung. Karena


Pemeriksaan Setempat adalah sidang resmi pengadilan. Hanya tempat sidangnya
diadakan di tempat objek sengketa. Akan tetapi jika salah satu pihak tidak hadir
tanpa alasan yang sah, Pemeriksaan Setempat tetap dapat dilangsungkan apabila
sudah diberitahukan secara resmi kepadanya. ( Pasal 127 HIR/ Pasal 151 RBg);
 Para Pihak dapat mengajukan saksi- saksi guna memperkuat dalil gugatan atau
bantahannya;
 Para pihak atau Majelis Hakim secara ex- officio, ambsalve dapat mendatangkan
ahli, misalnya dalam kasus pencemaran lingkungan,pertambangan , konstruksi
bangunan gedung dan lain- lain.

Panitera Pengganti  Membuat Berita Acara

 Panitera Pengganti membuat Berita Acara Pemeriksaan Setempat yang


ditandatangani oleh Panitera Pengganti tersebut dan Hakim atau Ketua Majelis
Hakim (Pasal 153 Ayat 2 HIR/ Pasal 180 Ayat 2 RBg /Pasal 211 Ayat 2 RV.)
 Berita Acara Pemeriksaan Setempat tersebut menerangkan  sketsa tanah yang
dibuat oleh BPN.

Biaya  Pemeriksaan Setempat

 Biaya Pemeriksaan Setempat dibebankan kepada Pihak Yang Meminta diadakan


Pemeriksaan Setempat;
 Jika PS tersebut diadakan atas perintah hakim maka biaya PS dibebankan kepada
pihak Penggugat atau Tergugat menurut pertimbangan hakim secara realistis dan
patut, dengan memperhatikan pihak yang paling berkepentingan, the most interested
party, dalam hal ini adalah Penggugat. Sehingga sewajarnya biaya tersebut
dibebankan kepada Penggugat terlebih dahulu kemudian kepada Tergugat.

Biaya Pemeriksaan Setempat mencakup :

 Biaya transportasi ke lokasi;


 Biaya pembuatan sketsa tanah oleh BPN (jika meminta bantuan BPN).
 Biaya saksi- saksi dan ahli ( jika ada). Biaya- biaya tersebut sesuai dengan radius
yang telah disusun oleh PN masing- masing.

Pemeriksaan Setempat Tidak akan Dilaksanakan jika Pihak yang Diperintahkan untuk
Membayar Tidak Bersedia Membayar Biaya

 Jika pihak yang diperintahkan untuk membayar biaya tidak bersedia membayar biaya
Pemeriksaan Setempat maka Pemeriksaan Setempat tidak akan dilaksanakan.
(Pasal 160 Ayat 2 HIR).

Nilai Kekuatan Pembuktian Pemeriksaan Setempat Dinyatakan dalam Yurisprudensi

Pemeriksaan Setempat tidak tercantum sebagai alat bukti  dalam Pasal 164  HIR/Pasal 283
RBg/ Pasal 1886 KUH Perdata . Akan tetapi hasil pemeriksaan setempat merupakan fakta
yang ditemukan hakim di persidangan , oleh karenanya mempunyai daya kekuatan
mengikat bagi hakim. Daya mengikat pemeriksaan setempat seperti yang terlihat dalam
beberapa yurisprudensi berikut , yaitu:

1) Dapat menetapkan luas tanah objek sengketa.


Hakim dapat menetapkan luas tanah objek sengketa. Sedangkan mengenai batas- batas
tidak begitu relevan, sebab menurut pengalaman sering terjadi perubahan tanah akibat
dari peralihan hak milik atas tanah. (Putusan Mahkamah Agung No. 1497 K/Sip/ 1983);
2) Dapat  Dijadikan Dasar Mengabulkan Gugatan
Dalam hal dalil gugatan dibantah oleh pihak tergugat, tetapi ternyata berdasarkan
pemeriksaan setempat luas tanah objek sengketa sama dengan yang tersebut dalam
gugatan, maka dapat dijadikan dasar dikabulkan  gugatan ( Putusan Mahkamah Agung
Nomor 3197 K/Sip/1983);
3) Dapat Digunakan untuk memperjelas  Objek Sengketa.
Hasil pemeriksaan setempat dapat dijadikan dasar untuk memperjelas  letak,  luas dan
batas- batas objek sengketa ( Putusan Mahkamah Agung Nomor 1777 K/Sip/1983).

Pendelegasian Pemeriksaan Setempat


Apabila objek sengketa terletak di wilayah hukum Pengadilan Negeri lain ,di luar forum,
maka pemeriksaan setempat harus didelegasikan kepada Pengadilan Negeri  tempat objek
terletak/ berada. Hal ini diatur dalam Pasal 180 Ayat (3 ) RBg/ Pasal 213 RV. Masalah
pendelegasian pemeriksaan setempat tidak diatur dalam HIR. Pengadilan- pengadilan untuk
wilayah Jawa dan Madura dapat menggunakan Pasal 213 RV sebagai pedoman
berdasarkan ketentuan  pasal 1 Aturan Peralihan UUD 1945.
 

Sumber bacaan :
1) Yahya Harahap, SH, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, 2005.
2) Ali Budiarto,SH, Kompilasi Peraturan Hukum Acara Perdata, Varia Peradilan,  Ikatan
Hakim Indonesia, 2003.

Anda mungkin juga menyukai