Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL BOOK REVIEW

NAMA : TAMARO SUSAN MARIA HUTABARAT

NPM : 198600388

JURUSAN : PSIKOLOGI

MATA KULIAH : TEKNIK INTERVENSI BIMBINGAN DAN


KONSERLING

UNIVERSITAS MEDAN AREA

FAKULTAS PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan karunianya
saya dapat menyelesaikan makalah ini, saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan Critical Book Review ini

Critical Book Review adalah tugas yang mengharuskan seseorang untuk megulas,
meringkas, dan mengevaluasi buku secara kritis.Sehingga kita dapat menguasai dan memahami
isi dari buku lebih dalam. Tujuan saya menulis tugas ini yang utama untuk memenuhi tugas
individu pada mata kuliah Teknik Intervensi daan Konseling.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan Critical Book Review ini, oleh karena itu dengan senang hati saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan tugas ini. Semoga Critical Book
Review ini membawa manfaat bagi para pembaca dan bagi penulis sendiri khususnya.

Medan, 24 April 2022

Tamaro Susan Maria Hutabarat

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 LatarBelakang..........................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................2

2.1 Identitas Buku..........................................................................................................2


2.2 Ringkasan isi buku..................................................................................................2

BAB 3 KELEBIHAN DAN KELEMAHAN......................................................................8

3.1 Kelebihan.................................................................................................................8
3.2 Kelemahan..............................................................................................................8

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................9

4.1 Kesimpulan..............................................................................................................9
4.2 Saran........................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya


merupakan “ gejala belajar”, dalam arti mustahilah melakukan kegiatan itu, kalau kita belajar
terlebih dahulu. Misalnya, kita mengenakan pakaian kita makan dengan menggunakan alat- alat
makan, kita berkomunikasi dengan satu sama lain dalam bahasa nasional, kita bertindak sopan,
kita menghormati bendera sang merah putih, kita mengemudika kendaraan bermotor, dan lain
sebagainya. Gejala-gejala belajar semacam itu terlalu banyak disebutkan satu per satu karena
jumlanya ribuan namun mengisi kehidupan sehari-hari. Maka dari itu kita perlu tahu apa itu
belajar, hakikat belajar dan ciri-ciri khasnya. Tinjauan mengenai hal ini menjadi bahan
pembahasan dalam critical book review ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari critical book review ini adalah:
a. Mengulas isi sebuah buku.
b. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
c. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi dalam bab
d. Membandingkan isi buku pertama dan buku kedua.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari critical book review ini adala Agar menambah wawasan pembaca
mengenai mata kuliah Teknik Intervensi Bimbingan Dan Konserling

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Identitas buku


1. Judul Buku : Psikologi Belajar
2. Pengarang : Drs.H Makmun Khairani,M.Pd,Psikolog
3. Penerbit : Aswaja Pressindo
4. Tahun Terbit : 2013
5. Kota Terbit : Sleman,Yogyakarta 6. ISBN : 978-602-7762-08-
6. Tebal Buku : 208 halaman
7. Ukuran : 15,5 x 23 cm

2.2 Ringkasan buku

BAB 1

Menurut asal katanya, Psikologi berasal dari kata yunani “Psyche” yang berarti jiwa, dan
“Logos” yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah Psikologi berarti ilmu jiwa,. Ada beberapa ahli
psikologi memberikan defenisi yaitu, menurut ernest hilgert “psikologi dapat didefinisikan
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dan makhluk lainnya”.
Psikologi adalah ilmu mengenai prilaku, jadi kesimpulannya, psikologi tidak mempelajari jiwa
secara langsung, tetapi melalui gejala jiwanya, yaitu prilaku atau aktivitas manusia itu sendiri.
Kemudian pengertian belajar yang menekankan pada perubahan sebagaimana dikatakan oleh
Witherington “belajar adalah perubahan dalam diri individu yang dapat dinyatakan sebagai
suatu kecakapan,kebiasaan, pengertian dan apresiasi. Belajar adalah perubahan tingkah laku
yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik,perubahan
tersebut merupakan perubahan yang timbul karena adanya pengalaman dan latihan.

Sedangkan pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. Sedangkan Psikologi pembelajaran adalah sebuah disiplin ilmu yang memberikan
wawasan kepada guru dan calon guru mengenai siapa dan bagaimana peserta didik belajarnya.
Ciri ciri dalam belajar yaitu ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang dihasilkan
karena belajar dan pengalaman latihan yang memberi penguatan. Ada beberapa pendapat
tentang prinsip belajar seorang anak yakni, belajar sesuai kemampuan,belajar tanpa ada paksaan
(digantikan posisinya dengan orang lain,penguasaan materi,memotivasi diri dalam belajar,
startegi dan informasi verbal. Tujuan belajar untuk menambah pengetahuan,meningkatkan
ketrampilan, merubah tingkah laku dan membangun karakter yang lebih baik, sedangkan tujuan
pembelajaran dirumuskan dalam bentuk prilaku kompetensi spesifik,aktual,akurat dan terukur
sesuai yang diharapkan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

2
BAB 2

TEORI BEHAVIORISME

Menurut Skinner, dalam kegiatan pembelajaran guru perlu memberikan beberapa


stimulus kepada siswa. Adapun jenis-jenis stimulus tersebut menurut Skinner yakni: 1. Positive
reinforcement : Penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas suatu respon 2. Negative
rinforcement : Pembatasan stimulus yang tidak menyenangkan, yang jika dihentikan akan
mengakibatkan probabilitas respon 3. Hukuman : pemberian stimulus yang tidak menyenangkan
misalnya : “Contradktion or reprimand”. Bentuk hukuman lain berupa penangguhan stimulus
yang menyenangkan 4. Primary rinforcement : stimulus pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
fisiologis 5. Modifikasi tingkah laku guru : Perlakuan guru terhadap murid-murid berdasarkan
minat dan kesenangan mereka. Menurut Thorndike terdapat tiga hukum belajar yang utama
yaitu : a.The Law of Effect (Hukum Akibat). Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon
yang cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika
akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya
koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung
dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak
menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi. Koneksi antara kesan panca
indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah”
hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan
muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan
PR akan membentuk sikapnya. b. The Law of Exercise (Hukum Latihan) Hukum latihan yaitu
semakin sering tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin
kuat. Dalam hal ini, hukum latihan mengandung dua hal: The Law of Use: hubungan-hubungan
atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat, kalau ada latihan yang sifatnya lebih
memperkuat hubungan itu. The

Law of Disue: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah


lemah atau terlupa kalau latihan-latihan dihentikan,karena sifatnya yang melemahkan hubungan
tersebut.

The Law of Readiness (Hukum Kesiapan). Hukum kesiapan yaitu semakin siap suatu
organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut
akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.Prinsip pertama
teori koneksionisme adalah belajar merupakan suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection)
antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.Misalnya, jika anak merasa senang
atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila
hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi
memuaskan. Teori Belajar Cognitive Developmental dari Jean Piaget

Tahap Sensori Motor ( usia 0 – 2 tahun ). Awalnya pengalaman bersatu dengan dirinya.Pada
tahap ini pengalaman yang diperolehnya melalui pada perubahan fisik sebagai gerakan anggota
tubuh dan sensori sebagai koordinasi alat-alat indera bersatu, berarti dalam satu objek ada,
apabila ada penglihatannya selanjutnya berusaha mencari objek asal kemudian hilang dari
3
Pra-Operasi (usia 2 – 6 tahun). Istilah operasi maksudnya adalah berupa tindakan-
tindakan yang kognitif dan tahapan ini disebut tahap pengorganisasian operasi kongkrit seperti
mengklasifikasikan sekelompok objek atau menata benda-benda menurut aturan, urutan tertentu
dan membilangkan. Pemikiran anak lebih banyak berdaarkan pengalaman konkrit dibanding
dengan pemikiran yang logis sehingga jika dia melihat objek yang kelihatan berbeda akan
mengatakan yang berbeda. Misalnya kelereng besar lima buah terletak diatas meja lalu dirubah
letak kelereng tersebut agak jauh maka ia mengatakan jumlah kelereng tersebut lebih banyak. 3.
Tahap Operasi Konkrit ( usia 6 – 12 tahun). Pada tahap ini pada umumnya anak-anak sudah
berada di bangku sekolah dasar akan dapat memahami operasi logis melalui bantuan berupa
benda- benda yang kongkrit, mampu mengklasifikasikan, mampu memandang objek secara
objektif dan berpikir reversible contoh : diberikan bola warna merah 10 buah, kuning 5 buah,
hijau 3 buah. Jika ditanyakan bola warna apa yang paling sedikit maka dia akan menjawab bola
warna hijau.

BAB 3

IMPLIKASI TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (stundent center)
yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami
potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif. Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut
ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator,
yaitu:

Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi


kelompok, atau pengalaman kelas, Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas
tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya,sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di
dalam belajar yang bermakna tadi. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber
untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu
mencapai tujuan mereka. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam
kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi
kelompok Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang peserta didik yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok,
dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti peserta didik yang lain.
Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya
dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi
4
yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta didik Dia harus tetap waspada terhadap
ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luas,
sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat
dan lebih baik.

pandangannya (berpindah/terlihat).Misalnyaanak mulai bisa berbicara meniru suara kenderaan,


suara kucing megeong dan sebagainya.pada usia 0 – 2 tahun gerakan tubuhlan yang
berkoordinasi dengan alat inderanya. 2. Tahap

BAB 4

Faktor pembentukan Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi.Di sini dapat dibedakan antara pembentukan
sengaja,seperti yang dilakukan di sekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya
pengaruh alam disekitarnya.
Faktor kematangan Di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan.Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah
matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan
fungsinya masing-masing.Oleh karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu
mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat SD, karena soal-soal itu
masih terlampau sukar bagi anak.Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang
untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan umur.
Faktor kebebasan Faktor kebebasan artinya manusia dapat memilih metode tertentu
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas
dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

BAB 5 MOTIVASI

Motivasi meupakan tenaga pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai


dengan tujuan yang ditetapkan. Oleh sebab itu motivasi merupakan bagian yang sangat penting
dalam suatu lembaga atau diri seseorang untuk mencapai suatu prestasi.

BAB 6 KESULITAN BELAJAR

Berdasarkan pada jenisnya kesulitan belajar ini terdiri atas beberapa gangguan yang
dialami oleh peserta didik, dalam hal ini tidak terdapat perbedaan antara gangguan yang diderita
oleh peserta didik sekolah dasar umum maupun yang ada di Madrasah ibtidaiyah. Kesulitan
belajar yang dialami oleh peserta didik pada jenjang madrasah ibtidaiayah ini secara umum
berwujud dalam bentuk lemahnya kemampuan dalam membaca (Disleksia), menulis (Disgrafia)
dan menghitung (Diskalkulia). Sedangkan dari sisi gejala nya dapat dilihat ketika dilakukannya
observasi pada saat kegiatan pembelajaran dimana peserta didik menunjukan sikap/perilaku,

5
sulit memerhatikan pelajaran, gugup, cepat lelah, tidak tenang, selalu menggangu teman, malas,
sukar berkomunikasi dan lain-lain.Selain itu terdapat bentuk lain dari kesulitan belajar yang bisa

Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan
menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri. (Dakir, 1993: 65). Ciri-ciri guru yang fasilitatif
adalah :

a. Merespon perasaan peserta didik


b. Menggunakan ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
c. Berdialog dan berdiskusi dengan peserta didik
d. Menghargai peserta didik
e. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
f. Menyesuaikan isi kerangka berpikir peserta didik (penjelasan untuk mementapkan
kebutuhan segera dari peserta didik)

Tersenyum pada peserta didik. (Syaodih, 2007: 152) Guru-guru cenderung berpendapat
bahwa pendidikan adalah pewaris kebudayaan, pertanggungan jawaban sosial dan bahan
pembelajaran yang khusus, mereka percaya bahwa masalah ini tidak dapat di serahkan begitu
saja kepada peserta didik.
Aplikasi Teori Belajar Humanistik Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya
daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
Merumuskan tujuan belajar yang jelas, Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik
melalui kontrak belajar yang bersifat jelas,jujur dan positif, Mendorong peserta didik untuk
mengembangkan kesanggupan peserta didik untuk belajar atas inisiatif sendiri, Mendorong
peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri, Peserta
didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan
apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan., Guru menerima
peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran peserta didik, tidak menilai secara
normatif tetapi mendorong peserta didik untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan
atau proses belajarnya, Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan
kecepatannya.

Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta didik.


(Mulyati, 2005: 182) Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini tepat untuk diterapkan.
Keberhasilan aplikasi ini adalah peserta didik merasa senang bergairah, berinisiatif dalam
belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Peserta didik
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

6
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELEGENSI

Faktor pembawaan Faktor pembawaan merupakan faktor pertama yang berperan di


dalam intelegensi. Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan
atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor
bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar,dan
pintar sekali,meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
Faktor minat dan pembawaan yang khas Faktor minat ini mengarahkan perbuatan
kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.Dalam diri manusia terdapat
terlihat pada jenjang peserta didik di tingkat Madrasah Ibtidaiyah, seperti perilaku menyontek,
kejenuhan, rendahnya motivasi belajar, anak dengan “underachiever” dan anak “Slow Learner

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kesulitan Belajar Hal yang melatar belakangi


terjadinya kesulitan belajar ini dapat diklasifikasikan pada 2 (dua) sumber,yakni faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
peserta didik, baik itu yang bersifat bawaan (turunan) maupun hasil interaksi individu dan
proses belajar pribadi individu yang telah melekat didalam pribadinya. • Aspek kognitif (ranah
cipta), seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi peserta didik • Aspek afektif (ranah
rasa), seperti kondisi emosi dan sikap yang labil/tidak terkendali. • Aspek psikomotorik (ranah
karsa), seperti rendahnya/terganggu/terbatasnya alat penginderaan (penglihatan dan
pendengaran).

Faktor eksternal Faktor eksternal sejatinya ialah segala bentuk hambatan yang berasal dari luar
diri peserta didik, diantaranya: • Lingkungan Keluarga • Lingkungan Masyarakat • Lingkungan
Sekolah.

7
BAB 3
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

Kelebihan dan kelemahan buku


3.1 Kelebihan Buku
Dalam buku yang ditulis oleh Makmun Khairani menjelaskan pengertian setiap
pembahasan dalam bab, kemudian dalam buku ini juga terdapat ilustrasi sebagai pendukung
dalam setiap pembahasan. Bahasa yang digunakan penulis sesuai dengan EYD dan diikuti
dengan cover yang bagus.
Buku ini menerangkan dengan jelas bagaiamana cara mengatasi psikologi anak dengan baik dan
menjelaskan beberapa topik tentanng kekurangan pada anak yang jarang diketahui khalayak
ramai.

3.2 Kekurangan buku


Dalam buku ini terdapat banyak kekurangan, salah satunya hilangnya satu pembahasan
dalam halaman tersebut,entah salah pencetak atau lupa, kemudian pembahasan dalam buku
tidak dibajarkan secara jelas bagaimana implementasi dalam proses belajar,hanya fokus pada
pendapat dan teori para ahli (terlena dengan sejarah).

8
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penting bagi kita sebagai calon guru untuk mengetahui apa sebenarnyakonseling dan
perannya dalam pendidikan. Adanya konseling ini untuk mendidik,memotivasi dan
memberikan bimbingan kepada peserta didik. Tenaga pendidik bukan hanya mengajar atau
memberi materi, namun juga mendidik karakter siswa supaya lebih baik dan juga memahami
karakter dari masing masing siswa.Kita para pendidik harus mendorong para siswa untuk
memliki rasa keterbukaan sehingga siswa dapat belajar menghadapi masalah yang
dihadapinya. Dengan mengkritisi buku ini, penulis lebih paham tentang bagaimana
menciptakan bimbingan dalam belajar dengan membandingkan ketiga buku.

4.2 Saran

Dalam menulis buku, selain isi yang harus terperinci, penulis juga harus memperhatikan
karakteristik buku supaya para pembaca tertarik untuk membaca buku. Kita sebagai calon
guru, hendaknya menggali diri dalam hal belajar-mengajar, memperkaya diri dengan ilmu
pengetahuan, dan mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat.

9
10

Anda mungkin juga menyukai