1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat,
hidayah dan karunia–Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini membahas mengenai
“Pendekatan Behavioral dan Kognitif Sosial”.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok membuat
makalah Semester Ganjil 2019/2020 “Psikologi Pendidikan”. Kami berharap semoga pembuatan
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Kami memahami bahwa dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak dan karena itu kami ucapkan terimakasih kepada ibu Nanda Istiqomah, M.Pd.
selaku dosen pengampu serta pihak-pihak lain yang turut membantu memberikan referensi buku.
Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapa pun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah di susun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang
membacanya. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah
ini di waktu yang akan datang.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul. i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................1
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertin Belajar dan Bukan Belajar....................................................3
B. Pendekatan Behavioral untuk Pembelajaran ........................................4
C. Analisis Perilaku Terapan dalam Pendidikan ......................................5
D. Pendekatan Kognitif Sosial untuk Pembelajaran..................................7
BAB III: PENUTUP.................................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................17
B. Saran.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
iii
BAB II
PEMBAHASAN
1
Jhon W Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2008. hlm.235
1
b. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral
dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi(UCS). Contoh: Bunyi bel adalah
stimulus netral yang dipasangkan dengan stimulus tidak
c. Terkondisi berupa makanan.
d. Respons tidak terkondisi(UCR), refleksalami yang ditimbulkan secara otonom
atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
e. Respos terkondisi(CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari
penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan
bunyi bel dengan makanan.
Generalisasi dalam pengkondisian klasik merupakan kecenderungan yang berasal dar
stimulus baru yang sama dengan CS asli untuk menghasilkan respons.Diskriminasi dalam
pengkondisian klasik terjadi saat organisme merespons stimuli tertentu.
Pelenyapan (extinction) dalam pengkondisian klasik merupakan pelenyapan CR karena
tidak terdapat US. Desentisasi sistematis merupakan metode dari dasar pengkondisian
klasik untuk mengurangi kecemasan dengan cara membuat individu mengasosiasikan
relaksasi dengan visualisasi yang menimbulkan kecemasan. Mengevaluasi Pengkondisian
Klasik Cara ini membantu untuk menjelaskan bagaimana stimuli netral menjadi
diasosiasikan dengan respons yang tidak dipelajari dan suka rela.
B. Pengkondisian Operan
Pengkondisian operan (pengkondisian instrumental) merupakan pembelajaran dimana
konsekuensi – konsekuensi perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas
perilaku akan diulangi.
Tokoh Thorndike
Hukum efek (law effect) Thorndike menyatakan sebuah perilaku yang diikuti perilaku
positif akan diperkuat, tetapi apabila perilaku yang diikuti perilaku negatif akan
diperlemah. Menurut Thorndike, asosiasi yang tepat akan diperkuat tetapi asosiasi
yang tidak tepat akan diperlemah, karena konsekuensi dari tindakan organisme.
Pandangan tersebut dikemukakan karena akibat dari hubungan stimulus dan respons.
Pengkondisian operan Skinner dimana konsekuensi perilaku menyebabkan perubahan
dalam probabilitas perilaku akan terjadi. Konsekuensi bersifat sementara pada
perilaku organisme.
iii
Teori koneksi onisme adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edwar
L.Thorndike
Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang
dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel pintu, dantali yang
menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata
sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan
yang tersedia didepan sangkar tadi. Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut
puzzle box(teka-teki) itu merupakan situasi stimulus yang merangsang kecil untuk
bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada dimuka pintu. Mula-
mula kucing tersebut mengeong, mencakar dan berlari-larian, namun gagal membuka
pintu untuk memperoleh makanan yang ada didepannya. Akhirnya, entah bagaimana,
secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu
sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box Ini kemudian terkenal dengan nama
instrumental conditioning. Artinya, tingkahlaku yang dipelajari berfungsi sebagai
instrumental(penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki.
1
a. Penguatan positif merupakan frekuensi respons meningkat karena diikuti
dengan stimulus yang mendukung.
b. Penguatan negative merupakan frekuensi respons meningkat karena diikuti
dengan penghilangan stimulus yang merugikan.
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan negatif adalah dalam
penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh pada penguatan negatif
ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan. Pada pengkondisian klasik , generalisasi
merupakan kecenderungan yang berasal dar stimulus baru yang sama dengan CS asli
untuk menghasilkan respons, tetapi pada pengkondisian operan, generalisasi berarti
memberikan respons yang sama terhadap stimuli yang sama.
Tokoh B.F.Skinner
Pengkondisian operan Skinner dimana konsekuensi perilaku menyebabkan perubahan
dalam probabilitas perilaku akan terjadi. Konsekuensi bersifat sementara pada perilaku
organisme.
Penguatan dan hukuman. Penguatan merupakan konsekuensi meningkatkan probabilitas.
Hukuman merupakan konsekuensi menurunkan probabilitas
B.F Skinner melakukan percobaan terhadap tikus yang diletakkan di dalam kandang.
Kemudian ia meletakkan sebuah bel di dekat pintu. Apabila ditekan, maka secara
otomatis
pengungkit makanan akan bergerak, dan makanan akan jatuh dari atas kandang.
Dalam percobaan ini, yang dilakukan tikus pertama kali adalah melompat-lompat dan
mencakar kandang. Tetapi pada suatu ketika, tikus berhasil menekan bel hingga akhirnya
pengungkit bergerak dan makanan pun jatuh. Aksi yang dilakukan tikus ini dinamakan
aksi emitted behavior. Emitted behavior adalah sebuah tingkah laku yang muncul tanpa
adanya
stimulus tertentu sebelumnya. Makanan yang jatuh dinamakan reinforce yaitu tingkah lau
operant yang akan terus meningkat apabila diikuti oleh reinforcement
Penguatan Positif
a. Penguatan positif akan berbekas pada diri siswa. Tanggapan yang dihargai akan
cenderung diulangi. Mereka yang mendapat pujian setelah berhasil menyelesaikan tugas
iii
atau
menjawab pertanyaan dengan benar biasanya akan berusaha memenuhi tugas berikutnya
dengan penuh semangat. Penguatan yang berbentuk hadiah atau pujian akan memotivasi
siswa untuk rajin belajar dan mempertahankan prestasinya. Nilai tinggi membuat
seseorang
belajar lebih giat. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado,
makanan, dan sebagainya), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,
bertepuk tangan,
mengacungkan jempol, kata-kata pujian), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dan
sebagainya).
b. Penguatan Negatif
Penguatan negatif adalah bentuk stimulus yang lahir akibat dari respon siswa yang
kurang atau tidak diharapkan. Tanggapan yang memungkinkan terjadinya keadaan untuk
meloloskan diri dari hal yang tidak diinginkan atau ketidaknyamanan cenderung akan
diulangi. Penguatan negatif diberikan agar respon yang tidak diharapkan atau tidak
menunjang pada pelajaran tidak diulangi siswa. Penguatan negatif itu dapat berupa
teguran,
peringatan atau sangsi. Contoh penguatan negatif yaitu pemberian alasan untuk terlambat
mengerjakan pekerjaan rumah akan membuat seseorang tidak tepat waktu menyampaikan
pekerjaan rumah yang lain.
c. Dikriminasi perilaku, dan tindakan yang tidak adil atau tidak seimbang yang dilakukan
oleh individu atau
kelompok terhadap individu atau kelompok lainnya. Diskriminasi dalam pengkondisian
klasik terjadi saat organisme merespons stimuli tertentu.
d. Generalisasi adalah proses penalaran yang membentuk kesimpulan secara umum
melalui suatu kejadian,
hal, dan sebagainya. Generalisasi dalam pengkondisian klasik merupakan
kecenderungan yang berasal dar stimulus baru yang sama dengan CS asli untuk
menghasilkan respons.
1
f. Pelenyapan (extinction) dalam pengkondisian klasik merupakan pelenyapan CR
Karena tidak terdapat US. Desentisasi sistematis merupakan metode dari dasar
pengkondisian klasik untuk mengurangi kecemasan dengan cara membuat individu
mengasosiasikan relaksasi dengan visualisasi yang menimbulkan kecemasan.
Mengevaluasi Pengkondisian Klasik Cara ini membantu untuk menjelaskan bagaimana
stimuli netral menjadi diasosiasikan dengan respons yang tidak dipelajari dan suka rela.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa proses
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan
pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar
terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh
pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif
Rumusan :
Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari
penguatan.
iii
Hasil Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa.
Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif
1
permen, dan dilanjutkan dengan pujian. The punishing authority berteriak dengan
mencela model dan memberikan tamparan keras.
Teori Bandura dengan jelas menggunakan sudut pandang kognitif dalam
menguraikan belajar dan perilaku. Melalui kognitif kita berarti Bandura berasumsi
tentang pikiran manusia dan menafsirkan pengalaman mereka.Rangkaian kejadian itu
merupakan perilaku ingin yang diikuti oleh penguatan),” tetapi Bandura akan
membantah bahwa penguatan seperti itu tidak akan memberikan pengaruh yang kuat
pada perilaku. Anak-anak pertama- tama harus mengerti hubungan antara perilaku
yang benar dan peristiwa penguatan.Menurut teori belajar social, perbuatan melihat
saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan , secara rinci dasar kognisi dalam
proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap yaitu :
1. Atensi / Perhatian
Jika reaksi baru yang dipelajari dari melihat/mendengar lainnya, maka hal itu jelas
bahwa tingkat memberi perhatian yang lain akan menjadi yang terpenting. Lebih
mendalam lagi berikut faktor-faktor untuk mendapatkan perhatian : (1) penekanan
penting dari perilaku menoonjol (2) memperoleh perhatian dari ucapan /teguran (3)
membagi aktivitas umum dalam bagian –bagian yang wajar jadi komponen
keterampilan dapat menonjol.
2. Retensi
Setiap gambaran perilaku disimpan dalam memori atau tidak, dan dasar untuk
penyimpanan merupakan metode yang digunakan untuk penyandian atau
memasukkan respon. Penyandian dalam symbol verbal dipermudah oleh berpikir aktif
orang atau ringkasan secara verbal tindakan yang mereka amati. Waktu respon yang
diamati disandikan, ingatan kesan visual atau symbol verbal dapat berlanjutdengan
melatih kembali secara mental. Dengan begitu, penyandian akan mencoba untuk
berpikir giat mengenai tindakan dan memikirkan kembali penyandian verbal.
3. Produksi
Waktu fakta-fakta dari tindakan baru disandikan dalam memori, mereka harus
dirubah kembali dalam tindakan yang tepat. Rangkaian tindakan baru merupakan
symbol pertama pengaturan dan berlatih, semua waktu dibandiungkan dengan
ingatan/memori dari perilaku model. Penyesuaian dibuat dalam rangkaian tindakan
iii
baru, dan rangkaian perilaku awal.
Perilaku sebenarnya dicatat oleh orang dan mungkin juga oleh pengamat yang
memberikan timbal balik yang benar dari perilaku suka meniru. Dasar penyesuaian
dari timbal balik membuat pengaturan simbolik rangkaian tindakan baru, dan
rangkaian perilaku dimulai lagi.
Teori belajar social memperkenalkan tiga prasyarat utama untuk berhasil dalam
proses ini. Pertama, orng harus memiliki komponen keterampilan. Biasanya
rangkaian perilaku model dalam penelitian Bandura buatan dari komponen perilaku
yang sudah diketahui orang. Kedua, orang harus memiliki kapasitas fisik untuk
membawa komponen keterampilan dalam mengkoordinasikan gerakan. Terakhir,
hasil yang dicapai dalam koordinasi penampilan/ pertuntukan memerlukan
pergerakan individu yang dengan mudah tampak.
1
Memilih penguat yang efektif
Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu
Memilih jadwal penguatan terbaik
Menggunakan perjanjian
Menggunakan penguatan negative secara efektif
Menggunakan prompt dan shaping
c. Mengurangi Perilaku yang Tidak di Harapkan
Menggunakan penguatan diferensial
Menghentikan penguatan(pelenyapan)
Menghilangkan stimulasi yang diinginkan
Memberikan stimulasi yang tidak disukai(hukuman)
2
Jhon W Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2008. hlm.242
3
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995. hlm.87
iii
kognitif/person, faktor lingkungan, dan faktor perilaku saling memengaruhi satu sama lain.
Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi,pemikiran,dan kecerdasan.
Pendekataan kognitif sosial telah memberi kontribusi penting untuk mendidik anak.
Selain mempertahankan aroma ilmiah kaum behavioris dan menekankan pada observasi yang
cermat, pendekatan ini juga memperluas penekanan pembelajaran sampai ke faktor kognitif
dan sosial. Pembelajaran dilakukan dengan mengamati dan mendengarkan model yang
kompeten dan kemudian meniru apa yang mereka lakukan. Strategi ini dapat meningkatkan
kemampuan belajar murid secara signifikan. Pendekatan kognitif bertujuan membuat murid
memonitor, mengelola,dan mengatur perilaku sendiri ketimbang dikontrol oleh faktor eksternal.
Dalam beberapa kalangan pendekatan ini dinamakan modifikasi perilaku kognitif .
Pendekatan kognitif sosial memperluas cangkupan pembelajaran dengan memasukkan
faktor perilaku,kognitif,dan sosial. Konsep pembelajaran observasional adalah penting dan
banyak pembelajaran di kelas dilakukan dengan cara ini.4
Pendekatan perilaku kognitif berusaha mengubah miskonsepsi murid,meningkatkan kontrol
diri, dan mendorong refleksi diri konstruktif. Para behavioris kognitif percaya bahwa murid
dapat meningkatkan kerja mereka dengan memonitor perilaku mereka. Pembelajaran regulasi
diri adalah usaha memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku dalam
rangka mencapai suatu tujuan. Pembelajaran observasial,yang juga dinamakan modeling dan
imitasi, adalah pembelajaran yang terjadi ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku
orang lain.
4
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan,Jakarta : Rineka Cipta 1997. hlm.125
1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Pengertian Belajar dan Bukan Belajar itu merupakan suatu proses berubahnya
seseorang dari yang awalnya tidak bisa menjadi bisa, atau yang tidak tahu menjadi
tahu.
b. Pendekatan Behavioral untuk Pembelajaran
Pengertian dari behavioral/behaviorisme yaitu sebuah pandangan tentang perilaku yang
dijelaskan melalui sebuah pengalaman yang dapat diamati bukan dengan proses
mental, seperti halnya perilaku.
c. Analisis perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk
mengubah perilaku manusia.
d. Pendekatan Kognitif Sosial untuk Pembelajaran
Hal ini kita akan membahas beberapa variasi tema , dimulai dengan teori kognitif
sosial. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) menyatakan bahwa faktor sosial
iii
dan kognitif, dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam
pembelajaran.Faktor kognitif mungkin berupa ekspektasi murid untuk meraih
keberhasilan, faktor sosial mungkin mencakup pengamatan murid terhadap perilaku
orang tuanya.
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan. Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA