Disusun Oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan “Proses Belajar dan Memori
Manusia” guna memenuhi tugas Biopsikologi. Sebelumnya, kami mengucapkan terima kasih
kepada Bu Fuadah Fakhruddiana,S.Psi.,M.Psi.,Psikolog selaku dosen pada mata kuliah ini
atas waktu yang diberikan hingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Selain itu,
kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok yang telah bekerja
sama dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tak ada gading yang tak retak, mungkin ungkapan itulah yang pantas disematkan
pada makalah kami ini. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada
makalah yang kami buat. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami harap makalah ini bisa bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
I
DAFTAR ISI
BAB I ...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..........................................................................................................................1
BAB II ..........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 2
a) Stimulus dan Respon ............................................................................................................. 4
b) Penguatan dan Pemadaman ................................................................................................. 5
c) Pengkondisian Klasik ..............................................................................................................6
d) Pengkondisian Operan ...........................................................................................................7
a) Tahap Encoding ......................................................................................................................8
b) Tahap Penyimpanan .............................................................................................................. 8
c) Tahap Pengambilan ................................................................................................................9
II
BAB I
PENDAHULUAN
Proses belajar dan memori tidak bisa dipisahkan dan berperan penting dalam
kehidupan serta perkembangan umat manusia. Dalam kehidupan, manusia selalu mendapat
pengetahuan, kemampuan, dan hal baru lainnya dalam proses belajar. Selain itu manusia
mampu menyimpan dan mengambil kembali memori yang telah didapat. Belajar adalah
suatu perubahan yang relatif berjalan permanen dalam suatu perilaku, pengetahuan, dan
keterampilan sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman yang kita dapatkan. Pada
saat belajar, terjadi hubungan antara pikiran, perasaan, serta tindakan yang kita lakukan,
dan dalam proses belajar terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, seperti persepsi,
motivasi, perhatian, dan kemampuan kognitif.
Dengan mempelajari proses belajar dan memori yang terjadi pada manusia, kita
dapat memaksimalkan potensi pembelajaran dan meningkatkan kemampuan memori.
Dengan pembahasan yang mendalam tentang proses tersebut, kita dapat mengembangkan
bagaimana strategi belajar yang lebih efektif untuk kehidupan kita sehari-hari. Selain itu
terdapat konsep-konsep penting dalam proses belajar dan memori yang terjadi pada
manusia, yang mengacu pada teori dan penelitian yang telah ada. Serta terdapat beberapa
faktor biologis dan psikologis yang mempengaruhi belajar dan memori.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Belajar
Terdapat empat jenis belajar yang berbeda, mulai dari classical conditioning, operant
conditioning, Habituation dan sensitization, dan complex learning.
b) Operant conditioning adalah jenis belajar dimana organisme belajar bahwa suatu
respon yang dilakukannya akan diikuti oleh akibat tertentu, misalnya seorang anak yang
suka usil terhadap temannya akan diikuti oleh kemarahan dari orang tuanya.
c) Habituatuion sensitization adalah jenis belajar yang paling sederhana, yaitu belajar
dengan mengabaikan suatu stimulus yang sudah familiar tanpa konsekuensi yang serius.
Contohnya adalah mengabaikan bunyi jam baru. Sensatizion merupakan jenis belajar
yang mana sutu organism belajar memperkuat reaksinya terhadap stimulus yang lemah
jika diikuti oleh stimulus yang mengancam atau menyakitkan.
d) Complex learning merupakan jenis belajar yang dimana terdapat penambahan suatu
terhadap pembentukan asosiasi, misalnya menerapkan suatu strategis dalam
memecahkan suatu masalah.
B. Definisi Memori
2
Memori merupakan bagian dari aspek psikologis yang berfungsi dalam menerima,
menyimpan, dan memproduksi informasi dan kesan. Terddapat tiga tahapan dalam memori
yaitu encoding, storage, dan retrieval.
b) Storage adalah ketika informasi itu disimpan atau dipertahankan dalam memori.
Misalnya ketika nama “Bambang” disimpan dalam ingatan.
c) Retrieval adalah proses ketika pengambilan informasi dari memori. Misalnya ketika
terjadi pertemuan yang kedua dengan orang tersebut, maka akan mencoba mengingat
atau mendapatkan kembali nama “Bambang” tersebut.
Selain itu terdapat tiga jenis memori, yaitu short-term memory, working memory,
dan long-term memory. Short-term memory adalah memori jangka pendek yang terjadi
pada saat ini. Working memory adalah buffer sementara informasi yang sedang diproses
atau diperhatikan. Long-term memory adalah memori jangka panjang dari waktu
sebelumnya. Pusat terjadinya proses memori adalah di Hippocampus. Oleh karena itu,
apabila Hippocampus mengalami kerusakan maka dapat mengakibatkan gangguan pada
memori seperti amnesia (retrograd dan anterograde ), korsakoff, dan alzheimer. Selain itu
terdapat kondisi dan gangguan memori seperti amnesia yang terjadi akibat penuaan.
Namun, memori bukanlah proses yang sempurna atau tidak dapat dirubah. Emosi, waktu,
gangguan emosional, stress, dan konteks merupakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pengambilan serta pemulihan informasi yang disimpan.
Proses belajar dan memori saling berkaitan satu sama lain. Dalam proses belajar kita
melibatkan perubahan perilaku, pengetahuan, dan keterampilan sabagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman, sementara memori melibatkan kemampuan untuk menyimpan,
mengingat, dan mengambil kembali informasi yang didapat sebelumnya. Hubungan
keduanya sangat penting dan berjalan berdampingan, karena memori menjadi peran
penting dalam menyimpan dan mengingat informasi yang telah dipelajari pada saat proses
belajar. Pada saat seseorang dalam proses belajar, informasi yang didapat harus dirubah
menjadi bentuk yang dapat disimpan dalam memori. Proses perubahan melibatkan
pengambilan informasi dari lingkungan dan merubah informasi tersebut menjadi bentuk
format atau kode yang dapat diterima oleh sistem memori. Selanjutnya setelah informasi
dirubah atau dikodekan, maka informasi tersebut dapat disimpan dalam berbagai jenis
memori, salah satunya memori jangka pendek. Memori jangka pendek memiliki kapasitas
yang terbatas dan hanya dapat menampung informasi untuk sementara waktu. Sementara
untuk informasi yang lebih penting dan selalu diulang dalam memori jangka pendek bisa
3
dipindahkan ke dalam memori jangka panjang. Bentuk memori jangka panjang lebih tahan
lama dan mampu menampung informasi dalam waktu yang lama pula.
Sehingga hubungan antara memori dengan proses belajar sangat erat karena ada
keterlibatan dengan proses encoding, storage, dan retrieval informasi baru. Oleh sebab itu,
sebuah penelitian serta kajian mengenai area-area pada bagian otak, termasuk di dalamnya
ada proses memori, seperti sinapsis, neurotranmitter, atau zat-zat yang dapat membantu
mengaktifkan otak dalam kaitannya dengan proses belajar dan memori, sangat penting dan
berguna untuk meningkatkan kualitas manusia.
D. Proses Belajar
Stimulus dan respon merupakan salah satu jenis belajar yang melibatkan
pembenttukan asosiasi antara stimulus dengan respon. Proses ini lebih dikenal dengan
istilah classical conditioning atau pembelajaran klasik. Proses ini terjadi apabila suatu
stimulus tertentu dihubungkan dengan respon yang spesifik, sehingga yangt terjadi adalah
stimulus tersebut dapat memicu respon yang sama pada masa yang akan datang. Ivan
Pavlov merupakan tokoh yang menemukan proses belajar ini, yaitu pada awal abad ke-20.
Pada saat itu ia melakukan penelitian pada anjing dan menemukan fakta bahwa anjing
dapat belajar untuk mengasosiasikan bunyi lonceng dengan makanan. Pada mulanya
anjing tidak merespon terhadap bunyi lonceng, namun pada akhirnya setelah beberapa
kali bunyi lonceng dikaitkan dengan pemberian makanan, anjing pun mulai mengeluarkan
air liurnya pada saat mendengar bunyi lonceng tersebut. Proses belajar stimulus dan
respon ini terdiri dari beberapa elemen penting, seperti stimulus, respon, conditioned
stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS). conditioned response (CR), dan unconditioned
response (UCR). Stimulus merupakan suatu rangsangan yang dapat memicu respon pada
suatu organisme. Respon adalah suatu perilaku atau reaksi yang ditunjukkan oleh
organisme terhadap suatu stimulus. CS merupakan stimulus yang awalnya tidak
menimbulkan respon, namun setelah dihubungkan dengan UCS, maka dapat memicu
respon yang sama. UCS merupakan stimulus yang secara alami dapat memicu respon
tertentu pada organisme. CR adalah akibat respon yang ditimbulkan oleh CS setelah
dihubungkan dengan UCS. UCR adalah respon yang secara alami ditimbulkan oleh UCS
pada organisme. Proses belajar ini dapat dijelaskan melalui beberapa prinsip, yakni
generalisasi, diskriminasi, extinction, dan relearning. Generalisasi terjadi pada saat
4
organisme menunjukan respon yang sama terhadap stimulus yang mirip dengan
CS. Diskriminasi terjadi ketika organisme dapat membedakan antara stimulus yang mirip
dengan CS dan stimulus yang berbeda. Contohnya, jika seekor anjing telah belajar
mengasosiasikan suara lonceng dengan makanan, maka anjing tersebut mungkin tidak
akan merespons suara yang berbeda seperti suara musik atau suara orang berbicara.
Extinction terjadi apabila respon yang telah dipelajari terhadap CS menghilang karena CS
tidak lagi diikuti dengan unconditioned stimulus (UCS). Relearning terjadi ketika organisme
belajar kembali mengasosiasikan stimulus dengan respon setelah terjadinya extinction.
Misalnya jika anjing yang telah belajar mengasosiasikan bunyi lonceng dengan makanan
mengalami extinction, namun setelah diberi makanan lagi setelah mendengar bunyi
lonceng, maka anjing tersebut dapat belajar kembali mengasosiasikan bunyi lonceng
dengan makanan. Prinsip-prinsip ini dapat membantu dalam memahami bagaimana
organisme belajar dan beradaptasi dengan lingkungan.
Penguatan dan pemadaman merupakan dua konsep yang penting dalam proses
berlajar dan memegang peranan penting dalam membentuk dan mempertahankan suatu
perilaku. Penguatan adalah suatu proses yang meningkatkan kemungkinan terjadinya
suatu perilaku tertentu. Proses penguatan dapat dilakukan melalui pemberian reward
atau penghargaan setelah perilaku yang diinginkan terjadi. Misalnya memberikan anak
hadiah mainan setelah berhasil menyelesaikan tugas merapikan tempat tidur. Penguatan
juga dapat dilakukan dengan cara sebaliknya, yaitu menghilangkan stimulus yang tidak
diinginkan setelah perilaku yang diinginkan terjadi. Misalnya menghilangkan suara bising
setelah anak berhasil diam selama beberapa menit. Pemadaman adalah proses dimana
mengurangi kemungkinan terjadinya suatu perilaku tertentu. Pemadaman dapat
dilakukan dengan cara menghentikan pemberian reward atau penghargaan setelah
perilaku yang tidak diinginkan terjadi. Misalnya, tidak memberikan reward kepada anak
yang melakukan tindakan usil atau tidak terpuji. Selain itu pemadaman juga bisa dilakukan
dengan cara penghilangan stimulus yang dapat memicu perilaku yang tidak diinginkan.
Misalnya, menghilangkan mainan yang memicu perilaku agresif pada anak.
Penguatan dan pemadaman juga dapat dipakai dalam terapi perilaku untuk
mengubah perilaku yang tidak diinginkan. Terapis dapat menggunakan metode penguatan
untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak
diinginkan dengan metode pemadaman. Namun, penggunaan metode penguatan dan
pemadaman juga memiliki dampak efek yang tidak diinginkan pula, misalnya munculnya
perilaku maladaptif dari metode penguatan. Contohnya, jika seorang anak diberi reward
setelah melakukan perilaku yang tidak pantas, maka anak tersebut bisa berpotensi
mengulangi perilaku tersebut di masa depan. Selain itu pemadaman juga memiliki efek
yang tidak diinginkan misalnya muncul perilaku yang lebih intens dan agresif. Contohnya,
jika seorang anak yang sering melakukan perilaku agresif tidak diberikan perhatian atau
5
penghargaan setelah melakukan hal tersebut maka anak bisa saja meningkatkan tingkat
intensitas perilaku agresifnya untuk mencari perhatian. Oleh karena itu, penting untuk
menggunakan penguatan dan pemadaman dengan tepat dan konsisten, serta
mempertimbangkan efek yang mungkin terjadi dari penggunaannya. Selain itu,
penggunaan penguatan dan pemadaman juga harus disesuaikan dengan karakteristik
individu dan situasi yang terlibat.
c) Pengkondisian Klasik
Namun, pengkondisian klasik juga dapat memiliki efek yang tidak diinginkan. alah
satu efek yang tidak diinginkan dari pengkondisian klasik adalah terjadinya asosiasi yang
tidak diinginkan atau maladaptif dan dapat menghasilkan generalisasi stimulus, yaitu
respon yang sama terhadap stimulus yang mirip dengan conditioned stimulus. Contohnya,
jika seseorang mengasosiasikan suara klakson dengan pengalaman yang menyakitkan,
maka suara-suara yang mirip dengan klakson, seperti suara sirene, juga dapat memicu
reaksi yang sama. Pengkondisian klasik juga dapat menghasilkan extinguished response,
yaitu hilangnya respon conditioned response setelah conditioned stimulus tidak lagi
dihubungkan dengan unconditioned stimulus. Contohnya, jika seseorang mengasosiasikan
suara klakson dengan pengalaman yang menyakitkan, namun kemudian tidak lagi
mengalami pengalaman yang sama setelah mendengar suara klakson, maka respon
conditioned response tersebut dapat hilang. Oleh karena itu, penting untuk
mempertimbangkan efek yang mungkin terjadi dari pengkondisian klasik.
6
d) Pengkondisian Operan
7
E. Proses Memori
a) Tahap Encoding
1. Encoding Visual Tahap encoding visual terjadi ketika informasi yang kita terima
melalui indera penglihatan diubah menjadi bentuk gambar atau visual yang dapat
disimpan dalam memori jangka pendek dan jangka panjang. Proses encoding visual
dilakukan dengan mengubah fitur-fitur visual seperti warna, bentuk, dan ukuran objek
menjadi representasi neural dalam otak.
2. Encoding Auditori Tahap encoding auditori terjadi ketika informasi yang kita terima
melalui indera pendengaran diubah menjadi bentuk suara atau bunyi yang dapat
disimpan dalam memori jangka pendek dan jangka panjang. Proses encoding auditori
dilakukan dengan mengubah fitur-fitur auditori seperti pitch, volume, dan intonasi
menjadi representasi neural dalam otak.
3. Encoding Semantik Tahap encoding semantik terjadi ketika informasi yang kita terima
diubah menjadi bentuk makna atau pemahaman yang dapat disimpan dalam memori
jangka panjang. Proses encoding semantik dilakukan dengan menghubungkan informasi
baru dengan informasi yang sudah ada dalam memori, sehingga informasi baru dapat
disimpan dengan cara yang terorganisir dan dapat diambil kembali dengan mudah.
Proses encoding dalam tahap memori sangat penting karena informasi yang tidak
diubah dengan baik mungkin tidak akan disimpan dengan baik dalam memori jangka
panjang. Oleh karena itu, teknik encoding seperti pengulangan, elaborasi, dan asosiasi
dapat membantu meningkatkan kualitas encoding dan membantu memori mengambil
kembali informasi yang disimpan dengan lebih mudah dan efisien.
b) Tahap Penyimpanan
Dalam tahap penyimpanan informasi yang sudah melalui proses encoding akan
dipertahankan dan disimpan dalam memori. Proses ini sangat penting karena dalam
proses ini memungkinkan kita untuk kembali mengakses informasi tersebut di kemudian
hari. Terdapat beberapa jenis memori yang berperan dalam proses penyimpanan, yaitu
memori jangka pendek atau short-term memory dan memori jangka panjang atau long-
term memory. Memori jangka pendek merupakan jenis memori yang hanya dapat
menyimpan informasi dalam waktu yang relatif singkat, yaitu kurang lebih sekitar 20-30
8
detik. Informasi yang tersimpan dalam memori jangka pendek akan ssangat mudah
dilupakan apabila tidak diulang dan diproses lebih lanjut. Misalnya ketika kita mengingat
plat nomor mobil untuk sementara waktu. Sementara memori jangka panjang merupakan
jenis memori yang mampu menyimpan informasi dalam jangka waktu yang lebih lama,
bahkan dapat bertahun-tahun. Informasi yang tersimpan dalam memori tersebut dapat
diakses kapan saja dan tidak mudah untuk dilupakan.
Terdapat dua jenis memori jangka panjang, yakni memori deklaratif dan memori
prosedural. Memori deklaratif merupakan memori yang berkaitan dengan pengetahuan
atau informasi verbal. Memori deklaratif terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu memori
episodik dan memori semantik. Memori episodik merupakan jenis memori tentang
pengalaman pribadi, seperti kejadian, tempat, dan waktu tertentu yang pernah dialami,
oleh sebab itu memori ini memungkinkan kita untuk dapat mengingat dan merekontruksi
pengalaman masa lampau. Memori semantik merupakan jenis memori tentang
pengetahuan umum serta fakta yang diperoleh dari pengalaman dan pembelajaran
seperti penegtahuan tentang bahasa, prinsip, konsep, serta informasi yang diperoleh
secara verbal. Memori prosedural merupakan jenis memori yang berkaitan dengan
keterampilan motorik atau kebiasaan, misalnya mengendarai sepeda, menulis, bermain
alat musik dan lain sebagainya. Memori ini dapat dikembangkan melalui latihan dan
pengulangan secara rutin sehingga dapat dilakukan tanpa perlu pemikiran sadar.
c) Tahap Pengambilan
Tahap retrieval atau pengambilan adalah tahap yang terakhir dalam memori, dimana
informasi yang telah disimpan dalam memori kembali diakses dan digunakan. Pada tahap
ini menjadi sangat penting karena kita mengakses kembali informasi yang telah disimpan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengambil informasi,
diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal terdiri dari kondisi fisik, emosi, dan psikologis seseorang. Seseorang
yang memiliki fisik, emosi, dan psikologis akan jauh lebih mudah dalam mengakses
kembali informasi yang telah disimpan. Sementara seseorang yang memiliki kondisi fisik
yang buruk akan mengalami penurunan fungsi otak sehingga akan sulit untuk mengakses
informasi dari memori.
b. Faktor eksternal meliputi lingkungan dan konteks. Lingkingan yang sama ketika pada
saat pengambilan informasi akan lebih membantu sesorang dalam mengambil informasi
dari memori karena lingkungan mampu memicu ingatan yang terkait. Konteks juga dapat
mempengaruhi pengambilan informasi, karena informasi yang tersimpan dalam konteks
tertentu akan lebih mudah diambil apabila konteks tersebut dipertahankan saat
pengambilan informasi.
9
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Memori Manusia
Proses belajar dan memori manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
memainkan peran penting dalam pengembangan dan pemulihan informasi. Berikut adalah
beberapa faktor yang mempengaruhi belajar dan memori manusia:
a) Motivasi. Motivasi berperan sangat penting dalam proses belajar dan memori. Semakin
tinggi motivasi yang dimiliki oleh seseorang maka semakin mudah pula seseorang belajar
dan mengingat kembali informasi.
b) Kognitif. Kemampuan kognitif berperan dalam proses belajar dan memori seseorang.
Termasuk diantaranya bentuk perhatian, pemrosesan informasi, pengorganisasian,
mengkodean, dan strategi memori seseorang. Kemampuan kognitif yang baik akan
menunjang kinerja belajar dan memori yang lebih baik.
c) Lingkungan. Lingkungan sosial juga memiliki dampak terhadap proses belajar dan
memori. Lingkungan yang tepat dengan pencahayaan yang baik, keheningan, dan
keteraturan dapat membantu konsentrasi dan fokus seseorang untuk meningkatkan
belajar dan memori yang baik.
e) Kesehatan fisik. Kondisi fisik yang buruk dapat mengganggu fungsi otak dan
mempengaruhi kemampuan seseoarang dalam belajar dan mengingat informasi.
Seseoarang yang mengalami kerusakan pada hippocampus dapat mengalami gangguan
amnesia seperti korsakoff hingga alzheimer.
10
BAB III
KESIMPULAN
Tahap encoding melibatkan pengolahan informasi baru menjadi bentuk yang dapat
disimpan dalam memori. Stimulus dari lingkungan diproses oleh otak, dan informasi yang
relevan diinterpretasikan dan diubah menjadi format yang dapat diingat. Tahap
penyimpanan melibatkan penyimpanan informasi yang telah diencode ke dalam memori
jangka pendek dan jangka panjang. Proses ini melibatkan konsolidasi dan penguatan ingatan
agar tetap tersedia dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap pengambilan melibatkan
pemulihan informasi dari memori ketika dibutuhkan, dan memori yang telah disimpan
diaktifkan kembali dan dikembalikan ke kesadaran. Penting untuk memahami proses belajar
dan memori manusia karena memiliki implikasi yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan memahami bagaimana informasi diproses, disimpan, dan diambil kembali, kita
dapat mengembangkan strategi belajar yang efektif dan meningkatkan kemampuan kita
untuk mengingat dan memanfaatkan pengetahuan yang telah kita pelajari. Memahami
proses belajar dan memori juga membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja belajar dan memori, sehingga kita dapat mengatasi hambatan-
hambatan yang mungkin muncul.
11
DAFTAR PUSTAKA
Luh Made Karisma Sukmayati Suarya, Made Diah Lestari, Ketut Tirtayasa, Susy Purnawati,
I Made Krisna Dinata. 2016. Bahan Ajar Biopsikologi. Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran UNIVERSITAS UDAYANA
12