Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PROSES BELAJAR DAN MEMORI MANUSIA”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Biopsikologi

Disusun Oleh :

Nama/ NIM : 1. Riyadin Bagus Sanubari P M/ 2100013289


2. Kurniasari Widya Astuti/ 2200013247
Dosen Pembimbing : Fuadah Fakhruddiana,S.Psi.,M.Psi.,Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan “Proses Belajar dan Memori
Manusia” guna memenuhi tugas Biopsikologi. Sebelumnya, kami mengucapkan terima kasih
kepada Bu Fuadah Fakhruddiana,S.Psi.,M.Psi.,Psikolog selaku dosen pada mata kuliah ini
atas waktu yang diberikan hingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Selain itu,
kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok yang telah bekerja
sama dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Tak ada gading yang tak retak, mungkin ungkapan itulah yang pantas disematkan
pada makalah kami ini. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada
makalah yang kami buat. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kami harap makalah ini bisa bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih.

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... I

BAB I ...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..........................................................................................................................1

BAB II ..........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 2
a) Stimulus dan Respon ............................................................................................................. 4
b) Penguatan dan Pemadaman ................................................................................................. 5
c) Pengkondisian Klasik ..............................................................................................................6
d) Pengkondisian Operan ...........................................................................................................7
a) Tahap Encoding ......................................................................................................................8
b) Tahap Penyimpanan .............................................................................................................. 8
c) Tahap Pengambilan ................................................................................................................9

BAB III .......................................................................................................................................11


KESIMPULAN ............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 12

II
BAB I

PENDAHULUAN

Proses belajar dan memori tidak bisa dipisahkan dan berperan penting dalam
kehidupan serta perkembangan umat manusia. Dalam kehidupan, manusia selalu mendapat
pengetahuan, kemampuan, dan hal baru lainnya dalam proses belajar. Selain itu manusia
mampu menyimpan dan mengambil kembali memori yang telah didapat. Belajar adalah
suatu perubahan yang relatif berjalan permanen dalam suatu perilaku, pengetahuan, dan
keterampilan sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman yang kita dapatkan. Pada
saat belajar, terjadi hubungan antara pikiran, perasaan, serta tindakan yang kita lakukan,
dan dalam proses belajar terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, seperti persepsi,
motivasi, perhatian, dan kemampuan kognitif.

Kemampuan memori adalah kemampuan daya ingat seseorang untuk menyimpan,


mengingat, dan mengambil kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Proses
memori melibatkan penguatan, penyimpanan, dan pengambilan suatu informasi. Proses
memori yang tidak stabil dapat mempengaruhi pengalaman belajar untuk kedepannya.
Proses belajar dan memori juga memiliki kaitan dengan faktor biologis dan psikologis, dalam
hal ini adalah dengan mempelajari hubungan antara proses biologis yang terjadi dalam otak
dengan aktivitas kognitif manusia. Bagaimana sistem saraf dan struktur otak berperan
dalam proses belajar dan memori, serta apa saja faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi proses tersebut. Selain itu terdapat juga berbagai jenis memori yang dimiliki
oleh manusia dan bagaimana proses pengambilan memori itu terjadi.

Dengan mempelajari proses belajar dan memori yang terjadi pada manusia, kita
dapat memaksimalkan potensi pembelajaran dan meningkatkan kemampuan memori.
Dengan pembahasan yang mendalam tentang proses tersebut, kita dapat mengembangkan
bagaimana strategi belajar yang lebih efektif untuk kehidupan kita sehari-hari. Selain itu
terdapat konsep-konsep penting dalam proses belajar dan memori yang terjadi pada
manusia, yang mengacu pada teori dan penelitian yang telah ada. Serta terdapat beberapa
faktor biologis dan psikologis yang mempengaruhi belajar dan memori.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Belajar

Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan


nilai-nilai baru melalui pengalaman, latihan, dan interaksi dengan lingkungan. Definisi
belajar juga bisa diartikan sebagai suatu perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai
sebagai hasil dari pengalaman ataupun latihan. Perubahan bentuk perilaku tersebut dapat
berupa peningkatan ataupun juga penurunan dalam respon terhadap suatu stimulus
tertentu. Menurut Hilgard, learning is a relatively permanent change in behavior that results
from practice; behavior changes that are due to maturation (rather than practice), or
temporary condition of the organism (such as fatigue or drug-induced states) are not
included. Oleh sebab itu, perubahan suatu bentuk perilaku yang terjadi akibat kematangan
(bukan latihan) atau kondisi temporer organism (seperti di bawah pengaruh obat-obatan
atau rasa lelah) bukan termasuk belajar. Proses belajar bukan hanya terjadi pada saat kita
sedang berusaha menguasai suatu pelajaran atau keterampilan tertentu, namun juga dalam
perkembangan emosi, interaksi sosial, dan bahkan dalam perkembangan kepribadian. Kita
dapat belajar apa yang harus dicintai, bagaimana kita bertindak, berlaku sopan, dan
sebagainya.

Terdapat empat jenis belajar yang berbeda, mulai dari classical conditioning, operant
conditioning, Habituation dan sensitization, dan complex learning.

a) Classical Conditioning merupakan jenis belajar yang melibatkan pembentukan asosiasi.


Maksudnya adalah belajar bahwa kejadian-kejadian tertentu terjadi secara bersamaan.

b) Operant conditioning adalah jenis belajar dimana organisme belajar bahwa suatu
respon yang dilakukannya akan diikuti oleh akibat tertentu, misalnya seorang anak yang
suka usil terhadap temannya akan diikuti oleh kemarahan dari orang tuanya.

c) Habituatuion sensitization adalah jenis belajar yang paling sederhana, yaitu belajar
dengan mengabaikan suatu stimulus yang sudah familiar tanpa konsekuensi yang serius.
Contohnya adalah mengabaikan bunyi jam baru. Sensatizion merupakan jenis belajar
yang mana sutu organism belajar memperkuat reaksinya terhadap stimulus yang lemah
jika diikuti oleh stimulus yang mengancam atau menyakitkan.

d) Complex learning merupakan jenis belajar yang dimana terdapat penambahan suatu
terhadap pembentukan asosiasi, misalnya menerapkan suatu strategis dalam
memecahkan suatu masalah.

B. Definisi Memori

2
Memori merupakan bagian dari aspek psikologis yang berfungsi dalam menerima,
menyimpan, dan memproduksi informasi dan kesan. Terddapat tiga tahapan dalam memori
yaitu encoding, storage, dan retrieval.

a) Encoding merupakan suatu proses memasukkan informasi ke dalam memori. Misalnya


ketika mengingat nama “Bambang”, maka kemudian nama itu akan dimasukkan ke
dalam memory.

b) Storage adalah ketika informasi itu disimpan atau dipertahankan dalam memori.
Misalnya ketika nama “Bambang” disimpan dalam ingatan.

c) Retrieval adalah proses ketika pengambilan informasi dari memori. Misalnya ketika
terjadi pertemuan yang kedua dengan orang tersebut, maka akan mencoba mengingat
atau mendapatkan kembali nama “Bambang” tersebut.

Selain itu terdapat tiga jenis memori, yaitu short-term memory, working memory,
dan long-term memory. Short-term memory adalah memori jangka pendek yang terjadi
pada saat ini. Working memory adalah buffer sementara informasi yang sedang diproses
atau diperhatikan. Long-term memory adalah memori jangka panjang dari waktu
sebelumnya. Pusat terjadinya proses memori adalah di Hippocampus. Oleh karena itu,
apabila Hippocampus mengalami kerusakan maka dapat mengakibatkan gangguan pada
memori seperti amnesia (retrograd dan anterograde ), korsakoff, dan alzheimer. Selain itu
terdapat kondisi dan gangguan memori seperti amnesia yang terjadi akibat penuaan.
Namun, memori bukanlah proses yang sempurna atau tidak dapat dirubah. Emosi, waktu,
gangguan emosional, stress, dan konteks merupakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pengambilan serta pemulihan informasi yang disimpan.

C. Hubungan antara Belajar dan Memori

Proses belajar dan memori saling berkaitan satu sama lain. Dalam proses belajar kita
melibatkan perubahan perilaku, pengetahuan, dan keterampilan sabagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman, sementara memori melibatkan kemampuan untuk menyimpan,
mengingat, dan mengambil kembali informasi yang didapat sebelumnya. Hubungan
keduanya sangat penting dan berjalan berdampingan, karena memori menjadi peran
penting dalam menyimpan dan mengingat informasi yang telah dipelajari pada saat proses
belajar. Pada saat seseorang dalam proses belajar, informasi yang didapat harus dirubah
menjadi bentuk yang dapat disimpan dalam memori. Proses perubahan melibatkan
pengambilan informasi dari lingkungan dan merubah informasi tersebut menjadi bentuk
format atau kode yang dapat diterima oleh sistem memori. Selanjutnya setelah informasi
dirubah atau dikodekan, maka informasi tersebut dapat disimpan dalam berbagai jenis
memori, salah satunya memori jangka pendek. Memori jangka pendek memiliki kapasitas
yang terbatas dan hanya dapat menampung informasi untuk sementara waktu. Sementara
untuk informasi yang lebih penting dan selalu diulang dalam memori jangka pendek bisa

3
dipindahkan ke dalam memori jangka panjang. Bentuk memori jangka panjang lebih tahan
lama dan mampu menampung informasi dalam waktu yang lama pula.

Proses belajar juga dapat mempengaruhi penagmbilan kembali informasi dari


memori. Ketika kita belajar sesuatu, maka kita mengasosiasikan informasi tersebut dengan
informasi yang telah disimpan dalam memori jangka panjang. Sehingga hal ini membantu
ketika kita mengambil kembali informasi yang relevan pada saat diperlukan. Sementara itu,
konteks yang sama juga berlaku pada saat proses belajar dan mengingat informasi juga
dapat memfasilitasi pengambilan kembali informasi yang lebih efektif.

Sehingga hubungan antara memori dengan proses belajar sangat erat karena ada
keterlibatan dengan proses encoding, storage, dan retrieval informasi baru. Oleh sebab itu,
sebuah penelitian serta kajian mengenai area-area pada bagian otak, termasuk di dalamnya
ada proses memori, seperti sinapsis, neurotranmitter, atau zat-zat yang dapat membantu
mengaktifkan otak dalam kaitannya dengan proses belajar dan memori, sangat penting dan
berguna untuk meningkatkan kualitas manusia.

D. Proses Belajar

a) Stimulus dan Respon

Stimulus dan respon merupakan salah satu jenis belajar yang melibatkan
pembenttukan asosiasi antara stimulus dengan respon. Proses ini lebih dikenal dengan
istilah classical conditioning atau pembelajaran klasik. Proses ini terjadi apabila suatu
stimulus tertentu dihubungkan dengan respon yang spesifik, sehingga yangt terjadi adalah
stimulus tersebut dapat memicu respon yang sama pada masa yang akan datang. Ivan
Pavlov merupakan tokoh yang menemukan proses belajar ini, yaitu pada awal abad ke-20.
Pada saat itu ia melakukan penelitian pada anjing dan menemukan fakta bahwa anjing
dapat belajar untuk mengasosiasikan bunyi lonceng dengan makanan. Pada mulanya
anjing tidak merespon terhadap bunyi lonceng, namun pada akhirnya setelah beberapa
kali bunyi lonceng dikaitkan dengan pemberian makanan, anjing pun mulai mengeluarkan
air liurnya pada saat mendengar bunyi lonceng tersebut. Proses belajar stimulus dan
respon ini terdiri dari beberapa elemen penting, seperti stimulus, respon, conditioned
stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS). conditioned response (CR), dan unconditioned
response (UCR). Stimulus merupakan suatu rangsangan yang dapat memicu respon pada
suatu organisme. Respon adalah suatu perilaku atau reaksi yang ditunjukkan oleh
organisme terhadap suatu stimulus. CS merupakan stimulus yang awalnya tidak
menimbulkan respon, namun setelah dihubungkan dengan UCS, maka dapat memicu
respon yang sama. UCS merupakan stimulus yang secara alami dapat memicu respon
tertentu pada organisme. CR adalah akibat respon yang ditimbulkan oleh CS setelah
dihubungkan dengan UCS. UCR adalah respon yang secara alami ditimbulkan oleh UCS
pada organisme. Proses belajar ini dapat dijelaskan melalui beberapa prinsip, yakni
generalisasi, diskriminasi, extinction, dan relearning. Generalisasi terjadi pada saat

4
organisme menunjukan respon yang sama terhadap stimulus yang mirip dengan
CS. Diskriminasi terjadi ketika organisme dapat membedakan antara stimulus yang mirip
dengan CS dan stimulus yang berbeda. Contohnya, jika seekor anjing telah belajar
mengasosiasikan suara lonceng dengan makanan, maka anjing tersebut mungkin tidak
akan merespons suara yang berbeda seperti suara musik atau suara orang berbicara.
Extinction terjadi apabila respon yang telah dipelajari terhadap CS menghilang karena CS
tidak lagi diikuti dengan unconditioned stimulus (UCS). Relearning terjadi ketika organisme
belajar kembali mengasosiasikan stimulus dengan respon setelah terjadinya extinction.
Misalnya jika anjing yang telah belajar mengasosiasikan bunyi lonceng dengan makanan
mengalami extinction, namun setelah diberi makanan lagi setelah mendengar bunyi
lonceng, maka anjing tersebut dapat belajar kembali mengasosiasikan bunyi lonceng
dengan makanan. Prinsip-prinsip ini dapat membantu dalam memahami bagaimana
organisme belajar dan beradaptasi dengan lingkungan.

b) Penguatan dan Pemadaman

Penguatan dan pemadaman merupakan dua konsep yang penting dalam proses
berlajar dan memegang peranan penting dalam membentuk dan mempertahankan suatu
perilaku. Penguatan adalah suatu proses yang meningkatkan kemungkinan terjadinya
suatu perilaku tertentu. Proses penguatan dapat dilakukan melalui pemberian reward
atau penghargaan setelah perilaku yang diinginkan terjadi. Misalnya memberikan anak
hadiah mainan setelah berhasil menyelesaikan tugas merapikan tempat tidur. Penguatan
juga dapat dilakukan dengan cara sebaliknya, yaitu menghilangkan stimulus yang tidak
diinginkan setelah perilaku yang diinginkan terjadi. Misalnya menghilangkan suara bising
setelah anak berhasil diam selama beberapa menit. Pemadaman adalah proses dimana
mengurangi kemungkinan terjadinya suatu perilaku tertentu. Pemadaman dapat
dilakukan dengan cara menghentikan pemberian reward atau penghargaan setelah
perilaku yang tidak diinginkan terjadi. Misalnya, tidak memberikan reward kepada anak
yang melakukan tindakan usil atau tidak terpuji. Selain itu pemadaman juga bisa dilakukan
dengan cara penghilangan stimulus yang dapat memicu perilaku yang tidak diinginkan.
Misalnya, menghilangkan mainan yang memicu perilaku agresif pada anak.

Penguatan dan pemadaman juga dapat dipakai dalam terapi perilaku untuk
mengubah perilaku yang tidak diinginkan. Terapis dapat menggunakan metode penguatan
untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak
diinginkan dengan metode pemadaman. Namun, penggunaan metode penguatan dan
pemadaman juga memiliki dampak efek yang tidak diinginkan pula, misalnya munculnya
perilaku maladaptif dari metode penguatan. Contohnya, jika seorang anak diberi reward
setelah melakukan perilaku yang tidak pantas, maka anak tersebut bisa berpotensi
mengulangi perilaku tersebut di masa depan. Selain itu pemadaman juga memiliki efek
yang tidak diinginkan misalnya muncul perilaku yang lebih intens dan agresif. Contohnya,
jika seorang anak yang sering melakukan perilaku agresif tidak diberikan perhatian atau

5
penghargaan setelah melakukan hal tersebut maka anak bisa saja meningkatkan tingkat
intensitas perilaku agresifnya untuk mencari perhatian. Oleh karena itu, penting untuk
menggunakan penguatan dan pemadaman dengan tepat dan konsisten, serta
mempertimbangkan efek yang mungkin terjadi dari penggunaannya. Selain itu,
penggunaan penguatan dan pemadaman juga harus disesuaikan dengan karakteristik
individu dan situasi yang terlibat.

c) Pengkondisian Klasik

Pengkondisian klasik adalah jenis belajar yang melibatkan pembentukan aosiasi


antara dua stimulus yang berbeda. Ivan Pavlov mengembangkan jenis belajar ini pertama
kali pada awal abad ke-20. Dalam pengkondisian klasik, stimulus yang awalnya tidak
menimbulkan respon (conditioned stimulus) dihubungkan dengan stimulus yang secara
alami dapat memicu respon (unconditioned stimulus), sehingga stimulus tersebut dapat
memicu respon yang sama pada masa depan. Contohnya, dalam eksperimen anjing yang
dilakukan oleh Ivan Pavlov. Pengkondisian klasik juga dapat terjadi pada manusia.
Contohnya, seseorang yang mengalami trauma akibat kecelakaan mobil dapat
mengasosiasikan suara klakson (conditioned stimulus) dengan pengalaman yang
menyakitkan, sehingga suara klakson tersebut dapat memicu reaksi yang tidak diinginkan
pada masa depan. Pengkondisian klasik dapat memiliki efek yang penting dalam
kehidupan sehari-hari. Contohnya, pengkondisian klasik dapat digunakan dalam terapi
perilaku untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan. Terapis dapat menggunakan
pengkondisian klasik untuk mengasosiasikan stimulus yang menyebabkan perilaku yang
tidak diinginkan dengan stimulus yang menyebabkan perilaku yang diinginkan, sehingga
perilaku yang tidak diinginkan dapat dihilangkan.

Namun, pengkondisian klasik juga dapat memiliki efek yang tidak diinginkan. alah
satu efek yang tidak diinginkan dari pengkondisian klasik adalah terjadinya asosiasi yang
tidak diinginkan atau maladaptif dan dapat menghasilkan generalisasi stimulus, yaitu
respon yang sama terhadap stimulus yang mirip dengan conditioned stimulus. Contohnya,
jika seseorang mengasosiasikan suara klakson dengan pengalaman yang menyakitkan,
maka suara-suara yang mirip dengan klakson, seperti suara sirene, juga dapat memicu
reaksi yang sama. Pengkondisian klasik juga dapat menghasilkan extinguished response,
yaitu hilangnya respon conditioned response setelah conditioned stimulus tidak lagi
dihubungkan dengan unconditioned stimulus. Contohnya, jika seseorang mengasosiasikan
suara klakson dengan pengalaman yang menyakitkan, namun kemudian tidak lagi
mengalami pengalaman yang sama setelah mendengar suara klakson, maka respon
conditioned response tersebut dapat hilang. Oleh karena itu, penting untuk
mempertimbangkan efek yang mungkin terjadi dari pengkondisian klasik.

6
d) Pengkondisian Operan

Pengkondisian operan adalah model pembelajaran yang melibatkan pembentukan


asosiasi antara perilaku dengan konsekuensi yang menyertai perilaku tersebut. Model
pembelajaran ini pertama kali ditemukan oleh B.F. Skinner, seorang ahli psikologi dari
Amerika pada awal abad ke-20. Dalam kondisioning operan, perilaku yang sebelumnya
tidak terkait dengan konsekuensi (respons operan) dihubungkan dengan konsekuensi
yang memperkuat atau melemahkan perilaku tersebut, sehingga perilaku tersebut dapat
diubah di masa mendatang. Contohnya, dalam eksperimen Skinner, seekor tikus yang
lapar ditempatkan dalam sebuah kotak Skinner Box yang hanya memiliki sebuah tuas yang
menonjol dengan piring makanannya di bawahnya. Tikus yang berada sendirian di dalam
kotak bergerak ke sana kemari sambil mengeksplorasi. Terkadang ia mengamati tuas dan
menekannya. Kecepatan tikus menekan tuas adalah tingkat penekanan tuas dasar
(baseline). Setelah menentukan tingkat dasar, peneliti memasang wadah makanan di luar
kotak. Sekarang tiap kali tikus menekan tuas, pelet makanan kecil masuk ke piring. Tikus
memakan pelet makanan itu dan segera menekan tuas lagi, makanan memperkuat
(reinforce) penekan tuas, dan kecepatan penekanan tuas meningkat secara dramatis. Jika
wadah makanan dilepas sehingga menekan tuas tidak lagi menghasilkan pelet makanan,
kecepatan menekan tuas akan menurun. Dengan demikian, respon kondisioning operan
mengalami pemadaman (extinction) jika tidak ada penguatan (non-reinforcement) sama
seperti respon pada kondisioning klasik.

Terapi perilaku dapat memanfaatkan pengkondisian operan untuk merubah


perilaku yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, terapis dapat menghubungkan perilaku yang
diinginkan dengan imbalan positif agar perilaku tersebut diperkuat dan diulang pada masa
depan. Sebagai contoh, pasien yang mengalami depresi dapat diberikan penguatan positif
setiap kali melakukan aktivitas yang menyenangkan sehingga moodnya meningkat dan ia
kembali melakukan aktivitas tersebut pada masa depan. Namun, penggunaan
pengkondisian operan juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan, seperti
perilaku yang tidak pantas atau maladaptif. Jika seseorang diberikan penguatan setiap kali
melakukan perilaku yang tidak diinginkan, maka perilaku tersebut dapat muncul lebih
sering pada masa depan. Oleh karena itu, penting untuk mengaplikasikan pengkondisian
operan dengan tepat dan konsisten, serta mempertimbangkan efek yang mungkin terjadi.
Selain itu, pengkondisian operan juga harus disesuaikan dengan karakteristik individu dan
situasi yang terlibat.

7
E. Proses Memori

a) Tahap Encoding

Tahap encoding merupakan langkah pertama dalam proses memori, yang


melibatkan penempatan informasi ke dalam memori. Proses encoding ini terjadi ketika
informasi yang dikumpulkan oleh indera kemudian diubah menjadi format yang dapat
disimpan dalam memori. Proses encoding dalam proses memori merujuk pada proses di
mana informasi yang diterima melalui indera kita diubah menjadi bentuk yang dapat
disimpan dan diambil kembali oleh otak. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Encoding Visual Tahap encoding visual terjadi ketika informasi yang kita terima
melalui indera penglihatan diubah menjadi bentuk gambar atau visual yang dapat
disimpan dalam memori jangka pendek dan jangka panjang. Proses encoding visual
dilakukan dengan mengubah fitur-fitur visual seperti warna, bentuk, dan ukuran objek
menjadi representasi neural dalam otak.

2. Encoding Auditori Tahap encoding auditori terjadi ketika informasi yang kita terima
melalui indera pendengaran diubah menjadi bentuk suara atau bunyi yang dapat
disimpan dalam memori jangka pendek dan jangka panjang. Proses encoding auditori
dilakukan dengan mengubah fitur-fitur auditori seperti pitch, volume, dan intonasi
menjadi representasi neural dalam otak.

3. Encoding Semantik Tahap encoding semantik terjadi ketika informasi yang kita terima
diubah menjadi bentuk makna atau pemahaman yang dapat disimpan dalam memori
jangka panjang. Proses encoding semantik dilakukan dengan menghubungkan informasi
baru dengan informasi yang sudah ada dalam memori, sehingga informasi baru dapat
disimpan dengan cara yang terorganisir dan dapat diambil kembali dengan mudah.

Proses encoding dalam tahap memori sangat penting karena informasi yang tidak
diubah dengan baik mungkin tidak akan disimpan dengan baik dalam memori jangka
panjang. Oleh karena itu, teknik encoding seperti pengulangan, elaborasi, dan asosiasi
dapat membantu meningkatkan kualitas encoding dan membantu memori mengambil
kembali informasi yang disimpan dengan lebih mudah dan efisien.

b) Tahap Penyimpanan

Dalam tahap penyimpanan informasi yang sudah melalui proses encoding akan
dipertahankan dan disimpan dalam memori. Proses ini sangat penting karena dalam
proses ini memungkinkan kita untuk kembali mengakses informasi tersebut di kemudian
hari. Terdapat beberapa jenis memori yang berperan dalam proses penyimpanan, yaitu
memori jangka pendek atau short-term memory dan memori jangka panjang atau long-
term memory. Memori jangka pendek merupakan jenis memori yang hanya dapat
menyimpan informasi dalam waktu yang relatif singkat, yaitu kurang lebih sekitar 20-30

8
detik. Informasi yang tersimpan dalam memori jangka pendek akan ssangat mudah
dilupakan apabila tidak diulang dan diproses lebih lanjut. Misalnya ketika kita mengingat
plat nomor mobil untuk sementara waktu. Sementara memori jangka panjang merupakan
jenis memori yang mampu menyimpan informasi dalam jangka waktu yang lebih lama,
bahkan dapat bertahun-tahun. Informasi yang tersimpan dalam memori tersebut dapat
diakses kapan saja dan tidak mudah untuk dilupakan.

Terdapat dua jenis memori jangka panjang, yakni memori deklaratif dan memori
prosedural. Memori deklaratif merupakan memori yang berkaitan dengan pengetahuan
atau informasi verbal. Memori deklaratif terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu memori
episodik dan memori semantik. Memori episodik merupakan jenis memori tentang
pengalaman pribadi, seperti kejadian, tempat, dan waktu tertentu yang pernah dialami,
oleh sebab itu memori ini memungkinkan kita untuk dapat mengingat dan merekontruksi
pengalaman masa lampau. Memori semantik merupakan jenis memori tentang
pengetahuan umum serta fakta yang diperoleh dari pengalaman dan pembelajaran
seperti penegtahuan tentang bahasa, prinsip, konsep, serta informasi yang diperoleh
secara verbal. Memori prosedural merupakan jenis memori yang berkaitan dengan
keterampilan motorik atau kebiasaan, misalnya mengendarai sepeda, menulis, bermain
alat musik dan lain sebagainya. Memori ini dapat dikembangkan melalui latihan dan
pengulangan secara rutin sehingga dapat dilakukan tanpa perlu pemikiran sadar.

c) Tahap Pengambilan

Tahap retrieval atau pengambilan adalah tahap yang terakhir dalam memori, dimana
informasi yang telah disimpan dalam memori kembali diakses dan digunakan. Pada tahap
ini menjadi sangat penting karena kita mengakses kembali informasi yang telah disimpan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengambil informasi,
diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal terdiri dari kondisi fisik, emosi, dan psikologis seseorang. Seseorang
yang memiliki fisik, emosi, dan psikologis akan jauh lebih mudah dalam mengakses
kembali informasi yang telah disimpan. Sementara seseorang yang memiliki kondisi fisik
yang buruk akan mengalami penurunan fungsi otak sehingga akan sulit untuk mengakses
informasi dari memori.

b. Faktor eksternal meliputi lingkungan dan konteks. Lingkingan yang sama ketika pada
saat pengambilan informasi akan lebih membantu sesorang dalam mengambil informasi
dari memori karena lingkungan mampu memicu ingatan yang terkait. Konteks juga dapat
mempengaruhi pengambilan informasi, karena informasi yang tersimpan dalam konteks
tertentu akan lebih mudah diambil apabila konteks tersebut dipertahankan saat
pengambilan informasi.

9
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Memori Manusia

Proses belajar dan memori manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
memainkan peran penting dalam pengembangan dan pemulihan informasi. Berikut adalah
beberapa faktor yang mempengaruhi belajar dan memori manusia:

a) Motivasi. Motivasi berperan sangat penting dalam proses belajar dan memori. Semakin
tinggi motivasi yang dimiliki oleh seseorang maka semakin mudah pula seseorang belajar
dan mengingat kembali informasi.

b) Kognitif. Kemampuan kognitif berperan dalam proses belajar dan memori seseorang.
Termasuk diantaranya bentuk perhatian, pemrosesan informasi, pengorganisasian,
mengkodean, dan strategi memori seseorang. Kemampuan kognitif yang baik akan
menunjang kinerja belajar dan memori yang lebih baik.

c) Lingkungan. Lingkungan sosial juga memiliki dampak terhadap proses belajar dan
memori. Lingkungan yang tepat dengan pencahayaan yang baik, keheningan, dan
keteraturan dapat membantu konsentrasi dan fokus seseorang untuk meningkatkan
belajar dan memori yang baik.

d) Pengalaman dan latihan. Seseorang yang mempunyai pengalaman lebih banyak


cenderung dapat membantu ia dalam proses belajar. Semakin sering informasi dipulihkan
dan digunakan, maka semakin kuat pula ingatan tersebut. Latihan yang konsisten juga
dapat membantu seseorang dalam proses belajar dan memori menjadi lebih baik.

e) Kesehatan fisik. Kondisi fisik yang buruk dapat mengganggu fungsi otak dan
mempengaruhi kemampuan seseoarang dalam belajar dan mengingat informasi.
Seseoarang yang mengalami kerusakan pada hippocampus dapat mengalami gangguan
amnesia seperti korsakoff hingga alzheimer.

Dalam mengoptimalkan kemampuan belajar dan memori, penting untuk


memperhatikan faktor-faktor tersebut dan mencari cara untuk mengatasi hambatan-
hambatan yang mungkin timbul. Dengan demikian, seseorang dapat meningkatkan
kemampuan belajar dan memori mereka serta mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek
kehidupan.

10
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan penjeelasan di atas mengenai proses belajar dan memori manusiabisa


ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan baru melalui interaksi dengan lingkungan, sedangkan memori adalah
kemampuan untuk menyimpan dan mengambil kembali informasi yang telah dipelajari.
Dalam proses belajar, informasi disandi, disimpan, dan diambil kembali melalui tahap-tahap
seperti encoding, penyimpanan, dan pengambilan.

Tahap encoding melibatkan pengolahan informasi baru menjadi bentuk yang dapat
disimpan dalam memori. Stimulus dari lingkungan diproses oleh otak, dan informasi yang
relevan diinterpretasikan dan diubah menjadi format yang dapat diingat. Tahap
penyimpanan melibatkan penyimpanan informasi yang telah diencode ke dalam memori
jangka pendek dan jangka panjang. Proses ini melibatkan konsolidasi dan penguatan ingatan
agar tetap tersedia dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap pengambilan melibatkan
pemulihan informasi dari memori ketika dibutuhkan, dan memori yang telah disimpan
diaktifkan kembali dan dikembalikan ke kesadaran. Penting untuk memahami proses belajar
dan memori manusia karena memiliki implikasi yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan memahami bagaimana informasi diproses, disimpan, dan diambil kembali, kita
dapat mengembangkan strategi belajar yang efektif dan meningkatkan kemampuan kita
untuk mengingat dan memanfaatkan pengetahuan yang telah kita pelajari. Memahami
proses belajar dan memori juga membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja belajar dan memori, sehingga kita dapat mengatasi hambatan-
hambatan yang mungkin muncul.

Dengan menggunakan teknik-teknik yang tepat dan memahami faktor-faktor yang


mempengaruhi belajar dan memori, kita dapat mengoptimalkan potensi belajar dan memori
kita, baik dalam konteks pendidikan, pekerjaan, maupun kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu, penelitian lebih lanjut tentang proses belajar dan memori sangatlah penting untuk terus
meningkatkan pemahaman kita tentang pikiran dan kognisi manusia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Pinel JPJ. Biopsikologi. Edisi 7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Yanti Rubiyanti. 2007. Biopsychology : Learning and Memory. Dikutip dari


pustaka_unpad_biopsychology_learning_and_memory.pdf. 15 Mei.

Luh Made Karisma Sukmayati Suarya, Made Diah Lestari, Ketut Tirtayasa, Susy Purnawati,
I Made Krisna Dinata. 2016. Bahan Ajar Biopsikologi. Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran UNIVERSITAS UDAYANA

12

Anda mungkin juga menyukai