Anda di halaman 1dari 24

EMOSI

Teori Emosi yang berhubungan


dengan Kognisi
Cognitive Factors
Apakah emosi tergantung dari perubahan pada otak ? Apakah
individu merasa senang hanya karena dia berpikir senang?
Teori kognitif yang menjelaskan emosi menekankan pada
premis bahwa emosi selalu memiliki komponen kognitif
(Derryberry & Reed,2002; Frijda, 2007; Johnson-Laird,
Mancini, & Gangemi, 2006).
Berpikir ternyata juga bertanggung jawab pada perasaan
cinta dan benci, kegembiraan dan sedih.
Para ahli dalam aliran kognitif juga menyadari peran otak
dan tubuh dalam emosi , namun proses kognitif memiliki
peran utama untuk emosi.
Cognitive Factors
TEORI DUA FAKTOR
Dikembangkan oleh Stanley Schachter dan Jerome Singer (1962).
Emosi ditentukan oleh dua faktor yaitu rangsangan fisiologis dan
pemberian label kognitif.
Kita harus melihat dunia luar untuk mencari penjelasan mengapa
kita merasa terangsang. Kita memaknai petunjuk-petunjuk
eksternal eksternal dan memberi label emosi
Misalnya: Anda merasa senang sesudah seseorang memberikan
komentar yang menyenangkan/memuji anda. Anda mungkin akan
memberi label emosi tersebut “bahagia”. Sedangkan anda merasa
sedih saat melakukan sesuatu yang salah , anda mungkin akan
memberi label perasaan tsb “bersalah”.
Kognisi atau Emosi ?
Tokoh dalam film star trek versi lama tema perdebatan yang kerap muncul
antara Mr. Spock seorang bangsa Vulcan Yang logis dan Bones, dokter yang
mengutamakan perasaan dalam pesawat Enterprise.
Pada tahun 1980 an dan tahun 1990 an dua psikolog ternama Richard
Lazarus (1922- 2002) dan Robert Zajonc berdebat tentang mana yang
utama kognisi atau emosi.
Lazarus (1991) berpendapat bahwa yang muncul terlebih dahulu adalah
berpikir, ia percaya bahwa aktivitas kognitif adalah sebuah prakondisi
(kondisi awal) munculnya suatu emosi. Kita melakukan penilaian
kognitif tentang diri sendiri dan lingkungan sosial kita. Penilaian ini –
yang mencakup juga nilai-nilai, tujuan-tujuan, komitmen, kepercayaan
dan harapan – akan menentukan emosi yang kita alami.
Misal Orang-orang yang merasa bahagia karena memiliki komitmen
religius yang dalam, marah karena tidak memperoleh kenaikan gaji
seperti yg diharapkan, ataupun takut karena kawatir tidak lulus ujian.
Kognisi atau Emosi ?
Zajonc (1984) tdk setuju. Emosi yang utama,
karena Pikiran kita adalah hasil dari perasaan-
perasaan tersebut.
Zajonc memberi suatu pendapat yang terkenal
bahwa “preferensi tidak membutuhkan suatu
penyimpulan” yang berarti bahwa cara kita merasa
terhadap sesuatu pada sebuah “tingkat intuitif”
tidak membutuhkan pikiran tertentu .
Kognisi atau Emosi ?
Mana yg benar? Keduanya benar. Lazarus mendasarkan pada hal2
yang terjadi dalam periode waktu yg panjang, sementara Zajonc
memakainya pada tiap kejadian (tunggal) atau hal sederhana untuk
satu stimulus. Lazarus memandang “cinta” sbg hal yang
membutuhkan waktu berbulan2 bahkan bertahun2, pandangan thd
nilai di suatu komunitas. Zajonc ‘mengambil’ kecelakaan mobil,
bertemu ular.
Beberapa reaksi emosional bersifat langsung/spontan dan mungkin
tidak melibatkan penilaian berdasarkan pikiran (cognitive appraisal).
Seperti ‘berteriak saat bertemu ular’.
Sementara reaksi emosional lainnya, terutama pembentukan perasaan
yang perlu waktu lama (long-term feelings) seperti rasa tidak suka
atau takut pada seorang teman lebih perlu didahului dengan penilaian
pikir. Jadi, dilihat secara kognitif, beberapa reaksi emosional indv
lebih melibatkan pikir, dan tidak yang lainnya (LeDoux, 2001).
Behavioral factors
Definisi emosi tidak hanya melibatkan komponen fisiologis dan
kognitif saja namun juga komponen perilaku.
Emosi juga melibatkan komponen perilaku. Berupa verbal atau
non-verbal. Seseorang yang jatuh cinta mungkin akan
menunjukkannya dengan ungkapan kata2 (verbal) atau tersenyum,
tertunduk (non-verbal).
Semua dimensi perilaku thd emosi, fokus pada perilaku non-verbal
pada ekspresi wajah (Bimler & Paramei, 2006). Dengan cara
melihat foto, biasanya bisa mengenal enam (6) emosi; gembira,
anger, sedih, kaget, disgust dan takut (Ekman & O’Sullivan, 1991)
Mungkinkh ekspresi wajah tidak hanya menunjukkan emosi, tapi
juga mempengaruhi? (Keillor & other, 2002). Individu merasa
lebih gembira bila tertawa, dan lebih sedih bila cemberut.
Sociocultural Factors
Apakah ekspresi wajah yang berhubungan dengan perbedaan
emosi merupakan faktor biologis atau tergantung budaya?
Apakah gender mempengaruhi emosi?
Emosi, khususnya emosi ekspresi wajah memiliki banyak
hubungan dengan faktor biologis (Gelder dkk, 2006; Peleg dkk,
2006). Apakah anak yang buta sejak kecil, sehingga tidak pernah
belajar dengan cara melihat senyum dan cemberut orang lain, juga
memilki senyum dan cemberut seperti anak normal lainnya? Bila
emosi dan ekspresi emosi bukan sesuatu yang dipelajari, maka hal
tsb pasti akan diekspresikan dengan cara yang sama di seluruh
dunia.
Banyak emosi wjh tidak berbeda secara signifikan pada banyak
kultur (Ekman, 1980, 1996, 2003)
Sociocultural Factors
Ekspresi wajah dianggap sebaga dasar emosi, Banyak variasi pemunculannya (Fischer,
2006; Fok dkk, 2008). Hukum penampilan berarti berlaku standard secara sosiokultural
berupa when, where dan how emosi diekspresikan.
Misal; meskipun gembira merupakan ekspresi emosi universal, kapan, dimana dan
bagaimana diekspresikan, ternyata bervariasi pada kultur yang berlainan. Namun
demikian, pada beberapa emosi dianggap tidak berbeda, misal; takut, sedih dan marah.
Contohnya anggota dari budaya Utku di Alaska menentukan bahwa marah kurang
dapat diterima dengan menekankan pada penerimaan dan dengan mendisosiasi diri
mereka sendiri dari setiap bentuk ekspresi rasa marah. Bila sebuah perjalanan dihambat
oleh badai salju yang tidak disangka-sangka maka suku Utku tidak mengekspresikan
rasa frustrasi tetapi menerima badai tersebut dan membangun sebuah tenda
Seperti ekspresi emosi, beberapa sinyal non-verbal lain bisa menjadi indikator emosi
tertentu. Misal; bila indvidu mengalami depresi, maka bukan hanya terlihat pada
ekspresi wajah, namun juga tampak pada; gerakan2 tubuh yang perlahan, kepala
menunduk, postur tubuh yang ‘lungrah’.
Banyak emosi non-verbal berbeda pada budaya yang berbeda Mesquita, 2002). Misal;
di Yaman, pria-pria berciuman adalah hal umum, namun tidak di amerika
Pengaruh gender
Stereotip bahwa wanita emosional, sementara pria tidak, banyak
berlaku di banyak budaya (Shields, 1991).
Pria wanita lebih banyak berekspresi sama daripada stereotipe di
atas. Wanita lebih mudah terlihat emosi (wajah). Khususnya bila saat
bekerja menghadapi masalah, wanita menunjukkan lebih ekspresif
(wajah) dalam waktu yg sangat pendek (Hall & Matsumoto, 2004).
Wanita juga mengekspresikan emosi lebih lama daripada pria
(Birditt & Fingerman, 2003). Hasil tsb cukup penting untuk terpola
di pikiran, bahwa pria dan wanita memiliki cara yg spesifik dalam
mengekspresikan emosi. Didukung dengan pria yang melaporkan
bhw mereka kurang emosional (Jakupcak, dkk, 2003).
Perbedaan gender dan pengaruhnya pada emosi lebih banyak terikat
pada konteks sosial drpd biologis (Brody, 1999)
Mengklasifikasikan Emosi
Sejumlah psikolog telah mengklasifikasikan perasaan-perasaan
yang kita alami dengan menempatkan mereka pada sebuah
roda atau apa yang disebut psikolog sebagai circumplex.
Robert Pluchik (1980) berpendapat emosi memiliki empat
dimensi :
1. Emosi bersifat positif atau negatif
2. Emosi dapat berupa emosi dasar atau emosi campuran
3. Emosi banyak berupa kutub yang saling bertentangan
4. Bervariasi dalam intensitas
• Kegembiraan yang luar biasa dan antusiasme adalah emosi
positif; berduka dan marah adalah emosi negatif
Klasifikasi Emosi
Model roda diajukan oleh Sylvia Tomkins (1962),
mendeskripsikan emosi dasar yaitu rasa takut, marah, gembira,
distress, jijik, tertarik, terkejut, muak dan rasa malu.
Gambar di bawah ini ada kesepakatan antara model Plunchik dan
Tomkins. Para pembuat teori melihat emosi pada dasarnya
sebagai reaksi bawaan yang membutuhkan pemaknaan kognisi
yang tidak banyak. Akibatnya pandangan mereka menunjukkan
sudut pandang evolusi. Dalam sudut pandang ini, emosi-emosi
dasar berkembang dan dipertahankan karea nilai adaptifnya
untuk keberlangsungan hidup spesies. .
Klasifikasi Emosi
Emosi sangat kompleks dan variatif.
The Wheel Model (Model Roda)

love
Submission (patuh)

optimism acceptance
Joy (riang)

anticipation fear
aggressiveness Awe

surprise (segan)
Anger

Disgust Sadness
(benci, muak) (sedih)
Contempt (jijik) Disappointment
Remorse (kecewa)
(sesal)
Klasifikasi Emosi
Pendekatan Dua Dimensi
Pendekatan ini berpandangan bahwa terdapat dua dimensi besar
pengalaman negatif (afek negatif dan positif)
o afek negatif merujuk pada emosi-emosi negatif seperti
kecemasan, marah, rasa bersalah dan kesedihan
o Afek positif merujuk pada emosi positif seperti gembira,
bahagia, cinta dan rasa tertarik
• Penelitian menunjukkan bahwa emosi cenderung muncul
bersamaan berdasarkan kekuatannya, sehingga bila seseorang
sedih, maka ia juga merasa marah dan kawatir, bila seseorang
bahagia ia juga merasa percaya diri, ceria dan sabar
• Emosi negatif ,membawa manfaat langsung dan segera dalam
adaptasi terhadap situai yang mengancam keberlangsungan hidup
Klasifikasi Emosi
Model meluas dan membangun
o Tokohnya Fredricson (1998) ia berpendapat bahwa fungsi
dari emosi positif terletak pada efeknya terhadap
perhatian kita dan kemampuan kita untuk membangun
sumber daya, model ini dimulai pengaruh dari emosi
positif pada pemrosesan kognitif
o Emosi positif berperan sebagai penanda kesejahteraan.
Ketika hidup orang-orang ditandai suka cita, bahagia,
cinta dan rasa tertarik maka kemungkinan hal ini akan
lebih berkuasa daripada emosi negatif seperti kemarahan,
putus asa
o Emosi positif juga meningkatkan upaya mengatasi stress
Klasifikasi Emosi
Sebuah emosi negatif : marah merupakan emosi yang
kuat. Rasa marah memiliki dampak yang kuat tidak
hanya pada hubungan sosial tetapi juga pada orang yang
mengalaminya.
Contoh kemarahan dilakukan berulang-ulang pada
orang lain, siksaan verbal dan fisik pada anak
Katarsis : pelepasan rasa marah atau energi agresif
secara langsung atau dengan terlibat pada kemarahan
atau agresi orang yang sudah dirasakan sendiri .
Hipotesis katarsis menyatakan bahwa dengan bertindak
marah atau menyaksikan orang lain marah akan
mengurangi kemarahan berikutnya
Klasifikasi Emosi
Teori Sosial Kognitif
o Teori ini menyatakan bahwa dengan bertindak
marah, seseorang sering-sering kali mendapatkan
penguatan rasa marah tersebut dan dengan
menyaksikan orang lain marah, orang belajar untuk
menjadi marah
o bagaimana kita dapat mengendalikan rasa marah
hingga tidak menjadi distruktif?
o Mark Twain (1989)pernah berpendapat “ ketika
marah hitung hingga empat; ketika sangat marah
maka keluarkanlah caci maki”
Klasifikasi Emosi
Teori Sosial Kognitif
Carol Tavris (1989) seorang peneliti tentang emosi membuat rekomendasi
sebagai berikut :
1. Ketika rasa marah mulai memuncak dan badan anda terangsang, usahakan
untuk menurunkan rangsangan dengan menunggu.Rangsangan emosional
biasa akan berkurang bila anda menunggu cukup lama
2. Atasi rasa marah dengan cara-cara melibatkan kemarahan kronis untuk
setiap gangguan kecil atau berada dalam keadaan pasif yang hanya
memperkuat latihan untuk alasan anda menjadi marah.
3. Bentuk kelompok-kelompok bantu diri dengan orang-orang yang pernah
mengalami pengalaman serupa dengan rasa marah. Orang lain
kemungkinan mengetahui apa yang anda rasakan dan bersama-sama anda
dapat menghasilkan solusi yang baik untuk permasalahan dengan rasa
marah ini.
Klasifikasi Emosi
Teori Sosial Kognitif
Carol Tavris (1989) seorang peneliti tentang emosi membuat
rekomendasi sebagai berikut :
4. Ambil tindakan untuk membantu orang lain. Strategi ini dapat
menempatkan penderitaan. Anda sebagai pertimbangan , seperti
ditunjukkan oleh tindakan oleh para wanita yang mengorganisasikan
Mother Against Drunk atau sejumlah orang yang berupaya mengubah
kondisi orang lain agar tidak mengalami penderitaan mereka.
5. Carilah cara untuk memencah atau keluar dari sudut pandang Anda
sehari-hari. Beberapa orang yang telah melatihkan “cerita” mereka
selama bertahun-tahun, mengulangi alasan marah lagi dan lagi.
Menceritakan kisah orang lain akan membawa pandangan yang
mungkin membantu orang untuk menemukan rasa simpatik
Klasifikasi Emosi
Emosi positif : sebuah emosi positif yang belum lama ini menarik
banyak ketertarikan adalah rasa syukur (Bertlett dan DeStefano 2006;
Miley & Spinella (2006); Tangney, Stuewig & Mashek, 2007)
merupakan sebuah emosi positif yang kompleks rasa syukur dari
pengalaman memiliki sesuatu yang baik dalam hidup anda yang anda
sadari tidak diperoleh dengan sulit atau layak anda miliki
Rasa syukur dapat didefinisikan sebagai kesadaran kita bahwa orang
lain bertanggung jawab atas hal baik itu.
Robert Solomon menyatakan bahwa rasa syukur tidak hanya “jawaban
terbaik untuk tragedi-tragedi kehidupan. Rasa syukur juga merupakan
pendekatan terbaik untuk kehidupan sendiri.
Robert Emmons dan Michael McCullough (2004) melakukan penelitian
yang menunjukkan cara-cara bersyukur dapat mengarah pada
kebahagiaan dan kesejahteraan diri yang meningkat.
Emosi Positif, Kesehatan dan Coping
Psikolog positif telah melahirkan sejumlah penelitian
tentang peran emosi positif dalam mengurangi sakit serta
meningkatkan kesehatan (Cloninger, 2006; Maskowits,
Folkman dan Acre, 2003; Vaughn dan Roesch, 2003).
Walau penelitian terkait dampak keadaan negatif lebih
banyak , keadaan emosi positif diduga memiliki hubungan
dengan pola fungsi dalam sistem kardiovaskuler maupun
sistem kekebalan tubuh (Barak, 2006).
Menjadi orang yang memiliki afeksi positif juga
dihubungkan dengan peningkatan usia harapan hidup
(Pressman dan Cohen, 2005)
Emosi Positif, Kesehatan dan Coping
Emosi positif telah dikaitkan dengan pelepasan
sekresi imunoglobulin A (S-IgA). Sebuah antibodi
yang dipercaya untuk menjadi lini pertahanan terdepan
terhadap penyakit flue yang biasa ditemukan (Barak,
2006)
Dalam satu penelitian tingkat S-IgA meningkat
ketika mahasiswa wanita yang sehat menontot
sebuah video yang lucu dan bahagia, tetapi menuruh
ketika wanita tersebut menontot video menyedihkan .
Maka tingkat S-IgA berhubungan positif dengan
penggunaan humor sebagai strategi mengatasi stress
Keterkaitan emosi positif dengan
ketangguhan
Ketangguhan adalah karakteristik yang diasosiasikan
dengan kemampuan untuk maju pada masa-masa
sulit. Ketangguhan merujuk pada kemampuan untuk
bangkit kembali dari pengalaman negatif untuk
menjadi fleksibel dan menyesuaikan diri ketika situasi
tidak berjalan dengan baik.
Penelitian Lisa (2004) menemukan bahwa kemampuan
superior untuk mengatasi stress pada individu yang
tangguh datang dari kemampuan mereka untuk
menggunakan emposi-emosi positif untuk bangkit
kembali dari pengalaman negatif
Tugas 5
 1. Kognisi mempengaruhi emosi, atau emosi
mempngaruhi kognisi ? Jelaskan pendapat anda dan
berikan contoh.
 2. Jelaskan bagaimana hubungan emosi dan perilaku.
Setidaknya penjelasan anda menyangkut dua hal.
 3. Menurut anda cinta dahulu lalu menikah, atau menikah
dahulu lalu cinta. Jelaskan dengan menggunakan teori
hubungan antara emosi dan perilaku.
 4. Jelaskan bagaiman emosi positif dapat membuat orang
terkena virus covid-19 menjadi sembuh ? Penjelasan
anda harus menyangkut dua hal.

Anda mungkin juga menyukai