Anda di halaman 1dari 21

ALIRAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Psikilogi Pendidikan
Dosen Pengampu : Harmathilda Hasanusi, MA.

Siti Nafissah ( 21.1.2316 )


Sri Wahyuni ( 22.1.2268 )
Syaidina Aly Putra A. ( 21.1.2272 )

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-KARIMIYAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.
Yang telah memberikan kami kenikmatan,
sehingga kami dapat menyusun makalah ini.
Shalawat dan salam kami junjungkan kepada
Nabi Muhammad SAW. yang telah
membebaskan umat dari masa jahiliyah.
Makalah ini penting untuk dibahas pada
kali ini, untuk memahami Aliran-aliran psikologi
pendidikan dan perkembangan kognitif dan
bahasa, dalam menempuh mata kuliah Psikologi
Pendidikan, yang mudah-mudahan bermanfaat
bagi pembaca dan khususnya bagi pemakalah.
Pemakalah menyadari betul bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diharapkan dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun dan untuk perbaikan makalah yang
akan datang. Semoga makalah ini memberikan
manfaat khususnya bagi pemakalah umumnya
bagi para pembaca. Aamiin.

Depok, 9 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Aliran - Aliran Psikologi Pendidikan ....................... 3
B. Dampak Keragaman individu dalam
Pendidikan ..................................................................... 9
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 13
B. Saran ............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu jiwa pendidkan yang lebih dikenal dengan
psikologi pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu psikologi
dan pendidikan. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi
secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu
jiwa1.
Adapun mengenai pendidikan menurut kamus
besar bahasa indonesia, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, pertumbuhan dan
kematangan individu serta penerapan prinsip-prinsip ilmiah
tentang reaksi manusia yang mempengaruhi belajar dan
mengajar2.
Pengetahuan psikologi pendidikan merupakan
salah satu pengetahuan yang perlu dipelajari dan dipahami
oleh seorang guru agar dapat menjalankan tugas sebagai
guru dengan cara yang sebaik-baiknya. Jadi seorang guru
harus menguasai mata pelajaran yang diberikan tetapi
perlu juga memahami mereka yang dipimpinnya dalam
prosses pendidikan.
Para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya
berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar
sekalipun) tak pernah memiliki respons yang sama persis
terhadap situasi belajar mengajar di sekolah. Keduanya
sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan,
kematangan jasmani, inteligensi, dan keterampilan
motor/jasmaniah. Anak-anak itu seperti juga anak-anak
lainnya, relative berbeda dalam kepribadian sebagaimana
yang tampak dalam penampilan dan cara berpikir atau
memecahkan masalah mereka masing-masing.
Pendidikan, selain merupakan prosedur juga merupakan
lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang
saling berinteraksi. Dalam interaksi antar-individu ini baik
antara guru dengan para siswa maupun antara siswa
dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa
psikologi. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu
untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru
dalam memperlakukan para siswa secara tepat.
Para pendidik, khususnya para guru sekolah,
sangat diharapkan memiliki kalau tidak menguasai–
pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai

1
Drs. M. Dalyono. psikologi pendidikan/. Jakarta: Rineka cipta
2 Irwanto. 1997. Psikologi Umum.Pustaka Setia

1
agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar-
mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna.
Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para
guru berperan penting dalam menyelenggarakan
pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan eratnya
hubungan antara psikologi khusus dengan pendidikan,
seerat metodik dengan kegiatan pengajaran. Karena
psikologi pendidikan mendasarkan uraiannya pada
metode-metode ilmiah untuk mendapatkan dan
mengaplikasikan pengetahuan di dalam bidang
pendidikan, maka psikologi pendidikan disebut ilmu
terapan atau applied science3.
Apa pun yang disimpulkan para ahli tentang
psikologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa psikologi
pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam
penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada
masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik
maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan
masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses
dan keberhasilan belajar.

A. Rumusan Masalah
1. Apa maksud dari Aliran-aliran Psikologi Pendidikan ?
2. Apa Dampak Keragaman individu dalam Pendidikan?

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui maksud dari aliran – aliran Psikologi
Pendidikan
2. Untuk Mengetahui dampak keragaman individu dalam
pendidikan

3 Winkel, W. S. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran-Aliran Psikologi Pendidikan

1. Aliran Behaviorisme

Peletak aliran ini ialah : Ivan Petrovich Pavlov dan


William Mc Dougall. Pavlav adalah seorang sarjana ilmu
faal yang sangat fanatik dan sangat anti terhadap
psokologi yang dianggap kurang ilmiah. Ia terkenal dengan
experiment mengenai reflek terkondisi yang dilakukan
terhadap anjing yang mengeluarkan air liurnya;
menurutnya “ segala aktifitas kejiwaan pada gakikatnya
merupakan rangkaian reflek “. Ia mulai melakukan
terhadap experiment tersebut, pada akhir abad 19
kemudian mencapai puncaknya pada tahun 1940-1950 an.
Selain Pavlov pembangunan aliran ini adalah Me
Dougall, ia berpendapat mengenai teori “insting”.
Menurutnya insting adalah kecerendungan bertingkah laku
tertentu dalam situasi tertentu sebagai hasil pembawa
sejak lahir dan tidak dipelajari sebelumnya.
Aliran Behaviorisme memandang manusia sebagai
mesin atau robot (homo mecanicus) yang dapat
dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman
(conditioning). Sikap yang ingin dilatih terus-menerus
sehingga menimbulkan maladaptive begviour atau perilaku
menyimpang.
Melalui begaviourisme, ditemukan oleh sejumlah
penelitian beberapa asa sebagai berikut:
a. Classical conditioning : suatu rangsangan akan
menimbulkan pola raksi tertentu apabila rangsangan
tersebut sering diberikan bersamaan dan menimbulkan
seatu reaksi tersebut.
b. Law of effect : prilaku yang menimbulkan akibat-akibat
yang memuaskan akan cenderung diulang-ulang
sebaliknya.
c. Operant conditioning : pola perilaku akan manjadi mantap
apabila telah menuai hal-hal yang diinginkan.
d. Modeling : adanya kecenderungan “mengidolakan” maka
akan mengikuti dan menirunya.
Obyek psikologi dalam aliran ini adalah “pelaku yang
fenomenologis bukan prilaku yang metafisik”. Dan
beberapa tokoh lain dalam aliran ini adalah john Watson,
clark L.Hull, BF. Skinner dan Albert bandura 4

4 Bimo Walgito.Pengantar psikologi umum. (Yogyakarta: Penerbit Andi,2010), hlm.74

3
2. ALIRAN STRUKTURALISME

Aliran ini muncul karena kerja keras Wilhelm Wundt,


psikolog jerman yang pertama mendirikan Laboratorium
psikolog, karena laboratorium telah didirikan pertama
dijerman, maka jerman dikenal dengan “ Ibu psikolog “.
Menurutnya untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan
harus mempelajari isi dan struktur jiwa seseorang. Metode
yang digunakan adalah Intropeksi /mawas diri, obyeknya
adalah “ kesadaran5”
Tokoh aliran lain dalah Edward Bradford Titehener,
ia adalah mahasiswa sastra inggris dan penerjemahan
ajaran wundt, kemudian ia pergi ke Amerika Serikat (1893)
dan membangun laboratorium di Comell.

3. ALIRAN FUNGSIONALISME

Tokoh-tokoh aliran ini diantaranya yang terkenal


ialah Willian James, John Dewey, James Rowland, Angell
haHarvey A, Carr, James Mc Kenn cattell, E.L Thorndike
dan R.S.Woodworth.
Aliran ini merupakan reaksi terhadap strukturalisme
tentang keadaan mental. Aliran ini pada intinya merupakan
doktrim bahwa “proses adalah keadaan sadar seperti
kehendak bebas, berpikir, emosi, memersepsi dan
mengindra, dengan kata lain. Aktifitas-aktifitas di sebuah
lingkungan fisik dan tidak dapat diberi eksistensi yang
penting, aktifitas ini memudahkan control organisme, daya
tahan hidup, adaptasi, keterikatan adalah penarikan diri,
pengenalan, pengarahan dan lain-lain.
Menurut pandangan James, bahwa” suatu
kebenaran tidak ada yang mutlak dan berlaku umum.
Sedangkan menurut John Dewey, bahwa “ tak ada sesuatu
yang tetap. Manusia senantiasa bergerak dan berubah.
Jika mengalami kesulitan, segera berfikir untuk mengatasi
kesulitan itu, oleh karena itu berfikir tidak lain sebagai alat
(instrumen) untuk bertindak6.

4. ALIRAN PSIKOANALISIS

Aliran Psikoanalisis sangat kontras dengan aliran


begaviourisme. Aliran Psikoanalisis merupakan aliran yang
mencari penyebab munculnya perilaku manusia pada alam
tidak sadar. Tokoh aliran ini adalah “ Sigmund Freud ” dari
Australia pada akhir abad ke-19 , aliran ini berpendapat
bahwa “manusia adalah mahluk yang berkeinginan (homo
volens) “.

5
Bimo Walgito.Pengantar psikologi umum. (Yogyakarta: Penerbit Andi,2010), hlm.74
6
Alex Sobur.Opcit, hlm :106

4
Freud banyak memberikan kontribusi dalam hal
mengembangkan konsep motivasi dari alam
ketidaksadaran dan mengarahkan fokus penelitian pada
pengaruh pengalaman masa kecil terhadap
perkembangan kepribadian selanjutnya sampai dewasa.
Di samping itu, Freud juga merangsang studi yang intensif
tentang emosi, yaitu cinta, takut, cemas, dan seks 7.
Dalam teori Freud dinyatakan bahwa satu-satunya
hal yang mendorong kehidupan manusia adalah dorongan
id (libido seksualita), mendapat tantangan keras. Dalam
libido seksualita, seseorang berusaha mempertahankan
eksistensinya karena bermaksud memenuhi hasrat
seksualnya. Dalam pandangan psikologi humanistik, teori
Freud hanya menjelaskan adanya kebutuhan yang paling
mendasar dari manusia, yaitu kebutuhan fisioligis dan tak
mampu memberikan untuk empat kebutuhan manusia
yang lain8.
Di alam tak sadar inilah tinggal tiga struktur mental yang
diibaratkan gunung es dari kepribadian kita yaitu:
1. Id atau Es (energi psikis)
2. Kh atau ego
3. Uber lcr atau super ego

5. ALIRAN HUMANISME

Bagi humanisme memandang bahwa, aliran


begavourisme dan psikoanalisis, telah merendahkan jati
diri manusia yang dianggap robot yang mudah
dikondisikan prilakunya.
Aliran humanisme memandang bahwa “ manusia
adalah mahluk yang mulia, yang semua kebutuhan pokok
diperuntukkan untuk memperbaiki spisiesnya. Aliran ini
terdapat asas-asas penting mengenai manusia sebagai
berikut:
a. Manusia adalah mahluk yang memiliki kehendak bebas.
b. Manusia adalah mahluk yang sadar atau berfikir.
c. Manusia adalah mahluk yang mempunyai cita-cita dan
merindukan sesuatu ideal.
d. Manusia adalah mahluk yang kreatif.
e. Manusia adalah mahluk yang bermoral.
f. Manusia adalah mahluk yang sadar akan dirinya sendiri.
g. Manusia adalah mahluk yang memiliki esensi kesucian.

Salah satu tokoh aliran ini adalah Abraham Maslow


yang mengkritik freud dengan mengatakan bahwa freud
hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya
meneliti mengapa seetengah jiwa yang lainnya tetap sehat.

7
Alex Sobur.Opcit, hlm : 11
8
Ibid, hlm : 112

5
Sedangkan menurut Viktor Frankl dalam logotherany
(teknik psikoterapi) mengatakan bahwa “ makna hidup
yang bermakna, semua kehidupan yang dialami manusia
memiliki hikmah dan makna tersendiri, oleh sebab itu
peristiwa yang menyenangkan maupun yang menyedihkan
bukanlah substansi eksistensi, sebab yang menjadi
hakekat peristiwa adalah makna dan hikmahnya.
Humanisme telah mengembangkan logoterapi yang
mencitrakan kecerdasan manusiawi dalam tingkat yang
tinggi, semangat memaknai kehidupan melalui keyakinan
tentang adanya kesadaran tertinggi tentang makna hidup.
Abraham Maslaw juga dikenal sebagai “ Bapak
spiritual” psikologi humanistik, bagi maslaw manusia
dengan potensinya akan mampu mengembangkan bakat
dan kemampuannya, pengembangan potensi dan
aktualisasi diri dilakukan dengan cara mengalami
kehidupan secara sistimatis, mulai yang terendah hingga
yang tertinggi “. Adalah Carl Rogers tentang teori
humanisme mengenai potensi diri manusia,ia
mengemukakan ciri-ciri orang yang sehat sebagai berikut:
a. Pandai menikmati hidup.
b. Terbuka terhadap semua pengalaman.
c. Memilih hidup sesuai dengan panggilan hati
nurani.
d. Apresiasif, bebas berfikir, tidak mau terikat,
spakanitas, kreatif dan fleksibel.

Adapun tokoh-tokoh psikologi humaisme selain


Maslaw dan Roger adalah:
1. William James.
2. G. Stanly Hall.
3. John Cohen.
4. Albert wellek.
5. F. T. Severin.

6. ALIRAN PSIKOLOGI GESTALT

Istilah “ Gestalt “ dalam kamus berarti (Form, Shape,


Configuration, whole = bentuk, keseluruhan, esensi,
totalitas, hal dan hakikat). Aliran ini lahir sebagai upaya
protes terhadap pandangan elementaris dari Ghr. V.
Ehrenfern yang merupakan pelopor psikologi gestalt
dengan karyanya “ Ueber Gestaltqualitaten.
Kata Gestalt berasal dari bahasa Jerman, yang
dalam bahasa inggris berarti form, shape,cnfiguration,
whole; dalam bahasa indonesia berarti “bentuk” atau
“konfigurasi”, “hal”, “peristiwa”, “pola”, “totalitas”, atau
“bentuk keseluruhan”9.

9 Alex Sobur.Opcit, hlm : 116

6
Tokoh yang di anggap sebagai pendiri aliran Gesalt
ini adalah Max Wertheimer (1880 - 1943) 10 . Kemudian
dikembangkan oleh Kurt Koffka11 dan Wolfgang kohler ini
mengkritik teori – teori psikologi yang berlaku di Jerman
sebelumnya, terutama teori strukturalisme dari Wilhelm
Wund, teori Wundt yang khususnya mempelajari proses
penginderaan dianggap terlalu elemenistik. Padahal,
persepsi manusia terjadi secara menyeluruh, sekaligus
dan terorganisasikan, tidak secara parsial atau sepotong–
sepotong.
Karena itulah menurut Weirtheimer ketika sebuah
melodi terdengar (dipersepsi), sebuah kesatuan dinamis
atau keutuhan muncul dalam persepsi. Akan tetapi nada
tersebut dalam dirinya menyebar dan saling bergantian
dalam urutan waktu tertentu. Urutan waktu itu di ubah
maka gesalt nya turut berubah12.

7. ALIRAN PSIKOLOGI KOGNITIF

Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat


dikatakan berawal dari pandangan psikologi Gestalt di
Jerman beberapa saat sebelum perang Dunia II13. Aliran
kognitif muncul pada tahun 60-an sebagai gejala
ketidakpuasan terhadap konsep manusia menurut
behaviorisme. Gerakan ini tidak lagi memandang manusia
sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap
lingkungan, melainkan sebagai makhluk yang selalu
berfikir (homo sapiens). Paham kognitifisme ini tumbuh
akibat pemikiran-pemikiran kaum rasionalisme14.
Tokoh-tokohnya antara lain Gestalt, Meinong,
Kohler, Max Wetheimer, dan Koffka. Menurut mereka,
manusia tidak memberikan respons secara otomatis
kepada stimulus yang dihadapkan kepadanya kerena
manusia adalah makhluk aktif yang dapat menafsirkan
lingkungan dan bahkan dapat mendistrosinya
(mengubahnya). Mereka berpandangan bahwa
manusialah yang menentukan makna stimuli itu sendiri 15.
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa
organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-
elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam
lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis

10
singgih Dirgagunarsa. Opcit, hlm : 87
11 Kurt Koffka adalah tokoh psikologi Gesalt yang banyak menulis tentang faham – faham dan definisi–definisi
dari pada aliran ini
12
Alex Sobur.Opcit, hlm : 11
13
Alex Sobur.Opcit, hlm : 117
14
Alex Sobur. Opcit, hlm : 311
15 Ibid, hlm : 42

7
dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk
dalam kognisi manusia16.

Beberapa aliran yang terkait pada psikologi kognitif


menurut Zuhairini, sebagai berikut :
Aliran Progresivisme : Aliran ini mengakui dan berusaha
mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita
kehidupan agar manusia bisa bertahan dalam menghadapi
semua tantangan hidup. Aliran ini dinamakan
Instrumentalisme, Eksperimentalisme dan
Environmentalisme karena ketiganya berkaitan satu sama
yang lainnya. Sifat-sifat umum lainnya ini dikelompokkan
menjadi dua keyakinan yakni:
1) Sifat-sifat positif.
2) Sifat-sifat negatif.
Pandangan filosofisnya berakal dari pragmatisme William
James dan John Dewey.

Aliran Esensialisme : Aliran ini lebih fleksibel dan terbuka


untuk perubahan, toleran, dan tidak ada ketertarikan
dengan doktrin tertentu, aliran memandang bahwa
“pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama, yang memberikan kestabilan
dan nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Beberapa tokoh aliran ini adalah: De iderius Erasmus,
Jokana Amos Comenius, John locke, Johann henrich
pestalozzi, Johane Friederich Frobel, Johann Friederich
Herert dan william T. Harris.

Aliran Perennialisme : Aliran berpendapat bahwa


mencari dan menemukan arah tujuan yang lebih jelas
merupakan tugas yang utama dari kehidupan. Pengaruh
tokoh aliran ini adalah Plato dan Thomas Aquinus.

Aliran Rekonstruksionisme : Aliran ini tidak jauh beda


dengan aliran Perennialisme.

Aliran Eksisttensialisme : Tokoh aliran ini adalah Martin


Heidegger, J.P. Sartre dan Gabriel Marcel.
Eksistensialisme adalah suatu penolakan terhadap suatu
pemikiran abstrak dan tidak logis. Dengan demikian, aliran
ini hendak memadukan hidup yang dimiliki dengan
pengalaman dan situasi sejarah yang ia alami dan tidak
mau terikat dengan hal-hal yang abstrak. Baginya segala
sesuatu dimulai dari pengalaman pribadi, keyakinan yang
tumbuh dari dirinya dan kemampuan serta keluasan jalan
untuk mencapai keyakinan hidupnya.

16 Alex Sobur.Opcit, hlm : 317

8
B. Dampak Keragaman individu dalam Pendidikan

Dapat di ketahui bahwa setiap individu itu unik,


yakni tidak ada dua individu yangsama persis baik dari
sifat, karakter, maupun lainnya. Tiap masing-masing
individu berbeda antara yang satu dengan lainnya.
Begitu halnya siswa satu dengan lainnya memiliki
perbedaan. Perbedaan tersebut terdapat pada karakter
psikis kepribadian serta sifat-sifatnya. Perbedaan
individual tersebut terlihat pada cara dan hasil belajar
siswa sendiri. Perbedaan individu atau keragaman
individu tersebut perlu penanganan khusus dari guru
sebagai pembimbing, dalam upaya peningkatan hasil
belajar.
Sistem pendidikan saat ini merupakan sistem
pendidikan yang bersifat klasikal yakni, melakukan
pembelajaran di kelas dengan hanya melihat siswa
sebagai individu dengan kemampuan rata-rata.
Kebiasaan serta pengetahuan yang hampir sama, tidak
berbeda dengan satu sama lain yang kurang
memperhatikan masalah perbedaan dari masing-masing
individu.
Pembelajaran yang bersifat klasikal yang
mengabaikan perbedaan individual/keragaman individual
dapat diperbaiki melalui beberapa cara, antara lain
penggunaan metode atau strategi pembelajaran
bervariasi, sehingga perbedaan kemampuan siswa dapat
diatasi. Selain itu, penggunaaan media akan membantu
mengatasi perbedaan siswa dalam cara belajar.
Usaha lain untuk mengatasi pembelajaran secara
klasikal adalah dengan memberikan tambahan pelajaran
atau pengayaan pembelajaran bagi siswa yang pandai,
dan memberikan bimbingan belajar bagi anak yang
memiliki kekurangan dalam pemahaman belajar.
Disamping dalam memberikan tugas, disesuaikan juga
dengan minat dan kemampuan siswa, sehingga bagi
siswa yang pandai, sedang, maupun kurang akan
merasakan keberhasilan dalam belajar.17
Oleh karena itu, seorang guru hendaknya mampu
memahami karakteristik maupun
sifat dari masing-masing individu siswa. Dengan cara
maupun metode yang telah
disebutkan sebelumnya, serta mengaplikasikan secara
langsung dalam pendidikan, sehingga
dapat mengetahui perbedaan siswa dan cara untuk
mengatasi hal tersebut melalui beberapa
cara yang mudah dipahami siswa.

17
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

9
Berdasarkan hal tersebut, perlu dibahas kembali terkait
aplikasi keragaman individu
dalam Pendidikan, meliputi; pengertian keragaman/varian
individu, serta aplikasi keragaman
individu dalam Pendidikan
Oleh karena itu, seorang guru hendaknya
mampu memahami karakteristik maupun sifat dari
masing-masing individu siswa. Dengan cara maupun
metode yang telah disebutkan sebelumnya, serta
mengaplikasikan secara langsung dalam pendidikan,
sehingga dapat mengetahui perbedaan siswa dan cara
untuk mengatasi hal tersebut melalui beberapa cara
yang mudah dipahami siswa. Berdasarkan hal tersebut,
perlu dibahas kembali terkait aplikasi keragaman individu
dalam Pendidikan, meliputi; pengertian keragaman/varian
individu, serta aplikasi keragaman individu dalam
Pendidikan.

A. Aplikasi Keragaman Individu Dalam Pendidikan

1. Pengertian Keragaman/Variasi Individu


Keragaman menurut Ludwig (1988) merupakan
gabungan antara kekayaan jenis dan kemerataan dalam
satu nilai tunggal. Keragaman merupakan ukuran
integrasi komunitas biologik dengan menghitung dan
mempertimbangkan jumlah populasi yang membentuknya
dengan kelimpahan relatifnya. Keragaman akan
cenderung lebih rendah dalam ekosistem yang secara
fisik terkendali dan lebih tinggi dalam ekosistem yang
diatur secara biologi.
Keragaman jenis dapat diartikan sebagai jumlah
jenis diantara jumlah total individu dari seluruh jenis yang
ada 18 . keragaman jenis dapat digunakan untuk
menyatakan stuktur komunitas dan dapat digunakan untuk
mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu
komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun
ada gangguan terhadap komponen-komponennya19.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
variasi adalah bentuk (rupa) yang lain; yang berbeda
bentuk (rupa). Sementara dalam kamus Echols dan
Shadaly; individu adalah kata benda dari individual yang
berarti orang, perseorangan, dan oknum, di mana suatu
lingkungan untuk anak yang dapat merangsang
perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan
membawa perubahan apa saja yang di inginkan dalam
kebiasaan dan sikap-sikapnya20.

18
(Wirakusumah, 2003)
19
(Zainal Arifin, 2010)
20
(Indriyanto, 2008)

10
Berikut ini beberapa pengertian variasi individual
menurut para ahli:
a. Menurut Lindgren; variasi individual menyangkut tentang
variasi yang terjadi,baik variasi pada aspek fisik, maupun
psikologis21;
b. Menurut Chaplin; variasi individual adalah perbedaan sifat
kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa membedakan satu
individu dengan individu lainnya. Berdasarkan hal
tersebut, keragaman/variasi individual adalah perbedaan
antara indvidu siswa yang satu dengan individu lainnya
dalam suatu organisasi. Terdapat beberapa kategori
keragaman/variasi individual22, antara lain:
1. Perbedaan fisik, seperti jenis kelamin, berat badan,
pendengaran, penglihatan, dankemampuan bertindak
2. Perbedaan sosial, status ekonomi, agama, hubungan
keluarga, dan suku
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan
sikap
4. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar
5. Perbedaan kecakapan atau kepribadian pada suatu
organisasi
Dari beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa keragaman/variasi individual
merupakan hal-hal yang berkaitan dengan “psikologi
pribadi” yang menjelaskan perbedaan psikologis maupun
fisik antar individu.
Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi
keragaman/variasi individual berasal dari faktor internal
individu dari pada eksternal. Latar belakang individu
seperti latar belakang keluarga dan teman-teman
merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi
perbedaan individual.
Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi
perbedaan individual dalam belajar adalah faktor-faktor
yang berkaitan dengan fisik, mental intelektual/kognitif
dan faktor psikologis. Faktor fisik meliputi faktor
kesehatan/kesegaran fisik dan faktor alat indra(fungsi alat
indra mata dan telinga).
Faktor mental intelektual terdiri dari faktor
kecerdasan/inteligensi dan faktor kognitif yang meliputi
faktor kemampuan mengenal/mengamati, berpikir,
kemampuan mengingat serta faktor appersepsi (dasar
pengetahuan/ pengalaman yang dimiliki). Faktor
psikologis adalah sikap, minat, dan motivasi individu
terhadap suatu proses23.

21
(Chaplin,1972)1)
22
(Sunarto, 2006)
23
(Muhibbin Syah, 2007)

11
Dari ketiga faktor di atas, dari faktor fisik, faktor
mental intelektual dan faktor psikologis yang banyak
mempengaruhi perbedaan individual dalam menerima
informasi, sedangkan faktor-faktor yang akan
mempengaruhi perbedaan individual dalam menyerap
informasi adalah faktor psikilogis dan faktor mental
intelektual individu tersebut.

2. Aplikasi Keragaman Individu dalam Pendidikan


Aplikasi keragaman/Variasi individual yang terjadi
dalam proses pendidikan merupakan suatu hal yang
wajar sebagai dampak kondisi individu siswa yang
berbeda-beda, akan tetapi kondisi tersebut, perlu
diperhatikan oleh guru.
Guru harus berupaya mengatasi kondisi
keragaman variasi individual dalam proses belajar
siswa tersebut, sebab jika terabaikan, akan terjadi
perbedaan hasil belajar antara siswa secara mencolok.
Akibatnya, guru dinilai tidak berhasil dalam mengajar,
karena rata-rata pencapaian hasil belajar siswa rendah.
Oleh karena itu, untuk mengatasi
keragaman/variasi individual dalam belajar disekolah
berdasarkan sistem pembelajaran, dengan
menyelenggarakan sistem pembelajaran individual
dengan cara melaksanakan pembelajaran, dengan
memperhatikan atau melayani setiap individu siswa,
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, hal-hal yang
harus dilakukan oleh guru, antara lain24:
1) Guru memberikan tugas dan bimbingan serta bantuan
kepada setiap siswa sesuai dengan tingkat
kemampuannya.
2) Guru dalam mengajar jangan menggunakan ukuran kriteria
rata-rata kelas sebagai ukuran keberhasilan, tetapi
gunakanlah kriteria tuntas untuk semua siswa, karena itu
yang harus dijadikan skala prioritas dalam mengajar
adalah siswa yang kurang mampu, sebab siswa yang
pandai tidak diperhatikan pun oleh guru akan tetap mampu
menguasai pelajaran.
3) Membentuk dan memasukkan siswa-siswa yang kurang
mampu dalam kelompok kelompok belajar yang
didalamnya terdapat siswa-siswa yang pandai agar dapat
belajar bersama dalam menguasai pelajaran yang harus
dipelajari.

Upaya selanjutnya untuk mengatasi


keragaman/variasi individual dalam belajar adalah
dengan melaksanakan sistem belajar tuntas, yakni upaya
guru untuk melaksanakan proses pembelajaran kepada

24
(Zaenal Mustakim, 2011)

12
siswa sampai memperoleh hasil belajar tuntas
(memperoleh penguasaan penuh).
Sistem belajar tuntas atau disebut juga Mastery
Learning dilaksanakan berdasarkan anggapan bahwa
setiap siswa yang mempunyai IQ normal akan
mampu menguasai semua bahan pelajaran yang dipelajari
(memperoleh hasil belajar yang tuntas), apabila diberikan
kesempatan waktu belajar yang cukup bagi diri siswa.Oleh
karena waktu belajar sekolah terbatas hanya selama jam
pelajaran yang sudah ditentukan (selama 45 atau paling
lama 90 menit), maka kemungkinan besar siswa yang
kurang pandai tidak mampu menguasai semua bahan
yang dipelajari, mereka memerlukan tambahan waktu
belajar yang cukup agar dapat menguasai secara tuntas.
Tambahan waktu bimbingan belajar dalam sistem
belajar tuntas tersebut akan dilaksanakan melalui
program remedial. Program tersebut dilaksanakan dengan
memberikan tambahan waktu bimbingan belajar di sekolah
pada waktu jam istirahat atau dilaksanakan diluar sekolah,
ataupun dirumah setelah pulang sekolah. Bimbingan
belajar dapat dilakukan oleh guru atau dengan meminta
bantuan teman sebaya siswa yang pandai sebagai
tutor sebaya, untuk membimbing sampai dapat menguasai
bahan pelajaran secara tuntas seperti yang dapat dicapai
oleh siswa lainnya.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu jiwa pendidkan yang lebih dikenal dengan


psikologi pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu psikologi
dan pendidikan. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi
secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu
jiwa.
Para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya
berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar
sekalipun) tak pernah memiliki respons yang sama persis
terhadap situasi belajar mengajar di sekolah. Keduanya
sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan,
kematangan jasmani, inteligensi, dan keterampilan
motor/jasmaniah. Anak-anak itu seperti juga anak-anak
lainnya, relative berbeda dalam kepribadian sebagaimana
yang tampak dalam penampilan dan cara berpikir atau
memecahkan masalah mereka masing-masing.
Pendidikan, selain merupakan prosedur juga merupakan
lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang
saling berinteraksi. Dalam interaksi antar-individu ini baik
antara guru dengan para siswa maupun antara siswa
dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa
psikologi. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu
untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru
dalam memperlakukan para siswa secara tepat.
Pembelajaran yang bersifat klasikal yang
mengabaikan perbedaan individual/keragaman individual
dapat diperbaiki melalui beberapa cara, antara lain
penggunaan metode atau strategi pembelajaran
bervariasi, sehingga perbedaan kemampuan siswa dapat
diatasi. Selain itu, penggunaaan media akan membantu
mengatasi perbedaan siswa dalam cara belajar. Usaha
lain untuk mengatasi pembelajaran secara klasikal
adalah dengan memberikan tambahan pelajaran atau
pengayaan pembelajaran bagi siswa yang pandai, dan
memberikan bimbingan belajar bagi anak yang memiliki
kekurangan dalam pemahaman belajar. Disamping
dalam memberikan tugas, disesuaikan juga dengan minat
dan kemampuan siswa, sehingga bagi siswa yang
pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan
keberhasilan dalam belajar.
Oleh karena itu, seorang guru hendaknya mampu
memahami karakteristik maupun
sifat dari masing-masing individu siswa. Dengan cara
maupun metode yang telah

14
disebutkan sebelumnya, serta mengaplikasikan secara
langsung dalam pendidikan, sehingga
dapat mengetahui perbedaan siswa dan cara untuk
mengatasi hal tersebut melalui beberapa
cara yang mudah dipahami siswa.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dibahas kembali terkait
aplikasi keragaman individu
dalam Pendidikan, meliputi; pengertian keragaman/varian
individu, serta aplikasi keragaman
individu dalam Pendidikan
Oleh karena itu, seorang guru hendaknya
mampu memahami karakteristik maupun sifat dari
masing-masing individu siswa. Dengan cara maupun
metode yang telah disebutkan sebelumnya, serta
mengaplikasikan secara langsung dalam pendidikan,
sehingga dapat mengetahui perbedaan siswa dan cara
untuk mengatasi hal tersebut melalui beberapa cara yang
mudah dipahami siswa. Berdasarkan hal tersebut, perlu
dibahas kembali terkait aplikasi keragaman individu dalam
Pendidikan, meliputi; pengertian keragaman/varian
individu, serta aplikasi keragaman individu dalam
Pendidikan.

B. Saran

Di harapkan dengan dibuatnya makalah tentang Strategi


Pembelajaran Berorientasi Pada Proses ini dapat
membuat kita semua yang membaca memahami
bagaiman proses pembelajaran yang baik, mengetahui
pengawasan nya dalam proses belajar mengajar. Oleh
karena itu kami sebagai pembuat makalah ini mohon kritik
dan saran nya agar pembuatan makalah ini dapat lebih
baik kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Materi 4 Psikologi Pendidikan Aplikasi Keragaman Individu


Dalam Pendidikan - Materi 4 PSIKOLOGI - Studocu

google scholar - Mencari (bing.com)

Belajar: Aplikasi keberagaman individu dalam pendidikan


(himalailatu.blogspot.com)

Manfaat Keberagaman di Lingkungan Sekolah bagi Siswa,


Lengkap Beserta Penjelasannya - Ragam Bola.com

16

Anda mungkin juga menyukai