Disusun Oleh
Elsi putri
NIM : 210211008
Prodi : Pendidikan Agama Kristen ( PAK )
1
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6482270/kenakalan-remaja-pengertian-dan-contoh-yuk-sama-sama-
mencegahnya
Pelanggaran status, pelanggaran yang termasuk pelanggaran ringan. Contoh: bolos
sekolah.
Ada beberapa jenis kenakalan yang muncul pada remaja. Salah satunya adalah
kenakalan berulang, yang mana dimulai dengan menyinggung atau menunjukkan
perilaku anti sosial/agresif pada masa remaja (atau bahkan sejak kanak-kanak) dan
2
berlanjut hingga dewasa.
C. Penyebab kenakalan remaja
Kenakalan remaja itu terjadi karena beberapa faktor, bisa disebabkan dari remaja itu
sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal
Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi
dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi
karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah
laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku
tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai
dengan pengetahuannya..
Faktor eksternal
Keluarga dan Perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga,
atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.
Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak
memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi
penyebab terjadinya kenakalan remaja. Kita boleh dipengaruhi oleh keluarga dari segi
personaliti, tingkah laku, kepercayaan dan nilai hidup.
D. Cara mengatasi kenakalan remaja yang memberontak kepada orang tua
Anak yang suka memberontak mungkin melakukannya karena beberapa hal. Orangtua
yang keras, tidak mengasihi dan suka mengritik hampir selalu akan menghasilkan
semacam pemberontakan. Bahkan anak yang paling taat sekalipun akan memberontak
2
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kenakalan_remaja
– di dalam maupun di luar – kalau menghadapi perlakuan semacam itu.Sudah tentu,
sikap orangtua semacam ini harus dihindari. Selain itu, pemberontakan terhadap
orangtua sampai tingkat tertentu merupakan hal yang wajar di antara para remaja yang
perlahan-lahan mulai menjauh dari keluarga mereka, sebagai bagian dari proses
kehidupan dan menemukan identitas mereka sendiri.Kalau anak yang memberontak itu
memang memiliki kepribadian yang keras, dia akan cenderung mencoba batas-batas
yang ada, keinginan yang besar untuk memegang kendali dan komitmen untuk
melawan semua otoritas.Dengan kata lain, pemberontakan sudah merupakan
hidupnya. Selain itu, anak-anak yang berkemauan keras dan suka melawan ini
seringkali sangat cerdas dan mampu “mengenali” situasi dengan cepat, sehingga dapat
memperoleh cara untuk mengendalikan keadaan dan orang-orang di sekitarnya. Bagi
orangtuanya, anak-anak ini bisa sangat melelahkan dan memusingkan.
Untungnya, Allah telah menciptakan anak-anak ini sebagaimana adanya mereka. Dia
mengasihi mereka dan tidak membiarkan orangtua tanpa solusi untuk menghadapi
tantangan ini.Ada prinsip-prinsip Alkitab yang mengajari kita bagaimana menghadapi
anak-anak yang suka melawan dan berkemauan keras ini dengan penuh bijaksana
Allah. Pertama-tama, Amsal 22:6 memberitahu kita untuk “Didiklah orang muda
menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan
menyimpang dari pada jalan itu.”Bagi semua anak, jalan mereka yang seharusnya
adalah menuju kepada Allah. Mengajari anak-anak akan Firman Allah merupakan hal
yang penting supaya mereka bisa memahami siapakah Allah dan bagaimana melayani
Dia dengan sebaik-baiknya.Menghadapi anak yang keras, orangtua harus memahami
apa yang memotivasi dia - keinginan untuk memegang kendali - , akan sangat
membantu dalam menolong dia menemukan "jalannya." Anak yang suka memberontak
itu haruslah menjadi seseorang yang memahami bahwa dia tidak mengendalikan dunia
– tapi Allahlah – dan karenanya dia harus melakukan segala sesuatu sesuai dengan
cara Allah.Orangtua sendiri harus yakin penuh atas kebenaran ini dan hidup sesuai
dengan kebenaran ini. Orangtua yang ikut memberontak kepada Allah tidak akan
sanggup meyakinkan anaknya untuk tunduk.Begitu diterima fakta bahwa Allah adalah
yang membuat peraturan, orangtua harus menanamkan itu dalam pikiran anak bahwa
mereka adalah alat dalam tangan Allah dan harus melakukan apa saja yang diperlukan
untuk menggenapkan rencana Allah bagi keluarga mereka.Anak yang memberontak
harus diajari bahwa rencana Allah bagi orangtua itu “untuk menuntun”, sementara anak
adalah “untuk mengikuti.” Tidak boleh ada keragu-raguan dalam mengajari prinsip ini.
Anak yang berkemauan keras dapat melihat keragu-raguan orangtuanya. Ia akan
segera memanfaatkan kesempatan itu untuk mengisi kekosongan kepemimpinan dan
mengambil alih kendali. Prinsip tunduk kepada otoritas itu penting ditanamkan bagi
anak yang berkemauan keras.
Kalau pada waktu kecil dia tidak belajar untuk tunduk, masa depannya akan diwarnai
dengan konflik dengan otoritas, termasuk atasan, polisi, hukum dan pemimpin militer.
Roma 13:1-5 menyatakan dengan jelas bahwa otoritas atas kita ditetapkan oleh Allah
dan kita harus tunduk kepadanya.Anak yang berkemauan keras hanya akan taat pada
peraturan atau hukum yang masuk akal bagi mereka. Beri dia alasan-alasan yang kuat
mengenai dasar satu aturan, terus menerus menekankan bahwa kita melakukan apa
yang Allah inginkan dan bahwa hal itu tidak dapat dinegosiasikan lagi.Jelaskan
kepadanya bahwa Allah memberi orangtua tanggung jawab untuk mengasihi dan
mendisiplinkan anak-anak mereka. Kalau orangtua tidak melakukan itu berarti orangtua
tidak menaati-Nya. Namun demikian, ketika memungkinkan, berikan anak kesempatan
untuk ambil bagian dalam pengambilan keputusan sehingga dia tidak merasa sama
sekali tidak berdaya.Misalnya, pergi ke gereja tidak dapat lagi dirundingkan karena
Allah memerintahkan kita untuk berkumpul bersama dengan orang-orang percaya
lainnya (Ibrani 10:25). Namun, anak-anak boleh mengutarakan (dalam batasan tertentu)
pakaian apa yang mereka mau kenakan, di mana mereka sekeluarga duduk, dll.Beri
mereka kesempatan di mana mereka bisa memberi masukan, seperti ketika
merencanakan liburan keluarga.Lebih dari itu, mendidik anak harus dilakukan dengan
konsistensi dan kesabaran. Orangtua harus berusaha tidak berteriak, memukul dengan
marah, ataupun kehilangan kesabarannya. Hal ini akan memberi anak yang
berkemauan keras itu kontrol yang dia inginkan. Dengan cepat, dia akan belajar
bagaimana mengendalikan Saudara dengan membuat Saudara jengkel sampai pada
titik di mana Saudara akan bereaksi secara emosional.
Anak yang suka memberontak mungkin melakukannya karena beberapa hal. Orangtua
yang keras, tidak mengasihi dan suka mengritik hampir selalu akan menghasilkan
semacam pemberontakan. Bahkan anak yang paling taat sekalipun akan memberontak
– di dalam maupun di luar – kalau menghadapi perlakuan semacam itu.Sudah tentu,
sikap orangtua semacam ini harus dihindari. Selain itu, pemberontakan terhadap
orangtua sampai tingkat tertentu merupakan hal yang wajar di antara para remaja yang
perlahan-lahan mulai menjauh dari keluarga mereka, sebagai bagian dari proses
kehidupan dan menemukan identitas mereka sendiri.Kalau anak yang memberontak itu
memang memiliki kepribadian yang keras, dia akan cenderung mencoba batas-batas
yang ada, keinginan yang besar untuk memegang kendali dan komitmen untuk
melawan semua otoritas.Dengan kata lain, pemberontakan sudah merupakan
hidupnya. Selain itu, anak-anak yang berkemauan keras dan suka melawan ini
seringkali sangat cerdas dan mampu “mengenali” situasi dengan cepat, sehingga dapat
memperoleh cara untuk mengendalikan keadaan dan orang-orang di sekitarnya. Bagi
orangtuanya, anak-anak ini bisa sangat melelahkan dan memusingkan.Untungnya,
Allah telah menciptakan anak-anak ini sebagaimana adanya mereka. Dia mengasihi
mereka dan tidak membiarkan orangtua tanpa solusi untuk menghadapi tantangan ini.
Ada prinsip-prinsip Alkitab yang mengajari kita bagaimana menghadapi anak-anak yang
suka melawan dan berkemauan keras ini dengan penuh bijaksana Allah. Pertama-
tama, Amsal 22:6 memberitahu kita untuk “Didiklah orang muda menurut jalan yang
patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan
itu.”Bagi semua anak, jalan mereka yang seharusnya adalah menuju kepada Allah.
Mengajari anak-anak akan Firman Allah merupakan hal yang penting supaya mereka
bisa memahami siapakah Allah dan bagaimana melayani Dia dengan sebaik-
baiknya.Menghadapi anak yang keras, orangtua harus memahami apa yang
memotivasi dia - keinginan untuk memegang kendali - , akan sangat membantu dalam
menolong dia menemukan "jalannya." Anak yang suka memberontak itu haruslah
menjadi seseorang yang memahami bahwa dia tidak mengendalikan dunia – tapi
Allahlah – dan karenanya dia harus melakukan segala sesuatu sesuai dengan cara
Allah.
Orangtua sendiri harus yakin penuh atas kebenaran ini dan hidup sesuai dengan
kebenaran ini. Orangtua yang ikut memberontak kepada Allah tidak akan sanggup
meyakinkan anaknya untuk tunduk.Begitu diterima fakta bahwa Allah adalah yang
membuat peraturan, orangtua harus menanamkan itu dalam pikiran anak bahwa
mereka adalah alat dalam tangan Allah dan harus melakukan apa saja yang diperlukan
untuk menggenapkan rencana Allah bagi keluarga mereka.Anak yang memberontak
harus diajari bahwa rencana Allah bagi orangtua itu “untuk menuntun”, sementara anak
adalah “untuk mengikuti.” Tidak boleh ada keragu-raguan dalam mengajari prinsip
ini.Anak yang berkemauan keras dapat melihat keragu-raguan orangtuanya. Ia akan
segera memanfaatkan kesempatan itu untuk mengisi kekosongan kepemimpinan dan
mengambil alih kendali. Prinsip tunduk kepada otoritas itu penting ditanamkan bagi
anak yang berkemauan keras.Kalau pada waktu kecil dia tidak belajar untuk tunduk,
masa depannya akan diwarnai dengan konflik dengan otoritas, termasuk atasan, polisi,
hukum dan pemimpin militer. Roma 13:1-5 menyatakan dengan jelas bahwa otoritas
atas kita ditetapkan oleh Allah dan kita harus tunduk kepadanya.Anak yang
berkemauan keras hanya akan taat pada peraturan atau hukum yang masuk akal bagi
mereka. Beri dia alasan-alasan yang kuat mengenai dasar satu aturan, terus menerus
menekankan bahwa kita melakukan apa yang Allah inginkan dan bahwa hal itu tidak
dapat dinegosiasikan lagi.Jelaskan kepadanya bahwa Allah memberi orangtua
tanggung jawab untuk mengasihi dan mendisiplinkan anak-anak mereka. Kalau
orangtua tidak melakukan itu berarti orangtua tidak menaati-Nya. Namun demikian,
ketika memungkinkan, berikan anak kesempatan untuk ambil bagian dalam
pengambilan keputusan sehingga dia tidak merasa sama sekali tidak berdaya.Misalnya,
pergi ke gereja tidak dapat lagi dirundingkan karena Allah memerintahkan kita untuk
berkumpul bersama dengan orang-orang percaya lainnya (Ibrani 10:25). Namun, anak-
anak boleh mengutarakan (dalam batasan tertentu) pakaian apa yang mereka mau
kenakan, di mana mereka sekeluarga duduk, dll.Beri mereka kesempatan di mana
mereka bisa memberi masukan, seperti ketika merencanakan liburan keluarga.Lebih
dari itu, mendidik anak harus dilakukan dengan konsistensi dan kesabaran. Orangtua
harus berusaha tidak berteriak, memukul dengan marah, ataupun kehilangan
kesabarannya. Hal ini akan memberi anak yang berkemauan keras itu kontrol yang dia
inginkan. Dengan cepat, dia akan belajar bagaimana mengendalikan Saudara dengan
membuat Saudara jengkel sampai pada titik di mana Saudara akan bereaksi secara
emosional.Hukuman fisik seringkali tidak berhasil dengan anak-anak semacam ini,
karena mereka memang suka membuat orangtuanya merasa tidak tahan sehingga
mereka akan merasa rasa sakit dari hukuman yang mereka alami sebagai harga yang
pantas untuk dibayar. Orangtua yang memiliki anak yang berkemauan keras sering
mengatakan bahwa anak mereka tertawa saat dipukul pantatnya, sehingga memukul
mereka mungkin bukan metode disiplin yang tepat untuk anak-anak semacam
ini.Mungkin tidak ada tempat lain di mana buah roh Kristen kesabaran dan
pengendalian diri (Galatia 5:23) lebih diperlukan dibandingkan ketika menghadapi anak
yang berkepribadian keras/memberontak.Betapapun melelahkannya mendidik anak-
anak semacam ini, orangtua bisa mendapatkan penghiburan dalam janji Allah untuk
tidak mencobai kita melampaui kemampuan kita menanggungnya (1 Korintus
10:13).Kalau Allah memberi anak yang berkepribadian keras, orangtua harus yakin
bahwa Allah tidak salah dan sanggup menyediakan bimbingan dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas mereka. Nasihat "tetaplah berdoa" paling bermakna
bagi orangtua dengan anak-anak remaja yang berkepribadian keras.Orangtua ini harus
menggunakan banyak waktunya berdoa berlutut di hadapan Allah meminta hikmat,
yang telah Dia janjikan (Yakobus 1:5). Mungkin bisa jadi penghiburan, bahwa anak-
anak berkepribadian keras yang dididik dengan baik seringkali tumbuh dewasa menjadi
orang-orang yang berprestasi tinggi dan sukses.Banyak anak-anak yang dulunya
pemberontak berubah menjadi orang-orang Kristen yang berani dan berkomitmen, yang
menggunakan talenta mereka, untuk melayani Allah yang mereka kasihi dan hormati.
Upaya orangtua mendidik mereka dengan sabar dan rajin pasti ikut memberi
kontribusi.3
3
https://www.gotquestions.org/Indonesia/anak-yang-memberontak.html
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mungkin bukan metode disiplin yang tepat untuk anak-anak semacam ini.Mungkin tidak
ada tempat lain di mana buah roh Kristen kesabaran dan pengendalian diri (Galatia
5:23) lebih diperlukan dibandingkan ketika menghadapi anak yang berkepribadian
keras/memberontak.Betapapun melelahkannya mendidik anak-anak semacam ini,
orangtua bisa mendapatkan penghiburan dalam janji Allah untuk tidak mencobai kita
melampaui kemampuan kita menanggungnya (1 Korintus 10:13).Kalau Allah memberi
anak yang berkepribadian keras, orangtua harus yakin bahwa Allah tidak salah dan
sanggup menyediakan bimbingan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan
tugas mereka. Nasihat "tetaplah berdoa" paling bermakna bagi orangtua dengan anak-
anak remaja yang berkepribadian keras.Orangtua ini harus menggunakan banyak
waktunya berdoa berlutut di hadapan Allah meminta hikmat, yang telah Dia janjikan
(Yakobus 1:5). Mungkin bisa jadi penghiburan, bahwa anak-anak berkepribadian keras
yang dididik dengan baik seringkali tumbuh dewasa menjadi orang-orang yang
berprestasi tinggi dan sukses.Banyak anak-anak yang dulunya pemberontak berubah
menjadi orang-orang Kristen yang berani dan berkomitmen, yang menggunakan talenta
mereka, untuk melayani Allah yang mereka kasihi dan hormati. Upaya orangtua
mendidik mereka dengan sabar dan rajin pasti ikut memberi kontribusi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6482270/kenakalan-remaja-pengertian-dan-contoh-
yuk-sama-sama-mencegahnya
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kenakalan_remaja
https://www.gotquestions.org/Indonesia/anak-yang-memberontak.html