Nama Tim
VIERENDEEL
Nama Anggota
FIRMAN
ALMA YULIANTI
ARINA FADLAN
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “pemanfaatan ijuk
sebagai pemecah gelombang”. meskipun banyak hambatan dan kesulitan yang kami hadapi dalam
proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan proposal ini tepat pada waktunya.
Pembuatan proposal ini diajukan sebagai syarat dalam mengikuti Lomba Desain floating
breakwater yang kreatif dan inovatif yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil, Universitas
Hasanuddin. Dalam penyusunan proposal ini, kami banyak mendapat bimbingan dan petunjuk dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Nenny T Karim,ST.,MT. Dosen Fakultas Teknik Unismuh Makassar, yang telah
membimbing, memberi koreksi dan pengarahan dalam membuat desain Pemanfaatan ijuk
sebagai pemecah gelombang.
2. Senior FT Unismuh Makassar, yang dengan penuh kesabaran memberikan arahan, serta
bimbingan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini dengan
lancar.
3. Teman-teman dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi sehingga kami
bersemangat dalam membuat proposal ini.
Kami menyadari dalam penyusunan proposal ini masih belum sempurna, maka saran dan
kritik yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga
dengan adanya proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
Gambar 2.1 Gerak pertikel air dilaut dangkal, transisi dan dalam (triadmodjo,
1999)………………………………………………………………….... 5
Gambar 2.2 Rancangan Fisik Pipa ....................................................... 7
Gambar 2.3 Rancangan Fisik Eco Breakwater....................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim dan tercatat sebagai negara kepulauan terbesar di
dunia yang memiliki lebih dari 13.000 pulau, tidak kurang dari 1000 pulau diantaranya
berpenghuni, dan selebihnya kosong. Dari 13.000 gugusan pulau ada 12 pulau yang mempunyai
luas lebih dari 450 km² yang setara denga kira-kira 97 % wilayah daratan Indonesia. Secara
geografis Indonesia terletak diantara 49˚ 15’ - 141̊ 05’ Bujur Timur dan diantara 6˚ 08’ - 11˚ 15’
Lintang Selatan dan merupakan negara yang beriklim tropis basah dengan panjang garis pantai
lebih dari 81.000 kilometer, merupakan wilayah yang sangat potensil dan intensif dimanfaatkan
untuk kegiatan manusia seperti sebagai kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industri,
pelabuhan, pertambakan , pariwisata dan sebagainya. Karenanya, kehidupan perekonomian dan
sosial bangsa Indonesia sejak dahulu kala lebih banyak terpusat pada wilayah pesisir pantai atau
muara sungai. Hal ini terlihat dari hampir 75% kota-kota besar di Indonesia sekarang terletak di
tepian pantai dan dihuni kurang lebih 100 juta jiwa.
Sebagaimana ciri negara berkembang dengan populasi penduduk yang besar ditambah
dengan struktur geografis yang dikelilingi oleh laut, maka laut menjadi tumpuan sebagian besar
penduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama masyarakat di daerah pesisir.
Daerah pantai sebagai salah satu pusat pertumbuhan utama perekonomian cenderung mengalami
laju pertumbuhan penduduk yang lebih pesat. Sehingga kebutuhan akan lahan, prasarana dan
sebagainya juga tumbuh pesat, yang selanjutnya akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah
baru.
a. Erosi pantai yang menyebabkan mundurnya garis pantai dan merusak berbagai usaha ekonomi
fasilitas yang ada di daerah tersebut.
b. Tanah tumbuh atau sedimentasi yang menyebabkan penyempitan muara muara sungai dan
saluran drainase, yang pada akhirnya mengakibatkan banjir dan genangan.
c. Pencemaran lingkungan akibat limbah yang berasal dari daerah pemukiman/ perkotaan
ataupun kawasan industry, yang dapat merusak ekologi.
d. Tanah tumbuh atau sedimentasi yang menyebabkan penyempitan muara muara sungai dan
saluran drainase, yang pada akhirnya mengakibatkan banjir dan genangan.
e. Intrusi air laut ke cadangan ait tanah dan penurunan struktur tanah akibat adanya pemompaan
air tanah yang berlebihan dan tidak terkendali.
f. Permasalahan sosial seperti pemukiman kumuh yang tumbuh dan berkembang dengan pesat di
daerah pantai dan berbagai persoalan sosial lainnya.
Penyebab terbesar kerusakan ini terjadi akibat eksploitasi lahan dan sumber daya alam
yang berlebihan untuk memenuhi keperluan hajat hidup orang banyak. Pemanfaatan lahan dan
sumber daya alam yang berlebihan tersebut bila tidak sesuai dengan peruntukannya, akan dapat
mengganggu keseimbangan alam itu sendiri. Kerusakan daerah - daerah pesisir tersebut diperparah
dengan datangnya terjangan gelombang dengan energi besar yang tidak sesuai dengan kemampuan
daya tahan penahan ombak alami, dan bila keduanya terjadi bersamaan akan semakin
mempercepat proses kerusakan dan memperparah dampak kerugian yang ditimbulkan, dengan
rusaknya daerah pantai, sarana, dan prasarana umum serta perekonomian masyarakat. Terjangan
gelombang dengan energi yang cukup besar akan berulang mengikuti siklus alam. Oleh sebab itu
perlu dibuat rumusan suatu metode untuk perlindungan pantai terhadap kerusakan karena serangan
energi gelombang. Salah satu metode untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena
serangan gelombang dan arus yaitu dengan membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater).
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini rumusan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh variasi diameter dan panjang tali ijuk terhadap disivitas gelombang
di daerah pantai.
2. Sejauh mana pengaruh perubahan diameter tali ijuk terhadap Koefisien transmisi
gelombang (Kt) dan Koefisien refleksi gelombang (Kr) dan Koefisien disipasi gelombang
(Kd).
C. Tujuan Penelitian
1. Bagaimana pengaruh variasi diameter dan panjang tali ijuk terhadap disivitas gelombang
di daerah pantai.
2. Sejauh mana pengaruh perubahan diameter tali ijuk terhadap Koefisien transmisi
gelombang (Kt) dan Koefisien refleksi gelombang (Kr) dan Koefisien disipasi gelombang
(Kd).
Bagaimana memanfaatkan tali ijuk sebagai salah satu kekayaan alam kita yang sangat mudah
di dapat serta tersebar diseluruh kepulauan Indonesia serta memanfaatkan kearifan lokal yang
harganya sangat murah, mudah dan efektif pengerjaannya tetapi mempunyai manfaat yang multi
guna, salah satunya adalah dijadikan alternatif media peredam gelombang yang nantinya dapat
meredam gelombang yang datang dari laut lepas menuju kearah pantai yang dapat melindungi
pemukiman disekitar pantai.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai
berikut:
1. Menjadi tambahan khasana ilmu pengetahuan dalam kontribusi bermakna terhadap
pengembangan pengelolaan sumber daya air berwawasan lingkungan dan kearifan lokal.
2. Memberi kontribusi dalam menambah wawasan penelitian dalam bidang rekayasa
pengembangan bangunan pengaman pantai.
3. Sebagai alternatif struktur peredam gelombang ambang rendah yang mudah, murah dan
efektif.
4. Parameter yang diteliti adalah Koefisien Transmisi gelombang (Kt), Koefisien Refleksi
gelombang (Kr) dan Koefisien Disipasi gelombang (Kd). Parameter simulasi adalah tinggi
dan periode gelombang datang (Hi & T), panjang struktur model (B), porositas serat tali
ijuk (ε) serta kedalaman air (d).
BAB II
PEMBAHASAN
A.Dasar Teori
a. Abrasi Pantai
Abrasi pantai yang terjadi dipantai merupakan proses dimana terjadinya pengikisan pantai
yang disebabkan oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi atau kata
lain biasa disebut erosi pantai. Kerusakan garis pantai tersebut dikarenakan terganggunya
keseimbangan alam daerah dipantai tersebut, meski Abrasi dapat disebabkan oleh gejala alami
tapi manusia yang dijadikan sebagai penyebab utama terjadinya abrasi. Abrasi ini dapat terjadi
kerena beberapa faktor antara lain, faktor alam, faktor manusia, dan salah satu untuk mencegahnya
tejadinya abrasi tersebut yakni melakukan penanaman hutan mangrove. Beberapa faktor alam yang
dapat menyebabkan abrasi antara lain, angin yang bertiup di atas lautan sehingga menimbulkan
gelombang serta arus laut yang mempunyai kekuatan untuk mengikis sutau daerah pantai. Akibat
dari abrasi ini akan menyebabkan pantai menggetarkan batuan ataupun tanah dipinggir pantai
sehingga lama-kelamaan akan berpisah dengan daratan dan akan mengalami abrasi pantai. Proses
terjadi Abrasi yaitu pada saat angin yang bergerak dilaut menimbulkan arus serta gelombang
mengarah ke pantai, sehingga apabila proses ini berlangsung lama akan mengikis pinggir pantai.
Kekuatan gelombang terbesar dapat terjadi pada waktu terjadi badai dan badai inilah yang
mempercepat terjadi proses pantai. Abrasi ini selain disebabkan faktor alam bisa juga disebabkan
karena faktor manusia.
b. Gelombang
Gelombang merupakan faktor penting dalam perencanaan pelabuhan dan bangunan pantai
lainnya. Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada daya
pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan
angin di permukaan laut, gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit
terutama matahari dan bulan terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung
berapi atau gempa di laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak.
Pada umumnya gelombang terjadi karena hembusan angin dipermukaan air laut. Daerah di
mana gelombang itu dibentuk disebut daerah pembangkitan gelombang (wave generating area).
Gelombang yang terjadi di daerah pembangkitan disebut sea, sedangkan gelombang yang
terbentuk di luar daerah pembangkitan disebut swell. Ketika gelombang menjalar, partikel air di
permukaan bergerak dalam suatu lingkaran besar membentuk puncak gelombang pada puncak
lingkarannya dan lembah pada lintasan terendah. Di bawah permukaan, air bergerak dalam
lingkaran-lingkaran yang makin kecil. Saat gelombang mendekati pantai, bagian bawah
gelombang akan mulai bergesekan dengan dasar laut yang menyebabkan pecahnya gelombang dan
terjadi putaran pada dasar laut yang dapat membawa material dari dasar pantai serta menyebabkan
perubahan profil pantai.
Gambar 2.1. Gerak partikel air dilaut dangkal, transisi dan dalam (Triatmodjo, 1999).
Pada umumnya bentuk gelombang sangat kompleks dan sulit digambarkan secara matematis
karena ketidaklinieran, tiga dimensi dan bentuknya acak (random). Ada beberapa teori yang
menggambarkan bentuk gelombang yang sederhana dan merupakan pendekatan dari alam. Teori
yang sederhana adalah teori gelombang linier. Menurut teori gelombang linier, gelombang
berdasarkan kedalaman relatifnya dibagi menjadi tiga yaitu deep water (gelombang di laut
dangkal), transitional water (gelombang laut transisi), shallow water (gelombang di laut dalam).
Klasifikasi dari gelombang ditunjukkan dalam tabel 1.
,
Gambar 2.2 Rancangan Fisik Pipa
,
Model
, eco breakwater
C. Analisa model
Konsep dasar pemodelan dengan bantuan skala model adalah membentuk kembali masalah atau
fenomena yang ada diprototipe dalam skala yang lebih kecil, sehingga fenomena yang terjadi
dimodel akan sebangun (mirip) dengan yang ada di prototipe. Kesebangunan yang dimaksud
adalah berupa sebangun gometrik, sebangun kinematik dan sebangun dinamik (Nur Yuwono,
1996).
Hubungan antara model dan prototipe diturunkan dengan skala, untuk masing-masing parameter
mempunyai skala tersendiri dan besarnya tidak sama. Skala dapat didefinisikan sebagai rasio
antara nilai yang ada diprototipe dengan nilai parameter tersebut pada model.
2. Sumber Referensi
Adapun sumber referensi yang kami jadikan sebagai patokan dalam mendesain eco breakwater
model keramba ikan berbahan dasar pipa PVC dan IJUK
1,Bangunan eco breakwater dari rangkaian PIPA PVC dan IJUK
Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti diberbagai tempat yaitu:
Deepack, 2006; Hedge et al, 2007; jagadisha 2007. Meneliti tentang pemecah gelombang
yang terdiri dari rangkaian pipa PVC dan IJUK, dimana pipa – pipa disusun sejajar satu sama
lain dengan jarak tertentu diantara rangkaian dan ijuk di anyam hinggga memenuhi ruang
kosong yang telah di susun dari bentuk pipa, model terdiri dari 5 lapisan pipa PVC dengan
parameter jarak rasio diameter (S/D), tinggi gelombang datang (Hi), kedalaman air (d) dan
lebar model relatif (W/L) yang divariasikan. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
penentuan panjang dan lebar relatif model serta sejumlah lapisan jarak yang tepat
memungkinkan untuk mencapai keefektifan dalam meredam gelombang datang menunjukkan
representasi model dalam perencanaan dan penentuan.
Eco breakwater pada umumnya dirancang berbagai macam bentuk yang melindungi pantai
dari pengikisan gelombang dan arus laut. Namun pada metode saat ini terciptalah inovasi eco
breakwater sebagai sebuah inovasi yang dirancang sebagaimana keramba ikan berbahan dasar
bahan ujuk yang menunjukkan karakteristik gelombang dan terdapat pori dari anyaman ijuk
pada bagian dinding eco breakwater yang berfungsi sebagai peredam energi gelombang selain itu
juga berfungsi sebagai tempat perlindungan ekosistem laut.
3. Sebangun Geometrik
Sebangun geometrik adalah suatu kesebangunan dimana bentuk yang ada di model sama
dengan bentuk prototipe tetapi ukuran bisa berbeda. Perbandingan antara semua ukuran panjang
antara model dan prototipe adalah sama. Ada dua macam kesebangunan geometrik, yaitu sebangun
geometrik sempurna (tanpa distorsi) dan sebangun geometrik dengan distorsi (distorted). Pada
sebangun geometrik sempurna skala panjang arah horisontal (skala panjang) dan skala panjang
arah vertikal (skala tinggi) adalah sama, sedangkan pada distorted model skala panjang dan skala
tinggi tidak sama. Jika memungkinkan sebaiknya skala dibuat tanpa distorsi, namun jika terpaksa,
maka skala dapat dibuat distorsi. Sebangun geometrik dapat dinyatakan dalam bentuk :
Lp
nL (6)
Lm
hp
nh (7)
hm
Dengan :
nL = skala panjang
nh = skala tinggi
DWL : +24 cm
Dalam perhitungan struktur seawall ini, tentu tidak lepas dari perhitungan gelombang. Oleh
karena itu perlu diketahui suatu nilai dari tinggi gelombang yang datang (Hi), tinggi gelombang
refleksi (Hr), tinggi gelombang transmisi (Ht) dan tinggi gelombang dipasi (Hd). Persamaan untuk
menghitung Hi, Hr, Ht dan Hd sebagai berikut:
H max H min
Hi
2
H max H min
Hr
2
H max t H min t
Ht
2
Untuk menghitung parameter bangunan peredam energi dapat ditentukan dengan persamaan
berikut :
a. Parameter refleksi gelombang biasanya dinyatakan dalam bentuk koefisien refleksi (Kr) yang
didefinisikan sebagai berikut :
Hr Er
Kr = =
Hi Ei
1
Dimana energi refleksi Er = pgHr ² dan energi gelombang datang
8
b. Transmisi gelombang (Ht) adalah tinggi gelombang yang diteruskan melalui rintangan dan
diukur dengan koefisien transmisi (Kt) dihitung dengan persamaan berikut :
Ht Et
Kt = =
Hi Ei
1
Dimana energi gelombang transmisi adalah Et = pgHt ²
8
c. Menurut Horikawa (1978) bahwa besarnya energi gelombang yang didipasikan/diredam (Kd)
adalah besarnya energi gelombang datang dikurangi energi gelombang yang ditransmisikan
dan direflesikan :
Kd = 1-Kt-Kr
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inovasi eco breakwater yang direncanakan yaitu berbentuk keramba ikan. Disebut keramba
ikan karena bentuknya yang meyerupai bentuk keramba ikan pada umumnya. Pada rancangan
breakwater ini menggunakan pipa PVC 1” dan mempunyai panjang yang berbeda-beda sesuai
dengan perletakan pipa pada eco breakwater. Dimensi yang digunakan pada desain eco breakwater
disesuaikan dengan prototype skala kecil yang ditentukan.
Eco breakwater dengan desain menyerupai keramba ikan ini dan pori pada bangunan eco
breakwater direncanakan mampu mereduksi energi gelombang laut yang besar. Berdasarkan
struktur bangunan eco breakwater, maka desain eco breakwater ini dapat mengurangi refleksi
gelombang yang dapat merusak ekosistem laut dan juga dapat membuat perairan sekitar pantai
lebih tenang.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar M Rian , Andojo Wurjanto, Nita Yuanita. 2011. Studi Pengamanan Pantai Tipe Pemecah
Gelombang Tenggelam Di Pantai Tanjung Kait. Laporan Hasil Penelitian, ITB Bandung.
Febriando W. E, Aprizal dan Ilyas Sadad. Analisa perilaku gelombang air setelah melewati
breakwater tenggelam yang berbentuk tumpukan pipa, Jurnal Teknik Sipil, Vol. 3, No.1.
2012.
Hartati R, Rudhi Pribadi, Retno W. Astuti, Reny Yesiana, Itsna Yuni H. Kajian Pengamanan Dan
Perlindungan Pantai Di Wilayah Pesisir Kecamatan Tugu Dan Genuk, Kota Semarang.
Jurnal Kelautan Tropis November 2016, Vol. 19(2):95–100
Paotonan, c., Nur Yuwono, Radianta triatmadja, dan Bambang Triatmodjo, 2011, Two
Dimensional Physical Moddeling of Sediment Loss Through a Submerged Coastal
Structure, Proceedings : International Seminar on Water Related Risk Management,
HATHI, Jakarta.
Sulaiman M Dede, Mahdi Ernawan, Uji Model Fisik 3D Pemecah Gelombang Ambang Rendah
Berbahan Geotube Untuk Pengendalian Erosi Pantai. Studi Kasus Pantai Cikidang,
Kabupaten Ciamis. Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 1 No. 2, 2010: 109 – 122.
Sulaiman M Dede, Mahdi E. Sudjana, Suprapto. 2011. Respon Gari Pantai Karena Pemecah
Gelombang Ambang Rendah Di Pantai Anyer, Serang, Banten. Prosiding PIT XXVII
HATHI, Ambon.
Sulaiman, D.M., 2017. Pegar Bercelah Struktur Pelindung dan Penumbuh Pantai. Buleleng:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya
Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Surendro, B., Yuwono, N. & Darsono, S., 2011. Transmisi dan Refleksi Gelombang Pada
Pemecah Gelombang Ambang Rendah Tumpukan Batu. Prosiding PIT XXVII HATHI.
Maluku.
Susanto Johanes, 2011. Karakteristik Menara Pendingin Dengan Bahan Isian Tali Ijuk. Jurnal
Teknologi Technoscientia: Vol. 4 No. 1 Agustus 2011.
Widodo, Basuki, Analisa Sifat Mekanik Komposit Epoksi Dengan Penguat Serat Pohon Aren
(Ijuk) Model Lamina Berorientasi Sudut Acak (Random). Jurnal Teknologi Technoscientia:
Vol. 1 No.1, 2008; 1 – 5.