Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL PENELITIAN

PERAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI ALTERNATIF


PELUANG BISNSI
(Studi Pada Kabupaten Konawe Kepulauan)

OLEH:
QUSNUL PUTRI ILHAM
S1B117213

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing I dan dosen pembimbing II

untuk di pertahankan di hadapan Panitia Seminar Proposal pada Jurusan Ilmu

Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo.

Nama : QUSNUL PUTRI

ILHAM NIM : S1B1 17 213

Jurusan : Ilmu Administrasi Bisnis

Judul : Peran Ekonomi Kreatif Sebagai Alternatif Peluang Bisnis

(Studi Pada Kabupaten Konawe Kepulauan)

Kendari, November 2020

Menetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Jopang., M.M Liwaul., S.Sos, M.Si


Nip.19740214 200604 1 013 Nip.19771231 200501 1 005

Mengetahui,
Ketua Jurusan Administrasi Bisnis

Sahrun, SE. M.Si


NIP. 19601231 198703 1 030

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................7

C. Tujuan Penelitian...................................................................................................8

D. Manfaat Penelitian.................................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori........................................................................................................9

1. Ekonomi Kreatif..............................................................................................9

2. Peranan Ekonomi Kreatif...............................................................................13

3. Indikator Ekonomi Kreatif............................................................................21

4. Peluang yang Dihadapi Industri (Lapangan Usaha) Kreatif..........................24

5. Pengertian Peluang Bisnis..............................................................................27

6. Pengertian Usaha Kecil Dan Menengah (UKM)...........................................28

B. Penelitian Terdahulu.............................................................................................31

C. Kerangka Konseptual............................................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................................39

B. Metode Pendeklatan..............................................................................................39

iii
C. Fokus Penelitian dan Ruang Lingkup...................................................................39

D. Jenis dan Sumber Data..........................................................................................40

E. Informan Penelitian...............................................................................................41

F. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................41

G. Teknik Analisis Data.............................................................................................42

H. Definisi Konseptual...............................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................46

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dimana sebagian besar

penduduk tinggal diwilayah pendesaan, sehingga apabila pembangunan nasional

memiliki tujuan mensejahterahkan rakyat, maka kawasan pendesaan menjadi

alternatif pertama mendapatkan prioritas sebagai bidang garapan pembangunan.

Pada dasarnya kawasan pendesaan saat ini dapat diindentikkan dengan kata

“kemiskinan”. Karena pada kenyataannya banyak masyarakat yang tinggal di

pendesaan sangat akrab dengan kemiskinan. Pada umumnya mereka hidup dengan

keterbatasan, kemiskinan, serta ketidakberdayaan dalam menghadapi berbagai

perkembangan dan perubahan yang terjadi. Ketidakberdayaan masyarakat

termaksud masyarakat miskin, disamping itu disebabkan oleh masalah ekonomi,

dan juga kurangnya akses masyarakat untuk memperoleh peningkatan

kemampuan dan keterampilan masyarakat, termaksud informasi.

Hal ini sesuai dengan instruksi presiden dalam UU No. 6 Tahun 2009

tentang dukungan pengembangan ekonomi kreatif, sehingga akan berpengaruh

secara nyata terhadap pemulihan ekonomi di Indonesia. Ekonomi kreatif berperan

dalam perekonomian suatu bangsa terutama dalam menghasilkan pendapatan,

menciptakan lapangan kerja. Pengolahan objek wisata juga akan meningkatkan

pendapatan daerah melalui retribusi wisata.

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki

oleh seorang atau lembaga. Peran dapat membimbing seseorang dalam berprilaku,

1
karena fungsi peran sendiri adalah untuk memberikan arah pada proses sosialisasi,

pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan. Peran

juga dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat, serta dapat menghidupkan

sistem pengendali dan kontrol, sehingga dapat melestarikan kehidupan

masyarakat.itu peran juga lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian

diri dan sebagai suatu proses.

Mahmud Syarif dan Ayu Azizah (2015) menjelaskan bahwa sistem

ekonomi kreatif diyakini mampu menjadi solusi dalam mengatasi masalah

tersebut, sekaligus sebagai alternatif dalam menghadapi tantangan ekonomi global

yang akan menggeser sistem ekonomi yang telah berjalan. Oleh karena itu,

ekonomi kreatif diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan

ekonomi daerah tersebut. Dalam era modern ini perkembangan teknologi,

informasi dan komunikasi yang begitu maju dari tahun ketahun yang

mengakibatkan munculnya berbagai inovasi baru dalam meningkatkan

kemampuan pengembangan usaha dengan tingkat persaingan yang tinggi

memaksa untuk selalu memunculkan ide yang kreatif dalam pengembangan usaha

baik dalam sektor pengiklanan, wisata alam, arsitektur, pembangunan, kerajinan,

industri,kuliner makanan maupun hal lain yang berhubungan dengan usaha.

Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep ekonomi baru yang ada saat ini.

Konsep baru dalam bidang ekonomi ini mengacu pada pemanfaatan informasi dan

sumber daya manusia sebagai acuan yang utama. Ekonomi kreatif adalah sebuah

konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreatifitas

2
dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai

faktor produksi yang utama.

Hal ini diperkuat berdasarkan perekonomian suatu negara dapat

dikatakan sebagai tolak ukur dari perkembangan negara. Pertumbuhan ekonomi

menunjukan proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara

berkesiambungan, setiap negara akan selalu berusaha untuk mencapai

pertumbuhan ekonomi yang optimal, dalam menghadapi perekonomian yang

semakin berkembang, setiap negara harus dapat menghadapi tantangan di masa

depan.

Perlu diperhatikan menurut Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

(kemenparekraf), (2014), ekonomi kreatif di definisikan sebagai penciptaan nilai

tambah yang berbasis ide yang lahir dari kreatifitas sumber daya manusia (orang

kreatif) dan berbasis ilmu pengetahuan, termasuk warisan budaya dan teknologi,

yang mana pada dasarnya di dalam ekonomi kreatif terdapat industi kreatif

sebagai proses produksi karya kreatif.

Dapat dilihat bahwa sekarang kondisi negara Indonesia sudah memasuki

era globalisasi ekomoni. Hal ini didukung dengan perkembangan ekonomi kreatif

pada akhir-akhir ini telah menjadi alternatif solusi serta strategi global dalam

menjaga pertumbuhan ekonomi. Ekonomi kreatif yang menitikberatkan pada

pengetahuan dan kreatifitas merupakan suatu aset yang dapat dijadikan sebagai

kekuatan untuk dapat menciptakan keunggulan bersaing ditengah perkembangan

ekonomi dan kompetisi dunia usaha.

3
Pada dasarnya ekonomi kreatif telah tumbuh dan berkembang sejak

negara Indonesia ada (Kementerian Perdagangan RI, 2011), akan tetapi baru

mendapat perhatian yang khusus sejak tahun 2005, pada tahun inilah pemerintah

telah meletakkan batu-batu capaian (milestones) dan setiap capaian tersebut

menjadi titik yang menginspirasi pengembangan ekonomi kreatif. Menurut

Departemen Perindustrian dan perdagangan, penguasaha kecil dan menengah

adalah kelompok industri modern, industri tradisional, industri kerajinan, yang

mempunyai investasi.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan stimulun

perekonomian pada negara berkembang. Tidak heran apabila pernah terjadi krisis

yang melanda dunia bahkan negara Amerika Serikat. Tetapi krisis tersebut hampir

tidak dirasakan oleh negara Indonesia yang kegiatan prekonomiannya dijalankan

oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Dapat di tarik kesimpulkan bahwa Keberadaan UMKM juga memberikan

kontribusi yang sangat besar terhadap perekonomian daerah dimana dapat

mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal yang ada di daerah,

meningkatkan kreatifitas masyarakat, Produk Domestik Bruto (PDP) serta

menambahkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Haris dan Puspaninggrum, 2016).

Hal ini dapat dilihat dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) adalah kelompok usaha yang memiliki jumlah yang paling

besar. Selain itu, kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam

goncangan krisis ekonomi.

4
Triawan Munaf (2015) tentang badan ekonomi kreatif ekonomi kreatif

adalah suatu kegiatan ekonomi di mana input dan output adalah gagasan atau

dalam satu kalimat yang singkat, esensi dari kreativitas adalah gagasan. Industri

kreatif di Indonesia tergolong masih baru, begitu juga mengelola industri

kreatifnya. Indonesia yang kaya akan budaya dan berpenduduk besar mempunyai

potensi yang sangat besar dalam pengembangan ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif

menjadikan sumber daya manusia (SDM) sebagai modal utama dalam sebuah

usaha yang berawal dari gagasan, ide dan pemikiran guna menunjang lapangan

usaha. Intinya ekonomi kreatif ini lebih mengedepankan kreativitas, pengetahuan,

dan ide dari manusia sebagai aset untuk membuat perekonomian bergerak maju.

Konsep ekonomi kreatif ini sudah terbukti dapat mengembangkan sektor

perekonian.

Ekonomi kreatif saat ini mulai tumbuh dan berkembang menjadi sektor

ekonomi yang memiliki peranan penting bagi perekonomian di Indonesia. Marjan

(2014), mengatakan pemerintah memiliki peranan penting dalam kehidupan

ekonomi suatu nergara. Ekonomi kreatif juga memiliki beberapa faktor kajian

bisnisnya, berdasarkan buku “pengembangan Industri Kreatif Indonesia 2025”

yang di terbitkan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia, yaitu;

Periklanan, Arsitektur, Pasar Barang Seni, Design (fasyen), Fashion, Film, Video

dan Fotografi, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Radio dan

Televisi, Riset dan Pengembangan, dan Kerajinan.

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan

tercermin pada sasaran pembangunan ekonomi yang pada awalnya berorientasi

5
pada pertumbuhan yang berkelanjutan dari ekonomi skala besar kini menjadi

prioritas pembangunan kedepan. Hal ini sesuai dengan instruksi presiden No. 6

Tahun 2009 tentang dukungan pengembangan ekonomi kreatif. Dukungan ini

diharapkan untuk lebih berkembang kearah pengerajin ekonomi kreatif, sehingga

akan berpengaruh secara nyata terhadap pemulihan ekonomi indonesia (Helda,

2013:211).

Kabupaten Konawe Kupulauan merupakan sebuah Kabupaten dalam

lingkup pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara. Dimana potensi pariwisata

dan ekonomi kreatif, terdiri atas wisata alam dan sumber daya alam yang dapat

menghasilkan pendapatan bagi suatu daerah yang dapat dikembangkan sebagai

usaha atau bisnis maupun ekspansi yang menjadi kebutuhan wirausahawan

sehinggan dapat menciptakan suatu kebutuhan bagi manusia. Serta memiliki

industri kreatif daerah, yang dijadikan sebagai pendapatan daerah. Namun

keterbatasan dalam pengelolaan dan pengembangan ekonomi kreatif yang lebih

lanjut menyebabkan daya tarik wisata yang ada belum dapat ditangani secara

serius.

Maka penelitian ini akan menganalisis peranan ekonomi kreatif sebagai

alternatif peluang bisnis di Konawe Kepulauan, dimana ekonomi kreatif tidak

hanya menitik beratkan pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tetapi

juga pada pelestarian lingkungan hidup dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat setempat. Pengelolaan terhadap ekonomi kreatif harus memiliki

strategi tersendiri untuk menunjang keberhasilan pengembangan dalam rangka

meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

6
Berdsarkan wawancara awal dengan salah satu pelaku usaha

(UKM/UMKM) terhadap pengembangan ekonomi kreatif Konawe Kepulauan

mengatakan bahawa peran ekonomi kreatif masih kurang dalam penerapannya.

Bahkan masih membutuhkan yang namanya kreativitas di dalamnya baik itu

pengembangan kreativitasnya maupun pelaku usahanya. Dimana peluang bisnis

sangat besar jika menerapkan peranan ekonomi kreatif, karena dari banyak daerah

yang terdapat di Konawe Kepulauan memiliki ciri khas dalam

mempertimbangkan kreativitasnya. Di Konawe Kepulauan sendiri masih banyak

kendala dalam hal meningkatkan peluang bisnis, karena tingkat kreativitas yang

ada masih kurang dan sangat dibutuhkan pemahaman masyarakat dalam

mengelola bisnis itu sendiri. Maka dari itu dibutuhkan peranan ekonomi

kreativitas untuk membangun kabupaten baru agar banyak diminati konsumen

maupun orang yang akan berpergian ke Kabupaten Konawe Kepulauan guna

membawa ole-ole yang dihasilkan penduduk Konawe Kepulauan, maka dari itu

penulis mengajukan sebuah penelitian dengan judul “Peran Ekonomi Kreatif

Sebagai Alternatif Peluang Bisnis (Studi Pada Kabupaten Konawe

Kepulauan)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di kemukakan, maka

rumusan masalah adalah : Bagaimana peranan ekonomi kreatif sebagai alternatif

peluang bisnis di Kabupaten Konawe Kepulauan?

7
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan

penelitian adalah : Untuk mengetahui peranan ekonomi kreatif sebagai alternatif

peluang bisnis di Kabupaten Konawe Kepulauan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

acuan untuk digunakan sebagai berikut:

1. Akademis

Secara akademis hasil peneliatian ini diharapkan berguna sebagai

suatu karya ilmiah yang dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan

dan sebagai bahan masukan yang dapat mendukung bagi peneliti maupaun

pihak lain yang tertarik dalam bidang penelitian yang sama.

2. Praktis

Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah

bahan rujukan bagi masyarakat sekitar tentang bagaimana peranan ekonomi

kreatif terhada lapangan usaha dan harapannya masyarakat mampu mengelola

ekonomi kreatif yang ada di Kabupaten Konawe Kepulauan. Sehingga

pelaksanaan industri kreatif di Konawe Kepulauan ini dapat membawa

perubahan yang signigfikan, terutama dalam aspek pemberdayaan

perekonomian masyarakat.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Ekonomi Kreatif
a. Pengertian Ekonomi

Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti

keluarga, rumah tangga dan nomo yang berarti peraturan, aturan, hukum.

Secara garis besar, ekonomi adalah aturan rumah tangga atau manajemen

rumah tangga. Menurut karya Thamrin (2018), ekonomi adalah ilmu

ekonomi yang mempelajari perekonomian sebuah negara secara

komprehensif. Ekonomi merupakan cara-cara yang dilakukan manusia

dan kelompoknya untuk memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas

untuk memperoleh berbagai komoditi dan mendistribusikannya untuk

dikonsumsi oleh masyarakat.

b. Pengertian Ekonomi Kreatif

Republik Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif, yang

berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian,

bakat, dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual, adalah harapan bagi

ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing dan meraih keunggulan dalam

ekonomi global. Kreativitas adalah proses mental yang melibatkan

pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan

dan konsep yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari

pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap

9
memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari

dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru (Syafrizal,

2011:32).

Menurut Howkins, kreativitas adalah kemampuan untuk

menghasilkan yang baru (Suryana, 2013:21). Kreativitas muncul apabila

seseorang berkata, mengerjakan, dan membuat sesuatu yang baru, baik

dalam pengertian menciptakan sesuatu dari yang tadinya tidak ada maupun

dalam pengertian memberikan karakter baru pada sesuatu.

Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta/berkreasi. Memiliki

kreativitas berarti kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan

untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan

menghadapi peluang. Kreativitas bukan hanya sekedar keberuntungan

tetapi merupakan kerja keras yang disadari (Syafrizal, 2011:33).

Sedangkan kreativitas berasal dari bahasa latin, yaitu “creo” yang artinya

“menciptakan atau membuat”. Dari sudut pandang ekonomi, kreativitas

lebih menunjukkan pada suatu tindakan kreasu manusia. Kreativitas

menunjukkan suatu fenomena dimana sesorang menciptakan sesuatu yang

baru, baik dalam bentuk produk barang maupun jasa yang memiliki nilai

ekonomi.

Menurut Kementrian Parawisata dan Ekonomi (Kemenparekraf)

Tahun 2013 ekonomi kreatif sebenarnya adalah wujud dari upaya mencari

pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas, yang mana

pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang

1
berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan.

Menurut Sugiama (2011), wisatawan adalah orang yang melakukan

perjalanan wisata untuk maksud beristirahat/berlibur, berbisnis, atau untuk

perjalanan lainnya seperti berobat, kunjungan keagamaan dan untuk

perjalanan studi.

Dengan kata lain ekonomi kreatif merupakan manifestasi yang

sangat penting untuk mempertahankan perekonomian bagi negara-negara

maju juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara

berkembang.

Menurut kementrian parawisata dan ekonomi (pada tahun 2013),

pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaat cadangan

sumber daya yang bukan hanya terbarukan bahkan tidak terbatas, yaitu ide,

talenta dan kreativitas. Kemunculan konsep “ekonomi kreatif” di era

globalisasi telah menarik minat berbagai negara, teramasuk Indonesia

untuk menggunakan konsep ini sebagai model pengembangan ekonomi.

Ekonomi kreatif merupakan suatu perwujudan nilai tambah dari

suatu gagasan atau ide yang mengandung keaslian, muncul dari kreativitas

intelektual manusia, berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, serta

warisan budaya dan teknologi kekayaan intelektual. Ekonomi kreatif

diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang mengutamakan pada kreativitas

berfikir untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang memiliki

nilai dan bersifat komersial. Disini Ekonomi kreatif sebagai era baru yang

mengintensifkan informasi kreatifivitas dengan mengandalkan ide dari

1
sumberdaya manusianya sebagai faktor produksi utama dalam suatu

kegiatan ekonominya. Menurut Fylosof (2012), mengemukakan ekonomi

kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait

dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi.

Daya kreasi adalah kekuatan yang unik dan berbeda serta orisinil,

produk tersebut mampu berkompotisi modal yang sama, namun ada yang

mengasahnya menjadikan sebagai pekerjaan. Industri berbasis kreatifitas

menjadi industri yang maju pesat sehingga daya kreasi tidak boleh

dianggap sebagi hal yang remeh. Terdapat tiga hal pokok yang menjadi

dasar dari ekonomi kreatif, antara lain kreativitas, penemuan dan inovasi

antara lain :

1) Kreativitas

Dapat dijabarkan sebagai suatu kapasitas atau kemampuan untuk

menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang unik, fresh dan dapat

diterima oleh umum. Juga bisa menghasilkan ide baru atau praktis sebagai

solusi dari suatu masalah, atau melakukan sesuatu yang berbeda dari yang

sudah ada. Seseorang yang memiliki kreativitas dan dapat memaksimalkan

kemampuan itu, bisa menciptakan dapat diterima oleh umum. Juga bisa

menghasilkan ide baru atau praktis sebagai solusi dari suatu masalah, atau

melakukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada. Sesorang yang

memiliki kreativitas dan dapat memaksimalkan kemampuannya itu, bisa

menciptakan dan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri

beserta orang lain.

1
2) Penemuan

Istilah ini menekankan pada menciptakan sesuatu yang belum pernah

ada sebelumnya dapat diakui sebagi karya yang mempunyai fungsi yang

unik atau belum pernah diakui sebelumnya.

3) Inovasi

Sesuatu transformasi dan ide atau gagasan dengan dasar kreativitas

dengan memanfaatkan penemuan yang sudah ada untuk menghasilkan

sesuatu produk atau proses yang lebih baik lagi, berniali dan bertambah

2. Peranan Ekonomi Kreatif


Ekonomi kreatif berperan dalam perekonomian suatu bangsa terutama

dalam mengahasilkan pendapatan (income generation), menciptakan

lapangan kerja (job creation) dan meningkatkan penerimaan hasil ekspor

(export earning), meningkatkan teknologi (technology development),

menambah kekayaan intelektual (intelectual property), dan peran sosial

lainnya. Oleh sebab itu, ekonomi kreatif dapat dipandang sebagai penggerak

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu bangsa (Suryana, 2013: 36).

Menurut UNCTAD dan UNDP, secara potensial ekonomi kreatif

berperan dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh

hal-hal sebagai berikut:

a. Ekonomi kreatif dapat mendorong penciptaan pendapatan, penciptaan

lapangan kerja, dan penerimaan ekspor. Selain itu, ekonomi kreatif juga

dapat mempromosikan aspek-aspek sosial (social inclusion), ragam

budaya, dan pengembangan sumber daya manusia.

1
b. Ekonomi kreatif memupuk ekonomi, budaya, dan aspek-aspek sosial yang

saling berhubungan dengan teknologi, kekayaan intelektual, dan tujuan-

tujuan wisata.

c. Merupakan seperangkat ilmu pengetahuan yang berbasis aktivitas

ekonomi dengan suatu dimensi perkembangan dan keterkaitan antara

tingkat makro dan mikro untuk ekonomi secara keseluruhan.

d. Ini adalah salah satu pilihan pengembangan yang layak untuk menggugah

inovasi yang multidisiplin, respons kebijakan dan tindakan

antarkementrian.

e. Di dalam jantung ekonomi kreatif terdapat industri-industri kreatif (at the

heart of the creative economy are the creative industries).

Ekonomi kreatif berperan dalam perekono ian suatu bangsa terutama

dalam menghasilkan pendapatan (income generation), mnciptakan lapangan

kerja (job creation) dan meningkatkan hasil ekspor (export earning),

meningkatkan technologi (technology development), menambah kekayaan

intelektual (intelectual property), dan peran sosial laiinya. Oleh sebab itu,

ekonomi kreatif dapat dipandang sebagai penggerak pertumbuhan suatu

bangsa.

Ekonomi kreatif akan memiliki peran yang signifikan terhadap

perekonomian suatu negara. Dimana peran tersebut diantaranya :

1) Ekonomi kreatif bisa menurunkan jumlah pengangguran di suatu

negara. Ekonomi kreatif telah mampu menciptakan lapangan

pekerjaan. Laporan Departemen Perdagangan, industri kreatif

1
Indonesia tahun 2002-2006 rata-rata mampu menyerap 5,4 juta

tenaga kerja dengan tingkat partisipasi tenaga kerja nasional sebesar

5,79% dan dengan tingkat produktivitas tenaga kerja per kapita Rp

19.466.000 per tahun.

2) Ekonomi kreatif akan bisa meningkatkan pertumbuhan jumlah ekspor

Negara.

Ekonomi kreatif mampu menciptakan inovasi produk sehingga

berkontribusi terhadap ekspor Indonesia tahun 2006 sebesar 9,13%.

Dalam hal ini pelaku ekonomi kreatif harus meningkatkan kualitas

produksi mereka sehingga bisa bersaing dengan produk luar negeri.

3) Ekonomi kreatif dapat memberikan dampak pada peningkatan

pengembangan sosial dan budaya dari suatu masyarakat.

Selain berkontribusi terhadap aspek perekonomian, industri

kreatif juga memiliki peran bisa berkontribusi terhadap sosial dan

ekonomi lainya. Misalnya, untuk aspek sosial berpengaruh terhadap

peningkatan kualitas hidup, peningkatan toleransi sosial masyarakat,

sedangkan untuk budaya bisa melalui cinta terhadap produk-produk

lokal, bahkan peningkatan citra, identitas dan budaya suatu bangsa.

4) Ekonomi kreatif memberikan kesempatan luas kepada masyarakat

untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan ekonomi.

Melalui ekonomi kreatif masyarakat bisa ikut serta untuk bisa

berinovasi, menciptakan keterampilan melalui kemampuan

intelektual yang bisa mengembangkan perekonomiannya.

1
5) Hasil dari kegiatan ekonomi kreatif akan berdampak pada

peningkatan kualitas hidup dari setiap masyarakat.

Melalui ekonomi kreatif, masyarakat bisa membuka peluang

lapangan pekerjaan sehingga menyerap banyak tenaga kerja yang

masih pengangguran.

6) Ekonomi kreatif memberikan kesempatan pada golongan muda untuk

bisa mengeksploitasi kemampuan ide kreatif mereka sehingga bisa

lebih meningkatkan kesempatan bekerja.

Melalui kegiatan ekonomi kreatif bisa mengesploitasikan ide-ide,

gagasan, imajinasi, mimpi-mimpi, kemampuan berfikir

intelektual,dan berinovasi untuk mengembangkan keterampilan yang

dimiliki.

Pendekatan lain dari peran kreativitas adalah bahwa keativitas

dipandang sebagai alat ukur untuk proses sosial. Kreativitas dapat

menigkatkan nilai ekonomi seperti pendapatan, kesempatan kerja,

dan kesejahteraan, yang pada gilirannya dapat mengurangi

permasalahan sosial seperti kemiskinan, pengangguran, rendahnya

pendidikan, kesehatan, ketimpangan, dan persoalan ketidakstabilan

sosial lainnya.

Sejak pemerintahan Orde Baru, kekayaan budaya dan sumber

daya alam sudah menjadi modal dasar pembangunan nasional.

Sekarang harus menjadi modal dasar pengembangan ekonomi kreatif.

1
Menurut Suryana (2013), ada beberapa bidang yang dapat

dikembangkan secara kreatif diantaranya sebagai berikut:

1) Bidang kepariwisataan (wisata air, wisata pantai, wisata pegunungan,

wisata sungai, wisata bahari (laut), wisata olahraga, wisata belanja,

dan agrowisata. Bidang budaya yang meliputi cagar budaya, warisan

budaya, dan seni budaya. Menurut Sinaga (2010) Parawisata

merupakan suatu perjalanan yang terencana, yang dilakukan secara

individu maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan

tujuan untuk mendapatkan suatu bentuk kepuasan dan kesenangan

semata.

2) Bidang pengelolaan hasil sumber daya (tambang), meliputi hasil

pertambangan logam, tanah liat, nikel, minyak bumi, dan bahan

mineral lainnya. Hasil tambang ini bisa dibuat berbagai jenis dan

model barang.

3) Bidang pertanian, berbagai macam hasil pertanian bisa diolah

menjadi berbagai jenis makanan dan obat-obatan.

4) Bidang kehutanan, berbagai hasil kehutanan bisa dijadikan barang-

barang yang beraneka ragam.

5) Bidang peternakan, perikanan, perkebunan, dan hasil kelautan dapat

dikelola menjadi bebagai jenis produk, desain, dan merek produk.

6) Bidang arsitektur, berbagai jenis dan bentuk bangunan bisa dikemas

dalam bentuk wisata cagar budaya (heritage).

1
7) Bidang jasa, baik jasa keuangan maupun jasa-jasa lainnya yang

berbasis budaya dapat dikembangkan dalam bentuk ekonom kreatif.

Selanjutnya, kesempatan yang sama harus dapat diberikan melalui

kebijakan dan regulasi serta iklim usaha yang sehat dalam persaingan antar

industri kecil dan usaha besar di Indonesia, karena pemberantasan kemiskinan

melalui penyediaan lapangan kerja dirasakan akan lebih berhasil daripada

penyediaan output. Dengan kata lain, fungsi dan peran industri kecil dapat

diakui telah terbukti tahan banting dan lebih kebal terhadap krisis, serta

mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Dengan

demikian, peran industri kecil dapat dijadikan sebagai ujung tombak

penanggulangan kemiskinan dan pengangguran.

Faktor Pendukung dan Penghambat Ekonomi Kreatif Faktor

pendukung dan penghambat dalam pengembangan ekonomi kreatif dapat

dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor

dari luar (eksternal). Adapun faktor pendukung dan penghambat yang berasal

dari dalam (internal) meliputi :

1) Modal

Modal merupakan salah satu faktor terpenting dari kegiatan

produksi. Bagi industri kreatif yang baru berdiri atau mulai menjalankan

usahanya, modal digunakan untuk dapat menjalankan kegiatan usahanya,

sedangakan bagi industri atau bidang usaha yang sudah lama berdiri,

modal biasanya digunakan untuk mengembangkan usahanya atau

memperluas pangsa pasar.

1
2) Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah orang yang melakukan

produksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Di dalam faktor

ini terdapat beberapa unsur penting yaitu kekuatan fisik, fikiran,

kemampuan, keterampilan dan keahlian (skill).

3) Peralatan

Peralatan yang memadai juga menjadi faktor yang sangat penting

dalam proses produksi.

Sedangkan faktor pendukung atau penghambat ekonomi kreatif yang

berasal dari luar (eksternal) meliputi :

1) Peran Pemerintah

Dalam ekonomi kreatif, pemerintah berkepentingan untuk

mengarahkan perusahaan agar mengutamakan kesejahteraan bersama.

Selain itu, melalui ekonomi kreatif pemerintah juga berkepentingan

untuk memberdayakan masyarakat agar semakin kreatif dan produktif,

serta melestarikan warisan budaya dan lingkungan. Sebagai pemegang

kepentingan, pemerintah berfungsi melakukan regulasi, layanan, dan

koordinasi. Dinas perindustrian berfungsi membina industri-industri

kreatif melalui pelatihan intelektual untuk meningkatkan nilai tambah.

2) Potensi Alam

Dalam hal ini Sumber Daya Alam (SDA) adalah faktor produksi

yang bersumber dari kekayaan alam seperti tumbuhan, tanah air, udara

1
dll. Faktor ini bergantung pada jumlah banyak atau sedikitnya kesediaan

dari alam yang memadai.

3) Sarana dan Prasarana Pemasaran

Sarana dan prasarana menjadi penggerak dalam ekonomi kreatif,

karena dapat memungkinkan barang dan jasa bergerak dari satu tempat

ke tempat lain (dari tempat produksi ke konsumen).

4) Persaingan

Dimana para pelaku ekonomi kreatif saling bersaing secara aktif satu

dengan yang lainnya untuk mencapai daya saing strategis dan laba yang

tinggi.

5) Permintaan

Permintaan yang semakin tinggi dapat mendorong ekonomi kreatif.

Semakin tinggi permintaan terhadap produk-produk ekonomi kreatif

semakin tinggi rangsangan untuk berkreasi dan berinovasi. Dengan

adanya permintaan yang semakin meningkat, para kreator semakin

bersemangat untuk berimajinasi dan berinovasi. Dengan demikian,

kreativitas dapat mendorong permintaan, dan permintaan

dapatmendorong kreativitas.

6) Teknologi dan Informasi

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi

berperan besar dalam perekonomian. Karena teknologi informasi

diperlukan untuk menciptakan pembaruan, percepatan dan penyaluran

produk sehingga menjadi tanpa batas dan cakupannya lebih luas. Industri

2
kreatif harus segera beradaptasi dengan perubahan dan kemajuan

teknologi.

3. Indikator Ekonomi Kreatif

Terdapat beberapa indikator dalam meningkatkan daya saing dalam

usaha ekonomi kreatif diantaranya. Kesiapan SDM Kreatif

Di era ekonomi kreatif, dimana kreativitas menjadi indutri, pekerja

kreatif tidak hanya dari dunia seni melainkan juga dari dunia manajemen,

sains, dan teknologi.Menurut Florida,SDM kreatif meliputi orang-orang dari

bidang sains, insinyur, arsitek, desainer, pendidik, artis, musisi, dan

entertainer.Terdapat 30% pekerja dalam strata kreatif di Amerika, dengan

penghasilan sekitar 2 triliun dollar Amerika. Kontribusi yag sangat besar ini

menjadi patokan bahwa SDM kreatif patut diperhitungkan.

Namun, pasar global untuk sub-kontak SDM kreatif belum dirasakan

penoh oleh pekerja-pekerja kreatif di Indonesia. Kendala yang dihadapi SDM

kreatif Indonesia saat ini ada 3 bagian besar :

a. SDM kreatif berbasis artistik belum mmahami konteks kreativitas diera

industri kreatif secara menyeluruh. Sehingga masyarakat melihat dunia

artistik sebagai dunia yang eksklusif dan tidak merakyat.

b. SDM kreatif berbasis non-artistik (sains dan teknologi) terlalu

mikroskopis dalam melihat keprofesiannya sehingga kadang terlalu

mekanistis dalam berpikir sehingga kurang inovatif. Dalam bekerja orang-

orang ini lebih termotivasi bekerja pada perusahan-perusahaan besar yang

membuat mereka tenggelam dalam rutinitas sehari-hari dan

2
memiliki keterbatasan dalam mengekspresikan kreativitas yang ada dalam

diri.

c. SDM kretif yang berbasis artistik maupun yang non-artistik kekurangan

sarana untuk bereksperimen dan berekspresi sehingga hasil karya mereka

masih kurang kreatif daan kurang inovatif. Akibatnya industri lokal dan

interasional belum melihat kepentingan yang besar untuk mengadopsi ide-

ide baru dari mereka.

Menurut Deny Dwi Hartomo dan Malik Cahyadin (2012), indikator

keberlangsungan ekonomi kreatif sebagai berikut:

a. Produksi

Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan

jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Secara teknis, produksi

adalah proses mentranformasikan input menjadi outpu. Produksi merupakan

penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan nilai keahlian dan

kemaslahatan masyarakat. Menurut Haizer dan Rander (2010), pengertian

produksi dalam bukunya manajemen operasional “produksi adalah proses

penciptaan barang dan jasa”.

b. Pasar dan Pemasaran

Pasar adalah tempat fisik dimana pembeli dan penjual untuk membeli

dan menjual barang, para ekonom mendeskripsikan pasar sebagai sekumpulan

pembeli dan penjual yang bertransaksi atas suatu produk atau kelas produk

tertentu. Menurut Kotler dan Amstrong (2012), memeberikan definisi

pemasaran sebagai suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses yang

2
menciptakan komunikasikan penyampaian pada pelanggan dan untuk

mengelola kerelasian pelanggan untuk mencapai benefit bagi organisasi

(stakeholder).

c. Manajemen dan Keuangan

Menurut Feriyanto (2015), manajemen adalah inti dari administrasi,

karena manajemen sendiri sebagai kemampuan untuk mencapai hasil dan

tujuan melalui kegiatan orang lain. Menurut Kasmir (2010:6), manajemen

keuangan adalah segala aktifitas yang berhubungan dengan bagaimana

memperoleh dana untuk membiayai ushanya, mengelola dana tersebut

sehingga tujuan perusahaan tercapai, dan pengelolaan aset yang memiliki

secara efektif dan efisien.

d. Kebijakan Pemerintah

Pemerintah didefinisikan sebagai sebuah organisasi yang memiliki

otoritas untuk mengelola suatu negara. Sebagai suatu kesatuan politik atau

aparat/alat negara yang memiliki badan yang mampu memfunsikan dan

menggunakan otoritas keuasaan. Menurut Syafiie (2011:23) pemerintah

adalah bagaimana melaksanakan pengurusan (eksekutif), pengaturan

(legislatif), kepemimpinan dan koordinasi pemerintah (baik pusat dengan

daerah, maupun rakyat dengan pemerintahnya) dalam berbagai peristiwa dan

gejala pemerintahan, secara baik dan benar. Pemerintah yang dimaksud

adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang terkait dengan

pengembangan ekonomi kreatif, baik keterkaitan dalam substansi maupun

keterkaitan administrasi.

2
e. Kondisi Ekonomi

Pembangunan ekonomi daerah pada masa yang akan datang harus

berbeda dari wujud perekonomian daerah sebelum terjadinya krisis. Wujud

perekonomian yang akan datang hendaknya dibangun lebih adil dan merata,

menceriminkan peningkatan peran daerah dan pemberdayaan seluruh rakyat,

berdaya saing dengan baisis efisiensi serta menjamin keberlanjutan

pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

f. Kondisi Lingkungan

Perusahan didirikan dengan harapan untuk bertumbuh secara

berkelanjutan (sustainable growth) agar terus bertumbuh, maka usaha yang

dijalankan harus memiliki kemampuan untuk hidup.kemampuan ini dilihat

dari kemampuan sosial, seperti kemampuan untuk mengendalikan dampak

lingkungan menggunakan tenaga kerja, aktif melakukan kegiatan sosial,

memberikan perhatian tingkat kepuasan konsumen dan memberikan

pertumbuhan laba yang layak sebagai investor.

g. Kemitraan Usaha

Kemitraan didefinisikan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan

oleh dua publik atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih

keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling

membesarkan.

4. Peluang yang Dihadapi Industri Kreatif

Tahun 2004 adalah era keemasan bagi industri kreatif, pada saat itu

pertumbuhan mencapai 8,17%, lebih tinggi dibandingkan dengan

2
pertumbuhan ekonomi nasional saat itu yang hanya 5,03%. Namun, rata-rata

pertumbuhan indutri kreatf tahun 2002-2006 hanyalah sebesar 0,74% . Terjadi

fluktuasi yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa industri ini belum

tumbuh dengan kuat tetapi memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang

secara optimal jika didukung dengan kondisi usaha dan lingkungan usaha

yang kondusif.

Selanjutnya, menurut Inspektur Jendral (Irjen) Kamnaker Budi

Hartawan (2019), mengatakan perluasan kesempatan kerja adalah membuat

regulasi dan kebijakan bagi penganggur dan setengah penganggur, hingga

pemberian bantuan bagi masyarakat dalam bentuk pelatihan, pembuatan

ssarana penunjang maupun pemberian bantuan finansial.

Peluang industri kreatif baik di dalam negeri maupun di luar negeri

sangatlah besar.Pangsa pasar yang dijanjikan untuk indutri kreatif ini masih

terbuka sangat -lebar, dan akan memiliki kecenderungan meningkat.

a. Perubahan Perilaku Pasar dan Konsumen

Seiring dengan majunya tingkat pendidikan dan kesehatan di berbagai

negara di dunia, taraf hidup manusia pun semakin meningkat sehingga sudut

pandang manusia melihat kehidupan juga berubah.

Disinilah industri kreatif memegang peranan yang penting, karena

industri kreatif sangat responsif menyerap akumulasi fenomene-fenomena

sosial di masyarakat dan menuangkan ke dalam konteks produk dan jasa, bisa

berupa produk pakai sepertifesyen dan kerajinan maupun produk-produk

hiburan seperti musik dan film.

2
b. Tumbuhnya Era Produksi Non Massal

Semakin kritisnya konsumen akhirnya membuat konsumen akhirnya

membuat konsumen semakin selektif terhadap baran-barang yang

dikonsumsinya. Konsumen kurang tergerak membeli barang-barang generik,

sebaliknya konsumen sangat antusias membeli barang-barang yang unik dan

dapat membuat bangga yang memakainya. Semakin lama faktor selera

semakin mendominasi perilaku konsumsi. Dan akibatnya daur hidup produk-

produk semakin lama semakin singkat. Ini disebabkan karena menyimpan

stok terlalu banyak, terlalu banyak, lebih besar kemungkinan produk tidak

terserap pasar. Permintaan konsumen ini (consumer demand) telah mengubah

pendekatan indutri. Dahulu industri berorientasi mendorong supply (supply

driven) dan proses produksinya tidak disatu tempat namun tersebar.

Efek dari industri yang berorientasi konsumen adalah munculnya era

produksi non-massal.Pada sistim ini barang dibuat dalam jumlah yang tidak

terlalu banyak dan dengan variasi-variasi yang beraneka ragam. Yang tidak

disadari oleh banyak orang dari fenomena ini adalah bahwa sebenarnya faktor

kandungan emosional dan selera (emotional attachment) adalah faktor

pendorong perubahan tersebut.

Fenomena ini bisa dapat dimanfaatkan dua arah. Industri kreatif yang

syarat dengan kandungan emosional dapat mendorong evolusi perkembangan

teknologi industri manufaktur non-massal, atau kebalikannya, industri kreatif

dapat semakin memanfaatkan teknologi maufaktur yang telah semakin

2
fleksibel sebagai salah satu keunggulannya dalam mensupplai produk-produk

yang beraneka ragam.

5. Pengertian Peluang Bisnis

Menurut Sukirno (2010: 20) Bisnis adalah kegiatan untuk memperoleh

keuntungan.semua orang atau individu maupun kelompok melakukan

kegiatan bisnis pastinya untuk mencari keuntungan agar kebutuhan hidup nya

terpenuhi. Tidak ada orang yang melakukan bisnis untuk mencari kerugian.

Menurut Madura ( 2010 : 2) Bisnis adalah suatu badan yang

diciptakan untuk menghasilkan produk barang dan jasa kepada pelangggan.

Setiap bisnis mengadakan transaksi dengan orang-orang. Orang-orang itu

menanggung akibat karena bisnis tersebut, mereka. Kerja sama lintas

fungsional di dalam bisnis adalah dengan menekankan kebutuhan para

manajer dari area fungsional yang berbeda untuk memaksimalkan laba dalam

mencapai tujuan bersama.

Dari pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bisnis adalah

keseluruhan rangkaian kegiatan menjalankan investasi terhadap sumber daya

yang ada yang dapat dilakukan baik secara individu maupun secara

kelompok, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan meningkatkan taraf

hidup dengan menciptakan barang atau jasa guna mendapatkan laba /

keuntungan yang sebesar-besarnya.

Peluang bisnis atau usaha merupakan sebuah kesempatan yang

diambil oleh suatu individu untuk melakukan wirausaha dimana individu

2
tersebut menjalankan usaha tersebut dengan berani mengambil resiko yang

akan ditimbulkan dari usaha yang akan dikerjakannya (Arifah, 2015).

Seorang wirausaha mampu melihat suatu peluang menjadi sebuah

keuntungan yang didapatkan karena peluang tersebut mewujudkan bisnis

yang akan berjalan dengan baik yang disebabkan karena adanya suatu

peluang. Tidak semua orang akan menganggap suatu peluang merupakan

kesempatan, karena ada perbedaan pandangan yang dimiliki oleh setiap

individu tergantung dari pengetahuan yang dimilkinya. Kesempatan suatu

bisnis ditampakkan dengan cara yang berbeda dan dari aspek yang berbeda

pula, salah satunya ialah pengaruh kemajuan teknologi yang semakin canggih

dan mudah diakses merupakan peluang besar untuk para calon entrepreneur.

6. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Usaha Kecil Menengah (UKM) menurut UU No. 20 Tahun 2008

terbagi dalam dua pengertian, yaitu: usaha kecil adalah entitas yang memiliki

kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, serta memiliki hasil penjualan

tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Kemudian usaha menengah adalah entitas usaha yang memiliki kekayaan

bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha, serta memiliki hasil penjualan tahunan

2
lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah jenis usaha yang paling

banyak jumlahnya di Indonesia, tetapi saat ini batasan mengenai kriteria

usaha kecil di Indonesia masih beragam. Pengertian kecil dalam usaha kecil

bersifat relatif, sehingga perlu ada batasan yang dapat menimbulkan definisi-

definisi usaha kecil dari berbagai segi.

Nurhayati (2011) menyebutkan definisi UMKM memiliki beragam

variasi yang sesuai menurut karakteristik masing-masing negara yaitu:

a. World Bank : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30 orang,

pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3

juta.

b. Di Amerika : UKM adalah industri yang tidak dominan di sektornya dan

mempunyai pekerja kurang dari 500 orang.

c. Di Eropa : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang

dan pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang,

dikategorikan usaha rumah tangga.

d. Di Jepang : UKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing

dan retail/ service dengan jumlah tenaga kerja 54-300 orang dan modal ¥

50 juta – 300 juta.

e. Di Korea Selatan : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja = 300

orang dan aset = US$ 60 juta.

2
f. Di beberapa Asia Tenggara : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga

kerja 10-15 orang (Thailand), atau 5 – 10 orang (Malaysia), atau 10 -99

orang (Singapura), dengan modal ± US$ 6 juta.

Bank Indonesia (2011) mengemukakan terdapat beberapa negara yang

mendefinisikan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja, diantaranya yaitu:

a. El Salvador (kurang dari empat orang untuk usaha mikro, antara lima

hingga 49 orang untuk usaha kecil, dan antara 50 – 99 orang untuk usaha

menengah).

b. Ekuador (kurang dari 10 orang untuk usaha mikro).

c. Kolombia (kurang dari 10 orang untuk usaha mikro, antara 10 – 50 orang

untuk usaha kecil, dan antara 51 – 200 orang untuk usaha menengah).

d. Maroko (kurang dari 200 orang).

e. Brazil (kurang dari 100 orang).

f. Algeria (institusi non formal memiliki jumlah karyawan kurang dari 10

orang).

3
B. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu untuk mendukung penelitian ini adalah :

1. Sunarta dan Suyadi (2019), dalam penelitiannya yang berjudul ”Peran

Ekonomi Kreatif Dalam Meningkatkan Industri Pariwisata Pangandaran

Jawa Barat”. Penelitian ini menganalisis pengaruh ekonomi kreatif dalam

meningkatkan industry pariwisata Pangandaran di Jawa Barat. Penelitian

dilakukan di beberapa tempat wisata antara lain; Green Canyon, Batu

Karas, Batu Hiu, Sungai dan air terjun Citumang. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif dan

survey. Salah satu upaya yang dilakukan dalam penerapan ekonomi kreatif

di daerah pariwisata Pangandaran adalah mengembangkan potensi sumber

daya manusia yang dimiliki dengan cara melakukan pelatihan-pelatihan

berbagai keterampilan dan pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya

yang dimiliki.

2. Rosmawaty Sidauruk (2013), dalam penelitiannya yang berjudul

“Peningkatan Peran Pemerintah Daerah Dalam Rangka Pengembangan

Ekonomi Kreatif Di Provinsi Jawa Barat”. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah pemerintah daerah provinsi Jawa Barat telah

melaksanakan pengembangan ekonomi kreatif, dengan melihat bentuk

kebijakan dan dukungan anggaran dalam APBD dan permasalahannya.

Metode yang digunakan survey formatif. Informannya aparat Bappeda,Biro

Perekonomian, Dinas perindustrian, pelaku usaha ekonomi kreatif. Hasil

3
penelitian menunjukkan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah membuat

peraturan daerah dan cetak biru ekonomi kreatif.

3. Faiz Aminuddin dan Abdul Mutholib (2018), dalam penelitiannya yang

berjudul “Peran Dan Strategi Pengembangan Wisata Air Terjun Kebo

Amuk (Tedunan) Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Desa

Sitiluhur Kecamatan Gembong Kabupaten Pati”. Penelitian bertujuan untuk

mengetahui peran pengembangan Air Terjun Kebo Amuk dalam

pengembangan ekonomi masyarakat Desa Sitiluhur, dilakukan dengan

melihat bagaimana peran dan strategi dalam mengembangkan destinasi

wisata Air Terjun Kebo Amuk (Tedunan Peningkatan Ekonomi

Masyarakat). Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang

mengadopsi metode deskriptif. Metode yang dilakukan yaitu melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis yang dilakukan

menggunakan analisis kualitatif milles dan huberman melalui proses

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Proses

pembangunan Curug Kebo Amuk dilakukan dengan cara perencanaan,

pelaksanaan evaluasi. Adapun tujuannya untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat. Salah satu metode yang dilakukan adalah

dengan mengoptimalkan penggunaan peran-peran pemangku kepentingan.

4. Etty Ratnawati dan Nasehudin (2019), dalam penelitiannya yang berjudul

“Peran Pemerintah Kabupaten Pangandaran Dalam Memberdayakan

Ekonomi Kreatif Masyarakat”. Penelitian ini adalah untuk mengetahui

peran pemerintah Kabupaten Pangandaran dalam memberdayakan ekonomi

3
kreatif masyarakat. Sementara itu, tujuan khusus dari penelitian ini adalah

sebagai berikut: 1) Untuk mengetahuikebijakan pemerintah Kabupaten

Pangandaran tentang pengelolaan ekonomi kreatif masyarakat di kawasan

wisata. 2) mengetahui pemberdayaan ekonomi kreatif masyarakat di

kawasan wisataPangandaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatifdengan metode studi kasus. Hal tersebut dikarenakanpenelitian ini

bersifat kasuistik yang menyangkut sebuah kawasan wisata yang sudah

cukup lama berkembang dan telah menjadi kabupaten baru yaitu

Pangandaran. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

melalui observasi partisipatif, wawancara dan studi dokumentasi Secara

umum penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran pemerintah Kabupaten

Pangandaran dalam memberdayakan ekonomi kreatif masyarakat sudah

dilakukan baik secara konseptual dalam kebijakan maupun secara taktis

dengan melibatkan komponen masyarakat lain.

5. Herry A Pradana (2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan

Sektor Ekonomi Kreatif Pada Pertumbuhan Ekonomi Dan

Ketenagakerjaan Di Kalimantan Selatan”. Seiring dengan berkembang

pesatnya revolusi digital yang telah menjadi bagian utama kehidupan

kita sehari-hari, kontribusi sektor-sektor ini diharapkan akan terus tumbuh

dan berevolusi menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dengan

demikian, sektor kreatif diharapkan akan berkontribusi terhadap

penciptaan lapangan kerja baru dan pertumbuhan ekonomi regional.

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis peran sektor kreatif terhadap

3
perekonomian dan penumbuhan lapangan kerja di Kalimantan Selatan.

Metode deskriptif dengan content analysis akan digunakan untuk

menganalisis peranan ekonomi kreatif di Kalimantan Selatan. Pada kajian

ini, ditemukan bahwa melambatnya pertumbuhan ekonomi di Kalimantan

Selatan berbanding terbalik dengan perkembangan sektor ekonomi kreatif.

Sedangkan peranan sektor ekonomi kreatif terhadap penyerapan tenaga

kerja di Kalimantan Selatan masih tergolong tidak efektif, bahkan

cendrung tidak ada keterkaitannya.

6. Nasrudin Ali (2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Ekonomi

Kreatif Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Desa Tulung Agung

Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu (Pengrajin Anyaman

Bambu)”. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kemiskinan pedesaan yang

menjadi masalah utama dalam proses pelaksanaan pembangunan di daerah

pedesaan, karena sebagian besar penduduk miskin bermukim diwilayah

pedesaan, maka pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ekonomi kreatif dalam

pemberdayaan ekonomi masyarakat di desa tulung agung kecamatan

gading rejo kabupaten pringsewu. Metode Penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan penelitian yang bersifat kualitatif. Dari

analisis data dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil Observasi,

Interview, dan Dokumentasi yang dilakukan dengan para pengrajin

anyaman bamboo di Desa Tulung Agung Kecamatan Gading Rejo

3
Kabupaten Pringsewu, denga beberapa strategi pemberdayaan yang

diterapkan dalam mengembangkan Ekonomi Kreatif.

7. Sulastri Rini Rindrayani (2017), dalam penelitiannya yang berjudul

“Strategi Industri Kreatif Pada Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah

(Umkm) Dalam Rangka Menjawab Tantangan Masayarakat Ekonomi

Asean (Mea)”. Pengembangan industri kreatif pada UMKM sangat penting

dilakukan karena mempunyai peran besar dalam pembagunan ekonomi

terbukti memberikan kontribusi cukup besar dalam PDB dan mampu

mengatasi pengaguran. Strategi industri kreatif UMKM dalam rangka

tantangan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dapat dilakukan melalui :

(1) SDM sebagai modal dasar, (2) industri, (3) teknologi, (4) Sumber daya,

(5) institusi, dan (6) lembaga keuangan. Selain itu dipayungi oleh

hubungan yang baik saling menunjang dan bersimboisis mutualisme antara

cendikiawan (intellectuals), bisnis dan pemerintah. Dengan Straregi ini

diharapkan produk industri UMKM mampu bersaing dalam pasar global

khususnya ASEAN.

8. Baiq Isniati (2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Ekonomi

Kreatif Sektor Kerajinan Untuk Mengurangi Tingkat Pengangguran Di

Desa Taman Sari Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ekonomi kreatif sektor

kerajinan (kayu, bambu, dan ingke) yang di produksi masyarakat untuk

mengurangi tingkat pengangguran di desa Taman Sari kecamatan Gunung

Sari Kabupaten Lombok Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian

3
ini adalah metode penelitian kualitatif. Adapun tehnik pengumplan data

yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari hasil

penelitian bahwa, ekonomi kreatif sector kerajinan (kayu, bambu, dan

ingke) yang diproduksi masyarakat desa Taman Sari Kecamatan Gunung

Sari Kabupaten Lombok Barat memiliki peran dalam mengurangi tingkat

pengangguran dan meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat dengan

terbentuknya lapangan pekerjaan dan memberikan tambahan pendapatan

bagi masyarakat.

9. Fila Fitriani (2020), dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Ekonomi

Kreatif Dalam Meningkatkan Pendapatan Kriya Kayu Ditinjau Dari

Perspektif Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Di Desa Wonosari Kecamatan

Pekalongan Kabupaten Lampung Timur)”. Desa Wonosari Kecamatan

Pekalongan Kabupaten Lampung Timur bahwa peran ekonomi kreatif

dalam menciptakan produk ternyata harus diperhatikan karena setiap

pengrajin mempunyai kreativitas sendiri agar produk yang dihasilkan lebih

menarik konsumen serta hasil dari kreativitas tersebut membawa pengaruh

terhadap pendapatan yang diterimanya. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui tentang bagaimana peran ekonomi kreatif untuk meningkatkan

pendapatan pengrajin kayu kriya ditinjau dari perspektif etika bisnis islam.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), sedangkan

sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. asil yang diperoleh dari

penelitian ini adalah bahwa peran ekonomi kreatif yang dilakukan oleh para

pengrajin kayu yang ada di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan

3
Kabupaten Lampung Timur adalah dengan terus meningkatkan inovasi

baru yang diinginkan konsumen agar produknya tidak tertinggal oleh

pengrajin yang lain.

10. Sri Iwandari Putri, Pratama Maulana Yuliardi, Qembiq AlGezon, Melinda

Febriani dan Rima Rahmawati Putri (2017), “Peran Banyumas Kreatif

Dalam Pengembangan Potensi Ekonomi Kreatif Berbasis Komunitas di

Kabupaten Banyumas”. Latar belakang penelitian ini yaitu munculnya

suatu komunitas masyarakat yaitu Banyumas Kreatif sebagai solusi bagi

permasalahan belum maksimalnya Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam

memanfaatkan potensi kreatif yang sedang berkembang di daerahnya.

Padahal, Kabupaten Banyumas berpotensi menjadi kota kreatif. Tujuan

penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran Banyumas Kreatif dalam

membantu pemerintah untuk mewujudkan Kabupaten Banyumas sebagai

kota kreatif. Metode pada penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif.

Teknik pengambilan informan yang digunakan adalah purposive sampling.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

sumber yang dapat diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan peran Banyumas Kreatif dalam

pengembangan potensi ekonomi kreatif di Kabupaten Banyumas telah

mencakup empat aspek yaitu peran fasilitatif meliputi dukungan,

konsensus dan mengorganisasi.

3
C. Kerangka Konseptual

Peran Ekonomi Kreatif

 Mengahasilkan pendapatan
(income generation).
 menciptakan lapangan
kerja (job creation).
 Menambah kekayaan intelektual Peluang Bisnis
(intelectual property).

(Suryana, 2013: 36)

Gambar 1 Kerangka Konseptual

3
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Konawe Kepulauan,

Sulawesi tenggara. Penelitian ini dilakasanakan selama kurang lebih 2 (dua) bulan

setelah seminar proposal, yaitu selama buna November sampai dengan Desember

2020.

B. Metode Pendekatan

Metode penedekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan metode studi kasus. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini

bersifat kasuistik yang menyangkut sebuah kawasan wisata yang sudah cukup

lama berkembang dan telah menjadi kabupaten baru yaitu Wawonii. Menurut

Creswell (2014: 4) bahwa “penelitian kualitatif untuk mengeksplorasi dan

memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang yang

dianggap berasal dari masalah sosial atau kemasyarakatan”. Menurut Yin (2013,

hal. 17) studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik

holistic dan bermakna peristiwa-peristiwa kehidupan nyata seperti siklus

kehidupan seseorang, proses organisasional dan manajerial, perubahan lingkungan

sosial.

C. Fokus Penelitian dan Ruang Lingkup

Fokus yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai Peranan

Ekonomi Kreatif Sebagai Alternatif Peluang Usaha di Konawe Kepulauan.

3
Adapun ruang lingkup yang akan diteliti sebagai yaitu : Peran ekonomi kreatif

terhadap lapangan usaha.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Adapun data yang digunkan dalam penlitian ini adalah kualitatif. Menurut

Sugiyono (2017) data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat atau

gambar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data kualitatif yang

berbentuk informasi seperti gambaran umum dan informasi lain yang

digunakan untuk membahas rumusan masalah.

2. Sumber Data

Menurut Arikunto (2013:172) sumber data adalah subyek dimana data

diperoleh, sumber data yang tidak tepat mengakibatkan data yang tidak

relevan. Untuk memperoleh data yang sesuai dan mendukung penelitian ini,

maka diperlukan sumber data, diantaranya adalah sumber data primer dan

data sekunder.

a. Data Primer

Menurut Danang Sunyoto (2013:21), data primer adalah data asli yang

dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya

secara khusus.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen

Sugiyono (2015).

4
E. Informan Penelitian

Menurut Bungin (2012:107) informan penelitian merupakan subjek yang

memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang

memahami objek penelitian. Informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang.

Yaitu, 2 orang pelaku usaha dan 2 orang konsumen,

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui

observasi partisipatif, wawancara dan studi dokumentasi.Berikut merupakan

langkah-langkah teknik pengumpulan data selama di lapangan:

1. Observasi Partisipati

Dalam observasi ini, peneliti telah mengamati kejadian di lapangan

secara prinsip. Creswell (2014: 267) menyatakan bahwa ”peneliti langsung

kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di

lokasi penelitian.” Selama di lapangan, peneliti berbaur dengan lingkungan,

peneliti menjadwal untuk mengunjungi dan memperhatikan situasi. Observasi

ini akan dilakukan di lokasi strategis para pelaku usaha ekonomi kreatif.

2. Wawancara Mendalam

Proses wawancara yang telah dilakukan yaitu para informan diantaranya 2

orang pelaku usaha dan 2 orang konsumen. Wawancara mendalam adalah

interaksi/pembicaran yang terjadi antara satu orang informan (Manzilati,

2017). Para informan yang akan diwawancarai diantaranya para pelaku usaha

ekonomi kreatif, para pemangku kebijakan pemerintah Kabupaten Konawe

Kepulauan baik eksekutif maupun legislatif.

4
3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi yang didapat oleh peneliti, diantaranya beberapa Peraturan

Daerah yang berkiatan dengan Pengelolaan dokumen-dokumen usaha yang

dijalan oleh pelaku usaha khususnya dalm mempelajari peranan ekonomi

kreatif sebagai alternatif lapangan usaha. Menurut Creswell (2014: 267-270)

”dokumen ini bias berupa dokumen publik (seperti koran, makalah, laporan

kantor) ataupun dokumen privat (seperti buku harian, diary, surat, e-mail)”.

Dokumen yang dibutuhkan oleh peneliti diantaranya draf Peraturan Daerah

Kabupaten Pangandaran tentang pengelolaan wisata dan usaha kecil

menengah, profil dinas pariwisata atau dinas terkait lainnya.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010:335) yang dimaksud dengan teknik analisis

data adalah proses mencari data, menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintetis, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain.

Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data data dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data (Data reduction)

Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, dan dicari tema dan polanya, sebab data

4
yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak dan perlu dicatat

secara teliti dan rinci. Dengan melakukan reduksi data akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data

dapat dilakukan dengan bantuan komputer dengan memberikan kode pada

aspek-aspek tertntu (Sugiyono,2016:247).

2. Penyajian Data (Data display)

Setelah data reduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan, antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2016:249).

3. Menarik Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut menurut Miles dan

Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2010:345) adala penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat, yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan

dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan

rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan

akan berkembang setelah penelitian di lapangan.

4
H. Definisi Konseptual

Menurut Sugiyono (2015:38) Devinisi Konseptual (Operasional) adalah

suatu atribut atau sifat atau nilai obyek atau kegiatan yang memiliki variasi

tertentu yang telah diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Untuk mempermudah dalam pemahaman materi yang ada

sehingga sesuai dengan rumusan masalah proposal skripsi ini, maka akan

ditentukan beberapa definisi konsep yang berhubungan dengan yang akan diteliti,

yaitu :

1. Dalam penelitian ini, dikaji mengenai salah satu Daerah Otonomi Baru

yakni Kabupaten Konawe Kepulauan yang memiliki potensi ekonomi

kreatif masyarakatnya. Namun, peran pemerintah dan masyarakat dalam

berbagai kebijakan khusunya masih beradaptasi dengan system dan

prinsip otonomi daerah. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjelaskan bahwa yang

dimaksud pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara Tahun

1945.

2. Pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan masih memiliki keterbatasan

dalam mengeluarkan kebijakan dalam bentuk peraturan daerah. Untuk itu,

hal-hal yang krusial misalnya sektor ekonomi kreatif masih menjadi

4
bagian dari Penyelenggaraan kreatif usahanya. Dengan adanya wisata

alam di Kabupaten Konawe Kepulauan khususnya peran ekonomi

kreatifnya banyak penggerak usaha membuka lapangan usaha sesuai

dengan bidangnya masing-masing, dengan menggunakan peranan

ekonomi kreatif maka peran pemerintah dan peran penggarak usaha

sangat diperlukan akan kreatifitas yang sangat baik sehingga menciptakan

ekonomi yang baik.

4
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. (2018). Manajemen Pemasaran. Jakarta :


RajaGrafindo Persada.

Amstrong, Gary & Philip, Kotler. (2012). Dasar-Dasar Pemasaran. Jilid I. Alih
Bahasa Alexander Sindoro dan Benyamin Molan. Jakarta: Penerbit
Prenhalindo.

Antonio, Muhammad Syafii. 2011. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta.
Gema Insani Press bekerjasama dengan yayasan Tazkia Cendekia.

Arifah. 2015. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas Dan Free Cash Flow Terhadap
Kebijakan Deviden (Studi Pada Perusahaan consumer Goods yang
Terdaftar Dibursa Efek Indonesia). Universitas Brawijaya.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Baiq Isniati (2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Ekonomi Kreatif
Sektor Kerajinan Untuk Mengurangi Tingkat Pengangguran Di Desa
Taman Sari Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat”.

Bank Indonesia. 2011. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PB/2011 tanggal 5


Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Jakarta.

Burhan Bungin. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Creswell, John W. 2014. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif,


Kuantitatif, Dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danang, Sunyoto. 2013. Metode Penelitian Akuntansi. Bandung: PT. Refika.

Etty Ratnawati Dan Nasehudin (2019), Dalam Penelitiannya Yang Berjudul


“Peran Pemerintah Kabupaten Pangandaran Dalam Memberdayakan
Ekonomi Kreatif Masyarakat”.

4
Faiz Aminuddin Dan Abdul Mutholib (2018), Dalam Penelitiannya Yang
Berjudul “Peran Dan Strategi Pengembangan Wisata Air Terjun Kebo
Amuk (Tedunan) Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Desa
Sitiluhur Kecamatan Gembong Kabupaten Pati”.

Feriyanto, Andri & Shyta Triana, Endang (2015). Pengantar Manajemen (3 in 1),
Penerbit Media Tera, Yogyakarta.

Fila Fitriani (2020), dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Ekonomi Kreatif
Dalam Meningkatkan Pendapatan Kriya Kayu Ditinjau Dari Perspektif
Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan
Kabupaten Lampung Timur)”.

Fylosof. (2012). Pengertian Industri Kreatif. Dalam jurnal Polynaya, Ghalip Agfa,
Darwanto, Darwanto: Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal Untuk
Meningkatkan Daya Saing Pada UKM Ekonomi Kreatif Batik Bakaran di
Pati, Jawa Tengah (2015). Diakes :
http://eprints.undip.ac.id./46376/1/08_POLNAYA.pdf.
http://eprints.undip.ac.id/46376/

Haris, R. A., & Puspaningrum, I. I. (2016). Strategi Pembinaan Usaha Mikro,


Kecil dan Menengah Di Kabupaten Sumenep. Public Corner, 9(1).

Heizer, Jay & Barry Render. 2010. Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat.

Helda. (2013). Analisis Keberlanjutan Usaha Pengrajin Ekonomi Kreatif.


Kerajinan Sutera. Sulawesi Selatan.

Herry A Pradana (2018), Dalam Penelitiannya Yang Berjudul “Peranan Sektor


Ekonomi Kreatif Pada Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketenagakerjaan Di
Kalimantan Selatan”.

K. Yin, Robert. (2013). Studi Kasus Desain Dan Metode. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Kasmir. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

4
Madura, Jeff. 2010. Financial Institution and Markets : Nineth Edition. Canada:
South-Western Cengange Learning. (Thomson south western).

Manzilati, Asfi. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Paradigma, Metode


Dan Aplikasi . Malang: UB Media.

Marjan. (2014). Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasi


Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Jakarta.

Muhammad Syarif, Ayu Azizah, Ade Priayatna. 2015. Jurnal Analisis


Perkembangan Dan Peran Industri Kreatif Untuk Menghadapi Tantangan
Mea 2015. Bandung.

Nasrudin Ali (2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Ekonomi Kreatif
Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Desa Tulung Agung
Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu (Pengrajin Anyaman
Bambu)”.

Nurhayati. (2011). Karakteristik dan Kinerja.Wirausahawan Wanita


padaUMKM Agroindustri. Sukabumi. Bogor.

Rosmawaty Sidauruk (2013), Dalam Penelitiannya Yang Berjudul “Peningkatan


Peran Pemerintah Daerah Dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Kreatif
Di Provinsi Jawa Barat”.

Sinaga, Supriono. 2010. “Potensi Dan Pengembangan Objek Wisata Di Blitar


Melalui Tapanuli Tengah”. Kertas Karya. Program DIII Parawisata.
Universitas Sumatera Utara.

Sri Iwandari Putri, Pratama Maulana Yuliardi, Qembiq AlGezon, Melinda


Febriani dan Rima Rahmawati Putri (2017), “Peran Banyumas Kreatif
Dalam Pengembangan Potensi Ekonomi Kreatif Berbasis Komunitas di
Kabupaten Banyumas”.

Sugiama, A. G. (2011). Ecotourism : pengembangan Parawisata Berbasis


Konservasi alam. Bandung: Guardaya Intimarta.

4
Sugiyono. (20170. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


PT Alfabet

Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (mixmethods). Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar. Penerbit PT. Raja


Grafindo Persada, Jakarta.

Sulastri Rini Rindrayani (2017), dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi


Industri Kreatif Pada Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (Umkm) Dalam
Rangka Menjawab Tantangan Masayarakat Ekonomi Asean (Mea)”.

Sunarta Dan Suyadi (2019), Dalam Penelitiannya Yang Berjudul ”Peran Ekonomi
Kreatif Dalam Meningkatkan Industri Pariwisata Pangandaran Jawa
Barat”.

Suryana, (2013). Ekonomi Kreatif Ekonomi Baru: Mengubah Ide Dan


MenciptakanPeluang, Selemba Empat, Jakarta.

Syafrizal, G. D. (2011). Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Turnover


Intention Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan: Studi Pada Hotel
Horison Semarang. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Semrang.

Triwan Munaf. (2015). Tentang Ekonomi Kreatif. Jakarta Pusat.

Anda mungkin juga menyukai