Anda di halaman 1dari 95

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT
PELINDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI
DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2017

SKRIPSI

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar


sarjana Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)

LISA SISVI TANTRI


D11.2013.01612

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2017

© 2017

Hak Cipta Skripsi Ada Pada Penulis


ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : lisa sisvi tantri

Nim : D11.2013.01612

Fakultas : Kesehatan

Mahasiswa Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Tahun Akademik : 2013/2014

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila

dikemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, dan / atau pemalsuan data

maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari

fakutas kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang menurut aturan yang

berlaku.

Semarang, 2017

(Lisa Sisvi Tantri)


iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lisa sisvi tantri

Nim : D11.2013.01612

Fakultas : Kesehatan

program studi : kesehatan masyarakat

demi mengembangkan ilmu pengetahaun saya menyetujui untuk memberikan

kepada Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royaliti Non-Eksekutif atas

karya ilmiah saya yang berjudul : Analisis faktor – faktor yang berhubungan

dengan tingkat kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri pada petani

pengguna pestisida di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

2017 Hak Bebas Royaliti Non-Eksekutif ini Universitas Dian Nuswantoro berhak

menyimpak, megkopi ulang, mempublikasi di internet atau media lainya untuk

kepentingan akademis dengan mencantumkan nama saya sebagai

penukis/pencipta dan nama pembimbing saya. Saya bersedia untuk

menanggung segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak

cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Semarang,

(Lisa sisvi tantri)


iv

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

Analisis faktor – faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat

Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Petani

Pengguna Pestisida di Desa Batur Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang Tahun 2017

Disusun oleh :

LISA SISVI TANTRI


D11.2013.01612

Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan

Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Semarang, …... Juli 2017

Tim penguji :

Ketua :
Penguji I :
Penguji II :

Mengetahui
Dekan

(………………………………….)
v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin…
Alhamdulillahirabbil’alamin…
Alhamdulillahirabbil’alamin…
JAZAKUMULLAH KHAIRAN atas segala perjalanan studi panjang ini telah
berakhir dan telah engkau izinkan hamba menyelesaikannya.

Semoga karya mungil ini bisa menjadi kebanggaan untuk keluarga serta kedua
orangtuaku tercinta Kupersembahkan karya ini untuk bapak MASRUR my step
father yang sudah menjadi tauladanku dan mami WIJI ASTUTIK TERSAYANG
yang selalu mendoakanku tiada henti kalian malaikat yang dikirim allah
untukku..terimakasih atas segala kasih dan saying kalian.

Tak lupa juga calon patner hidup ku yang sabar menemaniku mamas
TRI UTOMO ini kado ultahmu yg ke-25 tahun yang kau minta
because your support being one of my powers reach my LISA SISVI
TANTRI S.KM degree in Agustus.
Teman sekamarku, teman Skripsian dikamar dengan semangat kita yang membabi
buta tanpa mengenal lelah dan tak tidur thanks NASYA kita BISA. Keluarga kos
oleng tempat dimana ada canda dan tangis menjadi satu I love you all Evi,
Maulida, Ufi, Dinda, Galuh, Ninda dan Alumni Kos oleng bakal kangen KOS
DISINI BARENG KALIAN LAGI.. ..
Semoga Karya sederhana ini mampu memberikan senyum simpul pada kalian
(Keluarga ku Semuanya)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

RIWAYAT HIDUP

Nama : Lisa Sisvi Tantri

Tempat, tanggal lahir : Grobogan, 09 Oktober 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam
vi

Alamat : Ds. Sulursari 05/06 Kec.Gabus Kab.Grobogan

Riwayat pendidikan :

1. SD Negeri 01 Sulursari tahun 2002 - 2007

2. SMP Negeri 01 Gabus tahun 2007 - 2010

3. SMA Negeri 01 Kradenan tahun 2010 - 2013

4. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian

Nuswantoro Semarang tahun 2013.

E-mail : lisasisvitantri09@gmail.com

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah

memberikan kesehatan, kesempatan kepada penulis sehingga mampu

menyelesaikan skripsi sesuai dengan waktunya, Skripsi ini disusun dalam rangka
vii

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro.

Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih karena

dalam penyusunan skripsi penulis tidak terlepas dari dorongan bimbingan dan

bantuandari berbagai pihak, selanjutnya terima kasih penulis menyampaikan

kepada :

1. Dr. Ir Edi Noersasongko, M. Kom selaku Rektor Universitas Dian

Nuswantoro Semarang

2. Dr. MG.Catur Yuantari S,KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Dian Nuswantoro

3. Dr. Guruh Fajar Shidik S.kom., M.Csselaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

4. Ibu Dr. MG.Catur Yuantari, S.KM, M.Kes selaku pembimbing yang telah

membimbing baik selama perkuliahan maupun penyelesaian skripsi ini.

5. Kelompok tani Desa Batur yang telah memberikan waktu dan

kesempatan bagi peneliti diperkenankan melakukan penelitian.

6. Terimakasih yang teramat untuk kedua orangtuaku yang hebat bapak

Masrur dan mamah Wiji Astuti, selalu memberikan semangat dan doa

dalam kelancaran tugas akhir ini.

7. Terimakasih untuk keluarga besar fakultas kesehatan masyarakat

angkatan 2013.

8. Terimakasih untuk teman-teman seperjuangan terkhusus kos oleng yang

telah menemani selama 4 tahun hingga terselesaikannya studi ini.

9. Terimakasih untuk semua orang yang tak bisa disebutkan satu persatu

hingga penelitian terselesaikan atas dukungan dan doanya


viii

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata

sempurana, maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari

semua pihak demi kesempuranan dan perbaikan kedepannya. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bago rekan-rekan mahasiswa dan pembaca

serta dapat menambahnya pengetahuan dan memberikan manfaat untuk

semuanya.

Semarang, Juli 2017

Lisa Sisvi Tantri

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2017

ABSTRAK
LISA SISVI TANTRI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT
KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI
PENGGUNA PESTISIDA DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN
KABUPATEN SEMARANG 2017
ix

Penyemprotan pestisida yang tidak diimbangi dengan pemakaian alat


pelindung diri (APD) akan mengakibatkan dampak kesehatan bagi manusia, ada
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan penggunaan alat
pelindung diri (APD) pada manusia diantaranya yaitu tingkat pengetahuan, umur
petani, masa kerja, motivasi, peran serta teman kerja dan ketersediaan alat
pelindung diri (APD). Tujuan penelitian ini yaitu Menganalisis faktor yang
berhubungan dengan tingkat kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada petani pengguna pestisida di Desa Batur khususnya pada kelompok tani
Ngundi Rahayu.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan


menggunakan kuesioner sebagai pedoman wawancara. Faktor yang
berpengaruh dalam tingkat kepatuhan penggunaan APD yaitu tingkat pendidikan,
usia petani, masa kerja petani, motivasi, peran serta teman kerja, ketersediaan
alat pelindung diri. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Batur Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah
kelompok tani ngundi rahayu di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang sebanyak 48 petani yang menggunakan teknik total sampling.

Penelitian ini menggunakan uji kolerasi Rank Sperman (α =0,05). Hasil uji
kolerasi didapatkan variabel umur ρ=0,221, tingkat pendidikan ρ=0,080, masa
kerja ρ=0,169, pengetahuan APD ρ=0,140, motivasi ρ=0,168, peran teman
ρ=0,245, dan ketersediaan APD ρ=0,009 adanya hubungan antara ketersediaan
APD dengan kepatuhan penggunaan APD dan tidak adanya hubungan antara
umur, masa kerja, pengetahuan, motivasi dan peran teman kerja dengan
kepatuhan penggunaan APD. Bagi para responden sebaiknya dapat
meningkatkan pengetahuan dan motivasi mengenai Alat pelindung diri serta
melengkapi ketersediaan APD agar dapat lebih meningkatkan kepatuhan
penggunaan APD secara lengkap dan menyediakan toko APD disekitar
pemukiman warga untuk mempermudah petani dalam membeli peralatan APD.

Kata kunci : pestisida, alat pelindung diri (APD), Kepatuhan

UNDERGRADUATED PROGRAM OF PUBLIC HEALTH


FACULTY OF HEALTH SCIENCES DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY
SEMARANG
2017
ABSTRACK

LISA SISVI TANTRI


x

ANALYSIS OF FACTORS RELATED TO THE LEVEL OF COMPLIANCE WITH


THE USE OF PROTECTIVE EQUIPMENT ON THE USER OF PESTICIDES IN
THE VILLAGE FARMERS BATUR Getasan SUB DISTRICT SEMARANG 2017
xvi+ 43 pages + 18 tables + 2 pigures + 4 appendices

Spraying pesticides that are not offset by the use of personal protective
equipment (PPE) will result in health effects for humans, there are several factors
that affect the level of compliance of the use of personal protective equipment
(PPE) in humans such as the level of knowledge, age of farmers, working life,
motivation, The participation of co-workers and the availability of personal
protective equipment (PPE). The purpose of this research is to analyze factors
associated with the level of compliance of the use of Personal Protective
Equipment (PPE) to farmers in the village of Batur pesticide users, especially in
Rahayu Ngundi farmer groups.

This research use cross sectional research design by using questionnaire


as interview guide. Factors that influence the level of compliance of the use of
PPE is the level of education, age of farmers, farmers working life, motivation, as
well as the role of co-workers, the availability of personal protective equipment.
The location of the research was conducted in Batur Village, Getasan Sub-
district, Central Semarang Regency. Population in this research is group of
farmer ngundi rahayu in Batur village of Getasan Sub-district of Semarang
counted 48 farmers using total sampling technique.

This research uses Rank Sperman correlation test (α = 0,05). The test
results correlation found between age ρ = 0.221, education level ρ = 0.080, years
of ρ = 0.169, knowledge APD ρ = 0.140, motivation ρ = 0.168, the role of friend ρ
= 0.245, availability of PPE ρ = 0.009 correlation between level of education and
The availability of PPE with compliance with the use of PPE and the absence of
correlation between age, working period, knowledge, motivation and role of co-
worker with compliance of PPE usage. For the respondents should be able to
improve their knowledge and motivation regarding personal protective equipment
as well as complement the availability of PPE in order to further increase the use
of PPE in full compliance and provide PPE shop around residential areas to
farmers to facilitate the farmers to buy equipment PPE.
Keywords: pesticides, personal protective equipment (PPE), Compliance

DAFTAR ISI
xi

DAFTAR TABEL
xii

DAFTAR GAMBAR
xiii

DAFTAR LAMPIRAN
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia.

Meskipun ada kecenderungansemakin menurun, angkatan kerja yang

bekerja pada sektor pertanian masih berjumlah sekitar 40% dari angkatan

kerja.(1) Pertanian memiliki peran baik terhadap kebutuhan pokok maupun

perekonomian masyarakat Indonesia. Meningkatnya jumlah penduduk

berdampak pada kebutuhan pangan yang juga semakin meningkat, salah

satu carapetani meningkatkani hasil tanaman yaitu dengan meminimalkan

hama yang menyerang tanaman dengan menggunakan obat kimia

pembasmi hama tanamantseperti pestisida.(2)

Menurut The United States Enviremental Control Act, pestisida

merupakan campuranb zat atau semua zat yang khusus digunakan untuk

mencegah, mengendalikan atau menangkis gangguan serangga,

binatang pengerat nematode, virus, gulma, bakteri atau jasad retnik yang

dianggap hama kecuali virus, bakteri, atau jasad retnik lain yang terdapat

pada hewan dan manusia. Pestisida digunakan karena kemampuannya

terbukti sangat efektif.(3)

Di Indonesia pestisida banyak digunakan terutama disektor

pertanian dan kesehatan masyarakat akhir-akhir ini ternyata semakin

meningkat. Pada sektor pertanian pestisida digunakan secara intensif

untuk menunjang program pertanian mencukupi kebutuhan pangan


2

yang terus berkembang. Sejalan dengan program intensifikasi dan

ekstensifikasi, pestisida terbukti mempunyai peranan yang penting dalam

peningkatan kesejahteraan rakyat, khususnya di bidang pertanian dan

kesehatan masyarakat.(4)

Penyemprotan pestisida yang tidak sesuai aturan akan

mengakibatkan banyak dampak, di antarannya dampak kesehatan bagi

manusia yaitu terjadinya keracunan pada petani itu sendiri. Pestisida

yang sering di temukan di pasaran yaitu jenis pestisida dalam bentuk

tepung, cair atau butiran. Dari ketiga jenis tersebut sama berbahayanya

bagi kesehatan sehingga perlu ditangani dengan baik dan hati-hati. Paling

tidak ada 100 jenis insektisida organofosfat yang dikeluarkan oleh WHO

sebagai zat yang digunakan untuk mengendalikan vector.(5)

Masuknya bahan-bahan pestisida ke dalam tubuh dapat melalui

beberapa cara ke dalam tubuh yaitu melalui mulut dengan cara di minum

atau terminum, melalui hidung dengan cara dihirup atau terhirup,

misalnya pada petani yang sedang menyemprot tanamannya dengan

cara yang tidak benar dan melalui kulit dengan cara masuks lewat pori-

pori, serta melalui rambut dan mata.(6) Hampir semua petani tidak

mengetahui bahwa masuknya pestisida sedikit demi sedikit melalui kulit

tidak menimbulkan keracunan menahun, sehingga kontak dengan

pestisida dianggap biasa-biasa saja. Petani menganggap kulit yang

terkena pestisida pada saat penyimpanan, pengumpulan kemasan dan

selesai penyemprotan tidak pernah merasa khawatir sebab pestisida

yang sedikit dianggap tidak berbahaya.(7)


3

Salah satu penyebab terjadinya keracunan akibat pestisida adalah

kurangnya perhatian petani terhadap kepatuhan penggunaan alat

pelindung diri (APD) dalam melakukan penyemprotani denganm

menggunakan pestisida. Selain kepatuhan, pengetahuan mengenai APD

dan keuntungan menggunakan APD juga sangat penting diketahui oleh

para petani.(9) Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang

mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya

mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensiu bahaya di tempat

kerja.(8)

Upaya teknis pengamanan tempat, mesin, peralatan dan

lingkungan kerja merupakan perlindungan keselamatan pekerja yang

wajib di utamakan. Namun sering kali dalam kenyataannya risiko

terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan,

sehingga digunakan alat pelindung diri.(9) Salah satu faktor pencetus yang

menyebabkan seorang petani tidak mematuhi aturan dalam

menggunakan APD yang sesuai dalam mengaplikasikanm pestisida

adalah faktor pengetahuan.(10) Salah satu faktor lainnya yaitu kepatuhan

dimana kepatuhanm merupakan suatu bentuk perilaku yang timbul akibat

adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien

mengerti rencana dengan segala konsekwensinya dan menyetujui

rencanas tersebut serta melaksanakannya.(11)

Penelitian dari Dwi Handojo, menunjukkan bahwa ada hubungan

antara lama penyemprotan, frekwensi penyemprotan, penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD), tindakan pestisida dengan kejadian keracunan

pestisida, serta tidak ada hubungan antara umur, pendidikan, waktu


4

penyemprotan terakhir dengan keracunan pestisida.(12) Hasil dari

penelitian Afriyanto tahun 2008, tentang penggunaan APD pada petani

penyemproty cabe menunjukan bahwa responden tidak menggunaan

APD dengan baik sebanyak 50%. Mereka pada umumnyas hanya

menggunakan tutup kepala, baju lengan panjang dan celana panjang,

sedangkan responden yang memakai Alat Pelindung Diri secara lengkap

hanya 10%.(13)

Hasil dari pengamatan Shobib M tahun 2013 pada petani melon di

Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan, menunjukan

bahwa petani melon penggunas pestisida tidak menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) saat bekerja diantaranya adalah sarung tangan,

masker, sepatu boot dan celana panjang sesuai dengan peraturan dari

Depkes RI tentang APD pada saat berinteraksi dengan pestisida.(2)

Penelitian yang dilakukan oleh Teguh pada keluarga petani

hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang tahun 2009,

mendapatkan hasil bahwa jumlah isteri petani hortikultura di Desa

Sumberejo yang mengalami kecelakaan kerja keracunan pestisida

organofosfat sebanyak 71,02%.(14) Kabupaten Magelang sebagian besar

wilayahnya adalah pegunungan yang subur sehingga banyak penduduk

yang bekerja di sektor pertanian. Persentase penduduk yang menjadi

petani di Kabupaten Magelang tahun 2014 sebesar 38,94% dari jumlah

seluruh angkatan kerja (usia 15 tahun ke atas) atau sebanyak 361.799

jiwa. Dari jumlah petani tersebut, perempuan memiliki peran yang besar

dalam pertanian, yaitu sebanyak 176.545 jiwa atau sebesar 37,86% dari

jumlah angkatan kerja perempuan di wilayah tersebut.(15)


5

Desa Batur sendiri merupakan salah satu desa yang terdapat di

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Dilihat dari data di

Kecamatan pada Tahun 2015, luas wilayah Desa Batur tercatat 1.087,28

Ha. Sebagian besar dari wilayah tersebut adalah lahan pertanian, dimana

terdiri dari lahan tegalan seluas 553,00 Ha. Dan sisanya sebesar 534,28

Ha bukan lahan pertanian. Jumlah penduduk di desa tersebut sebanyak

6.975 jiwa dan sebagian besar bekerja sebagai petani.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan dilakukan

penelitian tentang “Analisis faktor yang berhubungan dengan tingkat

kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada petani pengguna

pestisida di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun

2017”.

B. Perumusan Masalah

Faktor apa sajakah yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada petani pengguna pestisida di

Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun 2017?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Menganalisis faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada petani pengguna pestisida di

Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun 2017.


6

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik petani berupa usia petani, masa kerja

petani,tingkat pengetahuan dan motivasi penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) pada petani holtikultura di Desa Batur Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang.

b. Mengetahui ketersediaan APD dan peran serta teman kerja terkait

penggunaan APD pada petani holtikultura di Desa Batur Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang.

c. Untuk menguji hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap

kepatuhan penggunaan APD di Desa Batur Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang.

d. Untuk menguji hubungan antara usia petani dan masa kerja petani

pengguna pestisida dengan kepatuhan pengguanaan APD di Desa

Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

e. Untuk menguji hubungan antara motivasi petani untuk menggunakan

APD dengan tingkat kepatuhan penggunaan APD di Desa Batur

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

f. Untuk menguji hubungan antara peran serta teman kerja terhadap

tingkat kepatuhan penggunaan APD di Desa Batur Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang.

g. Untuk menguji hubungan antara ketersediaan APD dengan tingkat

kepatuhan penggunaan APD di Desa Batur Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang.
7

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yang berguna

untuk mempertimbangkan kebijakan dalam mengatasi kesehatan

masyarakat terkhusus bagi masyarakat yang bekerja pada sektor

pertanian agar lebih meningkatkan kesehatan dan keselamatan saat

bekerja.

2. Bagi Masyarakat Umum

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi masyarakat

khususnya petani hortikultura di Desa Batur Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang akan resiko keracunanan pestisida jika tidak

patuh menggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Selain itu, penelitian ini

dapat menjadi motivasi petani untuk lebih sadar dengan keselamatan

dan kesehatan saat bekerja.

3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat

Bagi jurusan kesehatan masyarakat khususnya peminatan kesehatan

dan keselamatan kerja diharapkan penelitian ini dapat menjadi

referensi tentang kepatuhan penggunaan APD pada pekerja pertanian

agar terhindar oleh resiko keracunan pestisida.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penggunaan APD

pada petani dan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan

pembelajaran dan referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan faktor-faktor tingkat kepatuhan penggunaan APD pada petani

pengguna pestisida.
8

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
No Nama Judul Metode Hasil Penelitian
Peneliti Peneliti Penelitian
1. Dewa Hubunga Jenis Hasil uji statistik dengan Sperman
Ayu n antara penelitian ini uji korelasi Rankj dengan tingkat
Agung tingkat adalah signifikansi 95% pada α = 0,05
Inten pengetah kuantitatif untuk variabel tingkat pengetahuan
Darmaya uan dengan dengan tingkat kepatuhan dalam
nti (2015) dengan menggunakan penggunaan APD diperoleh hasil p
kepatuha metode = 0,000 berarti ada hubungan yang
n dalam korelasional signifikan antara pengetahuan
menggua yang bertujuan petani dengan penggunaanm
kan alat untuk praktis APD. r = 0,636
Pelindung menemukan menunjukkan bahwa hibingan ini
diri pada beberapa terkait searah, yang berarti bahwa
petani besarvariasi- penurunan diikuti skor
pengguna variasi pada pengetahuanb dan praktek-praktek
pestisida. satu atau yangf berhubungan kurang kuat.
beberapa
faktor lain
berdasarkan
atas koefisien
korealasi.
2. Khabib Analisis Jenis Hasilnya, jumlah kejadian
Mualim faktor penelitian keracunan yang terjadi di Desa
(2002) risiko yang pakurejo (30,3%), kelompoks umur
yangberp digunakan 30-39 tahun (30,8%), dan SD
engaruh adalah kelulusan (59,1%), faktor risiko
terhadap penelitian yang berpengaruh terhadap
kejadian epidemiologi terjadinya pestisida beracun
keracuna analitik adalah: status gizi <18,5 (OR =
n observasional 6,78; 95% CI = 2,08-22,62; tidaks
pestisida dengan benar pestisida dosis (OR = 6.46;
organofos menggunakan 95% CI = 2,52-16,57); jumlah jenisa
fat pada desain pestisida> = 3 jenis (OR = 5,37;
petani penelitian studi 95% CI = 2,23-12,92); anemia (OR
penyempr kasus. = 5,03; 95% CI = 1,54-16,46);
otan frekuensi
hama penyemprotan> = 3 kali (OR =
tanaman 4,95; 95% CI = 2,03-12,07 ); buruk
dikecamat penyemprotan waktu (OR = 3,94;
an buku 95% CI = 1,70-9,17); usia> = 40
Kabupate tahun (OR = 3,83; 95% CI = 1,64-
n 8,94); penyemprotan berlawanan
Temangg aksi arah angin (OR = 3,43; 95 %
ung tahun CI = 1,37-8,62), dan menggunakan
2002. alat pelindung diris tidak lengkap
(OR = 2,83; 95% CI = 1,19-19,68).
9

No Nama Judul Metode Hasil Penelitian


Peneliti Peneliti Penelitian
3. Susy Pendekat Langkah- Efek intoxicotion pestisida akut dan
Purnawat an langkah kronis dapat membuat gangguan
i (2008) ergonomi strategi sistem saraf bahkanm kematian.
c total Manajemen sebagian besar pengguna tidak
untuk penggunaan memiliki pengetahuani yang cukup
menganti pestisidas tentang bahaya pestisida prosedur
sipasi dengan keselamatan kerja. dalam rangka
risiko pendekatan meningkatkan kualitas kesehatan
keracuna TEA, strategi petani dan untuk mencegah
n penanggulang mereka dari pengaruhi intoxicotion
pestisida an dan strategi akut dan penggunaan jangka
pada evaluasi panjang efek pestisida, perlu untuk
petani- keberhasilan mengembangkanm strategi untuk
petani progam dari mengantisipasi efek pestisida
Bali. langkah melalui pendekatan ergonomi total.
identifikasi pendekatan ini (TEA) meliputi
mencangkup pendekatan SHIP (Sistemik,
5W+2H Holistik, interdiscriplinary dan
partisipatif) dan sesuai penilaians
Teknologi dalam desaindidasarkan
pada strategi mengantisipasi
terhadap
efek keracunanm oesticide pada
petani diharapkan di masa depan
penggunaan pestisida dapat
memenuhi keselamatan standart
dan meningkatkan kualitas hidup
petani dan masyarakat pada
umumnya.
4. Muhamm Hubunga Jenis Hasil penelitian menunjukkan
ad Nur n Antara penelitian ini bahwa usia termuda dari petani
Shobib. Pengetah merupakan berusia 25 tahun dan tertua berusia
(2013). uan Dan metode 60 tahun, dan rata-rata usia petani
Sikap Explanatory berusia 18 tahun, waktu kerja
Dengan Research yaitu paling lama adalah 38 tahun. Rata-
Praktik penelitian rata skor pengetahuan adalah 16
Pemakaia yang (baik) dan sikap skor adalah 16
n (Apd) menjelaskanm (baik) sedangkani skor praktik
Alat hubungan petani adalah 12 (buruk). Tidak ada
Pelingdun antara variabel hubungan antara pengetahuan
g Diri bebas dan dengan menggunakan APD dalam
Pada variabel terikat praktek petani pengguna pestisida
Petani melalui (p-value = 0,658). Tidak ada
Pengguna pengujian hubungan antara sikap dan praktek
Pestisida hipotesis yang penggunaanm APD di pengguna
Di Desa dirumuskan. pestisida petani (p-value = 0,902).
Curut Pendekatan Kesimpulan: Saran untuk
Kec. penelitian ini Departemen Pertanian,
Penawan adalah cross menyediakan PPE dan memilih
gan Kab. sectional anyaman, disesuaikan dengan
Grobogan karena dengan kondisi lingkungani pertanian untuk
tahun cara kontak dengan pestisida ketika
2013 mengamati mereka menggunakan APD.
10

No Nama Judul Metode Hasil Penelitian


Peneliti Peneliti Penelitian
atau observasi kelompok tani harus berkoordinasis
dan diukur untuk membeli APD bagi anggota
dengan waktu kelompok tani.
yang
bersamaan.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terdapat

perbedaan pada penelitian ini yaitu pada variabel bebas dan terikat

tempat penelitian dan tahun penelitian. Variabel bebas terdiri dari

pengetahuan, umur, masa kerja, motivasi penggunaan APD, peran

serta teman kerja dan ketersediaan APD, sedangkan variabel terikat

yaitu tingkat kepatuhan penggunaan APD. Lokasi penelitian berada di

Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun 2017

belum pernah dilakukan penelitian di tempat tersebut.

F. Ruang Lingkup

1. Lingkup Materi

Materi dalam penelitian ini berdasarkan ilmu kesehatan dan keselamatan

kerja yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan penggunaan APD pada petani holtikultura di Desa Batur

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang .

2. Lingkup keilmuan

Merupakan penelitian dalam ilmu kesehatan masyarakat dibidang

kesehatan dan keselamatan kerja.

3. Lingkup Metode

Penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan menggunakan

pedoman wawancara berupa kuesioner.


11

4. Lingkup Objek/sasaran

Sasaran pada penelitian ini adalah petani pengguna pestisida di Desa

Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2017.

5. Lingkup lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang Tahun 2017.

6. Lingkup Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Maret – Juli Tahun 2017


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil daris tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadaps suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pencaindra manusia yaitu indra pengelihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau ranah kognitifs merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifiks dan seluruh

bahan yang dipelajarin atau rangsangan yang telah diterima.Oleh

sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahus tentang

apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.


13

b. Memahami ( comprehension )

Memahami diartikan sebagais sesuatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objeks yang diketahui dan

dapat menginterpretasikani materi tersebut secara benar. Orang

yangs sudah paham tentang objek atau materi harus dapats

menjelaskan, menyebutkan.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajariss pada situasi atau kondisi

sebenarnya. Aplikasi di sini idapat diartikan sebagai aplikasis atau

penggunaani hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu ikemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam

satui struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkansidan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkano bagian-bagian di dalamisuatu

bentuk keseluruhani yang baru.dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuani untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.


14

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukani

justifikasi atau penilaian terhadap suatui materi atau objek.

Penilaian-penelian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakani kriteria-kriteria yang telah

ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukani dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalamani

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kitai

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.(16)

2. Definisi dan Penggolongan Pestisida

Kata pestisida dalam bahasas inggris disebut pesticide

terdiris dari pest yang berarti hama dani cide tang berarti

membunuh. Secara sederhana pestisida berartis pembunuh atau

racun hama. Definisi apestisida dapat dilihat pada Peraturan

Menteri Kesehatan RI No.258/Menkes/Per/III/1992 tentang

persyaratan aKesehatan Pengelolaan Pestisida. Menuruti

Permenkes definisi pestisida yaitu semuas zat kimia dan bahan

lain serta jasad reniks dan virus yang digunakan untuk :

a. Mencegah atau memberantasi penyakit-penyakit dan hama-

hama yang merusak tanaman, bagian-bagian itanaman, atau

hasil-hasil pertanian.
15

b. Memberantas rerumputan

c. Merangsang atau imengatur pertumbuhan tanaman atau

bagian-bagian tanaman tidaks termasuk pupuk.

d. Mencegah pertumbuhani yang tidak diinginkan atau mematikan

daun.

e. Memberantas atau mencegah hama-hama luars pada hewan-

hewan ternak dan piaraan.

f. Mencegah atau memberantas hama-hama air.

g. Memberantas atau mencegahj serangga termasuk binatang-

binatang yang dapat menyebabkan penyakiti padasmanusia

atau binatang yang perlu dilindungi idengan penggunaan pada

tanaman, tanah dan air.

h. Mencegah atau memberantas jasad-jasadi dan binatang-

binatang renik dalam rumah tangga bangunana dan dalam alat-

alat pengangkutan.

Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI Nomor

434.1/Kpts/TP.270/7/2001 tentang Syaratii dan Tata Cara

Pendaftaran Pestisida yang dimaksud dengan pestisida adalah

semua zat kimia atau bahani lain iserta jasad renik dan virus yang

digunakan untuk beberapai tujuan sebagai berikut :

a. Memberantas atau mencegah hama dan apenyakit yang merusak

tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.

b. Memberantas rerumputan.

c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak

diinginkan.
16

d. Mengatur ataunmerangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-

bagian tanaman (tetapi tidak termasuki dalam golongan pupuk).

e. Memberantas atau mencegahihama-hama luara pada hewan

piaraan dan ternak.

f. Memberantas hama-hama air.

g. Memberantas atau mencegah abinatang-binatang dan jasad-jasad

renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalami alat-alat

pengangkutan.

h. Memberantas atau mencegah binatang-binatang ayang bisa

menyebabkan penyakitspada manusia.

Pestisida disebut juga dengan istilah eumum yaitu untuk suatu

bahan atau racun yang dapat membunuh hama. Pestisida

dikelompokkani berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan,

struktur kimia dan cara kerja membunuh hama. Jenis-jenis pestisida

emenurut hama sasaran yang dikendalikan adalah sebagai berikut :

a. Insektisida, yaitu bahan yang mengandung asenyawa kimia

beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga.

b. Bakterisida, yaitu bahan yang mengandung bahan aktif beracun

yang bisa membunuh bakteri.

c. Fungisida, yaitu bahan yang mengandung senyawa kimia beracun

dan digunakan untuk memberantase dan mencegah

fungi/cendawan.

d. Nematisida, yaitu bahan yang digunakani untuk mengendalikan

nematode/cacing.
17

e. Rodentisida, yaitu bahan yang mengandunge senyawa kimia

beracun yang digunakan untuk mematikanr berbagai jenis

binatang pengerat misalnya tikus.

f. Akarisida, sering disebut dengan mitisida yaitu bahan yang

mengandung senyawa kimia beracuni yang digunakan untuk

membunuh caplak, tungau dan laba-laba.

g. Herbisida, yaitu bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan

untuk membunuh tumbuhan apengganggu yang disebut gulma.

h. Moluskidida, yaitu pestisida untuk membunuh moluska atau disebut

juga siput telanjang, siput setengah telanjang, sumpil, bekicot,

serta trisipan yang banyak aterdapat di tambak.

i. Pestisida lain. Golongan pestisida masih sulit aditemukan di

pasaran. Pestisida ini antara lain sebagai berikut :

1. Pestisida, yaitu bahan senyawas kimia beracun untuk

mengendalikan ikan mujair yang menjadi hama didalam

tambak dan kolam.

2. Larvisida, yaitu pestisida pembunuh ulat.

3. Avisida, yaitu pestisida pembunuh burung.

4. Algisida, yaitu pestisida pembunuh ganggang.(17)

3. Toksisitas Pestisida pada Tubuh Manusia

Keracunan pestisida tidakshanya terjadi karena paparan

(exposure) langsung oleh pestisida seperti menghirup, menyentuh

sisa pestisida atau terkena apercikan pestisida, yang di ketahui oleh

banyak orang. Namun keracunan bisa terjadi pula lantaran manusia

mengkonsumsi bahan-bahan makanan yang mangandung residu


18

pestisida dalam jumlah yang cukup tinggi melebihi suatu abatasan

maksimal yang telah ditetapkan (MRL) atau batasan asupan harian

yang diizinkan ADI (acceptable daily intake) sebagai batasan-batasan

baku yang itelah ditetapkan oleh badan-badan dunia (WHO, FAO).

World Health Organization (WHO) dan Program Lingkungan PBB

(UNEP) amemperkirakan telah terjadi 1-5 juta kasus keracunan

pestisida pada lingkungan pekerja di Negara sedang eberkembang.

Residu pestisida eyang terdapat dalam hasil-hasil tanaman

berasal dari pestisida yang berlangsung diaplikasikan pada tanaman

untuk mengatasi hama dan penyakit tanaman. Namun residu dapats

pula berasal dari kontaminasi melalui hembusan angin, debu yang

terbawa hujan dari daerah lain, ataupun ketika membudidayakan

tanaman pada tanah yang banyak mengandung pestisida. Secara

umum keberadaan pestisida dalam bahan amakanan dapat melalui 2

cara berikut ini :

a. Cara langsung

Pestisida masuk ke dalam bahan makanan karena

langsung diaplikasikan kepada bahan makanan, misalnya

sayur-sayuran, buah-buahan, makanan yang disimpan

edigudang, dan lain-lain.Sisa pestisida yang terdapat di

dalam bahan makanan ini disebut sebagai residu pestisida.

Tinggi rendahnya kadar residu pestisida bergantung pada :

1. Cara pengolahan yang diterapkan.

2. Konsentrasi atau jumlah pestisida yang

digunakan.
19

3. Jenis tanaman.

4. Jenis pestisida yang digunakan.

5. Suhu

6. Jarak waktu antara penggunaan pestisida dengan

waktu panen.

7. Keadaan cuaca, iklim, dan curah hujan.

b. Cara tidak langsung

Residu tidak langsung terdapat di dalam bahan makanan

sebagai akibat dari hal-hal berikut ini :

1. Terjadinya akumulasi atau penumpukan residu

pestisida dalam tubuh makhluk hidup dalam

jumlah kecil dan waktu yang lama. Ini disebut

bioakumulasi.

2. Terjadinya penumpukan residu pestisida akibat

konsumsi makhluk hidup yang lebih rendah oleh

makhluk hidup yang lebih tinggi derajatnya idalam

rantai makanan. Istilah untuk penumpukan ini

adalah biomagnifikasi.

3. Masuknya pestisida ke adalam makanan akibat

kecerobohan dalam penyimpanan, transportasi,

dan pengolahan, misalnya penggunaan

wadah/kardus bekas pestisida sebagai wadah

makanan.(17)

Pestisida dapat menimbulkan efek toksik karena mengenai

bagian tubuh atau masuk ke dalam tubuh. Ada 3 cara


20

masuknya pestisida ke dalam tubuh manusia. Ketiga cara

tersebut yaitu sebagai berikut :

a. Melalui mulut (oral)

Pestisida yang larut dalam air atau lemak dapat diserap

melalui kulit.Pestisida juga mampu masuk dengan mudah

pada kulit yang terluka dan lecet. Keracunan pestisida melalui

mulut dapat terjadi ketika aktifitas makan, minum dan merokok

pada saat jam kerja dengan pestisida dapat meracuni manusia

melalui peristiwa yang tidak disengaja misalnya : menyeka

keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung

tangan yang terkontaminasi dengan pestisida, drift pestisida

masuk mulut melalui hembusan angin.

b. Melalui penetrasi kulit (dermal contamination)

Pestisida dapat mengenai permukaan kulit dan meresap ke

dalam tubuh pada waktu melakukan penyemprotan pestisida,

pencampuran pestisida atau pada saat mencuci peralatan

aplikasi pestisida. Di Indonesia kejadian penetrasi pestisida

melalui kulit paling sering terjadi akibat kurangnya kesadaran

terhadap upaya perlindungan diri dari keracunan pestisida.

c. Melalui saluran pernapasan ( respiratory)

Pestisidasyang masuk melalui saluran pernapasan berbentuk

gas dan partikel semprotan yang sangat halus (<10 mikron).

Setelah melalui hidung, pestisida tersebut dapats masuk ke

paru-paru, sementara itu partikel yang lebih besar (>50mikron)

akan menempel di selaput lendir atau kerongkongan. Mereka


21

memilikiresiko tinggi terkena kontaminasi lewat saluran

pernapasan adalah orang yang bekerja dengan pestisida

dalam ruang tertutup atau dengan ventilasi buruk, petani atau

orang yang menyemprotkan pestisida berbentuk gas atau

yang akan membentuk gas dan aerosol, terutama aplikasi di

dalam ruangan, serta orang yang mencampur pestisida

berbentuk tepung (debu).(17)

4. Mekanisme dan gejala keracunan(17)

Tabel 2.1 Mekanisme dan Gejala Keracunan

No Golongan Mekanisme Gejala Keracunan


Keracunan
1. Organoklorin Merupakan racun pada Dapat berupa sakit
system saraf pusat kepala, rasa pusing,
(neurotoksin) dan otak. mual, muntah-muntah,
mencret, badan
lemah,gugup, gemetar,
kejang-kejang dan hilang
kesadaran.
2. Organofosfat Merupakan pestisida Gejala keracunan
yang paling toksik organofosfat sangat
dibandingkan dengan bervariasi dan sangat
jenis pestisida lainnya bergantung pada adanya
dan sering stimulasi asetilkholin
menyebabkan persisten atau depresi
keracunan pada yang diikuti oleh
manusia, bahkan stimulasi saraf pusat
kematian. Kerja dari maupun perifer. Gejala
organofosfat adalah keracunan yang bersifat
menghambat aksi akut adalah leher seperti
pseudokholinesterase tercekik, pusing-pusing,
dalam plasma dan badan terasa sangat
asetilkholinesterase lemah, sempoyongan,
dalam sel darah merah pupil atau celah iris mata
serta pada sinapsisnya. menyempit, pandangan
Secara normal, enzim kabur, tremor, terkadang
asetilkholinesterase kejang pada otot, gelisah
menghidrolisis dan menurunnya
22

No Golongan Mekanisme Gejala Keracunan


Keracunan
asetilkholin menjadi kesadaran, mual,
asetat dan kholin. muntah, kejang pada
Ketika organofosfat perut, mencret,
menghambat kerja mengeluarkan keringat
enzim, maka jumlah yang berlebihan, sesak
senyawa asetilkholin dan rasa penuh di dada,
meningkat dan pilek, batuk yang disertai
berikatan dengan dahak, mengeluarkan air
reseptor muskarinik liur berlebihan.
nikotinik pada sistemm
saraf pusat dan perifer.
3. Karbamat Mekanismenya sama Gejalnya hampir sama
dengan organofosfat, dengan pestisida
yaitu menghambat golongan organofosfat,
aktivitas enzim
tetapi gejala penyakit
asetilkholinesterase
dan mengalami yang ditimbulkan tidak
karbamilasi. Namun, separah organofosfat.
pengaruhnya
berlangsung singkat
karena pestisida
karbamat cepat terurai
di dalam tubuh.

5. Resiko keracunan pestisida ke dalam tubuh (17)

Bahaya keracunan pestisida sebenarnya lebih penting dari pada

toksisitas pestisida khususnya bagi para pemakaian atau yang sering

kontak dengan pestisida, seperti petani dan pekerja di pabrik

pestisida.Sebab, selain bergantung pada toksisitas pestisida bahaya

keracunan juga dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya

kecelakaan akibat terkena sejumlah racun dari pestisida yang

digunakan.Kemungkinan risiko keracunan akibat masuknya pestisida

ke dalam tubuh dapat dibedakan menjadi tiga golongan.


23

a. Keracunan akut (acute poisoning)

Keracunan akut merupakan keracunan yang terjadi akibat

masuknya sejumlah besar pestisida sekaligus ke dalam tubuh

misalnya dalam kasus-kasus bunuh diri atau kesalahan konsumsi

makanan. Dengan demikian, gejala dari keracunan akut terlihat

sangat mendadak dan terjadi dalam waktu yang singkat atau

cepat akibat masuknya pestisida dalam dosis tinggi. Beberapa

efek kesehatan dari keracunan akut adalah sakit kepala, mual,

pusing, muntah-muntah, sakit dada, kudis, keringat berlebih, sakit

otot, diare, kram, sulit bernapas, pandangan kabur dan bahkan

dapat menyebabkan kematian.Efek keracunan akut dapat

dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan luas keracunan yang

ditimbulkan, yaitu efek local dan sistemik.

1. Efek lokal, yaitu terjadi bila efek keracunan hanya

mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung

dengan pestisida. Bentuknya antara lain berupa iritasi seperti

rasa kering, kemerahan dan gatal-gatal pada mata, hidung,

tenggorokan dan kulit, mata berair, batuk dan sebagainnya.

2. Efek sistemik, yaitu terjadi bila pestisida masuk ke dalam tubuh

manusia dan mempengaruhi seluruh system tubuh. Dalam hal

ini, darah akan membawa pestisida ke seluruh bagian dari

tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati,

lambung, usus, otot, otak dan saraf.


24

b. Keracunan subakut (sub-acute poisoning)

Keracunan subakut merupakan keracunan yang ditimbulkan oleh

sejumlah relative kecil pestisida yang masuk ke dalam tubuh,

tetapi terjadi secara berulang-ulang.

c. Keracunan kronis (chronic poisoning)

Keracunan kronis merupakan keracunan akibat masuknya

sejumlah kecil pestisida dalam waktu yang lama. Gejala yang

muncul tidak mendadak tetapi organ yang terkena atau menjadi

sasaran keracunan dapat saja semuannya. Pestisida yang

mempunyai kecenderungan untuk terakumulasi dalam tubuh atau

pestisida yang terdegradasi secara lambat dalam tubuh pada

umumnya menimbulkan keracunan jenis ini. Efek keracunan

kronis dapat muncul berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun

setelah terkena pestisida. Efek keracunan terjadi pada system

saraf, hati, perut, keseimbangan hormon, system kekebalan

tubuh, terjadinya kanker.(17)

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keracunan(18)

Penggunaan pestisida yang berlebihan dan tidak sesuai dengan

aturan ketentuan akan memberikan dampak bagi manusia maupun

lingkungan. Salah satunya yaitu dampak keracunan bagi seseorang

yang berhubungan langsung dengan bahan kimia pestsida.

Terjadinya keracunan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal

dan faktor eksternal.


25

1) Faktor Internal

a) Umur. Semakin tua umur petani maka semakin besar

mendapatkan paparan pestisida dibandingkan dengan petani

muda. Hal ini disebabkan karena telah menurunnya fungsi dari

organ tubuh.

b) Tingkat Pendidikan.Pembelajaran yang diperoleh dalam

pendidikan formal dapat memberikan pengetahuan dan

wawasan yang lebih baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan

dari seorang petani diharapkan lebih dapat memahami tentang

pestisida dan dampaknya bagi kesehatan maupun lingkungan.

Sehingga mampu menggunakan pestisida secara bijak sesuai

dengan prosedur yang ditetapkan.

c) Masa Kerja. Semakin lama seseorang menjadi petani, maka

semakin besar paparan pestisida yang diterima. Karena selalu

kontak langsung dengan bahan kimia pestisida tersebut.

2) Faktor Eksternal

a) Jumlah Pestisida. Banyaknya jenis pestisida yang digunakan

dalam sekali penyemprotan. Semakin banyak jenis pestisida

yang digunakan, maka semakin tinggi pula daya racun yang

dihasilkan, sehingga memberikan bahaya yang lebih besar

pada kesehatan maupun lingkungan.

b) Dosis Pestisida.Dalam penggunaan pestisida harus sesuai

dengan dosis atau formulasi yang telah terdapat pada label

kemasan. Semakin besar dosis pestisida yang digunakan,


26

maka memberikan peluang yang besar untuk terjadinya

keracunan pada petani.

c) Metode Pencampuran Pestisida. Merupakan cara yang

digunakan petani dalam mencampur sejumlah pestisida.

Apabila dalam proses pencampuran pestisida tidak

menggunakan alat pelindung, maka terjadinya risiko

keracunan akan lebih besar.

d) Frekuensi Penyemprotan. Semakin sering patani melakukan

penyemprotan pestisida, maka semakin banyak paparan yang

diterima.

e) Arah Angin. Dalam melakukan penyemprotan pestisida harus

selalu memperhatikan arah angin terlebih dahulu. Karena

apabila penyemprotan dilakukan berlawanan dengan arah

angin, maka risiko terjadinya keracunan lebih besar.

f) Lama Penyemprotan Pestisida. Waktu yang dibutuhkan oleh

petani dalam melakukan sekali penyemprotan. Semakin lama

waktu penyemprotan, maka semakin besar risiko terjadinya

keracunan bahan kimia pestisida.

7. Alat Pelindung Diri (APD)

a. Pengertian Alat Pelindung Diri

Suatu alternatif yang diterapkan untuk pengendalian bahaya

ditempat kerja agar terjamin keselmatan kerja yaitu secara teknik,

administrasi dan penggunaan alat pelindung diri, namun dari

alternatif secara teknik dan administrasi memiliki beberapa

kendala, pilihan untuk melengkapi tenaga kerja dengan alat


27

pelindung diri menjadi suatu keharusan. Hal ini sesuai dengan

undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan dan

kesehatan kerja.(20)

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa alat pelindung diri

yang dimaksud adalah seperangkat alat yang di gunakan tenaga

kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari

potensi bahaya atau kecelakaan kerja. Alat pelindung diri tidak

secara sempurna dapat melindungi tubuh pekerja, akan tetapi

dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi.(19)

b. Syarat Alat pelindung Diri

Berdasarkan ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat

Pelindung Diri (APD) adalah :

a) APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat

terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi

oleh pekerja.

b) Bobot sebisa mungkin tidak menyebabkan rasa

ketidaknyamanan yang berlebihan.

c) Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.

d) Bentuknya harus cukup menarik.

e) Sudah sesuai dengan standar yang telah ada.

f) Alat Pelindung Diri tahan untuk pemakaian yang lama.

g) Alat tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris

pemakainya.
28

h) Alat tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi

pemakainya karena bentuk atau karena salah dalam

menggunakannya.

i) Suku cadangan mudah didapat untuk mempermudah

pemeliharaannya.

Selain itu syarat APD adalah :

1. Nyaman saat dipakai.

2. Tidak mengganggu pekerjaan, dan

3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis

bahaya.

8. Perlengkapan pelindung diri

a. Alat pelindung kepala

Alat pelindung kepala berfungsi sebagai pelindung kepala dari

bahaya benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam

atau benda yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh

radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro

organisme) dan suhu yang ekstrim. Jenis alat pelindung kepala

terdiri dari helm pengaman (safety helment), topi atau tudung

kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.

b. Alat pelindung muka dan mata

Alat pelindung muka dan mata yaitu alat yang berfungsi untuk

melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,

paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan dibadan air,

percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi

gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak


29

mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras

atau benda tajam. Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari

kacamata pengaman (spectacles), goggles, tameng muka (face

shield), masker selam, tameng muka dan kacamata pengaman

dalam kesatuan (full face masker)

c. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya

Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapan adalah alat

perlindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan

dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat atau menyaring

cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa

debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas atau fume, dan sebagainya.

Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari

masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator,

continues Air Supply Machine= Air Hose Mask Respirator, tangki

selam dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing

Apparatus / SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus

(SCBA), dan emergency breathing apparatus.

d. Alat pelindung tangan

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari

pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik,

radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan

tergores, terinfeksi zat pathogen (virus, bakteri) dan jasad renik.

Jenis perlindungan tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat


30

dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan

sarung tangan yang tahan bahan kimia.

e. Alat pelindung kaki

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari

tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk

benda tajam, terkena vairan panas atau dingin, uap panas,

terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan

jasad renik, tergelincir. Jenis pelindung kaki berupa sepatu

keselamatan (sepatu boot).

f. Pakaian pelindung

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian

atau seluruh badan dari bahaya temperature panas atau dingin

yang ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan

bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan

(impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi,

binatang, miktroorganisme pathogen dari manusia, binatang,

tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur. Jenis

pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek

(Apron/converlls), jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi

sebagian atau seluruh bagian badan.(20)

9. Alat Pelindung Diri Bagi Petani

Penggunaan alat pelindung diri dimaksudkan untuk mencegah

masuknya pestisida ke dalam tubuh dengan cara melindungi bagian-

bagian tertentu dari tubuh seperti mata, kulit, hidung, tangan, kaki dan
31

bagian tubuh lainnya. Berikut adalah beberapa jenis alat pelindung diri

bagi petani :

1. Pelindung mata

Kaca mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan gas,

partikel, uap, debu pestisida.

2. Masker

Masker yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan petani

agar tidak menghirup paparan pestisida yang terhembus angin.

3. Topi

Topi pelindung yang berfungsi melindungi kepala dari benturan,

kejatuhan atau terpukul oleh benda.

4. Pelindung tangan

Berupa sarung tangan, sebaiknya sarung tangan terbuat dari

bahan kedap air dan tahan terhadap bahan kimia.

5. Pelindung badan

Pakaian yang digunakan petani agar melindungi tubuh dari

bahaya paparan bahan kimia pestisida yaitu pakaian lengan

panjang dan berbahan menyerap keringat.

6. Pelindung kaki

Sepatu yang sebaiknya digunakan oleh petani yaitu sepatu boot

atau sepatu panjang bawah lutut terbuat dari bahan kedap air dan

tahan terhadap bahan kimia.(21)

Syarat-syarat menjamah pestisida :

1. Tidak makan, merokok, minum jika sedang berpaparan dengan

pestisida.
32

2. Maksimal 5 jam per hari dan 5 hari per minggu.

3. Tidak boleh bekerja sendirian.

4. APD sesuai dengan syarat yang ditentukan.(20)

10. Perilaku

Dari segi biologis, perilaku disebut sebagai suatu kegiatan atau

aktivitas makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh karena itu, dari

sudut pandang biologis semua makhluk hidup murai dari tumbuh-

tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena

mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang

dimaksud dengan perilaku manusia, pada hahikatnya adalah tindakan

atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

yang sangat luas yaitu berjalan, menangis, berbicara, tertawa,

bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,

maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka perilaku

dapat dibedakan menjadi dua :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan/kesadaran,

dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
33

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah

jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah

dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut

perilaku terbuka karena tindakannya nyata dan dipraktekkan

dalam kehidupan nyata.(16)

11. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian rekasi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus social.Newcomn, salah seorang

ahli psikologis social menyatakan bahwa sikap itu merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan

atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku.Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan

reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka, sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek.

Dalam bagian lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai tiga komponen pokok :

1. Kepercayaan, keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosiaonal atau evaluasi terhadap suatu objek.


34

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh.Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pikiran,

pengetahuan, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Berbagai tingkatan sikap, seperti halnya pengetahuan sikap ini terdiri

dari berbagai tingkatan :

a. Menerima (receiving)

Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).Misalnya sikap

orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian

orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan

itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide

tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.(16)


35

12. Motivasi

Motivasi atau motif adalah suatu dorongan dari dalam diri

seseorang yang menyebabkansorang tersebut melakukan kegiatan-

kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif tidak dapat

diamati, yang dapat diamati adalah kegiatan atau mungkin alasan-

alasan tindakan tersebut. Motif dapat dibagi berdasarkan berbagai

pandangan dari paras ahli antara lain :

1. Pembagian motif berdasarkan kebutuhan manusia, dibedakan

menjadi tiga macam, yakni :

a. Motif kebutuhan biologis, seperti minum, makan, bernapas,

seksual, bekerja, dan beristirahat.

b. Motif objektif, yang meliputi kebutuhan untuk melakukan

eksplorasi, melakukan manipulasi, dan sebagainya.

c. Motif darurat, yang mencakup dorongan-dorongan

menyelamatkan diri, berusaha, dan dorongan untuk

membalas.

2. Pembagian motif berdasarkan atas terbentuknya motif tersebut

mencakup :

a. Motif-motif pembawaan, yang dibawas sejak lahir, tanpa

dipelajari, misalnya dorongan untuk makan, minum,

beristirahat, dorongan seksual, dan sebagainya.

b. Motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbul karena

dipelajari, seperti dorongan untuk belajar sesuatu, dorongan

untuk mengejar kedudukan, dan sebagainya.


36

3. Pembagian motif menurut penyebabnya :

a. Motif ekstrinsik, yaitu motif yang berfungsi karena adanya

rangsangan dari luar. Misalnya, seorang ibu mau mendatangi

penyuluhan gizi, karena menurut kader kesehatan bahwa

informasi gizi penting dalam rangka perkembangan anaknya.

b. Motif instrinsik, yaitu motif yang berfungsi tanpa rangsangan

dari luar tetapi sudah dengan sendirinya terdorong untuk

berbuat sesuatu.(16)

13. Peranan Partisipasi Masyarakat(16)

Partisipasinya masyarakat adalah ikut sertanya anggota-

anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan masyarakat

tersebut. Partisipasi masyarakat dibidang kesehatan berarti keikut

sertaan seluruh anggota masyarakat dan memecahkan masalah

kesehatan mereka sendiri.

Didalam hal ini masyarakatlah yang akan memikirkan,

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasikan program-

progam kesehatan mereka sendiri. Institusi kesehatan hanya sekedar

memotivasi dan membimbingnya.

Di dalam partisipasi, setiap anggota masyarakat dituntut suatu

kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas

pada dana dan finansial saja, tetapi dapat berupa daya (tenaga) dan

ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan di dalam 4 M, yaitu

manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda lain seperti

kayu, bambu, beras, batu, dan sebagainya) dan mind (ide atau
37

gagasan). Supaya lebih jelas dapat digambarkan melalui bagan

berikut :

M anpower
Program DerajatKes
M oney ehatan
kesehatan
M aterial

M ind/ideas

Gambar 3.1

Kontribusi dan Partisipasi

14. Metode Partisipasi Masyarakat

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajak atau

menumbuhkan partisipasi masyarakat. Pada pokoknya ada dua yaitu :

1. Partisipasi dengan paksaan (Enforcement participation)

Artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu

program, baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan

maupun dengan perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat

hasilnya, dan mudah. Tetapi masyarakat akan takut, merasa

dipaksa, dan kaget, karena dasarnya bukan kesadaran

(awarenees), tetapi ketakutan. Akibatnya masyarakat tidak akan

mempunyai rasa memiliki terhadap program.

2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi

Yaitu suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar

ditumbuhkan, dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila

tercapai hasilnya ini akan mempunyai rasa memiliki, dan rasa

memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan,


38

penyuluhan, pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung

maupun tidak langsung.(16

B. Kerangka Teori

Individual behaviors
Perceived Perceived threat
(perilaku yang
susceptibility (ancaman yang
harus dilakukan) :
(kerentanan yang dirasakan) :
Sociodemograp
hic Factors : dirasakan) :  Kepatuhan
 Keracunan
penggunaan
Age  Gatal-gatal pestisida
APD
 Sesak nafas
Gender
Perceived benefits
Ethnicity Cues to
(manfaat tindakan
action(tindakan
Personality yang dirasakan) :
pendukung) :
Sosioeconomics  Melindungi
 Motivasi diri
diri dari
sendiri
keracunan
 Peran
masyarakat/
Perceived barriers teman kerja
(hambatan yang  Pemeriksaa
dirasa untuk n rutin.
bertindak):

 Ketersediaa
n APD
 Sarana
yang
memadai

Perceived self-
efficacy (perasaan
yang dirasa dalam
diri) :

 Merasa
aman

Gambar 1.2

Kerangka teori Health Belief Model


39

BAB III

A. Kerangka konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Pengetahuan

Petani
Usia Petani

Masa Kerja
Kepatuhan
Petani
Motivasi
penggunaan APD
Penggunaan
Peran Serta
APD
Teman Kerja
Ketersediaan

APD
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai APD dengan tingkat

kepatuhan dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) pada petani

hortikultura di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

2. Ada hubungan antara usia petani dengan tingkat kepatuhan dalam

menggunakan alat pelindung diri (APD) pada petani hortikultura di Desa

Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

3. Ada hubungan antara masa kerja pada petani dengan tingkat kepatuhan

dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) pada petani hortikultura di

Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang


40

4. Ada hubungan antara motivasi diri untuk menggunakan APD dengan

tingkat kepatuhan dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) pada

petani hortikultura di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang.

5. Ada hubungan antara peran serta teman kerja mengenai penggunaan

APD dengan tingkat kepatuhan dalam menggunakan alat pelindung diri

(APD) pada petani hortikultura di Desa Batur Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang.

6. Ada hubungan antara ketersediaan APD dengan tingkat kepatuhan dalam

menggunakan alat pelindung diri (APD) pada petani hortikultura di Desa

Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

C. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai pedoman

wawancara dengan pendekatan cross sectional. Dimana proses

pengumpulan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan.(21)

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel bebas

Variable bebas merupakan variabel yang menjadi penyebab

timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam

penelitian ini yaitu faktor manusia tingkat pengetahuan petani, usia

petani,masa kerja, motivasi, peran serta teman kerja,

ketersediaan APD.
41

2. Variabel Terikat

Varaiabel terikat merupakan variabel yang menjadi akibat yang

dipengaruhi oleh adanya variabel bebas. Variabel terikat penelitian

ini adalah kepatuhan penggunaan APD.

E. Definisi Operasional

Table 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Kategori / Skala


Satuan
1. Pengetahuan Semua Pengetahuan Penyataan Interval
petani terhadap APD positif
secara lengkap yaitu: Topi, 2 = Benar
kacamata, Masker, Baju 1 = Salah
lengan panjang, Sarung
Pernyataan
Tangan, Celana Panjang, Negatif
Sepatu Boot. 1 = Benar
2 = Salah
2. Usia Usia petani selama Tahun Rasio
menjadi petani dan lama
petani terpapar pestisida
3. Masa Kerja Lama seseorang bekerja Tahun Rasio
Petani sebagai petani dalam
hitungan tahun.
4. Motivasi Perilaku atas dorongan dari 3 = sangat Interval
lingkungan maupun diri setuju
sendiri berperilaku 2 = setuju
menggunakan APD saat 1 = tidak
penyemprotan pestisida. setuju

5. Peran Teman Peran Teman Kerja dalam 3 = Selalu Interval


Kerja kepatuhan menggunakan 2 = Kadang-
APD secara Lengkap yaitu kadang
memakai : Topi, kacamata, 1 = Tidak
pernah
Masker, Baju lengan
panjang, Sarung Tangan,
Celana Panjang, Sepatu
Boot.

6. Ketersediaan APD lengkap yang tersedia Penyataan Interval


APD di desa Getasan yaitu positif
meliputi : Topi, kacamata, 2 = Iya
42

No Variabel Definisi Operasional Kategori / Skala


Satuan
Masker, Baju lengan 1 = Tidak
panjang, Sarung Tangan,
Celana Panjang, Sepatu Pernyataan
Boot. Negatif
1 = Iya
2 = Tidak
7. Kepatuhan Kepatuhan petani 3 = Selalu Interval
Penggunaan menggunakan APD secara 2 = Kadang-
APD lengkap Topi, kacamata, kadang
Masker, Baju lengan 1 = Tidak
pernah
panjang, Sarung Tangan,
Celana Panjang, Sepatu
Boot.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian yang

akan diteliti.(21) Populasi penelitian ini adalah petani Hortikultura

pengguna pupuk anorganik yaitu pestisida, yang termasuk dalam

populasi penelitian yaitu kelompok tani di Desa Batur Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang dari kelompok tani Ngundi Rahayu

yang terdiri 48 petani.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi target yang akan diteliti

secara langsung dan diharapkan dapat mewakili atau

representative populasi.(22) Pada penentuan sampel penelitian ini

menggunakan teknik total sampling, dengan kriteria masa kerja

minimal 3 tahun bertani, petani yang berkontak langsung dengan

pestisida, bertempat tinggal di Desa Batur dan bersedia menjadi

responden. Sampel yang didapat dari kreteria tersebut sebanyak

48 petani dari kelompok tani Ngundi Rahayu di Desa Batur.


43

G. Pengumpulan Data

1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer

dansekunder, yaitu:

a. Data primer

Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara langsung kepada

responden dengan menggunakan instrument penelitian berupa

kuesioner meliputi tingkat pengetahuan, usia petani, masa kerja

petani, motivasi, peran serta teman kerja dan ketersediaan APD.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung dalam melakukan

penelitian yang diperoleh dari hasil dokumentasi maupun laporan data

yang berasal dari Dinas Pertanian maupun data kecelakaan kerja di

Desa Batur Kecamatan gerasan Kabupaten Semarang.

c. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner

yang berisi daftar pertanyaan terkait dengan masalah yang akan diteliti

mengenai variable bebas dan variabel terikat .

1. Uji Validitas

Validitas adalah instrumen pengukuran sesuatu yang hendak

diukur jika hasil pengukuran benar maka dapat dikatakan valid.

Pada penelitian ini uji validitas dilakukan di Desa Batur dengan

jumlah sampel sebanyak 48 anak, kemudian diolah menggunakan

secara statistik
44

Setelah itu dilihat total point skor pada poin pertanyaan dengan

total skor kuesioner, jika nilai signifikan (p) ≤ 0,05 menunjukan hasil

yang signifikan atau valid serta terdapat beberapa hasil dengan nilai

signifikan (p) ≥ 0,05 menunjukan hasil yang tidak signifikan atau tidak

valid.

a. Hasil uji validitas pertanyaan variabel pengetahuan

Tabel 3.2
Hasil uji validitas pertanyaan pengetahun petani pengguna
pestisida di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
Tahun 2017
SVariabel
Hasil p velue Keterangan
pengetahuan
u
P1 0,752 Tidak Valid
m P2 - -
b P3 0,316 Tidak Valid
P4 0,316 Tidak Valid
e P5 0.897 Tidak Valid
r P6 0,000 Valid
P7 0,000 Valid
P8 0,001 Valid
: P9 0,000 Valid
P10 0,000 Valid
P11 0,000 Valid
Sumber : Data primer,2017

b. Hasil uji validitas pertanyaan Motivasi


Tabel 3.3
Hasil uji validitas pertanyaan Motivasi petani pengguna
pestisida di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
Tahun 2017
Variabel sikap Hasil p velue Keterangan
M1 0,000 Valid
M2 0,000 Valid
M3 0,002 Valid
M4 0,003 Valid
M5 0.013 Valid
M6 0,000 Valid
M7 0,006 Valid
M8 0,000 Valid
M9 0,001 Valid
M10 0,000 Valid
Sumber : Data primer,2017
45

c. Hasil uji validitas pertanyaan variabel Peran Teman Kerja

Tabel 3.4
Hasil uji validitas pertanyaan Peran Teman Kerja petani
pengguna pestisida di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang Tahun 2017

Variabel
Hasil p velue Keterangan
tindakan
T1 0,000 Valid
T2 0,000 Valid
T3 0,000 Valid
T4 0,001 Valid
T5 0.001 Valid
T6 0,034 Valid
T7 0,162 Tidak Valid
T8 0,642 Tidak Valid
T9 0,001 Valid
T10 0,000 Tidak Valid
T11 0,026 Valid
Sumber : data primer,2017

d. Hasil uji validitas pertanyaan variabel penggunaan APD

Tabel 3.5
Hasil uji validitas pertanyaan Penggunaan APD petani pengguna
pestisida di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang Tahun 2017

Variabel
Hasil p velue Keterangan
tindakan
APD 1 0,000 Valid
APD 2 0,075 Valid
APD 3 0,000 Valid
APD 4 0,009 Valid
APD 5 0.006 Valid
APD 6 0,000 Valid
APD 7 0,000 Valid
APD 8 0,000 Valid
APD 9 0,000 Valid
APD 10 0,005 Valid
APD 11 0,000 Valid
Sumber : data primer,2017
46

2. Uji Reabilitas

Reabilitas adalah indeks untuk mengukur sejauh mana alat

ukur tersebut dapat dipercaya dan diandalkan, instrumen penelitian

dikatakan reliabelapabila memiliki nilai Cronbach-alpha lebih dari

0,6. Berdasarkan uji reabilitas kuesioner pengetahuan APD,

Motivasi, Peran Teman Kerja, Ketersediaan APD dan Kepatuhan

penggunaan APD didapatkan hasil nilai reabilitas Crobach-alpha

variabel pengetahuan 0,684dapat dikatakan bahwa kuesioner

pengetahuanreabilitas, untuk variabel Motivasi 0,715, variabel

Peran Serta Teman Kerja 0,697, variabel Ketersediaan APD

0,770dan variable Kepatuhan APD 0,705 hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa kuesioner reliabel.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas dapat digunakan

dengan jumlah sampel >50 dilihat tabel kolmogrov-smirnov dan apabila

<50 dilihat tabel shapiro-wilk, apabila hasilnya signifikan p <0,05 maka

data tersebut dapat dikatakan data yang tidak normal namun jika

sebaliknya jika hasil signifikan nya p >0,05 maka data dikatakan normal.

Tabel 3.6
Hasil uji Normalitas petani pengguna pestisida di Desa Batur
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2017
presentase p
Variabel Keterangan
velue
Umur 0,020 Normal
Masa kerja 0,005 Tidak Normal
Pengetahuan APD 0,004 Tidak Normal
Motivasi 0,027 Tidak Normal
47

presentase p
Variabel Keterangan
velue
Peran Teman Kerja 0,087 Normal
Ketersediaan APD 0,000 Tidak Normal
Kepatuhan APD 0.001 Tidak Normal

Sumber : data primer,2017

H. Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul melalui kuesioner diperiksa dan diteliti terlebih

dahulu selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan langkah sebagai

berikut:

a. Editing

Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban

kuesioner dan penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan

penelitian.

b. Coding

Kegiatan megklarifikasi data dengan memberi kode untuk masing-masing

data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa

kelengkapannya.Pemberian kode dilakukan pada identitas responden

seperti jenis kelamin.

c. Scoring

Penyataan yang diberi skor adalah pengetahuan , lama paparan, usia

petani. Tahap ini meliputi menilai untuk tiap butir pertanyaan dan

menjumlah hasil skoring dari semua pertanyaan.

d. Entry

Data yang sudah di koding, kemudian dimasukkan kedalam computer

adapun program yang digunakan adalah SPSS.(21)


48

e. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan

ke dalam SPSS agar tidak terjadi kesalahan data.

f. Tabulating

Setelah data tersebut masuk dalam rekap langkah selanjutnya adalah

penyusunan data dalam bentuk tabel. Penyusunan data dalam bentuk

tabel bertujuan adar orang mudah memperoleh gambaran rinci mengenai

hasil penelitian yang telah dilakukan.

I. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan analisi deskriptif untuk melihat

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Variabel-variabel yang

akan di deskriptifkan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan,

usia petani, masa kerja petani, motivasi, peran serta teman kerja dan

ketersediaan APD.

b. Analisis Bivariat

Untuk melihat adanya hubungan antara masing-masing variabel

bebas (tingkat pengetahuan, usia petani, masa kerja petani, motivasi,

peran serta teman kerja dan ketersediaan APD) dengan variabel terikat

yaitu kepatuhan penggunaan APD dengan menggunakan uji Person

Product Momen dan apabila hasil uji hubungan tidak menunjukkan normal

maka akan digunakan uji Rank Spearman.


49

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum

Desa Batur sendiri merupakan salah satu desa yang terdapat di

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Dilihat dari data di

Kecamatan pada Tahun 2015, luas wilayah Desa Batur tercatat 1.087,28

Ha. Sebagian besar dari wilayah tersebut adalah lahan pertanian, dimana

terdiri dari lahan tegalan seluas 553,00 Ha. Dan sisanya sebesar 534,28

Ha bukan lahan pertanian. Jumlah penduduk di desa tersebut sebanyak

6.975 jiwa, jumlah laki-laki 3.447 dan perempuan 3.528 sebagian besar

penduduk bekerja sebagai petani. Salah satu kelompok tani yang berada

di Desa Batur yaitu Ngundi Rahayu jumlah populasi petani yaitu 48 orang.

Di daerah tersebut memproduksi beberapa tanaman pangan,

perkebunan dan kehutanan. Produksi Tanaman pangan sawah : padi,

jagung, ubi kayu, ubi jalar. Produksi tanaman buah-buahan : alpukat,

jambu biji, pisang, nangka, sukun, pete. Produksi tanaman sayur-sayuran

bawang daun, kentang, kobis, petsai/sawi, wortel, cabe besar, cabe rawit.

Tomat, buncis, kembang kol, lobak, labu siam, seledri.

Produksi komoditas perkebunan yaitu cengkeh, kelapa dalam,

kopi arabika, kopi robusta, tembakau. Luas lahan kehutanan di daerah

getasan yaitu luas hutan Negara 1.284,30 Ha, hutan Rakyat 795,00 Ha

dan luas lahan kritis 1.258,70 Ha. Ada 3 jenis kayu bulat di daerah
50

tersebut yaitu sengon, puspo, suren dan jenis produksi kayu gergajian

yaitu kayu jetak dan samirono.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisis univariat berikut dilakukan untuk menggambarkan distribusi

frekuensi dan persentase dari kuesioner penelitian.

a. Umur

Distribusi presentase karakteristik umur responden petani di

Desa Batur menunjukkan beberapa kategori yang dapat dilihat

pada tabel 4.1

Tabel 4.1
Karakteristik responden berdasarkan umur petani pengguna
pestisida di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang Tahun 2017

no Umur Jml %
1 20-40 22 45,8
2 41-60 20 41,9
3 61-80 5 10,5
4 81-100 1 1,8
Total 48 100
Sumber : Data primer,2017

Berdasarkan tabel 4.1 hasil pengolahan kuesioner didapatkan

perkelompokan umur responden, responden dengan umur 20-40

tahun berjumlah 22 orang, untuk responden dengan umur 41-60

tahun berjumlah 20 orang dan umur 61-80 berjumlah 5 orang dan

yang paling Tua berumur 82 tahun yaitu 1 orang petani.


51

b. Masa Kerja

Distribusi presentase karakteristik masa kerja responden petani

di Desa Batur menunjukkan beberapa kategori yang dapat

dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3
Karakteristik Masa Kerja petani pengguna pestisida di Desa
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2017

No Masa Kerja / Tahun Jml %


1 1-25 30 62,5
2 26-50 16 33,3
3 51-75 2 4,2
Total 100,0
Sumber : data primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.3 karakteristik responden berdasarkan

Masa Kerja didominasi oleh responden yang bekerja selama 1-25

tahun sebesar (62,5), 26-50 tahunsebesar (33,3) sedangkan yang

sangat lama51-75 sebesar (4,2).

c. Pengetahuan penggunaan APD

Distribusi presentase karakteristik tingkat pengetahuan

responden petani di Desa Batur yang menunjukkan beberapa

pengetahuan baik dan yang buruk dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan
petani pengguna pestisida di Desa Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang Tahun 2017

No Pertanyaan Jawaban TOTAL


Salah Benar N %
F % F %
1. Penggunaan APD mencegah 4 8,3 44 91,7 48 100
terjadinya keracunan saat
penyemprotan pestisida.
2 Menggunakan baju lengan - - 48 100 48 100
panjang supaya cairan pestisida
tidak masuk ke kulit.
3. Masker digunakan petani untuk 1 2,1 47 97,9 48 100
mencegah pestisida terhirup.
52

No Pernyataan Jawaban TOTAL


Salah Benar N %
F % F %
4. Pestisida dapat mempengaruhi 1 2,1 47 97,9 48 100
kesehatan mata, jantung, paru-
paru, perut, hati, lambung, usus,
otot, otak dan saraf.
5. Tidak diperbolehkan makan dan 1 2,1 47 97,9 48 100
minum pada saat berpaparan
langsung dengan pestisida.
6. Merokok dapat mengurangi rasa 28 58,3 20 41,7 48 100
jenuh pada saat melakukan
penyemprotan pestisida.
7. Saat penyemprotan pestisida 36 75,0 12 25,0 48 100
petani menyeka keringat
dengan menggunakan lengan
baju dan tangan tanpa mencuci
tangan terlebih dahulu.
8. Kaca mata digunakan petani 12 25,0 36 75,0 48 100
supaya tidak silau terhadap
sinar matahari.
9. Melakukan penyemprotan 22 45,8 26 54,2 48 100
selama setengah hari penuh
supaya cepat selesai.
10. Pestisida disemprotkan dengan 25 52,1 23 47,9 48 100
lawan arah angin supaya
pestisida menyebar rata dengan
bantuan angin.
11. Menggunakan pestisida dengan 25 52,1 23 47,9 48 100
jumlah dan jenis yang banyak
supaya mampu mencegah
rerumputan tumbuh.

Sumber : data primer,2017

Berdasarkan tabel 4.4 Dari data penelitian

didapatkan hasil yaitu responden memiliki tingkat

pengetahuan tentang memakai baju lengan panjang pada

saat penyemprotan didapat presentase sebesar (100)

dengan menjawab Benar semua.

d. Motivasi penggunaan APD

Distribusi presentase karakteristik tingkat motivasi responden

petani di Desa Batur dapat dilihat pada tabel 4.5


53

Tabel 4.5
Karakteristik responden berdasarkan tingkat motivasi
petani pengguna pestisida di Desa Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang Tahun 2017

No Pertanyaan Jawaban TOTAL


Tidak Setuju Sangat
setuju Setuju
F % F % F % F %
1. Bekerja menggunakan - - 26 54,2 22 45,8 48 100
APD membuat saya
lebih aman.
2. Belajar memakai 1 2,1 35 72,9 12 25,0 48 100
APD secara rutin
butuh kesadaran diri
sendiri.
3. Saya tetap 2 4,2 33 68,8 13 27,1 48 100
menggunakan APD
walaupun tidak ada
hukuman tertulis
dari pihak berwajib.
4. Perlu Menyediakan 2 4,2 33 68,8 13 27,1 48 100
tempat APD
dirumah agar APD
lebih terawat.
5. Saya kurang 33 68, 13 27,1 2 4,2 48 100
nyaman jika bekerja 8
menggunakan APD.
6. Jika APD yang saya 34 70, 10 20,8 4 8,3 48 100
miliki rusak saya 8
malas membelinya
kembali.
7. Saya merasa APD 31 64, 6 12,5 11 22,9 48 100
tidak begitu penting 6
untuk dimiliki.
8. Saya bekerja untuk 2 4,2 20 41,7 26 54,2 48 100
mencari uang.
9. Kesehatan menjadi - - 15 31,2 33 68,8 48 100
yang utama dalam
pekerjaan.
10. Keselamatan salah 1 2,1 12 25,0 35 72,9 48 100
satu bagian
terpenting dalam
bekerja.
Sumber : data primer,2017
54

Berdasarkan tabel 4.5 Dari data penelitian didapatkan hasil


yaitu responden memiliki motivasi yang sangat tinggi terhadap
keselamatan saat bekerja didapat presentase sebesar (72,9)
dengan rata-rata menjawab Sangat Setuju.

e. Peran Serta Teman Kerja


Distribusi presentase karakteristik tingkat peran seta teman

kerja petani di Desa Batur yang menunjukkan teman berperan

maupun tidak dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6
Karakteristik responden berdasarkan Peran serta teman
kerja petani pengguna pestisida di Desa Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2017

No Pertanyaan Jawaban TOTAL


Tidak Kadang- selalu
pernah kadang
F % F % F % F %
1. Teman mengingatkan 16 33,3 17 35,4 15 31,2 48 100
saya untuk
menggunakan APD.
2. mencuci semua 16 33,3 14 29,2 18 37,5 48 100
peralatan yang terkena
pestisida.
3. teman mengingatkan 11 22,9 10 20,8 27 56,2 48 100
untuk cuci tangan
sebelum makan.
4. teman saya mengajak 31 64,6 11 22,9 6 12,5 48 100
saya untuk periksa
kesehatan 2 bulan
sekali.
5. teman saya mengajak 21 43,8 20 41,7 6 12,5 48 100
saya untuk membeli
APD bersama.
6. melakukan percakapan 25 52,1 18 37,5 5 10,4 48 100
dengan teman supaya
suasana kerja tidak
membosankan.
7. Teman berbagi 43 89,6 3 6,2 2 4,2 48 100
makanan dan minuman
saat penyemprotan.
55

No Pertanyaan Jawaban TOTAL


Tidak Kadang- Selalu
Pernah kadang
F % F % F % F %
8. Merokok membuat 37 77,1 9 18,8 2 4,2 48 100
suasana kerja tidak
terasa capek.
9. teman mengajak 31 64,6 12 25,0 5 10,4 48 100
penyemprotan
setengah hari penuh.
10. mencampurkan 3 jenis 14 29,2 22 45,8 12 25,0 48 100
pestisida yang berbeda
menjadi 1 campuran.
11. teman mengajak saya 42 87, 3 6,2 3 6,2 48 100
untuk tidak memakai 5
baju saat
penyemprotan.
Sumber : Data primer, 2017

Berdasarkan dari data peran serta teman kerja didapatkan


hasil yaitu teman responden tidak pernah mengajak periksa rutin 2
bulan sekali untuk mengecek kondisi kesehatan hal ini terlihat dari
hasil presentase (64,6%) menjawab Tidak pernah, teman tidak
berperan dalam mengingatkan penggunaan APD presentase
(33,3).
f. Ketersediaan APD
Distribusi presentase ketersediaan APD yang dimiliki petani di

Desa Batur dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7
Karakteristik responden berdasarkan Ketersediaan
APD petani pengguna pestisida di Desa Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2017

No Pertanyaan Jawaban TOTAL


Tidak Iya
F % F % F %
1. Dinas Pertanian 39 81, 9 18,8 48 100
menyediakan APD untuk 2
petani.
2. APD dibagikan pada 39 81, 9 18,8 48 100
kelompok tani sebulan 2
sekali setiap petemuan di
kantor desa.
56

No Pertanyaan Jawaban TOTAL


Tidak Iya
F % F % F %
3. Kelompok tani 35 72, 13 27,1 48 100
menyediakan tempat 9
khusus untuk menyimpan
APD.
4. Banyak penjual 33 68, 15 31,2 48 100
perlengkapan APD untuk 8
petani di daerah sekitar
ladang pertanian.
5. Dinas pertanian mengganti 41 85, 7 14,6 48 100
APD yang tidak layak untuk 4
dipakai kembali oleh petani.
Sumber : data primer, 2017

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil dari penelitian

mengenai ketersediaan APD diperoleh dari responden bahwa

Dinas Pertanian tidak menyediakan APD untuk petani yaitu

diperoleh hasil presentase (81,2%) cenderung kurang memiliki

APD dan jarang ada penjual perlengkapan APD di daerah sekitar

dengan hasil presentase (86,8%)

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui variabel independen

yaitu pengetahuan APD, Usia, Masa Kerja, Motivasi, Peran Serta Teman

Kerja, Ketersediaan APDdan tindakan terhadap variabel dependen yaitu

kepatuhan penggunaan APD.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan uji statistik yang akan

dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel, uji normalitas yang

digunakan adalah tabel Shapiro-Wilk.


57

Tabel 4.9
Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk

Variabel Shapiro-Wilk p-velue Keterangan


Pengetahuan 0,004 0,05 Tidak normal
APD
Umur 0,020 0,05 Tidak normal
Masa Kerja 0,005 0,05 Tidak normal
Motivasi 0,027 0,05 Tidak normal
Peran Teman 0,087 0,05 Normal
Ketersediaan 0,000 0,05 Tidak normal
APD
Kepatuhan 0,001 0,05 Tidak normal
Sumber : data primer, 2017

Berdasarkan tabel diatas hasil uji normalitas dihasilkan data yang

berdistribusi normal yaitu Peran Teman Kerja sedangkan data yang

berdistribusi tidak normal yaitu pengetahuan, umur, masa kerja, motivasi,

ketersediaan APD dan Tingkat kepatuhan.

3. Hasil Uji Rank Spearman

Tabel 4.13
Hasil uji antara variabel bebas dan variabel terikat

Hasil Rank
Variabel penelitian
Spearman
Variabel Variabel Kesimpulan
p
bebas terikat r N
Kepatuhan 48
pengetahuan penggunaan 0,140 0,216 Tidak ada hubungan
APD
Kepatuhan 48
Umur penggunaan 0,221 0,180 Tidak ada hubungan
APD
Kepatuhan 48
Masa kerja penggunaan 0,169 0,202 Tidak ada hubungan
APD
Kepatuhan 48
Motivasi penggunaan 0,168 0,160 Tidak ada hubungan
APD
Kepatuhan 48
Peran serta
penggunaan 0,245 0,171 Tidak ada hubungan
teman APD
58

Hasil Rank
Variabel penelitian
Spearman
Variabel Variabel Kesimpulan
p
bebas terikat r N
Kepatuhan
Ketersediaan
penggunaan 0,009 0,372 48 Ada hubungan
APD APD
Sumber : data primer, 2017

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa didapatkan

pengetahuan petani di Desa Batur cukup baik di dapatkan presentase r =

0,216 pengetahuan tersebut tidak berpengaruh terhadap tingkat

kepatuhan penggunaan APD presentase ρ = 0,140 >0,05 di simpulkan

bahwa tidak ada hubungan diantara keduanya. Uji hubungan antara

umur petani dengan tingkat kepatuhan penggunaan APD menunjukkan ρ

= 0,221 berarti tidak ada perbedaan kepatuhan penggunaan APD antara

petani tua maupun muda. Lama maupun tidaknya petani dalam bekerja

tidak bisa dijadikan patokan untuk dilihat tingkat kepatuhannya, hal ini

dapat dilihat dari hasil uji antara masa kerja dengan tingkat kepatuhan

penggunaan APD yang menunjukkan ρ = 0,169 berarti tidak ada

hubungan antara keduanya. Motivasi petani di Desa Batur cukup bagus

dilihat dari nilai r = 0,160 mereka menyadari pentingnya APD tetapi tinggi

rendahnya tingkat motivasi tidak berpengaruh dalam kepatuhan

penggunaan APD. Peran serta teman kerja di Desa Batur kurang

berperan dilihat dari hasil nilai yang didapat r = 0,171 tetapi peran teman

kerja tidak berpengaruh dalam kepatuhan penggunaan APD hasil uji

menunjukkan ρ = 0,245, kepatuhan penggunaan APD akan tinggi jika

ketersediaan APD pada petani terpenuhi hal ini dapat dilihat dari hasil uji

yang menunjukkan ρ = 0,009 adanya hubungan antara ketersediaan APD

dengan kepatuhan penggunaan APD.


59

BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Tingkat pengetahuan Petani

Pengetahuan tentang pestisida dan alat pelindung diri merupakan

pemahaman yang harus dimiliki oleh petani pengguna pestisida

meliputi pengertian pestisida, sifat pestisida, cara penggunaan alat

pelindung diri dan manfaat alat pelindung diri. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian petani memiliki pengetahuan baik

ditunjukkan presentase 100% menjawab benar pada kategori

pernyataan memakai baju lengan panjang agar cairan pestisida tidak

masuk kulit sedangkan pengetahuan yang buruk ditunjukkan dari

pernyataan kacamata digunakan petani supaya tidak silau terhadap

sinar matahari mayoritas petani menjawab benar 75,0%.

Pengetahuan merupakan kumpulan kesan-kesan dan penerangan

yang terhimpun dari pengalaman tersebut, dapat diperoleh dari orang

lain maupun dari diri sendiri.26 Pengetahuan diperoleh dari

pengalaman sendiri maupun dari pengalaman orang lain.27

Pengetahuan tidak lain dari hasil tahu atau pengalaman sendiri atau

tahu dari pengetahuan orang lain, artinya mengakui sesuatu yang

disebut putusan, sehingga pada dasarnya putusan atau pengetahuan

itu sama.28 Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior).29
60

2. Umur Petani

Umur merupakan lamanya hidup responden terhitung sejak

tanggal lahir sampai dengan waktu penelitian yang dinyatakan dalam

tahun. Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian petani termasuk

dalam kategori cukup muda umur 20-40 sebanyak 22 petani dengan

presentase (45,8) cukup tua 41-60 sebanyak 20 petani dengan

presentase (41,9), tua 61-80 sebanyak 5 orang dengan presentase

(10,5) dan petani yang sangat tua berumur 82 tahun sebanyak 1

orang yang seharusnya sudah tidak diperbolehkan bekerja karena

umur yang rawan akan berbahaya terhadap gangguan penyakit dan

daya kekebalan tubuh serta tenaga sudah mulai melemah.Semakin

tinggi umur seseorang maka semakin meningkat pula kemampuan

yang dimiliki. Umur akan berpengaruh besar terhadap kinerja

seseorang, karena perubahan umur akan dipengaruhi oleh

pengalaman, perubahan kondisi fisik dan mental seseorang yang

akan tercermin dalam kehidupan sehari-hari.30

3. Masa Kerja Petani

Masa kerja merupakan lamanya responden bekerja sebagai

petani dihitung sejak pertama menggunakan pestisida sampai

penelitian ini dilakukan yang dinyatakan dalam tahun. Berdasarkan

hasil penelitian sebagian besar petani termasuk dalam kategori petani

paling baru yaitu 3 tahun dan Petani paling lama yaitu 62 tahun.

Semakin lama seseorang bekerja diasumsikan bahwa

pengalamannya akan semakin luas dan banyak sehingga lebih


61

mampu dalam melaksanakan tugas dan hasil kerja akan semakin

baik.31

4. Motivasi

Motivasi merupakan dorongan dari lingkungan maupun diri sendiri

berperilaku menggunakan alat pelindung diri saat penyemprotan

pestisida. Motivasi dalam hal ini meliputi dorongan untuk diri sendiri

supaya menggunakan alat pelindung diri saat bekerja dan menjaga

kesehatan serta keselamatan dari bahaya pestisida. Berdasarkan

hasil penelitian bahwa sebanyak 35 petani menjawab setuju bahwa

belajar memakai APD secara rutin butuh kesadaran diri sendiri.

Motivasi atau motif adalah suatu dorongan dari dalam diri

seseorang yang menyebabkansorang tersebut melakukan kegiatan-

kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.32

5. Peran Serta Teman Kerja

Peran serta teman kerja merupakan keberadaan seseorang

patner kerja yang berpengaruh terhadap perilaku dalam bekerja yaitu

menggunakan pestisida dan menggunakan kelengkapan alat

pelindung diri. Peran serta teman kerja dalam hal ini meliputi

mengingatkan teman terhadap penggunaan alat pelindung diri, sikap

terhadap penggunaan pestisida yang di aplikasikan langsung dalam

sehari-hari saat bekerja. Berdasarkan hasil kuesioner peran teman

kerja dalam mengingatkan penggunaan APD mendapat presentase

33,3% menjawab tidak pernah.

Peran serta seseorang atau Partisipasinya masyarakat yaitu

keikut sertaan anggota-anggota masyarakat dalam memecahkan


62

permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat dibidang

kesehatan berarti keikut sertaan seluruh anggota masyarakat dan

memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri.33

6. Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)

Ketersediaan alat pelindung diri merupakan kelengkapan

tersediannya alat – alat yang di butuhkan oleh petani dalam

penyemprotan pestisida. Peralatan lengkap yang diperlukan petani

meliputi : pelindung mata (Kaca mata), pelindung pernafasan

(Masker), pelindung kepala (helm atau Topi), Pelindung tangan

(sarung tangan), Pelindung badan (pakaian lengan panjang dan

berbahan menyerap keringat), Pelindung kaki (sepatu boot).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebanyak 33 petani menjawab

tidak ada penjual APD disekitar tempat tinggalnya sehingga petani

cukup kesulitan untuk membeli APD jika rusak.

Semakin lengkap peralatan yang digunakan maka semakin baik

pula pekerjaannya dalam mencapai tujuan atau hasil yang

diharapkan.34

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan antara pengetahuan petani terhadap tingkat kepatuhan

penggunaan alat pelindung diri (APD)

Pengetahuan merupakan salah satu pada faktor enabling yang

mempengaruhi perilaku seseorang.35 Persentase pengetahuan yang

baik tentang menggunakan baju lengan panjang agar cairan pestisida

tidak masuk ke kulit dengan presentase 100% yaitu semua petani

menjawab benar pada pernyataan tersebut, dibanding dengan


63

pernyataan salah yaitu penggunaan kaca mata agar tidak silau oleh

sinar matahari petani menjawab benar presentase (75,0) yang berarti

petani tidak mengerti manfaat sebenarnya kacamata untuk melindungi

cairan masuk kedalam mata saat proses penyemprotan.

Penelitian ini tidak bisa membuktikan pernyataan tersebut bahwa

antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan penggunaan

APD tidak ada hubungan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Kartika

Dyah dan Yustinus Denny bahwa terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan tingkat kepatuhan dalam menggunakan alat

pelindung diri pada petani pengguna pestisida di Wilayah Subak

Desa Kenderan.36 Tetapi penelitian ini sejalan dengan Hasil

penelitian Hastanti yang menyatakan bahwa pengetahuan yang baik

maupun kurang tidak selalu menyebabkan kedisiplinan untuk patuh

menggunakan APD saat bekerja.37 Para petani di Desa Batur

kurang pengetahuan tentang manfaat dari kegunaan APD

sehingga mereka tidak menyadari pentingnnya penggunaan APD

secara lengkap pada saat bekerja.

2. Hubungan antara Umur petani dengan tingkat kepatuhan penggunaan

APD

Perilaku merupakan perpaduan antara faktor internal yang terdiri

dari kecerdasan, persepsi, motivasi, minat dan emosi dan faktor

eksternal yang terdiri dari obyek kelompok dan hasil kebudayaan.

Perilaku juga bergantung pada karakteristik atau faktor lain dari

tenaga kerja itu sendiri. Salah satu karakteristik dari tenaga kerja
64

adalah faktor umur yang mempengaruhi perilaku patuh menggunakan

APD.38 Penelitian ini tidak bisa membuktikan hipotesis tersebut bahwa

tidak ada hubungan antara umur dengan tingkat kepatuhan

penggunaan APD di Desa Batur.

Menurut Hasibuan menyatakan bahwa umur harus diperhatikan

karena akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja

dan tanggung jawab seseorang. Karyawan muda mempunyai fisik

yang kuat, dinamis, kreatif tetapi cepat bosan, kurang bertanggung

jawab, cenderung absensi dan turn-overnya tinggi. Sebaliknya umur

yang umumnya lebih tua kondisi fisiknya kurang tetapi bekerja ulet,

tanggung jawab besar dan turn-overnya rendah.39

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Diyah yaitu penelitian

tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara

umur dan kepatuhan tenaga kerja dalam menggunakan APD. Dalam

penelitian tersebut menyatakan bahwa baik tenaga kerja yang

memiliki usia muda atau tua memiliki persentase kepatuhan yang

sama tinggi.40 Berdasarkan hasil distribusi frekuensi responden

menurut umur dapat diketahui bahwa sebagian petani dikategorikan

cukup muda umur 20-40 sebanyak 22 petani dengan presentase

(45,8) cukup tua 41-60 sebanyak 20 petani dengan presentase (41,9),

tua 61-80 sebanyak 5 orang dengan presentase (10,5) dan petani

yang sangat tua berumur 82 tahun sebanyak 1 petani. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa petani muda maupun petani tua tidak

berpengaruh dalam kepatuhan penggunaan APD.


65

3. Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan

Penggunaan APD

Menurut Notoatmodjo masa kerja merupakan salah satu faktor

pada karakteristik tenaga kerja yang membentuk perilaku. Semakin

lama masa kerja tenaga kerja akan membuat tenaga kerja lebih

mengenal kondisi lingkungan tempat kerja. Jika tenaga kerja telah

mengenal kondisi lingkungan tempat kerja dan bahaya pekerjaannya

maka tenaga kerja akan patuh menggunakan APD.41

Penelitian yang dilakukan di Desa Batur pada kelompok tani

ngundi rahayu tidak membuktikan hipotesis tersebut bahwa tidak ada

hubungan antara masa kerja dengan tingkat kepatuhan penggunaan

APD. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ahyar (2001) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara masa kerja dengan kepatuhan menggunakan APD

hidung dan mulut. Terbukti dengan adanya tenaga kerja yang belum

lama bekerja di perusahaan maupun yang telah lama bekerja di

perusahaan memiliki presentase kepatuhan yang hampir sama.42

4. Hubungan antara motivasi dengan tingkat kepatuhan penggunaan

APD

Menurut McSween mengemukakan bahwa motivasi merupakan

salah satu faktor dari activator yang akan mempengaruhi kepatuhan

menggunakan APD namun tidak menjamin suatu perilaku kepatuhan

menggunakan APD akan terbentuk.43


66

Penelitian yang dilakukan di Desa Batur pada kelompok tani

ngundi rahayu tidak menunjukkan hal tersebut bahwa tidak ada

hubungan antara motivasi dengan kepatuhan penggunaan APD.

Menurut Budiono penggunaan APD merupakan salah satu

bentuk dari perilaku aman.44 Kepatuhan merupakan salah satu

faktor pada komponen behavior dalam teori safety triad .45 Hasil

penelitian lain yang dilakukan oleh Retnani mendukung tidak

terbuktinya hubungan motivasi dengan kepatuhan menggunakan

APD yang merupakan salah satu bentuk dari perilaku aman.46

Kesimpulan tersebut bisa saja di dasari karena motivasi

bukan menjadi faktor utama yang berhubungan dengan kepatuhan

tenaga kerja seperti hasil wawancara petani di Desa Batur yang

memiliki motivasi baik merasa bekerja menggunakan APD

membuat petani lebih aman saat bekerja tetapi mereka kurang

memahami kegunaan APD tersebut sehingga mereka kurang

patuh dalam memakainya.

5. Hubungan Peran Serta Teman Kerja dengan Tingkat Kepatuhan

Penggunaan APD

Geller mengemukakan dalam teori safety triad yang membentuk

budaya keselamatan, terdapat komponen yang berkaitan satu sama

lain yaitu komponen person, behavior dan environment. Kepribadian

merupakan salah satu faktor dalam komponen person sehingga akan

berkaitan dengan perilaku kepatuhan menggunakan APD.

Kepribadian A akan cenderung selalu bergerak dengan cepat, merasa


67

tidak sabar dan tidak suka waktu bersantai sedangkan kepribadian B

lebih suka bersantai, berorientasi memperoleh kegembiraan dan tidak

suka berkompetisi sehingga kepribadian seseorang tidak bisa sama

dengan peran teman lainnya.47

Penelitian ini mendukung pernyataan tersebut bahwa tidak ada

hubungan antara peran teman kerja dengan kepatuhan penggunaan

APD. Dalam penelitian ini bisa saja terjadi recall bias karena

penelitian hanya melakukan wawancara dengan responden tanpa

melakukan observasi pada saat responen melakukan penyemprotan

diladang sehingga kemungkinan jawaban yang diberikan oleh

responden tidak sesuai dengan apa yang mereka lakukan. Sesuai

dengan yang dikemukaan oleh Soekidjo Notoatmodjo bahwa

pengukuran perilaku yang lebih baik adalah secara langsung, yakni

dengan pengamatan atau observasi untuk mrngamati tindakan dari

subjek dalam rangka memelihara kesehatannya.48

6. Hubungan Ketersediaan APD dengan Tingkat Kepatuhan

Penggunakan APD

Menurut Notoatmodjo Ketersediaan merupakan salah satu pada

faktor enabling yang mempengaruhi perilaku seseorang.49 Penelitian

ini dapat membuktikan hipotesis tersebut, berdasarkan penelitian di

Desa Batur menunjukkan bahwa hasil yang menyatakan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara ketersediaan APD dengan

kepatuhan menggunakan APD. Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rengganis bahwa meskipun

perusahaan telah menyediakan APD secara gratis namun tidak cukup


68

membuat tenaga kerja sadar akan pentingnya APD saat bekerja. 50

Hasil penelitian ini juga tidak didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Zaendar bahwa tidak ada pengaruh antara ketersediaan APD

dengan perilaku bekerja dengan selamat.51

Kesimpulan tersebut bukan hanya karena ketersediaan APD yang

di peroleh tetapi juga harus didasari oleh kesadaran seseorang dalam

memakai APD untuk melindungi seseorang agar menjaga kesehatan

dan keselamatan saat bekerja.


69

BAB VI

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai APD dengan

tingkat kepatuhan dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) nilai ρ

value = 0.140.

2. Tidak ada hubungan antara umur petani dengan tingkat kepatuhan dalam

menggunakan alat pelindung diri (APD) nilai ρ value = 0,221.

3. Tidak ada hubungan antara masa kerja pada petani dengan tingkat

kepatuhan dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) nilai ρ value =

0,169.

4. Tidak ada hubungan antara motivasi diri untuk menggunakan APD

dengan tingkat kepatuhan dalam menggunakan alat pelindung diri (APD)

nilai ρ value = 0,168.

5. Tidak ada hubungan antara peran serta teman kerja mengenai

penggunaan APD dengan tingkat kepatuhan dalam menggunakan alat

pelindung diri (APD) nilai ρ value = 0,245.

6. Ada hubungan antara ketersediaan APD dengan tingkat kepatuhan dalam

menggunakan alat pelindung diri (APD) nilai ρ value = 0,009.

Faktor – faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan

penggunaan APD yaitu faktor ketersediaan APD dapat dilihat hasil

wawancara petani jika APD yang tersedia terpenuhi maka mereka akan

rajin memakainya. Mayoritas petani di Desa Batur khususnya kelompok

tani Ngundi Rahayu berumur kisaran 20-40 Tahun dan rata-rata


70

berpendidikan tamat SD sehingga tingkat pengetahuan mengenai

manfaat APD untuk petani kurang, disamping itu motivasi petani untuk

menjaga keselamatan dan kesehatan saat bekerja cukup baik tetapi

mayoritas petani hanya memiliki APD sepatu boot, baju lengan panjang,

celana panjang sehingga untuk mencapai kepatuhan penggunaan APD

secara lengkap cukup sulit untuk di wujudkan.

B. SARAN

1. Diharapkan Petani dapat meningkatkan pengetahuan tentang APD

agar lebih patuh dan sadar terhadap manfaat pentingnya penggunaan

APD.

2. Petani harus lebih mempelajari manfaat dari masing-masing APD yang

digunakan saat penyemprotan.

3. Petani saling mengingatkan satu sama lain agar memperhatikan

kesehatan dan keselamatan saat bekerja.

4. Harus ada toko penjual APD disekitar desa Batur supaya petani

dengan mudah dapat membeli APD jika sudah rusak dan

meningkatkan kesadaran petani dalam melengkapi APD secara

lengkap.
71

DAFTAR PUSTAKA

1. Achmadi, UF. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Kompas.

Jakarta. 2005.

2. Shobib, M. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan

praktik Pemakaian (APD) Alat Pelindung Diri pada Petani

Pengguna Pestisida di Desa Curut Kec. Penawangan Kab.

Grobogan Tahun 2013. Skripsi. Semarang. Fakultas Kesehatan

Universitas Dian Nuswantoro. Semarang. 2013.

3. Handojo, D. Tingkat kualitas air irigasi pertanian di lereng barat

daya Gunung Merapi Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas

Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 2009.

4. Departemen Kesehatan RI. Pemeriksaan Cholinesterase Darah

Dengan Tintometer Kit, Direktorat Jendral PPM & PLP.

Jakarta.1992.

5. Anon. Laporan Tahunan Balai Pembudidayaan Pangan dan

Tanaman Holtikultura Provinsi Bali. Denpasar. 2006.

6. Sutjana, dkk. Perilaku Petani yang Berkontribusi Terhadap

Kemungkinan Keracunan. 1997.

7. Djojosumarto. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta:

Kanisius. 2008.

8. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta. 2010.

9. Budi Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran. ECG. Bandung.

2007.
72

10. Djojosumarto,P. Pestisida dan Aplikasinya. Agro Media Pustaka.

Jakarta. 2008.

11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat Pelindung

Diri.

12. Suma’mur PK. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja

(HIPERKES). Jakarta. Sagung Seto. 2014.

13. Azrul Azwar. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara

Sumber Widya. Jakarta. 1990.

14. Teguh, Budi Prijanto. Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida

Organofosfat pada Keluarga Petani Hortikultura di Kecamatan

Ngablak Kabupaten Magelang. Semarang. Undip. 2007.

15. Miftah Fatmawati. Hubungan Paparan Pestisida Selama

Kehamilan Dengan Kejadian BBLR pada Petani Sayur. Skripsi.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.

2016.

16. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku

Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta . 2012.

17. Alsuhendra , dkk. Bahan Toksik dalam Makanan. PT Remaja

Rosdakarya. Bandung . 2013.

18. RI, Departemen Kesehatan. Pengenalan dan Penatalaksanaan

Keracunan Pestisida. Jakarta : Subdit Pengamanan Pestisida,

1992.
73

19. Budiyono, AM. Sugeng. Kebijakan Perlindungan Tenaga kerja

dalam Bunga Rumbai Hiperkes Dan Keselamatan Kerja.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2003.

20. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor per.08/men/vii/2010 tentang Alat Pelindung Diri.

Permennakertrans RI. 2010.

21. Ristanto M J. Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Praktik

Penyemprotan Dengan Aktifitas Kholinesterase Darah Petani

Sayur Penyemprotan Pestisida Organophospat (skripsi). 2001.

22. Riwidikdo, Handoko. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Nuha

Medika, 2012.

23. Dahlan, Sopiyudin. Statistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan.

Jakarta : Arkans, 2004.

24. Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta,

2004.

25. Riyanto, Agus. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta : Nuha Mendika, 2011.

26. Widianto, Rini, Petunjuk Penggunaan Pestisida : Penebar

Swadaya, Jakarta, 5, 2001.

27. Notoatmojo, S dan Sarwono, S. ; Pengantar Pendidikan

Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, BPKM – FKM UI, Jakarta, 29-37,

1985.

28. Poedjowidjatna; Tahu dan Pengetahuan, Pengantar Keilmuan

Filsafat, Bina Aksara, Jakarta, 1982.


74

29. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku

Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta . 2012

30. Suharmiati, lestari hadayani. Tanaman Obat dan Ramuan

Tradisonal untuk Mengatasi Demam Berdarah Dengue.

ArgoMedia. Jakarta Selatan :2012

31. Suharmiati, lestari hadayani. Tanaman Obat dan Ramuan

Tradisonal untuk Mengatasi Demam Berdarah Dengue.

ArgoMedia. Jakarta Selatan :2012

32. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku

Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta . 2012

33. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku

Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta . 2012.

34. Riwidikdo, Handoko. Statistik Kesehatan. Nuha Medika.

Yogyakarta : 2012

35. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta.: Rineka Cipta.

36. The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and

Environment, Vol. 1

37. Hastanti, Rulia. 2004. Faktor yang Berhubungan dengan

Pemakaian APD pada Pekerja Konstruksi Bangunan. Skripsi;

Surabaya: FKM Universitas Airlangga

38. Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.


75

39. Hasibuan. 2003. Faktor yang Berhubungan dengan pemakaian

APD pada Pekerja Rumah sakit Muhammaddyah Medan. Skripsi ;

Medan :FKM Universitas Negeri Semarang.

40. Diyah. 2014 . Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida

Organofosfat pada Keluarga Petani Hortikultura di Desa Nglejok

2014. Skripsi. ; Surabaya : FKM Universitas Airlangga.

41. Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

42. Ahyar, M. 2001. Hubungan Karakteristik Tenaga Kerja Terhadap

Pemakaian Alat Pelindung Mulut dan Hidung (Masker). Skripsi;

Surabaya: FKM Universitas Airlangga.

43. McSween, Terry E., 2003. The Values Based Safety Process :

Improving Your Safety Culture with Behavior Based Safety. 2nd

Edition. New Jersey: John Wiley & Sons Inc.

44. Budiono, Sugeng. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kecelakaan

Kerja. Semarang: Universitas Diponegoro.

45. Geller, E Scott. 2001. The Psychology of Safety Handbook. New

York: Lewis Publishers.

46. Retnani, N. D. 2013. Analisis Pengaruh Activator dan

Consequence terhadap Safe Behaviour pada Tenaga Kerja di PT.

Pupuk Kalimantan Timur Tahun 2013. Skripsi; Surabaya . FKM

Universitas Airlangga.

47. Geller, E Scott. 2001. The Psychology of Safety Handbook. New

York: Lewis Publishers


76

48. Dian. 2005. Hubungan Karakteristik Tenaga Kerja dengan

Kecelakaan Kerja. Skripsi; Surabaya. FKM Universitas Airlangga.

49. Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi.

Jakarta: Rineka Cipta.

50. Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

51. Rengganis. Fitriana. 2012. Faktor yang mempengaruhi perilaku

tenaga kerja percetakan terhadap penggunaan APD di bagian

produksi PT. Antar Surya Jaya Surabaya. Skripsi. Surabaya : FKM

Universitas Airlangga

52. Zaendar, Aldo. 2009. Gambaran Aspek Perilaku Metode ABC

(Antecendentc-Behavior-Consequences) pada Pekerja di Divisi

Steel Tower PT. Bukaka Teknik Utama, Tbk. Skripsi; Jakarta: FKM

Universitas Indonesia.
77

LAMPIRAN
78

LAMPIRAN 1

LEMBAR KUESIONER

KUESIONER PENELITIAN

“ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN APD PADA PETANI

PENGGUNA PESTISIDA DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017“

No. Responden :

A. Identitas Responden

Usia : ……….Tahun

Tingkat Pendidikan :

1. Tidak Tamat

2. Tamat SD

3. Tamat SMP

4. Tamat SMA

5. Perguruan Tinggi

1. Pengetahuan petani terhadap APD

Pernyataan Benar Salah


(2) (1)
1. Penggunaan APD dapat mencegah terjadinya
keracunan saat penyemprotan pestisida.
2. Petani menggunakan baju lengan panjang
supaya cairan pestisida tidak masuk ke kulit.
3. Masker digunakan petani untuk mencegah
79

pestisida terhirup oleh petani.


4. Pestisida dapat mempengaruhi kesehatan
mata, jantung, paru-paru, perut, hati,
lambung, usus, otot, otak dan saraf.
5. Tidak diperbolehkan makan dan minum pada
saat berpaparan langsung dengan pestisida.
6. Merokok dapat mengurangi rasa jenuh pada
saat melakukan penyemprotan pestisida.
7. Saat penyemprotan pestisida petani
menyeka keringat dengan menggunakan
lengan baju dan tangan tanpa mencuci
tangan terlebih dahulu.
8. Kaca mata digunakan petani supaya tidak
silau terhadap sinar matahari.
9. Melakukan penyemprotan selama setengah
hari penuh supaya cepat selesai.
10. Pestisida disemprotkan dengan lawan arah
angin supaya pestisida menyebar rata
dengan bantuan angin.
11. Menggunakan pestisida dengan jumlah dan
jenis yang banyak supaya mampu mencegah
rerumputan tumbuh.

2. Motivasi petani

Pernyataan Sangat Setuju Tidak


Setuju (2) Setuju
(3) (1)
1. Saya merasa bekerja
menggunakan APD membuat saya
lebih aman.
2. Belajar memakai APD secara rutin
butuh kesadaran diri sendiri.
3. Saya tetap menggunakan APD
walaupun tidak ada hukuman
tertulis dari pihak berwajib.
4. Perlu Menyediakan tempat APD
dirumah agar APD lebih terawat.
5. Saya kurang nyaman jika bekerja
menggunakan APD.
6. Jika APD yang saya miliki rusak
saya malas membelinya kembali.
80

7. Saya merasa APD tidak begitu


penting untuk dimiliki.
8. Saya bekerja untuk mencari uang.
9. Kesehatan menjadi yang utama
dalam pekerjaan.
10. Keselamatan salah satu bagian
terpenting dalam bekerja.

3. Masa Kerja Petani

Pertanyaan
1. Berapa lama anda bekerja sebagai petani di desa Batur ?
…….. Tahun.
2. Sebelum bekerja sebagai petani di desa Batur, Pernah anda
berkerja ditempat lain?
a. Dimana anda bekerja sebelumnya ? ……………
b. Berapa lama anda bekerja?.... Tahun

4. Peran Serta Teman Kerja Terhadap Kepatuhan APD

Pernyataan Selalu Kadang- Tidak


(3) kadang pernah
(2) (1)
1. Teman kerja saya mengingatkan
saya untuk menggunakan APD.
2. Setelah melakukan penyemprotan
saya disarankan oleh teman saya
untuk mencuci semua peralatan
yang terkena pestisida.
3. Saat istirahat makan siang setelah
melakukan penyemprotan teman
mengingatkan untuk cuci tangan
sebelum makan.
4. Untuk mengetahui kondisi
kesehatan kami, teman saya
mengajak saya untuk periksa
kesehatan 2 bulan sekali.
5. Jika ada APD yang sudah tidak
layak pakai teman saya mengajak
saya untuk membeli bersama.
6. Saat melakukan penyemprotan
petani melakukan percakapan
81

dengan teman supaya suasana


kerja tidak membosankan.
7. Teman berbagi makanan dan
minuman sambil melakukan
penyemprotan pestisida.
8. Merokok bersama saat
penyemprotan membuat suasana
kerja tidak terasa capek.
9. Agar cepat menuju target
penyemprotan teman mengajak
saya melakukan penyemprotan
setengah hari penuh.
10. Jika ingin tumbuhan di ladang aman
dari serangan hama teman
menyarankan saya supaya
mencampurkan 3 jenis pestisida
yang berbeda menjadi 1 campuran.
11. Supaya tidak merasakan gerah
dibadan teman mengajak saya
untuk tidak memakai baju saat
penyemprotan.

5. Ketersediaan APD

Pernyataan Iya Tidak


(2) (1)
1. Dinas Pertanianmenyediakan APD untuk
petani.
2. APD dibagikan pada kelompok tani
sebulan sekali setiap petemuan di kantor
desa.
3. Kelompok tani menyediakan tempat
khusus untuk menyimpan APD.
4. Banyak penjual perlengkapan APD untuk
petani di daerah sekitar ladang pertanian.
5. Dinas pertanian mengganti APD yang
tidak layak untuk dipakai kembali oleh
petani.
82

6. Kepatuhan penggunaan APD

Pernyataan Selalu Kadang- Tidak


(3) kadang pernah
(2) (1)
1. Masker saya gunakan saat
melakukan penyemprotan
pestisida.
2. Saat bekerja diladang
menggunakan baju lengan
panjang.
3. Pada saat pencampuran pestisida
saya memakai sarung tangan.
4. Saya menggunakan celana
panjang saat melakukan
penyemprotan pestisida.
5. Sepatu boot saya pakai ketika
terjun langsung di ladang
pertanian.
6. Saya memakai kaca mata untuk
melindungi mata ketika
menyemprot pestisida.
7. Saya bekerja menggunakan APD
lengkap yaitu dari atas topi,
kacamata, masker, baju lengan
panjang, sarung tangan, celana
panjang, dan sepatu boot.

Anda mungkin juga menyukai