Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembangunan di Indonesia memerlukan peran serta seluruh masyarakat,
baik pada bidang ekonomi, ataupun sosial politik. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari berkembangnya berbagai sektor industri di Indonesia (Depkes RI ,
2003:2), industri yang ada saat ini ditinjau dari modal kerja yang digunakan dapat
dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu industri besar (industri dasar), industri
menengah (aneka industri), dan industri kecil. Industri kecil dengan teknologi sederhana
atau tradisional dengan jumlah modal yang relative terbatas adalah industri yang bergerak
disektor informal. Pekerja pada kelompok ini merupakan kelompok kerja yang tergolong
biasanya belum mendapatkan pelayanan kesehatan kerja yang baik (Depkes RI, 2002:1).
Sektor industri informal timbul akibat meluapnya angkatan kerja tetapi tidak
diimbangi oleh tersedianya lapangan kerja yang cukup. Jumlah angkatan kerja pada bulan
Februari 2010 mencapai 116 juta jiwa. Dan jumlah angkatan kerja yang bekerja 107,41 juta
jiwa. Pada Februari 2010 68,83 % angkatan kerja bekerja di sektor informal. Klasifikasi
pekerja informal adalah mereka yang berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap,
pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian, dan pekerja tak dibayar
(Nakertrans, 2010:1).
Ciri-ciri pekerja informal antara lain pola kegiatan sederhana, modal maupun omzet
kecil, biasanya memperkerjakan pekerja dari keluarga, kenalan, atau masyarakat satu
daerah, serta pada umumnya tidak tersentuh oleh peraturan pemerintah. Sehingga
kesehatan dan keselamatan kerja pada sektor informal belum mendapat perhatian besar
dari pemerintah, pemilik, maupun para pekerja. (Depkes RI, 2003:25).
Dalam Undang-undang nomer 13 tahun 2003 pasal 86 tentang Ketenagakerjaan
disebutkan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas : keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan serta
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Untuk
melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna mewujudkan produktifitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja.
Kesehatan kerja bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja melalui
berbagai upaya peningkatkan kesehatan, pencegahan gangguan kesehatan atau penyakit
yang mungkin dialami oleh tenaga kerja akibat pekerjaan atau tempat kerja. Keselamatan
kerja merupakan ilmu dan penerapannya berkaitan dengan mesin, alat, bahan, dan proses
kerja guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan seluruh asset produksi agar terhindar
dari kecelakaan kerja atau kerugian lainnya (A.M Sugeng, dkk, 2003:8).
Kecelakaan kerja yang terjadi dilingkungan perusahaan merupakan masalah yang
rumit. Suatu kecelakaan bisa memiliki banyak factor yang mempengaruhi. Factor tersebut
bisa berasal dari pekerjaan, lingkungan, maupun dari kebijakan perusahaan. Kecelakaan
tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (Acmadi, 1990). Kecelakaan
kerja sesungguhnya dapat dicegah asal ada kemauan yang kuat untuk mencegah.
(Suma’mur, 1989).
Factor lingkungan fisik yang mempengaruhi resiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja
(PAK) yaitu : Temperatur , Kebisingan (Noise), Pencahayaan (Lighting), kelembaban.
Kelembaban udara adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara (dinyatakan dalam
%). Kelembaban ini dipengaruhi oleh temperatur udaranya. Dimana dengan meningkatkan
tempertur udara maka kelembaban semakin menurun. Suatu keadaan dimana udara
sangat panas dan kelebaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh
secara besar-besaran. Disamping itu akan menyebabkan semakin cepatnya denyut
jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen.
(Zulmiar, 1999)
Jika seseorang terus-menerus beradi didalam ruangan yang memiliki suhu
kelembaban tinggi maka pekerja di tempat tersebut beresiko terkena kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Kelembaban merupakan salah satu resiko yang sering dijumpai di
tempat kerja, termasuk di industri informal Pembuatan Tahu. Sumber kelembaban pada
industri Tahu dihasilkan dari pencucian dan perendaman kedelai serta hampir semua
proses pembuatan tahu menggunakan air sehingga mengakibatkan kondisi lingkungan
tempat kerja menjadi lembab.
Faktor lingkungan fisik ini dapat menyebabkan pekerja beresiko terkena penyakit
akibat kerja dan kecelakaan kerja. Selain itu pekerja pada sektor informal kurang memiliki
pengetahuan tentang penyakit akibat kerja, serta pekerja kurang memperhatikan masalah
kesehatan yang menimbulkan resiko kesehatan di tempat kerjanya.
B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah ingin mengetahui pengaruh kelembaban di tempat kerja terhadap kesehatan
pekerja di industri pembuatan tahu di daerah Cinde Semarang.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh kelembaban di tempat kerja terhadap kesehatan pekerja di
industri pembuatan tahu di Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui lama jam kerja dalam sehari, dan total waktu istirahat.
b. Untuk mengetahui gambaran kelembaban di tempat kerja.
c. Untuk mengetahui tingkat resiko Penyakit Akibat Kerja pada pekerja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1 .Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi lingkungan


pekerjaaan yang bersih, sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaannya
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar industri tempat kerja tersebut.
Kesehatan dan keselamatan kerja juga merupakan salah satu upaya untuk
mencegah setiap perilaku atau kondisi tidak selamat yang mengakibatkan
kecelakaan.

Hal ini tercemin dalam pokok-pokok pikiran dan pertimbangan


dikeluarkannya UU nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu bahwa
tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan
pekerjaan dan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja perlu dijamin pula
keselamatannya. Hak atas jaminan keselamatan ini membutuhkan prasyarat adanya
lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi tenaga kerja dab masyarakat
disekitarnya

2.Faktor-faktor Lingkungan kerja

Factor lingkungan kerja adalah suatu unsur dari lingkungan kerja yang
dapat mengakibatkan sakit, gangguan kesehatan, ketidak nyamanan dan
keselamatan dalam bekerja, sehingga mengakibatkan efisiensi kerja menurun.
Faktor - faktor lingkungan diuraikan menjadi 5 bagian yaitu :

a. Faktor Fisik : bising, radiasi, suhu, kelembaban, tekanan udara,


penerangan, vibrasi, getaran.
b. Faktor kimiawi : debu, uap, gas, larutan, kabut.
c. Faktor Biologi : bakteri, virus, jamur,dll
d. Faktor fisiologi /ergonomi : beban kerja,desain tempat kerja.
e. Faktor psikologi : stress kerja, monotomi kerja, tuntunan pekerjaan.
Penyakit akibat kerja masih sering ditemukan pada pekerja di industry
informal sebab sebagian besar pekerja sektor informal kurang memiliki
pengetahuan tentang sikap kerja dan budaya kerja yang baik, sehingga pekerja
memiliki resiko terkena penyakit akibat kerja serta kecelakaan saat bekerja.

3.Kelembaban

Kelembaban mengacu pada jumlah partikel air (dengan kata lain, uap
air) yang ada di udara. Udara memiliki kapasitas tertentu untuk menahan
partikel-partikel air yang sering bervariasi dengan suhu sekitarnya. Saat cuaca
berawan, musim panas atau hujan, akan ada kelembaban yang tinggi di udara.
Anda juga mungkin merasa berkeringat dan lebih panas daripada biasanya,
sebagai uap air di udara telah mencapai tingkat kejenuhan. Demikian pula, ketika
suhu turun selama musim dingin, udara menjadi kering. Tingkat kelembaban
rendah juga dapat terjadi di tempat-tempat yang sangat panas dimana tidak ada
hujan selama berbulan-bulan.

Pengaruh tingkat kelembaban tinggi :

a) Jika tingkat kelembaban relatif yang tinggi baik karena kondisi


eksternal, seperti suhu udara terbuka atau faktor manusia, udara
akan membawa lebih banyak uap air yang dapat mengakibatkan
kondisi seperti embun pada permukaan yang dingin, menyebabkan
kelembaban di sekitar lingkuan kerja pembuatan tahu.
b) Sebagai kumpulan air yang terbentuk pada proses pembuatan tahu
akan mengakibatkan berkembang-biaknya jamur dan lumut yang
menjadi sumber berbagai masalah kesehatan pekerja.
c) Jamur, bersama dengan tungau dan debu sering menyebabkan
masalah pernapasan seperti asma, alergi dan batuk Mikroorganisme
tersebut juga dapat tumbuh di pakaian dalam kondisi basah.
d) Seperti udara sekitarnya yang kaya dengan uap air, tubuh pekerja
mungkin keringat mengucur deras dan pekerja mungkin mengalami
kegerahan bahkan selama cuaca berawan.
e) Kelembaban juga dapat menyebabkan tekstur tanah dan kondisi
lantai lingkungan kerja pembuatan tahu menjadi licin dan becek.
Pengaruh tingkat kelembaban rendah :

Ketika kelembaban turun di bawah tingkat kenyamanan, anda mungkin akan


mengalami udara kering dan juga mungkin merasakan dingin yang tidak
menyenangkan selama musim dingin. Seperti udara lembab yang sangat tinggi,
udara kering juga dapat menyebabkan masalah kesehatan yang terkait seperti kulit
kering, bibir pecah-pecah dan lain-lain. Ketika Anda bernafas dalam udara dingin
dan sangat kering, anda juga mungkin mengalami kesulitan bernafas atau
mendapatkan sakit tenggorokan selama pagi dan malam hari di saat musim angin.

4. Nilai Ambang Batas (NAB)


Nilai Ambang Batas adalah kadar suatu substansi dalam udara atau
tempat kerja yang merupakan pedoman pengendalian, agar tenaga kerja masih
dapat menghadapinya dengan tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan dan keselamatan kerja dalam pekerjaan sehari – hari untuk waktu
tidak boleh lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam dalam seminggu.
B. Kerangka Teori

Kondisi Lanatai
yang basah akibat
Kelembaban
proses
tempat kerja
pembuatan tahu
secara tradisional

Upaya Pencegahan :
Faktor
lingkungan: Lantai  Menambahkan
yang basah. ventilasi
Kesehatan ruangan
dan  Mengurangi
Faktor personal :
keselamatan luas lantai yang
Penggunaan APD Pekerja basah dengan
membuat
saluran
pembuangan
Faktor Bahan : air.
Bahan  Pemakaian APD
Penggumpal tahu secara lengkap,
aman dan
nyaman.
Tingkat
pengetahuan dan
jam kerja

Anda mungkin juga menyukai