Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Masyarakat
Oleh :
2020
A. Definisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama
dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres
European Perinatal Medicine II di London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut:
1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37
minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
3. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu
atau lebih (294 hari atau lebih)
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua
bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low
birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena morbiditas dan
mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat
kematangan (maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara
ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang atau sama dengan 2500 gram.
Klasifikasi BBLR :
1. Berdasarkan BB lahir :
a. BBLR : BB < 2500gr
b. BBLSR : BB 1000-1500gr
c. BBLASR : BB <1000 gr
2. Berdasarkan umur kehamilan :
a. Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan
( NKB- SMK).
b. Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm,
term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan –
Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK), Neonatus Cukup Bulan-
Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa
Kehamilan ( NLB- KMK ).
B. Tanda – tanda klinis
Menurut Maryunani dkk, (2009) adapun tanda dan gejala yang terdapat pada bayi
dengan bayi berat lahir rendah (BBLR ) adalah :
1. Berat badan < 2500 gram
2. Letak kuping menurun
3. Pembesaran dari satu atau dua ginjal
4. Ukuran kepala kecil
5. Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap kurang)
6. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)
D. Epidemiologi BBLR
Kelahiran bayi dengan bayi berat lahir rendah hingga saat ini masih
merupakanmasalah diseluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian
pada masa bayi baru lahir (WHO, 2007). Paling sedikit 17 juta BBLR lahir setiap
tahunnya. Masalah BBLR merupakan masalah utama di Negara berkembang termasuk
Indonesia. BBLR merupakan penyebab terjadinya peningkatan angka mortalitas
(kematian) dan morbiditas (kesakitan) pada bayi. Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, angka kematian neonatal di Indonesia sebesar
20 per 1000 kelahiran hidup. Dalam 1 tahun, sekitar 89.000 bayi usia 1 bulan meninggal.
Artinya setiap 6 menit ada 1 (satu) neonatus meninggal. Penyebab utama kematian
neonatal adalah BBLR sebanyak 29%. Insidensi BBLR di Rumah Sakit di Indonesia
berkisar 20%. Di pusat rujukan regional Jawa Barat setiap tahunnya antara 20 – 25%
kelahiran BBLR, sedangkan di daerah pedesaan / rural 10,5%. Di daerah rural sebagian
besar BBLR meninggal dalam masa neonatal. Sementara di tingkat kabupaten di Jawa
Barat sebagian besar bayi yang lahir adalah Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR).
Di Propinsi Jawa Timur, BBLR masih menjadi penyebab kematian neonatal
tertinggi pada tahun 2001 sebesar 36,23% dan 2002 sebesar 34,72%. Sedangkan di RSU
Dr. Soetomo pada tahun 2002 dari 232 kasus kematian neonatal sebesar 78,88%
merupakan bayi BBLR dan pada tahun 2003, 62,87% dari 307 kasus kematian neonatal
merupakan BBLR, dengan infeksi sebagai penyebab kematian BBLR tertinggi sebesar
25,68% di tahun 2002 dan 37,31% di tahun 2003 disusul asfiksia, prematuritas, gangguan
napas dan kelainan kongenital. Risiko kematian BBLR sepuluh kali lipat dibanding bayi
normal. Resiko akan semakin bertambah jika bayi semakin kecil dan immatur.
Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0-59 bulan)
dengan BBLR sebesar 10,2%. Persentase BBLR terendah terdapat di provinsi di
Sumatera Utara (7,2%) sedangkan 3 provinsi dengan jumlah BBLR tertinggi adalah
Sulawesi Tengah (16,8%), Papua (15,6%) dan Nusa Tenggara Timur (15,5%).
6. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah
ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya
pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula
darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan
glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan
hipoglikemi karena stress dingin akan direspon bayi dengan melepaskan
noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru
menurun sehingga kadar oksigen darah berkurang. Hal ini menghambat
metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat pada
penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang
tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga dapat
memicu timbulnya hipoglikemi.
7. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan
saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena
pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia
dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga
sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan
karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.
8. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin,
yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra uterine ke kehidupan
ekstra uterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
9. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:
a. Usia sel darah merahnya lebih pendek
b. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
c. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
10. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di
mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk
menggelola air.
11. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
12. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP)
yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.
F. PENCEGAHAN BBLR
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus
cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang
lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang dikandung
dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun).
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan
akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
G. PERAWATAN BBLR
Perawatan yang dilakukan pada bayi BBLR meliputi :
1. Mempertahankan suhu tubuh optimal
2. Mempertahankan oksigenasi
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
4. Mencegah dan mengatasi infeksi
5. Mengatasi hiperbilirubinemia
6. Memenuhi kebutuhan psikologis
7. Melibatkan program imunisasi
DAFTAR PUSTAKA
Arief dan Kristyanasari, Weni. 2009. Neonatus & Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta :
Nuha Medika
Maryunani dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus
(cetakan pertama). Jakarta : KDT
Surasmi , A, dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti,Am.Keb.MKM. 2010. Asuhan Neonates, Bayi dan Anak
Balita. Jakarta : Trans Info Media