Anda di halaman 1dari 10

RESUME EPIDEMIOLOGI BBLR

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Masyarakat

yang diampu oleh dosen :

I Gusti Agung Ayu Novya Dewi, S.ST.,M.Kes

Oleh :

LUH PUTU BELLA OCTAVIA SULISTYAWATI (075)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

PRODI D-III JURUSAN KEBIDANAN

2020
A. Definisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama
dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres
European Perinatal Medicine II di London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut:
1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37
minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
3. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu
atau lebih (294 hari atau lebih)

World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua
bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low
birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena morbiditas dan
mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat
kematangan (maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara
ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang atau sama dengan 2500 gram.
Klasifikasi BBLR :
1. Berdasarkan BB lahir :
a. BBLR : BB < 2500gr
b. BBLSR : BB 1000-1500gr
c. BBLASR : BB <1000 gr
2. Berdasarkan umur kehamilan :
a. Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan
( NKB- SMK).
b. Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm,
term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan –
Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK), Neonatus Cukup Bulan-
Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa
Kehamilan ( NLB- KMK ).
B. Tanda – tanda klinis
Menurut Maryunani dkk, (2009) adapun tanda dan gejala yang terdapat pada bayi
dengan bayi berat lahir rendah (BBLR ) adalah :
1. Berat badan < 2500 gram
2. Letak kuping menurun
3. Pembesaran dari satu atau dua ginjal
4. Ukuran kepala kecil
5. Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap kurang)
6. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)

Tanda – tanda klinis BBLR secara khusus :


1. Tanda-tanda Bayi Prematur
a. BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari
33 cm, lingkar dada kurang 30 cm.
b. Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
c. Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
d. Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Kepala mengarah ke satu sisi.
f. Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering
tampak peristaltik usus.
g. Tulang rawan dan daun telinga imatur.
h. Puting susu belum terbentuk dengan baik.
i. Pergerakan kurang dan lemah.
j. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
k. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
l. Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua
paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.
m. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(pada wanita), dan testis belum turun (pada laki laki).
2. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur
a. Preterm sama dengan bayi premature.
b. Term dan post term :
1) Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
2) Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
3) Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
4) Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
5) Tali pusat kuning kehijauan.
6) Mekonium kering.
7) Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.
C. Determinan ( Faktor Resiko ) Penyakit BBLR
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor ibu
yang lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Penyakit:
1) Toksemia gravidarum
2) Perdarahan antepartum
3) Truma fisik dan psikologis
4) Nefritis akut
5) Diabetes mellitus
6) Anemia
b. Usia Ibu
1) Usia <16 tahun
2) Usia >35 tahun
3) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
c. Keadaan social
1) Golongan social ekonomi rendah
2) Perkawinan yang tidak sah
d. Sebab lain
1) Ibu yang perokok
2) Ibu peminum alkohol
3) Ibu pecandu narkotik
2. Faktor janin
a. Hidramnion
b. Kehamilan ganda
c. Kelainan kromosom
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal dataran tinggi
b. Radiasi
c. Zat-zat racun.

D. Epidemiologi BBLR
Kelahiran bayi dengan bayi berat lahir rendah hingga saat ini masih
merupakanmasalah diseluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian
pada masa bayi baru lahir (WHO, 2007). Paling sedikit 17 juta BBLR lahir setiap
tahunnya. Masalah BBLR merupakan masalah utama di Negara berkembang termasuk
Indonesia. BBLR merupakan penyebab terjadinya peningkatan angka mortalitas
(kematian) dan morbiditas (kesakitan) pada bayi. Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, angka kematian neonatal di Indonesia sebesar
20 per 1000 kelahiran hidup. Dalam 1 tahun, sekitar 89.000 bayi usia 1 bulan meninggal.
Artinya setiap 6 menit ada 1 (satu) neonatus meninggal. Penyebab utama kematian
neonatal adalah BBLR sebanyak 29%. Insidensi BBLR di Rumah Sakit di Indonesia
berkisar 20%. Di pusat rujukan regional Jawa Barat setiap tahunnya antara 20 – 25%
kelahiran BBLR, sedangkan di daerah pedesaan / rural 10,5%. Di daerah rural sebagian
besar BBLR meninggal dalam masa neonatal. Sementara di tingkat kabupaten di Jawa
Barat sebagian besar bayi yang lahir adalah Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR).
Di Propinsi Jawa Timur, BBLR masih menjadi penyebab kematian neonatal
tertinggi pada tahun 2001 sebesar 36,23% dan 2002 sebesar 34,72%. Sedangkan di RSU
Dr. Soetomo pada tahun 2002 dari 232 kasus kematian neonatal sebesar 78,88%
merupakan bayi BBLR dan pada tahun 2003, 62,87% dari 307 kasus kematian neonatal
merupakan BBLR, dengan infeksi sebagai penyebab kematian BBLR tertinggi sebesar
25,68% di tahun 2002 dan 37,31% di tahun 2003 disusul asfiksia, prematuritas, gangguan
napas dan kelainan kongenital. Risiko kematian BBLR sepuluh kali lipat dibanding bayi
normal. Resiko akan semakin bertambah jika bayi semakin kecil dan immatur.
Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0-59 bulan)
dengan BBLR sebesar 10,2%. Persentase BBLR terendah terdapat di provinsi di
Sumatera Utara (7,2%) sedangkan 3 provinsi dengan jumlah BBLR tertinggi adalah
Sulawesi Tengah (16,8%), Papua (15,6%) dan Nusa Tenggara Timur (15,5%).

E. Permasalahan Pada BBLR


BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang
banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil
(Surasmi, dkk., 2003), yaitu :
1. Ketidakstabilan suhu tubuh
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan
segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih
rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi.
Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan
kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-
otot yang belum cukup memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya
lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak
memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas
permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah
kehilangan panas.
2. Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi
yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya
reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.
3. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui
plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan.
Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu
kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup
bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.
4. Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun,
lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut dalam lemak
berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya cadangan
kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC
(Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan
penurunan berat badan bayi.
5. Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan
timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi perdarahan.
Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk belum
sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin
dari jaringan ke hepar berkurang.

6. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah
ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya
pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula
darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan
glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan
hipoglikemi karena stress dingin akan direspon bayi dengan melepaskan
noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru
menurun sehingga kadar oksigen darah berkurang. Hal ini menghambat
metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat pada
penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang
tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga dapat
memicu timbulnya hipoglikemi.
7. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan
saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena
pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia
dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga
sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan
karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.
8. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin,
yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra uterine ke kehidupan
ekstra uterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
9. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:
a. Usia sel darah merahnya lebih pendek
b. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
c. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
10. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di
mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk
menggelola air.
11. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
12. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP)
yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.

F. PENCEGAHAN BBLR
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus
cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang
lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang dikandung
dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun).
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan
akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

G. PERAWATAN BBLR
Perawatan yang dilakukan pada bayi BBLR meliputi :
1. Mempertahankan suhu tubuh optimal
2. Mempertahankan oksigenasi
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
4. Mencegah dan mengatasi infeksi
5. Mengatasi hiperbilirubinemia
6. Memenuhi kebutuhan psikologis
7. Melibatkan program imunisasi

DAFTAR PUSTAKA
Arief dan Kristyanasari, Weni. 2009. Neonatus & Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta :
Nuha Medika
Maryunani dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus
(cetakan pertama). Jakarta : KDT
Surasmi , A, dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti,Am.Keb.MKM. 2010. Asuhan Neonates, Bayi dan Anak
Balita. Jakarta : Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai