2. Patah Ulet
Permukaan patah ulet akan memiliki ciri khas sendiri baik dari makroskopik maupun
tingkat mikroskopis Gambar 8.1 menunjukkan representasi skematik untuk dua-sifat
berdistribusi patah makroskopik. Konfigurasi yang ditunjukkan pada Gambar 8.1 (a) adalah
ditemukan untuk logam sangat lembut, seperti emas murni dan timah pada suhu kamar,
dan logam lainnya, polimer, dan gelas anorganik pada suhu yang tinggi.
3. Patah Getas
Patah getas berlangsung tanpa deformasi cukup, dan oleh retak cepat perambatan.
Arah gerakan retak sangat hampir tegak lurus terhadap arah tegangan tarik yang diterapkan
dan menghasilkan permukaan fraktur yang relatif datar. Permukaan fraktur dari bahan yang
gagal dengan cara rapuh akan memiliki mereka pola khas sendiri. Tanda-tanda deformasi
plastik kotor akan absen. Untuk misalnya, di beberapa potongan baja, serangkaian tanda
berbentuk V '' chevron '' dapat membentuk dekat pusat bagian fraktur lintas yang mengarah
kembali ke retak situs inisiasi. Permukaan patah getas lainnya berisi garis atau pegunungan
yang memancar dari asal retak dalam pola seperti kipas. Kedua pola-pola akan cukup jelas
dilihat dengan mata telanjang. Untuk yang sangat keras dan logam halus, tidak akan ada
dilihat pola fraktur. Patah getas bahan amorf, seperti kacamata keramik, menghasilkan
permukaan yang relatif mengkilap dan halus.
kekuatan fraktur yang diukur untuk bahan yang paling rapuh secara signifikan
diperkirakan lebih rendah dari perhitungan teoritis. Perbedaan ini dijelaskan kekurangan
mikroskopis atau retak yang selalu ada dalam kondisi normal di permukaan dan di dalam
interior dari tubuh material. Kekurangan ini adalah kerugian bagi kekuatan fraktur
karena stres diterapkan dapat diperkuat atau terkonsentrasi di ujung, besarnya
amplifikasi ini bergantung pada orientasi retak dan geometri. Fenomena ditunjukkan pada
Gambar 8.8, profil stres di penampang mengandung retak internal. Seperti yang ditunjukkan
oleh profil ini, Pada posisi jauh besarnya stres lokal ini berkurang dengan jauhnya jarak dari
ujung retak.
Pengukuran Kelelahan :
Struktur presisi (smooth) dan bertakik (notched) :
➢ Kelelahan meliputi pertumbuhan inti dan penyebaran retakan (propagation
of crack).
➢ Karakterisasi dengan umur lelah T-S (Tegangan-Siklus, S-N) atau R-S
(Regangan-Siklus, - N).
➢ Takikan mengkonsentrasikan tegangan dan regangan.
Struktur retak :
➢ Kelelahan meliputi penyebaran retakan.
➢ Karakterisasi dengan laju pertumbuhan retak lelah (fatigue crack growth
rate).
Tujuan memprediksi umur lelah atau siklus pembebanan maksimum untuk menentukan
umur tak terbatas (infinite life) pada suatu bahan kerja.
7. Tes Impak
Besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji. Sedangkan
besarya energi impact dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Eo = W.ho……………………………………………………………………(2.1)
E1 = W.h1……………………………………………………………………(2.2)
∆E = Eo - E1
= W (ho- h1)……………………………………………………….....(2.3)
dari data didapatkan ho = ℓ - ℓcos α
= ℓ (1 - cos α)………………....… (2.4)
h1 = ℓ - ℓcos β
= ℓ (1 - cos β)…………………...…….(2.5)
dengan subtitusi persamaan 2.4 dan 2.5 pada 2.3 di dapatkan :
∆E = W ℓ( cos β - cos α )……………………………………….....…(2.6)
dimana Eo = Energi awal (J)
E1 = Energi akhir (J)
W = Berat bandul (N)
ho = Ketinggian bandul sebelum dilepas (m)
h1 = Ketinggian bandul setelah dilepas (m)
ℓ = panjang lengan bandul (m)
α = sudut awal (o)
β = sudut akhir (o)
Untuk mengetahui kekuatan impact/impact strength (Is) maka energi impact tersebut harus
dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :
Is = ∆E/A
= W ℓ( cos β - cos α )……………………………………………….…(2.7)
Pada suatu konstruksi, keberadaan takik atau nocth memegang peranan yang amat
berpengaruh terhadap kekuatan impact. Adanya takikan pada kerja yang salah seperti
diskotinuitas pada pengelasan, atau korosi lokal bisa bersifat sebagai pemusat tegangan
(stress concentration). Adanya pusat tegangan ini dapat menyebabkan material brittle
(getas), sehingga patah pada beban di bawah yield strength.
Metode pengujian impact dibedakan menjadi 2, yaitu Metode Charpy dan Metode Izod.
2. Flexural (bending)
3. Torsional (twisting)
compressive stress.
level.
sm = ½ (smax + smin )
2. Range of Stress
sr = smax - smin
sa = ½ sr
3. Stress Ratio
R = (smin / smax)
9. Kurva S-N
Sifat fatig material dapat diketahui dari hasil laboratorium test simulasi. Pengujian
fatig biasanya mengikuti ASTM Standard E 466. Proses pengujian nya mesti di design
- Stress level ;
- Time frequency ;
Dalam situasi fatig siklus tinggi, kinerja material umumnya ditandai dengan
kurva S-N, juga dikenal sebagai kurva WOHLER. Ini adalah grafik dari besarnya
tegangan cyclic (S) terhadap skala logaritmik dari siklus kegagalan (N). Kurva S-N
berasal dari tes pada sampel material yang akan dikarakterisasi dimana tegangan
sinusoidal regular diterapkan oleh mesin uji yang juga menghitung jumlah siklus
untuk kegagalan.
menunjukkan loop histeresis jika dikenakan medan listrik yang disiklus. Agar bersifat
piroelektrik, material ini harus mengalami poling. Perlakuan poling atau fatiguing
pada material ini akan mempengaruhi tidak saja sifat feroelektriknya, tetapi juga sifat
dielektriknya, baik pada film yang tebal maupun yang tipis (kurang dari 1 mm). Sifat
dielektrik yang diukur adalah permitivitas dielektrik dan dielectric loss sebagai fungsi
dari frekuensi pada beberapa suhu yang berbeda. Dari hasil pengukuran didapat
kristal. Tetapi, pengaruh fatigue (kelelahan) pada sifat dielektrik material ini hanya
Mekanisme patah lelah terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap awal terjadinya
retakan (crack initiation), tahap penjalaran retakan (crack propagation) serta patah
akhir atau patah statis akibat dari penampang yang tersisa tidak mampu lagi
menerima beban.
Hingga saat ini, mekanisme patah lelah adalah terdiri atas 3 tahap kejadian yaitu :
Karakteristik kelelahan logam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu karakteristik
makro dan karakteristik mikro. Karakteristik makro merupakan ciri-ciri kelelahan yang
dapat diamati secara visual (dengan mata telanjang atau dengan kaca pembesar).
mikroskop.
Perambatan retak yang terjadi bila terdapat lebih dari satu lokasi awal retak,
ratchet marks ini merupakan pertemuan beach marks dari satu lokasi awal retak
dengan beach marks dari lokasi lainnya. Tanda garis-garis pantai (beach marks) yang
merupakan tanda penjalaran retakan, mengarah tegak lurus dengan tegangan tarik
dan setelah menjalar sedemikian hingga penampang yang tersisa tidak mampu lagi
menahan beban yang bekerja, maka akhirnya terjadilah patah akhir atau patah statik.
Luas daerah antara tahap penjalaran retakan dan tahap patah akhir secara kuantitatif
dapat menunjukkan besarnya tegangan yang bekerja. Jika luas daerah tahap
penjalaran retakan lebih besar daripada luas daerah patah akhir, maka tegangan
yang bekerja relatif rendah, demikian sebaliknya. Tahap I terjadinya kelelahan logam
yaitu tahap pembentukan awal retak, lebih mudah terjadi pada logam yang bersifat
lunak dan ulet tetapi akan lebih sukar dalam tahap penjalaran retakannya (tahap II),
artinya logamlogam ulet akan lebih tahan terhadap penjalaran retakan. Demikian
sebaliknya, logam yang keras dan getas, akan lebih tahan terhadap pembentukkan
awal retak tetapi kurang tahan terhadap penjalaran retakan. Tahapan perambatan
lelah dari komponen atau logam, ditentukan dari ke-2 tahap tersebut (total fatigue
dengan penjalaran retakan hingga komponen mengalami patah. Lokasi awal retak
pada komponen atau logam yang mengalami pembebanan dinamis atau siklik
adalah pada titik daerah dimana memiliki kekuatan yang paling minimum dan atau
pada titik daerah dimana mengalami tegangan yang paling maksimum. Oleh karena
itu untuk memperkirakan umur lelah suatu komponen merupakan suatu hal yang
cukup sulit, hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Pembebanan :
2. Kondisi material :
a. Ukuran butir.
b. Kekuatan.
e. Penguatan regangan.
f. Struktur mikro.
h. Ukuran Komponen.
3. Proses pengerjaan.
a. Proses pengecoran.
b. Proses pembentukan.
c. Proses pengelasan.
d. Proses pemesinan.
4. Temperatur operasi.
5. Kondisi lingkungan.
Rumus dapat dituliskan, dimana steady state sebagai fungsi dari tegangan dan temperatur.