Anda di halaman 1dari 13

FATIGUE

2.1 Lelah (fatigue)

Fatik merupakan terjadinya kerusakan material akibat pembebanan yang

terus menerus. Dari pernyataan tersebut didapatkan bahwa apabila pada

sebuah material diberikan tegangan secara terus menerus maka akan

menyebabkan
ateria tersebut menjadi mengalami kerusakan karena teganga m

n dah dari pada tegangan


yang
yang diperlukan supayalebih
mengakibatk ren

anda berat statik. Kerusakan karena


kerusakan
beban menerus atau terus pa

menerus
sebut keruskan lelah (fatigue failures) karena pada
ini normaln di

a aterial tersebut terjadi setelah kurun waktu kerusakan


penggunaan yang lu m

manyan
ra kerja terjadinya kerusakan fatik dapat
lama.
dibagi menjadi tiga k Ca

atagori yakniretak (initiation crack), peroses retak (crack propa


ula-mula

: mruskan akhir (fracture failure). gation) ,

dan ke
1.1 Awal Retak (initiation crack)

2.
Awal keretakan dapat disebabkan oleh Cacat (defect) p

ada susunan.

Menurut asal mula terbuatnya cacat pada struktur dapat

diklasifikasikan langsung dua kumpulan antara lain

a. Kekurangan yang terjadi padasaat waktu fabrikasi,yang

diakibatkan oleh :

1. Kekurangan lateral yang langsung pada spesimen (material

defect).

4
5

2. Kekurangan yang dikarenakan oleh runtutan perlakuaan

material (manufacturing defect). Misalnya tidak runcing

perlengkapan peralatan atau buruknya perlengkapan yang

dipakai untuk pengerjaan bahan, panas yang terlalu berlebih

yang diakibatkan karena pengelasan dan setrusnya.

3. Penentuan bahan bahan yang kliru atau runtutan treatment yang

berupa pemberian panas pada bahan (poor choise of material or

heat treatment). Contoh penentuan bahan yang kurang tepat

misalnya seperti, bahan yang sewajibnya dipergunakan untuk

fatigue namun ingin dipergunakan untuk corrosion cracking

karena penentuan treatment panas yang kurang memahami

komposisi treatment yang tepat. Pemberian suhu seperti

carburizing padat kuat bagian terluar kurang sedikit senantiasa

mengakibatkan berubahan pada permukaan bahan.

4. Rekayasa pembuatan dari bahan yang kliru (poor choise of

production technique).

5. Perancangan bahab yang kliru (poor detail design).

b. Kelainan yang terjadi pada waktu service susunan, antara lain

diakibatkan pada saat :

1. Kelelahan susuanan, terjadi pada saat susunan mencapai usia

kelelahan atau yang biasa di sebut limit kekuatan material.


6

2. Fluktuasi tegangan pada saat permukaan yang sudah pada

kondisi korosi pada saat mengalami tegangan.

2.1.2 Perambatan Retak (crack propagation )

Kegagalan fracture yang disebabkan oleh jumlah total siklus

merupakan penambahan jumlah putaran yang mengakibatkan retakan

permulaan dan fase merambatannya retakan tersebut. Initiation Crack

ini tumbuh menjadi microcracks. Pembuatan atau penggabungan

microcracks
belakangan mengambarkan macrocracks yang akaniniberakhir pada

failure.

2.1.3 Perpatahan akhir (fracture failure)

Runtutan belakangan tidak cukup pada runtutan saat terjadi

pemberatan, sehingga runtutan tersebut menjalani kerusakan disebut

dengan Final fracture. Ketika terjadi melalui retak, pada permukaan

tersebut akan kehilangan sampai pada kondisi disaat permukaan pada

bagian tersebut tidak kuat lagi bertahan dari berat.

Pada langkah ini pernyataan kerusakan terjadi lebih cepat sehingga

runtutan akan di bagi menjadi dua. Pernyataan yang cepat itu di

namakan dengan fast fracture.

Fatik atau kelelahan adalah runtutan perubahan susunan tetap

progressive localized pada keadaan yang mendapatkan fluktuasi

tencion dan compresi dibawah batas ketahanan tarik dan pada bagian

titik atau banyak titik dapat mengujung menjadi rusak (crack) atau
7

putus (fracture) aturan semua setelah fluktuasi pasti (Zulhanif, 2002).

Proses fatik langsung berlaku selama jarak waktu tertentu atau jangka

penggunaan, sejak spesimen atau susunan dipakai disebut dengan

Progressive. Sedangkan Localized yaitu runtutan fatik berkerja pada

luasan posisi yang memdapat tarikan dan tekan yang tinggi

dikarenakan pengaruh berat dari luar, bergati geometri, perbedaan

suhu, tegangan sisa dan ketidak sempurnaan diri. Crack adalah

suatu mula - mula berlakunya kegagalan atau kerusakan fatik

karena terdapat berat menerus. Sedangkan


dimana crack
bagian
menjalar
akhir dari runtutan

fatigue dimana spesimen tidak dapat berthan dari tegangan dan

regangan bekarja sehingga putus langsung berlaku dua bagian atau

lebih banyak disebut dengan Fracture.

Aturan wajar logam yang bergambaran kristalin adalah molekul -

molekul yang diatur secara sistematis. Tidak sedikit susuanan logam

yang bergambar poli kristalin tersebut terdiri dari sebanyak besar

kristal-kristal yang diatur secara sendiri. Bagian - bagian butir kristal

mempunyai watak mekanik yang khusus, tujuan kumpulan serta

kumpulan bagian tujuan, diposisi sebagian butir dapat diorientasikan

sebagai bagian-bagian yang gampang tergelincir atau melorot dalam

tujuan tegangan geser maksimum. tergelincir yang dilakuakan pada

baja - baja liat tersebut adalah dengan peralihan tempat dislokasi

dengan jarak penampang kristalografi. Meluncur yang bekerja

diakibatkan karena barat putaran monotonic.


8

Ketetapan fatik suatu material bergantung pada treatment penambang

atau keadaan penampang dan suhu yang bekerja pada material.

Perlakuan permukaan dapat mengubah keadaan penampang dan

tarikan sisa di penampang. Treatment pernampang shoot peening

mendapatkan hasil tarikan sisa tegangan yang mendapatkan ketetapan

lelah yang naik ( Collins,1981). Sedangkan treatment penampang

yang mendapatkan tegangan sisa tarik mereduksikan ketahanan

fatigue-nya sehinggal mengalami patah. Keadaan ini terjadi akibat

pemusatan tekan atau tarik yang


pada
terbesar.
penampang
Pada terjadi
keadaan penampang

sedang yang diberi tarik maka pada tegangan yang berlawanan arah

akan mengmendapatkan tekan yang sangat besar. tarik tekan akan

mengurangi berlakunya laju menjalarnya retak atau initial crack

sehingga kekuatan lelah naik, dan akan berakibat lain apabila terjadi

tegangan tarik pada penampang material.

Pada awalnya kerusakan material pada fatik diawali dari berlakunya

kerusakan pada penampang barang uji. keadaan tersebutmenandakan

bahwa watak-watak fatik sangat sensitif terhadap keadaan penampang,

yang berpengaruh pada berbagai kadaan antaranya padat kuat

penampang, menjadi watak-watak lain penampang dan Tarik sisa

penampang ( Dieter, 1992).

Pembarian data fatik perancangan memakai kurva S-N yaitu

pembagian tarik (S) jumlah putaran sampai berakibat rusak (N). Grafik

S-N ini terbaik memanfaatkan skala semi log seperti dilihat pada

gambar 2.1
9

Untuk berbagai material teknis yang wajib.

Gambar : 2.1. Grafik S-N

ap banyaknya
Grafik tersebut didapatkan dari pembagian tarikan terhad

elitian. Pada
putaran mencapai berakibat patah pada spesimen pen

Grafik tersebut putaran memakai skala logaritma. Batas ekuatan


k fatik

aran N>107 (
(endurance limit ) logam ditetapkan pada banyaknya put

Dieter, 1992).

Pada sewajarnya rumus Grafik S-N dapat dinamakan oleh persamaan

(dowling,1991)

S = B + C ln (Nf)

Dengan :

B dan C yakni konstanta empiris bahan

Penelitian fatik dikerjakan secara bertahab dengan membumbuhi stress

level akibatnya logam akan menglami keggalan dalam kembali

kebentuk sellanjutnya atau terjadi patah pada putaran tertentu. Untuk

menghasilkan Grafik S-N diperlukan 8-12 material uji (Dieter, 1992).


10

Rusak fatik umumnya diawali dari penampang dimana lentur dan torsi

mengakibatkan langsung dilakukan tarikan-tarikan yang kuat atau di

bagian-bagian yang tidak datar menyebabkan terjadinya pemusatan

tegangan. Oleh karena itu, batas kekuatan (endurance limit) sangat

bergantung pada kualitas hasil penampang (Van Vlack,1983)

penelitian fatik dikerjakan dengan Alat Uji Rotary Bending . Apabila

alat uji diputar dan diberi berat, maka akan bekrja sebuah momen

pada pembebanan pengujian. Momen lentur ini menghasilkan


lentur

terjadinya berat lentur pada penampang spesimen uji dan besarnya

dihitung perhitungkan dengan rumus (international for use of ONO’S,-

Dengan:

σ = Tegangan lentur ( kg/cm2)

W = Berat lentur (kg)

d = Diameter alat uji (cm)

2.2 Penyebab Yang Mengikuti Ketahanan Lelah

Penyebab – penyebab yang mebuat sifat atau cenderung mengubah

keadaan kelelahan atau ketahanan lelah diantaranya adalah bentuk

pemberatan, siklus, suhu lingkungan (korosi), pemusatan tegangan,

temperatur, kelelahan
11

spesimen, pengabungan bahan kimia , tarikan – tarikan sisa, dan tarikan

combinasi. penyebab – penyebab yang cenderung menjadikan ketahanan lelah

pada penetian ini adalah suhu tempat (korosi) dan jenis pemberatan sedangkan

siklus, temperatur, penggabungan kimia dan tarikan sisa adalah sebagai

variabel yang tetap selama penelitian sehingga tidak berpengaruh yang

signifikan pada kekuatan lelah.

2.2.1 Penyebab Suhu Tempat

Penyebab suhu tempat sangat mempengaruhi ketahanan lelah yaitu

pada kelembaban relatif 70 % sampai 80% sebagaimana yang telah

diteliti (Haftirman, 1995) . Lingkungan dengan kelembaban yang tinggi

dapat membentuk pit korosi dan retak pada permukaan spesimen yang

menyebabkan terjadinya kegagalan lebih cepat.

2.2.2 Jenis Pemberatan

ah pada saat
Jenis pemberatan lebih ikut membentuk ketahanan lel

dalam penelitian (Ogawa, 1989) yang menyatakan bah


wa baja S45S

yang menyediakan jenis pemberatan lentur putar dan pem


beratan aksial

memiliki ketahanan lelah yang lebih lain, baja S45S denga


n pemberatan

aksial mempunyai ketahanan lelah sangat rendah dari pada baja yang

mendapat pemberatan lentur putar.

2.2.3 Faktor Siklus

Siklus antara 750 rpm hingga 1500 rpm memiliki ketahanan lelah

yang mendekati sama namun siklus 50 rpm dapat mereduksikan

ketahanan
12

lelah yang jauh lebih banyak dari siklus 750 rpm dan 1500 rpm,

sehingga siklus yang hadir diantara 750 rpm hingga 1500 rpm tidak

mempengaruhi ketahanan lelah secara signifikan (Iwamoto, 1989)

2.2.4 Faktor Temperatur

Temperatur lebih mempengaruhi ketahanan lelah dikarenakan

temperatur dapat menaikkan konduktifitas elektrolit tempat sampai

dapat mempercepat runtutan oksidasi. Untuk persyaratan pengujian

normal pada temperatur, maka dilakukan pengujian pada temperatur

kamar. Pada penelitian di temperatur 40o C menghasilkan kerusakn

yang memanjang pada benda uji dibandingkan pada penelitian di

temperature 20oC yang menghasilkan retakan yang halus, hal ini

dikarenakan temperatur yang tinggi dapat mengakibatkanatom air yang

terbuat menjadi kecil pada penampang baja sehingga dapat

mempercepat terjadinya reaksi oksidasi dan membikin banyaknya pit

korosi jauh lebih banyak, sehingga menghasilkan pit korosi menjadi

cepat menyatu membikin kerusakan yang membujur. Secara normal

ketahanan lelah baja akan reduksi pada saat bertambahnya temperatur

di atas temperatur kamar kecuali baja lunak serta ketahanan lelah akan

bertambah besar apabila temperatur reduksi (Dieter, 1986)

2.2.5 Penyebab tegangan sisa

penyabab tegangan sisa kemungkinan dapat muncul pada saat

pembuatan material yang diturunkan melalui cara pengurangan pahat


13

sehalus mungkin terhadap bahan uji sehingga pengurangan pahat tidak

mengakibatkan tegangan sisa maupun tegangan lentur pada bahan uji.

2.2.6 Penyebab kandungan kimia

Pengaruh penyabab kandungan kimia pada ketahanan lelah di ingikan

sama untuk semua bahan uji dengan di pilih material uji yang dibuat

dalam satu kali runtutan produsi, sehingga didapatkan keadaan

penelitian yang terstandarisasi untuk semua bahan uji.

2.3 Pengujian Kelelahan (Fatigue)

2. .1 Mesin Uji Fatique

Ini adalah sketsa mesin uji fatik rotary bending

Gambar : 2.2 sketsa alat uji fatique rotary bending ( Sastrawan, 2010)

Komponen alat uji fatique :

1. Poros

Menurut ( Sularso dan suga, 2002) Poros merupakan salah satu

bagian mesin yang berguna sangat penting dalam penyusunan suatu


14

mesin. Kebanyakan motor listrik yang mereduksikan daya putar ke

bagian mesin lain harus melewati suatu poros. sehingga poros

memiliki manfaat untuk melanjutkan tenaga baik puntiran, torsi

atau bending dari suatu part ke part yang lainnya. Berdasarkan

klasifikasinya poros dibagi menjadi :

a. Poros transmisi

Poros ini bukan hanya sebagai support dari bagian mesin yang

diputar, namun juga mendapat berat dan melanjutkan momen

atau torsi. Berat yang didapat berupa berat puntir murni ataupun

campuran berat puntir bending. Misalnya poros opling,


k poros

roda gigi dan seterusnya.

b. Poros spindel

Poros tipe ini yakni poros yang tidak pasti pendek, dan hanya

mendapat puntir murni, walau seharusnya terdapat berat lentur,

tetapi tidak pasti kecil dibandingkan berat puntirnya. Syarat

yang harus diisi seluruhnya poros ini yaknian wujudnya

perubah
harus kecil dan bentuk serta dimensinya harus detail.

c. Gandar

Poros tipe ini merupakan poros yang tidak mendapat berat

puntir. Dalam poros ini ada yang di gunakan aturan tetap pada

membatunya, dan ada juga yang ikut berputar bersama-sama


15

dengan bagian mesin yang terpasang padanya. Dalam hal ini

poros hanya mendapat berat lentur.

2. Motor listrik

Motor listrik merupakan bagian perangkat elektromagnetis yang

merubah energi listrik menjadi energi gerak. Perubahan ini terjadi

dengan perubahan enegy listrik menjadi magnet yang disebut

dengan elektromagnit. Diketahui bahwa, kutub-kutub dari

senama akan tolak menolak dan kutub-kutub


magnetyang
yang
tidak sama akan

saling tarik menarik. Maka dari itu dapat diperoleh gerakan apabila

dapat diperoleh sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat

berputar, dan magnet yang lain pada suatu posisi yang etap.
t Dengan

cara inilah daya listrik dapat berubah menjadi energi gerak.


16

2.4 Standar Spesimen Uji ASTM E - 466

Gambar : 2.3 Standar ASTM E - 466

ASTM E - 466 menjelaskan uji lentur puntir logam seperti baja atau

logam paduan. Tes ini menentukan sifat mekanik yang penting seperti

kekuatan yield, kekuatan tarik utama, perpanjangan, dan pengurangan

daerah. Tes tarik E8 menentukan daktilitas dan kekuatan dari berbagai

logam ketika bahan menjalani tegangan tarik uniaksial. Informasi

tersebut penting untuk pengembangan paduan, desain, kontrol kualitas,

dan perbandingan set yang berbeda dari logam.

Anda mungkin juga menyukai