Jawaban
1. Struktur Kristalin dan Non-Kristalin Pada Suatu Material
Struktur kristalin dapat terbentuk akibat adanya pemadatan susunan atom dari bentuk cair
menjadi padatan, dimana atom-atom akan membentuk suatu rangkaian yang teratur saat
proses pendinginan. Tapi saat proses pemadatan tidak selalu menjadi susunan kristalin,
namun bisa menjadi susunan non-kristalin ketika proses pemadatan (pendinginan) yang
terlalu cepat. Pada suatu material tentu tidak akan selalu memiliki struktur kristalin saja
namun juga bisa menjadi susunan non-kristalin. Hal ini terjadi akibat setiap susunan atom
suatu material tiap bagian tidak sama, sehingga proses pemadatan tiap bagian juga
berbeda-beda. Selain itu pembentukan susunan kirtalin dan non-kristalin ini juga
tergantung pada tingkat kesulitas atom-atom dalam kondisi cair yang acak, untuk
menyusun diri menjadi teratur dalam keadaan padat pada tiap bagian nya. Hal ini dapat
membuat suatu material dapat tersusun dari material kristalin dan juga non-kristalin.
2. Kurva Stress-Strain
Pada metode Brinell Palu Poldy membutuhkan benda uji standar yang nantinya akan
dijadikan referensi atau pembanding harga kekerasan pada benda yang di uji. Yang
nantinya akan ditentukan apakah benda yang di uji sudah sesuai dengan standar benda uji
standarnya.
6. Uji Impact
Uji Impact perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah energi yang dapat ditahan oleh
suatu material ketika suatu beban diterapkan secara tiba-tiba pada material tersebut atau
juga bisa disebut Ambang gaya (threshold of force) per satuan luas sebelum material
mengalami patah. Dengan melakukan uji Impact ini, akan diketahui jumlah energy
maksimal yang mampu ditahan oleh material. Dengan uji ini akan mengetahui seberapa
kekuatan impact pada suatu material.
7. Jenis-jenis perpatahan impact
Perpatahan berserat (fibrous fracture).
Melibatkan mekanisme pergeseran bidang-bidang kristal di dalam bahan
(logam) yang ulet (ductile)
Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang berbentuk dimple yang
menyerap cahaya dan berpenampilan buram, pasangan potongan tidak bisa
dipasang lagi
Perpatahan granular/kristalin.
Dihasilkan oleh mekanisme pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari
bahan (logam) yang rapuh (brittle)
Ditandai dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan
daya pantul cahaya yang tinggi (mengkilat), potongan dapat dipasang lagi.
Perpatahan campuran (berserat dan granular).
Merupakan kombinasi dua jenis perpatahan di atas.
8. Fase Patah Lelah
1) Permulaan retak (Initiation)
Mekanisme dari permulaan retak umumnya dimulai dari crack initiation yang
terjadi di permukaan material yang lemah atau daerah dimana terjadi konsentrasi
tegangan di permukaan (seperti goresan, notch, lubang-pits dll) akibat adanya
pembebanan berulang. Faktor yang paling signifikan tentang tahap inisiasi patah
lelah adalah bahwa perubahan ireversibel pada logam disebabkan oleh
pembebanan berulang. Tempat inisiasi dari patah lelah sangat kecil, tidak pernah
lebih dari dua sampai lima butir di sekitar titik asal.
2) Penyebaran retak (Propagation)
Pada tahap penyebaran retak, retakan mikro berubah arah dan tumbuh tegak lurus
terhadap tegangan Tarik. Pada tahap ini, area yang mengalami fraktur fatique
biasanya mudah diidentifikasi. Perambatan atau perpaduan microcracks ini
kemudian membentuk macrocracks yang akan berujung pada failure.
3) Perpatahan akhir (Final Rupture)
Ketika perambatan retak lelah berlanjut, secara bertahap mengurangi luas
penampang dari bagian atau benda uji, akhirnya melemahkan bagian tersebut
sedemikian rupa sehingga patah akhir yang lengkap dapat terjadi hanya dengan
satu aplikasi beban lagi. Perpatahan terjadi ketika material telah mengalami siklus
tegangan dan regangan yang menghasilkan kerusakan yang permanen.
9. Thermal Shock
Kejutan termal adalah fenomena yang ditandai dengan perubahan suhu yang cepat yang
mengakibatkan beban mekanis sementara pada suatu benda. Beban tersebut disebabkan
oleh perbedaan pemuaian berbagai bagian benda akibat perubahan suhu. Ekspansi
diferensial ini dapat dipahami dalam bentuk regangan, bukan tegangan. Regangan yang
melebihi kekuatan tarik material dapat menyebabkan terbentuknya retakan dan akhirnya
menyebabkan kegagalan struktur.
10. Sifat Material dari Uji Material
1) Tensile Test
Kekuatan (Strength)
Kekenyalan (Elasticity)
Kekakuan (stiffness)
Plastisitas (plasticity / ductility)
Ketangguhan (toughness)
2) Hardness Test
Kekuatan (strength).
Daya tahan (wear resistance)
Fleksibilitas
3) Impact Test
Kekuatan (Strength).
Ketangguhan.
Keuletan.
4) Fatique Test
Kekuatan (Strength)
Kelelahan (Fatique)
Ketahanan (Endurance Limit)