Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HEPATOMA

MAKALAH

(diajukan guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak (KPA 1525))
dengan dosen pembimbing Ns. Ners Ira Rahmawati, M.Kep. Sp.Kep.An

Oleh :
Kelompok 15/ Kelas C 2018

Tyas Dyah Tristianan NIM 182310101121


Alfian Sindhu Andara NIM 182310101122
Nabila Novia Mahdi NIM 182310101146
Miratul ‘Uzaimah A. NIM 182310101147

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2020
KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HEPATOMA

MAKALAH

Oleh :
Kelompok 15/Kelas C 2018

Tyas Dyah Tristianan NIM 182310101121


Alfian Sindhu Andara NIM 182310101122
Nabila Novia Mahdi NIM 182310101146
Miratul ‘Uzaimah A. NIM 182310101147

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Anak. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Ners Ira Rahmawati, M.Kep. Sp.Kep.An selaku dosen yang telah
membimbing dalam penyelesaian makalah ini;
2. Teman-teman kelas C angkatan 2018 yang telah membantu dan
mendukung dalam penyelesaian makalah ini;
Kelompok menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan
saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Jember, 2 Oktober 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB 2. KONSEP TEORI ............................................................................................. 3
2.1 Definisi ................................................................................................. 3
2.2 Faktor Penyebab dan Resiko .............................................................. 3
2.3 Tanda dan Gejala ................................................................................ 4
2.4 Patofisiologi .......................................................................................... 4
2.5 Penatalaksanaan .................................................................................. 5
2.5 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 7
2.6 Pengobatan Farmakologi dan Non farmakologi ................................ 7
2.7 Pathway ................................................................................................ 8
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................... 9
3.1 Pengkajian ........................................................................................... 9
3.2 Analisi Data........................................................................................ 12
3.3 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 13
3.4 Intervensi Keperawatan .................................................................... 14
3.5 Implementasi Keperawatan .............................................................. 16
3.6 Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 18
BAB 5. PENUTUP ............................................................ Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan .............................................. Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ........................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................ Error! Bookmark not defined.

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hepatoma merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit
hati dan meliputi 5,6% dari seluruh kasus keganasan pada manusia
(Budihusodo, 2006). Hepatoma menempati urutan ketiga motabilitas akibat
keganasan di seluruh dunia. Sekitar 80% kasus keganasan hati berada di
negara berkembang yang diketahui sebagai wilayah dengan prevelensi
hepatitis viral yang tinggi, termasuk Indonesia. Kekerapan hepatoma
meningkat seiring dengan mortabilitasnya karena terdiagnosa pada keadaan
yang sudah lanjut.
Ada beberapa faktor berperan yang sebagai penyebab karsinoma
hepatoseluler atau hepatoma yaitu antara lain meliputi Alflatoksin, Infeksi
virus hepatitis B, Infeksi virus hepatitis C, Sirosis Hati dan Alkohol.
Sedangkan faktor resiko lain yang berperan menimbulkan HCC adalah
penyakit hati autoimun, penyakit hati metabolik, zat -zat senyawa kimia.
Hepatitis virus kronik merupakan faktor risiko timbulnya tumor hepatoma.
Virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C . Bayi dan anak kecil yang
terinfeksi virus ini lebih cenderung menderita hepatitis virus kronik daripada
dewasa yang terinfeksi virus ini pertama kalinya. Virus hepatitis B atau C
merupakan penyebab 88 % pasien terinfeksi hepatoma.
Jika anak memiliki suatu faktor resiko,bukan berarti anak akan terkena
hepatoma. Banyak kasus pada anak walaupun dengan faktor resiko tidak
memperlihatkan gejala hepatoma, sedangkan beberapa anak yang terkena
hepatoma tidak memperlihatkan faktor resiko yang cukup jelas. Penyebab
hepatoma pada anak belum diketahui dengan jelas, namun terdapat faktor
yang berhubungan dengan kemungkinan perkembangan hepatoma pada anak-
anak, yaitu kondisi genetik mencangkup alagille syndrome, glycogen storage
disease, tyrosinaemia, dan progressive familial intrahepatic disease.
Selanjutnya infeksi virus, anak-anak yang terinfeksi virus hepatitis B (HBV)
dari ibunya ketika dalam kandungan mempunyai kemungkinan terkena
hepatoma lebih tinggi. Faktor lain yaitu surosis biller yang artinya suatu

1
kondisi kronis penyakit hati, sehingga dapat meningkatkan kemungkinan anak
terkena hepatoma.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa define dari hepatoma?
2. Apa saja faktor penyebab dan resiko dari hepatoma?
3. Apa saja tanda dan gejala fari hepatoma?
4. Bagaimana patofisiologi fari hepatoma?
5. Apa saja pemeriksaan fisik dari hepatoma?
6. Bagaimana pengobatan farmakologi dan non farmakologi dari hepatoma?
7. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan
hepatoma?
8. Bagaimana evidence based practice terkait intervensi pada kasus
hepatoma?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui
konsep teori dan asuhan keperawatan pada anak dengan hepatoma.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan definisi dari hepatoma
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dan risiko dari hepatoma
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari hepatoma
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan patofisologi dari hepatoma
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari hepatoma
6. Untuk mengetahui pengobatan farmakologi dan non farmakologi dari
hepatoma
7. Untuk memahami asuhan keperawatan yang diberikan pada anak
dengan hepatoma
8. Untuk memahami evidence based practice terkait intervensi pada kasus
hepatoma

2
BAB 2. KONSEP TEORI

2.1 Definisi
Hepatoma disebut juga karsinoma hepatoseluler atau kanker hati.
Hepatoma merupakan pertumbuhan sel hati yang tidak normal di tandai
dengan bertambahnya jumlah sel dlaam hati yang memiliki kemampuan
membela/mitosis disertai dengan perubahan sel hati yang ganas (Cicale, L,
2016). Hepatoma adalah kanker yang bersal dari hetosir (karsitoma
hepatoseluler) atau dari duktus empedu (kolangio karsinoma) (Corwin, 2009).
Hepatoma atau kanker hati sering disebut “penyakit terselubung” karena
psien seringkali tidak mengalami gejala sampai stadium akhir, sehingga jarang
di temukan saat masih dini. Pada pertumbuhan kanker biasanya pasien
mengalami gejal seperti sakit pada perut sebelah kanan atau meluas kebagian
belakang dan bahu (Budihussodo,2006).
2.2 Faktor Penyebab dan Resiko
Terdapat banyak penyebab hepatoma dan beberapa masih daam tahap
penelitian, namun faktor yang memberikan resiko tinggi yaitu:
1. Virus hepatitis B: 55% dari kasus hepatoma di dunia disebabkan oleh virus
hepatitis B. Peluang orang yang terjangkit virus hepatitis kronis menderita
hipatoma yaitu 100 kali lebih tinggi dari pada orang yang tidak terjangkit
virus hepatitis.
2. Virus Hepatitis C: Resiko hepatoma pada pasien HCV sekitar 5 % dan
muncul 30 tahun setelah infeksi. Penggunaan alkohol oleh pasien dengan
HCV kronis lebih beresiko terkena hepatoma dari pada infeksi HCV saja.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan antivirus pada infeksi
HCV kronis dapat mengurangi resiko terkena hepatoma secara signifikan.
3. Sirosis hati: merupakan faktor resiko utama penyebab hematoma di dunia.
Studi membuktikanbahwa virus yang lebih aktif akan mempercepat laju
kerusakan sel-sel hati yang mengakibatkan pasien lebih cepat mengalami
sirosis hati.
4. Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan: mengkonsumsi
minuman beralkohol secara berlebihan menyebabkan pengerasan hati dan
kemudian akan berkembang menjadi hepatoma.

3
5. Penyakit Hati Berlemak Non-Pecandu Alkohol (NAFLD) dan
Hepatosteatosis Non-Pecandu Alkohol (NASH)
6. Konsumsi makanan beracun
7. Paparan terhadap lingkungan hidup dan polutan tertentu dalam jangka
waktu yang lama, seperti menghirup PVC yang ada pada pabrik-pabrik
plastik
8. Kolangitis atau kista koledokus bawaan bisa menyebabkan kanker saluran
empedu
Faktor resiko lain dalam perkembangan hepatoma yaitu diabetes, obesitas,
kontaminasi aflatoxin pada makanan. Selain itu faktor keturunan juga
memnjadi faktor resiko seperti hemochromatosis dan beberapa metabolic
disorder (Scutte, K, 2009).
2.3 Tanda dan Gejala
Gejala kanker hati saat afse awal biasanya tidak disadari. Namun gejala akan
muncul saat kanker telah berkembang, terdapat beberapa gejala hipatomi yaitu
(Muhlisin, 2019):
1. Nyeri di bagian perut kanan atas
2. Adanya benjolan pada perut atas
3. Perasaan berat pada bagian perut atas
4. Perut terasa kembung
5. Berat badan menurun
6. Hilang nafsu makan
7. Kelelahan
8. Mual dan muntah
9. Kulit dan mata kuning, kulit terasa gatal. Yang disebabkan karena saluran
empedu terhalang oleh tumor dan menyebabkan pigmen empedu
menumpuk di dalam darah sehingga menyebabkan sakit kuning.
10. Pucat, demam, urin gelap dan tinja berwarna abu-abu terang
2.4 Patofisiologi
Hepatokarsinogenesis dikenal sebagai proses tahapan yang sangat rumit
dan hampir setiap jalur yang terlibat dalam proses karsinogenesis akan
mempengaruhi derajat pada karsinoma hepatoseluler atau hepatoma. Oleh

4
karena itu, tidak ada mekanisme molekuler tunggal yang dominan atau 9
patognomonik pada karsinoma hepatoseluler.
Hepatokarsinogenesis dianggap suatu proses yang berasal dari sel-sel
induk hati (namun, peran sel induk hati sebagai sel yang berkembang menjadi
karsinoma hepatoseluler masih dalam perdebatan) atau berasal dari sel
hepatosit yang matang dan merupakan perkembangan dari penyakit hati kronis
yang didorong oleh stres oksidatif, inflamasi kronis dan kematian sel yang
kemudian diikuti oleh proliferasi terbatas / dibatasi oleh regenerasi, dan
kemudian remodeling hati permanen. Mekanisme hepatokarsinogenesis tidak
sepenuhnya dipahami . Namun , seperti kebanyakan tumor solid lainnya,
pengembangan dan perkembangan kanker hati yang diyakini disebabkan oleh
akumulasi perubahan genetik yang mengakibatkan perubahan ekspresi pada
gen yang terkait kanker , seperti onkogen atau gen supresor tumor , serta gen
lainnya yang terlibat dalam jalur regulasi.
Karsinoma hepatoseluler merupakan salah satu tumor dengan faktor
etiologi yang paling dikenal. Karsinoma hepatoseluler umumnya merupakan
perkembangan dari hepatitis kronis atau sirosis di mana ada mekanisme
peradangan terus menerus dan regenerasi dari sel hepatosit. Cedera hati kronis
yang disebabkan oleh HBV, HCV, konsumsi alkohol yang kronis,
steatohepatitis alkohol, hemokromatosis genetik, sirosis bilaris primer dan
adanya defisiensi α-1 antitrypsin menyebabkan kerusakan hepatosit permanen
yang diikuti dengan kompensasi besar-besaran oleh sel proliferasi dan
regenerasi dalam menanggapi stimulasi sitokin. Akhirnya,fibrosis dan sirosis
berkembang dalam pengaturan remodelling hati secara permanen, terutama
didorong oleh sintesis komponen matriks ekstraseluler dari sel-sel stellata hati
2.5 Penatalaksanaan
1. Pengangkatan dengan pembedahan
Tindakan pengobatan ini untuk mengangkat tumor dan jaringan yang
terdampak disekitarnya. Pengangkatan kanker dengan teknik pembedahan
radikal cocok untuk 20% pasien penderita hepatoma yang tumornya hanya
memengaruhi salah satu dari lobus hati dan fungsi hatinya masih normal.
2. Kemoembolisasi Trans-Arteri (TACE)

5
Tindakan pengobatan ini dilakukan untuk memblokir pembuluh darah
guna menghentikan asupan nutrisi kepada tumor. Tindakan ini dapat
menghentikan pertumbuhan tumor kanker dan mengurangi ukuran
besarnya. Hal ini bisa dicapai dengan menyuntikkan obat ke dalam
pembuluh darah tertentu yang menyediakan asupan nutrisi untuk kanker
melalui aorta. Tindakan ini bertujuan untuk memblokir arteri yang
memberi nutrisi pada hepatoma tanpa memengaruhi jaringan hati yang
lain.
3. Ablasi frekuensi radio
Tindakan pengobatan ini dilakukan dengan menggunakan teknik
pengobatan termal lokal, yaitu menggunakan suhu 60ºC untuk
menghancurkan jaringan kanker. Ultrasonografi dilakukan secara
bersamaan untuk memandu elektroda dan memantau tingkat ablasi tumor.
Pengobatan ini cocok untuk pasien yang terinfeksi kanker hati primer dan
kanker hati metastatik.
4. Transplantasi hati
Tindakan ini dilakukan bagi pasien yang tidak dapat menjalani tindakan
operasi bedah untuk mengangkat hati. Khusus bagi pasien yang hatinya
telah memburuk, dan pasien telah menjalani pengobatan kemoembolisasi
transarterial dan injeksi alkohol, dengan ketentuan sel kanker tidak lebih
dari 5 cm. karena jika ukuran kanker sudah besar kemungkinan sudah
menyebar ke anggota tubuh lain, jika transplantasi hati dilakukan maka sel
kanker akan memperbanyak diri dengan cepat ke orgab hati yang baru.
5. Radioterapi tubuh ablative stereotaktik (SABR)
Kemajuan teknologi dalam bidang Radioterapi tubuh ablative stereotaktik
(SABR) melalui penggunaan registrasi citra multi-modalitas, perencanaan
pengobatan radiasi, manajemen gerak pernapasa, dan terapi radiasi
dipandu citra telah meningkatkan akurasi pengobatan secara signifikan dan
memungkinkan penyampaian dosis ablatif radiasi secara aman ke
hepatoma yang tidak bisa dioperasi secara lokal.

6
2.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Tes darah untuk alfa-fetoprotein
Nilai angak alfa-fetoprotein akan meningkatmenjadi sangat tinggi jika sel-
sek kanker hati terus berkembang. alfa-fetoprotein merupakan indeks
kanker dan membantu diagnosis kanker hati pada stadium awal.
b. USG abdomen
USG ini dapat digunakan untuk memindai struktur hati untuk
mengkonfirmasi ukuran dan lokasi kanker. Tes ini hanya memakan waktu
beberapa menit dan untuk melakukan USG ini pasien dianjurkan puasa
selama 4 jam sebelum melakukan tes.
c. Pemindaian dengan komputer
Sinar X digunakan untuk memindai hati dari beberapa sudut yang berbeda
untuk mendapatkan citra hati secara terperinci, yang dapat menampilkan
lokasi kanker dan lokasi secara tepat.
d. Angiogram
Tes ini dapat memastikan lokasi kanker dan pembuluh darah yang
memberi nutrisi pada sel kanker.
e. Pencitraan resonasi magnetik
Medan magnet menggantikan sinar X untuk membuat kontruksi citra
penampang tubuh, yang dapat digunakan unutk mengamati lokais kanker
hati.
f. Biopsi
Dengan memasukkan jarum kecil untuk mengambil jaringan tumor
melalui kulit di perut bagian kanan. Cara ini bertujuan untuk mengetahui
apakah tumor bersifat jinak atau ganas.
2.6 Pengobatan Farmakologi dan Non farmakologi
a. Pengobatan farmakologi
Melakukan terapi target yaitu dengan pemberian obat dalam bentuk tablet.
Obat yang biasanya digunakan yaitu sorafenib dan regorafenib. Keduaobat
ini bekerja dengan mencegah terbentuknya pembuluh darah baru dan
menghambat sejumlah protein yang dibutuhkan sel kanker untuk tubuh.
b. Non farmakologi

7
1. Mengatur pola makan yaitu dengan meningkatkan nafsu makan dan
mendorong pasien untuk memakan makanan bergizi.
2. Melakukan olahraga yang tepat, namun hindari olahraga yang
berlebihan.
3. Menghindari tempat-tempat yang ramai untuk mencegah infeksi
penyakit.
2.7 Pathway

Virus hepatitis B & C,


hepatokarsinogenik

Sirosis hati menahun

Hepatoma

Anoreksia Type massif (tumor besar) di Type nodule (Tumor multiple


salah satu lobus kecil-kecil ukuran tidak sama)

Gangguan nutrisi kurang Perbesaran hati


dari kebutuhan Kerusakan sel hepar
Bendungan vena porta
Nyeri Penekanan hepar
Penurunan metabolisme
bilirubin
Bendungan vena porta

Hiperbilirubin
Penyumbatan vena porta

Hepertensi portal Peningkatan garam Peningkatan pigmen


empedu empedu

Asites
Gatal Ikterik

Kelebihan volume
cairan Resiko kerusakan Ikterus
integritas kulit

8
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:

Pada oktober 2011 Seorang anak laki-laki, usia 11 tahun, rujukan dari
rumah sakit daerah. Tiga bulan sebelum masuk RS Sanglah Denpasar, pasien
mengeluh mengalami nyeri perut di perut kanan atas kemudian menyebar di
seluruh perut dan nyeri bertambah hebat pada tiga hari sebelum masuk rumah
sakit saat di kaji pasien mengatakan skala nyeri 8. Tiga tahun yang lalu, pasien
mengeluh mengalami perut membesar dan mengeras pada daerah perut kanan
atas. Keluarga pasien mengatakan pasien sering mual, napsu makan menurun dan
badan bertambah lemah sejak tiga bulan sebelum masuk rumah sakit dan
mengalami penurunan berat badan 2 kg. Pasien terlihat kuning terutama pada
mata sejak satu tahun sebelum masuk rumah sakit. Buang air besar dan kecil
frekuensinya normal, namun warna bertambah gelap. Tidak didapatkan riwayat
sesak maupun trauma. pasien juga mengatakan dia kesulitan tidur karena
merasakan nyeri perut hebat yang biasanya bisa tidur 8-9 jam per hari ini menjadi
4-5 jam setiap harinya.

3.1 Pengkajian
I. Identitas pasien
Nama : An. K
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat : Denpasar
No. RM :-
Tanggal MRS : 1 Oktober 2020
Tanggal pengkajian : 2 Oktober 2020
Sumber informasi : Pasien dan orang tua
II. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama

9
Klien mengeluhkan nyeri yang hebat pada perut bagian kanan atas.
Keluarga mengatakan nafsu makan pasien menurun dan sering mual,
muntah. Klien mengatakan tidak dapat tidur nyeyak karena rasa nyeri.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Nyeri perut di bagian kanan atas kemudian menyebar diseluruh perut
dan nyeri bertambah hebat tiga hari sebelum masuk rumah sakit saat di
kaji pasien mengatakan skala nyeri 8 , pasien selalu memegang perut
dan menangis kesakitan. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah
,nafsu makan menurun , dan badan bertambah lemah sejak tiga bulan
sebelum masuk rumah sakit, serta mengalami penurunan berat badan
2kg dalam sebulan terakhir. Pasien terlihat kuning terutama pada mata,
pasien juga mengatakan dia kesulitan tidur karena merasakan nyeri
perut hebat yang biasanya bisa tidur 8-9 jam per hari ini menjadi 4-5
jam setiap harinya.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah terinfeksi penyakit heoatitis B kurang lebih 3 tahun yang
lalu.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan tidak memiliki penyakit yang serius.
e) Riwayat imunisasi
Imunisasi dasar pasien lengkap sesuai aturan pemerintah.
III. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Badan tampak lemas
2) Tanda-tanda vital : Nadi: 85x/menit, TD: 100/60 mmHg, RR:
21x/menit, Suhu: 36 ºC
3) Kesadaran : Composmentis
4) Kepala : Kulit kepala bersih, bentuk kepala normal,
persebaran rambut merata dan tidak ada nyeri tekan.
5) Mata : Mata tampak kuning, sclera ikterik
6) Telinga : Bentuk simetris, tampak bersih dan tidak
ada nyeri tekan

10
7) Hidung : Bentuk simetris, tampak bersih, tidak
terlihat pernapasan cuping hidung
8) Mulut dan gigi : Mulut bersih, dan mukosa bibir sedikit
kering
9) Leher : Tampak bersih dan tidak ada lesi atau
benjolan
10) Dada : Bentuk dada simetris dan tidak ada nyeri
tekan
11) Abdomen : Abdomen terlihat distensi, bising usus
normal, terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian kanan atas
12) Ekstremitas : Bentuk simetris, tidak ada edema, tidak
terdapat sianosis
IV. Pemeriksaan diagnostic
a. Laboratorium
Bilirubin total 1,421 mg/dL
Bilirubin indirek 0,782 mg/dL
Bilirubin direk 0,639 mg/dL
Alkali fosfatase 302,8 u/l
SGOT 352 u/l
SGPT 141 u/l
Gamma GT 463 u/l
Protein total 8,035 g/dL
Albumin 4,009 g/ dL
Kolesterol 610,7 mg/dL
Trigliserida 246,2 mg/ dL.

11
3.2 Analisi Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Proses penyakit Nyeri kronis
- Pasien mengatakan
nyeri perut dibagian Jaringan
kanan atas tambahan pada
hepar
DO:
P: Hepatoma
Nyeri
Q: Nyeri seperti tertekan
R: Nyeri di perut bagian
kanan atas
S: Skala nyeri 8
T: Saat munculnya kontraksi
- Pasien tampak
menangis dan merintih
kesakitan

2. DS: Nyeri pada Ketidakseimbangan


- Keluarga pasien abdomen nutrisi kurang dari
mengatakan pasien kebutuhan tubuh
sering mual dan Mual dan
muntah, nafsu makan muntah
menurun
- Keluarga pasien Nafsu makan
mengatakan pasien menurun
tampak lemah dan
berat badan turun 2 kg Asupan nutrisi
DO: kurang
- Mengalami penurunan
berat badan 2 kg
- Pasien nampak lemas
3. DS: Proses penyakit Gangguan pola

12
- Pasien mengatakan tidur
kesulitan tidyr karena Nyeri
nyeri yang dirasakan
DO: Waktu dan
- Penurunan jam tidur kualitas tidur
dari 8-9 jam menjadi terganggu
4-5 jam
- Keadaan pasien
nampak lemah

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri kronis b.d proses penyakit d.d nyeri skala 8 pada bagian perut
sebelah kanan atas
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nyeri d.d penurunan
nafsu makan dan mual muntah
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri d.d penurunan waktu tidur

13
3.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
1. Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui lokasi,
proses penyakit d.d tindakan keperawatan komperhensif yang meliputi lokasi , karakteristik, kualitas dan intensitas
nyeri skala 8 pada selama 2x24 jam karakteristik,onset/durasi, frekuensi, nyeri
bagian perut nyeri dapat berkurang kualitas, intensitas atau beratnya nyeri 2. Agar pasien paham dan mengerti
sebelah kanan atas dengan kriteria hasil: dan faktor pencetus mengenai nyeri yang dirasakan
1. Nyeri yang 2. Berikan informasi mengenai nyeri, 3. Untuk mengurangi rasa nyeri
dilaporkan dari skala seperti penyebab nyeri , berapa lama
1 (berat ) di nyeri akan dirasakan, antisipasi dari
tingkatkan ke skala 4 ketidaknyamanan akibat prosedur
(ringan) 3.Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
2. Mengerang dan nyeri
menangis dari skala 2
(cukup berat) ke
skala 4(ringan)
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Monitor asupan kalori makanan harian 1. Untuk mengetahui asupan kalori
nutrisi kurang dari tidakan keperawatan 2 2.Monitor perilaku klien yang makanan pasien cukup

14
kebutuhan b.d nyeri x 24 jam masalah bisa berhubungan dengan pola makan, 2. Untuk membantu pasien menambah
d.d penurunan teratasi dengan kriteria penambahan dan kehilangan berat badan nafsu makan
nafsu makan dan hasil : 3. . Tentukan pencapaian berat badan 3. Berat badan bertambah
1. Nafsu makan dari
mual muntah harian sesuai keinginan 4. Menyediakan makanaan yang
skala 3 (cukup
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain sesuai kebutuhan pasien
terganggu) ditingkatkan
untuk mengembangkan rencana
ke skala 5 (tidak
perawatan dengan melibatkan klien dan
terganggu)
orang-orang terdekatnya dengan tepat
2. Intake makanan dari
skala 3 (cukup
terganggu) ditingkatkan
ke skala 5 tidak
terganggu
3. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Monitor/ catat pola tidur pasien dan 1. Untuk mengetahui waktu dan
tidur b.d nyeri d.d tidakan keperawatan jumlah jam tidur kualitas tidur pasien
penurunan waktu selama 1x24 jam 2. Bantu untuk menghilangkan situasi 2.Membantu pasien mengurangu
tidur gangguan pola tidur stress sebelum tidur stress saat akan tidur
dapat teratasi dengan 3. Ajarkan pasien bagaimana melakukan 3. Untuk membantu pasien tidur
kriteria hasil : relaksasi otot autogenik atau bentuk non- dengan mudah
1. Jam tidur klien dari farmakologi lainnya untuk memancing

15
skala 3 (cukup tidur
terganggu)
ditingkatkan ke skala
5 (tidak terganggu)
2. Kualitas tidur klien
dari skala 3 (cukup
terganggu)
ditingkatkan ke skala
5 (tidak terganggu)

3.5 Implementasi Keperawatan


Tanggal No.Dx Tindakan Respon Paraf
2/10/2020 1 1. Melakukan pengkajian nyeri komperhensif 1. Pasien mengatakan nyeri berada pada
yang meliputi lokasi , perut bagian kanan atas dan nyeri
£
karakteristik,onset/durasi, frekuensi, berkurang menjadi skala 6 Ns. M
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan 2. Pasien paham penyebab nyeri yang
faktor pencetus dirasakan
2. Memberikan informasi mengenai nyeri, 3. Pasien mengerti cara manajemen nyeri

16
seperti penyebab nyeri , berapa lama nyeri yang diajarkan
akan dirasakan, antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur
3. Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri
2/10/2020 2 1. Memonitor asupan kalori makanan harian 1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
2. Memonitor perilaku klien yang 2. Pasien mau untuk makan namun hanya
£
berhubungan dengan pola makan, sedikit, sekiat 5 sendok makan Ns. M
penambahan dan kehilangan berat badan 3. Pasien mengatakan ingin menambah
3. Menentukan pencapaian berat badan harian berat badan sebanyak 3 kg
sesuai keinginan 4. Tim ahli gizi menyediakan makanan
4. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain sesuai kalori yang dibutuhkan pasien
untuk mengembangkan rencana perawatan
dengan melibatkan klien dan orang-orang
terdekatnya dengan tepat
2/10/2020 3 1. Memonitor/ catat pola tidur pasien dan 1. Pola tidur pasien mulai membaik,
jumlah jam tidur pasien dapat tidur selama 7 jam
£
2. Membantu untuk menghilangkan situasi 2. Pasien mengatakan merasa lebih Ns. M
stress sebelum tidur nyaman setelah diberikan edukasi

17
3. Mengajarkan pasien bagaimana melakukan 3. Pasien paham dan mengatakan akan
relaksasi otot autogenik atau bentuk non- melakukan relaksasi otot agar cepat
farmakologi lainnya untuk memancing tidur
tidur

3.6 Evaluasi Keperawatan


Tanggal No. Dx Evaluasi Paraf
2/10/2020 1 S:
Pasien mengatakan masih nyeri dengan skala 6
£
O: Ns. M
- Saat dikaji skala nyeri 6
- Pasien nampak meringis kesakitan
- Wajah pasien nampak gelisah
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi

18
2/10/2020 2 S:
Pasien mengatakan maish belum nafsu makan, dan terkadang masih merasa
£
mual Ns. M
O:
- Pasien nampak lemah
- Pasien tidak menghabiskan makanannya
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2/10/2020 3 S:
Pasien mengatakan dapat tidur dengan mudah walaupun terkadang terbangun
£
karena rasa nyeri Ns. M
O:
Pasien terlihat tidur dengan nyeyak
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi

19
Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Aktivitas Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sirsak


(Annona muricata L.) terhadap Karsinoma Hepatoseluler
Strain HUH7IT-1 Cell Line
Dadan Ramadhan Apriyanto1, Sri Hartati2, Beti Ernawati Dewi3, Chie Aoki-
Utsubo4, Hak Hotta5
Divisi Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon,
1

dadanramadhanapriyanto95@gmail.com
2
Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Serpong
3
Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia
4
Department of International Health, Kobe University Graduate School of Health Sciences, 7-10-2,
Tomogaoka, Suma-ku, Kobe 654-0142, Japan
5
Department of Oral Vaccine and Drug Development, Kobe University Graduate School of Health
Sciences, 1-5-6 Minatojima-minamimachi, Chou-ku, Kobe 650-0047, Japan

ABSTRAK
Latar Belakang: Karsinoma hepatoseluler (HCC) merupakan tumor ganas hati primer dengan prognosis
pada umumnya dapat menyebabkan kematian. Studi awal penelitian antiviral hepatitis C pada tumbuhan
Sirsak (Annona muricata L.) pada konsentrasi 20 µg/mL memperlihatkan toksisitas yang sangat tinggi
terhadap Huh7it-1 cell line, yang diindikasi memiliki potensi anti kanker terhadap sel hati, sehingga
penelitian ini bertujuan menguji beberapa konsentrasi lebih rendah pada ekstrak metanol daun Annona
muricata L. (EMDAM) terhadap Karsinoma Hepatoseluler strain Huh7it-1 cell line.
Metode: Sel diuji dengan konsentrasi 20, 10, 5, 2.5, 1.25, 0.6, 0.3 µg/mL selama 48 jam. Sitotoksisitas
EMDAM terhadap Huh7it-1 dilihat dengan mikrokop inverted dan selanjutnya diukur dengan metode MTT
[3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium].
Hasil: Hasil uji menunjukkan sel memperlihatkan bentuk tidak monolayer pada mikroskop inverted dengan
sitotoksisitas hingga konsentrasi terendah pada 0.3 µg/mL mencapai 84,7%, sehingga konsentrasi 50%
Sitotoksisitas (CC50) < 0.3 µg/mL.
Simpulan: Hasil uji mengindikasi bahwa EMDAM memiliki potential terhadap aktivitas anti kanker hati.
Studi lebih lanjut diperlukan untuk purifikasi untuk senyawa aktif sebagai antikanker atau target mekanisme
terhadap aktivitas anti kanker hati.
Kata kunci: Karsinoma Hepatoseluler, Huh7it-1, Sitotoksisitas, Annona muricata

ABSTRACT
Background: Hepatocellular carcinoma (HCC) is a malignant tumor of liver cells with prognosis can
cause death within 2-3 months. Previous studies of Annona muricata L. on anti-HCV studies at
concentrations of 20 μg / mL showed very high toxicity to Huh7it-1 cell line, it was indicated to have anti-
cancer potential of liver cells, so this study tested the potency of anticancer activity extract methanol leaf
Annona muricata L. (EMDAM) against Hepatocellular Carcinoma Huh7it-1 strain cell line with low dose.
Methods: Cells were tested with concentrations of 20, 10, 5, 2.5, 1.25, 0.6, 0.3 μg / mL for 48 hours. The
EMDAM cytotoxicity of Huh7it-1 was seen with an inverted microcomputer and then measured with MTT
assay [3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium].
Results: The results showed that the cells presented non-monolayer form in an inverted microscope with
cytotoxicity until the lowest concentration of 0.3 μg / mL reached 84.7%, thus concentrating 50%
cytotoxicity (CC50) <0.3 μg / mL.
Conclusion: The results indicate that EMDAM has the potential for anti-liver cancer activity. Further
studies are needed for purification for active compounds as anticancer or target mechanisms against anti-
liver cancer activity.
Keywords: Hepatocellular carcinoma, Huh7it-1, Cytotoxicity, Annona muricata

Pendahuluan Hepatitis B Virus, Hepatitis C Virus, penyakit


Karsinoma Hepatoseluler (HCC) merupakan alkohol hati, dan nonalcoholic steatohepatitis
tumor ganas primer pada sel hepatosit dengan (NASH).2,3 Faktor resiko lain dalam
prognosis pada umumnya dapat menyebabkan perkembangan HCC meliputi diabetes, obesitas,
kematian.1 Penderita HCC sekitar 70-90% kontaminasi aflatoxin pada makanan, faktor
memiliki riwayat penyakit hepatitis kronik dan turunan tertentu seperti hemochromatosis, dan
sirosis yang dapat disebabkan oleh infeksi beberapa metabolic disorders.4

1
Tunas Medika

Saat ini terapi HCC yang memiliki tingkat Sel


kesembuhan rendah terutama pada pasien yang Sel digunakan adalah derivat human
tidak memenuhi syarat untuk metode bedah hepatocarcinoma (Huh7it-1) cell line. Sel
(reseksi). Reseksi dapat dipilih pada kondisi ditumbuhkan dalam medium Dulbecco’s
penderita dengan hati tanpa sirosis, namun Modified Eagle’s Medium (Gibco) dengan
kebanyakan HCC kondisi hati dengan fase lanjut, suplemen 10% fetal bovine serum (Biowest), non-
hanya < 30% penderita yang dapat ditangani essential amino acids (Gibco), Kanamycin (100
dengan reseksi dan tranpalntasi. Pilihan lain tanpa IU/mL) (Sigma), dengan kondisi suhu 37°C, 5%
reseksi diantaranya percutaneous ethanol CO2.
injection, radiofrequency ablation dan Ekstraksi
transarterial chemoembolization.3 Keberhasilan Daun Annona muricata L. dikeringkan anginkan
reksesi mencapai 35% penderita HCC dapat hingga daun berwarna coklat, dihaluskan
bertahan hidup selama 5 tahun, sedangkan tanpa (Grinding) dan ditimbang untuk sampel daun
resksi < 10%.5 berat sampel awal kering berkisar 500 gr
Hal ini mendorong untuk mencari kandidat .Kemudian dimaserasi dengan n-heksana
antikanker terhadap sitotoksisitas HCC sebanyak 4x, masing-masing dalam 4 L pelarut.
menggunakan bahan alam seperti tumbuh- Hasil filtrat tersebut dievaporasi dengan alat
tumbuhan. Tumbuhan sirsak (Annona muricata evaporator pada temperatur 40oC. Hasil filtrat
L.) yang merupakan famili dari Annonaceae dipetoleh ekstrak n-heksan. Residu heksan di
diketahui memiliki khasiat sebagai pereda sakit lanjutkan di maserasi dengan metanol, kemudian
kepala, insomnia, dan obat sakit perut. Ekstrak hasil filtrat tersebut dievaporasi dengan alat
etanol daun Annona muricata L. memiliki evaporator pada temperatur 40oC. Hasil filtrat
kandungan fitokimia diantaranya terpenoid, diperoleh ekstrak metanol daun Annona muricata
steroid, flavonoids, cardiac glycoside, tannin, (EMDAM) berkisar 5,1 gr.
phenol, alkaloid, dan reducing sugar. Kandungan Persiapan Stok Ekstrak
tersebut memiliki aktivitas secara biologi sebagai EMDAM ditimbang sebesar 80 mg. Setelah itu
antitumor, immunomodulator, antispasmodic, dilarutkan dengan dimethyl sulfoxide (DMSO)
antimalarial, antiparasitic, antibacterial, 100% sebanyak 700 μl untuk mendapatkan
antifungal dan antihelmintic.6 larutan stok dengan konsentrasi 100 mg/ml.
Studi awal penelitian antiviral hepatitis C pada Larutan stok disimpan pada -30°C hingga
tumbuhan Sirsak (Annona muricata L.) pada digunakan.
konsentrasi 20 µg/mL memperlihatkan toksisitas Uji Sitotoksisitas Ekstrak
yang sangat tinggi terhadap Huh7it-1 cell line, Pengujian toksisitas ekstrak dilakukan
yang diindikasi memiliki potensi anti kanker menggunakan metode MTT [3 - ( 4 , 5 -
terhadap sel hati, sehingga penelitian ini bertujuan dimethylthiazol - 2 - yl ) -5 ( 3
menguji beberapa konsentrasi lebih rendah pada carboxymethoxyphenyl ) - 2 - ( 4 – sulfophenyl )
ekstrak metanol daun Annona muricata L. - 2H-tetrazolium ]. Konsentrasi uji EMDAM
(EMDAM) terhadap Karsinoma Hepatoseluler digunakan 20, 10, 5, 2.5, 1.25, 0.6, dan 0.3 µg/mL
strain Huh7it-1 cell line. yang dilarutkan pada medium pertumbuhan sel,
dengan kontrol yang digunakan adalah DMSO
Metode 0,1% yang dilarutkan pada medium pertumbuhan
Rancangan Penelitian sel. Sel ditanam pada plate 96 well dengan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kepadatan 2x104 sel/sumur yang diinkubasi pada
untuk mengetahui aktivitas sitotoksisitas metanol suhu 37oC, 5% CO2 selama 24 jam. Setelah 24
daun Annona muricata secara in vitro terhadap jam, ekstrak tersebut diinokulasikan pada sel dan
Huh7it-1 cell line. Pengujian untuk mengetahui diinkubasi dengan kondisi suhu 37oC, 5% CO2
konsentrasi 50% tosik (CC50) terhadap Huh7it-1 selama 48 jam. Setelah 48 jam, diamati dengan
cell line. mikrokop inverted dan kemudian ekstrak diganti
Material Tumbuhan dan lokasi dengan larutan MTT 10% dalam medium
Daun Annona muricata L. didapat dari Pusat pertumbuhan sel dan diinkubasi dengan kondisi
Penelitian Kimia, LIPI, Serpong, Indonesia. suhu 37oC, 5% CO2 selama 4 jam. Setelah 4 jam
Tumbuhan diidentifikasi oleh ahli botani pada kristal formazan yang terbentuk dilarutkan
Pusat Penelitian Botani dan Biologi, LIPI, dengan DMSO 100%. Pembacaan absorbansi
Cibinong, Indonesia. Ekstraksi tumbuhan dilakukan pada alat Glomax-promega reader pada
indonesia dilakukan di laboratorium Pusat panjang gelombang 560 nm dan 750 nm.
penelitian Kimia LIPI Serpong, sedangkan Persentase sitotoksisitas didapat dengan
pengujian Sitotoksisitas dilakukan di Pusat Riset perhitungan sebagai berikut:
Virologi dan Kanker Patobiologi Universitas
Indonesia (PRVKP-UI).

2
Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Persen sitotoksisitas sel = 100 - {[(Absorbansi konsentrasi 0.3-1.25 µg/mL dan sel berbentuk
560nm-background) - (Absorbansi 750nm- bulat yang rusak pada konsentrasi 2.5-20 µg/mL
background)]/rata-rata kontrol)* 100} (Gambar 1).
Aktivitas Sitotoksisitas EMDAM
Pengujian sitotoksisitas EMDAM dengan metode
Hasil MTT terhadap Huh7it-1 cell line. Hasil
Gambaran mikroskopis Huh7it-1 cell line sitotoksisitas EMDAM menunjukkan pada semua
Konsentrasi uji EMDAM yang digunakan adalah konsentrasi uji memiliki potensi dalam
20, 10, 5, 2.5, 1.25, 0.6, dan 0.3 µg/mL terhadap menghambat pertumbuhan Huh7it-1 cell line.
Huh7it-1 cell line. Gambaran sitotoksisitas Persentase sitotoksisitas pada konsentrasi 0.3
EMDAM terhadap Huh7it-1 cell line hingga 20 µg/mL berturut-turut sebesar 84.7%,
memperlihatkan bentuk sel tidak monolayer pada 86.5%, 86.8%, 86.8%, 86.5%, 89.0%, dan 96.7%
pengamatan mikroskop inverted. Sel (Gambar 2). Konsentrasi 50% Sitotoksisitas
memperlihatkan bentuk yang tidak beraturan pada (CC50) EMDAM sebesar < 0.3 µg/mL.

DMSO 0.1% 0.3 µg/mL 0.6 µg/mL 1.25 µg/mL


(Kontrol tanapa EMDAM)

2.5 µg/mL 5 µg/mL 10 µg/mL 20 µg/mL

Gambar 1. Gambaran mikroskopis aktivitas sitotoksisitas EMDAM. Pengamatan dilakukan dengan


mikroskop inverted perbesaran 100x.

100

80
Sitotoksisitas sel
(% kontrol)

60

40

20

0
0.3 0,6 1,25 2,5 5 10 20
Konsentrasi (g/ml)
Gambar 2. Aktivitas Sitotoksisitas EMDAM. Data
ditunjukkan dengan membandingkan persentase
sitotoksisitas dengan kontrol DMSO 0.1% (means ± SD
dengan tiga ulangan).
Pembahasan

3
Tunas Medika

Hasil persentase sitotoksisitas EMDAM yang Annona muricata L. tergolong famili


tinggi memiliki potensi terhadap antikanker sel Annonaceae. Kandungan fitokimia famili
hati ataupun sel kankerlainnya.7,8 Studi lain dari Annonaceae sala satunya adalah annonaceous
ekstrak etanol daun A. muricata memperlihatkan acetogenins yang merupakan senyawa toksik
adanya aktivitas apotosis terhadap kanker hati terhadap sel kanker ataupun pada multi-drug-
(HepG2 cell line) dan kanker kolon (HCT116 cell resistant cancer cell lines.6
line) melalui ER stress pathway.9 Akivitas
antikanker hati pun diperlihatkan dari ekstrak air Simpulan
daun A. muricata dengan cara down and up EMDAM memiliki potensi sitotoksistas yang
control dari Bcl-2 (anti-apoptotic) dan Bax (pro- cukup tinggi terhadap Huh7it-1 cell line, yang
apoptotic) yang diikuti peningkatan eksresi kedepannya perlu dikaji lebih lanjut atau
caspase-9 dan caspase-3 terhadap Huh-7cell purifikasi untuk senyawa aktif sebagai antikanker
line.10 atau target mekanisme terhadap aktivitas anti
EMDAM memungkinkan ada beberapa senyawa kanker hati.
yang akitf terhadap sel kanker, namun pada studi
yang dilakukan belum sampai mengetahui
senyawa apa yang sangat berperan terhadap UCAPAN TERIMA KASIH
sitotoksisotas Huh7it-1 cell line. Peneitian ini didikung oleh Science and
Technology Research Partnerships for
Sustainable Development (SATREPS) from
Japan Science and Technology Agency (JST) and
Japan International Cooperation Agency (JICA).

Daftar Pustaka

1. Sanyal AJ, Yoon SK, Lencioni R. The Etiology of Hepatocellular Carcinoma and Consequences
for Treatment. Oncologist. 2010;15(4):14–22.
2. El-Serag HB, Rudolph KL. Hepatocellular Carcinoma: Epidemiology and Molecular
Carcinogenesis. Gastroenterology. 2007;132(7):2557–76.
3. Fong ZV, Tanabe KK. The clinical management of hepatocellular carcinoma in the United States,
Europe, and Asia: A comprehensive and evidence-based comparison and review. Cancer.
2014;120(18):2824–38.
4. Schütte K, Bornschein J, Malfertheiner P. Hepatocellular carcinoma-epidemiological trends and
risk factors. Dig Dis. 2009;27(2):80–92.
5. Teo EK, Fock KM. Hepatocellular carcinoma: an Asian perspective. Dig Dis. 2001;19(4):263–8.
6. Moghadamtousi SZ, Fadaeinasab M, Nikzad S, Mohan G, Ali HM, Kadir HA. Annona muricata
(Annonaceae): A review of its traditional uses, isolated acetogenins and biological activities. Int J
Mol Sci. 2015;16(7):15625–58.
7. Pieme CA, Kumar SG, Dongmo MS, Moukette BM, Boyoum FF, Ngogang JY, et al.
Antiproliferative activity and induction of apoptosis by Annona muricata (Annonaceae) extract on
human cancer cells. BMC Complement Altern Med. 2014;14(1):516.
8. Rosdi M, Daud N, Zulkifli R, Yaakob H. Cytotoxic effect of Annona muricata Linn leaves extract
on Capan-1 cells. J Appl Pharm Sci. 2015;045–8.
9. Liu N, Yang HL, Wang P, Lu YC, Yang YJ, Wang L, et al. Functional proteomic analysis revels
that the ethanol extract of Annona muricata L. induces liver cancer cell apoptosis through
endoplasmic reticulum stress pathway. J Ethnopharmacol. 2016;189:210–7.
10. Banerjee A, Sengupta A, Maji B, Nandi A, Pal S, Mukherjee S. Possible Cytotoxic Activity of
Annona muricata Leaves in Huh-7 Human Liver Cancer Cells. Hepatol Pancreat Sci.
2017;1(1):1–6.

4
BAB 4. ANALISIS JURNAL

Judul Aktivitas Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sirsak


(Annona muricata L.) terhadap Karsinoma Hepatoseluler
Strain HUH7IT-1 Cell Line
Penulis Dadan Ramadhan Apriyanto, Sri Hartati, Beti Ernawati
Dewi, Chie AokiUtsubo , Hak Hotta
Nama Jurnal Kedokteran & Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Tahun
Jurnal/Volume/ 2018
Nomor/Tahun
Analisis Saat ini terapi unutk HCC atau hepatoma yang memiliki
tingkat kesembuhan rendah terutama pada pasien yang tidak
memenuhi syarat untuk metode bedah (reseksi). Reseksi
dapat dipilih pada kondisi penderita dengan hati tanpa sirosis,
namun kebanyakan HCC kondisi hati dengan fase lanjut,
hanya < 30% penderita yang dapat ditangani dengan reseksi
dan tranpalntasi. Pilihan lain tanpa reseksi diantaranya
percutaneous ethanol injection, radiofrequency ablation dan
transarterial chemoembolization. 3 Keberhasilan reksesi
mencapai 35% penderita HCC dapat bertahan hidup selama 5
tahun, sedangkan tanpa resksi < 10%.5. Penelitian ini
meneliti tentang tumbuhan sirsak yang dimanfaatkan unutk
sebagai kandidat obat antikanker terhadap hepatoma. Daun
sirsak memiliki khasiat sebagai pereda sakit kepala,
insomnia, dan obat sakit perut. Ekstrak etanol daun Annona
muricata L. memiliki kandungan fitokimia diantaranya
terpenoid, steroid, flavonoids, cardiac glycoside, tannin,
phenol, alkaloid, dan reducing sugar. Kandungan tersebut
memiliki aktivitas secara biologi sebagai antitumor,
immunomodulator, antispasmodic, antimalarial, antiparasitic,
antibacterial, antifungal dan antihelmintic.
Hasil Hasil persentase sitotoksisitas EMDAM yang tinggi memiliki
potensi terhadap antikanker sel hati ataupun sel
kankerlainnya. Studi lain dari ekstrak etanol daun A.
muricata memperlihatkan adanya aktivitas apotosis terhadap
kanker hati (HepG2 cell line) dan kanker kolon (HCT116 cell
line) melalui ER stress pathway.
EMDAM memiliki potensi sitotoksistas yang cukup tinggi
terhadap Huh7it-1 cell line, yang kedepannya perlu dikaji
lebih lanjut atau purifikasi untuk senyawa aktif sebagai
antikanker atau target mekanisme terhadap aktivitas anti
kanker hati
Intervensi Pengobatan menggunakan ekstrak metanol daun Annona
Terbaru muricata L. (EMDAM)
Kelebihan Kelebihan dari ekstrak metanol daun Annona muricata L.
Intervensi (EMDAM) yaitu memiliki potensial terhadap aktivitas anti
Terbaru kanker hati.

20
Kelemahan Masih memerlukan pengkajian lanjut atau purifikasi untuk
Intervensi senyawa aktif sebagai antikanker.
Terbaru

21
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hepatoma disebut juga karsinoma hepatoseluler atau kanker hati.
Hepatoma merupakan pertumbuhan sel hati yang tidak normal di tandai
dengan bertambahnya jumlah sel dlaam hati yang memiliki kemampuan
membela/mitosis disertai dengan perubahan sel hati yang ganas (Cicale, L,
2016). Hepatoma atau kanker hati sering disebut “penyakit terselubung”
karena psien seringkali tidak mengalami gejala sampai stadium akhir,
sehingga jarang di temukan saat masih dini. Pada pertumbuhan kanker
biasanya pasien mengalami gejal seperti sakit pada perut sebelah kanan atau
meluas kebagian belakang dan bahu (Budihussodo,2006).
Faktor resiko dalam perkembangan hepatoma yaitu diabetes, obesitas,
kontaminasi aflatoxin pada makanan. Selain itu faktor keturunan juga
memnjadi faktor resiko seperti hemochromatosis dan beberapa metabolik.
5.2 Saran
a. Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat memahami informasi tentang hepatoma agar
dapat melakukan pencegahan dan deteksi dini penyakit hepatoma.
b. Perawat
Perawat diharapkan dapat memberikan edukasi kepeda masyarakat tentang
cara pencegahan hepatoma dan cara pengobatannya. Serta mampu
memberikan perawatan yang professional kepada pasien hepatoma.

22
DAFTAR PUSTAKA

Zulmi A., and Diyah P. 2015. Aplikasi, Rancang Bangun, “MENGGUNAKAN


ALGORITMA LEVENSHTEIN DISTANCE ( Studi Kasus : DNA Kanker
Hati Manusia ).” 3(2): 61–67.

Ariawati, K. 2011. “Karsinoma Hepatoselular Pada Anak Usia 11 Tahun.” 13(3):


179–84.
Budihusodo U. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departeman Ilmu Penyakit Dalam.
Baiturrahmah, Universitas. “Laboratory Examination in Hepatocelullar
Carcinoma.” : 50–53.

Cicale L. 2016. Hepatocelullar Carcinoma in Geibel J. Editor. Texas :Texas


Transplant Center and Hepatobiliary Surgery. 22: 1-7.
Dan, Anutapura et al. 2019. “1 , 1 , 1 1.” 1(2): 61–64.
Gunawan, Paskalis. 2011. “Studi Kasus Terhadap Gagal Hati Akut Sebagai
Komplikasi Langka Infeksi Dengue.” : 176–85.
Klinis, Onkologi. 2017. “Kanker Hati.”
Line, Strain Huhit- Cell et al. “Aktivitas Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun
Sirsak ( Annona Muricata L .) Terhadap Karsinoma Hepatoseluler.” : 1–4.
Putri, Bella Befica, and Diyah Puspitaningrum. 2015. “WU-MANBER
BERDASARKAN MULTI PATTERN MATCHING DALAM
PENCARIAN KESAMAAN DNA ( Studi Kasus : DNA Kanker Hati ).”
3(2): 157–70.

Schütte K, Bornschein J, Malfertheiner P. 2009. Hepatocellular carcinoma


epidemiological trends and risk factors. Dig Dis. ;27(2):80–92.
Sutanto, Hari, Andra Aswar, and N Soebijanto. 2015. “Hipoglikemia : Sindrom
Paraneoplastik Pada Karsinoma Hepatoselular.” 2(1): 49–52.

23

Anda mungkin juga menyukai