Anda di halaman 1dari 30

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No.

2, Juli – Desember, 2018 (249 –


278)

PERBANDINGAN KONSEP KEPRIBADIAN


MENURUT BARAT DAN ISLAM

AGUS SILAHUDIN

Badan Wakaf Al-Qur’an


aseanvisiator@gmail.com

Abstract

Personality is something that attracts the attention of many parties. Many


theories that try to give some concepts and definitions related to the human
personality with different points of view. Western psychologists try to provide a
definition of personality that is psychological based on the word person, but
until now the personality psychologists themselves still do not agree on what
the definition of personality actually is. While in Islam, the concept of personality
has been thoroughly discussed in various Islamic literature. The Apostle as an
example for Muslims has applied the concept of personality and actions and
behavior. Thus, the concept of personality according to Islam, that Islamic
personality is defined as "a unified integration of the workings of aqliyah and
nafsiyah based on Islamic faith which gives birth to actions". Human personality
is not shaped and influenced by body shape, face and other accessories.
Human personality is formed by aqliyah and nafsiyah.

Keywords: Kepribadian barat, Kepribadian Islam

PENDAHULUAN kepribadian sendiri masih belum


Kepribadian merupakan sepakat mengenai apa sebenarnya
sesuatu yang menarik perhatian definisi kepribadian, meskipun
banyak pihak, banyak teori-teori banyak definisi yang telah
yang mencoba memberikan ditawarkan selama ini (Abdul Mujib,
beberapa pengertian terkait makna 1999). Terkait dengan konsep
kepribadian tersebut dengan sudut kepribadian yang diuraikan oleh para
pandang yang berbeda-beda. Para psikolog barat, Abdul Mujib
ahli psikologi barat berusaha menganggap perlu adanya usaha
memberi pengertian kepribadian untuk membangun makna
yang bersifat psikologis berdasarkan kepribadian dalam kontek psikologi
kata persona, namun sampai Islam (Abdul Mujib, 1999). Dari sisi
sekarang para ahli psikologi pengembangan ilmu, upaya ini

248
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

sebagai pembanding atau bahkan oleh aktor drama dan sandiwara


membantah terhadap teori-teori yang mengacu pada sebuah
kepribadian yang dibangun dari pertunjukkan sandiwara yang
paradigma psikologi barat. Karena menggunakan topeng oleh aktor-
masyarakat muslim tentunya tidak aktor Roman dalam drama yunani.
cocok menggunakan teori-teori Para aktor ini menggunakan topeng
kepribadian yang bercorak psikologi untuk menonjolkan peran atau
barat atau sekuler (pemisahan berpenampilan tiruan. Kemudian
agama dari kehidupan). dalam beberapa bahasa kepribadian
Masyarakat muslim lebih tepat disebut dengan istilah personality
menggunakan teori kepribadian (Inggris), personalidad (Spanyol),
yang berbasis keislaman, karena dan personalichkeit (Jerman).
teori ini dapat mengakomodasi
seluruh perilaku dan perbuatannya 2. Definisi Secara Terminologis
(Abdul Mujib, 1999). Namun, konsep Secara terminologis,
dan metode pembentukan kepribadian telah banyak
kepribadian islami belum banyak didefinisikan dengan berbagai ragam
dikembangkan oleh para ilmuan makna dan pendekatan.
muslim itu sendiri, sehingga hal ini Kebaragaman makna ini pada
mempengaruhi sulitnya penerapan dasarnya disebabkan oleh beberapa
kepribadian islami dan metode faktor, diantaranya adalah faktor
pembentukannya. Dengan demikian, perbedaan dalam hal landasan
sangat penting sekali untuk mengkaji keilmuan dan sudut pandang yang
dan menganalisis konsep dan teori digunakan. Berikut ini adalah definisi
tentang kepribadian islami dalam kepribadian secara terminologis
pandangan ilmuan muslim. dalam pandangan ilmuan psikolog
barat.
KONSEP KEPRIBADIAN DALAM a. Allport, dalam Sumadi
PANDANGAN ILMUAN BARAT Suryabrata, mendefinisikan
Para ahli psikologi barat kepribadian adalah organisasi
berusaha memberi pengertian dinamis dalam individu sebagai
kepribadian yang bersifat psikologis sistem psikofisis yang
berdasar kata persona, namun menentukan caranya yang khas
sampai sekarang para ahli psikologi dalam menyesuaikan diri
kepribadian sendiri masih belum terhadap lingkungan (Sumardi. S,
sepakat mengenai apa sebenarnya 1993).
definisi kepribadian, meskipun b. Sigmund Freud, dalam Abdul
banyak definisi yang ditawarkan Mujib, mendefinisikan kepribadian
selama ini. Oleh karena itu menurut adalah integrasi dari id, ego dan
Allport yang dikutip oleh Abdul mujib, super ego (Abdul Mujib, 2007).
salah satu tugas para ahli adalah c. Murray, dalam Adz-Dzakiey,
menyeleksi pengertian psikologis mendefinisikan kepribadian
yang paling sesuai. adalah kesinambungan tingkah
1. Definisi Secara Etimologis laku lahiriyah dari lahir sampai
Secara etimologis, kata mati (Adz-dzakiey, 2006).
“kepribadian” berasal dari bahasa d. W. Stern, dalam Abdul Aziz
Latin yaitu “persona” yang berarti Ahyadi, mendefinisikan
“topeng” yakni topeng yang dipakai kepribadian adalah aktualisasi

249
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

dan realisasi dari hal-hal yang diambil kesimpulan menurut ilmuan


sejak semula telah terkandung psikologi barat kepribadian
dalam jiwa seseorang (Ahyadi. dipengaruhi dan dibentuk oleh
AA, 1987). lingkungan dimana manusia
e. Carl Gustav Jung dalam Abdul berinteraksi dan pengalaman
Mujib, mendefinisikan, kehidupan yang dialami. Dengan
kepribadian adalah integrasi dari demikian, ilmuan psikologi barat
ego, ketidaksadaran pribadi dan berpandangan bahwa yang
ketidaksadaran kolektif yang membentuk atau yang
melahirkan tingkah laku (Abdul mempengaruhi kepribadian manusia
Mujib, 1999). adalah lingkungan tempat tinggal
f. George Herbert dalam Lawrence dan pengalaman kehidupannya.
A. Perwin, mendefinisikan Pandangan ilmuan psikologi
kepribadian ialah tingkah laku barat tentang kepribadian manusia
pada manusia yang berkembang tersebut dibangun dari pengetahuan-
melalui perkembangan diri. pengetahuan yang diperoleh melalui
Perkembangan kepribadian pengamatan dan penggalian secara
dalam diri seseorang telah lahiriyah semata, yaitu dengan cara
berlangsung seumur hidup, pengkajian yang berulang-ulang
menurutnya manusia akan terhadap sejumlah orang yang
berkembang dengan secara berbeda-beda dalam kondisi dan
bertahap melalui interaksi dengan situasi yang berbeda-beda pula.
anggota masyarakat (Lawrence Sehingga menimbulkan sebuah
A.P, 2015). kesimpulan bahwa kepribadian
g. Eysenck dalam Lawrence A. manusia dibentuk dan dipengaruhi
Perwin, mendefinisikan oleh lingkungan dan pengalaman
kepribadian sebagai keseluruhan kehidupannya. Kemudian hasil dari
pola perilaku, baik yang aktual pengamatan tersebut disimpulkan
maupun yang potensial dari dan dijadikan sebuah teori yang
organisme yang ditentukan oleh digunakan untuk mewakili seluruh
pembawaan dan lingkungan umat manusia. Dalam hal ini,
(Abdul Mujib, 1999). menurut pandangan penulis tidak
Demikianlah beberapa definisi tepat. Karena kondisi manusia di
kepribadian secara terminologis suatu wilayah berbeda dengan
menurut ilmuan barat. Dalam hal ini kondisi manusia di wilayah yang lain.
para ilmuan barat berbeda-beda Sehingga pengatahuan yang
dalam mendefinisikan kepribadian. dijadikan landasan oleh ilmuan
psikologi barat terhadap manusia
3. Analisis Terhadap tersebut berupa dugaan yang
Kepribadian dalam berpotensi ke arah salah, disamping
Pandangan Ilmuan Barat dibangun di atas landasan yang
Dari seluruh definisi teori simpang siur. Akhirnya kekeliruan
kepribadian psikologi barat yang pandangan mengenai kepribadian
telah dikemukakan di atas, terdapat manusia tersebut membawa
berbedaan pandangan ilmuan konsekuensi pada kekeliruan
psikologi barat dalam mendefinisikan terhadap konsep kepribdian manusia
kepribadian. Namun dari dan pembentukan kepribadian
keseluruhan definisi tersebut dapat manusia. Demikianlah konsep teori

250
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

kepribadian menurut imuan psikologi masyarakat mengenai baik-


barat yang menurut penulis masih buruk dan benar-salah.
perlu dikaji ulang kebenarannya. Super ego bekerja untuk
mengontrol diri sendiri,
UNSUR-UNSUR PEMBENTUK mencapai kesempurnaan
KEPRIBADIAN MENURUT BARAT kepribadian (Sumardi. S,
Menurut pandangan ilmuan 1993).
barat, dalam psikologi kepribadian Unsur-unsur kepribadian ini
barat modern, pembahasan membentuk kepribadian pada diri
mengenai unsur-unsur kepribadian seseorang sehingga melahirkan
manusia dibicarakan oleh beberapa tingkahlaku atau perbuatan, ketika
tokoh, sebagai berikut: ketiga unsur ini berjalan sesuai
1. Menurut Sigmund Freud, dengan fungsinya masing-masing.
dalam Sumadi Suryabrata, Yaitu ketika id membutuhkan
unsur kepribadian terdiri atas pemenuhan kemudian ego
tiga sistem atau aspek mempertimbangkan apakah
(Sumardi. S, 1993), yaitu : dipenuhi atau tidak sesuai dengan
a. Id (das es) adalah sistem pertimbangan dari super ego
kepribadian biologis yang berdasarkan norma-norma di suatu
asli, berisikan sesuatu yang lingkungan atau masyarakat.
telah ada sejak lahir. Keputusan akhir dari pertimbangan
Berorientasi kepada super ego inilah yang menentukan
kesenangan yang merupakan suatu perbuatan pada diri
sumber insting kehidupan seseorang, sehingga terbentuklah
atau dorongan biologis kepribadian pada diri seseorang
(makan, minum, tidur, dsb.) sesuai dengan tingkah laku atau
prinsip kesenangannya perbuatan-perbuatan yang
merujuk pada pencapaian dilakukannya. Inilah proses
kepuasan yang segera dari pembentukan kepribadian
dorongan biologis tersebut. berdasarkan id, ego dan super ego
b. Ego (das Ich) merupakan menurut Sigmund Freud. Dengan
aksekutif atau manajer dari demikian, pembentukan kepribadian
kepribadian yang membuat menurut Sigmund Freud hanya
keputusan tentang insting- terfokus kepada kebutuhan alami
insting mana yang akan manusia, kemudaian insting yang
dipuaskan dan bagaimana berfungsi mempertimbangkan
caranya; atau sebagai sistem apakah dipenuhi atau tidak sesuai
kepribadian yang dengan norma-norma lingkungan.
terorganisasi, rasional dan 2. Menurut Carl Rogers dalam
berorientasi kepada prinsip Lawrence A. Perwin, 2015,
realitas. Peran utamanya unsur kepribadian terdiri dari
sebagai mediator yang dua aspek, yaitu:
menjembatani antara id a. Diri (The Self). Merupakan
dengan kondisi dunia luar. konsep diri, yang
c. Super Ego (das uber ich) merepresentasikan pola
merupakan komponen moral persepsi yang terorganisasi
kepribadian yang terkait dan konsisten. Individu
dengan standar atau norma memahami objek dan

251
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

pengalaman eksternal dan Sebaliknya, menurut


memberikan makna kepada pendekatan fenomenologis Rogers,
diri sendiri sehingga aspek-aspek kepribadian manusia
membentuk konsep diri. terdiri dari persepsi sadar, perasaan
Walaupun diri selalu berubah, berkaitan dengan interaksi sosial
akan tetapi diri selalu kemudian dijadikan dasar untuk
mempertahankan kualitas memaknai diri sendiri, sehingga
yang telah berpola dan membentuk konsep diri. Kemudian
terintegrasi sehingga menjadi terbentuklah pribadi saat ini.
karateristik seseorang, maka Kemudian keinginan pribadi masa
diri adalah unsur kepribadian. datang yang ideal sesuai dengan
b. Diri Ideal (Ideal Self). Diri ideal pandangannya terhadap lingkungan.
adalah konsep diri yang paling Berdasarkan hal ini, motif aktualisasi
diinginkan oleh individual. diri dan proses perubahan terhadap
Konsep tersebut mencakup diri (the self) adalah dalam rangka
persepsi dan makna yang meraih diri ideal (ideal self). Dengan
secara potensial relevan demikian, menurut teori ini
terhadap diri dan amat penting kepribadian manusia dibentuk oleh
bagi individu tersebut. Dengan lingkungan tempat tinggal, hasil dari
demikian, Rogers menyadari interaksi-intaraksi dengan
bahwa pandangan manusia lingkungannya-lah yang
akan diri sendiri mengandung mempengaruhi dan membentuk
dua komponen yang aling kepribadian pada seseorang yang
berlawanan yaitu, diri saat ini selanjutnya menjadi konsep diri
dan diri yang dilihat sebagai sesuai dengan keinginannya.
wujud ideal diri dimasa datang. Inilah unsur-unsur pembentuk
Dari kedua teori yang telah kepribadian dalam pandangan
dikemukakan diatas, dapat ditarik ilmuan barat. Dalam hal ini, ilmuan
kesimpulan. Pertama, menurut teori barat lebih menekankan lingkungan
psikoanalitis Freud, aspek-aspek hidup sebagai unsur dari luar diri
yang membentuk dan manusia yang lebih dominan dalam
mempengaruhi kepribadian manusia pembentukan kepribadian manusia.
terdiri dari dorongan biologis bawah Ilmuan barat mengeyampingkan
sadar dan perkembangan karakter di peran ilmu pengetahuan dan agama
usia awal sesuai pengalaman dalam pembentukan kepribadian.
kehidupannya berdasarkan Hal ini tentunya sesuai paradigma
lingkungan tempat tinggal yang yang mereka yakini yakni
terdiri dari id, ego dan super ego. sekularisme.
Dengan demikian, menurut teori ini
kepribadian manusia dibentuk oleh KONSEP KEPRIBADIAN ISLAMI
pengalamannya dimasa lalu yang DALAM PANDANGAN ILMUAN
kemudian menjadi karakter pada diri MUSLIM
manusia yang kemudian membentuk Agar pembahasan ini
unsur dalam diri manusia berupa id, tersistematis dan mudah difahami,
ego dan super ego yang selanjutnya maka definisi kepribadian secara
ketiga unsur inilah sebagai etimologis, terminologis, dan unsur
komponen pembentuk kepribadian kepribadian serta definisi yang
manusia. diadopsi dalam penelitian ini perlu

252
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

dibahas secara detail sebagai Islam. Pergeseran makna ini


berikut: menunjukkan bahwa term
1. Definisi Kepribadian Menurut syakhshiyah telah menjadi
Ilmuan Muslim kesepakatan umum untuk
Mendefinisikan kepribadian dijadikan sebagai padanan dari
adalah merupakan usaha untuk kepribadian (personality) (Abdul
mendeskripsikan manusia sebagai Mujib, 2017).
objeknya, melalui sifat-sifatnya, dari b. Definisi Kepribadian secara
aspek komprehensif (jâmi’) dan Terminologi
protektifnya (mâni’). Adapun yang Definisi kepribadian secara
dimaksud dengan definisi harus terminologi menurut Ilmuan
bersifat komprehensif (jâmi’) dan Muslim adalah sebagai berikut:
protektif (mâni’) adalah definisi itu 1) Ibnu Qayyim al-Jauziyah
harus menyeluruh meliputi seluruh dalam Yadi Purwanto,
aspek yang dideskripsikan, dan mendefinisikan kepribadian
memproteksi sifat-sifat di luar adalah hasil kerja bareng dan
substansi yang dideskripsikan dinamika integrasi dari unsur
(Abdurrahman. H, 2007). kepribadian yang terdiri dari
a. Definisi Kepribadian secara potensi nafsiyah (jasad dan
Etimologis naluri) dan potensi akal dalam
Secara etimologis, kata penggunaannya (Purwanto. Y,
“kepribadian” lebih dikenal 2007).
dengan term al-Syakhshiyah yang 2) Abdul Mujib mendefinisikan
berasal dari kata “syâkhsh” yang kepribadian adalah satu
berarti “pribadi”. Kata itu kesatuan integrasi dari sistem
kemudian diberi yâ’ an-nisbah kalbu, akal dan hawa nafsu,
sehingga menjadi kata benda yang menimbulkan tingkah
buatan “syakhshiyah” yang berarti laku (Abdul Mujib, 2017).
“kepribadian”. Dalam kamus 3) Hafidz Abdurrahman
bahasa Arab modern, istilah mendefinisikan kepribadian
syakhsiyah digunakan untuk adalah akumulasi dari cara
maksud kepribadian (Abdul Mujib, berfikir seseorang dalam
2017). Namun, dalam literatur menghukumi realitas, serta
keislaman pada khazanah klasik kecendrungan nafsiyah
abad pertengahan, kata terhadap realitas tersebut
syakhshiyah (sebagai padanan (Abdurrahman. H, 2007).
dari kepribadian) kurang begitu Dari berbagai definisi
dikenal, pada masa itu para tokoh kepribadian yang telah dikemukakan
ilmuan muslim lebih mengenal oleh ilmuan muslim di atas, terdapat
term akhlak daripada term perbedaan pandangan dalam
syakhshiyah (Abdul Mujib, 2017). mendefinisikan kepribadian
Sedangkan dalam literatur manusia. Hal ini disebabkan karena
keislaman modern, term dalam mendefinisikan kepribadian
syakhshiyah telah banyak manusia menggunakan sudut
digunakan untuk menggambarkan pandang yang berbeda-beda sesuai
dan menilai kepribadian individu. dengan pemahaman dan keilmuan
Sebutan syakhshiyah al-muslim yang dimiliki oleh masing-masing
memiliki arti kepribadian orang ilmuan muslim. Sehingga lahirlah

253
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

definisi kepribadian yang berbeda ‫مطلق اإلنقياد أي سواء كان‬


satu sama lain diantara ilmuan
muslim.
‫لألحكام الشرعية أو لغيرها‬
“Ketundukan mutlak, baik
Berdasarkan pemaparan di
terhadap hukum syariah atau hukum
atas, dalam rangka menemukan titik
selain syariah” (Muhamamd An-
temu tentang definisi kepribadian
Nawawi, tt).
manusia menurut ilmuan muslim,
Adapun secara terminologis
maka penulis menggabungkan
syara’, menurut Imam al-Jurjani,
definisi dari pandangan ilmuan
Islam adalah:
muslim tersebut sehingga dapat
mewakili dari seluruh definisi yang ‫ لما أخبر به‬،‫الخضوع واالنقياد‬
telah dikemukakan oleh ilmuan ‫الرسول صلى هللا عليه وسلم‬
muslim. Dengan demikian, dari “Tunduk dan patuh terhadap
pandangan ilmuan muslim tentang informasi yang dibawa Rasulullah
kepribadian manusia tersebut, maka Saw. (Al-Jurjani)
kepribadian dapat penulis definisikan
sebagai “satu kesatuan integrasi dari Sedangkan Imam al-Bajuri
cara kerja aqliyah (Abdurrahman. H, dalam Al-Jurjani, menjelaskan:
2007) dan nafsiyah (Purwanto. Y, ‫اإلنقياد لألحكام الشرعية وقيل‬
2007) berdasarkan akidah tertentu
yang diyakini kemudian melahirkan
‫اإلسالم هو العمل انتهى‬
perbuatan”. Definisi inilah yang “Islam adalah, tunduk/patuh
memenuhi syarat jâmi’ terhadap hukum-hukum syariah,
(komprehensif) dan mâni’ (protektif), dengan kata lain Islam adalah amal
sehingga dapat mewakili seluruh yang terakhir (yang dilakukan
definisi kepribadian dalam sampai sempurna semua rukunnya)”
pandangan ilmuan muslim. (Al-Jurjani).

2. Definisi Kepribadian Islami Kemudian Syaikh Taqiyuddin


Sebagaimana yang telah an-Nabhani, definisi Islam adalah:
dikemukakan di atas, dari berbagai ‫الدين الذي أنزله هللا على سيدنا محم ٍد‬
definisi kepribadian secara ،‫(صلى) لتنظيم عالقة اإلنسان بخالقه‬
etimologis dan terminologis menurut .‫ وبغيره من بني اإلنسان‬،‫وبنفسه‬
ilmuan muslim, kemudian penulis
mendefinisikan kepribadian sebagai ‫وعالقة اإلنسان بخالقه تشمل العقائد‬
“satu kesatuan integrasi dari cara ‫ وعالقته بنفسه تشمل‬،‫والعبادات‬
kerja aqliyah dan nafsiyah ،‫األخالق والمطعومات والملبوسات‬
berdasarkan akidah tertentu yang
‫وعالقته بغيره من بني اإلنسان تشمل‬
diyakini kemudian melahirkan
perbuatan”. .‫المعامالت والعقوبات‬
Sedangkan kata Islam berasal “Islam merupakan agama
dari bahasa Arab, “aslama” artinya yang diturunkan Allah Swt, kepada
tunduk dan patuh (Purwanto. Y, Nabi Muhammad Saw, untuk
2007). Kemudian secara mengatur hubungan manusia
terminologis umum, definisi Islam dengan pencipta-Nya, dirinya
menurut Imam al-Bajuri dalam an- sendiri, dan sesama manusia.
Nawawi, adalah: Hubungan manusia dengan
pencipta-Nya meliputi masalah

254
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

aqidah (keyakinan/ keimanan) dan menjelaskan segala sesuatu dan


ibadah. Hubungan manusia dengan petunjuk serta rahmat dan kabar
dirinya sendiri meliputi akhlaq, gembira bagi orang-orang yang
makanan-minuman dan pakaian berserah diri” (TQS. An-Nahl : 89)
yang dikenakannya. Adapaun Ayat ini menjelaskan bahwa
hubungan manusia dengan diturunkannya al-Qur’an berfungsi
sesamanya meliputi mu’amalah dan sebagai penjelas, petunjuk dan
uqubat (hukum pidana / sanks)” (An- pedoman bagi kehidupan manusia
Nabhani, 2001). secara keseluruhan. Oleh karena itu
Definisi ini diambil dari sudah semestinya kita menjalankan
beberapa nas, baik al-Qur’an dan menta’ati ajaran yang
maupun hadits. Definisi itu sendiri terkandung didalam al-Qur’an
merupakan deskripsi realitas yang secara menyeluruh.
bersifat jâmi’ (komprehensif) dan Berdasarkan penjelasan di
mâni’ (protektif), Adapun yang atas, kepribadian islami didefinisikan
dimaksud dengan definisi harus sebagai, “satu kesatuan integrasi
bersifat komprehensif (jâmi’) dan dari cara kerja aqliyah dan nafsiyah
protektif (mâni’) adalah definisi itu berdasarkan akidah Islam yang
harus menyeluruh meliputi seluruh melahirkan perbuatan”. Dalam kata
aspek yang dideskripsikan, dan lain, kepribadian islami adalah,
memproteksi sifat-sifat di luar terintegrasinya antara aqliyah dan
substansi yang dideskripsikan. nafsiyah yang melahirkan seluruh
Artinya, definisi itu harus menyeluruh perbuatan manusia yang menjadikan
meliputi seluruh aspek yang akidah Islam sebagai landasannya.
dideskripsikan, dan memproteksi Demikianlah, definisi tentang
sifat-sifat di luar substansi yang kepribadian Islami, definisi ini dapat
dideskripsikan. Inilah gambaran digunakan sebagai konsep atau teori
mengenai definisi yang benar kepribadian Islam yang ideal, yang
(Abdurrahman. H, 2007). Dalam hal seharusnya dimiliki oleh umat Islam.
ini, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani
telah mendefinisikan Islam dengan 3. Unsur-Unsur Pembentuk
definisi yang lebih lengkap, jelas dan Kepribadian Menurut Ilmuan
lebih mudah dipahami dari beberapa Muslim
definisi ulama sebelumnya, ruang Dalam pandangan Islam,
lingkupnya meliputi semua aspek penentuan unsur kepribadian
kehidupan. Karena Islam adalah manusia tidak dapat terlepas dari
sistem aturan atau syariah Islam pembahasan substansi manusia,
yang merupakan hukum yang sebab dengan pembahasan
meliputi semua aspek kehidupan substansi tersebut dapat diketahui
manusia, yang semuanya telah hakikat dan dinamika prosesnya.
dijelaskan oleh sumber utamanya, Unsur kepribadian manusia yang
yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah dimaksud di sini adalah aspek-aspek
secara umum dan global. Hal atau elemen-elemen yang terdapat
tersebut sesuai dengan firman Allah pada diri manusia yang karena
Swt, dalam al-Qur’an surat an-Nahl aspek-aspek ini kepribadian
ayat 89 : terbentuk (Abdul Mujib, 2017).
“Dan kami turunkan Ibnu Qoyyum al-Jauziyah
kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk dalam Yadi Purwanto, menjelaskan

255
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

unsur kepribadian manusia terdiri yang dibangun berdasarkan


dari potensi nafsiyah (jasad dan pandangan hidup tertentu
naluri) dan potensi akal (Purwanto, (Ahyadi, 1995). Dengan demikian,
2007). Sedangkan menurut Abdul akal adalah merupakan potensi
Mujib unsur kepribadian manusia yang dimiliki oleh manusia yang
terdiri dari kalbu, akal dan hawa berfungsi untuk berfikir atau
nafsu (Abdul Mujib, 2017). menghukumi sebuah
Kemudian menurut Hafidz fakta/realitas yang terindera, yang
Abdurrahman unsur kepribadian mana akal adalah merupakan
manusia terdiri dari aqliyah dan khasiyat dari otak manusia.
nafsiyah (Abdurrahman. H, 2007). Dalam proses pembentukan
Dengan demikian, dapat disimpulkan kepribadian manusia, akal
menurut pandangan ilmuan muslim berfungsi sebagai pembuat
unsur kepribadian manusia terdiri keputusan terhadap fakta/realitas
dari jasad, akal, kalbu dan nafsiyah dan sebagai penentu
(nafsu). Selanjutnya unsur-unsur pelaksanaan perbuatan, apakah
pembentuk kepribadian tersebut perbuatan tersebut dilakukan atau
dijelaskan sebagai berikut. tidak.
a. Jasad c. Kalbu
Jasad meliputi tingkah laku Kalbu merupakan materi
luar manusia yang mudah organik yang memiliki sistem
nampak dan ketahuan dari luar, kognisi yang berdaya emosi.
misalnya cara-cara berbuat dan Kalbu terdiri dari dua aspek, yaitu
cara-cara berbicara kalbu jasmani dan kalbu ruhani.
(Abdurrahman. H, 2007). Aspek Kalbu jasmani adalah daging
jasad ini adalah merupakan sanubari yang berbentuk seperti
aspek biologis sebagai pelaksana jantung pisang yang terletak di
tingkah laku perbuatan manusia dalam dada sebelah kiri.
(Ahyadi, 1995). Dengan demikian Sedangkan kalbu ruhani adalah
jasad adalah merupakan organ sesuatu yang bersifat halus,
tubuh manusia yang secara fisik ruhani yang berhubungan dengan
terlihat oleh kasat mata. Adapun kalbu jasmani. Kalbu ruhani ini
fungsi jasad dalam proses memiliki insting yang disebut
pembentukan kepribadian adalah dengan nur ilahi (cahaya
sebagai pelaksana dari unsur- ketuhanan) dan al-bashirah al-
unsur lainnya yang berupa batinah (mata batin) yang
tingkah laku atau perbuatan. memancarkan keimanan dan
b. Akal keyakinan (Hartati, 2004). Dalam
Lafadz akal berasal dari proses pembentukan kepribadian
bahasa Arab; dari lafadz aql. fungsi kalbu adalah melahirkan
Secara istilah akal adalah sebuah keyakinan terhadap
kekuatan yang dapat digunakan fakta/realitas atau perbuatan
untuk menghukumi sesuatu. Atau tertentu apakah dilakukan atau
dengan ungkapan yang lebih tidak.
tegas, akal adalah kemampuan d. Nafsiyah (nafsu)
untuk menghukumi fakta/realitas Nafsiyah berasal dari lafadz
tertentu, baik yang berkaitan nafs yang ditambah dengan huruf
dengan perbuatan maupun benda yâ’ an-nisbah. Makna nafsiyah

256
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

secara etimologis adalah sesuatu 2003). Dengan demikian kepribadian


yang berkaitan dengan nafsu dan manusia dinilai dari perbuatan-
yang sejenis dengannya, atau perbuatan yang dilakukannya,
yang berhubungan dengan sifat- sehingga setiap perbuatan yang
sifat nafsu. Sedangkan nafsu itu dilakukan seseorang menjadi
sendiri maknanya sama dengan identitas kepribadiannya.
hawâ, yaitu kecenderungan atau Menurut Syaikh Taqiyuddin
dorongan yang ada dalam diri an-Nabhani, Perbuatan adalah
manusia untuk melakukan aktifitas yang dilakukan manusia
sesuatu, baik karena dorongan dalam rangka memenuhi kebutuhan
kebutuhan jasmani maupun jasmani dan nalurinya. Perbuatan
naluri. Karena itu, nafsiyah tidak manusia terkait erat dengan
akan terlepas dari makna nafsu mafahimnya serta tidak bisa
itu sendiri, yang bisa didefinisikan dipisahkan (An-Nabhani, 2003).
dengan cara (metode) yang Sedangkan mafahim adalah
digunakan oleh seseorang untuk pemahaman terhadap fakta/realitas
memenuhi dorongan (dawâfi) berdasarkan landasan tertentu yang
yang lahir dari kebutuhan jasmani diyakini sebagai informasi yang
dan naluri berdasarkan standar tersimpan di dalam otak.
landasan tertentu (Abdurrahman. Pemahaman terbentuk pada
H, 2007). Dalam proses seseorang ketika memusatnya
pembentukan kepribadian pada antara fakta dengan informasi atau
seseorang fungsi nafsu adalah sebaliknya (An-Nabhani, 2003).
yang melahirkan berbagai Inilah fungsi akal dalam diri manusia,
keinginan dan mendorong serta yakni menghukumi fakta
menunutut pemenuhan. berdasarkan landasan tertentu yang
Berdasarkan penjelasan di diyakini. Aktifitas ini disebut dengan
atas, kepribadian terbentuk ketika pola berpikir atau aqliyah,
dorongan dari nafsu ini muncul sedangkan hasil dari aqliyah ini
kemudian dikaitkan dengan akal disebut dengan mafahim. Adapun
yang akan menghukumi dorongan aktifitas pemenuhan kebutuhan
tersebut, lahirlah sebuah keputusan jasmani dan naluri berdasarkan
dan diyakini oleh kalbu, kemudian mafahim yang dimiliki oleh
dilakukan oleh jasad. Inilah proses seseorang disebut dengan pola
terbentuknya kepribadian manusia sikap atau nafsiyah, sedangkan hasil
menurut ilmuan muslim. dari nafsiyah ini disebut dengan
perbuatan. Berdasarkan hal ini,
KONSEP KEPRIBADIAN ISLAMI mafahim dan perbuatan merupakan
MENURUT ISLAM inti dan dasar dari kepribadian
Menurut Syaikh Taqiyuddin An- seseorang (An-Nabhani, 2003).
Nabhani, kepribadian manusia tidak Berdasarkan penjelasan di atas,
ada kaitannya dengan bentuk tubuh, kepribadian dapat didefinisikan
wajah, keserasian fisik dan hal lain sebagai, “satu kesatuan integrasi
sejenisnya. Manusia memiliki dari cara kerja aqliyah dan nafsiyah
keistimewaan disebabkan akalnya, berdasarkan akidah tertentu yang
sementara baik atau buruknya diyakini kemudian melahirkan
kepribadian manusia ditunjukkan perbuatan”. Definisi ini bersifat
oleh perbuatannya (An-Nabhani, umum untuk seluruh definisi

257
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

kepribadian manusia. Kemudian digambarkan dalam sebuah skema


konsep kepribadian menurut Syaikh berikut ini:
Taqiyuddin an-Nabhani ini dapat

Menjadikan
Akidah Memenuhi
Berfikir
Sebagai Kebutuhan Jasmani
Landasan dan Naluri

Aqliyah Keterikatan Nafsiyah

Mafahim Keterikatan Perbuatan

Kepribadian

Gambar 1. Skema konsep kepribadian secara umum

Perbuatan yang dilakukan oleh oleh seseorang. Dan dari seluruh


manusia yang merupakan makna perbuatan inilah yang menjadi nilai
dari kepribadiannya adalah meliputi kepribadian seseorang. Sedangkan
semua perbuatan zahir maupun semua perbuatan tadi lahir dari
perbuatan batin. Perbuatan zahir proses kerja antara aqliyah dan
adalah perbuatan yang tampak yang nafsiyah. Dengan demikian,
dilakukan oleh fisik manusia seperti berdasarkan aqliyah dan nafsiyah
kaki untuk melangkah, tangan untuk inilah terbentuknya kepribadian.
memegang, mata untuk Ketika landasan yang digunakan
memandang, hidung untuk aqliyah sama dengan landasan yang
mencium, telinga untuk mendengar, digunakan nafsiyah atau sebaliknya,
mulut untuk berbicara dan perbuatan maka terbentuklah kepribadian yang
lainnya yang tampak secara fisik. khas. Namun ketika landasan yang
Sedangkan perbuatan batin digunakan oleh aqliyah berbeda
adalah perbuatan yang tidak dengan landasan yang digunakan
tampak, seperti perbuatan akal nafsiyah atau sebaliknya, maka
dalam memikirkan sesuatu, terbentuklah kepribadian yang
perbuatan hati yaitu, yakin, ikhlas, iri, kacau. Berdasarkan hal ini, dalam
dengki, hasad, prasangka buruk membentuk kepribadian islami,
atau baik dan lain sebagainya. maka harus mewujudkan satu
Semua perbuatan ini muncul sesuai landasan bagi aqliyah dan
dengan pemahaman yang dimiliki nafsiyahnya sehingga menjadi

258
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

aqliyah Islam dan nafsiyah Islam. haram. Demikian juga tidak cukup
Dengan aqliyah dan nafsiyah inilah jika seseorang hanya memiliki
kepribadian islami terbentuk. Inilah nafsiyah Islam, sementara
konsep kepribadian secara umum aqliyahnya tidak. Akibatnya, bisa jadi
menurut pandangan Syaikh beribadah kepada Allah dengan
Taqiyuddin an-Nabhani. kebodohan. Misalnya, berpuasa
pada hari yang diharamkan; shalat
1. Konsep Kepribadian Islami pada waktu yang dimakruhkan, dan
Menurut Syaikh Taqiyuddin an- bermuamalah dan bersedekah
Nabhani, Islam telah memberikan dengan riba, dengan anggapan bisa
solusi terhadap manusia dalam mendekatkan diri kepada Allah,
mewujudkan kepribadian islami, namun justru telah berbuat dosa.
yaitu dengan menjadikan akidah Dengan demikian kepribadian islami
Islam sebagai landasan berfikir, akan terwujud pada diri seseorang
yang diatas landasan tersebut ketika memiliki aqliyah Islam dan
dibangun seluruh pemikirannya serta nafsiyah Islam. Yakni seseorang
dibentuk pemahamannya dalam yang mempelajari hukum-hukum
memberikan solusi atas perbuatan- syara, bukan sekadar untuk
perbuatan manusia yang timbul dari diketahui, tetapi untuk diterapkan
kebutuhan jasmani dan nalurinya dalam segala urusannya, baik
dengan hukum-hukum syara’ yang dengan Penciptanya, dengan dirinya
terpancar dari akidah Islam. Dengan sendiri, maupun dengan sesamanya,
demikian setiap orang yang berpikir sesuai dengan akidah Islam. Jika
berdasarkan akidah Islam dan hawa aqliyah dan nafsiyahnya telah terikat
nafsunya dikembalikan kepada dengan Islam, berarti seseorang
akidah Islam maka seseorang tersebut telah memiliki kepribadian
tersebut memiliki kepribadian islami islami. Berdasarkan hal ini, ketika
(An-Nabhani, 2003). akidah Islam yang dijadikan satu-
Kepribadian islami terwujud satunya tolak ukur umum terhadap
pada diri seseorang ketika aqliyah seluruh pemikiran dalam
dan nafsiyahnya menyatu dengan menghukumi fakta, maka
Islam, dan tidak cukup hanya terbangunlah pemahaman islami
dengan aqliyahnya saja yang islami, yaitu aqliyah Islam. Dan ketika
di mana misalnya seseorang bisa akidah Islam yang dijadikan satu-
mengeluarkan keputusan hukum satunya tolak ukur umum dalam
tentang benda dan perbuatan sesuai pemenuhan dorongan kebutuhan
hukum-hukum syara’, sehingga jasmani dan nalurinya secara praktis
orang tersebut mampu menggali dan riil, maka terbangunlah pola
hukum, mengetahui halal dan sikap islami yaitu nafsiyah Islam (An-
haram. Semuanya itu belum cukup, Nabhani, 2003). Dengan demikian,
kecuali setelah nafsiyahnya juga ketika seluruh perbuatan seseorang
menjadi nafsiyah Islam, sehingga dibangun berdasarkan aqliyah Islam
bisa memenuhi tuntutan kebutuhan dan nafsiyah Islam maka
jasmani dan nalurinya dengan terwujudlah kepribadian islami, yaitu
landasan Islam. Sehingga orang kepribadian yang memiliki ciri khas
tersebut mengerjakan shalat, puasa, Islam. Kepribadian islami pada diri
zakat, haji, serta melaksanakan seseorang dapat dilihat dari
yang halal dan menjauhi yang perbuatan-perbuatannya dan

259
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

pemikiran-pemikirannya yang yang melahirkan perbuatan”. Inilah


senantiasa terikat dengan akidah definisi dan konsep kepribadian
Islam. islami menurut pandangan Syaikh
Berdasarkan penjelasan di Taqiyuddin an-Nabhani. Kemudian
atas, kepribadian islami dapat konsep kepribadian islami dapat
didefinisikan sebagai, “satu kesatuan digambarkan dalam skema berikut
integrasi dari cara kerja aqliyah dan ini:
nafsiyah berlandaskan akidah Islam

Menjadikan Memenuhi
Berfikir Akidah Islam Kebutuhan
sebagai landasan Jasmani & Naluri

Aqliyah Islam Keterikatan Nafsiyah Islam

Mafahim Islam Keterikatan Perbuatan Islami

Kepribadian Islami

Gambar. 2. Skema Konsep Kepribadian Islami

Pandangan Syaikh Taqiyuddin ketika berdiri, duduk dan terbaring


an-Nabhani terhadap konsep serta berfikir mengenai penciptaan
kepribadian islami tersebut, menurut langit dan bumi (seraya
penulis sesuai dengan apa yang menyatakan) : “Tuhanku, tidakkah
telah dijelaskan dalam al-Qur’an dan sia-sia Engkau ciptakan semua ini.
hadits. Sebagaimana firman Allah Maha Suci Engkau, maka
Swt: “Sesungguhnya tentang selamatkanlah kami dari azab
penciptaan langit dan bumi, serta neraka.” (TQS. Ali-Imran:190-191).
perubahan siang dan malam itu Firman Allah di atas
terdapat tanda-tanda kebesaran menunjukkan bahwa kedudukan
Allah bagi orang-orang yang manusia sebagai makhluk yang
menipunyai akal. Yaitu, orang-orang mulia karena akalnya, yaitu ketika
yang senantiasa mengingat Allah akal yang diberikan oleh Allah

260
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

digunakan dengan benar sesuai dari Abu Hurayrah) (As-Suyuthi,


dengan akidah Islam dan senantiasa 1832).
terikat dan tunduk terhadap Allah Berdasarkan penjelasan di
Swt. Dengan demikian, manusia atas, kepribadian islami adalah
bisa menjadi mulia ketika merupakan perwujudan dari aqliyah
menggunakan akalnya sesuai Islam (pola fikir Islami) yakni
dengan ketentuan akidah Islam. seseorang yang menjadikan islam
Namun sebaliknya ketika manusia sebagai asasnya dalam berpikir dan
tidak menggunakan akalnya dengan nafsiyah Islam (pola sikap islami)
benar sesuai akidah Islam, maka yakni seseorang yang menjadikan
manusia akan menjadi hina. Islam sebagai asasnya dalam
Sebagaimana dijelaskan dalam al- berbuat. Pola pikir islami pada
Qur’an surat Al-a’raf ayat : 179, seseorang ditunjukkan dengan
sebagai berikut : sikap, pandangan atau pemikiran
“Kami telah menjadikan untuk yang ada pada dirinya dalam
isi neraka Jahanam, kebanyakan menyikapi berbagai realitas dan
dari manusia dan jin. Mereka pemikiran tertentu. Sedangkan pola
mempunyai akal, tetapi tidak sikap islami pada seseorang
digunakan untuk berfikir. Mereka ditunjukkan dengan perbuatan-
mempunyai mata, tetapi tidak perbuatan nyata yang dilakukan
digunakan untuk melihat. Mereka seseorang dalam rangka memenuhi
mempunyai telinga, tetapi tidak berbagai kebutuhan hidupnya
digunakan untuk mendengar. (kebutuhan jasmani maupun
Mereka itu seperti hewan, bahkan nalurinya).
lebih hina lagi.” (TQS. Al-A’raf: 179). Walhasil, aqliyah (pola pikir)
Hal ini dikarenakan dan nafsiyah (pola sikap) inilah yang
keistimewaan manusia dari makhluk menentukan corak kepribadian
lainnya terletak pada akal dan seseorang. Ketika aqidah Islam yang
perbuatannya. Dengan akal manusia dijadikan satu-satunya landasan
bisa membedakan mana yang baik dalam berpikir dan bersikap, maka
dan mana yang buruk, mana terbentuklah kepribadian islami.
perintah Allah dan mana larangan Berdasarkan hal ini, landasan dari
Allah Swt, serta bisa membedakan kepribadian islami adalah aqidah
antara perbuatan yang baik dan Islam. Islam memerintahkan kepada
perbuatan yang buruk sesuai hukum setiap pribadi muslim untuk
syara’. Dengan demikian, akal dan senantiasa melaksanakan semua
perbuatan manusialah yang perbuatan yang wajib dan
menentukan kepribadian seseorang meninggalkan semua perbuatan
apakah termasuk kepribadian Islami yang haram. Islam juga
atau bukan. Terkait hal ini Rasulullah memerintahkan untuk menolak
Saw, bersabda: setiap kecenderungan yang
‫ان هللا ال ينظر الى صوركم وأموالكم ولكن إنما ينظر‬ bertentangan dengan Islam. Hal ini
.‫الى قلوبكم وأعمالكم‬ dilakukan dalam rangka untuk
“Sesungguhnya Allah tidak menjaga dan meningkatkan
menilai wajah kamu serta harta kepribadian islami menuju martabat
kekayaan kamu, tetapi Dia hanya yang lebih tinggi lagi mulia. Setiap
menilai hati dan amal perbuatan pribadi muslim yang memiliki akal
kamu” (H.R. Muslim dan Ibn Majah sehat pasti bisa memiliki kepribadian

261
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

yang islami, termasuk didalamnya kepribadiannya dengan tsaqafah


orang awam yang bukan Islam untuk mengembangkan
berpendidikan tinggi maupun orang- aqliyahnya disertai dengan
orang yang berpendidikan. Ketika melakukan berbagai ketaatan untuk
seseorang mengkaitkan setiap memperkuat nafsiyahnya.
tingkah lakunya dengan Islam Islam telah memberikan solusi
maupun hanya menjalankan atas segala pemikirannya dengan
perkara-perkara wajib dan akidah. Islam menjadikan akidah
meninggalkan perkara-perkara sebagai kaedah berpikir (qa’idah al
haram saja, mereka tergolong fikriyah) yang dibangun diatasnya
berkepribadian islami, sekalipun seluruh pemikiran tentang
setiap orang memiliki kepribadian kehidupan, sehingga mampu
yang berbeda-beda kekuatannya. membedakan antara pemikiran yang
Karena yang terpenting adalah benar dan yang salah tatkala
selama seseorang menjadikan Islam pemikiran tersebut ditimbang
sebagai asas bagi pemikiran menggunakan tolok ukur akidah
(aqliyah) dan kecenderungan Islam yang dianggapnya sebagai
(nafsiyah) nya, maka dia memiliki kaedah berpikir. Dengan demikian
kepribadian islami. Namun, orang seseorang yang memahami aqidah
yang berkepribadian islami bukanlah Islam akan selamat dari
seperti malaikat, sebuah kekeliruan kegoncangan berpikir, terhindar dari
bagi orang yang beranggapan kesalahan dan pemikiran yang
bahwa seseorang yang memiliki rusak, serta tetap benar
kepribadian islami sama seperti pemikirannya dan selamat
malaikat. Karena kita tidak akan pemahamannya.
pernah bisa mencari malaikat Islam juga mengendalikan
ditengah-tengah manusia. kecenderungan manusia dengan
Islam diturunkan kedunia untuk hukum-hukum syara’ dengan
diterapkan secara nyata dan Islam memberikan solusi yang benar atas
itu riil adanya. Islam memberikan setiap perbuatan yang muncul dari
solusi secara praktis dan kebutuhan jasmani maupun
penerapannya tidak sulit sehingga nalurinya, Islam telah mengaturnya,
bisa di jangkau oleh semua manusia bukan mengekangnya apalagi
selemah apapun pemikirannya dan memusnahkannya, Islam telah
sekuat apapun gharizah dan menselaraskannya bukan
kebutuhan jasmaninya. Semua mengumbar (tanpa kendali), Islam
manusia pasti bisa menerapkan menawarkan solusi terhadap
Islam pada dirinya dengan mudah pemenuhan seluruh kebutuhannya
dan gampang asalkan memahami secara teratur, yang membawa pada
dan menyakini aqidah Islam. Karena ketenteraman dan ketenangan.
hanya dengan menjadikan akidah Karena itu seorang muslim yang
Islam sebagai tolok ukur mafahim memeluk akidah Islam melalui
dan kecenderungannya, kemudian proses berpikir dan dalil,
berjalan sesuai dengan tolak ukur menerapkan Islam pada dirinya
tersebut, maka seseorang dipastikan secara total, memahami hukum-
sudah berkepribadian islami. Setelah hukum Allah dengan pemahaman
itu tidak ada lagi yang harus yang benar, maka seorang muslim
dilakukannya kecuali memperkuat memiliki kepribadian Islami yang

262
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

berbeda dengan kepribadian adalah merupakan dasar dari


lainnya, yaitu menjadikan aqidah kepribadian islami.
Islam sebagai landasan dalam
setiap berfikir (aqliyah) dan bersikap 2. Unsur-Unsur Pembentuk
(nafsiyah). Kepribadian Islami
Dengan ini akan melahirkan Menurut Syaikh Taqiyuddin an-
manusia yang mampu Nabhani, kepribadian setiap
menggabungkan antara sifat kasih manusia terbentuk dari aqliyah dan
sayang dengan sifat tegas. Manusia nafsiyah. Sedangkan kepribadian
yang bisa hidup apa adanya atau islami dibentuk oleh aqliyah Islam
diselimuti dengan kemewahan dan dan nafsiyah Islam. Aqliyah Islam
tetap bertaqwa kepada Allah. adalah berpikir berdasarkan Islam,
Manusia yang mampu memahami yakni menjadikan akidah Islam
kehidupan dengan pemahaman sebagai satu-satunya tolak ukur
yang benar berdasarkan aqidah umum terhadap seluruh pemikiran
Islam. Manusia yang sanggup tentang kehidupan. Sehingga
menguasai kehidupan dunia sesuai melahirkan pemahaman Islam.
dengan haknya dan berupaya Sedangkan nafsiyah Islam adalah
meraih kehidupan akhirat dengan menjadikan seluruh
amalnya. Manusia yang tidak dapat kecenderungannya bertumpu pada
ditaklukkan oleh sifat penghamba akidah Islam, yakni menjadikan
dunia, tidak didominasi sikap fanatik akidah Islam sebagai satu-satunya
buta terhadap agama dan tidak tolok ukur umum terhadap seluruh
hidup menyengsarakan diri. Manusia pemenuhan kebutuhan jasmani dan
yang menjadi orang yang mulia nalurinya. Sehingga melahirkan
namun bersifat rendah hati. Manusia perbuatan yang islami, yakni
yang faham hukum-hukum syara’ perbuatan yang seantiasa terikat
dan mengamalkannya serta dengan akidah Islam. Menyatunya
menjauhi segala kemaksiatan. antara aqliyah Islam dan nafsiyah
Manusia yang sifatnya yang Islam inilah terbentuknya
paling tinggi adalah sebagai hamba kepribadian islami, yakni selarasnya
Allah, yang khusyu’ dalam shalatnya, antara pemahaman dan perbuatan
berpaling dari perkataan yang sia- seseorang dengan akidah Islam.
sia, membayar zakat, dan Terbentuknya kepribadian islami
menundukkan pandangannya, tersebut ialah ketika terjalinnya
menjaga amanat-amanatnya, unsur-unsur pembentuk kepribadian
memenuhi kesepakatannya, islami pada diri seseorang, yakni
menunaikan janji-janjinya dan unsur pembentuk aqliyah Islam dan
berjihad di jalan Allah Swt. Itulah nafsiyah Islam (An-Nabhani, 1973).
hakikat seorang muslim dan seorang Menurut Syaikh Taqiyuddin an-
mukmin yang memiliki kepribadian Nabhani, terbentuk aqliyah pada diri
islami. Dan inilah kepribadian islami seseorang melibatkan empat unsur,
(syakhshiyah Islamiyah) yang yaitu panca indera, fakta, otak dan
dibentuk oleh aqidah Islam dan informasi. Jalinan dari keempat
tsaqofah Islam, yang telah unsur ini disebut dengan aktifitas
melahirkan manusia sebaik-baik akal, yakni ketika panca indera
ciptaan. Dengan demikian mengindra fakta, kemudian
keterikatan terhadap hukum syara’ memindahkan kedalam otak, dan

263
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

diproses oleh akal dengan fakta/realita tersebut ketika


mengkaitkan fakta tersebut dengan seseorang berpikir, dan yang
informasi yang tersimpan didalam menjelaskan dorongan kebutuhan
otak untuk menghukumi atau jasmani dan naluri untuk dipenuhi
dimaknai kemudian lahirlah sebuah sehingga menjadi perbuatan adalah
kesimpulan atau pemahaman atas gabungan yang terjadi antara
fakta tersebut. Apa yang telah dorongan kebutuhan jasmani dan
dihasilkan oleh pemahaman dari naluri dengan pemahaman. Oleh
aktifitas akal tadi akan menjadi karena itu, adanya landasan yang
penentu perbuatan manusia dalam dijadikan sebagai tolok ukur untuk
memenuhi dorongan kebutuhan menghukumi fakta/realita ketika
jasmani dan naluri serta terhadap manusia berfikir, mempunyai
fakta-fakta yang ditemuinya. Juga pengaruh yang sangat besar dalam
sebagai penentu corak pembentukan aqliyah, nafsiyah dan
kecendrungan manusia terhadap kepribadian (An-Nabhani, 1973).
fakta-fakta yang ditemui berupa Dengan demikian ketika ingin
sikap menerima atau menolak dan membentuk kepribadian islami pada
perasaan tertentu sehingga seseorang, maka harus menjadikan
melahirkan sebuah perbuatan. akidah Islam sebagai landasan
Ketika setiap dorongan kebutuhan dalam berfikirnya sehingga terbentuk
jasmani dan naluri muncul kemudian aqliyah Islam dan menjadikan akidah
seantiasa dikaitkan dengan mafahim Islam sebagai landasan dalam
yang diliki dan menjadikan mafahim memenuhi dorongan kebutuhan
sebagai dasar seseorang melakukan jasmani dan nalurinya sehingga
perbuatan, maka dengan ini terbentuk nafsiyah Islam. Terjalinnya
terbentuklah nafsiyah. Berdasarkan antara aqliyah Islam dan nafsiyah
aqliyah dan nafsiyah inilah Islam inilah yang membentuk
terbentuknya kepribadian (An- kepribadian islami.
Nabhani, 1973). Berdasarkan penjelasan di
Kemudian Syaikh Taqiyuddin atas, unsur-unsur pembentuk
an-Nabhani menjelaskan, meskipun kepribadian islami pada diri
aqliyah diciptakan bersama dengan seseorang terdiri dari unsur-unsur
manusia dan keberadaannya pasti yang telah ada dalam diri manusia
ada dalam setiap diri manusia, akan dan unsur-unsur dari luar diri
tetapi pembentukan aqliyah terjadi manusia, sebagaimana dijelaskan
melalui usaha manusia itu sendiri. berikut ini:
Begitu pula dengan perbuatan, a. Unsur-Unsur Kepribadian dalam
meskipun melekat pada diri manusia Diri Manusia
dan keberadaannya pasti ada pada 1) Panca Indera
setiap diri manusia, akan tetapi Panca indera terdiri dari lima
pembentukan nafsiyah terjadi macam alat indera, yaitu indera
melalui usaha manusia. Hal ini penglihatan, pendengaran,
disebabkan, karena yang perasa, penciuman dan indera
menjelaskan makna sebuah peraba. Indera juga meliputi
fakta/realita sehingga menjadi berbagai rasa yang timbul dari
pemahaman adalah adanya potensi kebutuhan jasmani dan
landasan yang dijadikan sebagai dorongan naluri, seperti rasa
tolok ukur untuk menghukumi lapar dan dahaga, maupun

264
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

berbagai perasaan atau emosi tersebut dihubungkan ke seluruh


seperti rasa gelisah, rasa haru, indera dan bagian tubuh manusia.
dan rasa tertarik pada lawan jenis Berat otak manusia dewasa
(An-Nabhani, 2003). Dalam mencapai 1200 gram. Otak
proses pembentukan kepribadian, tersebut menghabiskan 25%
panca indera berfungsi menyerap oksigen yang diperoleh dari
berbagai fakta/realita yang kedua paru-paru. Para saintis
terindera kemudian dikirim telah berkesimpulan melalui
kedalam otak, sebagai informasi eksperimen yang dilakukan
bagi otak. Sekalipun ada banyak dengan menggunakan alat
panca indera yang dimanfaatkan eletronik pengukur kerja otak,
dalam penginderaan, akan tetapi bahwa otak merupakan organ
penginderaan semata tidak akan yang berfungsi untuk berfikir.
dapat menjadi landasan bagi Melalui alat tersebut dapat
perbuatan manusia. Apapun diketahui, bahwa ketika
upaya penginderaan yang seseorang sedang berfikir, grafik
dilakukan manusia, tidak lebih yang tertulis pada alat tersebut
hanya akan menghasilkan suatu akan naik. Sebagian saintis
reaksi saja. bahkan telah sampai pada
2) Otak kesimpulan, bahwa informasi
Otak manusia adalah tempat yang dapat disimpan oleh otak
dimana indera menyampaikan manusia mencapai tidak kurang
informasi tentang fakta/realita dari 90 juta informasi. Inilah
yang terindera. Otak adalah keunikan otak manusia yang tidak
tempat informasi tentang realitas dimiliki oleh otak hewan
itu disimpan, dan juga tempat (Abdurrahman. H, 2007). Otak
dimana hasil penginderaan itu menerima sinyal dan informasi,
dikaitkan dengan informasi awal. memproses informasi tersebut
Disamping itu otak juga dan kemudian memberikan
mempunyai fungsi-fungsi yang respon terhadapnya. Respon
lain, seperti menerima dan yang dihasilkan oleh otak
mengirim sinyal-sinyal dari otak manusia terbagi menjadi dua
ke sistem syaraf. Meskipun fungsi macam, yang pertama respon
otak adalah menerima, naluriah yang semata-mata
memproses, dan menyimpan berlandaskan pada proses kerja
informasi, tetapi kita tidak dapat otak dan yang kedua respon
menyimpulkan bahwa otak adalah ‘aqliyah, yang berdasarkan pada
satu-satunya “organ berpikir” upaya merujuk kepada mafahim
karena proses berpikir juga atau kaidah tertentu. Dalam
melibatkan organ-organ tubuh proses pembentukan kepribadian
lainnya, terutama alat-alat indera fungsi otak adalah sebagai
lainnya (An-Nabhani, 1973). Otak tempat untuk menyimpan
manusia adalah sesuatu yang berbagai informasi yang akan
ada dalam tengkorak kepala. dijadikan landasan oleh akal
Benda ini dikelilingi dengan tiga dalam menghukumi fakta yang
lapis selaput yang dijaring dengan terindera.
rajutan urat saraf yang jumlahnya 3) Akal
tidak terhitung, kemudian saraf

265
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

Kata “akal” berasal dari fakta berdasarkan informasi yang


bahasa Arab: al-‘aql. Arti lafadz tersimpan dalam otak kemudian
tersebut sama dengan al-idrâk lahirlah sebuah kesimpulan atau
dan al-fikr. Ketiga lafadz tersebut pemahaman yang akan dijadikan
maknanya sama. Dalam bahwa landasan dalam menghukumi
Arab, kata seperti ini disebut fakta/raelitas yang terindera dan
mutâradif atau sinonim. Akal dalam memenuhi kebutuhan
merupakan khâshiyyât yang jasmani dan naluri.
diberikan oleh Allah Swt kepada 4) Nafsiyah
manusia, yang merupakan Nafsiyah berasal dari lafadz
khâshiyyât otak manusia. Sebab nafs yang ditambah dengan huruf
otak manusia mempunyai yâ’ an-nisbah. Makna nafsiyah
keistimewaan untuk mengaitkan secara etimologis adalah sesuatu
realitas yang diindera dengan yang berkaitan dengan nafsu dan
informasi. Dengan demikian, akal yang sejenis dengannya, atau
adalah kekuatan untuk yang berhubungan dengan sifat-
menghasilkan sebuah keputusan sifat nafsu (Abdurrahman. H,
atau pemahaman tentang 2007). Sedangkan nafsu itu
sesuatu. sendiri maknanya sama dengan
Syaikh Taqiyuddin an- hawâ, yaitu kecenderungan atau
Nabhani mendefinisikan akal dorongan yang ada dalam diri
(‘aql), pemikiran (fikr), adalah manusia untuk melakukan
pemindahan penginderaan sesuatu, baik karena dorongan
terhadap fakta melalui panca kebutuhan jasmani maupun
indera kedalam otak yang disertai naluri. Karena itu, nafsiyah tidak
adanya informasi-informasi akan terlepas dari makna nafsu
terdahulu yang akan menghukumi itu sendiri (An-Nabhani, 1973).
atau menafsirkan fakta tersebut Sedangkan secara
(An-Nabhani, 1973). Dengan terminologi, Syaikh Taqiyuddin
demikian, akal dalam an-Nabhani, mendefinisikan
menghukumi sebuah fakta untuk nafsiyah adalah cara yang
melahirkan sebuah pemahaman digunakan oleh manusia untuk
membutuhkan informasi tentang memenuhi dorongan kebutuhan
fakta tersebut. Tanpa adanya jasmani dan naluri. Nafsiyah
informasi tentang fakta tersebut adalah merupakan gabungan dari
maka akal tidak akan mampu dorongan kebutuhan jasmani dan
menghasilkan sebuah naluri dalam pemenuhannya yang
pemahaman. Karena aktifitas akal terjalin dengan mafahim (An-
adalah menghukumi fakta sesuai Nabhani, 2003). Berdasarkan hal
informasi terhadap fakta tersebut ini, di dalam nafsiyah terdapat
yang tersimpan di dalam otak. dorongan kebutuhan jasmani dan
Dengan ini akal membutuhkan naluri yang merupakan hawa
unsur dari luar yang berupa nafsu yang menuntut untuk
informasi-informasi pengetahuan dipenuhi. Kemudian berkenaan
berupa akidah maupun tsaqofah dengan kebutuhan jasmani dan
atau juga disebut dengan ilmu. naluri ini dijelaskan sebagai
Dalam pembentukan kepribadian, berikut:
fungsi akal adalah menghukumi a) Kebutuhan Jasmani.

266
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

Menurut Syaikh Taqiyuddin dipenuhi. Sebab jika tidak


an-Nabhani, kebutuhan jasmani dipenuhi akan menimbulkan
adalah merupakan potensi kerusakan dan kematian. Dengan
kehidupan yang mendorong demikian, kebutuhan jasmani
manusia untuk melakukan merupakan kebutuhan dasar
aktivitas-aktivitas tertentu, serta manusia yang wajib dipenuhi. Hal
menuntut pemenuhan yang ini telah Allah jelaskan dalam
sifatnya harus. Artinya, jika firman-Nya :
kebutuhannya tidak terpenuhi, “Apakah mereka tidak
maka akan mengakibatkan memperhatikan, bahwa
kerusakan organ tubuh yang bisa sesungguhnya Kami telah
menyebabkan kematian. menjadikan malam supaya
Contohnya, lapar, haus dan mereka beristirahat padanya dan
buang hajat. Sehingga, apabila siang yang menerangi?
manusia tidak memenuhi Sesungguhnya pada yang
kebutuhan perkara-perkara demikian itu terdapat tanda-tanda
tersebut, maka dapat (kekuasaan Allah) bagi orang-
mengakibatkan kerusakan pada orang yang beriman”. (TQS. An-
organ-organ tubuh manusia Naml: 86).
bahkan bisa mati (An-Nabhani, Disamping itu, kebutuhan
2003). Potensi kebutuhan jasmani jasmani adalah kebutuhan yang
ini adalah merupakan dorongan lahir dari dalam tubuh manusia.
mendasar (basic needs) yang Kebutuhan jasmani ini merupakan
bekerja menurut homeostasis dorongan mendasar pada
jaringan tubuh (Abdurrahman. H, manusia, sebagai contohnya
2007). Dengan demikian, adalah:
kebutuhan jasmani ini merupakan I. Ketika tubuh manusia
kebutuhan organ tubuh yang kekurangan air, maka kerja
berkaitan dengan kadar tertentu organ tubuhnya akan
yang telah ditetapkan oleh Allah mengalami gangguan yang
pada manusia. Jika kadarnya kemudian akan
kurang atau melampaui batas, menyebabkan penyakit.
maka tubuh manusia akan Penyakit ginjal adalah
mengalami gangguan. Dalam hal contoh penyakit yang terjadi
ini, Allah telah memberikan akibat tubuh manusia
isyarat dalam firman-Nya : kekurangan air.
“Dan di antara tanpa-tanda- II. Ketika sisa zat makanan
Nya, (Dia ciptakan) tempat untuk tidak dapat dikeluarkan
tidur kamu di waktu malam dan dalam bentuk kotoran
siang.” (TQS. Ar-Rûm : 23). besar, akan mengalami
“Ini adalah manusia biasa, sakit dan mual.
yang masih memerlukan makan, III. Ketika manusia kekurangan
sama dengan apa yang kamu oksigen, akan mengalami
makan, dan minum sama dengan sesak nafas dan mungkin
apa kamu minum”. (TQS. Al- akan mengantarkannya
Mu’minûn: 33). pada kematian.
Pada kadar tertentu, Berdasarkan penjelasan di
kebutuhan jasmani ini wajib atas, kebutuhan jasmani

267
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

merupakan kebutuhan organ eksistensinya sebagai


tubuh manusia yang berkaitan manusia atau individu. Naluri
dengan kadar tertentu yang telah ini memiliki kecenderungan
ditetapkan oleh Allah Swt pada untuk mempertahankan
manusia. Kebutuhan jasmani ini dirinya sendiri, dan dorongan
adalah merupakan potensi untuk menjaga dirinya
kehidupan manusia. sendiri, sebagai individu.
b) Naluri Naluri ini mendorong
Syaikh Taqiyuddin an- manusia senantiasa
Nabhani menjelaskan bahwa berusaha untuk
naluri adalah merupakan potensi mempertahankan eksistensi
kehidupan yang mendorong dirinya, ketika manusia
manusia untuk melakukan menghadapi segala sesuatu
aktivitas-aktivitas tertentu, serta yang mengancam
menuntut pemenuhan, namun eksistensinya, pada dirinya
sifatnya tidaklah harus. Ketika akan segera muncul
naluri ini tidak dipenuhi, maka perasaan yang sesuai
tidak akan menyebabkan dengan jenis ancaman
kerusakan organ tubuh dan tidak tersebut, manifestasi-
akan membawa kepada manifestasinya antara lain:
kematian. Artinya, jika kebutuhan rasa ingin tahu, senang
naluri ini tidak terpenuhi, maka meneliti, keinginan memiliki
manusia tidak akan celaka dan harta, ingin melaksanakan
tidak akan mati. Namun yang suatu aktivitas, mencintai
terjadi hanyalah rasa cemas dan kehormatan, keinginan untuk
galau. Perasaan cemas ini akan dipuja-puji, mementingkan
tetap mengganggu manusia diri sendiri, perasaan kikir,
sampai terpenuhinya naluri perasaan ingin menyendiri,
tersebut (An-Nabhani, 2001). perasaan marah, khawatir
Menurut Syaikh Taqiyuddin an- terjadi bahaya, perasaan
Nabhani naluri dalam diri manusia takut, memerlukan rumah,
dapat digolongkan dalam tiga perasaan ingin berkelompok,
bentuk naluri yaitu, naluri mencintai kekuasaan,
mempertahankan diri (gharîzah mencintai kedaulatan,
al-baqo’), naluri melestarikan keberanian, keinginan untuk
keturunan (gharîzah an-naw’), memimpin, mencintai
dan naluri mengagungkan kaumnya, dan lain
sesuatu (gharîzah at-tadayyun) sebagainya. Naluri ini
(An-Nabhani, 1973). mendorong manusia untuk
I. Naluri mempertahankan diri berprilaku dalam memenuhi
(Gharîzah al-baqo’) kebutuhannya.
Gharîzah al-baqâ’ II. Naluri Melestarikan
adalah naluri Keturunan (Gharîzah an-
mempertahankan diri (An- naw’)
Nabhani, 2003), naluri ini Gharîzah an-nau’
mendorong manusia untuk adalah naluri
berperilaku yang dapat mempertahankan dan
mempertahankan melestarikan keturunan (An-

268
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

Nabhani, 2001). Naluri ini menghormati orang-orang


melahirkan kecendrungan kuat, memuji
dan dorongan seksual. kepemimpinnya,
Adapun diantara indikasi- mengagungkan pahlawan,
indikasinya adalah memohon pada Allah ketika
kecenderuang seksual, rasa ditimpa sengsara, perasaan
ingin mencintai dan dicintai, ingin beribadah, rasa takut
simpati, empati, sifat pada hari kiamat, berserah
keayahan, sifat keibuan, rasa diri pada Allah Swt. Semua
persaudaraan, dan itu akan menimbulkan
seterusnya. Semua indikasi- perasaan yang
indikasi ini membantu mendorongnya untuk
manusia dalam meneruskan berperilaku. Dalam
keturunan dan menjaga pembentukan kepribadian
kelangsungan keturunan fungsi nafsiyah adalah
manusia. Disamping itu, mengarahkan dorongan-
naluri ini akan menimbulkan dorongan kebutuhan
perasaan yang jasmani dan naluri sesuai
mendorongnya untuk dengan mafahim yang
berperilaku dimilki oleh seseorang.
III. Naluri Mengagungkan Demikianlah penjelasan
Sesuatu (Gharîzah at- tentang unsur-unsur pembentuk
tadayyun) kepribadian yang terdapat dalam diri
Gharîzah at-tadayyun manusia. Namun unsur-unsur ini
adalah naluri beragama hanya dapat menghasilkan sebuah
(An-Nabhani, 2003). Naluri reaksi saja dan belum dapat
inilah yang mendorong menghasilkan sebuah kepribadian
manusia untuk berperilaku tertentu pada diri seseorang. Untuk
yang mengagungkan atau membentuk sebuah kepribadian
mensucikan sesuatu. Naluri islami pada diri seseorang
ini muncul karena perasaan diperlukan unsur dari luar, yaitu
manusia bahwa secara sebuah informasi yang terdiri dari
alamiah dirinya lemah, akidah dan tsaqofah atau ilmu
butuh yang lain, banyak pengetahuan. Informasi inilah yang
kekurangan, dan akan menghukumi sebuah
kecenderungan kepada fakta/realitas yang ditemui oleh
yang maha sempurna, manusia dalam kehidupan dan
yakni di sana ada kekuatan dalam memenuhi kebutuhan jasmani
yang lebih besar dari dan naluri. Sehingga melahirkan
dirinya. Perasaan lemah sebuah pemahaman yang menjadi
dalam diri manusia ini tolak ukur dalam melakukan
menimbulkan manifestasi- perbuatan. Dengan demikian ketika
manifestasinya antara lain, akidah Islam dan tsaqofah Islam
membutuhkan kepada yang yang tersimpan didalam otak
lain, kagum dengan sistem manusia sebagai informasi yang
alam semesta, mensucikan akan menghukumi fakta/realitas
alam, mengagungkan yang terindera dan dalam memenuhi
orang-orang kuat, kebutuhan jasmani dan naluri, maka

269
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

akan terlahirlah pemahaman Islam Meskipun fakta atau realitas


yang melahirkan perbuatan islami. merupakan perkara penting
Dengan ini akan terbentuklah dalam proses berfikir, akan tetapi
kepribadian islami. penginderaan pada fakta boleh
jadi tidak cukup memadai untuk
b. Unsur-Unsur Pembentuk memulai proses berfikir. Fakta
Kepribadian Islami dari Luar Diri harus dipelajari secara mendalam
Manusia dengan penginderaan secara
Unsur pembentuk kepribadian berulang-ulang dengan
yang terdapat dari luar diri manusia pengamatan yang sempurna
adalah terdiri dari fakta/realitas dan sehingga menghasilakan
informasi yang didapatkan oleh kesimpulan yang akurat.
manusia sebagai ilmu pengetahuan 2) Informasi Awal (Ilmu
yang terdiri dari akidah dan Pengetahuan)
tsaqofah. Informasi ini tersimpan Informasi awal adalah
dalam otak manusia yang digunakan merupakan ilmu dan
oleh akal untuk menghukumi pengetahuan-pengetahuan yang
fakta/realitas yang terindera dan diperoleh manusia yang
sebagai landasan dalam memenuhi tersimpan di dalam otaknya.
kebutuhan jasmani dan naluri. Dalam pembentukan kepribadian
Kemudian unsusr-unsur ini islami informasi awal ini berupa
dijelaskan sebagai berikut: akidah Islam dan pengetahuan-
1) Fakta (Realitas) pengetahuan yang terpancar dari
Fakta didefinisikan sebagai akidah Islam yang berupa
segala sesuatu yang berada tsaqofah Islam.
dalam jangkauan penginderaan a) Aqidah
manusia. Selain itu, fakta Syaikh Taqiyuddin an-
merupakan sesuatu yang menjadi Nabhani, mendefinisikan akidah
objek pemikiran manusia, secara umum sebagai berikut:
sebelum manusia mengeluarkan “Aqidah adalah pemikiran
suatu keputusan atau kesimpulan yang menyeluruh tentang alam
mengenai objek tersebut. Fakta semesta, manusia dan
bisa saja berupa benda-benda kehidupan, tentang sebelum dan
fisik, seperti atom, planet, atau sesudah kehidupan dunia, serta
bahan kimia, dan bisa juga hubungan ketiganya dengan
berupa ide atau konsep yang sebelum dan sesudah
tidak bersifat fisik, seperti kata- kehidupan”. (An-Nabhani, 2001)
kata, rumus dan persamaan Adapun yang dimaksud
matematika. Fakta dapat diindera dengan pemikiran yang
oleh manusia, baik secara menyeluruh, adalah pemikiran
langsung maupun tidak langsung. yang mendasar tentang alam
Dalam kedua hal tersebut, semesta, manusia dan
sebuah fakta haruslah dapat kehidupan, sebab ketiga hal inilah
dijangkau oleh akal manusia, dan yang dapat terjangkau oleh indera
fakta ini tentu dapat diindera oleh manusia, dan dipahami oleh
satu atau lebih alat indera akalnya. Sedangkan yang
(Abdurrahman, M. 2011). dimaksud dengan sebelum dan
sesudah kehidupan dunia, serta

270
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

hubungan ketiganya dengan ciptaan Allah Swt, yang


sebelum dan sesudah kehidupan, diperintahkan untuk beribadah
maksudnya adalah ada siapa dan terikat dengan aturan Allah
sebelum kehidupan dunia ini dan Swt. Adapun hubungan
akan kemana setelah kehidupan kehidupan dengan
ini serta apa kaitannya dengan sesudahnya adalah adanya
kehidupan di dunia ini. Semua ini hisab atas apa yang telah
merupakan interpretasi untuk dilakukan manusia didalam
pertanyaan-pertanyaan yang kehidupannya.
menyelimuti manusia, yaitu siapa Berdasarkan keyakinan
yang menciptakan alam, manusia seperti ini, maka manusia
dan kehidupan ini? untuk apa harus terikat dengan aturan
alam, manusia dan kehidupan ini Allah Swt, dalam kehidupan di
diciptakan? dan akan kemana dunia ini. Karena itu, manusia
manusia setelah kehidupan ini wajib berjalan dalam
berakhir? kehidupan ini sesuai dengan
Menurut Syaikh Taqiyuddin peraturan Allah, dan wajib
an-Nabhani ketiga pertanyaan di meyakini bahwa ia akan di
atas adalah merupakan hisab di hari kiamat nanti atas
pertanyaan mendasar dalam diri seluruh perbuatan yang
manusia, sehingga jawaban dari dilakukannya di dunia. Dengan
ketiga pertanyaan tersebut keyakinan seperti ini maka
melahirkan sebuah akidah. Dalam tertanamlah aqidah Islam pada
hal ini Syaikh Taqiyuddin an- diri seseorang. Sehingga
Nabhani menggolongkan akidah seorang muslim yang
terbagi menjadi tiga. menyakini akidah Islam harus
Sebagaimana dijelaskan berikut mengetahui hubungan dirinya
ini: dengan Allah pada saat
I. Akidah Islam melakukan perbuatan,
Aqidah Islam adalah sehingga seluruh perbuatan
akidah yang mengimani, mengikuti perintah-perintah
bahwa di balik alam semesta, Allah dan menjauhi larangan-
manusia dan kehidupan ada larangan Allah. Di samping itu,
pencipta yang telah tujuan akhir dari kepatuhannya
menciptakannya, dan yang terhadap perintah-perintah dan
menciptakan segala sesuatu, larangan-larangan Allah adalah
yaitu Allah Swt. Ini merupakan mendapatkan ridha Allah
jawaban atas pertanyaan- semata. (An-Nabhani, 2001)
pertanyaan manusia tentang II. Aqidah Sekuler
sebelum kehidupan dunia ini. Akidah sekuler adalah
Kemudian aqidah Islam aqidah yang memisahkan
menjelaskan tentang sesudah agama dari kehidupan. Mereka
kehidupan dunia ada hari mengakui adanya pencipta
akhirat, hisab, surga dan alam semesta, manusia, dan
neraka. Adapun hubungannya hidup, serta mengakui adanya
dengan sebelum kehidupan hari kebangkitan. Sebab,
dunia adalah eksistensi semua itu adalah dasar pokok
kehidupan sebagai makhluk agama, ditinjau dari

271
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

keberadaan suatu agama. lainnya. Materi bersifat azali


Dengan pengakuan ini berarti (tak berawal dan tak berakhir),
terdapat ide tentang alam qadim (terdahulu) dan tidak
semesta, manusia, dan hidup, ada yang mengadakannya.
serta apa yang ada sebelum Dengan kata lain bersifat
dan sesudah kehidupan dunia, wajibul wujud (wajib adanya).
sebab mereka tidak menolak Penganut akidah ini
keberadaan agama. Namun mengingkari penciptaan alam
tatkala ditetapkan bahwa oleh Zat yang maha pencipta.
agama harus dipisahkan dari Mereka mengingkari aspek
kehidupan, maka pengakuan kerohanian, dan beranggapan
itu akhirnya hanya sekadar bahwa pengakuan adanya
formalitas belaka, karena aspek rohani merupakan
sekalipun mereka mengakui sesuatu yang berbahaya bagi
keberadaannya, tetapi pada kehidupan. Agama dianggap
dasarnya mereka menganggap sebagai candu yang meracuni
bahwa kehidupan dunia ini masyarakat dan menghambat
tidak ada hubungannya pekerjaan. Bagi mereka tidak
dengan apa yang ada sebelum ada sesuatu yang berwujud
dan sesudah kehidupan dunia. kecuali hanya materi, bahkan
Anggapan ini muncul ketika menurutnya, berpikir pun
dinyatakan adanya pemisahan merupakan refleksi materi ke
agama dari kehidupan, dan dalam otak. Materi adalah
bahwasanya agama hanya pangkal berpikir dan pangkal
sekedar hubungan antara dari segala sesuatu, yang
individu dengan penciptanya berproses dan berkembang
saja (An-Nabhani, 2001). dengan sendirinya lalu
Dengan demikian, akidah ini mewujudkan segala sesuatu.
menjawab pertanyaan ketiga di Ini berarti mereka mengingkari
atas tadi, bahwa manusia, adanya sang pencipta (al-
alam dan kehidupan berasal Khaliq) dan menganggap
dari Allah. Hidup didunia materi itu bersifat azali, serta
memisahkan antara kehidupan mengingkari adanya sesuatu
dengan agama, yang mana sebelum dan sesudah
agama hanya untuk urusan kehidupan dunia dan yang
spiritul belaka. Kemudian mati mereka akui hanya kehidupan
kembali kepada Allah. dunia ini saja (An-Nabhani,
III. Akidah Komunis 2001).
Akidah komunisme Dengan demikian,
adalah akidah yang mengimani akidah komunisme menjawab
bahwa alam semesta, tiga pertanyaan diatas, bahwa
manusia, dan hidup adalah manusia, alam dan kehidupan
materi. Bahwa materi adalah berasal dari materi ada dengan
asal dari segala sesuatu. sendirinya. Kehidupan hidup di
Melalui perkembangan dan dunia ini untuk memuaskan
evolusi materi benda-benda materi dan mati kembali ke
lainnya menjadi ada. Di balik materi.
alam materi tidak ada alam b) Tsaqofah

272
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

Tsaqofah secara yakni berbagai pengetahuan


terminologis adalah, pengetahuan yang mengandung aqidah
yang diambil melalui berita-berita, Islam dan membahas tentang
talaqqiy (pertemuan secara aqidah, seperti ilmu tauhid.
langsung) dan instinbath Bisa juga pengetahuan yang
(penggalian/penarikan bertumpu kepada aqidah
kesimpulan). Misalnya, sejarah, Islam, seperti fiqih, tafsir dan
bahasa, fikih, filsafat, ekonomi, hadits. Termasuk ilmu
politik, pendidikan dan seluruh pengetahuan yang terkait
pengetahuan non eksperimental dengan pemahaman yang
lainnya (An-Nabhani, 2001). terpancar dari aqidah Islam
Tsaqofah mencakup akidah dan berupa hukum-hukum, ilmu-
segala sesuatu yang terpancar ilmu bahasa Arab, musthalah
dari akidah, baik itu berupa hadits, ilmu ushul, sistem
hukum, sistem, dan berbagai ekonomi Islam, sistem politik
cabang ilmu pengetahuan (Yasin. Islam, sistem sosial Islam dan
A, 2004). Dengan demikian sistem pendidikan Islam.
tsaqofah adalah sekumpulan Semuanya termasuk tsaqafah
pengetahuan yang Islam, karena aqidah Islam
mempengaruhi akal dan sikap menjadi landasan dalam
seseorang terhadap fakta (benda pembahasannya.
maupun perbuatan), seperti II. Tsaqofah Asing (Kapitalis dan
masalah hukum, ekonomi, Sosialis)
sejarah dan lain sebagainya. Tsaqofah asing adalah
Tsaqofah adalah pemikiran- tsaqofah yang bukan dari
pemikiran yang menjelaskan Islam dan pembahasannya
sudut pandang dalam kehidupan. tidak berlandaskan akidah
Pemikiran-pemikiran inilah yang Islam, yakni berlandaskan
membentuk sebuah mafahim akidah selain dari Islam.
yang mengantarkan terciptanya Tsaqofah asing berupa ilmu
sebuah perbuatan. Berdasarkan pengetahuan yang terpancar
hal ini, tsaqofah Islam berbeda dari akidah yang bukan Islam
dengan tsaqofah kapitalis, dan dan akidah tersebut manjadi
tsaqofah sosialis. Dengan ini dasar dan landasan dalam
tsaqofah dapat digolongkan pembahasannya. Sehingga
menjadi dua, yakni tsaqofah Islam melahirkan ilmu pengetahuan
dan tsaqofah asing (kapitalis dan berupa sistem ekonomi, sistem
sosialis) sesuai dengan akidah politik, sistem pendidikan,
yang dijadikan landasan dalam sistem sosial dan berbagai
pembahasannya. pengetahuan lain.
I. Tsaqofah Islam Berdasarkan penjelasan
Tsaqofah Islam adalah di atas, berkenaan dengan
pengetahuan-pengetahuan unsur-unsur pembentuk
yang menjadikan aqidah Islam kepribadian manusia, baik
sebagai landasan dalam unsur dari dalam diri manusia
pembahasannya (Yasin. A, maupun unsur diluar diri
2004). Tsaqofah Islam ini manusia. Kepribadian manusia
terpancar dari akidah Islam, terbentuk dari gabungan

273
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

unsur-unsur dalam diri yakni memisahkan antara


manusia dan unsur dari luar kehidupan dengan agama.
diri manusia. Unsur dari luar Demikian juga halnya ketika
diri manusia yang berupa yang dijadikan landasan dalam
fakta/realitas dan informasi proses berfikir dan pemenuhan
awal yang tersimpan dalam kebutuhan jasmani dan
otak manusia inilah yang nalurinya adalah akidah dan
membentuk kepribadian tsaqofah sosialis komunis.
seseorang. Dengan demikian Dengan demikian, yang
perbedaan akidah dan menentukan perbuatan
tsaqofah yang menjadi seseorang dalam memenuhi
landasan dalam berfikir untuk kebutuhan jasmani dan
menghukumi fakta/realitas nalurinya adalah landasan
akan mempengaruhi yang dijadikan tolak ukur
kesimpulan atau pemahaman dalam proses berfikir.
yang berbeda terhadap Berdasarkan hal ini,
fakta/realitas yang terindera, pembentukan kepribadian
sehingga melahirkan islami pada seseorang dapat
perbuatan yang berbeda-beda dibentuk dengan akidah dan
pula. Ketika landasan yang tsaqofah Islam.
digunakan dalam menghukumi Inilah unsur-unsur
fakta/realitas bersumber dari pembentuk kepribadian islami
akidah Islam dan tsaqofah menurut Syaikh Taqiyuddin an-
Islam, maka proses berfikirnya Nabhani dan inilah konsep
akan dibangun berdasarkan terhadap unsur pembentuk
akidah dan tsaqofah tersebut. kepribadian islami. Pandangan
Dengan ini akan terbangun Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani
pemahaman Islam yang akan tentang unsur-unsur
mempengaruhi dalam pembentuk kepribadian
pemenuhan kebutuhan manusia ini berbeda dengan
jasmani dan nalurinya, konsep dan pandangan
sehingga akan muncul psikologi barat, terutama
perbuatan yang sesuai dengan tentang konsep otak dan
akidah Islam. Namun ketika naluri.
informasi atau pengetahuan Menurut Syaikh
tersebut bersumber dari akidah Taqiyuddin an-Nabhani,
dan tsaqofah kapitalis, maka pandangan ilmu psikologi barat
proses berfikirnya akan yang menganggap bahwa otak
dibangun berdasarkan akidah dibagi kedalam beberapa
dan tsaqofah tersebut. Dengan bagian (otak kanan, otak kiri)
ini akan terbangun dan setiap bagian memiliki
pemahaman kapitalis yang potensi kemampuan khusus
akan mempengaruhi dalam serta pada bagian otak tertentu
pemenuhan kebutuhan ada potensi yang berbeda
jasmani dan nalurinya, dengan yang ada di bagian
sehingga akan muncul otak lainnya adalah
perbuatan yang sesuai dengan pandangan yang keliru.
akidah dan tsaqofah tersebut, Karena pada kenyataannya

274
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

otak itu hanya satu. Terjadinya yang berupa naluri-naluri itu


keragaman serta perbedaan tergabung dalam tiga
pemikiran yang dihasilkan kelompok, yaitu: naluri
adalah sebagai akibat beragama, naluri
beragam dan berbedanya melangsungkan keturunan,
fakta yang terindera serta dan naluri mempertahankan
informasi awal yang diterima. diri. Ini, artinya bahwa setiap
Jadi, di dalam otak tidak yang disebut dengan naluri,
ditemukan adanya potensi maka dikembalikan kedalam
yang tidak ditemukan di otak salah satu dari tiga kelompok
yang lain, tetapi keseluruhan tersebut, sebab ia merupakan
otak memiliki potensi untuk indikasi naluri, bukan naluri
berpikir dalam segala hal yang berdiri sendiri (An-
manakala terpenuhi empat hal Nabhani, Taqiyuddin, 2002).
yaitu fakta yang terindera, Dengan demikian
panca indera, informasi- menurut Syaikh Taqiyuddin an-
informasi sebelumnya dan Nabhani pandangan ilmuan
otak. Keragaman otak manusia psikologi barat tentang konsep
hanya terjadi pada kekuatan kepribadian manusia, dalam
mengingat dan mengindera, hal ini teori tentang otak dan
seperti halnya keragaman naluri adalah keliru. Inilah
mata terjadi dalam aspek kuat bantahan Syaikh Taqiyuddin
dan lemahnya memandang. an-Nabhani terhadap psikologi
Dengan demikian, setiap orang barat yang merupakan
bisa diberi informasi apa saja tsaqofah asing.
dan dalam dirinya memiliki
potensi untuk mengolah KESIMPULAN
berbagai informasi yang Menurut Syaikh Taqiyuddin An-
masuk. Karena itu, anggapan Nabhani, kepribadian manusia tidak
ilmu psikologi barat yang ada kaitannya dengan bentuk tubuh,
mengatakan otak memiliki wajah, keserasian fisik dan hal lain
bagian-bagian dan setiap sejenisnya. Manusia memiliki
bagian memiliki potensi- keistimewaan disebabkan akalnya,
potensi yang berbeda-beda sementara baik atau buruknya
sama sekali tidak memiliki kepribadian manusia ditunjukkan
dasar (An-Nabhani, oleh perbuatannya. Perbuatan
Taqiyuddin, 2002). adalah aktifitas yang dilakukan
Sedangkan tentang manusia dalam rangka memenuhi
konsep naluri, menurut Syaikh kebutuhan jasmani dan nalurinya.
Taqiyuddin an-Nabhani Perbuatan manusia terkait erat
pandangan para ahli psikologi dengan mafahimnya serta tidak bisa
barat yang mengatakan bahwa dipisahkan. Sedangkan mafahim
naluri itu banyak sekali adalah pemahaman terhadap
macamnya, ada yang dapat fakta/realitas berdasarkan landasan
disingkap ada pula yang tidak tertentu yang diyakini sebagai
adalah keliru. Sebab, dalam informasi yang tersimpan di dalam
pandangan an-Nabhani bahwa otak. Adapun aktifitas pemenuhan
potensi kehidupan manusia, kebutuhan jasmani dan naluri

275
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 2, Juli – Desember, 2018 (249 –
278)

berdasarkan mafahim yang dimiliki sikap islami yaitu nafsiyah Islam.


oleh seseorang disebut dengan pola Dengan demikian, ketika seluruh
sikap atau nafsiyah. Sedangkan perbuatan seseorang dibangun
aktifitas menghukumi fakta berdasarkan aqliyah Islam dan
berdasarkan landasan tertentu yang nafsiyah Islam maka terwujudlah
diyakini disebut dengan pola berpikir kepribadian islami, yaitu kepribadian
atau aqliyah. yang memiliki ciri khas Islam.
Berdasarkan konsep Berdasarkan hal ini, kepribadian
kepribadian di atas, kepribadian islami didefinisikan sebagai, “satu
didefinisikan sebagai “satu kesatuan kesatuan integrasi dari cara kerja
integrasi dari cara kerja aqliyah dan aqliyah dan nafsiyah berlandaskan
nafsiyah berdasarkan akidah akidah Islam yang melahirkan
tertentu yang diyakini kemudian perbuatan”. Inilah definisi dan
melahirkan perbuatan”. Definisi ini konsep kepribadian islami menurut
bersifat umum untuk seluruh definisi pandangan Syaikh Taqiyuddin an-
kepribadian manusia. Inilah definisi Nabhani.
kepribadian dan inilah konsep Unsur kepribadian manusia
kepribadian menurut Syaikh terdiri dari, unsur dalam diri manusia
Taqiyuddin an-Nabhani. dan unsur diluar diri manusia. Unsur
Islam telah memberikan solusi dalam diri manusia meliputi, panca
terhadap manusia dalam indera, otak, akal dan nafsiyah.
mewujudkan kepribadian islami, Namun keempat unsur ini hanya
yaitu dengan menjadikan akidah dapat menghasilkan reaksi saja.
Islam sebagai landasan berfikir, Oleh karena itu untuk dapat
yang diatas landasan tersebut melahirkan sebuah perbuatan
dibangun seluruh pemikirannya serta tertentu pada diri seseorang,
dibentuk pemahamannya dalam dibutuhkan unsur dari luar diri
memberikan solusi atas perbuatan- manusia berupa fakta/realitas dan
perbuatan manusia yang timbul dari informasi awal yang tersimpan
kebutuhan jasmani dan nalurinya didalam otak manusia yang meliputi
dengan hukum-hukum syara’ yang ilmu dan pengetahuan-pengetahuan
terpancar dari akidah tersebut. yang terpancar dari akidah. Adapun
Dengan demikian setiap orang yang informasi atau pengetahuan yang
berpikir berdasarkan akidah Islam dijadikan landasan berfikir dalam
dan hawa nafsunya dikembalikan menghukumi fakta/realitas oleh
kepada akidah Islam maka seseorang menurut Syaikh
seseorang tersebut memiliki Taqiyuddin an-Nabhani, bersumber
kepribadian islami. Ketika akidah dari akidah Islam, akidah sekuler
Islam yang dijadikan satu-satunya dan akidah komunis. Dari akidah
tolak ukur umum terhadap seluruh inilah terpancar pengetahuan-
pemikiran dalam menghukumi fakta, pengatuan yang berupa tsaqofah.
maka terbangunlah pemahaman Dengan demikian ketika ingin
islami yaitu aqliyah Islam. Dan ketika membentuk kepribadian islami pada
akidah Islam yang dijadikan satu- seseorang maka harus menjadikan
satunya tolak ukur umum dalam akidah Islam dan tsaqofah Islam
pemenuhan dorongan kebutuhan sebagai landasannya.
jasmani dan nalurinya secara praktis
dan riil, maka terbangunlah pola DAFTAR PUSTAKA

276
Agus Silahudin; Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam.

Al-Qur’an, Kementrian Agama RI. Husen, Abdullah Muhammad. 2000.


2010. Syaamil Qur’an, Studi Dasar-Dasar Pemikiran
Kementrian Agama RI. Islam, Cet, ke-V, Bogor:
Abdurrahman Hafiz.. 2007. Pustaka Thariqul Izzah,
Diskursus Islam Politik dan Lawrence A. Parwin, Psikologi
Spiritual. Bogor: al-Azhar Kepribadian Teori dan
Press. Penelitian, Jakarta:
Abdul Mujib. 1999. Fitrah dan Prenadamedia Group, 2015.
Kepribadian Islam, Jakarta: Muhsin Rodhi, Muhammad. 2012.
Darul Fatah. Tsaqofah dan Metode Hizbut
__________. 2017. Kepribadian Tahrir dalam Mendirikan
dalam Psikologi Islam, Jakarta: Negara Khilafah, Bogor: al-
PT. Grafindo Persada. Azhar Fresh Zone.
Abdurrahman, M. 2011. Purwanto Yadi. 2007. Psikologi
Membangun Pemikiran Kepribadian, Bandung: Refika
Cemerlang, Cet, ke-2, Bogor: Aditama.
Pustaka Thariqul Izzah. Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi
Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran. Kepribadian, Jakarta: Raja
2006. Psikologi Kenabian, Grafindo Persada.
Yogyakarta: Daristy. Sanapiah Faisol. 1995. Format-
Ahyadi Abdul Aziz. 1987. Psikologi format Penelitian, Bandung:
Agama, Bandung: Sinar Baru. PT. Raja Grafindo Persada.
An-Nabhani, Taqiyuddin. 2002. Ad- Yasin, Abu. 2004. Usus at-Ta’lim fi
Daulatul al-Islamiyah, Cet. ke- Daulah al-Khilafah, Dar al-
7, Libanon: Dar al-Ummah. Ummah.
___________________. 2001.
Nizham al-Islam, Jakarta: Min
Mansurati Hizbut Tahrir.
___________________. 2003. asy-
Syakhshiyyah al-Islamiyyah,
Cet. ke-VI, Libanon: Dar al-
Ummah.
___________________, 2003. An-
Nizham Al-Ijtima’i fi Al-Islam,
Cet. ke-IV, Jakarta: Min
Mansurati Hizbut Tahrir.
___________________. 1973. at-
Tafkir, Libanon: Min Mansurati
Hizbut Tahrir.
An-Nawawi, Muhammad. 1990. al-
Jawi, Syarh Kasifah as-
Saja’ala Safinah an-Naja.
Semarang: Toha Putra.
Hamzah Ahmad dan Nanda
Santoso. 1996. Kamus Pintar
Bahasa Indonesia, Surabaya:
Fajar Mulya.

277

Anda mungkin juga menyukai