Anggota Kelompok :
1. Adinda Samtono Putri (P0123005)
2. Aila Hasna Hanifah (P0123012)
3. Argya Grahita Apariminta (P0123042)
● Prasangka
Menurut Baron & Byrne (2004) prasangka adalah sikap negatif terhadap anggota
kelompok tertentu. Banyak orang yang membentuk dan memiliki prasangka karena
dengan berprasangka dapat memainkan sebuah peran penting untuk melindungi atau
meningkatkan konsep diri atau citra diri individu (Baron & Byrne 2004). Sedangkan
Myres (2012) menyatakan prasangka adalah penilaian negatif yang telah dimiliki
sebelumnya terhadap satu kelompok dan masing-masing anggota kelompoknya. Inti dari
prasangka adalah praduga berupa penilaian negatif mengenai suatu kelompok dan setiap
individu atau anggotanya.
● Ekspektasi
Ekspektasi adalah harapan yang tidak konstan, yang timbul dari gagasan tentang suatu
hal di masa depan (Boeree, 2005). Sedangkan menurut Sutisna (2001:79) ekspektasi
adalah suatu keyakinan atau kepercayaan individual sebelumnya mengenai hal-hal apa
saja yang seharusnya terjadi pada situasi tertentu.
Hasil Kuesioner
● Responden berjumlah 40 orang yang merupakan mahasiswa Universitas Sebelas Maret
dari berbagai jurusan.
● 25% orang memiliki teman atau kenalan yang mengenakan cadar di Universitas Sebelas
Maret Surakarta sedangkan 75% lainnya tidak.
● Garis besar jawaban responden dari pertanyaan “Bagaimana tanggapan Anda mengenai
mahasiswi yang bercadar?” :
- Tidak masalah selagi tidak mengganggu aktivitas dan tidak ada larangan
mengenakan cadar di kampus.
- Bercadar identik dengan perilakunya yang baik. Responden yang memiliki teman
bercadar mengklaim bahwa temannya tersebut berperilaku serta berakhlak baik.
- Menganggap bahwa mahasiswi mengenakan cadar untuk menutup diri demi
menjauhi syahwat.
- Keren, salut, bagus, syar’i
- Kagum karena bisa menjaga diri dan istiqamah di lingkungan yang “bebas”
(mungkin maksudnya lingkungan umum/bukan kampus berbasis islam).
- Menghargai pilihannya dengan alasan cara berpakaian merupakan hak setiap orang.
- Terkesan religius dan kaku.
- Beberapa orang bercadar susah diajak ngobrol dan kurang dalam bersosialisasi
sehingga responden memilih untuk menghindar dan meminimalisir interaksi dengan
orang tersebut.
● Sebanyak 50% responden menaruh ekspektasi pada mahasiswi bercadar dan 50% lainnya
tidak berekspektasi apapun.
● Jawaban responden mengenai ekspektasi dan first impression terhadap mahasiswi
bercadar kurang lebih sama dengan list tanggapan di atas.
● 32,5% responden memiliki persepsi yang berbeda antara sebelum dengan sesudah
mengenal mahasiswi bercadar tersebut, sedangkan 67,5 % lainnya memiliki persepsi
yang tetap.
● Garis besar tanggapan 32,5% responden setelah mengenal mahasiswi yang bercadar :
- Merasa beruntung karena terdorong untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
- Ternyata tidak semua orang yang bercadar pendiam, malu, dan kalem, beberapa di
antaranya ternyata cukup asik untuk diajak ngobrol (berinteraksi).
- Tidak se-religius yang saya (responden) ekspektasikan.
- Sebelumnya responden kurang suka dengan wanita bercadar karena kebanyakan
yang ia temui orangnya kurang menjaga kebersihan. Setelah mengenal orang
bercadar lainnya, responden merasa bahwa perilaku individu tergantung
masing-masing orang. Responden memiliki kenalan bercadar lain yang asik dan
humble sehingga mengubah persepsinya.
Analisis Kasus
Persepsi adalah aktivitas mempersepsikan orang lain baik berupa positif maupun
negatif. Seperti yang penulis temukan dalam penelitian ini, kebanyakan persepsi dari
mahasiswa Universitas Sebelas Maret adalah positif. Adapun persepsi positif tersebut adalah
suatu pandangan yang baik yang diberikan oleh mahasiswa Universitas Sebelas Maret
terhadap mahasiswi bercadar. Hal tersebut dikarenakan adanya sebagian mahasiswa yang
beranggapan bahwa mahasiswi yang memakai cadar itu bisa melindungi diri mereka dari hal
yang negatif karena cadar merupakan pakaian yang menutupi aurat.
Sebagian mahasiswa Universitas Sebelas Maret mengakui tidak masalah ataupun
terganggu dengan mahasiswi bercadar. Mereka menghargai pilihannya dengan alasan cara
berpakaian merupakan hak setiap orang. Dukungan positif yang ditujukan kepada perempuan
bercadar dikarenakan individu memiliki pengalaman pribadi yang “positif” ketika
mengenal/berada dekat dengan mahasiswi bercadar.
Ekspektasi mahasiswa Universitas Sebelas Maret tentunya beragam, mulai dari yang
baik hingga yang buruk. Banyak yang berekspektasi bahwa mahasiswi bercadar memiliki
pemahaman ilmu agama yang tinggi, pemalu, tertutup, dan merupakan orang yang alim.
Sebagian responden tidak memiliki ekspektasi apapun terhadap mahasiswi bercadar. Mereka
beranggapan bahwa mahasiswi yang bercadar juga merupakan manusia biasa seperti kita
yang tidak luput dari salah dan dosa.
Penulis juga menanyakan mengenai ada tidaknya perbedaan persepsi sebelum dengan
sesudah mengenal individu yang bercadar. Sebagian besar responden menjawab tidak ada
perbedaan dari persepsi pertama kali bertemu, mereka beranggapan mahasiswi yang bercadar
sama seperti mahasiswi pada umumnya yang ramah, humble, dan asyik ketika
berkomunikasi, terdapat beberapa responden yang menjawab bahwa dia merasa senang,
beruntung, dan termotivasi untuk istiqomah dalam menjalankan ibadah sejak mengenal
mahasiswi bercadar. Terdapat juga responden yang menjawab bahwa mahasiswi bercadar
tidak se-religius yang diekspektasikan.
Pola interaksi antara mahasiswi bercadar dengan yang tidak bercadar di lingkungan
kampus Universitas Sebelas Maret memiliki karakteristik yang berbeda. Misalnya ketika
berkomunikasi dengan lawan jenis, mereka sangat menjaga batasan seperti dengan
menundukkan pandangan. Selain itu, ketika berkomunikasi dengan mahasiswi yang tidak
bercadar biasanya mereka harus melantangkan suara mereka agar terdengar jelas. Biasanya
mahasiswi bercadar ketika berkomunikasi diiringi dengan gerakan tangan, tujuannya agar
yang disampaikan dapat dipahami oleh lawan bicara dan meminimalisir kesalahpahaman.