Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

POST SECTIO CAESARIA PADA PASEIN NY. YOHANA DI RUANG


SYAFA RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSARI

Untuk Memenuhi Tugas Program Praktik

Disusun oleh :

RISFATUR RAHMAN SUTEJO


M19010003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Madani YOGYAKARTA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
POST SECTIO CAESAREA

A. Definisi
 Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009) 

 Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram
melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006) 

 Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding rahim (Mansjoer, 2002)

B. Manifestasi Klinik.

 Memiliki riwayat sesar di kehamilan sebelumnya


 Tidak ada perkembangan untuk melahirkan melalui vagina
 Terhambatnya proses persalinan
 Persalinan transversal (posisi bahu bayi berada di bawah)
 Ukuran kepala bayi terlalu besar
 Posisi bayi sungsang
 Terjadi komplikasi di awal kehamilan
 Kesehatan ibu tidak stabil (tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung)
 Penyakit menular dialami ibu (herpes genital, HIV)
 Ukuran panggul ibu kecil
 Hamil kembar
 Masalah pada plasenta (plasenta previa atau sousio plasenta)
 Kelainan kongenital pada bayi
 Terjadi masalah pada leher rahim
 Kondisi kesehatan terganggu pada bayi (hidrosefalus atau fibroid)
 Ketuban pecah

C. Patofisologi.
Manuaba (2009) Ibu hamil dilakukan section caesarea karena mengalami antara lain : Ruptur
uteri iminem, pedarahan antepartum, ketuban pecah dini dan panggul sempit, penyebab dari ibu
panggul sempit diantara lain

 Ibu hamil dikatakan memiliki panggul sempit ketika kepala atau tubuh bayi terlalu besar
untuk melewati panggul ibu. Meski jarang terjadi, banyak kasus persalinan yang tidak
mengalami kemajuan dianggap karena kondisi panggul yang sempit.  Bila diagnosa panggul
sempit memang akurat, pilihan metode persalinan paling aman untuk ibu dan bayi adalah
melalui operasi sesar.
 Ibu dengan postur tubuh pendek (tinggi badan kurang dari 150 cm) dan pernah mengalami
trauma atau penyakit  panggul atau tulang belakang, berisiko lebih tinggi  memiliki panggul
sempit.
 Bayi dengan marcosomia atau hydrocephalus (peningkatkan jumlah cairan yang tidak
normal pada kepala, menyebabkan pelebaran tulang tengkorak) memiliki berat lebih dari 4
kg yang juga bisa menjadi penyebab CPD.
 Bila pada kehamilan pertama bayi tidak turun meski usia kehamilan lebih dari 37 minggu
atau persalinan tidak berjalan lancar, ada kemungkinan penyebabnya adalah panggul yang
sempit.
 Beberapa kemungkinan penyebab CPD lainnya adalah posisi janin yang tidak optimal dan
bentuk panggul yang tidak normal serta bayi berukuran besar karena faktor
keturunan, diabetes, atau postmaturity (masih hamil setelah tanggal prediksi lahir).
D. Pathways keperawatan (jalan munculnya masalah sesuai dengan teori)
E. Pentalaksanaan medis Post section caesarea
Perawatan post Sectio Caesarea menurut Rasjidi (2009) yaitu :
a. Ruang Pemulihan
Dalam ruang pemulihan prosedur yang harus dilakukan yaitu memantau dengan cermat
jumlah perdarahan dari vagina dan palpasi fundus uteri untuk memastikan bahwa uterus
berkontraksi dengan baik.

b. Pemberian Cairan Intravena


Perdarahan yang tidak disadari di vagina selama tindakan dan perdarahan yang
tersembunyi didalam uterus atau keduanya, sering menyebabkan perkiraan kehilangan darah
menjadi lebih rendah daripada sebenarnya. Cairan intravena yang perlu disiapkan untuk
memenuhi kebutuhan klien yaitu larutan Ringer Laktat atau larutan Kristaloid ditambah Dektrosa
5%. Bila kadar Hb rendah diiberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

c. Tanda-Tanda Vital
Setelah pulih dari ansetesi, observasi pada klien dilakukan setiap setengah jam setelah 2
jam pertama dan tiap satu jam selama minimal 4 jam setelah didapatkan hasil yang stabil. Tanda
vital yang perlu dievaluasi yaitu Tekanan darah, Nadi, Jumlah urin, Jumlah perdarahan, Status
fundus uteri, Suhu tubuh.

d. Analgesik Pemberian analgesic


dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam untuk mengurangi nyeri yang dirasakan.
Pemberian analgesik dapat berupa Meperidin 75-100mg intramuskuler dan morfin sulfat 10-
15mg intramuskuler.

e. Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus


Kateter vesika urinaria biasanya dapat dilepas dalam waktu 12 jam setelah operasi
dilakukan. Sedangkan untuk makanan padat dapat diberikan kurang lebih 8 jam stelah operasi,
atau jika klien tidak mengalami komplikasi.

f. Pemeriksaan laboratorium
Hematrokit secara rutin diuk
ur pada pagi hari stelah pembedahan. Pemeriksaan dilakukan lebih dini apabila terdapat
kehilangan darah yang banyak selama operasi atau menunjukkan tanda-tanda lain yang
mengarah ke hipovoemik.
g. Menyusui
Menyusui dilakukan pada hari 0 post Sectio Caesarea. Apabila klien memutuskan untuk
tidak menyusui, dapat diberikan bebat untuk menopang payudara yang bisa mengurangi rasa
nyeri pada payudara.

h. Pencegahan infeksi pasca operasi


Infeksi panggul pasca operasi merupakan penyebab tersering dari demam dan tetap
terjadi pada 20% wanita walaupun telah diberikan antibiotik profilaksis. Sejumlah uji klinis acak
telah membuktikan bahwa antibiotik dosis tunggal dapat diberikan saat Sectio Caesarea untuk
menrunkan angka infeksi.

i. Mobilisasi
Mobilisasai dilakukan secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat dimulai
sejak 6-10 jam setelah operasi. Hari kedua post operasi penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubahmenjadi
posisi setengah duduk. Selanjutnya dengan berturrut-turut selama hari demi hari pasien
dianjurkan belajar uduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari
ketiga sampai hari kelima pasca operasi sectio caesarea j. Kateterisasi Kandung kemih yang
penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, meghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24-48 jam atau lebih.

Penatalaksanaan nyeri pasca section caesarea


Beberapa agens farmakologis digunakan untuk menangani nyeri. Analgesik merupakan metode
yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Ada 3 jenis analgesik diantaranya : non narkotik dan
obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), analgesik narkotik atau opait, dan obat tambahan
(adjuvan) atau koanalgesik. NSAID umumnya menghilangkan nyeri ringan dan nyeri sedang.
Biasanya terapi pada nyeri pascaoperasi ringan sampai sedang dimulai dengan menggunakan
terapi NSAID. Nonsteroid bekerja pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi transmisi dan
resepsi stimulus nyeri. Tidak seperti opiat, NSAID tidak menyebabkan sedasi atau depresi
pernapasan dan tidak mengganggu fungsi berkemih atau defekasi. Analgesik opiat atau narkotik
umumnya digunakan untuk nyeri yang sedang sampai berat seperti nyeri pascaoperasi dan
maligna. Sedangkan adjuvan atau koanalgesik seperti sedatif, anti cemas, dan relaksan otot akan
meningkatkan kontrol nyeri dan menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri (Potter &
Perry, 2010).
F. Pengkajian Fokus
Data subjektif:
Keluhan Utama : Pasien mengatakan Nyeri setalah oprasi seperti disayat, dan susah untuk
beraktivitas karena nyeri
Data objektif :

 Pasien tampak meringis


 Skala nyeri 6 dikaji menggunakan numeric scale rating
 Pasien tampak takut untuk beraktivitas dilihat dari Ketika ingin bergerak meringis kesakitan.

G. Diagnosa yang muncul menurut NANDA Terbaru.


1. Manajemen Nyeri akut berkaitan dengan luka post section caesarea (1410)
2. Hambatan mobilitas fisik berkaitan dengan nyeri Ketika beraktivitas (00091)

H. Membuat rencana keperawatan dan tujuan berdasarkan NOC dan NIC

waktu No. Rencana Ttd/


Tgl jam Tujuan keperawatan
Dx Tindakan Nama
(noc)
(nic)
25-08- 14.00 1 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri: akut (1415)
2021 perawatan selama 5-10  Berikan pendkes tentang
menit, 3x24jam, penyebab nyeri yang
Diharapkan nyeri klien dirasakan
berkurang/terkontrol  Kaji tanda-tanda vital
dengan Kriteria hasil:  Lakukan pengkajian
Tingkat Nyeri (2102) nyeri secara
1. Melaporkan bahwa komprehensif meliputi
nyeri berkurang lokasi, karakteristik, dan
dengan keparahan nyeri
menggunakan  Observasi isyarat
manajemen nyeri nonverbal
(wajah tidak ketidaknyamanan
tampak meringis)  Ajarkan penggunaan
2. Menyatakan rasa teknik nonfarmakologi :
nyaman setelah napas dalam
nyeri berkurang  Kolaborasi pemberian
3. Tanda vital dalam terapi obat
rentang normal
waktu No. Rencana Ttd/
Tgl jam Tujuan keperawatan
Dx Tindakan Nama
(noc)
(nic)
25-08- 14.00 2 Setelah dilakukan Terapi latihan ambulasi (0221) :
2021 perawatan selama 5-10  Kaji kemampuan
menit, 3x24 jam, maka pergerakan aktivitas
pasien akan menunjukan klien seperti : (Miring ke
hasil dengan kriteria kanan dan miring ke
kiri)
 Keadaan umum  Anjurkan klien
baik melakukan mobilisasi
 Klien dapat secara bertahap
beraktivitas seperti  Anjurkan keluarga
semula untuk membantu klien
 Klien dapat dalam melakukan
bergerak secara latihan gerak
mandiri  Berikan pendkes pada
klien dan keluraga
tentang pentingnya
melakukan latihan gerak
DAFTAR PUSAKA

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan masalah
kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC)Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana,
Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005- 2006. Jakarta: Prima Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta :
penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
.

Anda mungkin juga menyukai