Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 7

Risfatur Rahman Sutejo


Aulia Wardatun Rahma
Nikmaturohmah

1. Pencegahan dan penanganan pertama pada kecelakaan kerja terjatuh dari


ketinggian/terpeleset

Pencegahan
1. Gunakan alas kaki yang tepat
Cara ini cukup sederhana, namun sering kali terabaikan. Dalam hal ini, pengusaha wajib menyediakan
sepatu keselamatan yang tepat sesuai kondisi area kerja. Pastikan alas kaki memiliki fitur anti licin,
nyaman dan pas digunakan pekerja.

2. Pasang pelapis lantai


Periksa lantai yang tidak rata dan rusak. Ganti segera apabila diperlukan. Pertimbangkan untuk
memasang pelapis lantai anti slip atau mengganti pelapis lantai yang sudah aus. Hal ini dapat mencegah
bahaya terpeleset, terutama di area yang terdapat banyak debu dan gemuk.

3. Jaga daerah kerja tetap bersih, rapi, dan aman


Pastikan Anda menerapkan tata graha (housekeeping) yang baik di tempat kerja. Pastikan lantai kerja
tetap kering dan bersih. Segera bersihkan permukaan yang basah atau terdapat tumpahan. Letakkan
barang atau peralatan kerja sesuai posisi yang telah ditetapkan. Buatlah demarkasi yang membedakan
jalur pekerja dan area penumpukan barang. Rapikan kabel-kabel yang melintang dan beri pelindung
untuk meminimalkan risiko tersandung. Pastikan semua area jalan bebas dari halangan apa pun.

4. Pastikan area kerja memiliki pencahayaan yang baik.


Penyediaan pencahayaan yang baik di area kerja dan area pejalan kaki perlu dilakukan agar
pandangan lebih jelas. Selain meminimalkan kecelakaan kerja, pencahayaan yang baik juga dapat
berdampak baik pada peningkatan produktivitas, efisiensi kerja, dan pengurangan kesalahan kerja.

5. Pasang tanda peringatan tatau pengaman


Pemasangan tanda peringatan, barikade, atau alat pengaman lainnya dimaksudkan untuk membatasi
akses ke area yang menimbulkan kemungkinan bahaya terpeleset, tersandung, dan terjatuh.

6. Pasang floor marking di area Lorong


Pasang floor marking (penandaan pada lantai) di lorong-lorong untuk memberi tahu dimana letak
area pejalan kaki, pintu dan tangga. Jaga area lorong tetap bersih, mendapat pencahayaan yang cukup
dan jalur bebas dari halangan apa pun.

7. Memasang rambu K3 Terpeleset, tersandung, terjatuh.


Memasang rambu K3 dapat membantu mengingatkan pekerja akan bahaya terpeleset, tersandung,
dan terjatuh yang terdapat di area kerja dan mengingatkan pekerja agar selalu berhati-hati saat
melakukan aktivitas di area yang berpotensi menimbulkan bahaya-bahaya tersebut.

8. Gunakan alat pelindung yang teapt dan memadai.


Sistem perlindungan bahaya jatuh adalah komponen yang penting dalam perencanaan pencegahan
bahaya terjatuh. Pastikan pekerja menggunakan alat pelindung jatuh yang tepat dan peralatan dalam
kondisi baik saat bekerja di ketinggian.

9. Periksa tangga atau perancah sebelum bekerja ditinggalkan


Sebelum menggunakan tangga atau perancah, periksa kelayakan peralatan tersebut sebelum
digunakan. Inspeksi harus dilakukan oleh pekerja yang kompeten dan terlatih.

Lakukan pemeriksaan visual dan menyeluruh pada tangga atau perancah. Jika tangga atau perancah
tidak layak pakai, pasang rambu K3 untuk memberi tahu pekerja lain bahwa peralatan tersebut tidak
dapat digunakan/ sedang diperbaiki.

10. Berikan pelatihan kepada pekerja mengenai bahaya terpeleset, tersandung dan terjatuh
Seperti jenis bahaya lainnya, bahaya terpeleset, tersandung dan terjatuh juga menjadi fokus penting
dalam pelatihan keselamatan untuk pekerja. Pastikan semua orang yang berada di area kerja,
mengenali dan memahami pencegahan bahaya terpeleset, tersandung, dan terjatuh serta mereka
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan benar (bila diperlukan).

Penanganan.

1. Memastikan kesadaran korban


Saat memberikan pertolongan pertama pada orang yang jatuh, jangan terburu-buru
memindahkan badannya. Hampiri korban terlebih dulu agar Anda bisa memastikan
kesadarannya dan menilai kondisi tubuhnya dengan cepat.
Perhatian apakah korban sadar dan mampu merespons. Jika korban dapat merespons, perhatikan
apakah ia bisa bernapas. Bila korban tidak merespons, apalagi jika tidak teraba nadi di daerah
lehernya, segera lakukan resusitasi jantung paru. Begitu korban dipastikan bernapas, pastikan
jalur udaranya tidak terhambat. Ubah posisi tubuhnya bila ia tampak kesulitan bernapas.

2. Ketahui kapan kamu harus menelpon nomor darurat


Segera hubungi nomor ambulans apabila korban tidak sadarkan diri atau mengalami cedera
serius pada leher, kepala, punggung, tulang pinggul, ataupun paha. Hubungi pula nomor darurat
apabila korban tidak mampu bernapas atau mengalami kejang.
Saat menunggu bantuan medis bagi korban jatuh yang tidak bernapas, Anda dapat memberikan
pertolongan pertama dengan melakukan resusitasi jantung dan paru (RJP). Jika Anda tidak
mengetahui caranya, hubungi tenaga medis untuk memandu Anda.

3. Melihat tanda-tanda cedera dan luka.


Jika korban mampu bernapas dan memberikan respons, langkah selanjutnya adalah melihat
tanda-tanda cedera dan luka. Tanyakan pada korban bagian mana dari tubuhnya yang terasa sakit.
Awasi pula adanya perdarahan dalam, memar, dan bagian tubuh yang terkilir.
Jangan pindahkan badan korban bila ia mengalami cedera pada leher atau tulang belakang.
Hubungi ambulans dan jagalah posisi korban hingga tenaga medis tiba. Apabila terjadi
perdarahan, tekan perlahan bagian yang berdarah dengan kain bersih.

4. Melakukan penanganan darurat terhadap patah tulang.


Saat memberikan pertolongan pertama pada korban jatuh, bentuk cedera yang paling sering
terjadi adalah patah tulang. Jangan memindahkan badan korban karena hal ini bisa memperparah
cedera pada tulang maupun area sekitarnya.
Jangan pula mencoba membetulkan posisi tulang yang bergeser. Sebagai gantinya, Anda bisa
memasangkan bebat darurat dari kayu atau bahan sejenisnya pada bagian atas dan bawah area
patah tulang. Gunakan kain untuk mengikat bebat tersebut.

5. Menjaga kondisi korban saat tidak ada cedera dan luka


Apabila korban tampak tidak mengalami luka dan mampu bergerak bebas, Anda bisa
membantunya duduk. Perhatikan kondisi korban dan awasi tanda-tanda nyeri, rasa tidak nyaman,
pusing, atau kepala berkunang-kunang
Bila memungkinkan, atau jika Anda adalah anggota keluarga korban, pantau kondisinya selama
24 jam ke depan. Segera hubungi tenaga medis apabila korban mengalami gejala gegar
otak seperti sakit kepala, kejang, muntah, atau pingsan
Pertolongan pertama yang Anda berikan saat seseorang jatuh dari ketinggian akan memberikan
pengaruh yang besar. Tindakan paling sederhana sekalipun bisa menghindarkan korban dari
risiko cedera permanen atau bahkan kematian
Agar manfaatnya optimal, pastikan Anda cermat dan berhati-hati sebelum memberikan
pertolongan pertama. Tidak lupa, keselamatan Anda sebagai penolong juga harus tetap
diutamakan.

2. Pencegahan dan penanganan pertama pada cedera otot dan terkilir


Pencegahan

1. Kenakan sepatu yang aman dan nyaman dalam segala aktivitas, dan pastikan ukurannya
tepat, serta hindari pemakaian sepatu hak tinggi.
2. Olahraga secara rutin, namun jangan terlalu berlebihan, dan jangan lupa untuk selalu
melakukan pemanasan dan peregangan sebelum mulai olahraga.
3. Hindari duduk atau berdiri terlalu lama. Sebaiknya sesekali istirahat dan lakukan
peregangan.
4. Hindari melakukan olahraga berat tanpa mengikuti latihan yang benar sebelumnya.
5. Hati-hati jika berjalan di jalanan yang basah dan licin.

Penanganan
1. Berhentilah melakukan aktivitas atau gerakan yang dapat memperparah cedera,
setidaknya dalam waktu 2-3 hari setelah cedera.
2. Aplikasikan es yang dibalut dalam handuk pada area yang cedera selama setidaknya
15-20 menit tiap 2-3 jam sehari. Namun hindari menempelkan es secara langsung pada
area yang mengalami cedera.
3. Untuk membatasi pergerakan yang bisa memperparah kondisi cedera dan mencegah
bengkak yang meluas, balut area yang cedera dengan plester (perban) elastis. Pastikan
area ini terbalut rapat, tapi jangan sampai menghambat aliran darah. Lepaskan perban
sebelum Anda tidur.
4. Langkah lain untuk mencegah bengkak, letakkan kaki atau anggota badan yang cedera
pada posisi yang lebih tinggi. Anda bisa menggunakan bangku tambahan sebagai alas
meletakkan kaki saat duduk atau bantal saat tidur.

3. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan ketika seseorang terkena benturan keras di kepala antara
lain :
1. Periksa jalan napas (airway), pernapasan, sirkulasi jantung pada korban. Jika diperlukan lakukan CPR.
2. Jika orang masih bernapas dan denyut jantung normal, tapi tidak sadarkan diri, stabilkan posisi kepala dan
leher dengan tangan (collar neck). Pastikan kepala dan leher tetap lurus dan hindari menggerakkan kepala
dan leher.
3. Bila ada pendarahan, tekan luka dengan kuat dengan kain bersih.
4. Jika diduga ada patah tulang tengkorak, jangan tekan luka dan jangan bersihkan luka. Tutu luka dengan
pembalut luka steril.
5. Jika korban muntah, miringkan posisi tubuhnya agar tak tersedak muntahan.
6. Hubung petugas keamanan dengan cepat.
Pencegahan Kecelakaan karena kejatuhan benda pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh benda
-benda jatuh dan bagian bangunan yang rubuh antara lain sebagai berikut :
1. perlu dipasang jarring atau jala pengaman di area bawah.
2. Harus dipasang tanda “hati-hati, ada pekerjaan di atas”.
3. Dilarang membuang benda yang tidak terpakai ke bawah.
4. Penyimpanan/peletakan benda atau perlatan harus pada tempatnya.
5. Pemasangan material/peralatan ke atas harus benar.
6. Cara mengangkat material/peralatan harus baik dan pada tempatnya.
7. Mengangkat material/peralatan tidak melebihi batas muatan.
8. Pekerja harus mengenakan tpoi pelndung/safety helmet.

4. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan ketika seseorang terkena luka dan cara penanganan nya :
Luka merupakan keadaan dimana terjadi kerusakan dalam kontinuitas kulit dan jaringan bawah kulit (terbuka)
atau jika terputusnya kontinuitas kulit dibawah kulit saja, kulit tetap utuh/intak dinamakan luka tertutup.
Berikut jenis luka dan perawatannya :
a. Luka Lecet
Luka yang terjadi karena jatuh bergeser pada permukaan yang keras dan kasar misalnya karena jatuh
terseret atau terkena percikan api. Biasanya lapisan kulit terkelupas dan membekas berupa daerah yang kasar
dan lunak. Partikel debu-kotoran yang terbawa sering menimbulkan infeksi tambahan. Pertolongannya dengan
membersihkan luka dengan air dingin atau hangat, mengalir dan bukan dicelupkan. Antiseptik sebaiknya
ditambahkan untuk membantu membersihkan luka. Diberi betadin, dan ditutup dengan kasa steril kemudian
diplester atau dibalut. Bawa korban ke RS terdekat untuk mendapatkan suntikan anti tetanus.
Jika luka cukup lebar dan terbuka, lakukan disinfeksi dengan meletakkan kasa steril di tengah luka
sebelum luka dibasuh dengan air sabun dan dicuci dengan antiseptik. Setelah kasa tsb diambil, luka disiram
kembali dengan air bersih dan kotoran yang masih tertinggal diambil dengan pinset steril. Luka kemudian
ditutup dengan sofratulle (kassa steril yang sudah diberi salep antibiotik) kemudian diatasnya diberi kasa
steril tebal kemudian dibalut.

b. Luka Iris
Luka akibat benda tajam seperti pisau atau pecahan kaca. Luka iris yang pendek dan dangkal,
dibersihkan dengan air matang bersih, diberi obat merah atau antiseptik, dirapatkan dan dibalut, atau ditutup
dengan plester atau kain kasa yang bersih. Luka iris yang dalam dan panjang, dibersihkan dan ditutup
dengan kain kasa steril, korban dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit.
c. Luka Tusuk
Luka yang disebabkan oleh benda berujung runcing seperti paku, jarum atau tertikam. Luka
dibersihkan, ditutup, dan korban dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit untuk mendapat suntikan anti
tetanus.
d. Luka Memar
Luka tertutup dimana kerusakan jaringan dibawah kulit disertai perdarahan yang dari luar tampak
kebiruan. Penanganannya dengan kompres air hangat–dingin bergantian, dan meninggikan bagian yang
luka.
Pencegahan yang dapat dilakukan anda agar siswa tidak teluka, tebentur atau tertumbuk adalah
letakkan benda yang membahayakan yaitu yang tajam dan benda lainya pada tempat yang aman bagi siswa,
kemudian jelaskan kepada siswa dan orang di sekeliling siswa mengenai bahaya terluka, terbentur, dan
tertumbuk.

5. Pertolongan pertama pada kecelakaan kerja menghirup gas beracun :

1. Cari udara segar. Jauhkan orang yang keracunan dari area yang terkontaminasi gas beracun dan
matikan atau sumbat sumber gas beracun tersebut.
2. Lakukan CPR jika perlu. Jika orang tersebut tidak responsif, berhenti bernapas atau kesulitan bernapas,
segera lakukan CPR selama satu menit. Lanjutkan CPR sampai orang tersebut mulai bernapas atau
bantuan darurat tiba.
3. Hubungi layanan kesehatan darurat.
4. Jika korban tak sadarkan diri namun masih bernapas, maka posisikan mereka dalam recovery position
(pertolongan pertama posisi pemulihan) untuk menjaga jalan napas korban yang tak sadar agar tetap
terbuka. Posisi pemulihan adalah posisi dengan satu lengan diluruskan dan tangan lainnya di area pipi
dekat tangan lurs.
5. Berikan oksigen bila ada.

6. Cara pencegahan pada gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) :


a. Menggunakan pelindung telinga
Menggunakan pelindung telinga ketika bekerja dengan paparan kebisingan tinggi merupakan upaya
pencegahan yang paling penting. Anda bisa menggunakan ear plug atau ear muff yang memiliki
nilai NRR (Noise Reduction Rate) sesuai nilai kebisingan di area kerja atau dengan NRR terbesar.

b. Ketahui area kerja dengan risiko kebisingan tinggi


Tidak semua pekerja membawa Sound Level Meter (alat pengukur tingkat kebisingan) atau Noise
Dosimeter (alat pengukur kebisingan untuk personal monitoring) saat bekerja, sehingga mereka
tidak mengetahui besarnya frekuensi kebisingan di area kerja tersebut. Maka dari itu, perusahaan
sebaiknya memasang safety sign pelindung telinga untuk area kerja dengan tingkat kebisingan
tinggi melebihi 85 dBA. Selain itu, pekerja juga harus mengetahui area kerja mana saja yang dapat
menimbulkan risiko gangguan pendengaran akibat bising.
c. Tes audiometri berkala
Audiometri adalah pemeriksaan pendengaran menggunakan audiometer nada murni karena mudah
diukur, mudah diterangkan, dan mudah dikontrol. Terdapat tiga syarat untuk kebasahan
pemeriksaan audiometri, yaitu alat audiometer yang baik, lingkungan pemeriksaan yang tenang,
dan keterampilan pemeriksa yang cukup andal.
d. Pencatatan dan pelaporan data
Informasi yang harus tersimpan dalam pencatatan dan pelaporan , yaitu data hasil pengukuran
kebisingan, data pengendalian kebisingan (rekayasa teknologi dan administratif), data hasil
audiometri, data alat pelindung diri, data pendidikan dan pelatihan, serta data evaluasi program.

7. Pertolongan pertama pada korban kesetrum :


1) Matikan aliran listrik di lokasi kejadian
Sebelum menolong korban kesetrum listrik, perhatikan keadaan di sekitar Anda. Pastikan Anda tidak
berada di dekat area sumber listrik.
Jika memungkinkan, segera putuskan aliran listrik di lokasi kejadian. Anda bisa mencari kotak
sekering atau panel listrik yang berguna untuk memadamkan listrik.
Apabila tidak bisa dimatikan, pindahkan atau jauhkan korban dari sumber listrik menggunakan
benda yang tidak dialiri listrik. Jauhkan sumber listrik dengan mendorongnya dengan sapu, beri jarak
dengan korban pakai bangku, tutup dengan tumpukan koran, buku tebal, kayu, atau keset.
Dilarang menyentuh aliran listrik menggunakan barang yang basah atau berbahan logam.
Jika sumber listrik masih belum dapat dipadamkan, jaga jarak Anda minimal enam meter dari korban
yang masih kesetrum listrik guna melindungi diri dari sumber aliran listrik.
2) Cari pertolongan medis
Jika ada orang terdekat Anda yang tersengat listrik, segera hubungi unit gawat darurat untuk
memanggil ambulans. Anda juga dapat segera mencari pertolongan medis ke rumah sakit atau unit
gawat darurat terdekat.
3) Periksa tubuh korban
Sambil menunggu bantuan medis datang, lakukan pertolongan pertama kesetrum listrik lainnya
dengan memeriksa tubuh korban dengan saksama dari kepala, leher, hingga kaki.
Jika korban mengalami nyeri pada tangan atau kaki maka dapat mengindikasikan kemungkinan
adanya patah tulang akibat sengatan listrik.
Apabila dirinya menunjukkan tanda-tanda syok (lemas, muntah, pingsan, napas cepat, atau wajah
sangat pucat), baringkan dengan posisi kepala sedikit lebih rendah dari tubuh dan kondisi kaki
terangkat. Lalu, tutupi tubuh korban menggunakan selimut atau jaket.
Selain itu, cek pula pernapasan dan denyut nadi korban. Jika pernapasan dan denyut nadi korban
tampak melemah atau melambat, segera lakukan teknikcardiopulmonary resuscitation(CPR) atau
napas buatan.

Pertolongan pertama pada syok:


1) Posisikan korban berbaring dengan meninggikan kedua tungkainya ketinggian 20-30 cm
2) Kendalikan perdarahan jika ada perdarahan luar
3) Hindarkan korban dari kedinginan atau kepanasan. Jika korban kedinginan, selimuti korban dan
jika korban kepanasan, berikan kompres dingin pada kaki korban.
4) Jangan memberi makanan atau minuman pada korban
5) Hubungi fasilitas kesehatan terdekat.

Anda mungkin juga menyukai