Anda di halaman 1dari 36

SOP

METODE EVAKUASI

Pengertian Evakuasi adalah upaya memindahkan diri/seseorang dari suatu tempat


berbahaya menuju tempat yang lebih aman
Tujuan Mengamankan dan mengevakuasi semua orang yang ada di lingkungan
dan sekitar rumah sakit.
Kebijakan Keputusan menteri kesehatan nomor 979/MenkesSK/2001 Tentang
prosedur tatap pelayanan kesehatan penanggulangan bencana.
Langkah-Langkah 1. Bila terjadi bencana, petugas terdekat berusaha menenangkan
pasien dan keluarga supaya tidak panik.
2. Petugas melakukan evakuasi (pasien diutamakan) dan
meninggalkan barang-barang yang menyulitkan proses evakuasi.
3. Untuk pasien dan keluarga dari lantai 1, petugas langsung
mengarahkan menuju tempat berkumpul yang telah ditentukan.
4. Untuk pasien dan keluarga dari lantai 2-3, petugas membimbing
pasien dan keluarga melalui tangga darurat secara teratur dan
sesuai jalur evakuasi menuju tempat berkumpul yang telah
ditentukan.
5. Pasien yang tidak bisa berjalan sendiri dievakuasi menggunakan
branchart atau kursi roda.
6. Petugas menghubungi call center bencana rumah sakit dan kalu
perlu menghubungi juga BNPB setempat.
7. Membuat laporan kepada direktur rumah sakit bila telah terjadi
bencana dan telah dilakukan tindakan evakuasi.
8. Intruksi untuk kembali ke gedung diberikan oleh operator setelah
keadaan dinyatakan aman.
SOP
PENGGUNAAN APD
PENYELAMAT
Pengertian : Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah seperangkat alat yang digunakan
oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai
sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila
usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan
dengan baik. APD juga merupakan kelengkapan yang wajib digunakan
saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya
Tujuan : 1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering)
dan administrative tidak dapat dilakukan dengan baik.
2. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Kebijakan : Sebagai landasan peruturan yaitu UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang
penyelenggaraan rumah sakit.
Langkah-Langkah 1. Safety Helmet
: Safety helmet berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda
yang bisa mengenai kepala secara langsung.

2. Sabuk Keselamatan (safety belt)


Sabuk Keselamatan (safety belt) berfungsi sebagai alat
pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun
peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-
lain).
3. Sepatu Pelindung (safety shoes)
Sepatu karet (sepatu boot) berfungsi sebagai alat pengama saat
bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.
Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari
benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan
sebagainya.
4. Sarung Tangan
Sarung tangan berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat
bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera
tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan
fungsi masing-masing pekerjaan.

5. Tali Pengaman (Safety Harness)


Tali pengaman (safety harness) berfungsi sebagai pengaman saat
bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di
ketinggian lebih dari 1,8 meter.

6. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)


Penutup telinga (ear plug/ear muff) berfungsi sebagai pelindung
telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

7. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)


Kaca mata pengaman (safety glasses) berfungsi sebagai
pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).

8. Masker (Respirator)
Masker (respirator) berfungsi sebagai penyaring udara yang
dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal
berdebu, beracun, dsb).

9. Pelindung wajah (Face Shield)


Pelindung wajah (face shield) berfungsi sebagai pelindung
wajah dari percikan benda asing saat bekerja

10. Jas Hujan (Rain Coat)


Jas hujan (rain coat) berfungsi melindungi dari percikan air
saatbekerja
SOP
PENGGUNAAN BRANKAR

Pengertian : Brankar adalah alat yang digunakan untuk mengangkut pasien atau
memindahkan pasien yang tidak bisa berjalan atau keterbatasan khusus
Tujuan : Untuk membawa dan memindahkan pasien
Kebijakan : Keputusan kepala rumah sakit Al-Ihsan tentang penanganan pasien
gawat darurat
Langkah-Langkah 1. Cuci tangan.
:
2. Mendekatkan dan rapatkan brankaryang sudah terpasang
pengalas dengan tempat tidur pasien.
3. Mengunci roda brankar dan mengunci roda tempat tidur.
4. Memindahkan klien dilakukan minimal tiga orang perawat.
5. Perawat pertama berdiri dibagian atas kepala, perawat kedua
berdiri di sisi kanan klien, perawat ketiga berdiri disisi kiri.
6. Rapihan alat-alat invasif yang terpasang.
7. Anjurkan klien untuk menyilangkan tangan diatas dada.
8. Perawat pertama meletakkan kedua tangannya dibawah bantal
klien sampai ke pundak klien, perawat kedua memegang ujung
pengalas sebelah kanan lalu menggulung pengalas sampai kesisi
klien agar mudah pada saat mengangkat.
9. Pada hitungan ketiga angkat klien bersama-sama.
10. Atur posisi klien senyaman mungkin.
11. Cuci tangan.
SOP
PENGGUNAAN KURSI RODA
Pengertian Kursi beroda dua yang dapat didorong yang berfungsi untuk
memindahkan/mobilisasi pasien dari satu tempat ke tempat lain
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah : Untuk transfortasi
memindahkan pasien. Mempercepat dan mempermudah proses
pelayanan pasien.
Kebijakan Kepala Puskesmas Gambok Nomor 800/ /SK/PUSKGBK/I/2018
tentang Penanggung jawab kursi roda
Prosedur / 1. Pastikan kunci roda aman dan siap pakai
Langkah- 2. Kunci rem pada roda dengan benar
Langkah 3. Bantu pasien untuk duduk diatas kursi roda dengan benar
4. Buka kunci rem roda sebelum menjalankan kursi roda
5. Dorong kursi dengan pasien diatasnya dengan tenang dan hati-hati
6. Sebelum menurunkan pasien kunci rem roda lagi
7. Bantu pasien untuk turun dari kursi roda
8. Bereskan kursi roda dan kembalikan ketempat semula
Unit Terkait 1. Unit Rawat Jalan
2. Unit Rawat Inap
3. Unit Gawat Darurat
4. Unit PONED
SOP
PENGGUNAAN TABUNG OKSIGEN
Pengertian Gas medik adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan
untuk pelayanan medis pada fasilitas pelayanan kesehatan, gas medik
murni adalah oksigen.
Tujuan Sebagai pedoman petugas di dalam pemberian oksigen kepada pasien
yang membutuhkan bantuan tambahan oksigen karena penyakitnya,
sehingga pernapasannya menjadi lancar.
Kebijakan Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 4 tahun 2016
tentang penggunaan gas medik dan vakum medik pada fasilitas
pelayanan kesehatan
Prosedur / 1. Tempatkan tabung oxygen jauh dari sumber panas atau sumber
Langkah- listrik
Langkah 2. Pastikan bahwa tekanan ataupun isi oxygen sebelum digunakan 1500
psi.
3. Pastikan bahwa regulator telah terpasang sampai benar-benar
kencang.
4. Pastikan bahwa humidifier dari regulator telah terisi air bersih yang
cukup untuk pendingin.
5. Pastikan posisi regulator dalam posisi normal (0)
6. Untuk mengecek isi dari tabung oxygen dan ingin menggunakannya,
putar penutup tabung oxygen kearah kiri (berlawanan dengan arah
jarum jam) setelah selesai putar kembali kearah kanan sesuai dengan
arah jarum jam apabila selesai mengecek isi tabung oxygen ataupun
selesai menggunakan.
7. Atur jumlah pemberian oxygen yang akan diberikan sesuai dengan
kebutuhan.
8. Pastikan bahwa saat akan memberikan oxygen, jalan nafas pasien
tidak ada sumbatan yang akan mengganggu pemberian oxygen.
9. Selalu mencatat jumlah terakhir kapasitas oxygen di kertas catatan
yang telah disediakan.
Unit Terkait 1. Unit Rawat Jalan
2. Unit Rawat Inap
3. Unit Gawat Darurat
4. Unit PONED
SOP
TOMBOL EMERGENCY
Pengertian Kode emergensi adalah merupakan kode atau tanda isyarat kegawat
daruatan yang harus segera direspon. Panduan implementasi kode-kode
emegensi adalah acuan dalam menggunakan tanda-tanda atau kode
tertentu yang menyatakan kondisi kedaruratan dalam upaya
penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan
seluruh warga yang berada dilingkungan RSUD Al-Ihsan.
Tujuan Untuk penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan
dan seluruh wargayang berada disekitar RSUD Al-Ihsan.
Kebijakan Landasan peruturan yaitu UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang
penyelenggaraan rumah sakit.
Prosedur / Code Red atau memadamkan atau menghentikan Api/Asap
Langkah- (Fire/Smoke)
Langkah 1. Remove/Rescue/Selamatkan yaitu setiap orang yang berada dalam
area kebakaran, sambil meneriakkan : code red ---- code red.
2. Alert/Alarm/Sebar luaskan dengan cara menelpon (Satuan
pengaman) selanjutnya menghubungi pihak yang terkait antara lani
petugas IPRS untuk segera mematikan aliran listrik ke area terjadi
kebakaran, selanjutnya beritahukan petugas unit atau ruangan
terdekat. Bila api membesar telpon Dinas Pemadam Kebakaran.
3. Confine/Contain/Sekat bila sekitar ruangan penuh api dan asap, bila
memungkinkan tutup pintu dan jendela untuk mencegah api
menjalar.
4. ExtinguIsh/Padamkan bila api masih memungkinkan untuk bisa
dipadamkan atau bila api masih kecil.Lakukan pemadaman dengan
APAR,Jangan ambil resiko yang tidak perlu,ingat keselamatan jiwa.
5. Bila cukup aman, matikan semua sarana seperti listrik, gas yang
kemungkinan berkaitan dengan api, tapi tetap pertimbangkan dengan
cermat bila pasien masih memerlukan.
6. Evakuasi pasien dan pengunjung ke daerah yang aman ataupun titik
kumpul melalui jalur evakuasi.
7. Tetap awasi pasien. Bila perlu dihitung per kepala atau absensi
berurutan.
8. Kooperatif dengan semua instruksi yang diberikan oleh Staf Senior,
Manajer / petugas tim pemadam kebakaran

Code Blue Code Blue yaitu kode yang menandakan adanya Henti
jantung / henti nafas dewasa & anak serta darurat medis lainnya
1. Segera evaluasi situasi dengan :
a. Telaah bahaya yang dapat muncul segera.
b. Catat waktu.
c. Periksa tanda-tanda kehidupan : i. Tidak ada respon. ii. Tidak
bernafas normal. iii. Tidak teraba nadi.
2. Minta bantuan staf/petugas lainnya ( teriak minta bantuan “Code
Blue -- Code Blue” ; atau gunakan Bel yang tersedia).
3. Telpon informasi yang akan meneruskannya ke ruangan dan Tim
code blue (IGD – ICU – NICU/PICU). Jelaskan : Jenis emergensinya
( misal Henti Jantung/nafas). Lokasi kejadian dengan tepat (Kejadian
dimana,ruangan apa,bed nomor berapa). Nama, tugas, dan tempat
tugas anda.
4. Lakukan tindakan pasien dengan :
a. Check pernafasan
b. Check nadi
c. Bebaskan jalan nafas.
d. Lakukan tindakan emergensi bantuan hidup dasar sesuai yang
diperlukan misalnya : Cardio-Pulmonary Resuscitation
(CPR).atau RJP 5) Dampingi atau jaga terus pasien sampai
bantuan datang (tim Code Blue).

Code Pink yaitu bila terjadi adanya suatu Penculikan Bayi/Anak


1. Petugas yang menemukan terjadinya penculikan atau hilangnya
bayi/anak, meneriakkan :“ Code Pink – Code Pink !!”dan segera
menelpon : satuan keamanan RSUD Al-Ihsan.
2. Selanjutnya menghubungi pihak yang terkait di Rumah Sakit antara
lain Sekurity, K3RS, Direktur, dan Staf Senior lainnya).
3. Sekurity bekerja sama dengar petugas parkir menutup jalan akses
keluar dan selanjutnya mencari ke semua lokasi lingkungan rumah
sakit.
4. Sekurity atas perintah Pimpinan, menelepon (polsek/polres
wonogiri); dan sebutkan : jenis kejadian, lokasi kejadian dengan
tepat, nama anda dan tugas/profesi Anda.
5. Petugas Kepolisian kemungkinan akan meminta gambar/foto
bayi/anak yang diculik atau hilang (kalau ada), dan menanyakan
beberapa pertanyaan antara lain : kapan terjadinya, lokasi terakhir
Anda masih melihat bayi/anak yang hilang, dan memakai pakaian
apa bayi/anak tersebut yang akan dipakai panduan untuk pencarian
di luar rumah sakit.
6. Setelah menerangkan kepada yang berwajib, berupayalah untuk
tetap tenang. Anda akan mampu mengingat detail bayi/anak yang
diculik atau hilang lebih mudah bila Anda telah memperoleh kondisi
rasional dan logisnya kembali.

Code Black Dalam hal adanya ancaman terhadap seseorang –


(orang bersenjata atau tidak bersenjata yang mengancam akan
melukai seseorang atau melukai diri sendiri)
1. Ambil tindakan cepat untuk melindungi diri sendiri atau melindungi
pasien yang terancam.
2. Beri peringatan atau minta bantuan kepada sesama teman, sambil
meneriakkan : “Code Black - Code Black!”.
3. Melangkah mundur bila lebih aman – Hubungi telpon Satuan
pengaman
4. Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait ,K3RS,
Direktur, dan Staf Senior lainnya, terangkan tentang:
a. Jenis kejadian.
b. Lokasi kejadian.
c. Nama dan tempat tugas anda.
5. Bila tidak memungkinkan melangkah mundur
6. Turuti perintah pengancam.
7. Lakukan hanya yang diminta.
8. Bila bahaya sudah berlalu/terjadi , telepon satuan pengaman dan
jelaskan kejadiannya.
9. Catat hasil pengamatan Anda secepatnya. (Misalnya : ciri penyerang,
senjata, cara bicara/logat, tingkah laku, tato, cirii kendaraan, arah
pelarian, dll-nya).
10. Amankan tempat kejadian perkara.
11. Bekerja sama dengan security/satpam sambil menunggu petugas
kepolisian. Bila mendapatkan ancaman bom, yang perlu dilakukan
adalah :
a. Tetap tenang sambil mendengarkan suara si penelepon,
b. Jangan menutup telepon.
c. Gunakan telpon lain untuk menghubungi nomor kepolisian
d. Selanjutnya informasi menghubungi pihak yang terkait,dan
sampaikan : Bahwa terdapat ancaman bom, lokasi ancaman bom
secara tepat, nama anda dan tempat tugas/profesi Anda.

Evakuasi Segera/Evacuation – Code Brown/Coklat


1. Pindahkan korban dari daerah bahaya, misalnya dari ruangan ke
koridor/ selasar / lobby,sambil meneriakkan :”code brown--code
brown”, untuk memberitahukan petugas lain.
2. Bersama-sama petugas lain pindahkan korban ke ruangan yang aman
pada lantai yang sama atau lantai bawah bila bangunan bertingkat.
3. Selesaikan evakuasi dari bangunan melalui koridor atau tangga
darurat ke titik kumpul dan ikuti petunjuk dalam Jalur evakuasi /
Emergency Plan RSUD Al-Ihsan. Pada saat evakuasi : Bila
diinstruksikan, evakuasikan ke area / tempat lebih aman atau titik
kumpul yang ke lokasi , dalam urutan sbb :
a. Pasien yang mampu bergerak sendiri,
b. Pasien yang mampu bergerak dengan memerlukan bantuan,
c. Pasien yang tidak mampu bergerak.
4. Periksa seluruh ruangan (termasuk kamar mandi dan toilet) untuk
memastikan semua orang sudah dievakuasi.
5. Lakukan penghitungan untuk memastikan semua orang sudah
dievakuasi.
6. Bila ada orang yang tidak diketemukan, laporkan ke Petugas
Emergensi,Satpam atau petugas senior.
7. Jangan meninggalkan area titik kumpul sampai Petugas
Penanggulangan Bencana mengizinkan.
8. Direktur atau K3RS memberitahuan kepada Petugas
Penanggulangan Bencana yang bertugas untuk mengumumkan
“Semua Aman” bila keadaan telah terkendali. Catatan : Rekam
medik pasien harus selalu menyertai setiap pasien yang dievakuasi
bila memungkinkan.

Code Orange – Bencana Eksternal : Kecelakaan Masal, Lalu Lintas


Darat,Laut,Udara,Gempa Bumi, Tsunami, Banjir, Tanah Longsor,
Ledakan, Badai, dll
1. Pada saat menerima pemberitahuan terjadinya darurat eksternal,
petugas IGD dan atau informasiakan menyampaikan kepada semua
pejabat senior dan Tim Siaga Bencana RSUD dr.Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri.
2. Rekan yang berdekatan sesudah diberitahu petugas IGD atau Bagian
Informasi meneriakkan :“Code Orange – Code Orange !
3. Setiap staf / petugas akan merespon sesuai dengan Panduan Siaga
Bencana RSUD dr.Soediran mangun sumarso wonogiri ,Respon
dapat meliputi salah satu atau lebih langkah berikut ini:
a. Bila memungkinkan sediakan tempat tidur atau brankart untuk
menampung korban, bila perlu dengan cara memulangkan
sebagian pasien rawat inap yang kondisinya baik atau
mengirimkannya ke RS lain.
b. Sediakan fasilitas penerimaan dan perawatan pasien secukupnya.
c. Bila diminta oleh Manajer Senior atau Direksi ataupun utusan
dari lokasi bencana, sediakan bantuan yang dapat dikirim ke
lokasi bencana.
4. Semua personil lainnya merespon sesuai arahan komandan/
supervisornya.
5. Bila kondisi bencana memberikan dampak kepada rumah sakit
(misalnya serbuan,asap, huru-hara dll), pengisolasian/penyekatan
mungkin diperlukan.
6. Tunggu sampai ada pemberitahuan bahwa “ SITUASI TELAH
TERKENDALI”.

Emergensi Internal -Code Yellow Selain KEBAKARAN dan atau


ASAP, emergensi internal meliputi: kebocoran atau dugaan
kebocoran gas termasuk gas elpiji; kebocoran dan tumpahan
bahan kimia dan atau bahan berbahaya; kegagalan sistem vital
seperti kegagalan back-up daya listrik; boks pembagi daya
listrik;seseorang terjebak/terjerat, insiden radiasi; dan lain-lain.
1. Pada saat menemukan kejadian emergensi internal petugas
meneriakkan :” Code Yellow – Code Yellow !!!!”
2. Hubungi nomor telepon : satuan pengaman kemudian menghubungi
pihak yang terkait antara lain Manager / Direksi, dan Staf Senior
lainnya.dan sebutkan : Jenis Emergensi, Lokasi Emergensi dengan
tepat.nama anda dan tugas/profesi anda.
3. Jauhkan orang dari lokasi bahaya.
4. Apabila evakuasi diperlukan, ikuti prosedur evakuasi, seperti pada
panduan Code Brown.
5. Tunggu instruksi dari Staf Senior, Manager on Duty (MOD) atau
Petugas Emergensi.
6. Stanby untuk membantu bila diperlukan.
7. Jangan kembali ketempat semula sampai Staf Senior,atau yang
bertanggung jawab dalam keamanan fasilitas menyatakan “SEMUA
TELAH AMAN”. Dalam hal insiden kimia, biologis atau radiasi:
a. Pakailah APD ( masker,kaos tangan,sepatu kusus dan atau tutup
badan).
b. Buka pakaian yang terkontaminasi, dan cuci kulit dengan air
mengalir.
c. Jauhi zona berbahaya.
Dokumentasi Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang berguna
untuk melakukan evaluasi segala sesuatu yang sangat penting untuk
keperluan tertentu.
SOP
PENYELAMATAN DOKUMEN
DIRUANGAN
Pengertian : Dokumen adalah benda berharga dan penting yang memiliki nilai
sangat tinggi baik tertulis atau tercetak.
Tujuan : Sebagai petunjuk/pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan
pengelolaan dokumen berupa pengamanan saat terjadi bencaa di
Rumah Sakit
Kebijakan : Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2015 Tentang Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Dari Bencana.
Langkah-Langkah 9. Mengevakuasi dokumen yang terkena bencana.
:
10. Melakukan pengamanan dokumen baik fisik maupun
informasinya
11. Identifikasi jenis dokumen yang mengalami kerusakan
12. Melakukan penilaian tingkat kerusakan dan spesifikasi usulan
kebutuhan pemulihan dokumen
13. Melaporkan usulan kebutuhan pemulihan dokumen
14. Memberikan persetujuan usulan kebutuhan pemulihan
dokumen
15. Melakukan penyelamatan dan pemulihan dokumen
16. Melakukan penataan dan penyimpanan kembali dokumen
17. Melaporkan hasil penyelamatan dan pemulihan dokumen
18. Memutakhirkan daftar dokumen
SOP
KODE KOMUNIKASI DARURAT

Pengertian : Kode emergensi adalah kode atau tanda isyarat kegawat daruatan yang
harus segera direspon. Panduan implementasi kode-kode emegensi
adalah acuan dalam menggunakantanda-tanda atau kode tertentu yang
menyatakan kondisi kedaruratan dalam upaya penyelamatan pasien,
keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh warga yang berada
dilingkungan RSUD Al-Ihsan Prov. Jawa Barat.
Tujuan : Umum :
Untuk penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan
dan seluruh wargayang berada disekitar RSUD Al-Ihsan Prov. Jawa
Barat dalam kondisi darurat tertentu.
Khusus :
1. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada dalam area
kebakaran di lingkungan RSUD Al-Ihsan Prov. Jawa Barat
dengan tanda peringatan “code red”.
2. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada di area RSUD Al-
Ihsan Prov. Jawa Barat dengan kondisi klinis compromise,henti
jantung atau henti nafas dan yang rentan terhadap infeksi maupun
komplikasi serius yang membutuhkan pertolongan medis segera
dengan tanda peringatan “code blue”.
3. Untuk menyelamatkan bayi atau anak-anak yang hilang atau
diculik diarea RSUD Al-Ihsan Prov. Jawa Barat dengan tanda
peringatan “code pink”.
4. Untuk menyelamatkan setiap orang dari ancaman orang yang
membahayakan (bersenjata atau tidak bersenjata), bom, dan
ancaman lain (penyanderaan) yang terjadi di area Rumah sakit
dengan tanda peringatan “code black”.
5. Untuk memindahkan korban dari daerah bahaya ke area/ruangan
yang aman kemudian ke titik kumpul dengan tanda peringatan
“code brown”.
6. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi bencana eksternal
dengan tanda peringatan ”code orange”.
7. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi bencana
emergensi internal dengan tanda peringatan “code yellow”
Kebijakan : Sebagai landasan peruturan yaitu UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang
penyelenggaraan rumah sakit.

Langkah-Langkah A. Code Red atau Api/Asap (Fire/Smoke)


: 1. Remove/Rescue/Selamatkan yaitu setiap orang yang berada
dalam area kebakaran, sambil meneriakkan : code red ---- code
red.
2. Alert/Alarm/Sebar luaskan dengan cara menelpon (Satuan
pengaman) selanjutnya menghubungi pihak yang terkait antara
lani petugas IPRS untuk segera mematikan aliran listrik ke area
terjadi kebakaran, selanjutnya beritahukan petugas unit atau
ruangan terdekat. Bila api membesar telpon 113 & (022)
7207113 Dinas Pemadam Kebakaran.
3. Confine/Contain/Sekat bila sekitar ruangan penuh api dan asap,
bila memungkinkan tutup pintu dan jendela untuk mencegah
api menjalar.
4. ExtinguIsh/Padamkan bila api masih memungkinkan untuk bisa
dipadamkan atau bila api masih kecil.Lakukan pemadaman
dengan APAR,Jangan ambil resiko yang tidak perlu,ingat
keselamatan jiwa
5. Bila cukup aman, matikan semua sarana seperti listrik, gas
yang kemungkinan berkaitan dengan api, tapi tetap
pertimbangkan dengan cermat bila pasien masih memerlukan.
6. Evakuasi pasien dan pengunjung ke daerah yang aman ataupun
titik kumpul melalui jalur evakuasi
7. Tetap awasi pasien. Bila perlu dihitung per kepala atau absensi
berurutan.
8. Kooperatif dengan semua instruksi yang diberikan oleh Staf
Senior, Manajer /petugas tim pemadam kebakaran

B. Code Blue
1. Segera evaluasi situasi dengan :
a. Telaah bahaya yang dapat muncul segera.
b. Catat waktu.
c. Periksa tanda-tanda kehidupan :
1) Tidak ada respon.
2) Tidak bernafas normal.
3) Tidak teraba nadi.
2. Minta bantuan staf/petugas lainnya ( teriak minta bantuan
“Code Blue -- Code Blue” ; atau gunakan Bel yang tersedia).
3. Telpon bagian informasi yang akan meneruskannya ke ruangan
dan Tim code blue (IGD – ICU – NICU/PICU). Jelaskan : Jenis
emergensinya ( misal Henti Jantung/nafas).Lokasi kejadian
dengan tepat (Kejadian dimana,ruangan apa,bed nomor
berapa).Nama, tugas, dan tempat tugas Anda.
4. Lakukan tindakan pasien dengan :
a. Check pernafasan.
b. Check nadi.
c. Bebaskan jalan nafas.
d. Lakukan tindakan emergensi bantuan hidup dasar sesuai
yang diperlukan misalnya : Cardio-Pulmonary
Resuscitation (CPR).atau RJP
5. Dampingi atau jaga terus pasien sampai bantuan datang ( tim
Code Blue )

C. Code Pink
1. Petugas yang menemukan terjadinya penculikan atau hilangnya
bayi/anak, meneriakkan :“ Code Pink – Code Pink !!”dan
segera menelpon :satuan keamanan.
2. Selanjutnya menghubungi pihak yang terkait di Rumah Sakit
antara lain Sekurity, K3RS, Direktur, dan Staf Senior lainnya).
3. Sekurity bekerja sama dengar petugas parkir menutup jalan
akses keluar dan selanjutnya mencari ke semua lokasi
lingkungan rumah sakit
4. Sekurity atas perintah Pimpinan, menelepon(022)
5944127/(022) 85871980 (polsek baleendah/polres kabupaten
bandung); dan sebutkan : jenis kejadian, lokasi kejadian dengan
tepat, nama anda dan tugas/profesi Anda.
5. Petugas Kepolisian kemungkinan akan meminta gambar/foto
bayi/anak yang diculik atau hilang (kalau ada), dan
menanyakan beberapa pertanyaan antara lain : kapan
terjadinya, lokasi terakhir Anda masih melihat bayi/anak yang
hilang, dan memakai pakaian apa bayi/anak tersebut yang akan
dipakai panduan untuk pencarian di luar rumah sakit.
6. Setelah menerangkan kepada yang berwajib, berupayalah untuk
tetap tenang. Anda akan mampu mengingat detail bayi/anak
yang diculik atau hilang lebih mudah bila Anda telah
memperoleh kondisi rasional dan logisnya kembali.

D. Orang yang membahayakan, Ancaman orang bersenjata,


Penguasaan Ilegal/Penyanderaan, Ancaman Bom&Ancaman lain
– Code Black
RRemain calm- Tetap tenang.
RRetreat - Mundur bila lebih aman.
RRaise the alarm- Bunyikan alarm,bila ada dan dianggap perlu
atau telpon
RRecord details- Catat rincian kejadian.
1. Ambil tindakan cepat untuk melindungi diri sendiri atau
melindungi pasien yang terancam.
2. Beri peringatan atau minta bantuan kepada sesama teman,
sambil meneriakkan : “Code Black - Code Black!”.
3. Melangkah mundur bila lebih aman – Hubungi telpon
Satuan pengaman
4. Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait
,K3RS, Direktur, dan Staf Senior lainnya, terangkan tentang:
a. Jenis kejadian.
b. Lokasi kejadian.
c. Nama dan tempat tugas Anda.
5. Bila tidak memungkinkan melangkah mundur :
6. Turuti perintah pengancam.
7. Lakukan hanya yang diminta.
8. Bila bahaya sudah berlalu/terjadi , telepon satuan pengaman
dan jelaskan kejadiannya.
9. Catat hasil pengamatan Anda secepatnya.(Misalnya : ciri
penyerang, senjata, cara bicara/logat, tingkah laku, tato, ciri-
ciri kendaraan, arah pelarian, dll-nya).
10. Amankan tempat kejadian perkara.
11. Bekerja sama dengan security/satpam sambil menunggu
petugas kepolisian.Bila mendapatkan ancaman bom, yang
perlu dilakukan adalah :
a. Tetap tenang sambil mendengarkan suara si penelepon,
b. Jangan menutup telepon.
c. Gunakan telpon lain untuk menghubungi nomor :
▪ (022) 5944127 (Polsek Baleendah)
▪ (022) 85871980 (Polres Kebupaten Bandung)
d. Selanjutnya informasi menghubungi pihak yang
terkait,dan sampaikan :
1) Bahwa terdapat ancaman bom.
2) Lokasi ancaman bom secara tepat.
3) Nama anda dan tempat tugas/profesi Anda.

E. Evakuasi Segera/Evacuation – Code Brown/Coklat


Tahap1 :Pindahkan korban dari daerah bahaya, misalnya dari
ruangan ke koridor/ selasar / lobby,sambil meneriakkan :”code
brown--code brown”, untuk memberitahukan petugas lain.
Tahap2 : Bersama-sama petugas lain pindahkan korban ke
ruangan yang aman pada lantai yang sama atau lantai bawah bila
bangunan bertingkat.Tahap3 : Selesaikan evakuasi dari bangunan
melalui koridor atau tangga darurat ke titik kumpul dan ikuti
petunjuk dalam Jalur evakuasi / EmergencyPlanRSUD Al Ihsan
Prov. Jawa Barat.
Pada saat evakuasi : Bila diinstruksikan, evakuasikan ke area /
tempat lebih aman atau titik kumpul yang ke lokasi , dalam urutan
sbb :
a. Pasien yang mampu bergerak sendiri,
b. Pasien yang mampu bergerak dengan memerlukan bantuan,
c. Pasien yang tidak mampu bergerak.
1. Periksa seluruh ruangan (termasuk kamar mandi dan toilet)
untuk memastikan semua orang sudah dievakuasi.
2. Lakukan penghitungan untuk memastikan semua orang sudah
dievakuasi.
3. Bila ada orang yang tidak diketemukan, laporkan ke Petugas
Emergensi,Satpam atau petugas senior
4. Jangan meninggalkan area titik kumpul sampai Petugas
Penanggulangan Bencana mengizinkan.
5. Direktur atau K3RS memberitahuan kepada Petugas
Penanggulangan Bencana yang bertugas untuk mengumumkan
“Semua Aman” bila keadaan telah terkendali.
Catatan : Rekam medik pasien harus selalu menyertai setiap
pasien yang dievakuasi bila memungkinkan.

F. Bencana Eksternal : Kecelakaan Masal,Lalu Lintas


Darat,Laut,Udara,Gempa Bumi, Tsunami, Banjir, Tanah Longsor,
Ledakan, Badai, dll – Code Orange
1. Pada saat menerima pemberitahuan terjadinya darurat
eksternal, petugas IGD dan atau informasiakan menyampaikan
kepada semua pejabat senior dan Tim Siaga Bencana RSUD
Al-Ihsan Prov. Jawa Barat.
2. Rekan yang berdekatan sesudah diberitahu petugas IGD atau
Bagian Informasi meneriakkan :“Code Orange – Code Orange !
3. Setiap staf / petugas akan merespon sesuai dengan Panduan
Siaga Bencana RSUD Al-Ihsan Prov. Jawa Barat, Respon dapat
meliputi salah satu atau lebih langkah berikut ini:
a. Bila memungkinkan sediakan tempat tidur atau brankart
untuk menampung korban, bila perlu dengan cara
memulangkan sebagian pasien rawat inap yang kondisinya
baik atau mengirimkannya ke RS lain.
b. Sediakan fasilitas penerimaan dan perawatan pasien
secukupnya.
c. Bila diminta oleh Manajer Senior atau Direksi ataupun
utusan dari lokasi bencana, sediakan bantuan yang dapat
dikirim ke lokasi bencana.
4. Semua personil lainnya merespon sesuai arahan komandan/
supervisornya.
5. Bila kondisi bencana memberikan dampak kepada rumah sakit
(misalnya serbuan,asap, huru-hara dll),
pengisolasian/penyekatan mungkin diperlukan.
6. Tunggu sampai ada pemberitahuan bahwa “ SITUASI TELAH
TERKENDALI”.

G. Emergensi Internal -Code Yellow


Emergensi internal meliputi: kebocoran atau dugaan kebocoran
gas termasuk gas elpiji; kebocoran dan tumpahan bahan kimia dan
atau bahan berbahaya; kegagalan sistem vital seperti kegagalan
back-up daya listrik; boks pembagi daya listrik;seseorang
terjebak/terjerat, insiden radiasi; dan lain-lain.
1. Pada saat menemukan kejadian emergensi internal petugas
meneriakkan :” Code Yellow – Code Yellow !!!!”
2. Hubungi nomor telepon : satuan pengaman kemudian
menghubungi pihak yang terkait antara lain Manager / Direksi,
dan Staf Senior lainnya.dan sebutkan : Jenis Emergensi, Lokasi
Emergensi dengan tepat.Nama Anda dan tugas/profesi Anda.
3. Jauhkan orang dari lokasi bahaya.
4. Apabila evakuasi diperlukan, ikuti prosedur evakuasi, seperti
pada panduan Code Brown
5. Tunggu instruksi dari Staf Senior, Manager on Duty (MOD)
atau Petugas Emergensi.
6. Stanby untuk membantu bila diperlukan.
7. Jangan kembali ketempat semula sampai Staf Senior,atau yang
bertanggung jawab dalam keamanan fasilitas menyatakan
“SEMUA TELAH AMAN”. Dalam hal insiden kimia, biologis
atau radiasi:
a. Pakailah APD ( masker,kaos tangan,sepatu kusus dan atau
tutup badan.)
b. Buka pakaian yang terkontaminasi, dan cuci kulit dengan
air mengalir.c. Jauhi zona berbahaya.
SOP
SOSIALISASI ATAU EDUKASI
MENGHADAPI BENCANA
Pengertian : Sosialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pembicara
dengan orang atau masyarakat sebagai khalayak. Sosialisasi yang
dimaksud dalam kegiatan manajemen bencana di Rumah Sakit ini
adalah kegiatan pemberian informasi kepada petugas rumah sakit
ataupun pengunjung yang diundang sebagai peserta edukasi
menghadapi bencana di RSUD Al-Ihsan Prov. Jawa Barat
Tujuan : Sebagai petunjuk/pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan
sosialisasi atau edukasi baik pada pasien atau pada petugas RSUD Al-
Ihsan Prov. Jawa Barat
Langkah-Langkah 1. Melakukan pembentukan tim pelaksanaan
:
2. Menyusun surat tugas
3. Menentukan lokasi pelaksanaan sosialisasi
4. Menentukan peserta sosialisasi
5. Melaksanakan sosialisasi di lokasi yang telah ditentukan
6. Mendokumentasikan hasil kegiatan
7. Melakukan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan
SOP
PENYELAMATAN DIRI SAAT
BENCANA
Pengertian Penyelamatan jika terjadi bencana gempa bumi ke tempat yang lebih
aman pada petugas, pasien dan pengunjung
Tujuan Sebagai petunjuk/pedoman kerja dan arahan tindakan dalam
menangani bencana gempa bumi di lingkungan RS Al-Ihsan Provinsi
Jawa Barat.
Langkah-Langkah i. Tindakan Saat Terjadi Bencana Gempa Bumi
1. Jika Anda berada di dalam gedung;
a. Lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan
dengan bersembunyi di bawah meja atau benda lain yang
kokoh
b. Jangan tinggalkan ruangan sampai gempa benar-benar
berhenti
c. Jauhi benda-benda yang mudah jatuh
d. Jangan panil dan tunggu instruksi selanjutnya
2. Jika Anda di Area terbuka atau di luar Gedung
a. Menghindari dari bangunan yang ada disekitar Anda seperti
gedung, tiang listrik, pohon, dll.
b. Perhatikan tempat Anda berpijak, hindari apabila terjadi
rekahan tanah
c. Segera cari lokasi yang terdapat tanda titik kumpul
ii. Tindakan Setelah Terjadi Bencana Gempa Bumi
1. Jika Anda berada di dalam gedung;
a. Keluar dari bangunan tersebut dengan tertib
b. Periksa apakah terdapat anggota badan yang terluka, lakukan
P3K
c. Telepon 300 K3RS dan mintalah pertolongan apabila terjadi
luka parah pada Anda atau sekitar Anda
2. Setelah Anda memeriksakondisi kesehatan dan dalam kondisi
yang memungkinkan, Anda dapat melakukan langkah sebagai
berikut:
a. Periksa apabila terjadi kebakaran
b. Periksa apabila terjadi kebocoran gas
c. Periksa apabila terjadi hubungan arus pendek listrik
d. Periksa apabila ada hal-hal yang membahayakan (mematikan
listrik, tidak menyalakan api, dll).
SOP
SAFETY BREATHING

Pengertian : Penggunaan alat pelindung pernapasan yg dirancang untuk membantu


mengurangi paparan terhadap tingkat debu, asap, kabut, gas, uap yang
berlebihan.
Tujuan : Sebagai panduan umum untuk pembersihan dan desinfektan yang sesuai
untuk peralatan perlindungan pernapasan.
Langkah-Langkah A. Pembersihan
: 1. N95 Filtering Face-piece Respirator
Tidak ada protokol pembersihan atau disinfektan. Jika respirator
kotor, basah, sobek, integritas struktural terganggu, atau tidak dapat
mencapai segel pemeriksaan yang sesuai, buang respirator. Jika
pelindung pernapasan digunakan untuk pasien yang berpotensi
untuk melakukan tindakan pencegahan isolasi melalui udara, buang
setelah penggunaan.
2. Powered Air-Purifying Respirator
Setelah digunakan, bersihkan unit blower, baterai, tabung ud ara,
dan kap mesin dengan larutan pembersih ringan. Jangan merendam
unit blower, baterai, atau pengisi daya ke dalam larutan cair. Untuk
filter yang kotor atau rusak, segera buang.
3. Other Air-Purifying (half face/full face) or Supplied-Air
Respirators
Bersihkan dan disinfeksi secara teratur dengan deterjen ringan atau
pembersih yang direkomendasikan oleh produsen, jika ada.
Lepaskan filter, kartrid, atau tabung. Bongkar potongan wajah
seperti yang direkomendasikan oleh pabrikan untuk pembersihan
yang benar. Bilas komponen secara menyeluruh dengan air bersih
dan hangat untuk memastikan deterjen atau pembersih tidak
mengering pada komponen sehingga berpotensi menyebabkan
dermatitis kontak pada pengguna. Keringkan dengan tangan
(gunakan kain bebas serat) atau komponen kering udara. Pasang
kembali dan ganti bagian yang rusak. Jika peralatan pelindung
pernapasan dikeluarkan untuk penggunaan eksklusif seorang
karyawan, bersihkan sesering yang diperlukan, tetapi setidaknya
sekali sehari, jika ada. Peralatan perlindungan pernapasan harus
dibersihkan setelah setiap penggunaan.
B. Inspeksi, Pemeliharaan, dan Perbaikan
Inspeksi dan pemeliharaan melibatkan inspeksi visual menyeluruh
untuk kebersihan dan cacat. Periksa peralatan pelindung pernapasan
sebelum digunakan untuk memastikan peralatan tersebut dalam
kondisi kerja yang tepat. Bagian yang aus atau rusak harus diganti
sebelum digunakan.
C. Penyimpanan
Simpan peralatan pelindung pernapasan dalam wadah tertutup rapat
dan kedap udara (misalnya, kantong beretsleting dan nama tempat
pada kantong) dan simpan di lingkungan yang bersih, kering, suhu
sedang/tidak terkontaminasi. Simpan kartrid dalam kantong tertutup
untuk mencegah penyerapan gas dan uap dari atmosfer sekitarnya.
Simpan filter partikular dengan cara yang mencegah akumulasi debu
pada filter. Untuk respirator pelindung wajah filter N95, buang setelah
shift.
D. Peralatan Perlindungan Pernapasan Rusak
Respirator pelindung wajah N95 yang rusak dapat segera dibuang.
Untuk peralatan pelindung pernapasan yang rusak lainnya, segera
keluarkan dari layanan, beri tag “Jangan Gunakan”, dan beri tahu
Direktur/Manajer/Supervisor Departemen Anda dan Administrator
Program. Administrator Program akan memperbaiki peralatan
perlindungan pernapasan di tempat, jika memungkinkan; mengirim
peralatan perlindungan pernapasan ke pabrik untuk diperbaiki; atau
buang peralatan pelindung pernapasan dan ganti dengan peralatan
baru.
E. Kerusakan/Kegagalan Peralatan Perlindungan Pernapasan
Jika peralatan perlindungan pernapasan tidak berfungsi atau gagal
(misalnya, kebocoran, kebocoran face piece, atau katup yang tidak
berfungsi dengan benar), segera keluar dari lingkungan yang
terkontaminasi sebelum melepaskan respirator. Jangan masuk kembali
ke area yang terkontaminasi sampai kerusakan/kegagalan peralatan
telah teratasi. Hubungi Direktur/Manajer/Supervisor Departemen
Anda bahwa peralatan pelindung pernapasan tidak lagi berfungsi
sebagaimana mestinya.
SOP
PENGGUNAAN TANDU DAN
PAPAN SELASAR
Pengertian 1. Tandu kasur adalah sebuah alat yang dibuat untuk mengevakuasi
korban dari tempat kejadian ketempat yang lebih aman atau rujukan.
2. Selasar adalah papan yang digunakan untuk mempermudah proses
evakuasi di tangga darurat , sehingga dapat mempermudah evakuasi
pasien menuju ke area yang lebih aman.
Tujuan 1. Mengamankan / memindahkan pasien ke tempat yang lebih aman
(Titik Kumpul).
2. Memberi pertolongan pertama di tempat yang aman
Kebijakan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja

Langkah-Langkah 1. Penggunaan tandu kasur


a. Betangkan sprey dilantai
b. Buat ikatan / bonggol pada 4 sudut
c. Letakkan kasur diatas sprey
d. Tidurkan atau dudukan pasien diatas kasur
e. Tandu kasur siap ditarik kearah tangga evakuasi
2. Penggunaan papan selasar
a. Bentangkan papan selasar di tangga
b. Lakukan evakuasi pasien dengan diletakan dipapan selasar
c. Tidurkan pasien diatas papan selasar d. Setelah di evakuasi pasien
di tempatkan pada titik kumpul yang telah di tentukan unit terkait
Unit Terkait Rumah Tangga Manajemen, K3RS
SOP
EVAKUASI DOKUMEN

Pengertian Evakuasi dokumen adalah kegiatan mengevakuasi/ memindahkan/


mengamankan dokumen dari lokasi kejadian bencana ke lokasi yang
lebih aman/posko guna memperoleh pengaman dokumen.
Tujuan Menyelamatkan dokumen dari bahaya kebakaran. 2. Mengamankan
dokumen agar tetap terjaga kerahasiannya.
Kebijakan Peraturan menteri pertahanan RI No.39 Tahun 2014 tentang
penanggulangan bencana di RS
Langkah-Langkah 1. Petugas adalah tim evakuasi doukumen dan staf di masing-masing
urusan/instalasi.
2. Siapkan semua personil tim evakuasi dokumen dari tiap
instalasi/urusan.
3. Tempatkan dokumen-dokumen penting pada wadah (kardus,dll).
4. Dokumen-dokumen yang perlu diamankan adalah :
a. Perizinan Rumah Sakit
b. Dokumen Personalia
c. Dokumen Administrasi Medis
d. Dokumen Rumah Tangga
e. Brankas di kasir dan keuangan f. Alat USG 3 Dimensi
f. Laptop, dll.
5. Evakuasikan dokumen melalui tangga darurat/jalur evakuasi.
6. Pastikan semua dokumen sudah dievakuasi dari masing-masing
lantai.
7. Lakukan pencatatan dokumen yang telah dievakuasi dan amankan
Unit Terkait K3 RS, Seluruh unit terkait
SOP
PENANGANAN BENCANA
GEMPA BUMI

Pengertian Bahaya gempa bumi adalah resiko bahaya yang ditimbulkan dari suatu
kejadian alam sehingga menyebabkan bahaya gempa bumi.
Tujuan Untuk pengendalian bahaya gempa bumi.

Kebijakan Peraturan menteri pertahanan RI No.39 Tahun 2014 tentang


penanggulangan bencana di RS
Langkah-Langkah 1. Siapkan personil tim K3 Bencana
2. Amankan lokasi kejadian
3. Lapor ke satgas / direktur Rumah Sakit
4. Lakukan evakuasi pasien oleh tim Evakuasi pasien melewati jalur
evakuasi yang telah ditentukan.
5. Lakukan evakuasi dokumen oleh tim Evakuasi Dokumen melewati
jalur evakuasi sesuai prosedur standar (jangan melewati lift)
6. Lakukan Triase pasien oleh tim Triase sesuai prosedur.
7. Apabila pasien perlu perawatan bedah, segera bawa ke ruang
bedah/OK (sesuai kategori Disasterplan)
8. Apabila perawatan ICU/NICU NICU segera dibawa keruang
ICU/NICU (sesuai kategori Disasterplan)
9. Apabila pasien perlu perawatan lanjutan dan kondisi rumah sakit
tidak memungkinkan, pasien segera dirujuk ke rumah sakit
terdekat/rujukan.
10. Koordinasi dengan Dinas terkait (Polres, Kodim, Koramil)
11. Amankan lokasi kejadian, jalur evakuasi, jalur lalu lintas kendaraan,
Posko.
12. Buat pencatatan dan pelaporan ke Direktur maksimal 1 x 24 jam.
Unit Terkait Seluruh unit terkait
SUMBER

DMCA. 2019. Standar Operasional Prosedur Penggunaan Tabung Oksigen. [Online]. Tersedia
: https://pdfcoffee.com/sop-penggunaan-tabung-oxygen-pdf-free.html. [diakses
tanggal 24 Juni 2021].

Harahap dan Syafrudin. 2018. Pros Sosialisasi Desrana. [Online]. Tersedia :


https://bpbd.asahankab.go.id. [diakses tanggal 28 Juni 2021].

Junaedi DA. 2016. SPO MFK K3RS Informasi dokumen. [Online]. Tersedia :
www.scribd.com. [diakses tanggal 29 Juni 2021].

Kirana SZ. 2016. SOP Evakuasi Pasien. [Online]. Tersedia :


https://id/scribd.com/doc/315852202/Sop-Evakuasi-Pasien. [diakses tanggal 28 Juni
2021].

Laramia WY. 2018. SOP Respiratory Protection Equipment Cleaning, Inspection,


Maintenance, Repair, and Storage. [Online]. Tersedia : https://www.uwyo.edu. [diakses
tanggal 28 Juni 2021].

RSJD Dr. Amino Gondohutomo. 2019. Poster Prosedur Penanganan Kebakaran. [Online].
Tersedia : http://ppid.rs-amino.jatengprov.go.id/poster-prosedur-penanganan-
kebakaran/. [diakses tanggal 24 Juni 2021].

Setyarini. 2016. Panduan Kode Emergency RSUD dr. SOediran Mangun Sumarso Kabupaten
Wonogiri. [Online]. Tersedia : https://rsudsoediransms.com. [diakses tanggal 27 Juni
2021].

Tamima dan Samhadi S. 2017. Standar Operasional Prosedur Pengelolaan Arsip Vital Badan
Tenanga Nuklir Nasional. [Online]. Tersedia : https://repo-nkm.batan.go.id. [diakses
tanggal 27 Juni 2021].

Zeck Z. 2017. SOP Memindahkan Pasien Ke Brankar. [Online]. Tersedia :


https://id.scribd.com/document/358478331/baru-sop-memindahkan-pasien-dari-
brankar-ketempat-tidur-docx. [diakses tanggal 28 Juni 2021].

Anda mungkin juga menyukai