Anda di halaman 1dari 15

SURVEILANS BENCANA

Nurdin, S.Kep., Ns., M.Kep.


DEFINISI
 Menurut CDC (Center of Disease Control), surveilans adalah
pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara
sistematis dan terus menerus yang diperlukan untuk perencanaan,
implementasi dan evaluasi upayakesehatan masyarakat
(Nugrahaeni, 2011).

 Pengendalian penyakit dilaksanakan dengan pengamatan penyakit


(surveilans), promotif, preventif dan pelayanan kesehatan
(penanganan kasus) yang dilakukan di lokasi bencana, baik sarana
pelayanan kesehatan (pos kesehatan) maupun tempat pengungsian
dalam rangka penanggulangan bencana (KEMENKES, 2011)
TUJUAN SURVEILANS BENCANA

1. Mengurangi jumlah kesakitan, risiko kecacatan dan


kematian saat terjadi bencana.

2. Mencegah atau mengurangi resiko munculnya


penyakit menular dan penyebarannya.

3. Mencegah atau Mengurangi resiko dan


mengatasi dampak kesehatan lingkungan akibat
bencana(misalnya perbaikan sanitasi).
PERAN SURVEILANS BENCANA

• Mengurangi resiko dan mengatasi dampak bencana (mitigasi)


Pre dan Preparedness atau kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana
Incident

• RHA, penilaian dampak bencana, seperti berapa jumlah korban,


kebutuhan dan kesedian logistik, jumlah pengungsi (kelompok
beresiko), dan seberapa parah tingkat kerusakan dan kondisi
Respons sanitasi lingkungan.

• Data diperoleh dari kejadian bencana harus dapat dianalisis, dan


dibuat kesimpulan berupa rencana kerja atau kebijakan, baik
Post fase recovery, reconstruction and rehabilitation.
Incident
JENIS SURVEILANS BENCANA

SURVEILANS PENYAKIT
• Umumnya merupakan suatu upaya untuk menyediakan
informasi kebutuhan pelayanan kesehatan di lokasi
bencana dan pengungsian sebagai bahan tindakan
kesehatan segera. Secara khusus identifikasi yang
dilakukan adalah:

• Informasi kematian dan kesakitan penyakit


• Potensial wabah yang terjadi di daerah bencana
• Mengidentifikasi terjadinya peningkatan jumlah penyakit
(KLB)
• Mengidentifikasi kelompok risiko tinggi terhadap suatu
penyakit tertentu
• Mengidentifikasi daerah risiko tinggi terhadap penyakit
tertentu
• Mengidentifikasi status gizi buruk dan sanitasi lingkungan.
SURVEILANS FAKTOR
RISIKO
• Dilakukan terhadap kondisi lingkungan disekitar lokasi
bencana atau lokasi penampungan pengungsi yang
dapat menjadi faktor risiko timbulnya atau persebaran
penyakit terhadap pengungsi. Adapun identifikasi yang
dilakukan :

• Cakupan pelayanan air bersih dan pemanfaatan


sarana pembuangan kotoran.
• Pengaman makanan dan pengelolaan sampah.
• Tingkat kepadatan vector dan tempat yang
berpotensi menjadi perindukan vektor
• Kebersihan lingkungan (KEMENKES, 2011).
5 LANGKAH SURVEILANS PENYAKIT DI DAERAH
BENCANA

Pengumpulan Data
(Data kesakitan dan Pengolahan dan Analisis dan
kematian, Sumber Penyajian Data Interpretasi
data, dan Jenis data)

Penyebarluasan
Outcome (Hasil)
Informasi
1. PENGUMPULAN DATA
• Data kesakitan yang dikumpulkan meliputi jenis penyakit yang diamati berdasarkan kelompok usia
(Form BA-3 dan Form BA-5)
• Data kematian adalah setiap kematian pengungsi, penyakit yang kemungkinan menjadi penyebab
DATA kematian berdasarkan kelompok usia (Form BA-6 dan Form BA-7)
KESAKITAN
• Data denominator (jumlah korban bencana dan jumlah penduduk berisiko) diperlukan untuk menghitung
DAN
KEMATIAN pengukuran epidemiologi, misalnya angka insidensi, angka kematian, dan sebagainya

• Data dikumpulkan melalui laporan masyarakat, petugas pos kesehatan, petugas rumah sakit,
SUMBER koordinator penanggulangan bencana setempat
DATA

• Form BA-3: register harian penyakit pada korban bencana


• Form BA-4: rekapitulasi harian penyakit korban bencana
• Form BA-5: laporan mingguan penyakit korban bencana
JENIS DATA • Form BA-6: register harian kematian korban bencana
• Form BA-7: laporan mingguan kematian korban bencana
• Data surveilans menyajikan informasi epidemiologi sesuai kebutuhan.
2.Pengolahan dan Penyajian Data Penyajian data meliputi :
• Deskripsi maupun grafik data kesakitan penyakit menurut umur
• Data kematian menurut penyebabnya akibat bencana.

3.Analisis dan Interpretasi • Kegiatan analisis dan interpretasi data epidemiologi yang dilaksanakan
oleh tim epidemiologi. langkah-langkah pelaksanaan analisis:
• Menentukan prioritas masalah yang akan dikaji;
• Merumuskan pemecahan masalah dengan memperhatikan efektifitas dan
efisiensi kegiatan;
• Menetapkan rekomendasi sebagai tindakan korektif

4.Penyebarluasan Informasi • Penyebaran informasi hasil analisis disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.

5. Outcome (Hasil) • Hasil kajian analisis data mampu menetapkan rencana kegiatan korektif
yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan.
• Rencana kegiatan korektif dapat menekan peningkatan penyakit
khususnya penyakit menular di lokasi bencana yang akhirnya menekan
angka kematian akibat penyakit pada pasca bencana.
5 Lokasi Kegiatan surveilans

Pos Kesehatan Puskesmas Rumah Sakit

Dinas
Dinas
Kesehatan
Kesehatan
Kabupaten/Kot
Provinsi
a
Kegiatan surveilans yang
dilakukan di Pos Kesehatan Kegiatan surveilans di
Puskesmas
• Pengumpulan data kesakitan
Kegiatan surveilans di Rumah
penyakit yang diamati dan • Pengumpulan data kesakitan
kematian melalui pencatatan
Sakit
penyakit-penyakit yang diamati
harian kunjungan rawat jalan (form dan data kematian melalui • Pengumpulan data kesakitan
BA-3 danBA-6) pencatatan harian kunjungan
• Validasi data agar data menjadi penyakit yang diamati dan
rawat jalan dan rawat inap Pos kematian melalui pencatatan
sahih dan akurat, pengolahan data Kesehatan yang ada di wilayah rujukan kasus harian kunjungan
kesakitan menurut jenis penyakit kerja (form BA-3, BA6) rawat jalan dan rawat inap dari
dan golongan umur per minggu • Validasi data agar data menjadi para korban bencana(form BA-3,
(form BA-4) sahih dan akurat BA-6)
• Pembuatan dan pengiriman • Pengolahan data kesakitan • Validasi data agar data menjadi
laporan (form BA-5 dan BA-7). menurut jenis penyakit, golongan sahih dan akurat
• Jenis penyakit yang diamati antara usia dan tempat tinggal per • Pengolahan data kesakitan
lain diare berdarah, campak, diare, minggu (form BA-4) menurut jenis penyakit, golongan
demam berdarah dengue, • Pembuatan dan pengiriman dan tempat tinggal per minggu
pneumonia, lumpuh layuh akut laporan (form BA-5 dan BA-7). (form BA-4)
(AFP), ISPA non-pneumonia,
• Pembuatan dan pengiriman
difteri, tersangka hepatitis, malaria
klinis, gizi buruk, tetanus dan laporan (form BA-5 dan BA-7).
sebagainya.
Kegiatan surveilans di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
• Pengumpulan data berupa jenis bencana, lokasi bencana,
keadaan bencana, kerusakan sarana kesehatan, angka
kesakitan penyakit yang diamati dan angka kematian korban
bencana yang berasal dari puskesmas, rumah sakit, atau
poskes khusus (form BA-1, BA-2)
• Surveilans aktif untuk penyakit tertentu (form BA-3 dan BA-6)
• Validasi data agar data menjadi sahih dan akurat
• Pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan
usia dan tempat tinggal per minggu (form BA-4)
• Pertemuan tim epidemiologi kabupaten/kota untuk melakukan
analisis data dan merumuskan rekomendasi rencana tindak
lanjut, penyebarluasan informasi.
Kegiatan surveilans di Dinas Kesehatan
Provinsi
• Pengumpulan data kesakitan penyakit-penyakit yang diamati dan
kematian korban bencana yang berasal dari dinas kesehatan
kabupaten/kota (form BA-1, BA-2, BA-6 dan BA-7)
• Surveilans aktif untuk penyakit-penyakit tertentu
• Validasi data agar data menjadi sahih dan akurat
• Pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan usia
dan tempat tinggal per minggu (form BA-4)
• Pertemuan tim epidemiologi provinsi untuk melakukan analisis
data dan merumuskan rekomendasi rencana tindak lanjut,
penyebarluasan informasi, pembuatan dan pengiriman laporan
(form BA-5 dan form BA-7).
REFERENCES
 KEMENKES. (2011). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Pedoman teknis
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana edisi revisi
 Nugrahaeni, D.K. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta : EGC
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai