Di susun oleh:
ALBARRA DJ SULEMAN
M18010001
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan dari banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa ahli seperti Goodenough (1971), Spradley (1972), dan Geertz
(1973) mendefinisikan arti kebudayaan di mana kebudayaan merupakan suatu
sistem pengetahuan, gagasan dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok
masyarakat yang berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat
itu dalam bersikap dan berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat
mereka berada (Sairin , 2002).
Sebagai sistem pengetahuan dan gagasan, kebudayaan yang dimiliki suatu
masyarakat merupakan kekuatan yang tidak tampak (invisble power), yang mampu
menggiring dan mengarahkan manusia pendukung kebudayaan itu untuk bersikap
dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan gagasan yang menjadi milik
masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, kesenian dan
sebagainya.
Melalui pewarisan kebudayaan dan internalisasi pada setiap individu, pendidikan
hadir dalam bentuk sosialisasi kebudayaan, berinteraksi dengan nilai-nilai
masyarakat setempat dan memelihara hubungan timbal balik yang menentukan
proses-proses perubahan tatanan sosio-kultur masyarakat dalam rangka
mengembangkan kemajuan peradabannya.
Sebaliknya, dimensi-dimensi sosial yang senantiasa mengalami dinamika
perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan faktor dominan yang telah membentuk eksistensi pendidikan manusia.
Penggunaan alat dan sarana kebutuhan hidup yang modern telah memungkinkan
pola pikir dan sikap manusia untuk memproduk nilai-nilai baru sesuai dengan
intensitas pengaruh teknologi terhadap tatanan kehidupan sosial budaya.
Berbicara tentang tatanan kehidupan sosial budaya, berbagai bidang kajian banyak
dilakukan, termasuk upaya untuk meneliti tentang keanekaragaman makhluk
manusia dan kebudayaannya di berbagai tempat di muka bumi, termasuk di
Sulawesi Tengah. Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki
berbagai macam ragam kebudayaan yang unik dan menarik untuk diketahui.
Wujud dari keanekaragaman masyarakat itu di samping disebabkan oleh akibat dari
sejarah mereka masing-masing; juga karena pengaruh lingkungan alam dan struktur
internalnya. Oleh karenanya sesuatu unsur atau adat dalam suatu kebudayaan, tidak
dapat dinilai dari pandangan kebudayaan lain, melainkan harus dari sistem nilai
yang ada dalam kebudayaan itu sendiri (relativisme kebudayaan).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keberagaman kebudayaan di dalam suatu wilayah khususnya
Sulawesi Tengah.
2. Bagaimana hubungan sosial-budaya yang terjadi di dalam masyarakat di wilayah
Sulawesi Tengah.
3. Bagaimana hubungan sosial-budaya yang terjadi dengan lingkungan hidup
masyarakat di Sulawesi Tengah.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana keberagaman kebudayaan di dalam suatu wilayah
khususnya Sulawesi Tengah.
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan sosial-budaya yang terjadi di dalam
masyarakat di wilayah Sulawesi Tengah.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan sosial-budaya yang terjadi dengan
lingkungan hidup masyarakat di Sulawesi Tengah.
BAB II
PEMBAHASAN
Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat disamping
pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat
dan denda berupa kerbau bagi yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur
dan ramah sering mengadakan upacara untuk menyambut para tamu seperti
persembahan ayam putih, beras, telur dan tuak yang difermentasikan dan disimpan
dalam bambu. Secara tradisional, masyarakat Sulawesi Tengah memiliki
seperangkat pakaian adat yang dibuat dari kulit kayu ivo (sejenis pohon beringin)
yang halus dan tinggi mutunya. Pakaian adat ini dibedakan untuk kaum pria dan
kaum wanita. Unsur-unsur adat dan budaya yang masih dimiliki antara lain:
1. Pakaian adat terbuat dari kulit kayu ivo
2. Rumah adat yang disebut tambi
3. Upacara adat
4. Kesenian (Modero/ tari pesta menyambut panen, Vaino/ pembacaan syair-syair
yang dilagukan pada saat kedugaan, Dadendate, Kakula, Lumense dan
PeuleCinde/ tari untuk menyambut tamu terhormat, Mamosa/ tarian perang,
Morego/ tari menyambut pahlawan, Pajoge/ tarian dalam pelantikan raja/ pejabat
dan Balia/ tarian yang berkaitan dengan kepercayaan animisme).
Selain mempunyai adat dan budaya yang merupakan ciri khas daerah, di Sulawesi
Tengah juga memiliki kerajinan-kerajinan yang unik juga yaitu:
1. Kerajinan kayu hitam (ebony)
2. Kerajinan anyaman
3. Kerajinan kain tenun Donggala dan
4. Kerajinan pakaian dari kulit ivo.
E. Kesenian
Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang satu dengan
lainnya. Musik tradisional memiliki instrumen seperti suling, gong dan gendang.
Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai bagian ritual
keagamaan. Di wilayah beretnis Kaili sekitar pantai barat - waino - musik
tradisional - ditampilkan ketika ada upacara kematian. Kesenian ini telah
dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana
mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan
keagamaan dan ditampilkan ketika festival.
Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal dari masyarakat Pamona,
kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat Kulawi, kabupaten Donggala.
Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara penyambutan tamu,
syukuran dan hari-hari besar tertentu. Dero adalah salah satu tarian dimana laki-laki
dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian ini bukan
warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama pendudukan jepang di
Indonesia ketika Perang Dunia II. Di Sulawesi Tengah terdapat suku yang berbeda-
beda. Suku-suku tersebut juga memiliki budaya yang berbeda-beda.
A. Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dari makalah ini, adalah sebagai berikut.
Beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya di provinsi
Sulawesi Tengah memperlihatkan bahwa betapa kayanya Negara ini.
Dengan berbagai perbedaan yang ada, namun tidak membuat perpecahan
antar masyarakat.
Penduduk asli di provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas 19 kelompok etnis atau suku,
yaitu :
Etnis Kaili berdiam di kabupaten Donggala dan kota Palu
Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Donggala
Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso
Etnis Pamona berdiam di kabupaten Poso
Etnis Mori berdiam di kabupaten Morowali
Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali
Etnis Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai
Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai
Etnis Mamasa berdiam di kabupaten Banggai
Etnis Taa berdiam di kabupaten Banggai
Etnis Bare'e berdiam di kabupaten Touna
Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan
Etnis Buol mendiami kabupaten Buol
Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli
Etnis Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong
Etnis Dampal berdiam di Dampal, kabupaten Tolitoli
Etnis Dondo berdiam di Dondo, kabupaten Tolitoli
Etnis Pendau berdiam di kabupaten Tolitoli
Etnis Dampelas berdiam di kabupaten Donggala
Di Sulawesi Tengah, secara umum Masyarakat Adat memandang hutan sangat erat
hubungannya dengan kehidupan mereka, karena secara sosial-budaya hutan sudah
menjadi bagian dari kehidupan Masyarakat Adat, digunakan sebagai tempat ritual
adat.
B. Saran
Dengan semakin berkembangnya zaman, serta pengaruh globalisasi dan juga
pengaruh budaya-budaya asing. Kebudayaan-kebudayaan yang ada semakin
tergeser dan hampir punah. Untuk mencegah punahnya kebudayaan tersebut perlu
dilakukan berbagai tindakan. Berbagai kebudayaan yang beragam yang ada di
provinsi Sulawesi Tengah seharusnya tetap dijaga dan dilestarikan. Para generasi
penerus harus tetap mempertahankan kebudayaan-kebudayaan yang telah ada.
Pemerintah setempat juga harus terlibat dalam proses pelestarian kebudayaan
dengan melakukan upaya-upaya berupa pembentukan lembaga-lembaga, sosialisasi
dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA