Anda di halaman 1dari 6

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

Dosen Pemampu : Raden Maria Veronika Widiatrilupi, S.ST.,M.Keb

Nama :
Egga Devi Fadillah
216050AJ

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS DR
SOEPRAOEN KESDAM V/BRAWIJAYA MALANG
2021
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Korupsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi di-
definisikan lebih spesifik lagi yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan
uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dsb.) untuk keuntungan
pribadi atau orang lain. Istilah korupsi yang telah diterima dalam
perbendaharaan kata bahasa Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan,
dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran” (S. Wojowasito-
WJS Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk
seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya” (WJS
Poerwadarminta: 1976).
Jadi Korupsi adalah tindakan menguntungkan diri sendiri dan orang lain
yang bersifat busuk, jahat, dan merusakkan karena merugikan negara dan
masyarakat luas. Pelaku korupsi dianggap telah melakukan penyelewengan
dalam hal keuangan atau kekuasaan, pengkhianatan amanat terkait pada
tanggung jawab dan wewenang yang diberikan kepadanya,  serta
pelanggaran hukum.
Pengertian korupsi menurut para ahli :
 Henry Campbell Black, korupsi diartikan sebagai “an act done with
an intent to give some advantage inconsistent with official duty and
the rights of others”, (terjemahan bebasnya : suatu perbuatan yang
dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan
yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak
lain). Menurut Black adalah perbuatan seseorang pejabat yang
secara melanggar hukum menggunakan jabatannya untuk
mendapatkan suatu keuntungan yang berlawanan dengan
kewajibannya
 S Hornby istilah korupsi diartikan sebagai suatu pemberian atau
penawaran dan penerimaan hadiah berupa suap (the offering and
accepting of bribes), serta kebusukan atau keburukan (decay).
 David M. Chalmer menguraikan pengertian korupsi dalam berbagai
bidang, antara lain menyangkut masalah penyuapan yang
berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi dan
menyangkut bidang kepentingan umum.
 Wertheim yang menggunakan pengertian yang lebih spesifik.
Menurutnya, seorang pejabat dikatakan melakukan tindak pidana
korupsi, adalah apabila ia menerima hadiah dari seseorang yang
bertujuan memengaruhinya agar mengambil keputusan yang
menguntungan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang – kadang
pengertian ini juga mencakup perbuata menawarkan hadiah, atau
bentuk balas jasa yang lain.
 David H Baley mengatakan, korupsi sementara dikaitkan dengan
penyuapan adalah suatu istilah umum yang meliputi
penyalahgunaan wewenang sebagai akibat pertimbangan
keuntungan pribadi yang tidak selalu berupa uang. Batasan yang
luas dengan titik berat pada penyalahgunaan wewenang
memungkinkan dimasukkannya penyuapan, pemerasan,
penggelapan, pemanfaatan sumber dan fasilitas yang bukan milik
sendiri untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan nepotisme ke
dalam korupsi.
 Robert Klitgaard memahami bahwa korupsi ada manakala
seseorang secara tidak halal meletakkan kepentingan pribadi di
atas kepentingan rakyat, serta cita-cita yang menurut sumpah akan
dilayaninya. Korupsi muncul dalam banyak bentuk dan
membentang dari soal sepele sampai pada soal yang amat besar.
Korupsi dapat menyangkut penyalahgunaan instrument-instrument
kebijakan seperti soal tarif, pajak, kredit, sistem irigasi, kebijakan
perumahan, penegakan hukum, peraturan menyangkut keamanan
umum, pelaksanaan kontrak, pengambilan pinjaman dan
sebagainya. Di samping itu, ditegaskan pula bahwa korupsi itu
dapat terjadi tidak saja di sektor pemerintahan, tapi juga di sektor
swasta, bahkan sering terjadi sekaligus di kedua sektor tersebut.
 John A Gardiner dan David J Olson dalam bukunya “Theft of the
City”, korupsi menyangkut segi – segi moral, sifat dan keadaan
yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintahan,
penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor
ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga dan klik, golongan
ke dalam kedinasan dibawah kekuasaan jabatannya.
PEMBAHASAN
Contoh Masalah Korupsi Di Bidang Kesehatan

Korupsi Alkes, Eks Gubernur Banten


Divonis Penjara 5 Tahun 6 Bulan
Kasus pada tingkat lokal terjadi di Provinsi Banten (Serang) yang
melibatkan Mantan Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah. Pengadaan alat
kesehatan di provinsi Banten Tahun 2017 dengan memperkaya diri sendiri
Rp 3,8 miliar dan memperkaya adiknya Tubagus Chaeri Wardhana Rp 50
miliar. Ratu Atut terbukti melakukan tindakan korupsi dengan mengatur proses
penganggaran pengadaan alkes Banten dan mengakibatkan kerugian negara
sebesar Rp 79 miliar. Rp. 2 miliar dipotong biaya keterlambatan
penyelenggara senilai prosentase Rp 957 juta maka jumlah pembayaran yang
diterima Baharuddin melalui Tri Rp 1,4 miliar, dan masih terdapat Rp 50 miliar
yang merupakan bagian keuntungan Tubagus Chaeri Wardhana. Sebagai
Gubernur Banten, Atut terbukti melakukan melakukan perubahan anggaran
APBD dan APBDP tahun anggaran 2012 untuk pengadaan alkes. Atut juga
diketahui menerima fee 2,5 persen dari perubahan anggaran alkes RS
Rujukan tersebut dan mengakibatkan kerugian sebesar Rp 79 miliar. Dengan
menyetujui pembelian pada pihak lain sehingga menimbulkan kerugian
negara. Akibat penyalahgunaan anggaran mengakibatkan proses HPS proses
perencanaan, dan pelelangan alkes pada tahun anggaran 2012 mengalami
kerugian. Dalam pertimbangannya, majelis hakim menyebut hal yang
memberatkan Atut yakni tidak mendukung program pemerintah dalam hal
pemberantasan korupsi. Sementara hal yang meringankaan Atut mengakui
perbuatannya dan berlaku sopan selama di persidangan. Atas perbuatannya
Atut terbukti melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 jo Pasal 12 huruf e UU 31 jo Pasal
55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1 KUHP. Terdaqwa juga divonis 5 tahun 6
bulan dan denda Rp 250 juta subsider 3 bulan kurungan. (Analisa,
24/09/2021)
Dari wacana diatas, permasalahan korupsi ini dapat saya analisi, sebagai
berikut :
 Pengertian
Henry Campbell Black, korupsi diartikan sebagai “an act done
with an intent to give some advantage inconsistent with official duty
and the rights of others”, (terjemahan bebasnya : suatu perbuatan
yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan
yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak
lain). menurut Black adalah perbuatan seseorang pejabat yang secara
melanggar hukum menggunakan jabatannya untuk mendapatkan
suatu keuntungan yang berlawanan dengan kewajibannya

 Faktor Penyebab
Berdasarkan permasalahan korupsi tersebut dapat disimpulkan
bahwa penyebab korupsi ini adalah :
1. Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku
serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang.
2. Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan
organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa
sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan
kecurangan.
3. Moral yang kurang kuat
4. Gaya hidup yang konsumtif
 Tipe Korupsi
1. Menurut Vito Tanzi
Korupsi transaksi, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan
diantara seorang donor dengan resipien untuk keuntungan kedua
belah pihak.
2. Jenis Korupsi
Menurut Benveniste,
Mercenery corruption, yakni jenis tindak pidana korupsi yang
dimaksud untuk memperoleh keuntungan pribadi melalui
penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.
3. Ciri – ciri Korupsi
Menurut Syed Hussein Alatas
Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan. Seseorang yang
diberikan amanah seperti seorang pemimpin yang
menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi,
golongan, atau kelompoknya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai
negeri, serta pihak yang lain terlibat dakan tindakan itu yang sevara tidak
wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasai
kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Pelaku korupsi
dianggap telah melakukan penyelewengan dalam hal keuangan atau
kekuasaan, pengkhianatan amanat terkait pada tanggung jawab dan
wewenang yang diberikan kepadanya,  serta pelanggaran hukum.
Dan salah satu penyebab dari korupsi ini adalah sifat manusia yang
kurang puas atau rakus, mempunyai sifat yang konsumtif dan adanya
kesempatan untuk melakukan korupsi tersebut.

3.2 Saran
Korupsi ini bersifat jahat karena merugikan orang banyak dan negara.
Orang yang melakukan korupsi ini akan diberi hukuman penjara dan
denda. Seharusnya kita dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal ini,
seperti dengan menguatkan iman atau mendekatkan diri pada Allah SWT,
agar negara kita ini dapat terhindar dari semua permasalahan korupsi agar
terciptanya negara yang aman dan makmur.

Anda mungkin juga menyukai