Anda di halaman 1dari 11

PERMASALAHAN PENYAKIT TUBERCULOSIS PADA ANAK PRA SEKOLAH

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang di bimbing
oleh ibu Dra. Retno Sulistyowati,M.pd

Di susun oleh :
Rofiatul Hasanah
(2314314201107)

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


“SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG”
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang kami beri judul
“PERMASALAHAN PENYAKIT TUBERCULOSIS PADA ANAK PRA
SEKOLAH”dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih memerlukan penyempurnaan,
terutama bagian isi. Maka dari itu kami menerima segala bentuk kritikan dan saran dari para
pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih, dengan
keterbatasan yang ada, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi penulis dan teman- teman mahasiswa. Aamiin.

Malang, 7 Oktober 2023


Penulis
DAFTAR ISI

Isi
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 Definisi TBC...............................................................................................................................5
2.2 Etiologi TBC...............................................................................................................................5
2.3 Gejala TBC.................................................................................................................................5
2.4 Patofisiologi TBC.................................................................................................................6
2.5 Komplikasi TBC..................................................................................................................7
2.6 Prognosis TBC......................................................................................................................7
2.7 Penatalaksanaan TBC.........................................................................................................7
BAB III.................................................................................................................................................9
PENUTUP............................................................................................................................................9
Kesimpulan......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prevalensi infeksi tuberkulosis di negara berkembang termasuk Indonesia masih
tinggi. Tuberkulosis pada anak cukup penting dengan alasan bahwa tuberkulosis pada
bayi dan anak akan lebih mudah berlanjut menjadi TBC paru yang lebih berat dan dapat
terjadi TBC ekstra paru; infeksi tuberkulosis atau sakit tuberkulosis menunjukkan adanya
penularan di lingkungannya dan tuberkulosis pada anak yang tidak ditangani akan
menjadi sumber infeksi dimasa yang akan datang. Adanya kontak serumah dengan
individu yang menularkan merupakan faktor risiko untuk infeksi atau sakit tuberkulosis
pada bayi dan anak. Di Indonesia data tentang hal tersebut masih terbatas. Adanya infeksi
tuberkulosis dapat ditelusuri dari adanya kontakserumah dengan penderita TBC dewasa
dengan BTA (+).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi TBC
2. Apa etiologi TBC
3. Apa patofisiologi TBC
4. Apa komplikasi TBC
5. Apa prognosis TBC
6. Apa penatalaksanaan TBC

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi TBC
2. Untuk mengetahui etiologi TBC
3. Untuk mengetahui patofisiologi TBC
4. Untuk mengetahui komplikasi TBC
5. Untuk mengetahui prognosis TBC
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan TBC
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi TBC


Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular granulomatosa kronik yang telah
dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan paling sering disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, 85% dari seluruh
kasus TBC adalah TBC paru, sisanya (15%) menyerang organ tubuh lain mulai dari kulit,
tulang, organ-organ dalam seperti ginjal, usus, otak, dan lainnya (Icksan dan Luhur, 2008).
Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum, TBC dibagi dalam: TBC paru BTA positif:
sekurangnya 2 dari 3 spesimen sputum BTA positif, TBC paru BTA negatif: dari 3 spesimen
BTA negatif, foto toraks positif (Rani, 2006). Infeksi pada paru-paru dan kadang-kadang pada
struktur-struktur di sekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
(Saputra, 2010). Tuberkulosis termasuk juga dalam golongan penyakit zoonosis karena selain
dapat menimbulkan penyakit pada manusia, basil Mycobacterium juga dapat menimbulkan
penyakit pada berbagai macam hewan misalnya sapi, anjing, babi, unggas, biri-biri dan
hewan primata, bahkan juga ikan

2.2 Etiologi TBC


Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Dinding M. Tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan
lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat,
lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan
mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Unsur lain yang terdapat pada
dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan.
Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat
tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat
warna tersebut dengan larutan asam – alkohol. Komponen antigen ditemukan di dinding sel
dan sitoplasma yaitu komponen lipid,polisakarida dan protei
2.3 Gejala TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada
kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

1. Gejala sistemik/umum:
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam.Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul
 Penurunan nafsu makan dan berat badan
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah

2. Gejala khusus:
 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadisumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paruparu) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas
melemah yang disertai sesak.
 Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru),dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
 Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak),gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. Pada pasien anak yang tidak
menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak
dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak
usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru
dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi/darah.
2.4 Patofisiologi TBC
Cara penularan :
1. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. O
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman keudara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut.
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

2.5 Komplikasi TBC


Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
a. Komplikasi dini: pleurutis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’s
arthropathy.
b. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas -> SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat -> SOPT/fibrosis paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru,sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi
pada TBC milier dan kavitas TBC (Sudoyo, 2007). Komplikasi penderita stadium
lanjut adalah hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok, kolaps spontan karena kerusakan jaringan
paru, penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan
sebagainya (Zulkoni, 2010).
2.6 Prognosis TBC

Prognosis tuberkulosis (TB) tergantung pada diagnosis dini dan pengobatan.


Tuberkulosis extra-pulmonary membawa prognosis yang lebih buruk.Seorang yang
terinfeksi kuman TB memiliki 10% risiko dalam hidupnya jatuh sakit karena TB.
Namun penderita gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti orang yang terkena HIV,
malnutrisi, diabetes,atau perokok, memiliki risiko lebih tinggi jatuh sakit karena TB.
Rekurensi pengidap TB yang mendapat terapi DOT (Directly Observed Treatment)
berkisar 0-14%. Di negara-negara dengan angka TB yang tinggi, rekurensi biasanya
terjadi setelah pengobatan tuntas, hal ini cenderung dikarenakan oleh reinfeksi
daripada relaps.Prognosis buruk terdapat pada penderita TB extra pulmonary,
gangguan kekebalan tubuh, lanjut usia, dan riwayat terkena TB sebelumnya.
Prognosis baik bila diagnosis dan pengobatannya dilakukan sedini mungkin.

2.7 Penatalaksanaan TBC


1. Tujuan pengobatan TBC anak
 Menurunkan / membunuh kuman dengan cepat.
 Sterilisasi kuman untuk mencegah relaps dengan jalan pengobatan:
- Fase intensif (2 bulan) : mengeradikasi kuman dengan 3 macam
obat : INH, Rifampisim dan Pirazinamid.
- Fase pemeliharaan (4 bulan) : akan memberikan efek sterilisasi
untuk mencegah terjadinya relap: menggunakan 2 macam obat :
INH & Rifampicin.
 Mencegah terjadinya resistensi kuman TBC
2. Prinsip Pengobatan TBC Anak
 Kombinasi lebih dari satu macam obat. Hal ini untuk mencegah terjadinya
resistensi terhadap obat.
 Jangka panjang, teratur, dan tidak terputus. Hal ini merupakan masalah
kadar kepatuhan pasien.
 Obat diberikan secara teratur tiap hari.
3. Obat TBC Anak
Regimen dasar pengobatan TBC adalah kombinasi INH dan Rifampicin selama 6
bulan dengan Pirazinamid pada 2 bulan pertama. Pada TBC berat dan
ekstrapulmonal biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2
bulan (ditambah Etambutol dan Streptomisin), dilanjutkan dengan INH dan
Rifampicin selama 4-10 bulan sesuai perkembangan klinis.Pada meningitis TBC,
perikarditis, TBC milier, dan efusi pleura diberikan kortikosteroid, yaitu prednison
(PRED) 1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu, diturunkan perlahan (tapering off)
sampai 2-6 minggu.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Tuberkulosis anak selain mempunyai problematik sendiri juga merupakan akibat dari
tuberkulosis dewasa. Dengan demikian tuberkulosis anak merupakan parameter yang penting
berhasil tidaknya pemberantasan sumber penularan. Tuberkulosis anak merupakan bibit
tuberkulosis dewasa dan dengan sendirinya merupakan sumber penularan pada masa dewasa.
Dalam pengelolaan TBC anak harus diingat bahwa TBC primer merupakan penyakit
sistemik. Komplikasi dapat terjadi terutama dalam 1 – 1,5 tahun perjalanan penyakit, kadang
baru dalam 5 tahun. Kesukaran dalam diagnosis TBC anak karena gejala klinik dan
radiologik tidak khas, sedang pemeriksaan bakteriologis tidak banyak dapat diharapkan.
Pengobatan TBC memerlukan ketekunan dan waktu yang lama sehingga kadang
membosankan penderita. Pemberantasan TBC akan berhasil baik bila secara simultan disertai
perbaikan sosial ekonomi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Sunarjo D. Tuberkulosis Pada Anak. SMF ANAK BRSD RAA.SOEWONDO PATI, 2007.

Rasad S. “Tuberkulosis Paru” Radiologi Diagnostik 2. Jakarta : FKUI, 2008.

Aditama Y. “Tuberkulosis” Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta :

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006.

Anda mungkin juga menyukai