Anda di halaman 1dari 7

Morfologi dan Patogenitas Bakteri Penyebab Infeksi Kulit Clostridium tetani

NAMA MAHASISWA : YUNIARTIE SHAFARINA

NIM : AK816072

SEMESTER : IV

KELAS :B

PROGRAM STUDI : D3 ANALIS KESEHATAN

DOSEN : Putri Kartika Sari, M.Si


Morfologi dan Patogenitas Bakteri Penyebab Infeksi Kulit Clostridium tetani

Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dan seringkali fatal yang disebabkan oleh
bakteri Clostridium tetani yang memproduksi toksin (racun). Racun ini yang kemudian
menghasilkan gangguan saraf yang ditandai dengan meningkatnya tegangan dan kekejangan
otot. Biasanya bakteri ini masuk ke tubuh melalui luka tusuk yang terkontaminasi seperti
kait logam, serpihan kayu, atau gigitan serangga. Meskipun demikian, luka lain seperti luka
bakar, luka operasi, borok, dan tali pusat bayi baru lahir juga dapat menjadi pintu masuk
bakteri ini. Tetanus terjadi secara sporadik dan hampir selalu mengenai orang yang belum
pernah diimunisasi, atau bahkan yang sudah diimunisasi secara lengkap yang tidak menjaga
imunitasnya dengan vaksinasi ulangan. Akan tetapi, penyakit ini merupakan penyakit yang
dapat dicegah sepenuhnya dengan vaksinasi. Tetanus bukan merupakan penyakit menular
yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain. Sangat penting untuk mengenali kasus
ini secara cepat karena sering dibutuhkan perawatan inap dan pengobatan. Angka kematian
dan penyebab kematian akibat penyakit inibervariasi tergantung fasilitas yang ada. Tidak
dapat disangkal bahwa adanya Unit Perawatan Intensif (UPI) mengurangi angka kematian.
Pada Negara berkembang, tanpa fasilitas UPI, kematian akibat tetanus yang berat melebihi
50% dengan sumbatan jalan napas, gagal napas, dan gagal ginjal sebagai penyebab utama
tingkat kematian 10% telah menjadi target pada negara-negara maju.

Kingdom : Bacteria
Division : Firmicutes
Class : Clostridia
Order : Clostridiales
Family : Clostridiaceae
Genus : Clostridium
Species : Clostridium tetani
Clostridium tetani adalah bakteri yang terdapat di tanah yang tercemar tinja manusia
dan binatang berbentuk batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-
0,5 mikron. Clostridium tetani termasuk bakteri gram positif anaerob dengan rentang suhu
pertumbuhan 10-43oC bergerak dengan flagel peritrik berspora yang terletak disentral,
subterminal maupun terminal. Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun
lesitinase, tidak memecah protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan glukosa juga tidak
menghasilkan gas H2S. Menghasilkan gelatinase, dan indol positif. Spora dari Clostridium
tetani resisten terhadap panas dan juga biasanya terhadap antiseptis. Sporanya juga dapat
bertahan pada autoclave pada suhu 249.8°F (121°C) selama 10–15 menit. Juga resisten
terhadap phenol dan agen kimia yang lainnya. Bentuk koloni bakteri ini adalah koloni yang
kecil meluas dalam jalinan filament halus.

Clostridium tetani berbentuk batang, bergerak dengan peritrichous flagella, bersifat anaerob
dengan rentang suhu pertumbuhan 10-43oC dan biasa ditemukan di tanah, feses dan saluran
pencernaan manusia. Berdasarkan hasil uji biokimia dapat dilihat bahwa Bateroides
putredinis dapat memfermentasi gula, urea negatif, katalase positif, H2S negatif, sitrat
positif, indol positif, voges prokauer positif dan methyl red positif. (Holt dkk, 1994)

Vaksinasi tetanus bertujuan untuk mencegah kerusakan saraf. Tetanus (berasal dari bahasa
Yunani: -teinein = menegang) yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini
tersebar diseluruh dunia, menyerang bayi, anak-anak, dan remaja, terutama yang tidak
memperoleh perlindungan vaksinasi. Tetanus, terutama Tetanus Neonatorum, saat ini masih
menjadi masalah kesehatan yang serius. Sebab, tetanus menjadi penyebab 8%-69% dari
kematian bayi baru lahir (menjadi penyebab kematian utama di negara-negara sedang
berkembang, termasuk di Indonesia). Pada tahun 2002, WHO melaporkan 198.000 kematian
pada anak berusia kurang dari 5 tahun disebabkan oleh penyakit tetanus. (Cahyono, 2010).

Clostridium tetani berkembang biak memproduksi tetanospasmin suatu neurotoksin yang


kuat. Infeksi terjadi setelah trauma kecil (lecet luka tusuk, infeksi tunggul tali pusat bayi
baru lahir), Toksin ini akan mencapai system syaraf pusat melalui syaraf motorik menuju ke
bagian anterior spinal cord. Eksotoksin yang bekerja pada sinaptosum dan menutup respons
refleks menghambat dari serabut syaraf dan menyebabkan terjadinya influs-influs yang tak
terkendali, daya kerja utamanya ialah terhadap batang otak dan tanduk depan sumsum
tulang belakang.

Bakteri tetanus masuk kedalam tubuh melalui luka (luka laserasi dalam) yang terkontaminasi
Clostridium tetani atau sporanya. Setelah spora masuk, mikroorganisme berkembangbiak
pada tempat infeksi (otot) dan menghasilkan toksin tetanospasmin yang selanjutnya melalui
saraf motorik mencapai susunan saraf pusat. Selanjutnya toksin akan menghambat
mekanisme inhibisi post synap dengan cara menghambat pelepasan neurotransmitter GABA
dan glisin. Tidak ada inhibisi post synaps menyebabkan otot berkontraksi terus menerus
karena pengaruh asetilkolin.

Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3-12 hari, namun dapat singkat 1-2 hari dan kadang
lebih satu bulan, makin pendek masa inkubasi makin buruk prognosis. Terdapat hubungan
antara jarak tempat masuk kuman Clostridium tetani dengan susunan saraf pusat, dengan
interval antara terjadinya luka dengan permulaan penyakit, makin jauh tempat invasi, masa
inkubasi makin panjang. Penyakit ini khas dengan adanya tonik pada otot serang lintang,
biasanya dimulai dari daerah sekitar perlukaan, kemudian otot-otot pengunyahan, sehingga
akan mengalami kesukaran dalam mengunyah mulut. Secara bertahap kejang tersebut akan
melibatkan semua otot seran lintang sehingga akan terjadi kejang tonik. Adanya rangsang
dari luar dapat memacu timbulnya kekejangan. Kesadaran penderita tetap baik dan penyakit
terus berlanjut. Kematian biasanya terjadi akibat kegagalan fungsi pernafasan, yang
umumnya 50%. Secara klinis tetanus dibedakan menjadi :

a. Tetanus Lokal
Ditandai dengan rasa nyeri dan spasmus otot di bagian proksimal luka, gejala ini
dapat terjadi selama beberapa minggu dan menghilang tanpa gejala sisa. Bentuk
ini dapat berkembang menjadi bentuk umum, kasus fatal kira-kira 1%.
b. Tetanus Umum
Merupakan bentuk tetanus yang paling banyak dijumpai, dapat timbul mendadak,
trismus merupakan gejala awal yang paling sering dijumpai. Spasmus otot
maseter dapat terjadi bersamaan dengan kekakuan otot leher dan kesukaran
menelan, biasanya disertai kegelisahan dan iritabilitas. Trismus yang menetap
menyebabkan ekspresi wajah yang karakteristik berupa risussardonicus. Kontraksi
otot meluas, pada otot-otot perut menyebabkan perut papan dan kontraksi otot
punggung yang menetap menyebabkan opistotonus; dapat timbul kejang tetani
bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan ekstens iekstremitas bawah.
Selama periode ini penderita berada dalam kesadaran penuh.
c. Tetanus Sefalik
Jenis ini jarang dijumpai, masa inkubasi 1-2 hari, biasanya setelah luka di kepala,
wajah atau otitis media, banyak kasus berkembang menjadi tipe umum. Tetanus
tipe ini mempunyai prognosis buruk.

Penyakitnya adalah :

1. Tetanus
2. Gas Ganggren
3. Dipteri
4. Botulisme
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Kanisius :
Yogyakarta

Ganang haryo. 1997. Mikrobiologi Kedokteran. 127-131. Yogyakarta: Bagian Mikrobiologi


Fakultas Kedokteran UGM.

Holt, J.G., N.R. Krieg, P.H.A. Sneath, J.T. Staley, dan S.T. Williams, 1994. Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology. Nine Edition. The William and Walkins Company Inc: California
296-665

Jawetz, Melnick dan Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta. Salemba Medika.

Muliawan, Sylvia.Y. 2007. Bakteri anaerob yang erat kaitannya dengan problem klinik
(Diagnosis dan penatalaksana). P : 26-33. Jakarta: EGC.

Mursalim. 2008, Penuntun Bakteriologi Praktikum. Makassar: Politeknik Kesehatan Makassar

Staf pengajar FKUI. 1994.Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai