Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

NEONATAL DENGAN BBLR

disusun oleh:

Kiki Aprilia Mardiani ( 0118021)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

STIKES DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunianya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja sama untuk menyelesaikan makalah
ini. Dimana makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah filsafat dengan makalah
yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN NEONATAL
DENGAN BBLR.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman – teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran pembaca yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman- teman.

Mojokerto, 06 April 2021

(Penulis)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
B. Etiologi
C. Tanda dan Gejala
D. Patofisiologi
E. Pemeriksaan Diagnostik atau Penunjang
F. Pengobatan atau Terapi
G. Analisa Data
H. Diagnosa Keperawatan
I. Intervensi Keperawatan
J. Evaluasi Keperawatan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan
nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih
utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi
makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena
aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan
status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran,
kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama
dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masadepan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah
pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan
sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon
rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental
dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi
dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan
kecerdasan.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang
tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan
diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan
penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada
ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu penulis tertarik
membahas tentang kasus BBLR pada bayi NY. “U” yang akan penulis bahas pada BAB
berikutnya.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?
2. Apa etiologi BBLR ?
3. Bagaimana tanda – tanda klinis BBLR ?
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLR ?

C. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan keperawatan
melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi berat lahir rendah.

D. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi dengan berat
badan lahir rendah
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pada
bayi dengan berat badan lahir rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi dengan berat
badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian prioritas masalah keperawatan
dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan sehingga dapat mengatasi
masalah yang dihadapi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah.
E. Manfaat
1. Agar lebih memahami apa pengertian bblr
2. Agar lebih memahami Bagaimana Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan
neonatal dengan bblr
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram
(sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :

1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.

2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya (Indrasanto, 2008).

B. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum,
dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia
antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari
perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi
yang lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat
tertentu (Suryadi dan Yuliani, 2006 ).

C. Tanda dan Gejala


Gambaran klinis BBLR secara umum (Prawirohardjo. 2005) :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit

D. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum

cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi

lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih

kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal

ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang

disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan

keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak

mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.

Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan

melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan

yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering

melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi

bila ibu menderita anemia.

Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi

prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada

dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas

sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi

premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas

bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat.

Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet

rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam absorpsi

kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami rikets yang berat

sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan

kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan

daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma

globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya

fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga bayi

premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih

tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi premature belum

mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah

karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang

belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau

kehilangan panas dalam tubuh (Ngastiyah, 2005).


E. Pathways

Faktor pencetus

faktor ibu faktor janin faktor lingkungan

1. \Re
Faktor penyakit 1. hydroamnion 1. tempat tinggal di
( toksemia 2. kehamilan dataran tinggi
gravidarum, multiple/ ganda 2. radiasi
trauma fisik, dll) 3. kelainan 3. zat zat beracun
2. faktor usia kromosom

BBLR

kulit tipis dan Imaturitas system Reflek menelan


lemak subcutan dan menghisap
pernafasan belum sempurna
kurang

Pernafasan belum
Tidak dapat Intake nutrisi tidak
sempurna
menyimpan panas adekuat

Mudah kehilangan 02 dalam darah c02 Asupan gizi kurang

Kedinginan 02 dalam sel darah Sel- sel kekurangan


rendah c02 tinggi nutrisi
Hipotermi
Asidosis
Kerusakan sel

Gangguan pertukaran
Penurunan BB/
gas
kematian

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
F. Pemeriksaan diagnostik (Ngastiyah, 2005) :
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

G. PENGOBATAN BBLR
Perawatan akan tergantung pada gejala,usia dan kesehatan bayi. hal itu juga tergantung
pada kondisinya. Perawatan untuk keadaan ini sering kali meliputi:
1. penanganan di neonatal intensive care unit (NICU)
2. Tempat tidur dengan pengatur suhu tubuh
3. Pemberian makan khusus. kadang kadang ini diberikan melalui selang ke dalam
perut jika bayi tidak dapat menghisap atau diberikan melalui jalur lV ( intravena).
sedangkan baik bayi dengan berat badan lahir rendah sangat bergantung pada berat
badan bayi saat lahir. bayi yang sangat beratnya kurang dari 500 gram memiliki masalaha
paling besar dan kemungkinannya kecil untuk bertahan hidup.

H. ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1. DS: - Penumpukan cairan Bersihan jalan nafas
DO: di rongga paru
-terpasang ventilator 21lt/menit
-RR 40x/menit
-Auskultasi paru ronkhi
2. Ds: - Resiko hipotermi Jaringan lemak
DO: subkotis tipis
-Keadaan umum lemah
-Lahir premature 30 minggu
-Suhu tubuh 36.2c
-Lekosit 24.7/uL
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga paru
( D.0001)
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan subkotis ( D.0131)

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil Intervensi keperawatan
O
1. Ketidakefektifan jalan nafas - Despnea Observasi
berhubungan dengan meningkat - monitor pola
penumpukan cairan dirongga - ortopnea napas
paru ( D.0001) meningkat ( frekuensi,
( L.01001) kedalaman,
usaha napas)
- monitor bunyi
napas tambahan
Terapeutik
- pertahankan
kepatenan jalan
napas
- lakukan
penghisapan
lendir kurang
dari 15 detik
- keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsep McGill
- berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
- anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika
tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
- kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu (l.01011)
2. Resiko hipotermi berhubungan - suhu tubuh Observasi
dengan jaringan subkotis meningkat - monitor suhu
( D.0131) - suhu kulit tubuh
meningkat - identifikasi
- pengisian kapiler penyebab
meningkat hipotermia
- kadar glukosa - monitor tanda
darah meningkat dan gejala
( L.14134) akibat
hipertemia
Terapeutik
- sediakan
lingkungan yang
hangat
- lakukan
penghangatan
pasif
- lakukan
penghangatan
aktif eksternal
Edukasi
- anjurkan makan/
minum hangat
( l.14507)
K. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Tidak ada gangguan jalan nafas
2. Suhu tubuh normal

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pada bayi dengan berat lahir yaitu : bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah
bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat
lahir rendah adalah yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir

Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara
kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar.
Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. Bayi dengan berat lahir
rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan
berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,5 0 C s/d 370 C..
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang
dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan
secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000
gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram. Bayi dengan
berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan
melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat
1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal
ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

B. Saran
- Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik dari
pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan
serta penerapan asuhan keperawatannya.
- Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang BBLR. Ilmu
yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
- Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk
lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
pencegahan bayi BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
gastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency

Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta : JNPK, KR, IDAI, POGI.

Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta : EGC.

Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak.

Ed.2.Jakarta : CV. Agung Seto.

Anda mungkin juga menyukai