Anda di halaman 1dari 14

Kualitas tidur merupakan akumulasi penilaian dari komponen kuantitatif, seperti durasi tidur,

serta komponen kualitatif, seperti latensi tidur, gangguan tidur dan disfungsi saat disiang hari.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kualitas tidur responden pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol sebelum diberikan terapi murattal Al-Qur’an dimana remaja

mengalami kualitas tidur buruk sebanyak 24 responden (100%). Hasil kuesioner yang

mendukung bahwa responden mengalami kualitas tidur buruk adalah 19 responden (80%)

menyatakan tidur <6 jam, 18 responden (75%) menjawab kesulitan untuk memulai tidur, 21

responden (87%) menyatakan mengalami gangguan tdiur seperti bangun di tengah malam

dan juga mimpi buruk, 12 reponden (50%) menyatakan terbangun karena harus ke kamar

mandi. Kualitas tidur pada remaja tersebut diartikan mengalami kualitas buruk dari hasil

wawancara kepada beberapa responden mengatakan ketika mereka terbangun dipagi hari

mereka merasa tidak puas dengan tidurnya dan juga terkadang mereka merasakan lelah dan

pusing. Kualitas tidur pada remaja diartikan sebagai kepuasan seseorang terhadap tidur,

sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah karena semakin tinggi

tingkat kelelahan seseorang maka kualitas tidurnya semakin buruk, begitu pula apabila

tingkat kelelahan yang dialami seseorang semakin rendah maka kualitas tidurnya menjadi

semakin baik.

Selain itu penggunaan smartphone secara berlebihan menurut

iswidharmanjaya (2014) dalam Lakshono (2018) menyebabkan berbagai masalah

yaitu Kesehatan otak terganggu, Kesehatan mata terganggu, kesehtan tangan

terganggu, perilaku kekerasan, gangguan tidur, terpapar radiasi, ancaman

cyberbullying dan kesehatan tangan terganggu.


1. Gambaran rata-rata kualitas tidur sebelum diberikan terapi murattal Al-

Qur’an pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada remaja

pengguna gadget (smartphone)

Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata skor kualitas

tidur remaja pada kelompok intervensi sebelum diberikan terapi murattal Al-

Qur’an adalah 11,92 (95% CI 11,13- 12,70) dengan standar deviasi 1,240 dimana

skor PSQI terendah adalah 10 dan tertinggi adalah 14. Pada kelompok kontrol

rata-rata skor kualitas tidur remaja adalah 10,67 (95% CI 10,10-11,23) dengan

standar deviasi 0,888 dimana skor PSQI terendah adalah 9 dan tertinggi adalah

12. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata kualitas tidur remaja pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol mempunyai kualitas tidur yang buruk (PSQI

>5).

Berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti, kualitas tidur remaja,

baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol dilihat dari waktu

tidurnya. Rata-rata remaja memulai tidur pada pukul 23.00-01.00 WIB dan waktu

bangun remaja rata-rata pukul 03.00-08.00 WIB sehingga rata-rata waktu tidur

yang dihabiskan oleh remaja adalah 4-6 jam dimana kebutuhan dan pola tidur

sebagian besar remaja memerlukan 7-8 jam waktu tidur pada malam hari

(Saputra, 2013 dalam Zahraet al., 2013). Kemudian dilhat dari latensi tidur yaitu

waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur sampai hingga tertidur yang

sesungguhnya yaitu rata-rata remaja mebutuhkan tidur selama ≥ 60 menit dengan

rata-rata efesiensi tidur kurang dari 85%. Selain itu, Sebagian besar remaja

mengalami gangguan tidur seperti terbangun dimalam hari, sulit untuk tidur atau

insomnia.
Syafitri (2010) mengatakan bahwa kebutuhan tidur seseorang sebenarnya tidak

hanya diukur dari lama waktu tidur tetapi juga kualitas tidur itu sendiri seperti

kedalaman tidur. Kualitas tidur merupakan akumulasi penilaian dari komponen

kuantitatif, seperti durasi tidur, serta komponen kualitatif, seperti latensi tidur,

gangguan tidur dan disfungsi saat disiang hari. Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa kualitas tidur responden pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol sebelum diberikan terapi murattal Al-Qur’an dimana remaja

mengalami kualitas tidur buruk sebanyak 24 responden (100%). Hasil kuesioner

yang mendukung bahwa responden mengalami kualitas tidur buruk adalah 19

responden (80%) menyatakan tidur <6 jam, 18 responden (75%) menjawab

kesulitan untuk memulai tidur, 21 responden (87%) menyatakan mengalami

gangguan tdiur seperti bangun di tengah malam dan juga mimpi buruk, 12

reponden (50%) menyatakan terbangun karena harus ke kamar mandi. Kualitas

tidur pada remaja tersebut diartikan mengalami kualitas buruk dari hasil

wawancara kepada beberapa responden mengatakan ketika mereka terbangun

dipagi hari mereka merasa tidak puas dengan tidurnya dan juga terkadang mereka

merasakan lelah dan pusing.

Kualitas tidur pada remaja tersebut diartikan sebagai kepuasan seseorang

terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah

karena semakin tinggi tingkat kelelahan seseorang maka kualitas tidurnya

semakin buruk, begitu pula apabila tingkat kelelahan yang dialami seseorang

semakin rendah maka kualitas tidurnya menjadi semakin baik. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2012) yang berjudul ”

Analisis Faktor Dominan Yang Berhubungan Dengan Kualitas Tidur Pada

Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga” menyimpulkan bahwa


adanya pengaruh kelelahan dengan kualitas tidur seseorang. Kualitas tidur dapat

dperlihatkan dengan mudahnya seseorang memulai tidur saat jam tidur,

mempertahankan tidur,dapat tidur kembali setelah terbangun dimalam hari dan

peralihan dari tidur kebangun dipagi hari.

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan sebagian besar mengalami kualitas

tidur buruk dikarenakan penggunaan smartphone sebelum tidur setiap malamnya.

Rata-rata yang menyebabkan remaja tidur larut malam karena memainkan

smartphone seperti memainkan game, mendengarkan musik, nonton youtube,

baca webtoon, buka Instagram, nonton drama korea dan juga chattingan.

Sehingga tidak sering dari mereka menghabiskan waktunya dengan teman-teman

yang lain. Kesibukan tersebut yang mengakibatkan mengalami kualitas tidur

buruk sehingga berdampak pada ketidak efektifannya aktifitas yang mereka

lakukan pada siang hari, seperti pada saat terbangun mereka merasakan tidak puas

akan tidurnya, tidak merasa segar dan juga merasakan pusing sehingga

berkurangnya konsentrasi pada saat melakukan aktifitas belajar di pondok

pesantren, disekolah maupun kuliah.

Hal diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lakshono, 2018)

yang berjudul “Hubungan Penggunaan Smartphone Dengan Kualitas Tidur Pada

Remaja Di Sma Negeri 2 Kota Bangun” yang menyimpulkan bahwa penggunaan

smartphone dengan kualitas tidur pada remaja yang sering menggunakan

smartphone memiliki peluang lebih sebesar 2 kali lipat untuk mengalami kualitas

tidur yang buruk dibandingkan dengan remaja yang kurang menggunakan

smartphone. Hal ini menurut Ismanto (2017) dalam Keswara (2019) menyatakan

pemakaian smartphone dalam waktu lama ini menyebabkan mereka memerlukan

sekitar 60 menit lebih lama untuk tertidur dari pada waktu biasanya. Dengan
demikian, para remaja ini akan mengalami sulit untuk tertidur dan cenderung

tidur terlambat dari biasanya. Kecanggihan dan kemudahan yang disediakan

smartphone saat ini menyebabkan banyak orang terperangkap untuk selalu

beraktifitas menggunakan smartphone.

Menurut Lyndon (2013) dalam Olii (2018) bahwa kualitas dan kuantitas tidur

seseorang dipengaruhi oleh gaya hidup atau rutinitas yang dilakukan oleh

seseorang. Hal tersebut juga terjadi karena rasa ingin tahu remaja yang sangat

tinggi sehingga membuat remaja banyak menggunakan waktunya menggunakan

smartphone untuk mencari informasi melalui jejaring sosial. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Manalu (2014) dalam (Jaka Sarfriyanda1,

Darwin Karim2, 2015)yang dilakukan kepada 81 responden didapatkan 68 orang

(84%) memiliki kualitas tidur yang buruk, dan 13 orang (16%) memiliki kualitas

tidur yang baik. Kualitas tidur yang buruk dapat disebabkan oleh aktifitas sosial

selain faktor aktifitas sosial faktor elektronik juga sangat mempengearuhi kualitas

tidur seseorang seperti penggunaan smartphoe yang suda bisa terkoneksi atau

akses internet (syamsudin, 2015).

Menurut Potter dan Perry (2010) tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur

yang buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologis dan

psikologis.serta dapat menimbulkan efek negatif pada prestasi disekolah, fungsi

kognitif menurun dan mood yang jelek. Hal ini bahwa menurut Hidayat (2015)

untuk melihat kualitas tidur seseorang buruk dapat terlihat dari tanda secara fisik

yaitu area gelap di sekitar mata, bengkak dikelopak mata, konjungtiva

kemerahan, mata terlihat cekung, dan tidak mampu berkonsentrasi dan tanda

secara psikologis yaitu seperti daya ingat berkurang bingung, dan merasa tidak

enak badan.
Selain itu penggunaan smartphone secara berlebihan menurut

iswidharmanjaya (2014) dalam Lakshono (2018) menyebabkan berbagai masalah

yaitu kesehatan otak terganggu, Kesehatan mata terganggu, kesehatan tangan

terganggu, perilaku kekerasan, terpapar radiasi, ancaman cyberbullying,kesehatan

tangan terganggu dan juga gangguan tidur. Remaja yang lebih cenderung memilih

menggunakan smartphone yang dimilikinya dengan berlebihan sehingga

membuat remaja mengalami gangguan tidur seperti sulit untuk memulai tidur,

susah tertidur dan kualitas tidur pada remaja mengalami kualitas tidur buruk

dapat terlihat dari tanda gejala seperti muka kusam, mata merah, terdapat kantung

mata, kurang konsentrasi dan juga mudah mengantuk disaat siang hari atau

sepanjang hari.
Hasil Penelitian pada tabel 4.2 diketahui diperoleh rata-rata skor kualitas tidur

mahasiswa pada kelompok intervensi sesudah diberikan Murattal Al-Qur’an

adalah 6,00 (95% CI 5,06-6,94) dengan standar deviasi 1,477 dimana skor PSQI

terendah adalah 4 dan tertinggi adalah 9. Pada kelompok control rata-rata skor

kualitas tidur remaja adalah 13,83 (95%CI 13,03-14,64) dengan standar deviasi

1,267 dimana skor PSQI terendah adalah 12 dan tertinggi adalah 16.

Data diatas menunjukan bahwa sebagian besar kualitas tidur pada remaja

pengguna smartphone pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol masih

dalam kategori buruk. Sebagian besar kualitas tidur pada kelompok intervensi

setelah diberikan terapi murattal Al-Qur’an mengalami penurunan pada skor

kualitas tidur pada remaja, dilihat dari hasil penelitian yang mana dilihat pada

remaja yang memiliki kualitas tidur baik sebanyak 6 orang dan yang masih

memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 6 orang walaupun mengalami penurunan

pada skor kualitas tidur. Pada kelompok kontrol mengalami peningkatan skor

PSQI dari sebelumnya 10,67 menjadi 13,83. Remaja mengatakan mereka sering

menggunakan smartphone sebelum tidur sampai larut malam untuk chattingan

atau berkomunikasi dengan temannya melalui jerajaring sosial, ada yang

mengatakan karena menonton video melalui youtube, nonton drama korea, main

game, main Instagram dan juga webtoon sehingga mereka merasa sulit untuk

memulai tidur. Pada penelitian ini kepada responden kelompok kontrol karena

tidak diberikan terapi murattal Al-Qur’an atau tidak melakukan mendengarkan

murattal Al-Qur’an maka hasilnya mengalami peningkatan pada skor PSQI

kualitas tidurnya.ss

Remaja atau santriwati pondok pesantren miftahul huda Cimahi sering

menggunakan smartphone sebelum tidur, seperti memain game, menonton drama


korea, mendengarkan musik, menonton youtube, baca webtoon, buka Instagram

dan juga chattingan yang menyebabkan mereka tidur larut malam dan mengalami

kesulitan untuk tidur sehingga bangun dengan keadaan tidak segar dan lemas

yang menjadikan kualitas tidurnya buruk.

Penurunan skor kualitas tidur sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Oktora (2018) bahwa rata-rata skor PSQI sebelum dilakukan terapi Murattal Al-

Qur’an yaitu 7,45 dan mengalami penurunan nilai menjadi 5,60 setelah di

intervensi. Terdapat penurunan nilai pre test dan post test yaitu sebanyak 1,85

dengan nilai p value 0,000 (α=0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi

Murattal Al-Qur’an dapat menurunkan skor kualitas tidur.

Penurunan skor kualitas tidur pada kelompok intervensi menunjukkan kualitas

yang membaik, sehingga Murattal Al-Qur’an yang dilakukan pada kelompok

intervensi dapat meningkat kualitas tidur. Hal ini sesuai dengan konsep terapi

Murattal Al-Qur’an dengan tempo yang lambat serta harmonis lantunan Al

Qur’an dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin

alami (serotonin), mekanisme ini meningkatkan perasaan rileks, mengurangi

perasaan takut cemas dan tegang (Heru, 2008 dalam Oktora, 2018). Menurut

Mahlufi, (2016) mengatakan terapi berupa musik atau suara harus didengarkan

minimal 15 menit untuk memberikan efek trapeutik, durasi pemberian terapi

musik atau suara 10-15 menit dapat memberikan efek relaksasi.

Adanya perasaan rileks ini dari remaja mengatakan bahwa disaat

mendengarkan murattal Al-Qur’an perasaan merasa tenang. Adanya perasaan

tenang ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Qahdi (1984) dalam

Kartika (2015) dengan hasil responden mendapatkan ketenangan sampai 65%

ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenangan hanya 35%


ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Hasil penelitian

tersebut menjelaskan bahwa Al-Qur`an memiliki pengaruh positif yang cukup

signifikan terhadap saraf dalam menurunkan ketegangan atau stres, dan

perubahan fisiologis yang sangat besar seperti penurunan depresi dan kesedihan

serta memperoleh ketenangan jiwa.

Ketenangan jiwa yang ditimbulkan dari permberian terapi Murattal Al-Qur’an

membuat remaja nyaman dan juga rileks sehingga terjadi peningkatan pada

kualitas tidur remaja. Hal tersebut terlihat dari data hasil penelitian dimana

mengalami penurunan pada skor kualitas tidur remaja pengguna smartphone pada

kelompok intervensi yang mendengarkan murattal Al-Qur’an dari rata-rata skor

kualitas tdiur 11,92 menjadi 6,00. Dampak dari merasa nyamannya remaja dalam

penelitian ini yang mendengarkan Murattal Al-Qur’an terlihat dari remaja

mengutarakan perasaanya merasa menjadi lebih tenang sehingga kondisi tersebut

yang mengakibatkan remaja dapat dengan mudah tertidur, tidak mengalami

gangguan selama tidur, jarang terbangun di malam hari sehingga berespon positif

pada saat terbangun. Dan menilai secara keseluruhan bahwa kualitas tidur remaja

sudah cukup baik.


Hasil penelitian yang terdapat pada table 4.3 menunjukan bahwa setelah

dilakukan terapi murattal Al-Qur’an rata-rata kualitas tidur pada kelompok

intervensi adalah 6,00 dan rata-rata kualitas tidur pada kelompok kontrol 13,83.

Berdasarkan hasil statistik pada kedua kelompok tersebut dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan rata-rata kualitas tidur pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol setelah diberikan terapi murattal Al-Qur’an, maka dari itu

pemberian terapi murattal Al-Qur’an berpengaruh terhadap kualitas tidur pada

remaja pengguna smartphone setelah diberikan terapi (Pvalue = 0,000 < alpha

0,05).

Pada penelitian ini, kelompok intervensi mengalami penurunan skor PSQI

kualitas tidur dengan nilai selisih 5,92, kemudian kelompok kontrol mengalami

peningkatan skor PSQI kualitas tidur dengan selisih 3,16. Pada penelitian ini

kelompok intervensi mengalami penurunan skor PSQI kualitas tidur, karena pada

kelompok intervensi diberikan intervensi berupa terapi murattal Al-Qur’an yang

dapat meningkatkan kualitas tidur. Al-Qur’an dapat mempengaruhi fisik,

psikologis dan juga spiritual, bacaan Al-Qur’an akan berpengaruh jika

didengarkan dengan keadaan yang tenang.

Untuk meningkatkan kualitas tidur seseorang diperlukan pengalihan

seseorang atau remaja terutama dari gadget (smartphone), salah satu adalah

dengan audio musik atau dengan bacaan Al-Qur’an. Mendengarkan ayat suci

AlQur’an akan mengurangi ketegangan otot saraf, memberikan efek

penyembuhan secara jasmani dan rohani . Pada prinsipnya Al-Qur’an

memberikan ketenangan bagi yang membaca maupun mendengarkan, apalagi

memaknai dan memahami isi Al-Qur’an kemudian mengamalkannya,

sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: “Dialah yang telah menurunkan


ketenangan ke dalam hati orang mukmin supaya keimanannya bertambah di

samping keimanannya yang ada.(Q.S.Al-Fath: 4)”.(Luthfi, 2017)

Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang turun disampaikan kepada nabi

Muhammad SAW melalui pelantara malaikat Jibril, sebagai pedoman dan

petunjuk umat manusia. Al-Qur’an merupakan kitab orang islam dan semata-mata

bukan hanya kitab fikih yang membahas ibadah saja tetapi merupakan kitab yang

membahas secara komprehensip baik dibidang kesehatan atau kedokteran

maupun bidang ilmu-ilmu lain (Sahadan, 2009). Al-Qur’an juga dapat

menyembuhkan hati dari kesempitan, kegelisahan, kepedihan dan stress, dan Al-

Qur’an itu akan melahirkan ketenangan, kenyamanan, dan rasa aman dalam

hatinya bahkan juga dapat menyembuhkan jasad manusia dari berbagai penyakit

sesuai dengan kehendak dan izin Allah SWT (Al-Laham dalam Rachman, 2018).

Terdapat penelitian lain yang dilakukan oleh Muflihah, (2016) yang

berjudul “pengaruh terapi murattal Al-Qur’an terhadap kualitas tidur remaja

pengguna jejaring sosial” bahwa terdapat pengaruh terapi murattal Al-Qur’an

terhadap kualitas tidur pada remaja pengguna jejaring sosial dengan nilai p value

0,001 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas tidur

sebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi dengan melakukan

pemberian terapi murattal Al-Qur’an pada kelompok intervensi. Hal tersebut

dapat diartikan bahwa intervensi dalam pemberian terapi murattal Al-Qur’an

tidak hanya berpengaruh pada kualitas tidur saja tetapi dapat berpengaruh pada

gejala psikologis lainnya.

Murattal adalah rekaman suara Al-Qur’an seorang qori’ yang dilagukan,

suara Al-Qur’an seperti gelombang suara yang memiliki ketukan dan gelombang

tertentu, masuk dan menyebar keadaan tubuh kemudian menjadi getaran yang
dapat mempengaruhi fungsi gerak sel otak dan membuat keseimbangan di

dalamnya (Ernawati, 2013 dalam Idham, 2016). Alshaikhli, (2017) dalam Anam,

et al., (2019). Mengatakan bahwa murattal Al-Qur’an dapat memunculkan

gelombang delta di lobus frontal sebagai pusat intelektual dan pengontrol emosi,

termasuk kemampuan komunikasi dan interaksi sosial, serta lobus sentral sebagai

pusat pengontrol Gerakan. Gelombang delta adalah gelombang otak yang

memiliki amplitudo yang besar dan frekuensi yang rendah, yaitu di bawah 4Hz.

Otak menghasilkan gelombang ini Ketika dalam keadaan tertidur lelap tanpa

mimpi. Tubuh akan melakukan proses penyembuhan diri, memperbaiki kerusakan

jaringan dan aktif memproduksi sel-sel baru saat tertidur lelap.

Menurut Mustamir (2009) dalam Pratiwi (2015) persepsi positif yanag

didapat dari murattal Al-Qur’an surat Ar-Rahman akan merangsang hipotalmus

untuk mengeluarkan hormon endofrin. Hormon endorfin merupakan senyawa

kimia yang diproduksi oleh kelenjar pituitary yang terletak pada bagian bawah

otak. Hormon endorfin berfungsi sebagai obat penenang alami, sehingga

menimbulkan rasa rileks dan nyaman. Hormon endorfin seperti yang kita ketahui

hormon ini akan membuat seseorang merasa bahagia. Selanjutnya amigdala akan

merangsang pengaktifan sekaligus pengendalian saraf otonom yang terdiri dari

saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Sarap parasimpatis berfungsi untuk

mempersarafi jantung dan memperlambat denyut jantung, sedangkan saraf

simpatis sebaliknya. Rasangsangan saraf otonom yang terkendali akan

menyebabkan sekresi epinerfin dan nonepinerfin oleh medulla adrenal menjadi

terkendali pula (Rilla et al., 2014).

Reticular Activating System (RAS) dapat memberikan rangsangan visual,

pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar,

neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepinefrin. Demikian

juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotonin

dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar

synchronizing (BSR), sedangkan bangun bergantung pada keseimbangan impuls

yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada

batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan

BSR (Hidayat & Uliyah, 2015).

Dalam penelitian yang dilakukan pada remaja pengguna smartphone di

Pondok Pesantren Miftahul Huda Cimahi hasilnya setelah dilakukan terapi

murattal Al-Qur’an pada kelompok mereka mengatakan lebih tenang, tidurnya

menjadi meningkat lebih baik dari pada sebelumnya, bangun dalam keadaan

segar, berkurang dan bahkan tidak mengalami terbangun pada malam hari, yang

awalnya suka mimpi buruk sudah tidak mimpi buruk lagi, dan pada saat bangun

tidak merasakan lemes ataupun pusing dan badan menjadi lebih rileks.

Pada kelompok kontrol terjadi peningkatan skor PSQI kualitas tidur

karena pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi apapun, pada saat

pengukuran kualitas tidur sebelumnya 10,67 dan sesudah pengukuran kualitas

tidur skor PSQI menjadi 13,83. Remaja mengatakan bahwa mereka sering

memainkan smartphone sebelum tidur, seperti main game, nonton youtube,

nonton drama korea, mendengarkan music, membaca webtoon, dan juga bermain

sosial media lainnya seperti chattingan, isntagram. Mereka mengatakan ketika

mereka menggunakan smartphone sebelum tidur akan mengalami kantuk dan

akan cepat tertidur tetapi kenyataannya mereka sulit untuk memulai tidur

sehingga mereka tidur larut malam karena memainkan smartphone.


Terapi murattal Al-Qur’an merupakan salah satu terapi yang memiliki

manfaat positif diberbagai lingkungan seperti di lingkungan pesantren, karena

terapi ini menggunakan lagu Al-Qur’an dan menggunakan surat yang tidak asing

di dengar sehingga responden juga dapat mengikuti bacaan Al-Qur’an tersebut.

Terapi murattal Al-Qur’an ini juga dapat dengan mudah kita dapatkan dan

aplikasikan dalam kehidupan tanpa adanya efek samping dan diharapkan dalam

kehidupan sehari-hari dijadikan alternatif tambahan pada remaja atau santriwati

yang mengalami gangguan kualitas tidur di Pondok Pesantren Miftahul Huda

Cimahi.

Berdasarkan perbandingan rata-rata kualitas tidur bahwa terdapat

perbedaan kualitas tidur remaja setelah diberikan terapi. Dimana pada kelompok

kontrol baik sebelum dan sesudah mengalami peningkatan rata-rata skor kualitas

remaja, sedangkan pada kelompok intervensi mengalami penurunan rata-rata

kualitas tidur remaja sebelum dan sesudah terapi. Maka dari itu terapi murattal

Al-Qur’an sebagai terapi yang diketahui dapat meningkatkan atau memperbaiki

fisik, emosi, kognitif dan sosial akan membantu kualitas tidur remaja menjadi

baik. Selain itu juga bahwa pemberian terapi murattal Al-Qur’an dapat

meningkatkan kualitas tidur remaja pengguna smartphone di Pondok Pesantren

Miftahul Huda Cimahi. Dan dapat simpulkan bahwa hasil uji statistic p value

kualitas tidur pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan p value

0,000 ≤ α 0,05 berarti Ho ditolak dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan terhadap kualitas tidur kelompok intervensi dan

kelompok kontrol.

Anda mungkin juga menyukai