serta komponen kualitatif, seperti latensi tidur, gangguan tidur dan disfungsi saat disiang hari.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kualitas tidur responden pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol sebelum diberikan terapi murattal Al-Qur’an dimana remaja
mengalami kualitas tidur buruk sebanyak 24 responden (100%). Hasil kuesioner yang
mendukung bahwa responden mengalami kualitas tidur buruk adalah 19 responden (80%)
menyatakan tidur <6 jam, 18 responden (75%) menjawab kesulitan untuk memulai tidur, 21
responden (87%) menyatakan mengalami gangguan tdiur seperti bangun di tengah malam
dan juga mimpi buruk, 12 reponden (50%) menyatakan terbangun karena harus ke kamar
mandi. Kualitas tidur pada remaja tersebut diartikan mengalami kualitas buruk dari hasil
wawancara kepada beberapa responden mengatakan ketika mereka terbangun dipagi hari
mereka merasa tidak puas dengan tidurnya dan juga terkadang mereka merasakan lelah dan
pusing. Kualitas tidur pada remaja diartikan sebagai kepuasan seseorang terhadap tidur,
sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah karena semakin tinggi
tingkat kelelahan seseorang maka kualitas tidurnya semakin buruk, begitu pula apabila
tingkat kelelahan yang dialami seseorang semakin rendah maka kualitas tidurnya menjadi
semakin baik.
Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata skor kualitas
tidur remaja pada kelompok intervensi sebelum diberikan terapi murattal Al-
Qur’an adalah 11,92 (95% CI 11,13- 12,70) dengan standar deviasi 1,240 dimana
skor PSQI terendah adalah 10 dan tertinggi adalah 14. Pada kelompok kontrol
rata-rata skor kualitas tidur remaja adalah 10,67 (95% CI 10,10-11,23) dengan
standar deviasi 0,888 dimana skor PSQI terendah adalah 9 dan tertinggi adalah
12. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata kualitas tidur remaja pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol mempunyai kualitas tidur yang buruk (PSQI
>5).
baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol dilihat dari waktu
tidurnya. Rata-rata remaja memulai tidur pada pukul 23.00-01.00 WIB dan waktu
bangun remaja rata-rata pukul 03.00-08.00 WIB sehingga rata-rata waktu tidur
yang dihabiskan oleh remaja adalah 4-6 jam dimana kebutuhan dan pola tidur
sebagian besar remaja memerlukan 7-8 jam waktu tidur pada malam hari
(Saputra, 2013 dalam Zahraet al., 2013). Kemudian dilhat dari latensi tidur yaitu
waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur sampai hingga tertidur yang
rata-rata efesiensi tidur kurang dari 85%. Selain itu, Sebagian besar remaja
mengalami gangguan tidur seperti terbangun dimalam hari, sulit untuk tidur atau
insomnia.
Syafitri (2010) mengatakan bahwa kebutuhan tidur seseorang sebenarnya tidak
hanya diukur dari lama waktu tidur tetapi juga kualitas tidur itu sendiri seperti
kuantitatif, seperti durasi tidur, serta komponen kualitatif, seperti latensi tidur,
gangguan tidur dan disfungsi saat disiang hari. Berdasarkan hasil penelitian
gangguan tdiur seperti bangun di tengah malam dan juga mimpi buruk, 12
tidur pada remaja tersebut diartikan mengalami kualitas buruk dari hasil
dipagi hari mereka merasa tidak puas dengan tidurnya dan juga terkadang mereka
semakin buruk, begitu pula apabila tingkat kelelahan yang dialami seseorang
semakin rendah maka kualitas tidurnya menjadi semakin baik. Hal ini sesuai
baca webtoon, buka Instagram, nonton drama korea dan juga chattingan.
lakukan pada siang hari, seperti pada saat terbangun mereka merasakan tidak puas
akan tidurnya, tidak merasa segar dan juga merasakan pusing sehingga
Hal diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lakshono, 2018)
smartphone memiliki peluang lebih sebesar 2 kali lipat untuk mengalami kualitas
smartphone. Hal ini menurut Ismanto (2017) dalam Keswara (2019) menyatakan
sekitar 60 menit lebih lama untuk tertidur dari pada waktu biasanya. Dengan
demikian, para remaja ini akan mengalami sulit untuk tertidur dan cenderung
Menurut Lyndon (2013) dalam Olii (2018) bahwa kualitas dan kuantitas tidur
seseorang dipengaruhi oleh gaya hidup atau rutinitas yang dilakukan oleh
seseorang. Hal tersebut juga terjadi karena rasa ingin tahu remaja yang sangat
smartphone untuk mencari informasi melalui jejaring sosial. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Manalu (2014) dalam (Jaka Sarfriyanda1,
(84%) memiliki kualitas tidur yang buruk, dan 13 orang (16%) memiliki kualitas
tidur yang baik. Kualitas tidur yang buruk dapat disebabkan oleh aktifitas sosial
selain faktor aktifitas sosial faktor elektronik juga sangat mempengearuhi kualitas
tidur seseorang seperti penggunaan smartphoe yang suda bisa terkoneksi atau
Menurut Potter dan Perry (2010) tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur
kognitif menurun dan mood yang jelek. Hal ini bahwa menurut Hidayat (2015)
untuk melihat kualitas tidur seseorang buruk dapat terlihat dari tanda secara fisik
kemerahan, mata terlihat cekung, dan tidak mampu berkonsentrasi dan tanda
secara psikologis yaitu seperti daya ingat berkurang bingung, dan merasa tidak
enak badan.
Selain itu penggunaan smartphone secara berlebihan menurut
tangan terganggu dan juga gangguan tidur. Remaja yang lebih cenderung memilih
membuat remaja mengalami gangguan tidur seperti sulit untuk memulai tidur,
susah tertidur dan kualitas tidur pada remaja mengalami kualitas tidur buruk
dapat terlihat dari tanda gejala seperti muka kusam, mata merah, terdapat kantung
mata, kurang konsentrasi dan juga mudah mengantuk disaat siang hari atau
sepanjang hari.
Hasil Penelitian pada tabel 4.2 diketahui diperoleh rata-rata skor kualitas tidur
adalah 6,00 (95% CI 5,06-6,94) dengan standar deviasi 1,477 dimana skor PSQI
terendah adalah 4 dan tertinggi adalah 9. Pada kelompok control rata-rata skor
kualitas tidur remaja adalah 13,83 (95%CI 13,03-14,64) dengan standar deviasi
1,267 dimana skor PSQI terendah adalah 12 dan tertinggi adalah 16.
Data diatas menunjukan bahwa sebagian besar kualitas tidur pada remaja
dalam kategori buruk. Sebagian besar kualitas tidur pada kelompok intervensi
kualitas tidur pada remaja, dilihat dari hasil penelitian yang mana dilihat pada
remaja yang memiliki kualitas tidur baik sebanyak 6 orang dan yang masih
pada skor kualitas tidur. Pada kelompok kontrol mengalami peningkatan skor
PSQI dari sebelumnya 10,67 menjadi 13,83. Remaja mengatakan mereka sering
mengatakan karena menonton video melalui youtube, nonton drama korea, main
game, main Instagram dan juga webtoon sehingga mereka merasa sulit untuk
memulai tidur. Pada penelitian ini kepada responden kelompok kontrol karena
kualitas tidurnya.ss
dan juga chattingan yang menyebabkan mereka tidur larut malam dan mengalami
kesulitan untuk tidur sehingga bangun dengan keadaan tidak segar dan lemas
Penurunan skor kualitas tidur sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Oktora (2018) bahwa rata-rata skor PSQI sebelum dilakukan terapi Murattal Al-
Qur’an yaitu 7,45 dan mengalami penurunan nilai menjadi 5,60 setelah di
intervensi. Terdapat penurunan nilai pre test dan post test yaitu sebanyak 1,85
dengan nilai p value 0,000 (α=0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi
intervensi dapat meningkat kualitas tidur. Hal ini sesuai dengan konsep terapi
perasaan takut cemas dan tegang (Heru, 2008 dalam Oktora, 2018). Menurut
Mahlufi, (2016) mengatakan terapi berupa musik atau suara harus didengarkan
tenang ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Qahdi (1984) dalam
perubahan fisiologis yang sangat besar seperti penurunan depresi dan kesedihan
membuat remaja nyaman dan juga rileks sehingga terjadi peningkatan pada
kualitas tidur remaja. Hal tersebut terlihat dari data hasil penelitian dimana
mengalami penurunan pada skor kualitas tidur remaja pengguna smartphone pada
kualitas tdiur 11,92 menjadi 6,00. Dampak dari merasa nyamannya remaja dalam
gangguan selama tidur, jarang terbangun di malam hari sehingga berespon positif
pada saat terbangun. Dan menilai secara keseluruhan bahwa kualitas tidur remaja
intervensi adalah 6,00 dan rata-rata kualitas tidur pada kelompok kontrol 13,83.
bahwa terdapat perbedaan rata-rata kualitas tidur pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol setelah diberikan terapi murattal Al-Qur’an, maka dari itu
remaja pengguna smartphone setelah diberikan terapi (Pvalue = 0,000 < alpha
0,05).
kualitas tidur dengan nilai selisih 5,92, kemudian kelompok kontrol mengalami
peningkatan skor PSQI kualitas tidur dengan selisih 3,16. Pada penelitian ini
kelompok intervensi mengalami penurunan skor PSQI kualitas tidur, karena pada
seseorang atau remaja terutama dari gadget (smartphone), salah satu adalah
dengan audio musik atau dengan bacaan Al-Qur’an. Mendengarkan ayat suci
petunjuk umat manusia. Al-Qur’an merupakan kitab orang islam dan semata-mata
bukan hanya kitab fikih yang membahas ibadah saja tetapi merupakan kitab yang
menyembuhkan hati dari kesempitan, kegelisahan, kepedihan dan stress, dan Al-
Qur’an itu akan melahirkan ketenangan, kenyamanan, dan rasa aman dalam
hatinya bahkan juga dapat menyembuhkan jasad manusia dari berbagai penyakit
sesuai dengan kehendak dan izin Allah SWT (Al-Laham dalam Rachman, 2018).
terhadap kualitas tidur pada remaja pengguna jejaring sosial dengan nilai p value
0,001 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas tidur
tidak hanya berpengaruh pada kualitas tidur saja tetapi dapat berpengaruh pada
suara Al-Qur’an seperti gelombang suara yang memiliki ketukan dan gelombang
tertentu, masuk dan menyebar keadaan tubuh kemudian menjadi getaran yang
dapat mempengaruhi fungsi gerak sel otak dan membuat keseimbangan di
dalamnya (Ernawati, 2013 dalam Idham, 2016). Alshaikhli, (2017) dalam Anam,
gelombang delta di lobus frontal sebagai pusat intelektual dan pengontrol emosi,
termasuk kemampuan komunikasi dan interaksi sosial, serta lobus sentral sebagai
memiliki amplitudo yang besar dan frekuensi yang rendah, yaitu di bawah 4Hz.
Otak menghasilkan gelombang ini Ketika dalam keadaan tertidur lelap tanpa
kimia yang diproduksi oleh kelenjar pituitary yang terletak pada bagian bawah
menimbulkan rasa rileks dan nyaman. Hormon endorfin seperti yang kita ketahui
hormon ini akan membuat seseorang merasa bahagia. Selanjutnya amigdala akan
pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar,
juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotonin
dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar
yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada
batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan
menjadi meningkat lebih baik dari pada sebelumnya, bangun dalam keadaan
segar, berkurang dan bahkan tidak mengalami terbangun pada malam hari, yang
awalnya suka mimpi buruk sudah tidak mimpi buruk lagi, dan pada saat bangun
tidak merasakan lemes ataupun pusing dan badan menjadi lebih rileks.
karena pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi apapun, pada saat
tidur skor PSQI menjadi 13,83. Remaja mengatakan bahwa mereka sering
nonton drama korea, mendengarkan music, membaca webtoon, dan juga bermain
akan cepat tertidur tetapi kenyataannya mereka sulit untuk memulai tidur
terapi ini menggunakan lagu Al-Qur’an dan menggunakan surat yang tidak asing
Terapi murattal Al-Qur’an ini juga dapat dengan mudah kita dapatkan dan
aplikasikan dalam kehidupan tanpa adanya efek samping dan diharapkan dalam
Cimahi.
perbedaan kualitas tidur remaja setelah diberikan terapi. Dimana pada kelompok
kontrol baik sebelum dan sesudah mengalami peningkatan rata-rata skor kualitas
kualitas tidur remaja sebelum dan sesudah terapi. Maka dari itu terapi murattal
fisik, emosi, kognitif dan sosial akan membantu kualitas tidur remaja menjadi
baik. Selain itu juga bahwa pemberian terapi murattal Al-Qur’an dapat
Miftahul Huda Cimahi. Dan dapat simpulkan bahwa hasil uji statistic p value
kualitas tidur pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan p value
0,000 ≤ α 0,05 berarti Ho ditolak dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
kelompok kontrol.