Anda di halaman 1dari 10

PAPER

METODE PENELITIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Metode Penelitian Bimbingan dan Konseling

Dosen pengampu :
Prof. Dr. Sugiyo, M. Si.
Abdul Kholiq, M.Pd.

Oleh :
Andre Setiawan (1301420022)
Rombel A (SD)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
A. Konsep Dasar Penelitian
Penelitian adalah cara Ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Terdapat beberapa indikator penelitian, yaitu:
(1) Ilmiah, kegiatan penelitian didasarkan ciri-ciri keilmuan
- Rasional, yang diteliti masih dalam jangkauan logika
- Empiris, bisa diamati oleh setiap manusia
- Sistematis, kegiatan dilakukan menurut kaidah-kaidah penelitian, ada langkah-
langkah yang dilakukan secara runtut.
(2) Data
- Valid, mengukur apa yang seharusnya diukur. Misal kita memperoleh data
tentang kecerdasan atau IQ, agar valid maka harus menggunakan tes
kecerdasan, tidak boleh akan mengukur kecerdasan seseorang menggunakan
angket. Contoh: kita akan mengungkap skala tentang konsep diri, ternyata
pengembangan konsepdiri kita tidak berdasarkan teori maka instrument itu
bisa dikatakan tidak valid
- Reliabel, dapat dipercaya. Instrument data kalo dipake oleh siapapun hasilnya
sama. konstan, ajeg. Contohnya kita memiliki instrument penelitian mengenai
motivasi belajar siswa, ketika digunakan oleh Peneliti lain hasilnya sama.
Maka dapat dikatakan instrument tersebut reliabel.
- Objektif, yang diamati satu orang dengan orang lainnya.

1. Penelitian sebagai metodologi ilmu


Penelitian merupakan suatu usaha menemukan pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang jumlahnya sangat banyak
dan beragam, sedangkan pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang mengikuti
aturan-aturan Ilmiah (Wahid, 2015). Terdapat lima tipe sumber pengetahuan, yaitu:
a. Revealed Knowledge, yaitu pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui
wahyu yang diturunkan kepada rasul pilihan dan dituangkan dalam kitab kitab
suci yang kebenarannya tidak diragukan lagi dan bersifat absolut mutlak.
b. Intuitive Knowledge, yaitu pengetahuan yang diperoleh individu secara pribadi
yang melibatkan intuisi dalam penghayatannya terhadap sesuatu secara
mendalam. Intuisi dapat muncul secara tiba-tiba tanpa disadari dalam hal cipta,
rasa dan karsa seseorang yang bersifat unik.
c. Rational Knowledge, pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas hasil
rekayasa akal bukan atas hasil observasi terhadap peristiwa-peristiwa actual
dengan mengedepankan kekuatan logika, sehingga suatu pernyataan menjadi
benar karena rasional dan dapat diteima secara nalar.
d. Empirical Knowledge, pengetahuan yang diperoleh dari hasil observasi dengan
menggunakan kekuatan penglihatan, pendengaran, penciuman perasaan dan
peradaban terhadap realitas yang ada, sehingga pengetahuan ini teruji
kebenarannya secara empiric dengan bukti yang dapat diamati oleh
pencaindera.
e. Authoritative Knowledge, pengetahuan yang dikokohkan oleh reputasi
pencetusnya/ahlinya atau diterima berdasarkan otoritas seseorang.
2. Pengertian dan Ruang Lingkup Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan
data dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan itu dilandasi oleh metode
keilmuan. Sedangkan metode keilmuan adalah gabungan antara pendekatan
rasional dan empiris. Pendekatan rasional memberikan kerangka berpikir yang
koheren dan logis. Sedangkan pendekatan empiris memberikan kerangka pengujian
dalam memastikan suatu kebenaran (Wahid, 2015).
Dengan cara yang ilmiah itu diharapkan data yang akan didapatkan adalah data
yang obyektif, valid dan reliabel. Obyektif berarti semua orang akan memberikan
penafsiran yang sama. Valid berarti adanya ketepatan antara data yang terkumpul
oleh peneliti dengan data yang terjadi pada obyek yang sesungguhnya dan reliabel
berarti adanya ketetapan data yang didapat dari waktu ke waktu.
Kegiatan penelitian dilakukan dengan tujuan tertentu, dan pada umumnya
tujuan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga hal utama yaitu untuk menemukan,
membuktikan dan mengembangkan pengetahuan tertentu. Dengan ketiga hal
tersebut, maka implikasi dari hasil penelitian akan dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisifasi masalah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka metode penelitian pendidikan dapat
diartikan sebagai cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang
obyektif, valid dan reliabel dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan
dikembangkan suatu pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang Pendidikan.
3. Karakteristik Penelitian
Penelitian dipandang sebagai metode ilmiah dengan karakteristik proses
penelitian pada bidang pendidikan. Proses penelitian tersebut tidak memiliki
perbedaan yang signifikan pada bidang penelitian lainnya, baik penelitian
kuantitatif maupun penelitian kualitatif.
a. Penelitian Harus Sistematis. Penelitian merupakan suatu proses terstruktur
sehingga diperlukan aturan dan langkah-langkah tertentu untuk
melaksanakannya. Dengan demikian, proses penelitian dapat diikuti dan
dimengerti oleh orang lain secara sistematis.
b. Penelitian Harus Etis dan Logis Langkah-langkah dalam penelitian yang
sistematis itu urutannya harus logis pada setiap tahap atau bagian-bagiannya
sehingga validitas secara relatif dapat dipenuhi. Dengan demikian, kesimpulan
penelitian dan generalisasi yang dihasilkan akan mudah dicek kembali oleh
peneliti maupun oleh pihak lain. Harus etis adalah tidak berkenaan dengan hal-
hal yang bersifat etika, moral nilai keyakinan dan agama yang dapat membuat
heboh dalam masyarakat.
c. Penelitian Harus Empiris Penelitian yang berkenaan dengan dunia nyata yaitu
dunia yang dapat diidera oleh pancaindera manusia yang bersifat obyektif.
Artinya penelitian itu ada obyeknya dank arena obyek itu dapat diindera
manusia, maka semua pihak akan memberikan persepsi yang sama terhadap
obyek itu. Berdasarkan karakteristik empiris ini dapat menyelesaikan
perdebatan tentang telur dan ayam, mana lebih tua.Dengan pemikiran empiris
dapat menentukan mana lebih tua telur dan ayam dengan terlebih dahulu melihat
obyek empirisnya.Telur yang mana dan ayam yang mana. Bila obyek
empirisnya telah diketahui maka mana yang lebih tua akan dapat diukur. Untuk
dapat memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah, maka penelitian
betul-betul memerlukan data dari obyek yang diteliti bukan data rekayasa.
Karena keterbatasan kemampuan indera manusia untuk mengobservasi obyek
yang diteliti, maka penelitian dapat menggunakan alat bantu seperti instrumen
penelitian.
d. Penelitian Bersifat Reduktif. Bila penelitian menggunakan prosedur analitik
untuk mendapatkan data, maka peneliti sebaiknya melakukan reduksi data
terlebih dahulu yaitu telaah data, membaca dan membuat kesimpulan, sehingga
dapat mengurangi ketidakpastian.
e. Penelitian Bersifat Reflicable dan Transmitable Karena penelitian ini bersifat
ilmiah, maka harus dapat diulangi oleh orang lain, dan untuk mengecek
kebenarannya. Supaya dapat diulangi oleh orang lain dengan mudah, maka
laporan penelitian harus dibuat secara sistematis dan jelas mulai dari variabel
yang diteliti, populasi dan sampelnya, instrumen, uji hipotesis, data yang
dihasilkan serta kesimpulan dan implikasi penelitiannya. Penelitian pendidikan
yang sistematis ini perlu melampirkan instrumen penelitian serta data mentah
yang diperoleh dari data pengukuran yang menggunakan instrumen penelitian.
Penelitian harus bersifat transmitable dalam arti bahwa penelitian harus mampu
memecahkan masalah-masalah sehingga dapat digunakan berbagai pihak yang
memerlukan yang berperan dalam pengembangan ilmu maupun untuk bahan
pengambilan keputusan.
f. Penelitian Harus Mempunyai Tujuan Tujuan penelitian adalah penting dalam
setiap kegiatan untuk memberikan arah dan target yang hendak dicapai.
g. Mencakup Kegiatan Pengumpulan dan Analisis Data Kegiatan pengumpulan
data dilakukan dengan teknik observasi, dokumentasi, wawancara dan angket.
Teknik analisis data dilakukan berdasarkan jenis penelitiannya.
4. Proses Penelitian
Proses penelitian mempunyai perbedaan yang mendasar antara penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif didasarkan pada
paradigma positivisme yang berlandaskan pada asumsi mengenai obyek
empiris.Berdasarkan asumsi ini maka pemelitian dapat memilih variabel tertentu
dari suatu obyek penelitian.
Pada penelitian kualitatif bersifat siklus, bukan linier seperti dalam penelitian
kuantitatif.Karena sifatnya yang siklus dan tidak linier, maka penelitian dilakukan
secara berulang-ulang. Jumlah periode pengulangan akan tergantung pada tingkat
kedalaman dan ketelitian yang dikehendaki, untuk itu makin lama penelitian akan
makin terfokus pada masalah yang sebenarnya terjadi pada obyek penelitian.
5. Jenis Penelitian
Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut jenis penelitian ditinjau
dari segi tujuan, pendekatan, tingkat eksplanasi dan jenis datanya.
a. Penelitian ditinjau dari segi tujuannya, jenis penelitian ini dibagi atas dua
bagian, yaitu penelitian murni (dasar) dan penelitian terapan. Penelitian murni
adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang
sebelumnya belum pernah diketahui. sedangkan penelitian terapan adalah
penelitian yang bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan ilmiah yang telah
diketahui untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.
b. Penelitian menurut pendekatannya dapat dibagi atas penelitian survey, ex post
facto, eksperimen, policy research, action research dan sebagainya. Penelitian
survey adalah penelitian yang pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu
generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Penelitian ex post facto
adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah
terjadi dan kemudia merunut ke belakang melalui data tersebut untuk
menemukan faktor-faktor yang mendahului atau menentukan sebab sebab
yang mungkin atas peristiwa yang diteliti. Penelitian eksperimen adalah suatu
penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel
yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Policy research adalah
suatu penelitian yang dilakukan pada atau analisis terhadap masalah-masalah
sosial yang mendasar, sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada
pembuat keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan
masalah. Action Research adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengembangkan pendekatan dan program baru guna memecahkan
masalah yang muncul pada situasi yang aktual.
c. Penelitian Menurut Tingkat Eksplanasi. Yang dimaksud penelitian menurut
tingkat eksplanasi adalah tingkat penjelasannya, yaitu bagaimana variabel-
variabel yang diteliti itu akan menjelaskan obyek yang diteliti melalui data yang
terkumpul. Berdasarkan hal ini dapat dikelompokkan menjadi penelitian
deskriptif, komparatif dan asosiatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan terhadap variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variabel lain. Penelitian komparatif adalah suatu
penelitian yang bersifat membandingkan.Variabelnya masih mandiri tetapi
untuk sampel (obyeknya) yang lebih dari satu. Penelitian asosiatif adalah
penelitian yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
d. Penelitian Menurut Jenis Data Jenis data dalam penelitian dapat dikelompokkan
menjadi dua hal utama yaitu data kualitatif dan data kuantitatif atau mungkin
juga gabungan keduanya yang masuk dalam kategori mixed methods.
Keempat jenis penelitian tersebut dapat dipilih sesuai dengan latar penelitian
atau menggunakan secara keseluruhan sesuai jenis penelitian tersebut.
6. Metodologi dan metode penelitian
Metode berasal dari kata latin”meta” yang berarti sesudah dan “hodos” yang
berarti jalan. Jadi, makna metode kurang lebih adalah “jalan sesudah” atau cara
untuk mencapai atau memahami sesuatu yang belum diketahui.
Metodologi berasal dari kata “meta” dan “hodos” seperti tersebut di atas,
ditambah kata “logos” yang beraarti uraian. Jadi, metodologi adalah pengetahuan
(penjelasan) tentang metode atau pengetahuan tentang berbagai cara untuk
memehami sesuatu. Istilah “penelitian” merupakan padanan kata Inggris”
research”. Kata ”research” ini beraral dari akar kata latin”re” (kembali) dan
“circum” atau “circa” (sekitar) yang berkaitan dengan kata ”circare” (memeriksa).
Dengan demikian, metodologi penelitian merupakan pengetahuan tentang
berbagai cara untuk meneliti. Menurut sejarah, dulu ada penelitian yang dilakukan
secara nonilmiah. Cara nonilmiah ini kemudian tidak dipakai lagi dan digantikan
dengan prosedur ilmiah.
Penelitian secara ilmiah memerlukan syarat-syarat tertentu, misalnya tentang
logika yang dipergunakan, syarat teori atau dalil keilmuan yang dipakai, postulat
tentang objek yang diteliti, peluang kesalahan kesimpulan, dan sebagainya.
Metode penelitian lebih sempit telaahnya daripada metodologi penelitian.
Metode penelitian hanya mempelajari cara untuk meneliti, misalnya cara membuat
usulan penelitian, cara merumuskan hipotesis, cara mengamati (mengumpulkan
data), cara mengolah (menghitung data), cara meningkatkan validitas dan
reliabilitas, cara membuat laporan, dan sebagainya. Metodologi penelitian ilmu-
ilmu sosial agak berbeda dengan metodologi penelitian ilmu-ilmu pasti, karena teori
dan dalil (hukum) berbeda. Sehubungan itu setiap ilmu atau disiplin ilmu
mempunyai metode penelitian sendiri-sendiri. Misalnya, dalam psikologi
mempunyai metode penelitian yang berbeda dengan ilmu-ilmu pertanian
7. Metode Ilmiah
Agar pengetahuan (termasuk ilmu pengetahuan atau ilmu) dapat dipakai
(berfungasi) bagi manusia, misalnya untuk memecahkan masalah (bersifat praktis),
maka penegetahuan itu harus mengandung ” kebenaran” Pengetahuan yang tidak
mengandung kebenaran, tidak dapat dimanfaatkan. Pembahasan tentang kebenaran
suatu pengetahuan merupakan aspek ontologi.
8. Daur Metode Ilmiah
Kenyataan menunjukan bahwa setelah metode ilmiah dirumuskan oleh John
Dewey, pada tahun 1910, maka metode ini segera dipakai secara meluas. Hal ini
terjadi karena metode ilmiah bersifat efisien, terbuka, dan teruji. Metode ilmiah
efisien dalm mempergunakan sumber daya (tenaga, waktu, biaya) karena, misalnya,
hasil penelitian seseorang dapat juga dijadikan dasar bagi penelitian orang lain.
Hipotesis seseorang, dapat juga diuji oleh orang lain. Kerjasama atau komunikasi
di antara para peneliti seperti ini dapat terjadi karena sifat keterbukaan metode
ilmiah, yatu kemungkinan penggunaan metode ilmiah oleh siapapun. Tidak ada
batasan, misalnya metode ilmiah hanya boleh dilakukan oleh para ahli. Ini
menunjukkan, bahwa metode ilmiah bersifat terbuka. Metode ilmiah teruji, karena
prosedurnya logis, sehingga dianggap sahih untuk memperoleh kebenaran. Selain
itu, karena dalam penelitian ilmiah terdapat ururtan kegiatan, maka terjadi proses
perencanaan yang matang.
Pada prinsipnya, metode ilmiah mempergunakan logika deduksi lalu logika
induksi (daur logico-hypothetico verifikatif). Daur logico-hypothetico-verifikatif,
jika dijabarkan, terdiri atas tahapan kerja seperti berikut:
- Ada kebutuhan objektif.
- Perumusan masalah.
- Pengumpulan teori.
- Perumusan hipotesis.
- Pengumpulan data.
- Analisis data (pengujian hipotesis).
- Penarikan kesimpulan.
Penggunaaan istilah daur menunjukkan, bahwa tahapan kerja tersebut tidak
pernah berhenti. Setelah tahap penarikan kesimpulan, akan timbul kebutuhan
objektif atau timbul masalah yang baru lagi. Masalah ini merangsang munculnya
teori baru. Miniatur tahapan berpikir ilmiah terdapat dalam suatu kegiatan
penelitian ilmiah; jadi suatu penelitian ilmiah harus mengikuti tahap-tahap metode
ilmiah.

B. Tujuan dan kegunaan penelitian


1. Tujuan
- Menggambarkan, melalui penelitian hanya mendeskripsikan apa yang diamati.
menggambarkan apa yang diamati atau diperoleh. Dalam bimbingan dan
konseling tujuan ini merupakan penelitian deskriptif. Namun sudah tidak
relevan jika digunakan untuk penelitian saat ini.
Contoh: kita akan menggambarkan berapa mahasiswa jurusan BK, laki-lakinya
berapa, ciri khasnya apa. Menggambarkan apa adanya. Sekarang tidakboleh di
S1, karena sudah tidak sesuai zaman.
- Membuktikan, membuktikan satu variable ada hubungan atau pengaruhnya
dengan variable lainnya. Minimal satu penelitian dalam bimbingan dan
konseling memiliki dua variabel. Jadi membuktikan teori, teori yang sudah ada.
Misalnya apakah benar kecedasan mempengaruhi prestasi, lalu contoh lain
pengaruh game online terhadap kecerdasan siswa. . Contoh pengaruh pola asuh
orang tua kepada tingkah laku anak, pola asuh itu sudah ada tidak perlu kita
intervensi nanti akan diliat pola asuh yg mana.
Keefektifan konseling kelompok Teknik realita untuk meningkakan konsep diri,
punya fenomena dulu misal konsep dirinya rendah. Lalu kita mau apa, kalau
mau eksperimen maka melakukan Tindakan misalnya konseling kelompok
Teknik realita.
Jadi membuktikan itu bisa hubungan antara satu variable dengan variable lain,
bisa pengaruh satu dengan yang lain. Bisa pengaruh yang sudah terjadi atau
pengaruh yang sifatnya eksperimen.
- Mengembangkan, sesuatu yang sudah ada ditambah sedikit. mengembangkan
penelitian sebelumnya atau sederhananya menambahkan sedikit saja sudah
termasuk mengembangkan. Membuat produk tertentu sekaligus diuji
keefektifannya. Misal pengalaman siswa di sekolah kalau diberi layanan tidak
memperhatikan, bagaimana kita merubah yang tidak memperhatikan menjadi
aktif, dengan model apa. Membuat model dahulu baru dieksperimenkan. Harus
betul betul menguasai produk. Bisa juga mengembangkan konseling yang
belum ada, membuat produk lalu diuji.
- Menemukan, menemukan sesuatu yang baru
2. Kegunaan
- Memahami masalah
- Memecahkan masalah
- Mengantisipasi masalah

C. Konsep dasar masalah penelitian


1. Hakekat masalah
Salah satu langkah yang paling penting dalam membuat penelitian adalah
pemilihan masalah. Banyak mahasiswa mengatakan bahwa menemukana masalah
merupakan dorongan dan bahkan tantangan dan mungkin sebuah hambatan. Dalam
tahap pencarian masalah yang layak untuk diteliti sering merupakan sebuah
hambatan bagi mahasiswa untuk menyelesaikan skripsi. Sauatu penelitian akan
dilakukan selalu berangkat dari masalah. Memilih masalah penelitian sering
merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian.
Masalah dapat dikatakan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan
apa yang benar-benar terjadi, atau dengan kata lain adanya perbedaan antara
harapan dan kenyataan. Keadaan seperti di berikut ini dapat memunculkan suatu
masalah, misalnya: a) bila ada informasi yang mengakibatkan munculnya
kesenjangan dalam pengetahuan kita. b) bila ada hal-hal yang bertentangan. c) bila
ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskan melalui penelitian.
Tidak semua masalah perlu dilakukan pemecahan melalui sebuah penelitian
dengan menuntut metodologi penelitian ilmiah, karena sangat dimungkinkan cukup
dipecahkan secara sederhana. Masalah yang baik harus bercirikan sebagai berikut:
(a) masalah harus mengungkapakan hubungan antara dua variabel atau lebih, (b)
masalah harus dinyatakan dalam bentuk kalimat yang jelas dan tidak hambigu dan
dikemukakan dengan kalimat tanya, (c) masalah harusndirumuskan dengan cara
tertentu yang menyiratkan adanya kemungkinan pengujian hipotesis.
Contoh masalah dalam BK: BK disuatu Lembaga Pendidikan tidak masuk
kelas, taapi secara teori program BK harus masuk kelas. Itu masalah karena praktik
tidak sesuai dengan teori.

2. Sumber Masalah
Masalah dapat diperoleh dari berbagia sumber, baik dari pengamatan langsung
terhadap fenomena di lingkunagn sekitar, maupun tidak langsung melalui media
cetak, elektronik, dari hasil-hasil penelitian terdahulu, membaca buku, mengikuti
seminar ilmiah, pertemuan-pertemuan seprofesi, dan mungkin dari pengamatannya
selama perkuliahan. Sumber-sumber masalah adalah sebagai berikut:
- Adanya penyimpangan antara teori dan kenyataan.
- Adanya penyimpangan antara apa yang direncanakan dengan kenyataan.
- Adanya pengaduan.
- Adanya kompetisi.
Terdapat beberapa cara yang dapat membantu mahasiswa menemukan dan
mengidentifikasi masalah penelitian, yaitu:
- Membaca sebanyak-banyak literature yang berhubungan dengan bidang kita
dan bersikap kritis terhadap apa yang dibaca.
- Menghadiri kuliah atau ceramah profesional.
- Mengamati dari dekat situasi atau kejadian - kejadian di sekitar.
- Memikirkan kemungkinan penelitian dengan topic-topik atau pelajaran yang
didapat waktu kuliah.
- Menghadiri seminar-seminar hasil penelitian.
- Mengadakan penelitian-penelitian kecil dan catat hasil penemuan yang
diperolehnya.
- Berlangganan jurnal atau majalah yang berhubungan dengan bidang ilmunya.
- Mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan bidangnya

3. Karakteristik masalah yang baik


Pada dasarnya hampir semua permasalahan memerlukan pemecahanan, baik
secara sederhana maupun secara ilmiah. Pemecahan masalah dengan cara sederhana
tidak perlu melalui tahapan - tahapan atau prosedur ilmiah. Permasalaha-
permasalahan yang memerlukan prosedur dan tahap ilmiah adalah permasalahan-
permasalahan yang bercirikan tertentu.
Di bawah ini terdapat ciri-ciri masalah yang memerlukan pemecahan secara
ilmiah:
- Masalah harus fisible, artinya bahwa masalah tersebut harus dapat dicari
jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak menghabiskan dana, tenaga, dan
waktu
- Masalah harus jelas, yaitu menunjukkan semua orang memberikan persepsi
yang sama terhadap masalah tersebut.
- Masalah harus signifikan, artinya bahwa jawaban atas masalah tersebut harus
memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu dan pemecahan masalah
kehidupan manusia.
- Masalah harus etis, artinya bahwa tidak bertentangan dengan etika dan nilai-
nilai keyakinan dan agama tertentu.
- Masalah haruslah merupakan issu baru, artinya issu yang sedang dibicakan dan
didiskusikan oleh sebagaian besar masyarakat.
- Masalah dapat dipecahkan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
- Masalah yang dipilih harus benar-benar menarik bagi calon penelitinya
4. Bentuk-Bentuk Masalah Penelitian
Bila dilihat dari karakteristik variabel dan hubungan antar variabel dalam
penelitian, maka bentuk- bentuk masalahan penelitian dapat dibedakan menjadi:
1) Permasalahan deskriptif, adalah permasalahan yang berkenaan dengan variable
mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan.
Contoh: Seberapa baik interaksi siswa kelas 9A di SMP N 1 Lemahabang?
Bagaimana motivasi belajar terhadap pelaksanaan UNBK?
2) Permasalahan komparatif, adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat
membandingkan keberadaan variabel pada dua sample atau lebih.
Contoh: Adakah perbedaan prestasi belajar antar siswa sekolah negeri dan
sekolah swasata?
3) Permasalahan asosiatif adalah : suatu pertanyaan penelitian yang
menghubungkan dua atau lebih variabel. Terdapat dua hubungan asosiatif ini,
yaitu hubungan Simetris dan hubungan Kausal. Hubungan simetris adalah suatu
hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kebersamaan.
Contoh: a) Adakah hubungan antara kecerdasan dan prestasi b) Adakah
hubngan antara bakat, minat, dan kreativitas siswa? c) Adakah hubungan antara
kodok ngorek dan jumlah paying yang terjual? Hubungan kausal adalah
hubngan yang bersifat sebab akibat, jadi akan ada variabel independen dan
variabel depeden. Contoh: 1) Adakah pengaruh gaji terhadap prestasi kerja
karyawan ? 2) Adakah pengaruh tipe kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kinerja guru? 3) Seberapa besar pengaruh tata ruang terhadap kedisiplinsn
karyawan? 4) Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang
kantor terhadap efesiensi kerja karyawan. Hubungan interaktif, adalah
hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga tidak diketahui mana variabel
dependent dan mana variabel independent. Contoh: 1) Hubungan antara
kemiskinan dan kebodohan, Kemiskinan dapat menyebabkan kebodohan, dan
kebodohan juga dapat menyebabkan kemiskinan. 2) Hubungan antara motivasi
dan prestasi. Motivasi dapat mempengaruhi prestasi, dan presatasi dapat
mempangaruhi motivasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ardhana, Wayan,1987, Bacaan Pilihan dalam metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta,


Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek pengembangan LPTK.
Wahid, A. (2015). Konsep Dasar Penelitian Pendidikan. Istiqra: Jurnal Pendidikan Dan
Pemikiran Islam, 2(2).
http://jurnal.umpar.ac.id/index.php/istiqra/article/download/231/204

Anda mungkin juga menyukai