Anda di halaman 1dari 9

KEBENARAN ILMIAH DI DALAM METODE PENELITIAN

Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Metode dan
Komunikasi Ilmiah

Dosen Pengampu
Aryo Fajar Sunartomo, SP. M.Si.

Oleh
Lilyani Tengady
NIM :181510601094

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna di antara makhluk
hidup lainnya. Manusia dikaruniai akal dan budi yang membuatnya dapat berpikir
secara rasional, intelegen, dan dapat menghadapi masalah yang muncul dari
dirinya atau dari orang lain. Keemampuan manusia dalam menghadapi masalah
didukung oleh keterampialn serta ilmu pengetahuan. Semua keterampilan dan
ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia berakar kuat pada tujuannya untuk
mencari kebenaran. Sebelum mencari kebenaran, maka seseorang harus memiliki
pengetahuan dan ilmu.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang suatu
objek, termasuk di dalamnya ilmu, tetapi tidak semua pengetahuan dapat disebut
ilmu. Ilmu secara etimologi berarti mengetahui, maka menurut Campbell, (1) ilmu
adalah tubuh dari pengetahuan yang berguna dan dapat dipraktikkan dan ada
metode untuk ,eme,ukan pengetahuan tersebut; (2) ilmu adalah suatu aktivitas
intelektual murni. Kemany menyatakan bahwa ilmu adalah semua pengetahuan
yang dikumpulkan melalui metode keilmuan. Karl Popper (1935) menyatakan
bahwa ilmu berfungsi untuk menemukan kebenaran alam semesta.
Kebenaran dapat berupa suatu kejadian, sesuatu, fakta, argumentasi fakta,
pertimbangan, preposisi, atau ide yang benar atau yang diterima sebagai sesuatu
yang benar. Kebenaran ilmiah mendorong setiap manusia untuk dapat mengatasi
masalah yang sedang dihadapi. Kebenaran ilmiah dapat terwujud apabila manusia
memiliki pengetahuan, kecakapan, kemampuan, dan keterampilan dalam
menggunakan pendekatan. Maka, untuk mengetahui kebenaran ilmiah, dilakukan
sebuah penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebenaran ilmiah di dalam metode penelitian?
2. Bagaimana cara menyusun kebenaran ilmiah?
1.3 Tujuan
1. Untuk menetahui kebenaran ilmiah di dalam metode penelitian
2. Untuk mengetahui cara menyusun kebenaran ilmiah
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Kebenaran Ilmiah di dalam Metode Penelitian
Penelitian terjadi ketika adanya kesenjangan antara kenyataan dengan teori
yang diungkapkan. Penelitian memiliki beberapa fungsi yaitu mendeskripsikan
gejala dan peristiwa, menerangkan data atau kondisi latar belakang sebuah
peristiwa, meramalkan kejadian, mengendalikan peristiwa, dan menyusun teori.
(1)Mendeskripsikan gejala dan peristiwa. Penelitian memiliki tugas untuk
mendeskripsikan sesuatu sebelum menjawab pertanyaan. Peneliti dalam tugas
mendeskripsikan tidak mengeluarkan hipotesis karena sifatnya yang hanya
menjelaskan suatu peristiwa. Maka, dalam hal ini dilakukan penelitian yang
bersifat eksplorasi yang dapat menggambarkan peristiwa sebenarnya yang terjadi
di dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi kerancuan informasi. (2)
Menerangkan data atau kondisi latar belakang sebuah peristiwa. Peneliti dalam hal
ini menerangkan sebuah kejadian dengan lebih kompleks dan luas. Peneliti
melihat hubungan antara satu kejadian dengan kejadian lain. Sehingga peneliti
bukan hanya menggambarkan, tetapi juga menjelaskan alasan mengapa dan
bagaimana kejadian tersebut terjadi.
(3) Meramalkan kejadian atau situasi. Peneliti melahirkan sebuah hipotesis
tentang kelanjutan dari kejadian tersebut. Hipotesis didasari pada data yang
diakumulasi. Data-data tersebut bukan hanya data terbaru, melainkan data-data
sebelumnya, sehingga terlihat jelas alur dari kejadian tersebut. (4) Penelitian
mengontrol peristiwa dan situasi. Ketika peneliti sudah mengetahui bagaimana
peristiwa itu terjadi, maka peneliti dapat merancang penelitian berdasarkan pada
metode-metode penelitian. Peneliti dapat melakukan pengendalian pada variable
bebas yang telah ditentukan. Setelah dilakukan kontrol pada variabel peneliti
melakukan (5) pengembangan dan menyusun teori. Penyusunan teori memakan
waktu yang cukup panjang karena perlu kesepakatan yang baku antara tiap
variabel dan prosedur penelitian. Penyusunan teori baru membuktikan adanya
kesalahan atau kelamahan pada teori yang sebelumnya.
Penelitian dalam mencari kebenaran ilmiah dapat dilakukan dengan
menggunakan dua metode penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif. Penelitian dengan metode kualitatif digunakan untuk melihat dan
mengungkapkan keadaan maupun suatu objek serta menemukan makna dan
pemahaman suatu kejadian. Penelitian dengan metode kuantitatif menjelaskan
tentang sebuah kejadian melalui uji data statistic yang sifatnya pasti. Ada
beberapa perbedaan yang terlihat antara penelitian dan kualitatif dan kuantitatif.
1. Penelitian kuantitatif menguji teori secara deduktif, sedangkan kualitatif
secara induktif.
2. Teori pengetahuan yang digunakan oleh penelitian kuantitatif mengikuti
model natural science, sedangkan kualitatif bersifat interpretative.
3. Pandangan tentang tingkah laku pada kuantitatif dapat diramalkan,
sedangkan pada kualitatif tingkah laku bersifat dinamis, situasional,
kontekstual, dan personal.
4. Hakikat realistis social dari kuantitatif bersifat objektif dan dapat diukur,
sedangkan pada kualitatif bersifat personal dan subjektif.
5. Sasaran atau objek penelitian dari kuantitatif bersifat artificial dan
manipulative, sedangkan pada kualitatif bersifat naturalistic, alami, dan
nyata.
6. Perspektif pada objek penelitian kuantitatif yaitu parsial, sedangkan
holistik dan dinamis pada kualitatif.
7. Rancangan penelitian pada penelitian kuantitatif bersifat spesifik,
terperinci, jelas; ada prosedur tetap, sedangkan pada kualitatif yaitu
bersifat umum; fleksibel; dan berkembang selama proses penelitian.
8. Usul penelitian pada kuantitatif bersifat luas, formal, terperinci, dan
terstruktur dengan banyak kajian dan dibarengi dengan hipotesis,
sedangkan pada kualitatif bersifat singkat, tentatif, dan tidak memiliki
hipotesis.
9. Tujuan penelitian pada kuantitatif yaitu untuk membuat generalisasi;
meramalkan, menguji teori, menetapkan atau mendeskripsikan fakta,
menguji hipotesis; menunjukkan hubungan antarvariabel; menemukan
teori. Pada penelitian kualitatif yaitu menggambarkan atau
mendeskripsikan realitas sesuai dengan konteks; eksplorasi; memperoleh
makna; menemukan pemahaman tentang sesuatu; mengerti teori.
10. Teknik pengumpulan data pada kuantitatif menggunakan kuesioner;
observasi; dan wawancara terstruktur, sedangkan pada kualitatif yaitu
melakukan wawancara mendalam; dokumentasi; obesrvasi; dan
triangulasi.
11. Instrumen penelitian pada penelitian kuantitatif yaitu angket; tes; dan
skala, sedangkan pada kualitatif yaitu peneliti itu sendiri; buku catatan,
dan lain-lain
12. Data pada kuantitatif bersifat kuantitatif atau dapat dihitung, sedangkan
pada kualitatif bersifat kualitatif atau tidak dapat dihitung.
13. Sample pada kuantitatif bersifat representative; luas; diambil secara acak
dari pupulasi, sedang pada kualitatif bersifat tidak representative; kecil;
tidak acak; dan purpasif.
14. Hubungan dengan responden pada penelitian kuantitatif dibuat berjarak
namun objektif; kedudukan peneliti lebih tinggi dari responden; waktu
terbatas, sedangkan pada kualitatif hubungan peneliti dengan responden
dibangun sebaik mungkin hingga tidak berjarak; kedudukan antara peneliti
dengan responden sama.
15. Analisis data pada penelitian kuantitatif menggunakan statistika,
sedangkan pada kualitatif dilakukan secara narasi dan deskriptif.
16. Mengakhiri penelitian pada penelitian kuantitatif dilakukan setelah semua
rencana kegiatan yang diusulkan selesai dengan baik dan memenuhi
syarat, sedangkan pada kualitatif melalui proses analisis data selama
penelitian dan tidak ada lagi data baru yang dibutuhkan.
17. Hasil penelitian pada kuantitatif ditentukan oleh kevalidan dan
keterandalan variabel penelitian yang digunakan, sedangkan pada
kualitatif, ditentukan oleh kredibilitas dan despendibilitas, proses dan hasil
penelitian.
18. Bentuk laporan akhir dari kuantitatif yaitu menggunakan format statistik
sedangkan pada kualitatif menggunakan laporan naratif.
2.2 Cara Menyusun Kebenaran Ilmiah
Berdasarkan cara penyusunannya, kebenaran ilmiah dapat disusun setelah
proses berpikir ilmiah dapat dilaksanakan, yaitu secara induktif, deduktif, dan
abduktif. Berpikir secara induktif merupakan cara berpikir dengan menarik
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Cara
berpikir induktif bersifat ekonomis, karena pada penalaran induktif, pengetahuan
yang dikumpulkan melalui informasi tidak dikurangi atau dilebihkan melainkan
berasal dari bagian-bagian terpenting dari informasi tersebut. Sehingga, cukup
dengan kesimpulan yang singkat, maka manusia dapat menggunakannya sebagai
saran berpikir praktis dan teoritis. Selain itu, penalaran induktif dapat
menciptakan penalaran lanjutan yang sifatnya lebih umum, sehingga pernyataan-
pernyataan tersebut semakin lama bersifat dasar.
Logika deduktif merupakan cara berpikir dengan menarik kesimpulan
yang bersifat khusus dari kejaian yang bersifat umum. Penarikan kesimpulan
dengan pola deduktif, dilakukan dengan menggunakan pola berpikir silogisme.
Silogisme diambil dari dua premis mayor dan minor. Contoh penarikan
kesimpulan dengan silogisme adalah sebagai berikut:
Semua peneliti pintar (premis mayor)
Beni adalah peneliti (premis minor)
Maka, Beni pintar. (kesimpulan)
Penarikan kesimpulan dengan silogisme, biasanya dilakukan pada
pengetahuan Matematika dengan pola jika A maka B, jika B maka C, sehingga
kesimpulannya adalah A sama dengan C. Kesimpulan yang didapatkan bukan
merupakan pengetahuan baru, melainkan sebuah konsekuensi berpikir dari
pengetahuan yang diketahui lebih dulu. Penarikan kesimpulan, tidak bisa
dilakukan apabila ketiga pernyataan tidak memenuhi persyaratan, yaitu pada
setiap premis harus memiliki salah satu unsur yang sama,
Logika penalaran abduktif adalah sebuah pemikiran bahwa konsekuensi
diperlihatkan pada penarikan kesimpulan ini. Konsekunsi dalam penalaran
abduktif dapat diperlihatkan secara eksplisit maupun eksplisit, sehingga apabila
peneliti melakukan penalaran, maka metode penalaran ini digunakan untuk
menjelaskan kejadian yang sedang diamati. Menurut Aristoteles, penarikan
kesimpulan melalui penalaran abduksi dilakukan karena adanya kegagalan dalam
penarikan kesimpulan secara silogistik, karena adanya hubungan yang lemah
antara premis mayor dan premis minor.
Penalaran abduksi menghasilkan suatu konsep universal yang tidak dapat
dipatok dengan satu jenis penalaran formal. Hipotesis abduktif bersifat imajinasi,
karena menggunakan insting untuk membuat pilihan ekonomis. Proses abduksi
menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan berusaha untuk menangkap kenyataan yang
orisional dengan melibatkan imajinasi yang bebas dan interpretatif.
BAB 3. KESIMPULAN
1. Kebenaran ilmiah dalam metode ilmiah memiliki sifat yang berbeda yaitu
kuantitatif dan kualitatif.
2. Penyusunan kebenaran ilmiah dapat dilakukan dengan menarik kesimpulan
melalui penalaran induktif, deduktif, dan abduktif.
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, A.M. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian


Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Hakiim, A., I. Syaichurrozi., dan P.I. Wijayanti. 2016. Konsep Dasar Berpikir
Ilmiah dengan Penalaran Deduktif, Induktif, dan Abduktif. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Silalahi, U. 1999. Metode dan Metodologi Penelitian. Bandung: Bina Budhaya.

Anda mungkin juga menyukai