Anda di halaman 1dari 199

ISBN 9

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL KEFARMASIAN 2016

PROSPEK PERKEMBANGAN PRODUK HALAL


DAN AMAN PADA OBAT, MAKANAN, DAN KOSMETIK

HOTEL ARIA BARITO


BA\.lAR\lASIN
8 OKTOBER 2015

PSLTASFARf\TA!I
FAK MATEMAT$(&.OAN
U
ILMU PENGETAHUAF6 At&M
[I{IY} f, $IIAS I,A iI BU ri G il[*GT3*'I
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian
“Prospek Perkembangan Produk Halal dan
Aman pada Obat, Makanan, dan Kosmetik”
Sabtu 8 Oktober 2016 di Hotel Aria Barito Banjarmasin

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Copyright @ 2016
ISBN : 978-602-73121-1-1

Penulis:
Tim Penulis

Reviewer:
Dr. Sutomo, M.Si., Apt
Khoerul Anwar, M.Sc., Apt

Editor:
Muhammad Ikhwan Rizki, M.Farm., Apt

Penyuting:
M. Achrizal Haq

Diterbitkan oleh:
Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat

Alamat Penerbit:
Jl. A. Yani Km. 35,8 Banjarbaru, Kalimantan Selata Telp. (0511) 4773112
www.farmasi.unlam.ac.id

i
SUSUNAN KEPANITIAAN:
Ketua Panitia
M. Ikhwan Rizki, M. Farm., Apt.
Wakil Ketua
Muhammad Rafi
Sekretaris dan Registrasi
Fadlilaturrahmah, M.Sc., Apt.
Isni Munisa
Karina Ulya Afifa
Gabriella Stivani
Bendahara
Valentina Meta Srikartika, M.PH., Apt.
Nuraina Mardiah
Seksi Acara
Mia Fitriana, M.Si. Apt.
Rollah M. Arasyi Hasan
Perlengkapan
M. Aldhi Ashshiddiqi
Publikasi dan Dokumentasi
M. Achrizal Haq

Dana dan Sponsorship


Wildasari Safitri
Seksi Konsumsi
Lisda Noorsyifa
Hubungan Masyarakat
Adriana Sri Rejeki H.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’aalamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada


Allah SWT. Semua atas izin-Nya, sehingga buku prosiding ini dapat selesai.
Prosiding ini merupakan kumpulan publikasi oral dan poster pada Seminar Nasional
Kefarmasian dengan tema “Prospek Perkembangan Produk Halal dan Aman pada
Obat, Makanan, dan Kosmetik” pada 8 Oktober 2016 di Hotel Aria Barito
Banjarmasin.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang ikut terlibat dalam membantu penyelesaikan prosiding ini, baik dalam memberi
saran atau masukkan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada para peneliti yang
bersedia untuk artikel penelitiannya diterbitkan pada prosidinng ini.
Kami menyadari bahwa prosiding ini jauh dari kesempurnaan. Kami berharap
mendapat banyak masukkan dan kritikan untuk menjadikan lebih baik. Semoga buku
ini bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, Oktober 2016


Tim Penulis,

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................... i
Kepanitiaan........................................................................................................ ii
Kata Pengantar.......................................................................................................... iii
Daftar Isi........................................................................................................................ iv
Studi in silico Metabolit Sekunder Brucea javanica sebagai Inhibitor EGFR
Mutan T790M-L858R-V948R
Mohammad Rizki Fadhil Pratama................................................................................ 1-14

Penyusunan HACCP Plan Produksi Bakso Ikan di UKM Pangasius


Hypopthalmus NUA Banjarbaru
Ricca Mailinda Sari, Alia Rahmi, dan Susi.................................................................. 15-24

Persepsi Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit 1


Yogyakarta Terhadap Kualitas Obat Generik Ditinjau dari Dimensi
Nurul Mardiati, Sampurno, Chairun Wiedyaningsih.................................................. 25-39

Kesesuaian Penyimpanan Obat High Alert Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Umum Daerah Ulin Banjarmasin
Mochammad Maulidie Alfiannor Saputera, Ratih Pratiwi Sari.................................... 40-44

Analisis Kuantitatif Kadar Asam Lemak Bebas Dalam Minyak Goreng Bekas
di Kecamatan Banjarmasin Utara
Amaliyah Wahyuni....................................................................................................... 45-51

Analisis Hubungan Karakteristik Terhadap Persepsi Pasien Diabetes Mellittus


Tipe 2 Di RSUD Ratu Zalecha Martapura
Eka Agustya Muliastuti, Difa Intannia......................................................................... 52-57

Review: Aktivitas Antihipertensi Tumbuhan Obat dan Prediksi Mekanisme


Kerjanya
Dyah Retno Widyastuti, Muhammad Ikhwan Rizki.................................................. 58-73

Optimasi Konsentrasi Pelarut Etanol Terhadap Rendemen dan Total


Flavonoid Ekstrak Daun Gaharu (Aquillaria microcarpa Baill.)
Destria Indah Sari, Liling Triyasmono........................................................................ 74-78

Optimasi Formula Gel Spermisida Ekstrak Kulit Kayu Durian (Durio


zibethinus Murr.) dengan Variasi Konsentrasi HPMC dan Gliserin Metode
Simplex Lattice Design
Nani Kartinah, Rizki Hardianti, Mia Fitriana, Anni Nurliani..................................... 79-86

Studi Farmakognostik dan Uji Parameter Nonspesifik Ekstrak Metanol Daun


Kasturi (Mangifera casturi Kosterm.)
Sutomo, Nadya Agustina, Arnida, Fadilaturrahmah.................................................. 87-93

Aktivitas Penghambatan Polimerisasi Hem Infusa Akar Manuran


iv
(Coptosapelta tomentosa Valeton Ex K. Heyne) Asal Kotabaru Kalimantan
Selatan
Arnida, Ratih Purnama Putri, Fadlilaturrahmah, Sutomo.......................................... 94-98

Pengaruh Tingkat Pengetahuan Keluarga dan Pola Pengobatan Terhadap


Kepatuhan Pengobatan Pasien Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan RSJ
Sambang Lihum Banjarbaru
Eriza Nur Aq Liny, Valentina Meta Srikartika, Herningtyas Nautika Lingga........... 99-105

Adsorpsi Zat Warna Limbah Cair Batik Kalteng Menggunakan Komposit


Magnetik Berbasis Bahan Alam
Retno Agnestisia, Deklin Frantius................................................................................ 106-113

Gambaran karakteristik bentuk dan ukuran sel darah Ikan timpakul


(Periopthalmodon schlosseri)
Hidayaturrahmah, Heri Budi Santoso, Muhamat, Annisa Widyastuty...................... 114-125

Efek Hipoglikemik Ekstrak Metanol Daun Gaharu (Aquilaria microcarpa


Baill.) Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Aloksan
Mega Permata Sari, Nurlely, Noor Cahaya, Mustofa................................................. 126-131

Pengaruh Pemberian Kurkumin Per Oral Dengan Selang Waktu


Terhadap Profil Farmakokinetika Eritromisin
Noor Cahaya, Abshar Fariz, Destria Indah Sari........................................................... 132-144

Formulasi Emulgel yang Mengandung Ekstrak Etanol Kulit Batang Bangkal


(Nauclea subdita) Sebagai Tabir Surya
Dina Rahmawanty, Dian Fatmawati, Fadlilaturrahmah............................................ 145-152
Penentuan Kadar Fenolik Total, dan Flavonoid Total, serta
AktivitasAntioksidan Ekstrak Etanol Biji Tiga Spesies Tanaman Penghasil
Gaharu: Aquilaria microcarpa, Aquilaria malacensis, dan Aquilaria beccariana
Beny Rahmanto, Wawan Halwany, Fajar Lestari, Khoerul Anwar, Liling
Triyasmono, Muhammad Ikhwan Rizki, Destria Indah Sari.................................... 153-160

Karakteristik Fisikokimia Dispersi Padat Ofloksasin Dengan Pembawa PEG


6000 dalam Sistem Biner dan Terner
Prima Happy Ratnapuri, Suwaldi, Akhmad Kharis..................................................... 161-167

Prevalensi Potensi Interaksi Obat Pada Pasien Stroke Yang Dirawat di Sebuah
Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya
Ajeng Nilla Anindi, Ilham Alifiar................................................................................ 168-175

Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Gel Ekstrak Gambir


Lutfi Chabib, Oktavia Indrati, Muhammad Ikhwan Rizki....................................... 176-182

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas


Mergangsan Yogyakarta
Andriana Sari, Haafizah Dania, Dian Retno Palupi................................................. 183-193

v
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Studi in silico Metabolit Sekunder Brucea javanica


sebagai Inhibitor EGFR Mutan T790M-L858R-
V948R
Mohammad Rizki Fadhil Pratama

Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya


Email : m.rizkifadhilpratama@umpalangkaraya.ac.id

Abstrak
Brucea javanica diketahui memiliki banyak metabolit sekunder dengan beragam
aktivitas, seperti antimalaria, antimikroba, maupun antikanker. Ekstrak Brucea
javanica diketahui dapat menghambat perkembangan Non-Small Cell Lung Cancer
(NSCLC). Salah satu penyebab terjadinya NSCLC adalah mutasi pada Epidermal
Growth Factor Receptors (EGFR), suatu reseptor epidermal yang meregulasi proses
proliferasi sel. Mutasi pada EGFR terutama pada posisi T790M, L858R dan V948R
adalah salah satu penyebab overproliferasi pada sel. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jenis metabolit sekunder dari Brucea javanica dengan potensi paling besar
sebagai inhibitor EGFR mutan T790M-L858R-V948R. Metode yang digunakan adalah
molecular docking beberapa metabolit sekunder Brucea javanica terhadap EGFR
mutan T790M-L858R-V948R, dengan bruceajavanin A menunjukkan energi bebas
ikatan paling negatif dan konstanta inhibisi paling kecil, secara berturut-turut sebesar -
9,93 kcal/mol dan 52,67 nM. Bruceajavanin A menunjukkan afinitas lebih tinggi pada
EGFR mutan T790M-L858R-V948R dibandingkan EGFR wild type, dimana interaksi
pada asam amino posisi 790-800 terutama pada 795-Phe memiliki pengaruh penting
terhadap afinitas bruceajavanin A. Hasil tersebut memberikan prediksi bahwa
bruceajavanin A memiliki aktivitas sebagai inhibitor EGFR mutan T790M-L858R-
V948R dan memiliki potensi untuk dikembangkan pada terapi NSCLC.
Kata kunci : Brucea javanica, bruceajavanin A, docking, EGFR, NSCLC

Abstract
Brucea javanica was known for have many secondary metabolites with various
activities such as antimalarial, antimicrobial, or anticancer. Brucea javanica extract was
known for inhibits development of Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC). One of the
causes of NSCLC is mutations in Epidermal Growth Factor Receptors (EGFR), an
epidermal receptors that regulates cell proliferation processes. Mutations in EGFR mainly
on position T790M, L858R and V948R is one of causes of overproliferation cell. The
present study aims to determine the most potent secondary metabolites of Brucea javanica
as EGFR mutan T790M-L858R-V948R inhibitor, with bruceajavanin A provide most
negative free energy of binding and lowest inhibition constants -9.93 kcal/mol and 52.67
nM, respectively. Bruceajavanin A show higher affinity towards EGFR mutan T790M-
L858R-V948R than EGFR wild type, with interactions at position 790-800 particularly on
795-Phe had important influences towards affinity of bruceajavanin A. This results
predicted that bruceajavanin A has activity as EGFR mutan T790M-L858R-V948R
inhibitor and should be potential to be developed as NSCLC therapy.
Keywords : Brucea javanica, bruceajavanin A, docking, EGFR, NSCLC

1
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

I. PENDAHULUAN sendiri telah dikembangkan dan hasilnya


Eksplorasi aktivitas terapeutik dari diketahui dapat meningkatkan efektifitas
Brucea javanica atau Buah Makasar telah senyawa antikanker lain 1,6 kali lebih baik
dilakukan sejak pertengahan 1900-an dan (Liu et al., 2016) dan tahap pengujiannya
masih terus diteliti efek-efek baru dari telah melalui pengujian fase II (Lu et al.,
bermacam metabolit sekunder tumbuhan 2013). Ekstrak daun B. javanica sendiri
tersebut. Berbagai aktivitas dari ekstrak memiliki LD50 pada mencit jantan dan
maupun fraksi aktif dari B. javanica yang betina sebesar 1003,65 mg/kgBB yang
telah diketahui diantaranya adalah sebagai menunjukkan tingkatan toksisitas “mild”
antimalaria (Kitagawa et al., 1994; Wagih untuk pemberian secara oral, yang
et al., 2008), antiparasit (Nakao et al., memungkinkan untuk dikembangkan
2009), antimikroba (O’Donnel & Gibbons, sebagai bahan obat (Angelina et al., 2012).
2007; Widyantoro, 2014), antioksidan Kanker paru sendiri
(Widyantoro, 2014), antipiretik (Wagih et diklasifikasikan menjadi Non-Small-Cell
al., 2008), dan antikanker (Kitagawa et al., Lung Cancer (NSCLC), Small-Cell Lung
1994; Chen et al., 2016; Liu et al., 2016; Cancer (SCLC), serta tumor neuro-
Nakao et al., 2009; Wagih et al., 2008). endokrin, yang mana kasus NSCLC
Terkait aktivitas antikanker, ekstrak B. menjadi kasus kanker paru paling sering
javanica menunjukkan aktivitas pada terjadi hingga 85% dari keseluruhan kasus
berbagai jenis sel kanker, seperti kanker (Alves et al., 2014; Jorge et al., 2014).
paru (Ji et al., 2015; Ren et al., 2010), Kanker paru bahkan diperkirakan menjadi
kanker usus besar, kanker rongga mulut, penyebab kematian lebih dari 158.000
kanker prostat (Alves et al., 2014), kanker orang di amerika serikat pada tahun 2016,
payudara (Kumala et al., 2009), kanker menjadikan kanker paru sebagai jenis
hati, kanker pankreas, dan kanker lambung kanker paling mematikan di amerika
(Chen et al., 2016). serikat, lebih banyak dibandingkan
Pada kanker paru, kombinasi kombinasi jumlah kematian kanker usus
ekstrak etanol B. javanica dan cantharidin besar, kanker payudara, kanker prostat,
menunjukkan perbaikan tingkat kualitas dan kanker pankreas (Siegel et al., 2016).
kehidupan yang ditandai dengan Meskipun diketahui bahwa
penurunan laju perkembangan sel kanker merokok merupakan salah satu faktor
dan penurunan efek samping terapi (Ji et utama penyebab kanker paru, sebanyak
al., 2015). Sediaan dari ekstrak B. javanica 15-20% dari penderita kanker paru

2
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

diketahui tidak pernah merokok. Hal afatinib. Mutasi tersebut bahkan menjadi
tersebut memberikan petunjuk bahwa 50% penyebab NSCLC pada penderita
faktor pencetus kanker paru tidak hanya non-perokok (Jorge et al., 2014).
eksternal namun juga internal (Kuykendall Penelitian ini bertujuan untuk
& Chiappori, 2014). Salah satu faktor memprediksi interaksi antara beberapa
genetik yang diketahui menjadi salah satu metabolit sekunder dari B. Javanica
penyebab kanker paru adalah terjadinya dengan EGFR mutan T790M-L858%-
kelainan pada Epidermal Growth Factor V948R. Ada 22 metabolit sekunder dari B.
Receptor (EGFR) (Jorge et al., 2014). Javanica sebagai ligan uji. Hasil dari
EGFR merupakan reseptor penelitian ini akan memberikan prediksi
epidermal yang terdapat pada permukaan mengenai jenis metabolit sekunder dari B.
hampir seluruh sel tubuh dan berperan Javanica yang memiliki aktivitas paling
sebagai regulator keseimbangan jumlah sel baik sebagai inhibitor EGFR mutan
dalam tubuh. Peran utama dari EGFR T790M-L858R-V948R untuk dapat
adalah dalam proses cascade signalling dikembangkan lebih lanjut sebagai terapi
proliferasi sel melalui jalur Mitogen- pada NSCLC.
Activated Protein Kinase (MAPK). EGFR
menstimulasi proliferasi sel yang II. BAHAN DAN METODE
dibutuhkan dalam proses regenerasi sel A. Rancangan Penelitian
tubuh. Pada kanker, terjadi over-ekspresi Penelitian dilaksanakan secara in
EGFR pada organ-organ seperti paru yang silico dengan metode molecular docking.
memicu over-proliferasi sel (Jorge et al., Perangkat keras yang digunakan adalah
2014; Kuykendall & Chiappori, 2014). Ultrabook ASUS seri A46CB dengan
Beberapa faktor diketahui menjadi prosessor Intel core i5-3337U@1,8GHz
penyebab over-ekspresi EGFR, salah dan sistem operasi windows 7 Ultimate
satunya adalah mutasi pada asam amino 64-bit SP-1.
tertentu dari EGFR. Beberapa jenis mutasi
seperti T790M (Jorge et al., 2014; Sakai et B. Preparasi Ligan
al., 2013; Suda et al., 2009), L858R, dan Ligan yang digunakan adalah
V948R (Cappuzzo, 2014) diketahui senyawa-senyawa metabolit sekunder dari
menyebabkan over-ekspresi EGFR serta Brucea javanica yaitu bruceajavanin A &
resistensi terhadap Small Kinase Inhibitors B, bruceantine, bruceantinol, bruceine A,
(SKIs) seperti gefitinib, erlotinib, dan B, C, D, E, F, G, H & I, bruceolide,
3
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

bruceoside A, B, C, D, E & F, brusatol, menggunakan software AutoDockTools


dan canthine-6-one. Struktur masing- 1.5.6.rc3 (Morris et al., 2009).
masing ligan diskesta menggunakan
software GaussView 3.08 dan dioptimasi E. Validasi Reseptor
geometri dengan menggunakan Gaussian Reseptor yang akan digunakan
03W dari Gaussian, Inc. dengan metode ab divalidasi terlebih dahulu. Metode yang
initio Hartree-Fock basis set 3-21G. digunakan adalah redocking dengan ligan
Optimasi geometri dilakukan untuk ko-kristal dari masing-masing reseptor
memperoleh konformasi paling ideal dari digunakan sebagai ligan uji. Parameter
struktur senyawa yang disketsa dan pengamatan pada proses validasi adalah
mendekati bentuk alaminya (Cosconati et RMSD yang menggambarkan rata-rata
al., 2010). selisih posisi atom hasil redocking dengan
hasil kristalografi. Software docking
C. Konversi Ligan cenderung menunjukkan hasil yang sama
Ligan yang telah dioptimasi dengan hasil kristalografi jika memberikan
dikonversi dari format .log menjadi format nilai RMSD kurang dari 2Å. Semakin
.pdb menggunakan software OpenBabel kecil nilai RMSD menunjukkan posisi
2.3.2 (O’Boyle et al., 2011). Ligan lalu ligan hasil docking dengan posisi ligan
diberi muatan dan diatur torsinya hasil kristalografi (Bissantz et al., 2000).
menggunakan software AutoDockTools
1.5.6.rc3 (Morris et al, 2009). F. Molecular Docking
Program docking yang digunakan
D. Preparasi Reseptor dalam penelitian ini adalah Autodock 4.2.3
Reseptor yang digunakan adalah dari The Scripps Research Institute, Inc.
reseptor EGFR mutan T790M-L858R- (Morris et al, 2009). Metode yang
V948R (PDB ID 5HG7) dan EGFR wlid digunakan adalah pose selection yaitu
type (PDB ID 5FED). Struktur molekul dengan melakukan docking pada bagian
reseptor diperoleh website Protein Data kantung aktif reseptor yang berikatan
Bank (PDB) http://www.rscb.org. dengan ligan pada reseptor hasil
Reseptor diunduh dalam format .pdb kristalografi (Kontoyianni et al, 2004).
kemudian dihilangkan bagian yang tidak
digunakan, diberi hidrogen non-polar,
diberi muatan, serta diatur posisi grid box

4
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

G. Interpretasi Hasil dimensi dari seluruh ligan yang digunakan


Parameter yang diamati untuk ditunjukkan pada tabel I.
penentuan afinitas ligan terhadap reseptor Tabel I. Struktur 2D dan 3D ligan
adalah energi bebas ikatan (ΔG), Senyawa Struktur 2D Struktur 3D
konstanta inhibisi prediksi (ki), residu
Bruceajavanin A
asam amino, serta ikatan hidrogen. (BJA)

Afinitas ligan terhadap reseptor ditentukan


oleh nilai ΔG dan ki. Semakin negatif nilai
ΔG dan semakin kecil nilai ki Bruceajavanin B
(BJB)
menunjukkan afinitas ligan yang semakin
tinggi (Kim & Skolnick, 2007). Ligan uji
Bruceantine
dengan residu asam amino dan ikatan (BTN)

hidrogen yang mendekati ligan alami


menunjukkan kemiripan jenis interaksi
Bruceantinol
dalam hal ini menggambarkan kemiripan (BTL)

aktivitas (Cosconati et al, 2010). Ligan


dengan afinitas paling tinggi pada EGFR
Bruceine A
mutan T790M-L858R-V948R dilakukan (BCA)

docking kembali pada EGFR wild type


untuk mengetahui perbedaan afinitas dan Bruceine B
(BCB)
interaksi pada dua jenis EGFR tersebut.
Bruceine C
(BCC)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Seluruh ligan uji disketsa dan
Bruceine D
dioptimasi geometri menggunakan metode (BCD)

Hartree-Fock dengan basis set 3-21G.


Metode tersebut merupakan pendekatan ab Bruceine E
(BCE)
initio dengan tingkat kepercayaan yang
relatif tinggi untuk pengerjaan in silico
Bruceine F
meski dibutuhkan waktu yang relatif lebih (BCF)

lama dibandingkan metode lain (Cosconati


et al., 2010). Struktur 2 dimensi dan 3

5
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

sebagai acuan penentuan koordinat dan


Bruceine G
(BCG) ukuran dari masing-masing grid box. Hasil
redocking ditunjukkan pada gambar 1.

Bruceine H
(BCH)

Bruceine I
(BCI)

Bruceolide
(BLD)

Bruceoside A (a)
(BSA)

Bruceoside B
(BSB)

Bruceoside C
(BSC)

Bruceoside D
(BSD)
(b)
Bruceoside E Gambar 1. Overlay posisi ligan hasil
(BSE)
redocking (warna biru) dan
ligan hasil kristalografi (warna
Bruceoside F merah) pada reseptor EGFR
(BSF)
mutan T790M-L858R-V948R
(a) dan EGFR wild type (b)
Brusatol
(BST)
Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa
posisi masing-masing ligan hasil
redocking nyaris bertumpuk dengan posisi
Canthine-6-one
(CTN)
ligan hasil kristalografi. Parameter
pengamatan pada validasi ditunjukkan
pada tabel II.
Validasi reseptor dilakukan dengan
metode redocking menggunakan Autodock
4.2.3. Validasi dilakukan pada kantung
aktif dari masing-masing reseptor dengan
posisi ligan hasil kristalografi dijadikan

6
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Tabel II. Hasil validasi reseptor 5HG7 Tabel III.Hasil docking metabolit
dan 5FED sekunder Brucea javanica
Reseptor 5HG7 5FED terhadap reseptor 5HG7 (1)
RMSD Ligan BJA BJB BTN BTL
1,505 1,957 ΔG
(Å) -9,93 -9,64 -8,27 -7,19
ΔG (kcal/mol)
-7,59 -7,63 Ki
(kcal/mol) 0,05267 0,08599 0,87240 5,37
Ki (µM)
2,72 2,55 718-Leu 718-Leu 718-Leu 718-Leu
(µM)
719-Gly 719-Gly 719-Gly 719-Gly
718-Leu 718-Leu 720-Ser 720-Ser 720-Ser 720-Ser
719-Gly 719-Gly - - - -
720-Ser - 726-Val 726-Val 726-Val 726-Val
723-Phe - 743-Ala 743-Ala 743-Ala 743-Ala
726-Val 726-Val - - - -
743-Ala 743-Ala - - - -
745-Lys 745-Lys - - - -
Residu Asam 775-Cys - - - - -
Amino 790-Met 790-Thr 792-Leu 792-Leu - -
Residu
793-Met 793-Met 793-Met 793-Met
791-Gln 791-Gln Asam
795-Phe 795-Phe - 795-Phe
- 792-Leu Amino
796-Gly 796-Gly 796-Gly 796-Gly
793-Met 793-Met 797-Cys 797-Cys 797-Cys 797-Cys
- 794-Pro - - - -
796-Gly 796-Gly 800-Asp 800-Asp - 800-Asp
844-Leu 844-Leu - - - -
856-Phe - - - - -
Ikatan - 841-Arg 841-Arg 841-Arg
2 0 - - 842-Asn -
Hidrogen
x=-13,489 x=-2,124 844-Leu 844-Leu 844-Leu 844-Leu
Koordinat - - - -
y=15,359 y=51,583
grid box 856-Phe 856-Phe 856-Phe 856-Phe
z=-25,336 z=-20,44 Ikatan
Ukuran grid 1 0 2 1
40x40x40 40x40x40 Hidrogen
box (Å)
Tabel IV. Hasil docking metabolit
Nilai RMSD pada masing-masing sekunder Brucea javanica
reseptor tidak ada yang lebih besar dari terhadap reseptor 5HG7 (2)
Ligan BCA BCB BCC BCD
2Å, yang menunjukkan bahwa posisi ligan ΔG
-8,08 -8,31 -8,52 -7,01
(kcal/mol)
hasil redocking tidak terlalu jauh dengan Ki
1,2 0,81349 0,56767 7,33
(µM)
ligan hasil kristalografi (Bissantz et al., 718-Leu 718-Leu 718-Leu 718-Leu
2000). Selanjutnya seluruh ligan uji 719-Gly 719-Gly 719-Gly -
720-Ser 720-Ser - -
dilakukan docking terhadap reseptor - - 723-Phe -
726-Val 726-Val 726-Val 726-Val
EGFR T790M-L858-V948R. Hasil 743-Ala 743-Ala 743-Ala 743-Ala
Residu
- - - -
docking ditunjukkan pada tabel III-VIII. Asam
- - - -
Amino
- - - -
- - - -
- - - 792-Leu
793-Met 793-Met - 793-Met
- - - -
796-Gly 796-Gly 796-Gly 796-Gly

7
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

797-Cys 797-Cys 797-Cys 797-Cys 718-Leu 718-Leu 718-Leu 718-Leu


- - - - 719-Gly 719-Gly 719-Gly 719-Gly
- - - - - - 720-Ser 720-Ser
- - - - 723-Phe - 723-Phe -
- - - - 726-Val 726-Val 726-Val 726-Val
841-Arg 841-Arg 841-Arg - 743-Ala 743-Ala - 743-Ala
842-Asn 842-Asn - - - - - -
844-Leu 844-Leu 844-Leu 844-Leu - - - -
- - - - - - - -
856-Phe 856-Phe 856-Phe 856-Phe - - - -
Ikatan - - - 792-Leu
2 2 1 1 Residu
Hidrogen 793-Met 793-Met - 793-Met
Asam
- - 795-Phe -
Amino
796-Gly 796-Gly 796-Gly 796-Gly
Tabel V. Hasil docking metabolit 797-Cys 797-Cys 797-Cys 797-Cys
sekunder Brucea javanica 799-Leu - - -
terhadap reseptor 5HG7 (3) - - 800-Asp 800-Asp
Ligan BCE BCF BCG BCH - - 801-Tyr -
ΔG - - 804-Glu -
-6,48 -7,09 -7,29 -6,48 - 841-Arg 841-Arg 841-Arg
(kcal/mol)
ki - 842-Asn - -
17,86 6,38 4,5 17,93 844-Leu 844-Leu - 844-Leu
(µM)
718-Leu 718-Leu 718-Leu 718-Leu - - - -
719-Gly 719-Gly 719-Gly 719-Gly 856-Phe 856-Phe 856-Phe -
- - - - Ikatan
2 1 5 3
- - 723-Phe - Hidrogen
726-Val 726-Val 726-Val 726-Val
743-Ala 743-Ala 743-Ala 743-Ala
Tabel VII. Hasil docking metabolit
- - - -
- - - - sekunder Brucea javanica
- 790-Met - 790-Met terhadap reseptor 5HG7 (5)
- 791-Gln - - Ligan BSC BSD BSE BSF
- 792-Leu - 792-Leu ΔG
Residu -7,65 -7,84 -6,2 -5,34
793-Met 793-Met 793-Met 793-Met (kcal/mol)
Asam
- - - - ki
Amino 2,45 1,78 28,44 122,13
796-Gly 796-Gly 796-Gly 796-Gly (µM)
797-Cys 797-Cys 797-Cys 797-Cys 718-Leu 718-Leu 718-Leu 718-Leu
- - - - 719-Gly 719-Gly 719-Gly 719-Gly
- - - - - 720-Ser 720-Ser -
- - - - - 723-Phe - -
- - - - 726-Val 726-Val - 726-Val
- - - - 743-Ala - - 743-Ala
- - - - - - - 745-Lys
844-Leu 844-Leu 844-Leu 844-Leu - - - 775-Cys
- - - - - - - 790-Met
856-Phe 856-Phe 856-Phe 856-Phe 791-Gln - - -
Residu
Ikatan 792-Leu - - -
3 2 2 2 Asam
Hidrogen 793-Met - 793-Met -
Amino
795-Phe 795-Phe - -
796-Gly 796-Gly 796-Gly 796-Gly
Tabel VI. Hasil docking metabolit 797-Cys 797-Cys 797-Cys 797-Cys
sekunder Brucea javanica - - - -
terhadap reseptor 5HG7 (4) 800-Asp 800-Asp 800-Asp -
Ligan BCI BLD BSA BSB - 801-Tyr - -
ΔG 804-Glu 804-Glu - -
-8,21 -7,49 -7,42 -7,12 841-Arg 841-Arg 841-Arg 841-Arg
(kcal/mol)
ki - - 842-Asn -
0,95929 3,25 3,63 5,99 844-Leu - 844-Leu 844-Leu
(µM)

8
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

- - - 854-Thr ki paling besar secara berturut-turut


- 856-Phe 856-Phe 856-Phe
Ikatan sebesar -5,34 kcal/mol dan 122,13 µM.
2 2 2 1
Hidrogen
Meskipun paling rendah, namun
Tabel VIII. Hasil docking metabolit bruceoside F masih menunjukkan nilai ΔG
sekunder Brucea javanica
terhadap reseptor 5HG7 (6) negatif, yang menunjukkan bahwa reaksi
Ligan BST CTN antara bruceoside F dan EGFR mutan
ΔG
-7,97 -7,26
(kcal/mol) T790M-L858R-V948R akan terjadi secara
ki
1,43 4,73 spontan (Kontoyianni et al, 2004). Hal
(µM)
718-Leu 718-Leu
719-Gly 719-Gly tersebut menunjukkan seluruh ligan uji
720-Ser 720-Ser memiliki afinitas dan mempunyai aktivitas
- 723-Phe
726-Val 726-Val sebagai inhibitor terhadap EGFR mutan
743-Ala 743-Ala
- - T790M-L858R-V948. Selanjutnya
- 775-Cys
- 790-Met bruceajavanin A dilakukan docking
- 791-Gln
- 792-Leu terhadap EGFR wild type. Hasil docking
Residu Asam 793-Met 793-Met ditunjukkan pada tabel IX.
Amino - -
796-Gly - Tabel IX. Perbandingan hasil docking
797-Cys - bruceajavanin A pada reseptor
- -
- - 5HG7 dan 5FED
- - Ligan Bruceajavanin A
- - Reseptor 5HG7 5FED
841-Arg - ΔG
-9,93 -7,98
842-Asn - (kcal/mol)
844-Leu 844-Leu Ki
0,05267 1,4
- - (µM)
856-Phe 856-Phe 718-Leu 718-Leu
Ikatan Hidrogen 1 1 719-Gly 719-Gly
720-Ser -
726-Val 726-Val
Hasil docking terhadap reseptor 743-Ala 743-Ala
- 744-Ile
EGFR T790M-L858R-V948R tersebut
- 745-Lys
menunjukkan perbedaan afinitas antar - 790-Thr
Residu Asam
792-Leu -
Amino
masing-masing ligan, dengan 793-Met 793-Met
795-Phe -
bruceajavanin A menunjukkan afinitas 796-Gly -
797-Cys 797-Cys
tertinggi dengan nilai ΔG paling negatif 800-Asp 800-Asp
844-Leu 844-Leu
dan ki paling kecil secara berturut-turut
- 855-Asp
sebesar -9,93 kcal/mol dan 0,05267 µM. 856-Phe -
Ikatan Hidrogen 1 0
Untuk afinitas terendah ditunjukkan oleh Ket : Warna hijau menunjukkan
bruceoside F dengan ΔG paling positif dan kesamaan residu asam amino

9
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Pada tabel IX dapat dilihat bahwa amino, sedangkan pada EGFR wild type
bruceajavanin A memiliki afinitas lebih interaksi lebih banyak terjadi pada daerah
tinggi pada EGFR mutan T790M-L858R- asam amino 743-745. Meski demikian
V948R dibandingkan EGFR wild type. pada EGFR mutan T790M-L858R-V948R
Nilai ki pada EGFR mutan T790M- interaksi justru tidak terjadi pada asam
L858R-V948R lebih kecil 26 kali lipat amino 790 yang mengalami mutasi.
dibandingkan EGFR wild type, yang Interaksi pada asam amino 790 justru
menunjukkan bahwa afinitas terjadi pada EGFR wild type. Dengan kata
bruceajavanin A 26 kali lipat lebih tinggi lain subtitusi dari asam amino threonin
pada EGFR mutan T790M-L858R-V948R dengan metionin pada residu nomor 790
dibandingkan EGFR wild type. Hasil secara signifikan menurunkan afinitas dari
tersebut menjelaskan bahwa bruceajavanin suatu ligan terhadap kantung aktif dari
A akan lebih cenderung untuk berinteraksi EGFR (Sakai et al., 2013; Suda et al.,
dengan sel NSCLC dengan EGFR yang 2009). Afinitas bruceajavanin A yang
termutasi dibandingkan dengan sel normal lebih tinggi pada EGFR mutan T790M-
dengan EGFR wild type. Dengan kata lain, L858R-V948R lebih dipengaruhi oleh
bruceajavanin A dapat menghambat EGFR banyaknya interaksi pada daerah asam
lebih selektif terhadap sel NSCLC amino nomor 790-800. Lebih jelasnya
dibandingkan sel normal. Hal tersebut dapat diamati pada visualisasi hasil
sekaligus menjelaskan mengapa ekstrak B. docking pada gambar 2.
javanica memiliki efek samping yang
relatif lebih rendah pada terapi kanker
dengan kombinasi antikanker lain (Ji et al.,
2015).
Pada tabel IX juga dapat diamati
pada kedua jenis reseptor tersebut terdapat
8 residu asam amino yang sama-sama (a)
berinteraksi (warna hijau pada tabel IX).
Hal yang menarik adalah pada EGFR
mutan T790M-L858R-V948R interaksi
banyak terjadi pada daerah hinge region
yaitu pada asam amino nomor 790-800
(Cappuzzo, 2014) dengan 6 residu asam

10
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

mengamati pengaruh interaksi pada asam


amino 795-Phe tersebut dapat diamati pada
Gambar 3.

(b)
Gambar 2. Perbandingan interaksi dari
bruceajavanin A pada reseptor
EGFR mutan T790M-L858R-
V948R (a) dan EGFR wild
type (b)
Pada gambar 2.a dapat dilihat
bahwa interaksi pada reseptor EGFR
mutan T790M-L858R-V948R didominasi
pada daerah asam amino 792-800.
Menarik untuk dicermati bahwa pada (a)

bruceajavanin A terdapat interaksi pada


asam amino 795-Phe yang terletak cukup
jauh dari kantung aktif EGFR (gambar
2.a), yang mana interaksi tersebut
disebabkan oleh rantai samping
dimethyloxirane dari bruceajavanin A.
Interaksi tersebut juga ditunjukkan pada
hasil docking bruceajavanin B yang juga
memiliki rantai samping serupa (Tabel I),
yang mana menyebabkan bruceajavanin B
menunjukkan afinitas yang juga relatif
tinggi dibandingkan metabolit sekunder B.
(b)
javanica lainnya (Tabel III). Hal tersebut
Gambar 3. Perbandingan posisi dari
menunjukkan bahwa interaksi pada asam bruceajavanin A (warna
amino 795-Phe tersebut memiliki peranan merah) hasil docking pada
reseptor EGFR mutan T790M-
penting untuk afinitas suatu ligan terhadap L858R-V948R (a) dan EGFR
kantung aktif dari EGFR. Untuk wild type (b)

11
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Pada gambar 3.a dapat dilihat dan EGFR wild type terutama dipengaruhi
bahwa posisi bruceajavanin A (warna oleh mutasi pada asam amino 790 yang
merah gambar 3) cenderung menyamping mempengaruhi orientasi bruceajavanin A
dan memberikan penampang yang lebih pada kantung aktif EGFR. Eksplorasi
besar untuk berinteraksi dengan kantung interaksi lebih lanjut pada daerah asam
aktif dari EGFR mutan T790M-L858R- amino 790-800 dapat dilakukan untuk
V948R. Hal tersebut tak lepas dari mutasi meningkatkan afinitas bruceajavanin A
pada asam amino 790 yang menyebabkan terhadap EGFR mutan T790M-L858R-
hilangnya hambatan sterik yang V948R, dengan asam amino 795-Phe
seharusnya ada pada bagian luar dari memiliki pengaruh penting terhadap
kantung aktif EGFR (Gambar 3.b). Mutasi afinitas ligan terhadap kantung aktif
tersebut juga mengubah bentuk hinge EGFR. Dengan demikian isolasi
region kantung aktif yang sebelumnya bruceajavanin A dari B.javanica dapat
cenderung dalam menjadi lebih dangkal, dilakukan untuk meningkatkan efektivitas
sehingga kemungkinan interaksi pada efek antiproliferatif dari metabolit
bagian hinge region asam amino nomor sekunder B. javanica.
790-800 menjadi lebih besar (Suda et al.,
2009). Dengan demikian, eksplorasi lebih UCAPAN TERIMAKASIH
lanjut pada daerah asam amino tersebut Penulis berterima kasih kepada
dapat dilakukan untuk meningkatkan Rektor Universitas Muhammadiyah
afinitas ligan terhadap kantung aktif EGFR Palangkaraya Dr. Bulkani, M.Pd. yang
mutan T790M-L858R-V948R, dan telah memberikan bantuan pendanaan
diharapkan dapat dikembangkan lebih jauh dalam rangka terlaksanakannya penelitian
untuk terapi NSCLC. ini.

IV. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Afinitas yang ditunjukkan oleh
Alves, I.A.B.S., H.M.Miranda,
bruceajavanin A terhadap EGFR mutan L.A.L.Soares, & K.P.Randau. 2014.
Simaroubaceae Family : Botany,
T790M-L858R-V948R dipengaruhi oleh
Chemical Composition and
subtituen dimethyloxirane dari rantai Biological Activities. Revista
Brasileira de Farmacognosia. Vo.
samping cincin tetrahidrofurannya.
24. 481-501.
Perbedaan afinitas dari bruceajavanin A Angelina, M., I.D.Dewijanti,
S.D.S.Banjarnahor, Megawati, &
pada EGFR mutan T790M-L858R-V948R

12
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

T.Yuliani. 2012. Acute Toxicity of Medical and Biological Research.


Brucea javanica Merril Leaves Vol. 47. No. 11. 929-939.
Extract on Mice. The Journal of Kim, R. & J.Skolnick. 2007. Assesment of
Tropical Life Science. Vol. 2. No. 2. Programs for Ligand Binding
29-31. Affinity Prediction. Journal of
Bissantz, C., G.Folkers, & D.Rognan. Computational Chemistry. 1-15.
2000. Protein-based Virtual Kitagawa, I., T.Mahmud, P. Simanjuntak,
Screening of Chemical Databases : K.Hori, T.Uji, & H.SHibuya. 1994.
Evaluation of Different Indonesia Medicinal Plants VII.
Docking/Scoring Combinations. Chemical Structures of Three New
Journal of Medicinal Chemistry.Vol Triterpenoids, Bruceajavanin A,
43. 4759-4767. Dihydrobruceajavanin A, and
Cappuzzo, F. 2014. Guide to Targeted Bruceajavanin B, and a New
Therapies : EGFR Mutations in Alkaloidal Glycosida,
NSCLC. Springer International Bruceacanthinoside, from The Stem
Publishing, Switzerland. of Brucea javanica (Simaroubaceae).
Chen, J.H., S.H.Kim, P.W.Fan, C.Y.Liu, Chemical and Pharmaceutical
C.H.Hsieh, & K.Fang. 2016. The Bulletin. Vol 42. 1416-1421.
Aqueous Extract of Chinese Kontoyianni, M., McClellan, & Sokol.
Medicinal Herb Brucea javanica 2004. Evaluation of Docking
Suppresses The Growth of Human Performance : Comparative Data on
Liver Cancer and The Derived Stem- Docking Algorithm. Journal of
like Cells by Apoptosis. Drug Medicinal Chemistry. Vol 47. 558-
Design, Development and Therapy. 565.
Vol. 10. 2003-2013. Kumala, S., E.P.Septisetyani, &
Choi, Y.W., L.J.Hodgkiss, & K.D.Hyde. E.Meiyanto. 2009. Fraksi n-
2005. Enzyme Production by Butanolik Kapang Endofit Buah
Endophytes of Brucea javanica. Makasar Meningkatkan Efek
Journal of Agricultural Technology. Apoptosis Doxorubicin pada Sel
55-66. MCF-7. Majalah Farmasi Indonesia.
Cosconati, S., S.Forli, A.L.Perryman, Vol. 20. No. 1. 42-47.
R.Harris, D.S.Goodsell, & Kuykendall, A. & A.Chiappori. 2014.
A.J.Olson. 2010. Virtual Screening Special Report: Advanced EGFR
with AutoDock : Theory and Mutation-Positive Non-Small-Cell
Practice. Expert Opinion Drug Lung Cancer: Case Report,
Discovery. Vol 5. No 6. 597-607. Literature Review, and Treatment
Ji, Z.Q., X.E.Huang, X.Y.Wu, J.Liu, Recommendations. Cancer Control.
L.Wang, & J.H.Tang. 2015. Safety Vol. 21. No. 1. 67-73.
of Brucea javanica and Cantharidin Liu, T.T., L.Q.Mu, W.Dai, C.B.Wang,
Combined with Chemotherapy for X.Y.Liu, & D.X.Xiang. 2016.
Treatment of NSCLC Patients. Asian Preparation, Characterization, and
Pacific Journal of Cancer Evalution of Antitumor Effect of
Prevention. Vol. 15. No. 20. 8603- Brucea javanica Oil Cationic
8605. Nanoemulsions. International
Jorge, S.E.D.C., S.S.Kobayashi, & Journal of Nanomedicine. Vol. 11.
D.B.Costa. 2014. Epidermal Growth 2515-2529.
Factor Receptor (EGFR) Mutations Lu, Y.Y., X.E.Huang, J.Cao, X.Xu,
in Lung Cancer : Preclinical and X.Y.Wu, J.Liu, J.Xiang, & L.Xu.
Clinical Data. Brazilian Journal of 2013. Phase II Study on Javanica Oil

13
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 1-14
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Emulsion Injection (Yadanzi®) Sakai, K., A.Horiike, D.L.Irwin, K.Kudo,


Combined with Chemotherapy in Y.Fujita, A.Tanimoto, T.Sakatani,
Treating Patients with Advanced R.Saito, K.Kaburaki, N.Yanagitani,
Lung Adenocarcinoma. Asian F.Ohyanagi, M.Nishio, & K.Nishio.
Pacific Journal of Cancer 2013. Detection of Epidermal
Prevention. Vol. 14. No. 8. 4791- Growth Factor Receptor T790M
4794. Mutation in Plasma DNA from
Morris, G. M., R.Huey, W.Lindstrom, Patients Refractory to Epidermal
M.F.Sanner, R.K.Belew, Growth Factor Receptor Tyrosine
D.S.Goodsell, & A.J.Olson. 2009. Kinase Inhibitor. Cancer Sciences.
Autodock4 and AutoDockTools4: 1-7.
Automated Docking with Selective Siegel, R.L., K.D.Miller, & A.Jemal. 2016.
Receptor Flexiblity. Journal of Cancer Statistics. CA : A Cancer
Computational Chemistry. Vol 16. Journal for Clinicians. Vol. 66. No.
2785-2791. 1. 7-30.
Nakao, R., C.Mizukami, Y.Kawamura, Suda, K., R.Onozato, Y.Yatabe, &
Subeki, S.Bawm, M.Yamasaki, T.Mitsudomi. 2009. EGFR T790M
Y.Maede, H.Matsuura, K.Nabeta, Mutation : A Double Role in Lung
N.Nonaka, Y.Oku, & K.Katakura. Cancer Cell Survival. Journal of
2009. Evaluation of Efficacy of Thoracic Oncology. Vol. 4. No. 1. 1-
Bruceine A, a Natural Quassinoid 4.
Compound Extracted from a Wagih, M.E., G.Alam, S.Wiryowidagdo,
Medicinal Plant, Brucea javanica, for & K.Attia. 2008. Improved
Canine Babesiosis. Journal of Production of The Indole Alkaloid
Veterinary Medical Science. Vol. 71. Canthin-6-one from Cell Suspension
No. 1. 33-41. Culture of Brucea javanica (L.)
O’Boyle, N., M.Banck, C.A.James, Merr. Indian Journal of Science and
C.Morley, T.Vandermeersch, & Technology. Vol. 1. No. 7. 1-6.
G.R.Hutchison. 2011. Open Babel : Widyantoro, A. 2014. Metabolit Sekunder
AN Open Chemical Toolbox. Prospektif dari Famili
Journal of Chemoinformatics. Vol 3. Simaroubaceae. Jurnal Penelitian
No. 33. Saintek. Vol. 19. No. 2. 14-22.
O’Donnel, G. & S.Gibbons. 2007.
Antibacterial Activity of Two
Canthin-6-one Alkaloids from
Allium neapolitanum. Phytotherapy
Research.
Ren, D., N.F.Villeneuve, T.Jiang, T.Wu,
A.Lau, H.A.Toppin, & D.D.Zhang.
2010. Brusatol Enhances The
Efficacy of Chemotherapy by
Inhibiting the Nrf2-mediated
Defense Mechanism. Proceedings of
the National Academy of Sciences. 1-
6.
Rothschild, S.I. 2015. Review : Targeted
Therapies in Non-Small Cell Lung
Cancer – Beyond EGFR and ALK.
Cancers. Vol. 7. 930-949.

14
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 15-24
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Penyusunan HACCP Plan Produksi Bakso Ikan di


UKM Pangasius Hypopthalmus NUA Banjarbaru
*Ricca Mailinda Sari, Alia Rahmi, dan Susi

Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat


*Email: riccamailinda@gmail.com

Abstrak
Produksi perikanan budidaya Indonesia menempati peringkat keempat dunia
pada tahun 2010 dan 2011, total produksi Ikan Patin nasional pada tahun 2012 juga
menempati urutan kedua terbesar dunia. Besarnya potensi sumberdaya perikanan
budidaya yang dimiliki oleh Indonesia dan produksinya menunjukkan bahwa
perikanan memiliki potensi yang baik untuk pemenuhan gizi masyarakat dan
pertumbuhan perekonomian, namun pengolahannya masih banyak dilakukan secara
tradisional dengan penanganan dan pengolahan yang kurang memperhatikan sanitasi
dan higiene. Sehingga, diperlukan acuan dalam pengelolaan mutu yaitu dengan
menggunakan prinsip-prinsip Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP).
Tujuan penelitian ini adalah menyusun HACCP Plan untuk proses produksi bakso ikan
di UKM Pangasius Hypopthalmus NUA guna menjamin keamanan produk yang
dihasilkan. Penerapan Pre-requisite Programme di UKM Pangasius Hypopthalmus
NUA berdasarkan aspek GMP termasuk kategori level IV (terendah), sedangkan SSOP
sudah dijalankan beberapa program sanitasi namun belum ada dokumen tertulis
sebagai kebijakan. Pada pengamatan mutu diketahui bahwa sejauh ini UKM Pangasius
Hypopthalmus NUA sudah dapat memproduksi bakso ikan patin yang sesuai dengan
SNI 7266:2014. Pada penyusunan HACCP Plan diidentifikasi 7 CCP, yaitu pada air
dan es (CCP-1), telur (CCP-2), thawing (CCP-3), pelumatan dan pencampuran (CCP-
4), penyimpanan bahan baku ikan (CCP-5), perebusan (CCP-6) dan penyimpanan
bakso ikan (CCP-7). Kendali kritis pada CCP-1 adalah dengan pengaturan suhu yaitu
dengan batas kritis minimal 100°C, CCP-3 maksimal 5°C, CCP-5 maksimal -18°C,
CCP-6 pada 90-100°C dan CCP-7 maksimal -18°C, sedangkan CCP-2 dan CCP-4
adalah tidak adanya kotoran/sisa bahan lain yang menempel pada bahan maupun alat.
Kata kunci: Bakso ikan, Keamanan pangan, HACCP, GMP, SSOP, UKM.

Abstract
Indonesian aquaculture production ranks fourth in the world in 2010 and 2011,
while total national production of Pangasius in 2012 ranks second in the world.
Indonesian aquculture resource shows good potential for the fulfillment of public nutrition
and economic growth. However, it is processing is still done traditionally with minimum
attention to sanitation and hygiene. This calls for the deployment of Hazard Analysis and
Critical Control Point (HACCP) principles to order to assure the safety of fisheries
product. The purpose of this study is to develop a HACCP Plan for fishball production
carried on UKM Pangasius Hypopthalmus NUA in order to ensure the safety of the
products produced. Pre-requisite Programme implementation in UKM Pangasius
hypopthalmus NUA i.e. GMP and SSOP indicated that the enterprise falls in level IV
category for GMP and no written document has been issued for the exist sanitation
program. Observation on the quality fishball produced by UKM Pangasius Hypopthalmus

15
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 15-24
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

NUA is in accordance with SNI 7266:2014. The deployment of 12 step (7-principles) of


HACCP, identifies 7 CCP they are on water and ice (CCP-1), egg (CCP-2), thawing (CCP-
3), size reduction and mixing (CCP-4), storage of fish (CCP-5), boiling (CCP-6) and
storage of fish balls (CCP-7). Critical control at CCP-1 is the temperature setting threshold
of at least 100° C, CCP-3 up to 5° C, CCP-5 up to -18° C, CCP-6 at 90-100° C and
maximum 18°C on CCP-7, while CCP-2 and CCP-4 is the absence of dirt and of other
materials on the material and tools.
Keywords: Fishball, Food Safety, HACCP, GMP, SSOP,UKM

I. PENDAHULUAN NUA merupakan salah satu UKM


Produksi perikanan budidaya Indonesia pengolahan hasil perikanan di Banjarbaru
menempati peringkat keempat dunia dengan dengan produksi bakso ikan yang memiliki
total produksi pada tahun 2010 sebanyak produktivitas cukup besar. penggunaan
2.305.000 ton dan 2.718.000 ton pada tahun
bahan baku ikan patin untuk produksinya
2011(FAO, 2012). Besarnya potensi
mencapai 100kg perbulan (Dinas
sumberdaya perikanan budidaya yang dimiliki
Perikanan Banjarbaru, 2014).
oleh Indonesia tersebut dan produksinya
Untuk meningkatkan mutu produk
menunjukkan bahwa perikanan memiliki
potensi yang baik untuk berkontribusi di
bakso ikan diperlukan suatu kesesuaian

dalam pemenuhan gizi masyarakat, khususnya dengan standar mutu yang berlaku. Dalam
protein hewani di samping kontribusinya lingkup nasional, standar mutu yang
dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. dipakai adalah adalah Standar Nasional
Ikan patin dinilai lebih aman untuk Indonesia (SNI). Selain itu, sebagai acuan
kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dalam pengelolaan mutu keamanan
dibandingkan dengan daging hewan ternak pangan, digunakan prinsip-prinsip Hazard
(Susanto dan Amri, 2002). Bakso ikan yang
Analysis and Critical Control Point
merupakan olahan ikan populer memiliki
(HACCP). HACCP bersifat sebagai sistem
potensi pasar yang baik. Pengolahan hasil
pengendalian mutu sejak bahan baku
perikanan di Indonesia banyak dilakukan
dipersiapkan sampai produk akhir
secara tradisional dengan modal dan skala
usaha kecil, sehingga penggunaan alat masih
diproduksi masal dan didistribusikan.

sederhana, selain itu penanganan dan Penerapan HACCP akan menjamin mutu
pengolahan kurang memperhatikan sanitasi keamanan dengan pengendalian pada titik
dan hygiene. Pengolahan hasil perikanan di kritis. Selain itu, HACCP juga dapat
Kalimantan Selatan sebagian besar berfungsi sebagai promosi perdagangan di
dilaksanakan oleh usaha kecil menengah era pasar global yang persaingannya
(UKM). UKM Pangasius Hypopthalmus semakin kompetitif.

16
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 15-24
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

II. METODE PENELITIAN PERKEPBPOM Tahun 2012, UKM


Tahap penelitian terdiri dari tahapan Pangasius Hypopthalmus NUA termasuk
seperti diuraikan diagram alir pada dalam kategori level IV. Sesuai dengan
Gambar 1. peraturan BPOM, level ini merupakan
Mulai level terendah dari kriteria maka perlu
dilakukan audit internal dengan frekuensi
Studi kepustakaan tentang produksi bakso ikan dan
HACCP setiap hari untuk perbaikan proses

Pengamatan kesiapan UKM untuk penerapan HAACP produksi bakso ikan patin di UKM
meliputi kondisi UKM dan penerapan Pre-requisite
programme serta evaluasi. Pangasius Hypopthalmus NUA.
b. Sanitation Standard Operating
Pengamatan terhadap mutu fisik, kimia dan biologis bahan
baku (ikan segar sesuai SNI 2729:2013, ikan beku sesuai
SNI 4110:2014, air sesuai SNI 01-3553-2006, es sesuai Procedure (SSOP)
SNI 4872:2015) dan produk bakso ikan sesuai SNI
7266:2014 serta analisis data. UKM Pangasius Hypopthalmus NUA
sudah menjalankan beberapa program
Melakukan penyusunan dan implementasi sistem HACCP
(12 tahap, 7 prinsip)
SSOP namun belum ada dokumen tertulis
Pengecekan kesiapan HACCP Plan dan dokumen sebagai kebijakan sanitasi yang mengatur
pendukungnya
keseluruhan aspek proses produksi.
Hasil Sehingga program SSOP harus dibuat dan
dipenuhi oleh UKM sebelum menerapkan
Gambar 1. Diagram alir tahap penelitian
HACCP.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Mutu Fisik, Kimia dan Biologis
1. Penerapan Pre-requisite Programme Mutu bahan baku yang digunakan
di UKM Pangasius Hypopthalmus UKM Pangasius Hypopthalmus NUA,
NUA yaitu :
a. Good Manufacturing Practices (GMP) a. Air proses
Good Manufacturing Practices (GMP) Dengan menggunakan standar SNI
adalah suatu pedoman cara berproduksi AMDK 01-3553-2006 dan Peraturan
makanan yang bertujuan agar produsen Menteri Kesehatan Nomor
memenuhi persyaratan–persyaratan yang 492/MENKES/PER/IV/2010 diketahui
telah ditentukan untuk menghasilkan bahwa air proses yang digunakan UKM
produk makanan bermutu dan sesuai Pangasius Hypopthalmus NUA memenuhi
dengan tuntutan konsumen. Berdasarkan standar parameter kimia terdapat beberapa
hasil pemeriksaan sarana produksi pangan nilai yang melebihi batas maksimum yaitu
industri rumah tangga berdasarkan kalium permanganat dan amonium. Kadar

17
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 15-24
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

kalium permanganat dan amonium pada Kadar mangan pada es memang lebih
air memang lebih tinggi dibandingkan tinggi dibandingkan standar, namun karena
standar, namun karena penggunaan air perbandingan penggunaan es batu dan
proses ini hanya sebagai bahan penolong bahan baku ikan patin yaitu 1:7,5 maka
maka resiko kalium permanganat dan penyerapan mangan dari es batu dalam
amonium pada produk sangat rendah jauh produk berada pada jumlah yang lebih
di bawah batas aman. Pada parameter kecil lagi di bawah batas aman.
mikrobiologi, nilai angka lempeng total c. Ikan patin segar
lebih tinggi dan uji Salmonella Dengan menggunakan standar SNI 01-
menunjukkan hasil yang positif, namun air 2729.2-2006, yaitu berdasarkan parameter
baku untuk produksi ini kemudian akan kenampakan, bau dan tekstur menun-
diberi perlakuan pemanasan hingga jukkan bahwa ikan patin yang merupakan
mendidih pada suhu 100oC kemudian bahan baku dalam pengolahan bakso ikan
digunakan untuk proses perebusan bakso di UKM Pangasius Hypopthalmus NUA
ikan. Menurut International Dairy ini telah sesuai standar yaitu mendapatkan
Federation (1986) pada suhu pasteurisasi nilai 8 (standar 7).
mikroorganisme tidak tahan panas yaitu d. Fillet ikan patin
bakteri patogen dan bakteri pembusuk Dengan menggunakan standar SNI
seperti Salmonella dapat dibunuh. 4110:2014 (persyaratan mutu dan
b. Es batu keamanan pangan ikan beku). Hasil
Dengan menggunakan standar SNI pengujian fillet ikan patin beku yang telah
4872:2015 (persyaratan mutu es yang disimpan selama 1 bulan di dalam freezer
digunakan dalam proses penanganan dan dengan suhu penyimpanan beku ≤-18oC
pengolahan ikan) yaitu berdasarkan syarat telah sesuai standar cemaran mikroba dan
mutu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor logam.
492/MENKES/PER/IV/2010 didapatkan Mutu produk akhir bakso ikan patin
hasil bahwa semua parameter sudah sesuai Bakso ikan segar dan Bakso ikan yang
dengan standar yang berlaku kecuali telah mengalami penyimpanan pada
parameter mangan. Batas maksimal lemari pendingin selama 1 bulan, yaitu
standar parameter mangan yaitu 0,4 mg/l waktu rata-rata penyimpanan sebelum
sedangkan nilai hasil uji sedikit lebih bakso ikan dikonsumsi. Hasil uji kimia
tinggi yaitu sebesar 0,46 mg/l. kedua sampel bakso yaitu cemaran logam
dan uji mikroba diketahui bahwa kedua

18
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 15-24
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

sampel telah sesuai standar yaitu memiliki Identifikasi pengguna produk


nilai yang lebih rendah dibandingkan Bakso ikan patin adalah jenis produk
dengan standar persyaratan mutu dan beku (frozen) yang harus dimasak kembali
keamanan bakso ikan (SNI 7266:2014) saat akan dikonsumsi. Produk ini dapat
3. Penyusunan Hazard Analisis and dikonsumsi oleh semua orang kecuali bayi
Critical Control Point (HACCP) usia 0-6 bulan. Produk ini juga tidak
Tim HACCP ditujukan secara khusus untuk kelompok
Tim penyusunan HACCP Plan terdiri populasi tertentu.
dari pihak internal maupun eksternal Penyusunan diagram alir
UKM, yaitu: Diagram alir proses produksi bakso ikan
1. Pemilik UKM Pangasius Hypopthalmus patin dapat dilihat pada Gambar 2.
NUA
2. Karyawan bagian penerimaan dan Ikan
patin
penyiapan bahan baku
3. Karyawan bagian proses dan
Dicuci
pengemasan
4. Pegawai Dinas Perikanan Kota
Difillet Dicuci Dikemas Ditimbang
Banjarbaru
5. Penulis
Deskripsi produk Disimpan Thawing
di Freezer t= 10 jam Dilumatkan
Digiling dan
Deskripsi produk bakso ikan patin t ≤ 1 bulan T= 25-
T≤ -18oC 30oC dicampur
UKM Pangasius Hypopthalmus NUA
Banjarbaru dapat dilihat pada Tabel 1.
Dimasukan dalam Direbus dalam
air panas air mendidih
Tabel 1.Deskripsi produk bakso ikan patin Dicetak
t= 5 menit T= 65- t= 10-15 menit
UKM Pangasius Hypopthalmus NUA 80oC T=90-100oC
Banjarbaru.
Nama produk Bakso ikan patin beku
Disimpan
Komposisi Daging ikan patin, tepung Diangkat,ditir dalam
Ditimbang Dikemas
tapioka, susu, telur, kaldu iskan dan freezer
ayam, merica, garam dan didinginkan
gula.
Pengemasan primer Pengemas plastik Gambar 2. Diagram alir proses produksi
Pengemas sekunder Box pendingin bakso ikan patin
Metode pengawetan Beku
Kondisi penyimpanan Beku Verifikasi diagram alir
Cara distribusi Dengan box pendingin
Masa kadaluarsa < 6 bulan Verifikasi diagram alir dilakukan
Persyaratan konsumen SNI 7266:2014
Tujuan konsumen Umum dengan observasi di lapangan beberapa
Cara penyiapan Dimasak terlebih dahulu
konsumsi kali dengan didampingi oleh pemilik UKM
Pangasius Hypopthalmus NUA, diagram

19
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 15-24
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

alir yang digunakan pada Gambar 2 telah bahan baku pada suhu beku -18°C dan
sesuai atau terverifikasi. tahap perebusan suhu 90-100oC selama 10-
Analisa bahaya (Prinsip 1) 15 menit mematikan bakteri, namun
Analisa bahaya dilakukan mulai dari terdapat jeda waktu yang cukup panjang
kedatangan bahan baku dari supplier selama penyimpanan bahan baku dan pada
sampai produk dipasarkan ke konsumen. saat proses thawing sampai dengan
Tahap analisa bahaya yang pertama pencetakan adonan sebelum dilakukan
dilakukan yaitu identifikasi bahaya pada pemanasan juga dimungkinkan terjadinya
setiap bahan baku dan juga tahapan proses perkemba- ngan bakteri pada suhu ruang.
produksi yang dilaksanakan. Hazard atau Sehingga sebaiknya air yang digunakan
bahaya digolongkan menjadi 3 jenis yaitu pada saat penanganan bahan baku adalah
kimia, biologi, dan fisik. Bahaya yang air yang sudah direbus sehingga tidak
teridentifikasi selanjutnya ditentukan mengandung bahaya biologi seperti bakteri
signifikansinya dengan berdasarkan patogen Escherichia coli dan Salmonella.
tingkat keparahan (severity) dan peluang 2. Telur
terjadinya (likelihood). Bahaya biologi pada telur berupa

Penentuan CCP (Prinsip 2) bakteri patogen Salmonella. Faktor yang


Penentuan CCP dilakukan dengan berpengaruh besar dalam pencegahan
bantuan pohon keputusan. Pohon bakteri Salmonella pada telur ini adalah
keputusan merupakan seri pertanyaan logis kebersihan kandang di tingkat supplier
yang menanyakan potensi setiap bahaya. (peternakan). Jika kebersihan kandang
Digunakan 2 jenis pohon keputusan yaitu terjaga, maka kemungkinan besar unggas
untuk penetapan CCP pada bahan baku tidak akan terinfeksi Salmonella. Hal lain
dan pada tahapan proses. yang harus diperhatikan adalah
Critical Control Point (CCP) yang penanganan telur, apabila penanganan
teridentifikasi dari bahan baku dan tahapan telur tidak dilakukan dengan baik,
proses yaitu: misalnya kotoran unggas masih menempel
1. Air dan es pada cangkang telur, maka kemungkinan
Bahaya biologi pada bahan baku air Salmonella dapat mencemari telur
dan es yang digunakan dalam proses terutama saat dipecah sehingga kebersihan
produksi bakso ikan patin merupakan selama penyimpanan produk harus sangat
CCP, meskipun pada tahapan berikutnya diperhatikan (Jawetz & Adelberg`s, 1996;
dalam proses produksi yaitu penyimpanan Jurnal Litbang Pertanian, 2007 dan

20
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 15-24
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Erianto, 2007). Hal yang dapat dilakukan yang harus dikendalikan yaitu dengan
UKM Pangasius Hypopthalmus NUA menerapkan GMP dan SSOP selama
dalam mengendalikan bahaya pada telur proses penggilingan yaitu kebersihan pada
ini yaitu dengan memilih bahan baku telur alat dan tempat penggilingan.
yang tidak terdapat kotoran yang 5. Penyimpanan bahan baku ikan patin
menempel pada cangkang telur dan telur Proses penyimpanan bahan baku ikan
yang akan digunakan harus dilakukan patin kemungkinan terdapat jenis bahaya
pencucian terlebih dahulu agar kotoran biologis berupa cemaran mikroba. Tahap
yang ada pada cangkang tidak mencemari ini dirancang spesifik untuk mengurangi
bagian dalam telur. bahaya dan menjaga kualitas bahan baku
3. Thawing sampai batas aman yaitu dengan
Pada proses thawing, bahan baku yang penyimpanan suhu beku lebih rendah dari
beku dicairkan agar menjadi lunak -18oC. Sejauh ini berdasarkan hasil
sehingga dapat diproses. Proses thawing pengamatan mutu pada bahan baku fillet
sangat mempengaruhi mutu biologi dari ikan patin yang telah mengalami
bahan baku dikarenakan suhu thawing penyimpanan 30 hari didapatkan hasil
yang lebih tinggi dari suhu pembekuan bahwa uji cemaran mikroba menunjukkan
dapat menyebabkan terjadinya nilai yang telah sesuai standar.
pertumbuhan bakteri yang sempat 6. Perebusan
terinaktivasi selama suhu pembekuan. Perebusan merupakan tahapan proses
Kontrol terhadap suhu thawing dan lama yang dilakukan selama kurang lebih 10-15
waktu thawing menjadi penting untuk menit pada suhu 90-100C hingga bakso
mencegah kontaminasi biologi. ikan matang. Proses perebusan ini
4. Pelumatan dan pencampuran merupakan proses penting karena suhu
Proses pelumatan dan pencampuran perebusan akan mempengaruhi kualitas
bahan ini bertujuan untuk membuat bakso dan tekstur yang dihasilkan. Selain
adonan bakso. Tahapan proses pelumatan itu, perebusan merupakan salah satu proses
dan pencampuran adonan dilakukan di yang dilakukan untuk mengendalikan dan
tempat penggilingan daging umum, mengurangi mikroba patogen yang
dimana alat ini digunakan bersama-sama mungkin ada selama proses produksi.
dengan konsumen lain yang menggiling 7. Penyimpanan bakso ikan patin beku
daging ikan. Proses ini menjadi CCP Pada proses penyimpanan bakso ikan
dikarenakan terdapat bahaya kontaminasi patin kemungkinan terdapat jenis bahaya

21
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 15-24
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

biologis berupa cemaran mikroba penyimpanan bahan baku ikan patin,


Salmonella, E. Coli, V. Cholera dan V. perebusan dan penyimpanan bakso ikan
Parahaemoliticus. Tahap ini dirancang patin beku sebagai titik kendali kritis atau
spesifik untuk mengurangi bahaya dan CCP haruslah dipantau atau dimonitor
menjaga kualitas bahan baku sampai batas keberadaannya.
aman yaitu dengan penyimpanan suhu Penetapan Tindakan Koreksi (Prinsip 5)
o
beku lebih rendah dari -18 C. Tindakan koreksi adalah segala
Penetapan batas kritis (critical limit) tindakan yang diambil saat hasil
untuk setiap CCP (Prinsip 3) pemantauan/monitoring CCP mengindika-
Batas kritis adalah kriteria yang sikan hilangnya kendali.
membedakan parameter yang dapat Penetapan Prosedur Verifikasi (Prinsip
diterima atau parameter yang tidak dapat 6)
Tindakan verifikasi merupakan suatu
diterima/ditolak pada produk/tahapan
kegiatan penerapan metode-metode,
proses. Penetapan batas kritis untuk untuk
prosedur pengujian dan analisis serta
bahaya pada proses produksi pembuatan
evaluasi lain sebagai tambahan dalam
bakso ikan patin sebagai (CCP) ditetapkan
sistem pemantauan untuk mengetahui dan
berdasarkan Standar Nasional Indonesia
memastikan efektifitas terhadap HACCP
(SNI) untuk air dan es (CCP-1) sesuai
Plan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Penetapan Penyimpanan Catatan dan
492/MENKES/PER/IV/2010, telur (CCP-
Dokumentasi (Prinsip 7)
2) berdasarkan kebersihan cangkang telur,
Dokumentasi ini berfungsi sebagai
penyimpanan bahan baku fillet ikan patin
acuan dan bukti penerapan HACCP.
beku dan thawing (CCP-3 dan CCP-4)
Penentuan sistem dokumentasi bertujuan
sesuai SNI ikan beku 4110:2014,
untuk menjaga dan mempermudah
pelumatan dan pencampuran (CCP-4)
pengendalian atau pembaharuan
berdasarkan kebersihan alat, perebusan
(updating) catatan dan HACCP Plan.
dan penyimpanan produk bakso ikan
Rekaman monitoring yaitu berupa form
(CCP-6 dan CCP-7) sesuai SNI bakso ikan
yang diisi dan disimpan untuk setiap CCP.
7266:2014.
HACCP Plan produksi bakso ikan
Penetapan sistem pemantauan
patin di UKM Pangasius Hypopthalmus
untuk setiap CCP (Prinsip 4)
NUA selengkapnya dapat dilihat pada
Batas kritis berupa bahaya biologis
Tabel 2.
bakteri patogen pada tahapan

22
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 15-24
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Tabel 2. HACCP Plan produksi bakso ikan patin UKM Pangasius Hypopthalmus NUA

Prosedur Monitoring
Tindakan
Verifikasi Rekaman
Koreksi
CCP Batas kritis (Apa & (Records)
Apa Dimana Bagaimana Kapan Siapa (Apa &
Siapa)
Siapa)

Prinsip 2 Prinsip 3 Prinsip 4 Prinsip 5 Prinsip 6 Prinsip 7


Bahan baku air dan Air sudah direbus dengan suhu Suhu perebusan air Panci Pengukuran dengan Setiap Penanggung jawab Jika suhu tidak tercapai 100ºC lakukan Verifikasi batas kritis, review catatan, Form 2.0.
es 100°C selama 10 menit perebusan termometer proses produksi penambahan suhu perebusan dan waktu kalibrasi alat dan pastikan staff Monitoring CCP-1
perebusan ditambah 15 menit bertanggung jawab sistem berjalan
baik
Bahan baku telur Tidak ada kotoran pada Kotoran Cangkang Diperiksa secara visual Setiap akan Penanggung jawab Jika terdapat kotoran dilakukan pencucian Verifikasi batas kritis, review catatan Form 2.0.
cangkang telur telur digunakan produksi ulang telur dan pastikan staff bertanggung jawab Monitoring CCP-2
sistem berjalan baik
Thawing Suhu chiller yang digunakan Suhu chiller dan Cold storage Pengukuran suhu Setiap Penanggung jawab Jika suhu bahan >8°C segera proses Verifikasi batas kritis, review catatan, Form 3.0.
dalam proses thawing ≤ 5°C suhu bahan chiller dan bahan proses Produksi produk kalibrasi alat dan pastikan staff Monitoring CCP-3
dengan suhu bahan 8°C pada secara benar dan teliti bertanggung jawab sistem berjalan
akhir thawing baik
Pelumatan dan Tidak ada sisa bahan lain Alat food Di tempat Diperiksa secara visual Setiap Penanggung jawab Jika terdapat sisa bahan lain dilakukan Verifikasi batas kritis, review catatan Form 4.0.
pencampuran dibagian dalam alat yang processor penggilingan sebelum Produksi pembersihan ulang dan pastikan staff bertanggung jawab Monitoring CCP-4
bersentuhan dengan adonan daging umum proses sistem berjalan baik
Penyimpanan Suhu penyimpanan beku ≤ - Suhu penyimpanan Freezer Pengukuran suhu 4 jam sekali Penanggung jawab Jika suhu freezer > - 18oC selama lebih Verifikasi batas kritis, review catatan, Form 5.0.
bahan baku ikan 18oC penyimpanan secara Produksi dari 4 jam maka cek suhu fillet ikan patin, kalibrasi alat dan pastikan staff Monitoring CCP-5
patin teliti dan benar apabila sudah memperlihatkan tanda-tanda bertanggung jawab sistem berjalan
thawing, pindahkan makanan ke freezer baik
lain yang memiliki suhu sesuai standar.
Segera perbaiki freezer tersebut dan jika
bahan telah lembek maka harus segera
diproses pemasakan.
Perebusan Perebusan bakso dengan suhu ≥ Suhu perebusan Panci Pengukuran suhu Setiap Penanggung jawab Jika suhu tidak tercapai 100ºC lakukan Dokumen pencatatan suhu, dokumen Form 6.0
90C selama 10 menit perebusan perebusan dengan proses Produksi penambahan suhu perebusan dan waktu verifikasi, kalibrasi alat dan pastikan Monitoring CCP-6
thermometer perebusan ditambah 15 menit staff bertanggung jawab bahwa sistem
berjalan baik
Penyimpanan Suhu penyimpanan beku ≤ - Suhu penyimpanan Freezer Pengukuran suhu 4 jam sekali Penanggung jawab Jika suhu freezer > - 18oC selama lebih Verifikasi batas kritis, review catatan, Form 7.0
bakso ikan patin 18oC penyimpanan Produksi dari 4 jam maka cek suhu bakso ikan kalibrasi alat dan pastikan staff Monitoring CCP-7
patin, apabila sudah memperlihatkan bertanggung jawab bahwa sistem
tanda-tanda thawing, pindahkan makanan berjalan baik
ke freezer lain yang memiliki suhu sesuai
standar. Segera perbaiki freezer tersebut
dan jika bahan telah lembek maka harus
segera diproses pemasakan/perebusan.

23
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 15-24
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

IV. KESIMPULAN program beasiswa penelitian Indofood


Penerapan Pre-requisite Programme di Riset Nugraha (IRN) 2015-2016.
UKM Pangasius Hypopthalmus NUA,
berdasarkan hasil pemeriksaan sarana DAFTAR PUSTAKA
produksi pangan industri rumah tangga Amri, K dan Khairuman. 2008. Buku
Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.
termasuk dalam kategori level IV AgroMedia Pustaka. Jakarta
(terendah), sedangkan untuk SSOP, [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006.
SNI 01-2729.2-2006 Ikan Segar
beberapa program sanitasi sudah bagian 2: Persyaratan Bahan Baku.
dijalankan namun belum ada dokumen BSN. Jakarta.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2014.
tertulis. Pada pengamatan mutu, UKM SNI 4110:2014 Ikan Beku. BSN.
Pangasius Hypopthalmus NUA sudah Jakarta.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2014.
dapat memproduksi bakso ikan patin yang SNI 7266:2014 Bakso Ikan. BSN.
sesuai dengan standar SNI 7266:2014. Jakarta.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2015.
Pada penerapan 12 tahap/7 prinsip SNI 01-3553-2006 Air Minum
HACCP ditetapkan 7 CCP yang Dalam Kemasan. BSN. Jakarta
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2015.
didokumentasikan dalam HAACP plan. SNI 4872:2015 Es Untuk
Tujuh CCP tersebut adalah pada air dan es Penanganan Dan Pengolahan Ikan.
BSN. Jakarta
(CCP-1), telur (CCP-2), proses thawing Dinas Perikanan Banjarbaru. 2014. Data
(CCP-3), pelumatan dan pencampuran UKM Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan. Banjarbaru.
(CCP-4), penyimpanan bahan baku ikan Erianto, Dadang. 2007. Penugasan Blok
(CCP-5), perebusan (CCP-6) dan KBTI Artikel Ilmiah Shigellosis.
Fakultas Kedokteran Universitas
penyimpanan bakso ikan (CCP-7). Kendali Islam Indonesia. Jakarta.
kritis pada CCP-1, CCP-3, CCP-5, CCP-6 FAO, 2012. Produksi Perikanan Budidaya
Dunia. 2012.
dan CCP-7 adalah dengan pengaturan suhu [IDF] International Dairy Federation.
yaitu dengan batas kritis minimal 100°C; 1983. Pasteurizing Plant Manual.
The Society of Dairy Technology. 72
maksimal 5°C; maksimal -18°C; 90- Ermine Street, Huntingdo.
100°C; maksimal -18°C, sedangkan CCP- Jawetz, M dan Adelberg`s. 1996.
Mikrobiologi Kedokteran. Salemba
2 dan CCP-4 adalah tidak adanya Medica, Jakarta.
kotoran/sisa bahan lain yang menempel. [MENKES] Menteri Kesehatan. 2010.
492/Menkes/Per/IV/2010
Persyaratan kualitas air minum.
UCAPAN TERIMA KASIH Jakarta.
Susanto, H dan K. Amri. 2002. Budidaya
Penelitian ini dibiayai oleh PT. Ikan Patin. Penebar Swadaya.
Indofood Sukser Makmur Tbk untuk Jakarta

24
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Persepsi Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit PKU


Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta terhadap
Kualitas Obat Generik Ditinjau dari Dimensi
Safety, Efficacy, dan Acceptability
*Nurul Mardiati1, Sampurno2, Chairun Wiedyaningsih3
1
Sekolah Tinggi Farmasi Borneo Lestari, Banjarbaru
2
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta
3
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
*Email: nurulmardiati2007@gmail.com

ABSTRAK
Roadmap upaya peningkatan penggunaan obat generik sebenarnya sudah
dilakukan pemerintah jauh sebelum resmi memberlakukan skema Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Akan tetapi persepsi pasien terhadap obat generik di masa penerapan
JKN ini dinilai oleh banyak pengamat masih buruk. Obat generik masih dianggap
sebagai obat murah sehingga mutunya diragukan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui persepsi pasien terhadap kualitas obat generik ditinjau dari dimensi safety,
efficacy, dan acceptability. Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitik
dengan pendekatan kuantitatif, desain survey cross sectional. Jumlah sampel sebanyak
150 responden. Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data yaitu
analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pasien terhadap
kualitas obat generik mayoritas tergolong baik yaitu sebesar 113 responden (75,3%).
Rata-rata skor mulai dari yang terbesar berturut-turut safety (3,02); efficacy (2,75); dan
acceptability (2,73). Seluruh rata-rata skor jawaban responden pada item-item
pernyataan dimensi safety, efficacy, dan acceptability menunjukkan persepsi yang baik
pasien terhadap kualitas obat generik.
Kata kunci: Persepsi Pasien, Kualitas, Obat Generik

ABSTRACT
Roadmap for improving the use of generik drugs actually has been done long
before the government commit officially JKN scheme. However, the patient's perception of
generik drugs is still bad in JKN era by considering many observers. Generic drugs are still
regarded as a cheap drug so its quality is doubtful.This study was conducted to determine
the patient’s perception about quality of generik drugs which was studied based on safety,
efficacy, and acceptability dimensions. The design of this research is descriptive-analytic
study with a quantitative approach, cross-sectional survey. The sample size was 150
respondents. Research of tools used was questionnaire. Data analysis was descriptive test.
The results of the research showed that the majority of patients (75,3%) have good
perception to the quality of generic drugs. Average score from the largest sequentially
safety (3,02), efficacy (2,75), and acceptability (2,73). All of average score of respondents'
answers on items safety, efficacy, and acceptability dimensions showed good perception of
patients on the quality of generic drugs.
Keywords: Patient’s perception, Quality, Generik drug

25
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

I. PENDAHULUAN 2012). Salah satu implikasi yang


Semua warga negara berhak atas diharapkan dari kebijakan tersebut adalah
kesehatannya termasuk masyarakat miskin. meningkatnya penggunaan obat generik.
Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem Mayoritas konsumen Indonesia
yang mengatur pelaksanaan bagi upaya menganggap obat generik sebagai obat
pemenuhan hak warga negara untuk tetap berkualitas rendah dengan harga rendah
hidup sehat dengan mengutamakan pada (Jakarta Post, 2010). Persepsi tersebut
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. pada dasarnya tidak benar sebab industri
Sebagaimana diamanatkan konstitusi dan farmasi merupakan salah satu industri
Undang-undang Republik Indonesia No. yang regulasinya paling ketat. Pemerintah
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan menerapkan standar manufaktur nasional
Sosial Nasional, dalam rangka memenuhi ketat yang dikenal sebagai CPOB (Cara
hak masyarakat memasuki tahun 2014 Pembuatan Obat yang Baik) atau c-GMP
pemerintah telah secara resmi (Current Good Manufacturing Practice)
menggulirkan skema Jaminan Kesehatan (Priyambodo, 2007). Setiap obat baik obat
Nasional (JKN). generik maupun obat branded generik dan
Sistem jaminan ini akan paten harus memenuhi standar kualitas
menciptakan perubahan mendasar di sebelum diluncurkan ke pasar. Dimensi
bidang sistem jaminan kesehatan seperti kualitas obat menurut konsumen
penataan standardisasi pelayanan, menggunakan dimensi yang sesuai dengan
standardisasi tarif, penataan formularium, dimensi kualitas yang digunakan di
dan penggunaan obat rasional yang seluruh dunia oleh pemerintah dalam
berdampak pada kendali mutu dan kendali menilai kualitas obat. Pemerintah di
biaya. Upaya-upaya tersebut pada aspek seluruh dunia menilai kelayakan obat yang
pelayanan obat sendiri, maka seluruh diluncurkan ke pasar berdasarkan pada
fasilitas kesehatan diwajibkan mengacu safety, efficacy, dan acceptability (Firth,
pada Formularium Nasional (Fornas). 2001).
Obat-obatan dalam Fornas ini sebagian Roadmap upaya meningkatkan
besar merupakan obat generik. Hal ini penggunaan obat generik sebenarnya
berkaitan dengan keputusan pemerintah sudah dilakukan pemerintah jauh sebelum
agar dibudayakan penggunaan obat resmi menggulirkan skema JKN, dimulai
generik karena obat generik berkhasiat dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri
baik dengan harga ekonomis (Anonim, Kesehatan No. 085/Menkes/PER/I/1989

26
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

tentang Kewajiban Menuliskan Resep ditinjau dari dimensi safety, efficacy, dan
dan/atau Menggunakan Obat Generik di acceptability.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
(dicabut dan dinyatakan tidak berlaku II. METODE PENELITIAN
digantikan dengan Peraturan Menteri A. Jenis Penelitian
Kesehatan Republik Indonesia No. Rancangan penelitian ini adalah
HK.02.02/MENKES/068/I/2010). penelitian deskriptif-analitik dengan
Demikian pula dengan dikeluarkannya pendekatan kuantitatif, desain survey cross
Peraturan Menteri Kesehatan No. sectional. Alat yang digunakan dalam
988/MENKES/SKNIII/2004 tentang pelaksanaan penelitian ini adalah
pencantuman nama generik pada label obat kuesioner. Jumlah sampel yang digunakan
(dicabut dan dinyatakan tidak berlaku dalam penelitian ini dihitung dengan
digantikan dengan Keputusan Menteri menggunakan rumus Slovin, diperoleh 150
Kesehatan Menteri Kesehatan Republik responden. Cara pengambilan sampel
Indonesia No. 068/MENKES/SK/II/2006. dilakukan dengan simple random
Akan tetapi persepsi pasien sampling. Subyek penelitian yang
terhadap obat generik di masa penerapan digunakan dalam penelitian ini adalah
JKN ini dinilai oleh banyak pengamat pasien rawat jalan di RS PKU
masih buruk, salah satunya yang Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta.
menyatakan bahwa masih ada persepsi B. Tempat dan Waktu Penelitian
yang salah tentang obat generik, yaitu obat Penelitian ini dilakukan di RS PKU
generik dianggap sebagai obat murah Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta. Waktu
sehingga mutunya diragukan (Binfar penelitian dilaksanakan pada bulan Januari
Kementerian Kesehatan RI, 2014). 2015-Februari 2015.
Persepsi pasien yang buruk terhadap C. Analisis Data
obat generik dapat mengakibatkan sugesti Analisis deskriptif digunakan untuk
yang buruk sehingga mempengaruhi mendeskripsikan persepsi pasien terhadap
pengalaman kesembuhan pasien (Waber obat generik diinjau dari dimensi safety,
et al., 2008). efficacy, dan acceptability berdasarkan
Tujuan penelitian ini adalah untuk skor jawaban responden. Persepsi pasien
mengetahui persepsi pasien rawat jalan di terhadap obat generik diinjau dari dimensi
RS PKU Muhammadiyah unit 1 safety, efficacy, dan acceptability
Yogyakarta terhadap kualitas obat generik digolongkan ke dalam empat kategori

27
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

yaitu sangat baik, baik, buruk, dan sangat terhadap kualitas obat generik ditinjau dari
buruk. dimensi safety dapat dilihat tabel 2.
Dimensi safety merupakan syarat
III. HASIL DAN PEMBAHASAN kualitas yang menyangkut keamanan obat
A. Analisis Deskriptif Persepsi Pasien termasuk efek samping yang
terhadap Kualitas Obat Generik
ditimbulkannya (Departemen Kesehatan
Persepsi pasien rawat jalan di RS RI, 1983). Safety menurut konsumen
PKU Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta didefinisikan sebagai tingkat konsekuensi
terhadap kualitas obat generik dapat dilihat atau resiko atas penggunaan obat, merujuk
pada tabel I. kepada potensi adanya efek samping dan
kontraindikasi (Urbanus, 2013).
Tabel I. Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS PKU Berdasarkan tabel II, dapat
Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat
Generik diketahui bahwasanya rata-rata skor
Persepsi Pasien terhadap Jumlah Persentase
Kualitas Obat Generik jawaban responden terkait dimensi safety
Sangat baik 11 7,3%
Baik 113 75,3% adalah 3,02. Hal ini bermakna bahwasanya
Buruk 26 17,3%
Sangat buruk 0 0% kualitas obat generik dari dimensi safety
secara rata-rata dipersepsikan dengan baik
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwasanya
oleh responden. Pasien secara umum
dari 150 responden, persepsi pasien
percaya dengan safety obat generik. Skor
terhadap kualitas obat generik mayoritas
rata-rata jawaban responden dari dimensi
yaitu sebesar 113 responden (75,3%)
safety berdasarkan analisis data yang
tergolong baik. Secara umum baik dari
dilakukan merupakan skor yang tertinggi
dimensi safety, efficacy, maupun
dibandingkan dengan kedua dimensi
acceptability mayoritas pasien memiliki
lainnya, yaitu efficacy dan acceptability.
persepsi yang baik terhadap kualitas obat
Hal ini bermakna bahwa safety
generik.
merupakan dimensi kualitas yang
dipersepsikan paling baik oleh pasien
B. Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS
PKU Muhammadiyah Unit 1 dibandingkan dengan dimensi kualitas
Yogyakarta terhadap Kualitas Obat
lainnya.
Generik Ditinjau dari Dimensi Safety

Persepsi pasien rawat jalan di RS


PKU Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta

28
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
Tabel II. Distribusi Jawaban Responden tentang Persepsi
Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah
Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat
Generik Ditinjau dari Dimensi Safety

Pernyataan Sub STS TS S SS Rata-rata


dimensi n % n % n % n %
Label berisi informasi obat yang jelas Label obat 2 1,3% 4 2,7% 90 60,0% 54 36,0% 3,31
memastikan bahwa obat generik aman
digunakan ketika sampai di tangan saya
sebagai konsumen
Proses produksi obat generik mampu Keamanan 0 0% 10 6,7% 101 67,3% 39 26,0% 3,19
memastikan bahwa obat generik aman dan
layak dikonsumsi ketika sampai di tangan
saya sebagai konsumen
Dibandingkan dengan obat branded, obat Efek 9 6,0% 106 70,7% 31 20,7% 4 2,7% 2,80
generik memiliki efek samping yang lebih samping
banyak
Saya percaya keamanan obat generik Label obat 1 0,7% 17 11,3% 110 73,3% 22 14,7% 3,02
karena mencantumkan label yang lengkap
(nama obat/zat aktif, tanggal kadaluarsa,
indikasi, dosis/aturan pakai, nama &
alamat pabrik, no batch, dan no registrasi)
Proses distribusi obat generik mampu Keamanan 1 0,7% 12 8,0% 125 83,3% 12 8,0% 2,99
memastikan bahwa obat generik aman dan
layak dikonsumsi ketika sampai di tangan
saya sebagai konsumen
Saya kurang yakin dengan keamanan obat Keamanan 12 8,0% 121 80,7% 16 10,7% 1 0,7% 2,96
generik
Obat generik disetujui peredarannya oleh Keamanan 3 2,0% 20 13,3% 118 78,7% 9 6,0% 2,89
BPOM sebagaimana obat branded di
Indonesia
Rata-rata Skor 3,02

Keterangan:
STS: Sangat tidak setuju
TS : Tidak setuju dan distribusi obat generik mampu
S : Setuju
SS : Sangat setuju memastikan bahwa generik aman serta
layak dikonsumsi ketika sampai ditangan
Persepsi pasien terhadap kualitas
pasien sebagai konsumen. Sebagian besar
obat generik berdasarkan rata-rata skor
responden yaitu 121 (80,7%) menyatakan
jawaban responden mulai dari yang
yakin dengan keamanan obat generik.
tertinggi hingga yang terendah berturut-
Hasil penelitian ini sejalan dengan
turut yaitu safety, efficacy dan
Excellus (2007) yang menyatakan
acceptability. Data selengkapnya dapat
bahwasanya mayoritas 90% responden
dilihat pada tabel 3 dan 4. Rata-rata skor
yakin bahwasanya obat generik sama
jawaban responden pada item-item
amannya dengan obat branded.
pernyataan dimensi safety menunjukkan
Mayoritas 118 (78,7%) responden
persepsi yang baik pasien terhadap kualitas
juga setuju bahwasanya obat generik
obat generik. Mayoritas responden yaitu
disetujui peredarannya oleh Balai
101 (67,3%) dan 125 (83,3%) berturut-
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
turut menyatakan setuju proses produksi
sebagaimana obat branded di Indonesia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan

29
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Excellus (2007) yang menyatakan no batch, dan no registrasi. Label pada


mayoritas 90% responden setuju produk farmasi mempunyai peran yang
bahwasanya obat generik disetujui amat penting terutama untuk kepentingan
peredarannya oleh FDA (Food and Drug dan keselamatan konsumen sekaligus
Administration) sebagaimana obat marketing tool. Salah satu aspek yang
branded. Terkait pernyataan ini, langkah dinilai sebelum suatu obat diizinkan untuk
mudah yang dapat dilakukan pasien yaitu boleh dipasarkan, adalah kelengkapan dan
melakukan pemeriksaan nomor registrasi kebenaran informasi yang terdapat pada
yang tercantum pada kemasan ketika label obat (Sampurno, 2011).
membeli atau menerima obat. Nomor Pernyataan “label berisi informasi
registrasi merupakan nomor identitas yang obat yang jelas memastikan bahwa obat
dikeluarkan oleh BPOM setelah proses generik aman digunakan ketika sampai di
registrasi obat tersebut disetujui. Bila tidak tangan saya sebagai konsumen”
tercantum nomor registrasi, obat tersebut berdasarkan rata-rata skor jawaban
kemungkinan ilegal atau bahkan palsu. responden yaitu 3,31. Berdasarkan survei
Nomor registrasi yang dicantumkan yang dilakukan, pada item pernyataan
sebagai tanda izin edar absah yang tersebut diketahui mayoritas yaitu 90
diberikan oleh pemerintah pada setiap responden (60,0%) menyatakan setuju.
kemasan obat dipersepsikan konsumen Sejalan dengan hasil penelitian
sebagai bentuk pemastian bahwasanya tersebut, item pernyataan terkait label obat
obat generik disetujui peredarannya oleh yang lain yaitu pada pernyataan “saya
BPOM sebagaimana obat branded. percaya keamanan obat generik karena
Item pernyataan dengan skor mencantumkan label yang lengkap (nama
tertinggi menunjukkan persepsi yang obat/zat aktif, tanggal kadaluarsa, indikasi,
sangat baik terhadap kualitas obat generik, dosis/aturan pakai, nama & alamat pabrik,
yaitu terkait label obat. Hampir semua no batch, dan no registrasi)”, berdasarkan
informasi keselamatan obat yang rata-rata skor jawaban responden yaitu
dibutuhkan oleh konsumen secara ilmiah 3,02. Berdasarkan survei yang dilakukan,
dapat ditemukan di label pada kemasan pada item pernyataan tersebut juga
obat (Urbanus, 2013). Label obat diketahui mayoritas yaitu 110 responden
umumnya memuat informasi seperti nama (73,3%) menyatakan setuju.
obat/zat aktif, tanggal kadaluarsa, indikasi, Sebagian besar responden yang
dosis/aturan pakai, nama & alamat pabrik, menyatakan kesetujuan dengan

30
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

tercantumnya label yang lengkap dan jelas cenderung hanya ketika mendapati efek
dalam pemastian keamanan obat, secara samping saat mengonsumsi obat. Selain itu
tidak langsung menyiratkan bahwasanya pada pasien dengan kondisi penyakit akut
konsumen memiliki minat yang baik atau kronis, pasien yang merasa tidak
dalam mendapatkan informasi obat dari mendapatkan pengobatan yang efektif, dan
label. Sementara itu, minoritas responden pasien yang pada saat yang bersamaan
yang menyatakan ketidaksetujuannya mengonsumsi beberapa obat sekaligus.
dengan tercantumnya label yang lengkap Sejalan dengan hal tersebut,
dan jelas dalam pemastian keamanan obat laporan Syhakhang et al., (2004)
secara tidak langsung menyiratkan menyatakan bahwasanya konsumen di
kelompok pasien dengan minimnya minat beberapa negara berkembang memiliki
konsumen dalam mendapatkan informasi trust terhadap dokter dan apoteker dalam
obat dari label. penyedian obat yang berkualitas baik.
Minoritas responden ini Kecenderungan tersebut pada kelompok
menggambarkan kelompok pasien yang pasien ini juga karena mengingat sebagian
kecenderungannya memiliki trust yang besar responden menjadikan tenaga
tinggi dengan tenaga kesehatan baik itu kesehatan baik itu dokter maupun apoteker
dokter maupun apoteker. Setiap obat yang sebagai sumber pengetahuan utama
diberikan oleh tenaga kesehatan oleh mengenai obat-obatan.
pasien langsung dipercaya sebagai obat Trust yang tinggi terhadap dokter
dengan kualitas yang baik dan pasien dan apoteker di satu sisi memang positif,
merasa cukup dengan penjelasan informasi tetapi seringkali dalam praktiknya tenaga
singkat dari tenaga kesehatan. Pasien kesehatan baik itu dokter maupun apoteker
cenderung merasa kurang perlu untuk tidak punya cukup waktu untuk
memeriksa label yang berisi informasi memberikan informasi mengenai obat
obat. Padahal label yang berisi informasi yang akan digunakan oleh pasien yang
komprehensif mengenai informasi produk bersangkutan. Oleh sebab itu minat
obat tersebut perlu diketahui oleh konsumen dalam mendapatkan informasi
konsumen. Menurut Urbanus (2013), obat dari label secara mandiri menjadi hal
pasien pada kelompok minoritas ini yang penting.
menunjukkan minatnya untuk Minat konsumen dalam
mendapatkan informasi obat dari label mendapatkan informasi obat dari label
sebagai bentuk evaluasi keamanan obat secara mandiri yang rendah tidak dapat

31
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

sepenuhnya dipersalahkan kepada pasien sebelumnya para dokter dan apoteker di


semata, informasi obat yang terdapat di Amerika Serikat tidak punya cukup waktu
label seringkali dirasakan terlalu untuk memberikan konseling mengenai
complicated bagi pasien awam sehingga obat yang akan digunakan oleh pasien
pasien sangat malas untuk membacanya. yang bersangkutan (Sampurno, 2011).
Padahal label tersebut telah dipersiapkan Berbagai temuan di Amerika
secara serius oleh produsen yang Serikat yang dilaporkan antara lain
bersangkutan dan dievaluasi secara cermat menyatakan kurangnya standar dan
oleh Tim Evaluasi yang ada di Badan regulasi terkait labelling obat merupakan
Regulatori Obat. Informasi yang ada dalam akar penyebab misunderstanding dan
kemasan itu sebenarnya sangat bermanfaat medication error. Dibutuhkan praktik
bagi pasien (Sampurno, 2011). evidence-based yang seharusnya berperan
Menurut laporan Institute of sebagai guide konten dan format labelling.
Medicine (IOM) Amerika Serikat tahun Petunjuk penggunaan obat pada label
2006 yang bertopik Preventing Medication sangat penting untuk pasien dan
Errors, disebutkan bahwa di Amerika seharusnya ringkas serta jelas. Bahasa
Serikat setiap tahun terjadi lebih dari 1,5 yang digunakan harus distandarisasi untuk
juta kejadian efek samping obat lebih dari meningkatkan pemahaman pasien guna
sepertiganya adalah pasien rawat jalan pengobatan yang efektif dan aman.
dengan nilai kerugian sekitar US$ 1 milyar Labelling obat seharusnya dipandang
tiap tahunnya. Laporan tersebut sebagai bagian sistem yang terintegrasi
menyatakan penyebab utamanya label obat dari informasi pasien (Sampurno, 2011).
yang menyebabkan terjadinya kesalahan Menurut Engel et al. (1995) harapan yang
medikasi (medication errors) dan Adverse diciptakan oleh label cukup kuat untuk
Drug Event (ADEs) karena pasien tidak mengubah persepsi konsumen atas produk.
memahami dengan benar instruksi yang Item pernyataan dengan skor
terdapat pada label obat. Oleh karena itu terendah pada dimensi safety ditunjukkan
kemampuan pasien untuk mengerti dan item terkait efek samping obat. Menurut
paham terhadap instruksi yang terdapat definisi WHO, efek samping obat
pada label adalah sangat kritikal. merupakan segala sesuatu khasiat yang
Disamping adanya fakta bahwa informasi tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang
yang ada pada label kurang dipahami dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan.
oleh pasien, sebagaimana diungkapkan Obat yang ideal bekerja secara selektif

32
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

artinya hanya berkhasiat terhadap keluhan yang sama oleh Al-Gedadi et al. (2008)
atau gangguan tertentu tanpa aktivitas lain. menunjukkan persentase yang lebih tinggi,
Semakin selektif suatu obat terhadap target yaitu 127 responden (31,2%) menyatakan
aksi tertentu, semakin kecil efek bahwasanya obat generik lebih banyak
sampingnya dengan demikian semakin efek samping dibandingkan dengan obat
aman obat tersebut (Tjay dan Rahardja, branded. Hasil penelitian oleh Mainar dan
2002). Arteida (2012) bahkan menunjukkan
Pernyataan “dibandingkan dengan persentase yang lebih tinggi dibandingkan
obat branded, obat generik memiliki efek studi sebelumnya, yaitu 42,3% responden
samping yang lebih banyak”, berdasarkan menyatakan bahwasanya obat generik
rata-rata skor jawaban responden yaitu lebih banyak efek samping dibandingkan
2,80. Berdasarkan survei yang dilakukan, dengan obat branded.
pada item pernyataan tersebut diketahui
C. Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS
meski mayoritas responden menyatakan
PKU Muhammadiyah Unit 1
setuju tetapi persentasenya hanya Yogyakarta terhadap Kualitas Obat
Generik Ditinjau dari Dimensi
menunjukkan 70,7%. Hal ini
Efficacy
menggambarkan masih cukup banyaknya
Persepsi pasien rawat jalan di RS
pasien yang meragukan keamanan obat
PKU Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta
generik ditinjau dari sisi efek samping
terhadap kualitas obat generik ditinjau dari
obat.
dimensi efficacy dapat dilihat tabel 3.
Akan tetapi penilaian ini juga
Dimensi efficacy berarti obat yang
memungkinkan sebagai penilaian orang
berkualitas harus dapat memberikan efek
awam terhadap efek samping obat. Jika
terapi yang diinginkan sesuai dengan
tidak ada keluhan-keluhan misalnya
indikasi yang telah ditentukan
jantung berdebar-debar, mulut terasa
(Departemen Kesehatan RI, 1983).
kering, dan mual sebelum minum obat
Efficacy merupakan respon maksimal yang
kemungkinan besar pasien memang
dihasilkan suatu obat. Efficacy menurut
mengalami efek samping obat. Akan tetapi
konsumen didefinisikan sebagai potensi
pada dasarnya tidak mudah untuk
obat untuk menyembuhkan penyakit atau
membedakan apakah hal tersebut suatu
meredakan gejala penyakit (Syhakhang et
efek samping atau gejala penyakit lain
al., 2004).
pasien, apalagi jika hal tersebut secara
bersamaan. Hasil penelitian terkait hal

33
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Berdasarkan tabel 3, dapat tersebut, sebagian besar responden yaitu


diketahui bahwasanya rata-rata skor 100 responden (66,7%) juga menyatakan
jawaban responden terkait dimensi efficacy bahwasanya obat generik memberikan
adalah 2,75. Hal ini bermakna bahwasanya hasil yang memuaskan dalam
kualitas obat generik dari dimensi efficacy menyembuhkan masalah kesehatan yang
secara rata-rata dipersepsikan dengan baik dialami. Item pernyataan dengan skor
oleh responden. tertinggi ditunjukkan pernyataan
Tabel III. Distribusi Jawaban Responden tentang Persepsi
Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah
Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat Generik
Ditinjau dari Dimensi Efficacy

Pernyataan Sub dimensi STS TS S SS Rata-rata


n % N % n % n %
Dibandingkan dengan obat Kemanjuran 14 9,3% 122 81,3% 14 9,3% 0 0% 3,00
branded, obat generik
bekerja kurang efektif
Obat generik merupakan Kemanjuran 8 5,3% 30 20,0% 101 67,3% 11 7,3% 2,77
obat yang manjur dan ampuh
untuk mengobati gangguan
kesehatan yang saya alami
Dibandingkan dengan obat Onset obat 4 2,7% 88 58,7% 45 30,0% 13 8,7% 2,55
branded, bagi saya obat
generik membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk
memberikan efek yang saya
inginkan
Obat generik memberikan Kemanjuran 8 5,3% 38 25,3% 100 66,7% 4 2,7% 2,67
hasil yang memuaskan
dalam menyembuhkan
masalah kesehatan yang saya
alami
Rata-rata Skor 2,75

Keterangan:
STS: Sangat tidak setuju
TS : Tidak setuju “dibandingkan dengan obat branded, obat
S : Setuju
SS : Sangat setuju generik kurang efektif”, berdasarkan rata-
Seluruh rata-rata skor jawaban rata skor jawaban responden yaitu 3,00.
responden pada item-item pernyataan Berdasarkan survei yang dilakukan, pada
dimensi efficacy juga menunjukkan item pernyataan tersebut diketahui
persepsi yang baik pasien terhadap kualitas mayoritas responden yaitu 122 (81,3%)
obat generik. Hal ini secara umum menyatakan tidak setuju.
bermakna pasien percaya dengan efficacy Menurut sebuah studi di bagian
obat generik. Mayoritas responden yaitu utara New York yang melibatkan 2003
101 responden (67,3%) menyatakan setuju responden oleh Excellus (2007), mayoritas
bahwasanya obat generik merupakan obat 83% responden setuju obat generik sama
yang manjur dan ampuh untuk mengobati efektifnya dengan obat branded. Studi oleh
gangguan kesehatan. Sejalan dengan hal Igbinovia (2007) menunjukkan hal yang

34
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

sama, mayoritas reponden yaitu 55% generik dan obat branded generik
responden menyatakan bahwasnya obat kemungkinan sama dan kemungkinan juga
generik sama efektifnya dengan obat berbeda. Hal ini tidak dapat terlepas dari
branded. Demikian juga dengan hasil beragam faktor yang mempengaruhinya
penelitian oleh Shrank et al. (2009) yang salah satunya zat tambahan obat misalnya
menunjukkan minoritas responden setuju zat pengisi, pembawa, dan penghancur
bahwasanya obat branded lebih efektif (IAI Bali, 2013).
dibandingkan dengan obat generik.
Onset merupakan kecepatan obat D. Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS
PKU Muhammadiyah Unit 1
untuk mendapatkan efek terapi, waktu obat
Yogyakarta terhadap Kualitas Obat
dikonsumsi sampai menimbulkan efek Generik Ditinjau dari Dimensi
Acceptability
terapi. Item pernyataan dengan skor
terendah ditunjukkan item terkait onset
Persepsi pasien rawat jalan di RS
obat. Pernyataan “dibandingkan dengan
PKU Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta
obat branded, bagi saya obat generik
terhadap kualitas obat generik ditinjau dari
membutuhkan waktu yang lebih lama
dimensi acceptability dapat dilihat pada
untuk memberikan efek yang saya
tabel 4.
inginkan”, berdasarkan rata-rata skor
Dimensi acceptability berarti obat
jawaban responden yaitu 2,55.
yang berkualitas harus dapat diterima oleh
Berdasarkan survei yang dilakukan,
konsumen. Acceptability menyangkut
pada item pernyataan tersebut diketahui
bentuk sediaan obat, warna, rasa, dan
mayoritas responden yaitu 88 responden
kemasan yang menarik serta sesuai dengan
(58,7%) menyatakan tidak setuju. Terkait
keinginan konsumen sehingga dapat
hal ini, hasil penelitian oleh Mainar dan
memberikan kepuasan kepada konsumen
Arteida (2012) menunjukkan 36,1%
(costumer satisfaction) (Departemen
pasien menyatakan setuju obat generik
Kesehatan RI, 1983) Acceptability
membutuhkan waktu yang sama
menurut konsumen didefinisikan sebagai
dibandingkan obat branded untuk
performansi obat untuk memenuhi
memberikan efek yang diinginkan.
keinginan konsumen. Acceptability
Onset obat pada faktanya masih
merupakan tingkat kepuasan konsumen
membutuhkan beragam parameter dan
terhadap obat (Urbanus, 2013).
pengujian yang menjelaskan serta
Berdasarkan tabel IV, dapat diketahui
membuktikan hal tersebut. Onset obat

35
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

bahwasanya rata-rata skor jawaban menunjukkan persepsi buruk terhadap


responden terkait dimensi acceptability kualitas obat generik, yaitu terkait
adalah 2,73. Hal ini bermakna bahwasanya tampilan obat.
kualitas obat generik dari dimensi Secara tradisional kemasan
acceptability secara rata-rata dipersepsikan dimaknai untuk mewadahi dan melindungi
dengan baik oleh responden. produk (Sampurno, 2011). Pernyataan
Tabel IV. Distribusi Jawaban Responden tentang Persepsi
Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah
“obat generik memiliki kemasan yang
Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat
Generik Ditinjau dari Dimensi Acceptability meyakinkan bagi saya sebagai konsumen”,

Pernyataan Sub dimensi STS TS S SS Rata-rata


n % n % n % n %
Obat generik memiliki warna Warna 0 0% 37 24,7% 110 73,3% 3 2,0% 2,77
yang meyakinkan bagi saya
sebagai konsumen
Saya enggan menggunakan Rasa 11 7,3% 117 78,0% 22 14,7% 0 0% 2,93
obat generik karena rasanya
tidak enak
Obat generik memiliki bentuk Bentuk 0 0% 17 11,3% 131 87,3% 2 1,3% 2,90
yang meyakinkan bagi saya
sebagai konsumen
Obat generik memiliki Kemasan 11 7,3% 29 19,3% 107 71,3% 3 2,0% 2,68
kemasan yang meyakinkan
bagi saya sebagai konsumen
Tampilan obat generik kurang Tampilan 5 3,3% 55 36,7% 81 54,0% 9 6,0% 2,37
menarik bagi saya
Rata-rata Skor 2,73
berdasarkan rata-rata skor jawaban
Rata-rata skor jawaban responden pada responden yaitu 2,68. Berdasarkan survei
item-item pernyataan dimensi acceptability yang dilakukan, pada item pernyataan
menunjukkan persepsi yang baik pasien tersebut diketahui mayoritas yaitu 107
terhadap kualitas obat generik. Mayoritas responden (71,3%) menyatakan setuju.
responden yaitu 110 (73,3%) dan 131 Dapat dinyatakan fungsi kemasan yang
(87,3%) berturut-turut menyatakan setuju secara tradisional dimaknai untuk
bahwasanya obat generik memiliki warna mewadahi dan melindungi produk dengan
dan bentuk yang meyakinkan bagi pasien demikian telah terpenuhi dengan baik
sebagai konsumen. Sebagian besar menurut persepsi responden.
responden yaitu 117 (78,7%) menyatakan Akan tetapi, lebih dari sekedar
ketidakengganan menggunakan obat fungsi kemasan yang secara tradisonal
generik karena rasanya. Akan tetapi yang dimaknai untuk mewadahi dan
berbeda dengan dimensi kualitas obat melindungi produk; kemasan juga
lainnya, pada dimensi acceptability memiliki banyak fungsi untuk memberi
diketahui terdapat item pernyataan yang nilai tambah bagi attractiveness produk

36
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

dengan desain warna yang menarik serta kadang mendapatkan obat tanpa identitas
deskripsi produk yang elegan sehingga nama obat sama sekali (Urbanus, 2013).
mengundang orang untuk membeli dan Terkait tampilan obat generik yang
menggunakannya (Sampurno, 2011). sangat sederhana ini, Direktur Jenderal
Menurut Hague dan Jackson (1993) Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
produk yang kemasannya dirancang untuk Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt., Ph.D
memperbaiki produknya dan merangsang menyatakan bahwasanya tampilan obat
pelanggan sehingga menambah customer generik merupakan salah satu faktor
satisfaction. Jika kemasan membuat penting yang menentukan keinginan pasien
produk itu lebih menarik, kemasan itu untuk memilihnya. Bentuk tampilan
memberinya nilai tambah. Menurut Peter kemasan yang berupa botol-botol besar
dan Olson (2000) warna kemasan bahkan yang berisi obat dalam jumlah besar
juga dianggap memiliki dampak yang seharusnya sudah ditiadakan. Jika obat
penting terhadap afeksi, kognisi, dan branded generic atau paten dikemas dalam
perilaku konsumen. Dampak ini lebih dari bentuk strip, maka obat generik seharusnya
sekedar menarik perhatian konsumen juga demikian. Tampilan obat generik
dengan cara menggunakan warna yang perlu dibuat lebih menarik, dengan
menarik perhatian. demikian diharapkan citra obat generik
Terkait dengan hal tersebut, akan menjadi lebih baik di masyarakat
pernyataan “tampilan obat generik kurang (Kartika, 2013).
menarik bagi saya” berdasarkan rata-rata Hasil studi terdahulu oleh Urbanus
skor jawaban responden yaitu 2,37. (2013) bahkan menyebutkan kemasan obat
Berdasarkan survei yang dilakukan, pada generik yang sangat sederhana
item pernyataan tersebut diketahui menyebabkan konsumen meragukan safety
mayoritas responden yaitu 81 (54,0%) dan efficacy obat. Akan tetapi, hal ini tidak
menyatakan setuju. Obat branded generic tergambar dalam pelaksanaan penelitian
tampilan kemasannya berwarna-warni dan ini. Meskipun berdasarkan survei yang
menarik konsumen. Dibandingkan dengan dilakukan persepsi tentang tampilan dan
obat branded generic, tampilan obat kemasan (desain) obat generik termasuk
generik sangat sederhana. Obat generik kategori buruk responden tetap memiliki
dalam praktiknya seringkali diserahkan ke persepsi yang baik terhadap kualitas obat
pasien tanpa kemasan. Konsumen bahkan generik ditinjau dari dimensi safety dan

37
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

efficacy obat. Kemasan obat di-pasaran/ Diakses tanggal 12


Agustus 2014
generik sebagai indikator oleh pasien
Departemen Kesehatan RI, 1983.
dalam melakukan penilaian kualitas obat Kebijakan Obat Nasional.
Departemen Kesehatan Republik
generik juga sesuai dengan studi oleh
Indonesia, Jakarta.
Babar et al. (2010). Engel, J.F., Blackweel, R.D., dan Miniard,
P.W., 1995. Perilaku Konsumen.
Binarupa Aksara, Jakarta.
IV. KESIMPULAN Excellus. 2007. Survey of Consumer
AttitudesToward Generic Drugs.
Kesimpulan yang didapat
Excellus Blue Cross Blue Shield. 1–
berdasarkan penelitian yang dilakukan 22.
Firth, J.D. 2001. Scientific Background of
adalah persepsi pasien rawat jalan RS PKU
Medicine 2: Medical Masterclass.
Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta Royal college of physicians, London.
Hague, P. dan Jackson, P., 1993. Riset
terhadap kualitas obat generik ditinjau dari
Pemasaran Dalam Praktik. Pustaka
dimensi safety, efficacy, dan acceptability Binaman Pressindo, Jakarta.
IAI Bali. 2013. Salah Persepsi Obat Paten
secara umum baik.
dan Obat Generik
<http://www.ikatanapotekerindonesi
DAFTAR PUSTAKA abali.com/main/index.php/berita/beri
ta-terbaru/86-salah-persepsi-obat-
Al-Gedadi, N.A., Hassali, M.A., dan paten-dan-obat-generik//>. Diakses
Shafie, A.A., 2008. A pilot survey pada 23 Maret 2015
on perceptions and knowledge of Igbinovia, M.E.. 2007. The Perceived
generic medicines amongconsumers Benefits of Generic Versus Branded
in Penang Malaysia. Pharmacy Medicines. Tesis. Pretoria.
Practice, 6 (2): 93–97. Jakarta Post. 2010. Distrust Keeps Generic
Anonim. 2012. Peraturan Menteri Drug Use Low. Jakarta Post edisi 3
Kesehatan Republik Indonesia Agustus 2010.
Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Kartika, U., 2013. Cerdas Pilih Obat
Pedoman Pelaksanaan Jaminan Generik Sukseskan JKN 2014,
Kesehatan Masyarakat. Kementerian diakses pada
Kesehatan Republik Indonesia, 27Januari2015<http://health.kompas.
Jakarta com/read/2013/12/29/2046228/Cerd
Babar, Z.U.D., Stewart, J., Reddy, S., as.Pilih.Obat.Generik.Sukseskan.JK
Alzaher, W., Vareed, P., Yacoub, N., N.2014>.
2010. An Evaluation of Consumers’ Mainar, A.S. dan Arteida, N., 2012.
Knowledge, Perceptions, and Physicians’ and Patients’ Opinions
Attitudes Regarding Generic on The Use of Generic Drugs. J
Medicines in Auckland. Pharm Pharmacol Pharmacother, 3 (3):
World Sci, 32, 440–448. 268–270.
Binfar Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peter, J.P. dan Olson, J.C., 2000.
Wawancara RCTI tentang Consumer Behavior Perilaku
Peredaran Obat Generik di Pasaran. Konsumen Dan Strategi Pemasaran.
http://www.binfar.org/wawancara- Erlangga, Jakarta.
rcti-tentang-peredaran-obat-generik-

38
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Priyambodo, B. 2007. Manajemen


Farmasi Industri. Global Pustaka
Utama, Yogyakarta.
Sampurno, 2011. Manajemen Pemasaran
Farmasi. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Shrank, W.H., Cox, E., Fischer, M.A.,
Mehta, J., dan Choudhry, N.K..
2009. Patients’ Perceptions Of
Generic Medications. Health Aff
(Millwood). Vol. 28 (2): 546–556.
Syhakhang, L., Freudenthal, S., Tomson,
G., dan Wahlstrom, R., 2004.
Knowledge and Perception of Drug
Quality among Drugs Seller and
Consumers in Lao PDR. Health
Policy and Planning, 19 (6): 391–
401.
Syhakhang, L., Freudenthal, S., Tomson,
G., dan Wahlstrom, R.. 2004.
Knowledge and Perception of Drug
Quality among Drugs Seller and
Consumers in Lao PDR. Health
Policy and Planning. Vol. 19 (6):
391–401.
Tjay, T. dan Rahardja, K., 2002. Obat-
Obat Penting: Khasiat, Penggunaan,
Dan Efek-Efek Sampingnya. Elex
Media Komputindo, Jakarta.

Urbanus, C.B., 2013. 'Price and Brand


Name as Indicators of Quality
Dimensions for Generic Drugs',
Tesis, MM, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Waber, R.L., Shiv, B., dan Carmon, Z.
2008. Commercial features of
placebo and therapeutic efficacy.
JAMA, Vol. (9): 1016–1

39
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 40-44
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Kesesuaian Penyimpanan Obat High Alert


Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
Ulin Banjarmasin
*Mochammad Maulidie Alfiannor Saputera, Ratih Pratiwi Sari

Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


*Email: mochammadsaputera16@gmail.com

ABSTRAK
Obat high alert merupakan obat-obat yang memiliki risiko tinggi
membahayakan keselamatan pada pasien jika tidak digunakan secara tepat. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014 kategori obat high alert dibagi
menjadi 3, diantaranya Elektrolit konsentrat tinggi, LASA (Look Alike Sounds Alike)
dan Sitostatik. Obat high alert harus disimpan terpisah dan diberi penandaan khusus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase kesesuaian penyimpanan
obat high alert dan persentase kesesuaian penyimpanan masing-masing kategori obat
high alert. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian
dilakukan pada 25 April - 05 Mei 2016 di Instalasi Farmasi RSUD Ulin Banjarmasin.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh obat high alert yang ada di
Instalasi Farmasi RSUD Ulin Banjarmasin. Teknik sampling yang digunakan adalah
teknik sampling jenuh. Alat penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data
berupa lembar observasi. Hasil persentase kesesuaian penyimpanan obat high alert dari
6 depo obat di Instalasi Farmasi RSUD Ulin Banjarmasin sebanyak 42,62% yang sesuai
dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2104 dan
persentase kesesuaian penyimpanan masing-masing kategori obat high alert yang sesuai
dengan SOP RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2014 adalah elektrolit konsentrat tinggi
sebanyak 80%, LASA (Look Alike Sound Alike) sebanyak 21,16% dan Sitostatik
sebanyak 26,71%.
Kata Kunci: Kesesuaian, Penyimpanan, Obat High Alert, Instalasi Farmasi

ABSTRACT
High alert drugs are drugs that have a high risk of endangering the safety of
patients if not used properly. According to the Regulation health minister No. 58 of 2014
high-alert drugs are divided into three categories, including high concentrations of
electrolytes, LASA (Look Alike Sounds Alike) and cytostatic. High alert medication should
be stored separately and given special notation. The purpose of this study was to determine
the percentage of high alert medications storage suitability and storage suitability of the
percentage of each category of high-alert medications. The kind of research used is
descriptive research. The research was done on April 25 - May 5 in 2016 in pharmacy
installation of Ulin regional public hospital Banjarmasin. Population and sample in this
study are all high alert medications in pharmacy installation of Ulin regional public
hospital Banjarmasin. The sampling technique used is saturated sampling technique.
Research tool used for data collection in the form of observation sheets. The results of the
percentage of high alert medications storage suitability of the six installation drug of in
pharmacy installation of Ulin local general hospital Banjarmasin as much as 42.62% in
accordance with SOP (Standard Operating Procedure) Ulin Regional Public Hospital
Banjarmasin in 2014 and storage suitability percentage of each category of high alert

40
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 40-44
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

medications in accordance with SOP Ulin Regional Public Hospital Banjarmasin in 2014
is highly concentrated electrolyte as much as 80%, LASA (Look Alike Sound Alike) of
21.16% and a cytostatic as much as 26.71%.
Keywords: Suitability, Storage, High Alert drugs, Pharmacy Installation

I. PENDAHULUAN Menurut Permenkes RI no 58

Pelayanan kefarmasian di rumah Tahun 2014 tentang standar pelayanan

sakit merupakan bagian yang tidak kefarmasian di Rumah Sakit. Maka Rumah

terpisahkan dari sistem pelayanan Sakit perlu mengembangkan kebijakan

kesehatan rumah sakit yang berorientasi obat untuk meningkatkan keamanan,

kepada pelayanan pasien, penyediaan khususnya obat yang perlu diwaspadai

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan (high-alert medications). Obat High Alert

medis habis pakai yang bermutu dan adalah obat yang harus diwaspadai karena

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat sering menyebabkan terjadi kesalahan

termasuk pelayanan farmasi klinik. serius (sentinel event), obat yang berisiko

Termasuk keputusan untuk menggunakan tinggi menyebabkan dampak yang tidak di

terapi obat, pertimbangan pemilihan obat, inginkan (adverse outcome). Adapun yang

dosis, rute dan metode pemberian, termasuk Obat High Alert adalah Elektrolit

pemantauan terapi obat serta pemberian konsentrat tinggi, LASA (Look Alike

informasi dan konseling pada pasien Sound Alike) dan Sitostatik/Obat kanker.

(American Societharmacist, 1993). Berdasarkan penelitian yang

Pelayanan kefarmasian merupakan dilakukan oleh Bayang (2010)

kegiatan yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa kesalahan dalam

mengidentifikasi, mencegah, dan pemberian obat disebabkan oleh prosedur

menyelesaikan masalah terkait Obat. penyimpanan obat yang kurang tepat

Tuntutan pasien dan masyarakat akan khususnya untuk obat LASA (Look Alike

peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, Sound Alike) yaitu obat-obatan yang

mengharuskan adanya perluasan dari bentuk/rupanya dan

paradigma lama yang berorientasi kepada pengucapannya/namanya mirip.

produk (drug oriented) menjadi paradigma


baru yang berorientasi pada pasien (patient II. BAHAN DAN METODE

oriented) dengan filosofi pelayanan A. Bahan

kefarmasian (pharmaceutical care) Bahan penelitian meliputi data

(DepKes, 2014). primer dan data sekunder. Data primer


yang diperoleh dari pengamatan langsung

41
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 40-44
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

seperti lembar observasi yang berisi Hasil menunjukkan bahwa


ketentuan mengenai kesesuaian penyimpanan obat high alert kategori
penyimpanan obat high alert di Instalasi Elektrolit konsentrat tinggi yang 100%
Farmasi RSUD Ulin Banjarmasin periode sesuai terdapat pada Depo Logistik
April - Mei 2016. Data sekunder yang (Gudang), Depo Umum, dan Depo Tulip
diperoleh dengan pengamatan dokumen, karena jumlah obat Elektrolit konsentrat
meliputi: dokumen berupa SOP RSUD tinggi yang sedikit. Sedangkan untuk
Ulin Banjarmasin tahun 2014. penyimpanan Elektrolit konsentrat tinggi
B. Metode yang tidak sesuai dengan SOP, terdapat
Teknik yang digunakan adalah pada Depo BPJS (75%) dan Depo IGD
teknik sampling jenuh, yaitu semua (25%). Ketidaksesuaian dikarenakan tidak
populasi dijadikan sebagai sampel. adanya stiker obat high alert pada
Data yang sudah di kumpulkan dari kemasan Elektrolit konsentrat tinggi. Hal
lembar observasi kemudian diolah dengan ini dikarenakan kurangnya sikap disiplin
cara mengelompokkan antara data tenaga kefarmasian terhadap SOP tentang
penyimpanan obat high alert kategori penyimpanan obat high alert. Sehingga
Elektrolit Konsentrat Tinggi, LASA (Look masih ada Elektrolit konsentrat tinggi yang
Alike Sound Alike) dan Sitostatik yang tidak mencantumkan stiker pada
sesuai dan tidak sesuai. Pada penelitian ini kemasannya.
dilakukan analisis presentase dan disajikan Kategori LASA yang sesuai
dalam bentuk tabel, dengan rumus : dengan SOP RSUD Ulin yang terbanyak
pada Depo Logistik sebanyak 35,90%,
P = F/N x 100 %
Depo Umum sebanyak 35,29%, Depo
(Mahfoedz, 2010) BPJS sebanyak 13,70%, Depo Tulip
sebanyak 12,90% dan Depo IGD yang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN paling sedikit kesesuaiannya yaitu
Penelitian ini dilakukan pada 6 sebanyak 8%. Hal ini dikarenakan tidak
Depo, yaitu Depo Logistik, Depo terdapat stiker LASA dan tidak disimpan
Handling Central Cytostatic, Depo terpisah dengan obat lain. Jumlah
Umum, Depo BPJS, Depo IGD, dan Depo ketidaksesuaian obat LASA yang tertinggi
Tulip. Hasil menunjukkan dari 6 depo terdapat pada Depo IGD (92%), kemudian
terdapat 42,62% yang sesuai dan yang Depo BPJS (86,30%), dan Depo Tulip
tidak sesuai sebesar 57,38%. (87,10%). Hal ini dikarenakan Depo IGD

42
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 40-44
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

buka selama 24 jam, sehingga petugas ketidaksesuaiannya terdapat pada Depo


kefarmasian yang ada di Depo IGD lebih Umum dan Depo Tulip yaitu sebanyak
fokus ke pelayanan resep dibandingkan 100%, kemudian Depo BPJS sebanyak
penyimpanan obat high alert. Untuk 83,33% dan Depo Handling Central
mengatasi masalah tersebut hendaknya Cytostatic sebanyak 58,14%.
pihak Rumah Sakit menambah jumlah Ketidaksesuaian dikarenakan tidak
tenaga Kefarmasian, agar pelayanan obat terdapat stiker obat kanker dan stiker obat
maksimal dan petugas kefarmasian dapat high alert pada kemasan obat kanker.
menjalankan tugas dengan baik. Karena Tenaga Kefarmasian khawatir akan
Kategori obat Sitostatik yang sesuai paparan obat kanker. Hal ini disebabkan
dengan SOP RSUD Ulin yang terbanyak kurangnya pengetahuan tentang cara
pada Depo Logistik sebanyak 75%, pada penanganan obat Sitostatik yang benar.
Handling Central Cytostatic sebanyak Sehingga perlu diadakan pelatihan untuk
41,86% dan Depo BPJS sebanyak 16,67%. penanganan obat Sitostatik.
Sedangkan untuk urutan obat kanker yang
tidak sesuai dengan SOP, paling tinggi
Tabel I. Lembar Rekapitulasi Kesesuaian Penyimpanan Obat High Alert di 6 Depo Farmasi
RSUD Ulin Banjarmasin
Tempat Persentase (%)
Kategori Obat
No Pengambilan Tidak
High Alert Sesuai
Sampel Sesuai
Elektrolit Konsentrat Tinggi 100 % 0%
Depo Logistik
1 LASA (Look Alike Sound Alike) 35,90 % 64,10 %
(Gudang)
Sitostatik 75 % 25 %
Elektrolit Konsentrat Tinggi - -
Handling Central
2 LASA (Look Alike Sound Alike) - -
Cytostatic
Sitostatik 41,86 % 58,14 %
Elektrolit Konsentrat Tinggi 100 % 0%
3 Depo Umum LASA (Look Alike Sound Alike) 35,29 % 64,71 %
Sitostatik 0% 100 %
Elektrolit Konsentrat Tinggi 25 % 75 %
4 Depo BPJS LASA (Look Alike Sound Alike) 13,70% 86,30%
Sitostatik 16,67 % 83,33%
Depo IGD Elektrolit Konsentrat Tinggi 75 % 25 %
5 (Instalasi Gawat LASA (Look Alike Sound Alike) 8% 92 %
Darurat) Sitostatik - -
Elektrolit Konsentrat Tinggi 100 % 0%
6 Depo Tulip LASA (Look Alike Sound Alike) 12,90% 87,10%
Sitostatik 0% 100 %
Jumlah keseluruhan kesesuaian 42,62 % 57,38 %
Sumber: Data primer
Penyimpanan obat high alert yang Ulin tahun 2014, dapat menimbulkan
masih belum sesuai dengan SOP RSUD risiko kesalahan distribusi obat ke pasien.

43
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 40-44
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Kekeliruan dalam pengambilan obat high sesuai sebanyak 21,16% dan tidak
alert disebabkan penyimpanan obat high sesuai sebanyak 78,84% dan untuk
alert yang tidak sesuai denagn SOP RSUD kategori Sitostatik yang sesuai
Ulin tahun 2014, sehingga dapat sebanyak 26,71% dan tidak sesuai
membahayakan keselamatan pasien. sebanyak 73,29%.
Mengingat sistem distribusi di RSUD Ulin
Banjarmasin untuk Rawat Jalan DAFTAR PUSTAKA
menggunakan Individual Prescribing/ Departemen Kesehatan RI. 2014.
resep perseorangan, sedangkan untuk Keputusan Menteri Kesehatan
Rawat Inap gabungan antara sistem Unit Republik Indonesia nomor 58 tahun
Dose Dispensing (UDD) dan One Daily 2014 Tentang Standar Pelayanan
Dose (ODD). Apabila terdapat Rumah Sakit. Jakarta. Depkes RI.
penyimpanan obat high alert yang tidak American Society of Hospital Pharmacists.
sesuai dengan SOP RSUD Ulin tahun ASHP, 1993, Medication Therapy
2014, maka akan merugikan dan and Patient Care: Organization and
membahayakan keselamatan pasien. Delivery of Service-Statements,
ASHP, Maryland.
IV. KESIMPULAN Bayang, T.A., 2013, Analisis Faktor
Kesimpulan yang dapat diperoleh Penyebab Medication Error di
dari penelitian ini adalah: Rumah Sakit Umum Daerah Anwar
1. Persentase kesesuaian penyimpanan Makatutu Bantaeng Tahun 2013,
obat high alert yang sesuai dengan SOP Fakultas Kesehatan Masyarakat
RSUD Ulin Banjarmasin sebanyak Universitas Hasanuddin, Makassar.
42,62 % dan yang tidak sesuai sebanyak Mahfoedz, I., 2010, Metode Penelitian
57,38 %. Kualitatif dan Kuantitatif Bidang
2. Persentase kesesuaian penyimpanan Kesehatan, Keperawatan,
masing-masing kategori obat high alert Kebidanan, Kedokteran, Fitramaya,
berdasarkan SOP RSUD Ulin Yogyakarta.
Banjarmasin tahun 2014 pada 6 Depo
yaitu, kategori Elektrolit konsentrat
tinggi yang sesuai sebanyak 80% dan
tidak sesuai 20%, untuk kategori
LASA (Look Alike Sound Alike) yang

44
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 45-51
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Analisis Kuantitatif Kadar Asam Lemak Bebas


Dalam Minyak Goreng Bekas Di Kecamatan
Banjarmasin Utara
Amaliyah Wahyuni

Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Email : ameliakfar@gmail.com

ABSTRAK
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai media
pengolahan bahan makanan. Penggunaan minyak goreng berulang dengan pemanasan
pada suhu tinggi akan menghasilkan kadar asam lemak bebas. Peningkatan kadar
asam lemak bebas dapat menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya adalah
kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam lemak bebas dalam
minyak goreng bekas ayam (fried chicken) dan menunjukkan apakah memenuhi
standar SNI 01-3741-2013 yaitu maksimal 0,30% pada minyak goreng bekas ayam
(fried chicken) di Kecamatan Banjarmasin Utara. Jenis penelitian adalah penelitian
deskriptif, melibatkan pengujian secara kuantitatif. Teknik pengambilan sampel
berupa accidendal sampling. Populasi penelitian adalah minyak goreng bekas hasil
penggorengan ayam tepung (fried chicken) pedagang di Banjarmasin Utara. Analisis
kuantitatif kadar asam lemak bebas dilakukan menggunakan uji titrasi alkalimetri.
Berdasarkan hasil penelitian dari 8 sampel minyak goreng bekas ayam (fried chicken)
menunjukkan hasil kadar asam lemak bebas dalam minyak goreng bekas hasil
penggorengan ayam (fried chicken) di Banjarmasin Utara dimulai dari nilai kadar asam
lemak bebas terendah sampai tertinggi yaitu 0,54%, 0,55%, 0,57%, 0,68%, 0,68%,
1,22%, 1,28%, 1,36%. Semua sampel tidak memenuhi standar kadar asam lemak bebas
dan hal ini tidak sesuai dengan SNI 01-3741-2013 yaitu maksimal 0,30%.
Kata Kunci : Analisis Kuantitatif, Asam Lemak Bebas, Minyak Goreng Bekas

ABSTRACT
Cooking oil is one of the basic human needs as food processing media. The use of
cooking oil repeatedly by heating at high temperature will produce high levels of free fatty
acids. Increased levels of free fatty acids can cause various diseases, one of which is
cancer. This study aims to determine how levels of free fatty acids in used cooking oil
chicken (fried chicken) andindicate whether it meets the standard of SNI 01-3741-2013 is a
maximum of 0.30% on used cooking oil chicken (fried chicken) in the District of North
Banjarmasin. This research is a descriptive study, involves testing quantitatively. The
sampling technique in the form of accidental sampling. The study population is the result
of frying oil used cooking flour chicken (fried chicken) banjarmasin traders in the north.
Quantitative analysis of the levels of free fatty acids in used cooking oil made using
titration test alkalimetry. Based on the research results of 8 samples of used cooking oil
chicken (fried chicken) shows the results of the levels of free fatty acids in used cooking oil
result of frying chicken (fried chicken) in North Banjarmasin start from the value of free
fatty acid lowest to highest is 0.54%, 0.55%, 0.57%, 0.68%, 0.68%, 1.22%, 1.28%, 1.36%.
all samples did not meet the standards of free fatty acid and it is not in accordance which
maximum SNI 01-3741-2013 is 0.30%.
Keyword : Quantitative Analysis , Free Fatty Acids, Used Cooking Oil

45
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 45-51
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

I. PENDAHULUAN meninggalkan odor yang tidak disukai


Minyak goreng merupakan pada makanan hasil gorengan. Perubahan
minyak yang dimasak bersama bahan akibat pemanasan tersebut antara lain
pangan sebagai medium penghantar panas disebabkan oleh terbentuknya senyawa
dalam memasak bahan pangan.Minyak yang bersifat toksik dalam bentuk
goreng mengandung vitamin A, D, E, dan hidrokarbon, asam lemak hidroksi,
lemak untuk pembentukan sel serta epoksida, senyawa-senyawa siklik, dan
pertambahan tubuh,sehingga minyak senyawa senyawa poplimer (Ketaren,
goreng dapat disebut sehat. Namun, 2008).
minyak goreng juga dapat berbahaya bagi Zat dan bahan makanan dapat
tubuh yang disebabkan oleh menimbulkan bahaya jika mengalami
penggunaannya dalam proses memasak pengolahan kurang tepat seperti cara
seperti pemanasan dengan suhu tinggi menggoreng yang berlebihan, penggunaan
agar makanan terasa gurih. Pemanasan minyak goreng yang berulang kali, dan
suhu tinggi dapat mengoksidasi minyak pemanasan dengan suhu yang tinggi
goreng dan menghasilkan radikal bebas (Tapan, 2005). Salah satu makanan yang
(Graha, 2010). memiliki potensi bahaya tersebut adalah
Rusaknya minyak goreng ayam goreng tepung pada ayam goreng
diakibatkan oleh oksidasi dan lemak bereaksi dengan minyak panas akan
hidrolisis antara lain peroksida, asam memproduksi senyawa kimia akrilamida
lemak, aldehid, dan keton. Kerusakan (karsinogen). Selain itu minyak goreng
minyak atau lemak akibat pemanasan yang dipakai berulang kali berpotensi
suhu tinggi (200◦C-250◦C) akan menimbulkan berbagai macam penyakit
mengakibatkan keracunan dalam tubuh yaitu penyakit jantung, hati, ginjal, dan
dan berbagai macam reaksi yang terjadi menghasikan jenis karsinogen yang akan
selama proses penggorengan seperti menempel pada makanan berikutnya yang
reaksi oksidasi, hidrolisis, polimerisasi, masuk kedalam penggorengan
dan reaksi dengan logam dapat (Cancerhelps, 2014).
mengakibatkan minyak menjadi rusak. Asam lemak bebas terdapat
Kerusakan tersebut menyebabkan minyak didalam lemak atau minyak, terutama dari
menjadi berwarna kecoklatan, lebih sumber nabati. Asam lemak bebas dapat
kental, berbusa, berasap, serta mengalami perubahan atau kerusakan

46
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 45-51
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

baik secara fisik atau kimia. Penyebab hasil penggorengan ayam dengan
perubahan atau kerusakan ini adalah menggunkan titrasi alkalimetri.
kerena proses oksidasi dan hidrolisis
akibat cara penggorengan pada suhu II. METODE PENELITIAN
tinggi dan pemakaian yang berulang. Penelitian ini bersifat deskriptif
Asam lemak bebas yang tinggi tidak baik melibatkan pengujian secara kuantitatif,
untuk kesehatan karena asam lemak bebas dilaksanakan di Laboratorium Kimia
membentuk senyawa yang bersifat racun, Farmasi Akfar ISFI Banjarmasin pada
radikal bebas dan dapat merangsang bulan April 2016 – Juni 2016. Populasi
terjadinya kangker atau karsionogen dari penelitian ini adalah minyak goreng
(Surjadibroto, 2003). Menurut SNI tahun bekas hasil penggorengan ayam tepung
2013 tentang standar mutu minyak yang (fried chicken) pedagang di banjarmasin
menyatakan bahwa kadar maksimal asam utara. Sampel yang digunakan adalah
lemak bebas adalah 0,30 % b/b. accidental sampling yaitu teknik
Kecamatan Banjarmasin Utara penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
dengan luas 8806,29 km2dan memiliki siapa saja secara kebetulan bertemu
jumlah penduduk 145,656 jiwa (Badan dengan peneliti dapat dijadikan sampel.
Pusat Statistik, 2016). Kecamatan survei lapangan yaitu minyak goreng
Banjarmasin Utara dimana terdapat bekas hasil penggorengan ayam tepung
pedagang kaki lima menjual ayam goreng (fried chicken) di Kecamatan Banjarmasin
dengan harga yang murah dan terjangkau. Utara. Berdasarkan survei yang telah
Oleh karena itu aktivitas jual beli tinggi dilakukan terdapat 6 sampel minyak
dan terbatasnya waktu anggota keluarga goreng bekas hasil penggorengan ayam
mengolah makanan sendiri. Hasil Survey tepung (fried chicken).
yang telah dilakukan pedagang Sampel yang diteliti adalah
mengunakan minyak goreng berulang minyak goreng bekas hasil penggorengan
tanpa diganti minyak goreng yang baru ayam (fried chicken). Minyak goreng
dan dapat mempengaruhi kesehatan bagi bekas hasil penggorengan ayam diambil
yang mengkonsumsi. Berdasarkan latar dari pedagang ayam goreng (fried
belakang tersebut, peneliti sebagai chicken) di Kecamatan Banjarmasin
mahasiswa ingin mengetahui kadar asam Utara, terdapat 8 sampel minyak goreng
lemak bebas pada minyak goreng bekas bekas hasil penggorengan ayam dalam

47
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 45-51
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

satu tempat yang berbeda untuk masing- indikator phenolptealin sebanyak 3 tetes,
masing sampel. penambahan indikator phenolptealin
Pengambilan sampel minyak goreng bertujuan untuk mengetahui terjadinya
bekas hasil penggorengan ayam (fried titik ekivalen dengan terjadinya
chicken) merupakan minyak goreng yang perubahan warna pada larutan. Setelah itu
sudah mengalami proses penggorengan dititrasi dengan NaOH 0,1 N dan diamati
berulang kali tanpa diganti minyak goreng secara visual akan berwarna pink atau
yang baru. Sampel minyak goreng bekas merah muda.
hasil penggorengan ayam ini berbau Pada penelitian ini didapatkan
tengik dan warna minyak yang digunakan hasil akhir yakni perubahan warna pink
dalam penelitian ini berwarna kuning, susu pada larutan sampel minyak goreng
coklat kemerahan dan kehitam - hitaman.. bekas ayam (fried chicken), karena
dipengaruhi oleh warna sampel minyak
III. HASIL DAN PEMBAHASAN goreng dan minyak goreng yang
Pengujian menggunakan metode dipanaskan dengan etanol 96% akan
Titrasi Alkalimetri dilakukan dengan berubah warna menjadi larutan keruh
mentitrasi sampel dengan NaOH 0,1 N, yang dapat dilihat secara visual, sehingga
pengujian ini dilakukan 3 replikasi atau setelah ditetesi dengan indikator
pengulangan yang bertujuan untuk phenolptealin berubah menjadi warna
mempertegas atau memperjelas hasil dari pink susu.
pengujian sampel. Sampel yang ingin Keuntungan analisis kadar asam
dititrasi terlebih dahulu ditimbang lemak bebas menggunakan metode Titrasi
sebanyak 10 gram, lalu dimasukkan Alkalimetri adalah memerlukan waktu
dalam erlenmeyer 250 ml. Kemudian 50 yang cepat, hasil perubahan warna yang
ml etanol 96% dicampurkan dengan baik, metode yang digunakan sederhana,
sampel, penggunaan etanol berfungsi pelarut yang digunakan mudah didapat,
untuk melarutkan lemak sehingga dapat hasil yang diperoleh akurat, peralatan
bereaksi dengan NaOH. Sebelum dititrasi, yang digunakan sederhana dan lebih
dilakukan pemanasan hingga mendidih, ekonomis dibandingkan dengan
pemanasan bertujuan untuk mempercepat spektrofotometri serapan atom.
reaksi agar sampel dan etanol larut secara Kekurangannya yaitu pada penentuan titik
sempurna. Sampel yang telah tercampur akhir titrasi perubahan warna bisa menjadi
dengan etanol 96% kemudian ditetesi berubah dari warna sebelumnya dan

48
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 45-51
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

pembacaan skala pada buret harus sangat terhadap hasil kadar asam lemak bebas
teliti. dari makanan yang digoreng. Semakin
gelap warna dari minyak goreng, maka
Tabel I. Hasil kadar asam lemak bebas pada semakin tinggi kadar asam lemak
minyak goreng bekas ayam goreng (fried chicken)
dari sampel 1 sampai sampel 8 bebasnya. Hal ini sesuai dengan
Kode Berat Kadar Memenu Tidak
pernyataan Austic (2010) yang
Sampe Sampe Asam hi standar memenu
l l (g) Lema hi menyatakan bahwa semkin tinggi asam
k standar
Bebas lemak bebas, maka kualitas minyak
1 10,3 g 0,68
% − √ semakin turun. Perubahan warna minyak
2 10,3 g 1,22
% − √ goreng yang awalnya jernih kekuningan
3 10,3 g 0,68 menjadi lebih gelap dipengaruhi beberapa
% − √
4 10,3 g 0,54 faktor, seperti adanya panas akibat suhu
% − √
5 10,3 g 1,28 yang tinggi 1800C sampai 2000C dan
% − √
6 10,3 g 0,57 terjadinya reaksi kimia dalam minyak
% − √ goreng karena proses oksidasi dan
7 10,3 g 0,55
% − √ hidrolisis. Berdasarkan hasil analisis
8 10,3 g 1,36
% − √ kadar asam lemak bebas menunjukkan
bahwa asam lemak bebas minyak goreng
Perhitungan kadar asam lemak bekas ayam (fried chicken) dari sampel 1
bebas dilakukan 3 replikasi untuk sampai sampel 8 hasil kadar asam lemak
memperjelas atau mempertegas hasil bebasnya berbeda.
kadar asam lemak bebas pada sampel Perbedaan hasil kadar asam lemak
minyak goreng bekas ayam (fried bebas karena warna minyak yang berbeda
chicken) yaitu diperoleh kadar asam dari masing-masing sampel yaitu sampel
lemak bebas pada masing-masing sampel 1 berwarna kuning ke merahan, sampel 2
dari sampel 1 sampai sampel 8, nilai berwarna hitam, sampel 3 berwarna
kadar asam lemak bebasnya diatas standar kuning ke merahan, sampel 4 berwarna
SNI 01- 3741-2013 yaitu maksimal kuning, sampel 5 berwarna hitam, sampel
0,30%. (Badan Standarisasi Nasional, 6 berwarna kuning, sampel 7 berwarna
2013). kuning, sampel 8 berwarna hitam.
Hasil analisis kadar asam lemak Sehingga dapat disimpulkan semakin
bebas di lihat dari warna minyak goreng hitam warna minyak goreng maka kadar
bekas ayam (fried chicken) berpengaruh asam lemak bebasnya semakin meningkat.

49
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 45-51
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Perhitungan kadar asam lemak minyak goreng bekas hasil penggorengan


bebas menyatakan bahwa dari 8 sampel ayam (fried chicken) di Banjarmasin
yang diuji, nilai kadar asam lemak bebas Utara dimulai dari nilai kadar asam lemak
pada minyak goreng bekas ayam dimulai bebas terendah sampai tertinggi yaitu
dari nilai yang terendah sampai nilai 0,54%, 0,55%, 0,57%, 0,68%, 0,68%,
tertinggi yaitu 0,54%b/b, 0,55%b/b, 1,22%, 1,28%, 1,36%.
0,57%b/b, 0,68%b/b, 0,68%b/b, Minyak goreng bekas hasil
1,22%b/b, 1,28%b/b, 1,36%b/b. penggorengan ayam (fried chicken) di
Berdasarkan nilai pada tabel diatas dapat Banjarmasin Utara diperoleh 8 sampel
dinyatakan bahwa semua sampel tidak tidak memenuhi standar SNI 01-3741-
memenuhi standar SNI 01-3741-2013 2013 yaitu 0,30%, karena 8 sampel yang
yaitu maksimal 0,30% pada minyak diuji masing-masing sampel nilai kadar
goreng bekas ayam (fried chicken) dan asam lemak bebasnya melebihi 0,30%.
minyak goreng tersebut tidak bisa
DAFTAR PUSTAKA
digunakan untuk menggoreng makanan.
Cara menanggulangi atau saran Andarwulan, A., Sadikin, Y.T., dan
Winarno, F.G., 1997, Pengaruh
agar minyak goreng dapat digunakan lama penggorengan dan
adalah penyimpanan minyak goreng penggunaan adsorben terhadap
mutu minyak goreng bekas
dalam wadah tertutup rapat dan wadah penggorengan tahu-tempe. Buletin
yang higienis. Setelah menggoreng sisa Teknol Dan Industri Pangan. 8 (1) :
40-45
minyak didinginkan dan disaring untuk Almatsier, S., 2002, Prinsip Dasar Ilmu
membersihkan, mengurangi bau dari sisa Gizi, Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
penggorengan sebelumnya. Maksimal Austutik, I.A.P., 2010.,Pengaruh suhu
pengulangan penggorengan sebanyak 4 interaksi minyak goreng bekas
Dengan menggunakan karbon aktif
kali, apabila terjadi perubahan warna Biji kelor Terhadap angka iodine
gelap pada proses penggorengan maka dan angka peroksida. Jurusan kimia
Fakultas sains dan teknologi
harus diganti minyak goreng yang baru. Universitas islam negeri (uin)
maulana Malik ibrahim, malang.
Badan Pusat Statistik, 2016, Jumlah
IV. KESIMPULAN Penduduk Kota Banjarmasin,
Berdasarkan hasil penelitian yang Banjarmasin
BSN. 2013, Minyak Goreng. SNI 01-
dilakukan terhadap 8 sampel dengan 3741-2013, Badan Standarisasi
menggunakan metode Titrasi Alkalimetri, Nasional, Jakarta.
maka kadar asam lemak bebas dalam

50
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 45-51
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Blumenthal, M.M., 1996, Frying minyak pada kacang sulut. Fakultas


technology, Di dalam: Bailey’s teknologi pertanian Institut
Industrial Oil and Fat Technology, pertanian bogor, Bogor.
Edible Oil and Fat Product: Product Sudarmadji, S., 2007, Analisa untuk
and Application Technology (4th bahan Pangan dan pertanian,
ed., Vol3).Wiley-Interscience Liberty. Yogyakarta.
Publication, New York, pp 429-482. Sutiah, K.S., and Wahyu S.B., 2008, Studi
Choe, E., and D.B. Min., 2007, Chemitry Kualitas Minyak Goreng dengan
of Deep-Fat Frying oils, Journal of parameter Viskositas dan Indeks
food Science, Vol.72(5). Institute Bias. Jurusan Fisika FMIPA UNDIP
of Food Technologiests.
Febriansyah, Reza., 2007, Mempelajari
pengaruh penggunaan berulang dan
Aplikasi adsorben terhadap kualitas
minyak dan tingkat penyerapan

51
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 52-57
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Analisis Hubungan Karakteristik Terhadap


Persepsi Pasien Diabetes Mellittus Tipe 2 Di RSUD
Ratu Zalecha Martapura
*Eka Agustya Muliastuti, Difa Intannia

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat


*Email : ekaagustyamuliastuti@gmail.com

ABSTRAK
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang
ditandai tingginya kadar glukosa darah diakibatkan defisiensi fungsi insulin. DM
merupakan suatu penyakit kronik, dimana ketika seseorang menderita penyakit kronik
maka orang tersebut akan memiliki pandangan tersendiri terhadap penyakitnya.
Faktor yang dapat mempengaruhi pandangan pasien terhadap penyakit adalah adanya
karakteristik pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
karakteristik dengan persepsi pasien DM. Desain penelitian yang digunakan adalah
cross sectional dengan analisis data menggunakan uji korelasi Kendall-Tau. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan kuesioner pada pasien DM rawat jalan yang berobat
di poliklinik penyakit dalam RSUD Ratu Zalecha Martapura. Persepsi diukur dengan
kuesioner Brief Illness Perception Questionnaire (BIPQ). Total sampel yang dianalisis
berjumlah 47 orang. Hasil analisis hubungan antara karakteristik dengan persepsi
yaitu usia berhubungan signifikan dengan item identity (0,043) dan concern (0,046),
tingkat pendidikan dengan item Illness Representative (0,012), pekerjaan berhubungan
dengan consequences (0,023), penghasilan dengan timeline (0,009), dan riwayat keluarga
berhhubungan signifikan dengan emotional representative (0,039). Sedangkan
karakteristik jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi.
Kata kunci: persepsi, karakteristik, diabetes mellitus tipe 2, BIPQ

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease which the symptom is the elevation of
blood sugar lever caused by insufficiency of insulin function. DM is chronic disease, when
a person suffers from chronic disease then that person will have its own views against the
disease. Factors that may affect the patient’s view of the disease is the presence of the
characteristics of the patient. This research aims to analyze the correlation between
characteristics and perception of DM patient. The design used is cross sectional study with
data analysis using correlational test Kendall-Tau. This research is done by using
questionnaire and filled by DM out-patient which get their treatment in internal disease
ward at RSUD Ratu Zalecha Martapura. The perception is measured with Brief Illness
Perception Questionnaire (BIPQ). Total sampel analyzed are 47 people. The result of
correlation between characteristics and perception who is significant are age with identity
(0,043) and concern (0,046), education with item Illness Representative (0,012), job with
consequences (0,023), income with timeline (0,009), and family history with emotional
representative (0,039). While the characteristics of gendre does not have a significant
correlation with perception.
Keywords: Perception, characteristics, diabetes mellitus, BIPQ.

52
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

I. PENDAHULUAN (Youngmee, 2010). Salah satu faktor yang


Diabetes Mellitus (DM) dapat mempengaruhi persepsi pasien
merupakan penyakit yang disebabkan adalah adanya karakteristik yang berbeda
karena hiperglikemia. Hiperglikemia dari setiap pasien. Penelitian yang
terjadi karena pankreas yang tidak mampu dilakukan oleh Norfazilah et al. 2013
memproduksi insulin dan adanya tentang persepsi pada pasien kronik
defisiensi fungsi insulin (Wilson & Price, hipertensi menyatakan bahwa terdapat
2002). Sejauh mana komplikasi yang hubungan yang signifikan antara nilai total
timbul akibat DM pada semua organ serta persepsi dengan riwayat keluarga.
semua sistem tubuh sangat tergantung
pada bagaimana cara menjaga agar II. METODE PENELITIAN
glukosa darah selalu berada dalam keadaan A. Model Penelitian
normal. Salah satu hal terpenting bagi Jenis penelitian ini adalah
penderita DM adalah melakukan penelitian kuantitatif non-eksperimental
pengendalian glukosa darah untuk dengan desain penelitian korelasional.
menjaga dan mengetahui kadar glukosa Teknik yang digunakan adalah cross
darah tetap dalam keadaan normal sectional study. Penelitian ini merupakan
(Tandra, 2008). Salah satu hal penting penelitian deskriptif analitik yaitu
dalam melakukan perawatan DM adalah menggambarkan serta menganalisis
dengan adanya pandangan pasien terhadap hubungan karakteristik terhadap persepsi
penyakit yang dideritanya atau dapat pasien DM. Pengambilan data melalui
dikatakan bagaimana persepsi pasien kuesioner dilakukan pada pasien DM
terhadap penyakit yang dideritanya. rawat jalan peserta BPJS di poliklinik
Model teori Self-Regulatory Model penyakit dalam RSUD Ratu Zalecha dari
(SRM) menyatakan bahwa respon Februari-Maret 2016. Penelitian
seseorang terhadap penyakit dapat menggunakan data primer dan sekunder.
mempengaruhi tindakan seseorang seperti Data primer didapat dari wawancara
melakukan manajemen diri (Gard, 2000). dengan pasien terdiri dari nama pasien,
Persepsi yang buruk dari penyakit yang jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
diderita dan adanya ketidakpatuhan pekerjaan, penyakit lain, penghasilan,
terhadap terapi dapat menyebabkan hasil riwayat keluarga, dan kuesioner persepsi.
klinis yang kurang baik bagi pasien Sedangkan data sekunder terdiri dari

53
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

tanggal pasien berobat, diagnosa DM, dan


resep pasien. Pengukuran persepsi pasien A. Gambaran Karakteristik Pasien
menggunakan metode Brief Illness Gambaran karakteristik pasien dapat
Questionnaire (BIP-Q). Penilaian dari dilihat pada tabel 1, sebagai berikut:
kuesioner BIP-Q dengan skor 1-11 dimana Tabel I. Distribusi Karakteristik Pasien
terdapat 3 item pernyataan negatif yaitu Karakteristik Jumlah Persentase
Pasien (%)
(n=47)
pada pertanyaan no 3,4, dan 7. Penarikan Usia
26-45 Tahun 7 14,9
kesimpulan dari hasil yang didapatkan 46-55 Tahun 20 42,6
56-65 Tahun 17 36,2
pada kuesioner BIP-Q dengan >65 Tahun 3 6,4
Jenis Kelamin
mengelompokkan rentang hasil yang Laki-laki 19 40,4
Perempuan 28 59,6
didapat, seperti dibawah ini: Tingkat Pendidikan
SD 8 17,0
SMP 6 12,8
SMA 23 48,9
Sarjana/Diploma 10 21,3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pekerjaan
PNS 3 6,4
Penelitian dilakukan pada pasien TNI/POLRI 1 2,1
Swasta 11 23,4
dewasa dengan umur ≥ 17 tahun dengan Pensiunan
Tidak Bekerja
11
21
23,4
44,7
Penghasilan
minimal telah menjalani pengobatan < Rp. 1.500.000 23 48,9
Rp. 1.500.000 - Rp. 3 6,4
selama 2 bulan sebelum penelitian 2.500.000
> Rp 2.500.000-Rp. 1 2,1
dilakukan. Sebelumnya, kuesioner BIP-Q 3.500.000
>Rp 3.500.000 20 42,6
terlebih dahulu divalidasi. Validasi Riwayat Keluarga
Ada 17 36,2
Tidak Ada 30 63,8
dilakukan dengan mengambil 30 sampel
pasien di Puskesmas Tanjung Rema
B. Gambaran Persepsi Diabetes
Martapura. Dari hasil uji validitas, Mellitus
kuesioner BIP-Q ini valid karena hasil Persepsi seseorang terhadap penyakit

p<0,05 dan reliabel dengan nilai terbagi menjadi tiga, yaitu persepsi

Cronbanch’s Alpha 0,722. Populasi yang kognitif, coping atau tindakan dan

didapat selama penelitian berjumlah 117 penilaian. Persepsi kognitif terdiri dari

pasien memenuhi inklusi, dan kemudian lima komponen yaitu identity, cause,

terdapat pasien yang dieksklusi timeline, consequences, dan control/cure.

dikarenakan banyak pasien yang menderita Setelah seseorang mengartikan suatu

komplikasi penyakit hipertensi, gagal ancaman maka orang tersebut akan

ginjal, kolesterol dan gagal jantung. merencanakan tindakan untuk menangani

sehingga sampel penelitian ini berjumlah ancaman tersebut, dan terakhir pasien akan

47 pasien penderita DM.

54
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

melakukan penilaian terkait penyakit yang Tabel II. Hasil Analisis hubungan
karakteristik dengan item
dideritanya (Gard, 2000).
persepsi pasien DM
Tabel II. Nilai Rata-rata dan Standar
Deviasi Persepsi Usia JK TP Pek. Peng. RK
r R r R R r
Rata-rata ± SD
Consequen -0,172 0,200 -0,018 0,270* -0,190 -0,036
Item Brief Illness
ces
Perception
Questionnaire (BIPQ) Timeline 0,094 -0,123 0,086 -0,202 0,323* -0,140
(n=47) Personal 0,087 0,176 -0,056 0,163 -0,070 -0,147
Consequences 5,70 ± 2,28 control
Timeline 6,06 ± 2,92 Treatment 0,191 -0,088 -0,123 -0,042 0,020 0,123
Control Personal 3,68 ± 2,09 control
Treatment Control 2,63 ± 1,99 Identity -0,245* 0,026 0,133 -0,043 0,156 -0,131
Identity 4,78 ± 2,10 Concern -0,238* 0,000 0,039 -0,056 -0,034 -0,067
Concern 7,02 ± 3,00 Illness -0,019 0,115 0,298* -0,104 0,142 -2,17
Illness 5,23 ± 2,87 comprehen
Comprehensibility sibility
Emotional 5,00 ± 2,66 Emotional -0,167 0,078 -0,043 0,087 -0,124 -0,265*
Representations representat
Jumlah (%) ive
Penyebab Utama *= berhubungan signifikan
Diabetes Mellitus
Gaya Hidup 43(57,3)
Emosional 12(16,0) Hasil analisis yang didapatkan
Keturunan 8(10,7)
Kelelahan 5(6,7) yaitu terdapat hubungan yang signifikan
Penyakit Lain 1(1,3)
antara item identity (-0,245) dan concern
Hasil kuesioner BIPQ didapatkan (-0,238), tingkat pendidikan dengan item
nilai total rata-rata persepsi pasien DM Illness Representative (0,298), pekerjaan
sebesar 40,12. Berdasarkan gambaran berhubungan dengan consequences
persepsi pasien DM dapat ditarik (0,270), penghasilan dengan timeline
kesimpulan bahwa pasien cenderung (0,323), dan riwayat keluarga berhubungan
menganggap penyakit yang dideritanya signifikan dengan emotional
mengancam atau berbahaya bagi representative (-0,265). Sedangkan
kehidupannya. Semakin tinggi nilai yang karakteristik jenis kelamin tidak memiliki
didapatkan pada item persepsi maka hubungan yang signifikan dengan persepsi.
semakin pasien menganggap penyakit Terdapat hubungan yang negatif
yang dideritanya mengancam antara usia dengan identy dan concern,
kehidupannya. selain itu hubungan antara riwayat
keluarga dengan emotional representative
C. Hubungan Karakteristik dengan
juga memiliki hubungan yang negatif.
Item Persepsi Pasien Diabetes
Artinya semakin bertambahnya usia pasien
Mellitus
maka pasien akan semakin tidak
Berikut merupakan hasil analisis
merasakan kekhawatiran akan penyakit
hubungan antara karakteristik dengan item
yang di rasakan dan semakin pasien tidak
persepsi pasien diabetes mellitus.

55
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

merasakan gejala penyakit yang cenderung akan memiliki kontrol penyakit


dideritanya. Hal ini dapat dikarenakan yang rendah (Norfazilan et al., 2013).
pasien telah terbiasa dengan penyakit yang Sedangkan pasien yang memiliki
dideritanya selama ini. Peneliti lain juga pekerjaan tetap atau jelas maka pandangan
menyatakan bahwa terdapat hubungan pasien terkait rasa khawatir dalam
antara usia dengan persepsi pasien. Pasien menjalani kehidupannya semakin tinggi
yang lebih muda akan cenderung pula, hal ini dapat dikarenakan pasien akan
menganggap penyakit yang diderita lebih menganggap bahwa penyakitnya
mengancam hal ini dapat dikarenakan mengganggu pekerjaannya dan akan
kurangnya pengalaman dalam menangani menurunkan kinerja saat melakukan
penyakit (Norfazilah et al., 2013). kegiatan. Terakhir yaitu hubungan antara
Sedangkan arti dari hubungan antara penghasilan dengan timeline menyatakan
riwayat keluarga pasien dengan emotional bahwa semakin pasien memiliki
representative menyatakan bahwa pasien penghasilan yang tinggi maka pasien akan
yang memiliki riwayat keluarga akan mengganggap atau berpandangan bahwa
memiliki gambaran emosional yang lebih penyakit yang dideritanya akan semakin
rendah dalam dirinya dikarenakan lama. Sedangkan menurut Kim et al.
kemungkinan pasien telah memiliki (2012) pasien dengan pendapatan yang
wawasan terkait cara penanganan penyakit rendah akan memiliki persepsi penyakit
yang dideritanya. yang lebih mengancam terutama dalam
Sedangkan hubungan yang pengendalian diri.
didapatkan pada item tingkat pendidikan
dengan illness representative, pekerjaan IV. KESIMPULAN
dengan consequences, dan penghasilan Kesimpulan yang dapat diambil
dengan timeline memiliki jenis hubungan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
yang positif artinya hubungan yang 1. Nilai gambaran karakteristik pasien
didapatkan searah. Ketika pasien memiliki DM yaitu pasien dengan kelompok
tingkat pendidikan yang tinggi maka usia 46-55 tahun (42,6%), pasien
semakin banyak pula wawasan tentang dengan jenis kelamin perempuan
penyakit yang dideritanya. Peneliti lain (59,6%), tingkat pendidikan terbanyak
menyatakan bahwa hubungan antara SMA (48,9%), pasien tidak bekerja
pendidikan dengan persepsi pasien yang (44,7%), penghasilan terbanyak yaitu
memiliki tingkat pendidikan lebih rendah kelompok <Rp 1.500.000 (48,9%) dan

56
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

pasien tidak memiliki riwayat keluarga Illness Perceptions in Minority


Patients Undergoing Maintenance
(63,8%).
Hemodyalysis. Nephrol Nurs J.
2. Nilai gambaran persepsi yang 39(1):39-49.
Norfazilah A., A. Samuel, P.T. Law, A.
didapatkan, yaitu poin consequences
Ainaa, A. Nurul, M.H, Syahnaz, &
5,70±2,28, timeline 6,06±2,92, M.N. Azmawati. 2013. Illness
Perception among hypertensive
personal control 3,68±2,09, treatment
patients in primary care centre
control 2,63±1,99, identity 4,78±2,10, UKMMC. Malays Fam Physician.
8(3):19-25
concern 7,02±3,00, illness
Tandra, Hans. 2008. Segala Sesuatu Yang
comprehensibility 5,23±2,87, dan Harus Anda Ketahui Tentang
Diabetes. Gramedia Pustaka Utama.
emotional representations 5,00±2,66.
Jakarta.
3. Terdapat hubungan yang signifikan Wilson, Price. 2002. Patofisiologi Konsep
Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi
antara item identity (0,043) dan
4. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
concern (0,046), tingkat pendidikan Youngmee K. & L.S. Evangellsta. 2010.
Relationship between Illness
dengan item Illness Representative
Perceptions, Treatment Adherence,
(0,012), pekerjaan berhubungan and Clinical Outcome in Patients on
Maintenance Hemodialysis. Nephrol
dengan consequences (0,023),
Nurs J. 37(3):271-281.
penghasilan dengan timeline (0,009),
dan riwayat keluarga berhubungan
signifikan dengan emotional
representative (0,039). Sedangkan
karakteristik jenis kelamin tidak
memiliki hubungan yang signifikan
dengan persepsi.

DAFTAR PUSTAKA

Broadbent, E., L. Donkin & J. C. Stroh.


2011. Illness and Treatment
Perceptions are Asssociated with
Adherence to Medication, Diet, and
Exercise in Diabetic Patients.
Diabetes Care. 34:338-340.
Gard, P. R. 2000. A Behavioural Approach
to Pharmacy Practice. Blackwell
Science Ltd. UK.
Kim Y., I.S. Evangelista, & L.R. Philips.
2012. Racial/Ethnic Differences in

57
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Review: Aktivitas Antihipertensi Tumbuhan Obat


dan Prediksi Mekanisme Kerjanya
Dyah Retno Widyastuti dan *Muhammad Ikhwan Rizki
Program Studi Farmasi FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
*Email: ikhwanrizki@unlam.ac.id

ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi yang besar dan
menimbulkan kejadian komplikasi. Hipertensi diterapi dengan obat-obatan
antihipertensi yang secara umum memiliki beberapa efek samping. Sejak lama,
masyarakat Indonesia memanfaatkan bahan alam untuk mengobati berbagai penyakit
karena relatif lebih aman dan adanya efek sinergisme senyawa kimia dalam tumbuhan.
Artikel review ini bertujuan untuk mengkaji secara ilmiah beberapa tumbuhan yang
berpotensi sebagai antihipertensi dan prediksi mekanisme kerjanya. Metode yang
digunakan yaitu dengan studi literatur berupa e-book, baik jurnal lokal maupun
internasional. Berdasarkan hasil review literatur, hipertensi dapat diatasi dengan
menggunakan daun kumis kucing (Ortosiphon aristatus (Blume) Miq.), daun pepaya
(Carica papaya L.), daun atau biji alpukat (Persea americana Mill.), daun seledri (Apium
graveolens L.), umbi bawang putih (Allium sativum L.), daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.), buah mengkudu (Morinda citrifolia L.), daun salam (Syzygium
polyanthum (Wight) Walp.), dan daun atau buah sirsak (Annona muricata L.). Prediksi
mekanisme antihipertensi tumbuhan tersebut dengan bekerja sebagai diuretik,
penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE), maupun vasodilator.
Kata Kunci: Angiotensin Converting Enzyme (ACE), antihipertensi, tumbuhan, diuretik,
vasodilator

ABSTRACT
Hypertension is a high prevalent cardiovascular disease and causes complications.
Hypertension can be treated by using antihypertensive medicines which have some side
effects. Natural products, especially plants, have been used by Indonesian society because
they are relatively safer due to synergism effect of the phytochemicals. This paper aimed to
review some potential antihypertensive plants and prediction of their mechanism action.
Review on this paper used e-books and journals, both locally and internationally
published. Based on this review, hypertension can be overcome by using some plants
including kumis kucing leaves (Ortosiphon aristatus (Blume) Miq.), papaya leaves (Carica
papaya L.), avocado leaves or seeds (Persea americana Mill.), celery leaves (Apium
graveolens L.), garlic corm (Allium sativum L.), bilimbi leaves (Averrhoa bilimbi L.), noni
fruit (Morinda citrifolia L.), bayleaf (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.), and soursop
leaves or fruits (Annona muricata L.). Prediction mechanism of these plants is by acting as
diuretic, Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor, or vasodilator.
Keywords: Angiotensin Converting Enzyme (ACE), antihypertensive, plants, diuretic,
vasodilator

58
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

I. PENDAHULUAN kelelahan, pandangan buram, tinitus,


Hipertensi merupakan penyakit epistaksis, jantung berdebar, terengah-
kardiovaskular yang mampu menimbulkan engah saat beraktivitas, dan sesak pada
komplikasi (Irawati, 2015). Hipertensi, dada.
dikenal sebagai tekanan darah tinggi, Hipertensi saat ini menjadi
adalah kondisi yang ditandai dengan penyakit tidak menular yang banyak
peningkatan tekanan darah sistolik sebesar diderita oleh berbagai kalangan
140 mmHg atau lebih serta tekanan darah masyarakat (Margowati et al., 2016).
diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih Prevalensi hipertensi di Indonesia pada
(Khan, 2006.; Lakshmi et al., 2011). tahun 2010 sebesar 30% dengan insiden
Penyakit ini dapat memicu komplikasi komplikasi lebih tinggi pada wanita
meliputi infark miokard, gagal jantung, sebesar 52% dibandingkan pada pria
aritmia, stroke (Khan, 2006), hipertropi sebesar 48% (Mulyani et al., 2014). Angka
ventrikel kiri, retinopati (Faridah, 2014), ini diperkirakan akan terus meningkat
sindroma cushing’s (Joshi et al., 2013), hingga 60% pada tahun 2025 (Ashraf et
gagal ginjal kronis (Lakshmi et al., 2011; al., 2013). Tiga dari empat penderita
Talha et al., 2011), dan kebutaan (Sari, hipertensi berpeluang mengalami
2015). komplikasi (Lakshmi et al., 2011). Hal ini
Berdasarkan etiologinya, hipertensi mengindikasikan bahwa penyakit
dibedakan menjadi hipertensi primer dan hipertensi tidak dapat dipandang sebelah
sekunder (Lakshmi et al., 2010). JNC 7 mata dan memerlukan pengobatan yang
dalam Khan (2006) menggolongkan tepat.
hipertensi ke dalam tingkatan hipertensi Pengobatan hipertensi dapat
stadium 1 dan hipertensi stadium 2. dilakukan baik secara konvensional
Penyakit hipertensi dikenal sebagai silent maupun dengan memanfaatkan bahan
killer karena penyakit ini sering kali alam. Golongan obat antihipertensi yang
muncul tanpa menimbulkan gejala yang sering digunakan untuk menurunkan
spesifik (Sari, 2015). Namun, ada tekanan darah antara lain diuretik,
beberapa gejala yang dapat dikaitkan penghambat β-adrenergik, penghambat
dengan penyakit ini. Margowati et al. enzim ACE dan reseptor AT, antagonis
(2016) dan Joshi et al. (2013) menyatakan kalsium, dan penghambat α-adrenergik
bahwa pada umumnya, penderita (Khan, 2006). Konsumsi obat
hipertensi mengeluhkan sakit kepala, antihipertensi dapat menimbulkan efek

59
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

samping berupa gatal, kemerahan, batuk, internasional. Keduanya diperoleh melalui


dehidrasi, pusing, aritmia, dan kram otot penyedia jurnal di internet.
(Iswantini et al., 2015; Joshi et al., 2013).
Efek samping tersebut memicu masyarakat III. HASIL DAN PEMBAHASAN
memanfaatkan bahan alam seperti tumbuh- Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus
tumbuhan untuk membuat tekanan darah (Blume) Miq.)
kembali normal. Selain itu, bahan alam Kumis kucing, terutama bagian
dinilai lebih murah dibandingkan dengan daunnya, secara tradisional digunakan
obat konvensional. Adanya efek untuk mengobati hipertensi (Jaiswal et al.,
sinergisme antar senyawa metabolit 2012). Orthosiphon aristatus (Blume)
sekunder menyebabkan timbulnya efek Miq. dikenal pula sebagai Orthosiphon
farmakologi. Senyawa metabolit sekunder stamineus Benth, tergolong famili
juga memiliki aktivitas polivalen, sehingga Lamiaceae (Adnyana et al., 2013;
memungkinkan mengatasi berbagai Manshor et al., 2013). Daun kumis kucing
penyakit (Bone & Mills, 2013). berwarna hijau, berupa daun tunggal
Antihipertensi yang terkandung dalam bertangkai, berbentuk bulat telur, dan
tumbuhan dapat bekerja antara lain sebagai berukuran panjang 4-12 cm dan lebar 5-8
diuresis, vasodilator, atau mempengaruhi cm (Kartasapoetra, 2004). Senyawa
kerja jantung (Mulyani et al., 2014). metabolit sekunder yang terkandung dalam
Penulisan artikel ini bertujuan untuk daun kumis kucing antara lain alkaloid,
mengkaji secara ilmiah beberapa saponin, flavonoid, polifenol (Iswantini et
tumbuhan yang berkhasiat sebagai al., 2015; Singh et al., 2015), asam
antihipertensi dan prediksi mekanisme organik (Pattamadilok et al., 2003), dan
kerjanya agar dapat dimanfaatkan lebih diterpene (Ohashi et al., 2000). Senyawa
lanjut untuk mengatasi hipertensi. flavonoid yang terkandung dalam daun
kumis kucing antara lain kuersetin,
II. METODE eupatorin, sinensetin, salvigenin, dan
Metode yang digunakan pada tetramethylscuttellarein (Iswantini et al.,
artikel review ini yaitu dengan studi 2015; Pattamadilok et al., 2003). Senyawa
literatur berupa e-book dan jurnal. E-book bioaktif yang berkhasiat antihipertensi
maupun jurnal yang digunakan telah adalah flavonoid (Iswantini et al., 2015).
dipublikasi secara lokal maupun Berikut gambar 1 daun kumis kucing.

60
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Pepaya (Carica papaya L.)


Pepaya (Carica papaya L.),
tergolong famili Cariaceae, telah dikenal
memiliki banyak manfaat baik secara
ekonomis maupun farmakologis (Maisarah
Gambar 1. Daun kumis kucing (BPOM
RI, 2008) et al., 2014; Ravikant et al., 2012). Pepaya
Ekstrak air daun kumis kucing
bermanfaat antara lain sebagai laksatif,
terbukti mampu menurunkan tekanan
analgesik, antibakteri, amubisida, dan
darah. Senyawa methyripariochromene A
kardiotonik. Pepaya, terutama bagian
diprediksikan memiliki aksi diuretik
daunnya, secara empiris digunakan sebagai
sehingga mampu menurunkan tahanan
agen antihipertensi (Asaolu et al., 2010).
perifer dan output kardiak. Pemberian oral
Ciri morfologis daun pepaya antara lain
ekstrak air daun kumis kucing mampu
berupa daun berukuran besar dengan
meningkatkan ekskresi elektrolit melalui
diameter 50-70 cm, berwarna hijau tua,
urin 2-3 kali dari frekuensi urinasi normal
berlekuk, dan memiliki tulang daun
(Singh et al., 2015). Pemberian ekstrak air
menjari (Kalayasari et al., 2014). Daun
daun kumis kucing dengan konsentrasi 50
pepaya mengandung berbagai senyawa
ppm juga mampu menurunkan tekanan
kimia seperti saponin, tanin, glikosida
darah dengan mekanisme sebagai
jantung, alkaloid (Kalayasari et al., 2014;
penghambat Angiotensin Converting
Maisarah et al., 2014), flavonoid, fenolik,
Enzyme (ACE) dengan potensi inhibisi
antrakuinon, triterpene, asam amino, dan
sebesar 69,20%. Senyawa bioaktif yang
mineral (Ergardir et al., 2014; Asaolu et
bertanggung jawab sebagai penghambat
al., 2010). Senyawa alkaloid yang terdapat
ACE adalah flavonoid, terutama kuersetin
dalam daun pepaya antara lain carpaine,
yang dapat diidentifikasi di dalamnya
pseudocarpaine, dan dehydrocarpain I dan
(Iswantini et al., 2015). Penelitian
II (Kalayasari, 2014; Ergardir et al., 2014).
Manshor et al. (2013) juga membuktikan
Brasil et al. (2014) mengidentifikasi
bahwa daun kumis kucing dapat bertindak
senyawa flavonoid berupa kuersetin,
sebagai vasorelaksan dengan cara
kaempferol, rutin, maghaslin, clitorin, dan
menurunkan konsentrasi intraselular ion
nicotiflorin dalam ekstrak metanol daun
kalsium sehingga dapat menurunkan
pepaya. Gambar 2 menunjukkan gambaran
tekanan darah.
morfologis daun pepaya dalam keadaan
segar.

61
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Alpukat (Persea americana Mill.)


Persea americana termasuk dalam
famili Lauraceae dan secara umum dikenal
dengan nama alpukat (Anaka et al., 2009).
Tumbuhan ini memiliki banyak manfaat
baik sebagai pelengkap nutrisi maupun
sebagai obat bahan alam (Grace et al.,
2015). Alpukat saat ini muncul sebagai
pilihan masyarakat untuk mengatasi
Gambar 2. Daun pepaya (Pangtey, hipertensi dengan memanfaatkan bagian
2016) daun atau bijinya (Anaka et al., 2009;
Daun pepaya sebagai antihipertensi Ilozue et al., 2014). Daun alpukat berupa
diprediksikan bekerja sebagai agen daun tunggal, simetris, dan bertangkai
diuretik karena adanya kalium. Ekstrak air (Rukmana, 1997). Daun berbentuk ovalis
daun pepaya yang diberikan terhadap tikus memanjang, tebal, pangkal dan ujung
Sprague-Dawley jantan dewasa dengan meruncing dengan tepi rata, pertulangan
dosis 10 mg/kg mampu menurunkan daun menyirip dengan panjang 10-20 cm
tekanan darah seperti pada aktivitas dan lebar 3-10 cm. Warna kemerahan
hydrochlorthiazide (Kalayasari et al., menunjukkan daun alpukat masih muda,
2014). Penelitian Ravikant et al. (2012) sedangkan daun tua berwarna hijau (Grace
membuktikan bahwa pemberian ekstrak et al., 2015). Senyawa kimia yang
etanol daun pepaya dapat menurunkan terkandung dalam daun alpukat meliputi
tekanan darah secara signifikan melalui terpenoid, flavonoid, tanin katekat, kuinon,
pengaruh pada sistem renin-angiotensin- saponin, steroid, alkaloid, mineral (Irawati,
aldosteron, khususnya dengan 2015), acetogenin alifatik, dan kumarin
menghambat aktivitas ACE. Brasil et al. (Ragasa et al., 2014). Biji alpukat
(2014) juga mengungkapkan ekstrak berbentuk bulat seperti bola dengan
metanol daun pepaya secara in vitro diameter 2,5-5 cm dan keping biji
bekerja sebagai penghambat ACE. berwarna putih kemerahan (BPOM, 2008).
Senyawa yang bertanggung jawab Hasil skrining fitokimia Grace et al.
terhadap penghambatan ACE adalah (2015) dan Ilozue et al. (2014)
senyawa golongan flavonoid seperti yang membuktikan bahwa ekstrak metanol biji
telah dipaparkan sebelumnya. alpukat mengandung alkaloid, terpenoid,

62
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

flavonoid, saponin, dan glikosida jantung. kalsium sehingga tekanan darah dapat
Selain itu, penelitian Anaka et al. (2009) diturunkan (Anaka et al., 2009). Penelitian
menunjukkan bahwa biji alpukat juga Rinayanti et al. (2013) membuktikan
mengandung tanin. Biji dan daun alpukat bahwa biji alpukat memiliki efek inhibisi
ditunjukkan pada gambar 3. pada ACE dengan nilai IC50 sebesar 1043
µg/ml pada ekstrak etanol, 476 µg/ml pada
(a) (b)
ekstrak etil asetat, dan 500 µg/ml dalam
ekstrak metanol.

Seledri (Apium graveolens L.)


Seledri, Apium graveolens L.
adalah tumbuhan dari famili Apiaceae
Gambar 3. (a) Biji alpukat serta (b) daun yang dimanfaatkan baik sebagai obat
alpukat (BPOM RI, 2008)
maupun bahan pangan (Brancovic et al.,
Aktivitas antihipertensi daun 2010; Asif et al., 2011). Bagian seledri
alpukat dipengaruhi oleh senyawa kimia yang berkhasiat sebagai antihipertensi
pada daun alpukat. Senyawa kimia yang adalah daunnya (Fitria & Saputra, 2016).
diperkirakan berperan aktif dalam Adapun ciri morfologi daun seledri antara
mekanisme antihipertensi antara lain lain berupa daun majemuk, anak daun
flavonoid, saponin, dan alkaloid. berjumlah 3-7 helai, berwarna hijau
Flavonoid akan mempengaruhi kerja ACE keputih-putihan sampai hijau dengan
dimana ACE dihambat sehingga ukuran panjang 2-7,5 cm, lebar 2-5 cm,
pengubahan angiotensin I menjadi dan tangkai 1-2,7 cm (Alam & Teguh,
angiotensin II terinhibisi. Hal ini 2015). Kandungan kimia yang ada pada
menyebabkan vasodilatasi sehingga terjadi daun seledri secara umum yaitu saponin,
penurunan resistensi perifer dan juga flavonoid, polifenol (Alam & Teguh,
tekanan darah (Irawati, 2015; ragasa et al., 2015), isoimperatorin, isokuersetin, asam
2014). Mekanisme yang terlibat dalam linoleat, magnesium (Asif et al., 2011),
aktivitas hipotensif ekstrak air biji alpukat apigenin, luteolin (Brancovic et al., 2010),
ialah melalui efek vasorelaksan yang tanin, fitosterol, phtalides terutama 3-n-
ditimbulkan oleh tanin. Tanin adalah butylphtalide, dan kalium (Fitria &
senyawa polifenol yang diprediksikan Saputra, 2016; Moghadam et al., 2013).
mampu menurunkan masuknya ion

63
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Gambar 4 menunjukkan morfologi daun berperan sebagai diuretik (Fitria &


seledri. Saputra, 2016).

Bawang Putih (Allium sativum L.)


Bawang putih (Allium sativum L.)
adalah tanaman dalam famili Alliaceae
yang umbinya telah dikenal luas sebagai
bumbu masakan dan juga sebagai obat
Gambar 4. Daun seledri (Alam & Teguh,
berbagai penyakit, termasuk hipertensi
2006).
Penelitian Moghadam et al. (2013) (Londhe et al., 2012). Ciri morfologis
membuktikan bahwa pemberian ekstrak n- tumbuhan ini yaitu tumbuh secara
heksan, metanol, dan etanol daun seledri berumpun dan berdiri tegak sampai
dengan dosis 300 mg/kg mampu setinggi 30-75 cm, memiliki batang semu.
menurunkan tekanan darah tikus yang Helai daun mirip pita, pipih dan
diinduksi hipertensi secara signifikan memanjang. Akar bawang putih terdiri
tanpa berpengaruh pada tekanan darah dan dari serabut kecil yang berjumlah banyak
denyut jantung tikus bertekanan darah (Thomas, 1989). Menurut Londhe et al.
normal. Hal ini sejalan dengan penelitian (2012), bawang putih mengandung
Brancovic et al. (2010) dengan hasil setidaknya 33 senyawa sulfur, enzim,
pemberian ekstrak air maupun etanol daun assam amino, dan mineral seperti
seledri mampu menyebabkan penurunan selenium. Penelitian Pavni et al., 2011
tekanan darah pada kelinci. Mekanisme membuktikan senyawa terpenoid dan
kerja antihipertensi daun seledri glikosida ada pada umbi lapis bawang
diprediksikan timbul karena adanya putih. Selain itu, terdapat senyawa kimia
konstituen kimia berupa senyawa lain seperti saponin, flavonoid, polifenol,
flavonoid apigenin dan kuersetin di mana dan minyak atsiri (Alam & Teguh, 2015).
kedua senyawa ini bertindak sebagai Komponen bioaktif khas yang ada pada
vasodilator (Fitria & Saputra, 2016; bawang putih adalah senyawa allicin
Brancovic et al., 2010). Senyawa 3-n- (Rizwan et al., 2013; Pavni et al., 2011).
butylphtalide bertindak sebagai diuretik Berikut gambar umbi lapis bawang putih.
maupun vasodilator (Madhavi et al.,
2013), sedangkan senyawa kalium

64
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Belimbing wuluh, sering dikenal


masyarakat sebagai belimbing tunjuk atau
belimbing asam, tergolong famili
Oxalidaceae (Hernani et al., 2009). Bagian
daun dari tumbuhan ini dapat
dimanfaatkan sebagai antihipertensi.
Gambar 5. Umbi lapis bawang putih Adapun ciri makroskopik daun belimbing
(Alam & Teguh, 2006) wuluh yaitu berupa daun majemuk
Aktivitas penurunan tekanan darah
menyirip gasal (imparipinnate) dengan
oleh umbi lapis bawang putih dikaitkan
panjang 30 hingga 60 cm dan jumlah helai
dengan produksi hidrogen sulfida dan
daun sebanyak 11-37 helai. Daun
adanya senyawa allicin yang menghambat
belimbing wuluh berwarna hijau sedang
pembentukan angiotensin II dan
dengan warna yang lebih pucat pada
menimbulkan efek vasodilator (Londhe et
permukaan bawah daun dengan ukuran
al., 2012). Senyawa allicin juga mampu
panjang 2-10 cm dan lebar 1,21-25 cm
melindungi dan mengembalikan elastisitas
(Roy et al., 2011; Pasagi et al., 2014).
pembuluh darah arteri, menghambat ACE
Kandungan senyawa yang ada pada daun
yang mengakibatkan terjadinya penurunan
belimbing wuluh antara lain senyawa
produksi angiotensin II (zat pemicu retensi
diterpen terutama phytol (Hidayati et al.,
natrium dan air serta vasokonstriksi)
2010), flavonoid tipe luteoin dan apigenin,
sehingga tekanan darah dapat diturunkan
dietil phtalat (Hernani et al., 2009),
(Madhura, 2015). Penggunaan umbi
saponin, triterpenoid, tanin, sulfur, dan
bawang putih sebanyak 600-900 mg per
kalium (Roy et al., 2011; Mulyani et al.,
hari (1,8-2,7 g/hari bawang segar) selama
2014). Gambar 6 menunjukkan daun
4 minggu mampu menurunkan tekanan
belimbing wuluh.
darah secara signifikan menurut Fatenah &
Akhondzadeh, 2002). Allicin juga mampu
meningkatkan sintesis nitrit oksida yang
mampu memicu relaksasi otot polos
(Rizwan et al., 2013).

Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)


Gambar 6. Daun belimbing wuluh (Love
& Paul, 2011)

65
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

bulat lonjong dengan diameter 7,5-10 cm


Penelitian membuktikan bahwa
dengan permukaan terbagi dalam sel-sel
ekstrak daun belimbing wuluh memiliki
poligonal berbintik. Buah mengkudu
efek diuresis pada dosis 52,517
beraroma seperti keju busuk karena
mg/100gBB dan 105,034 mg/100gBB
kandungan asam kaprik dan asam kaproat
pada tikus putih jantan. Efek diuresis ini
(Sari, 2015; Hidayat et al., 2004). Zat aktif
dikarenakan kandungan kalium pada daun
yang terkandung dalam buah mengkudu
belimbing wuluh dapat mempengaruhi
antara lain scopoletin, octoanoic acid,
ekskresi urin. Kalium mampu bekerja
kalium, vitamin C, alkaloid, antrakuinon,
sebagai diuretik untuk meningkatkan
b-sitosterol, asam linoleat, alizarin, asam
pengeluaran natrium serta berperan dalam
amino, acubin, L-asperuloside, asam
menurunkan retensi natrium melalui
kaproat (Sari, 2015), fenol, antrakuinon,
peningkatan jumlah urin yang mekanisme
glikosida, flavonoid, triterpenoid, dan
kerjanya pada ginjal (Mulyani et al., 2014;
sterol (Singh, 2012). Gambar 7
Harjanti & Parmadi, 2014). Menurut
menunjukkan gambar buah mengkudu
Hernani et al. (2009), senyawa phytol
yang dilansir dari BPOM RI (2008).
sebagai suatu diterpen asiklik
kemungkinan memberikan efek hipotensif
pada dosis 33 mg/kgBB secara pada
kucing. Senyawa phytol bekerja sebagai
agen diuretik dengan menurunkan kadar
natrium dalam ruang interstisial dan di
dalam sel otot polos pembuluh darah Gambar 7. Buah mengkudu (BPOM RI,
2008)
sehingga penurunan tekanan darah dapat Aktivitas antihipertensi buah
terjadi (Hidayati et al., 2010; Harjanti & mengkudu telah dibuktikan oleh penelitian
Parmadi, 2014). Suidah (2011) dan Sitepu (2015). Buah
mengkudu dapat menurunkan tekanan
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) darah dengan menghambat enzim ACE
Mengkudu (Morinda citrifolia L.), (Singh, 2012). Selain itu, zat aktif berupa
tergolong dalam famili Rubiaceae, dikenal scopoletin dan xeronin dapat menurunkan
memiliki berbagai manfaat dalam dunia tekanan darah yang mana kedua zat ini
medis terutama untuk bagian buahnya mampu menurunkan resistensi perifer
(Sari, 2015). Buah mengkudu berbentuk (Sari, 2015; Hidayat et al., 2004).

66
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Senyawa scopoletin juga dapat berfungsi


sebagai vasodilator (Sitepu, 2015).

Salam (Syzygium polyanthum (Wight)


Walp.)
Salam memiliki nama ilmiah Gambar 8. Daun salam (Rizki &
Hariandja, 2015)
Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Terpenoid, senyawa fenolik, tanin,
dengan sinonim Eugenia polyantha Wight, dan flavonoid terutama eugenol dan
suku Myrtaceae (Ismail et al., 2016; Azlini terpenoid telah dibuktikan secara in vitro
et al., 2011). Daun salam telah dikenal maupun in vivo mampu menurunkan
masyarakat luas sebagai bumbu masakan tekanan darah dengan bertindak sebagai
yang juga memiliki khasiat sebagai vasorelaksan (Azlini et al., 2011; Ismail et
antihipertensi (Margowati et al., 2016). al., 2016). Daun salam diprediksikan
Ciri-ciri morfologis daun salam meliputi bekerja secara langsung pada pembuluh
berbau aromatik lemah dengan rasa kelat. darah dengan aksi ringan sebagai diuretik
Helai daun berbentuk jorong memanjang, (Margowati et al., 2016; Azlini et al.,
dengan pangkal dan ujung daun yang 2011). Penelitian Ahmad et al. (2013)
meruncing. Daun berwarna hijau membuktikan bahwa mekanisme
kecoklatan sampai coklat, ukuran panjang hipotensif daun salam diperoleh melalui
sekitar 7-15 cm, lebar sekitar 5-10 cm pelepasan nitrit oksida dari sel-sel endotel
(Kartasapoetra, 2004). Berdasarkan yang akan memicu vasodilatasi pembuluh
penelitian Liliwirianis et al. (2011), daun darah.
salam mengandung alkaloid, saponin,
steroid, fenolik, dan flavonoid. Daun Sirsak (Annona muricata L.)
salam juga mengandung tanin dan Sirsak dengan nama ilmiah Annona
terpenoid (Ismail et al., 2016; Azlini et al., muricata L., tegolong famili Annonaceae,
2011). Kandungan minyak atsiri dalam merupakan tumbuhan yang dikenal
daun salam juga telah banyak diteliti memiliki beragam khasiat farmakologis.
bahwa daun salam mengandung eugenol, Tumbuhan ini juga dikenal sebagai nangka
cis-4-decenal, α-pinene, farnesol, β- belanda (Kurniasih et al., 2015). Salah satu
ocimene, dan nonanal (Ismail et al., 2016). bagian tumbuhan sirsak yang berkhasiat
Gambar di bawah ini menunjukkan daun obat adalah daunnya. Morfologi daun
salam dalam kondisi segar.

67
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

sirsak adalah berbentuk bulat dan panjang,


dengan bentuk daun menyirip dan ujung
meruncing, permukaan daun mengkilap,
berwarna hijau muda hingga hijau tua
(Sunarjono, 2005). Daun sirsak
mengandung senyawa golongan alkaloid Gambar 9. (a) Pohon sirsak dan profil
(b) daun, (c) bunga, dan (d)
seperti retikulin, koreksimin, koklarin, buah sirsak (Moghadamtousi
anomurin, anomuricin E, anomuricin C, et al., 2015)
Pemberian ekstrak air daun sirsak
muricapentocin, acetogenin, annocatacin,
dengan dosis 917-48,5 mg/kg terbukti
annocatalin, annohexocin, annonacin, dan
dapat menurunkan tekanan darah baik
annanol, serta senyawa minyak atsiri
sistolik maupun diastolik tanpa
seperti β-kariopilin (Nwokocha, 2012;
mempengaruhi denyut jantung secara
Kurniasih et al., 2015). Menurut Hubert et
signifikan (Nwokocha, 2012; Patel, 2016).
al. (2010), daun sirsak juga mengandung
Prediksi mekanisme yang mungkin bagi
flavonoid, vitamin C, dan kalium.
efek antihipertensi daun sirsak adalah
Selain daun, buah sirsak juga
sebagai antagonis kalsium dengan alkaloid
banyak memiliki manfaat seperti sebagai
anomurin bertindak sebagai senyawa
antikanker, antikonvulsan, antimalaria, dan
bioaktif (Nwokocha, 2012). Penelitian
antihipertensi (Patel, 2016). Buah sirsak
Hubert et al. (2010) membuktikan bahwa
adalah buah dengan bentuk hati berwarna
efek antihipertensi daun sirsak ditimbulkan
hijau. Diameter buah bervariasi mulai 15
oleh senyawa flavonoid dan kalium.
hingga 20 cm. Satu buah sirsak dapat
Flavonoid diprediksikan mampu bertindak
mengandung 5 sampai 200 biji (Patel,
sebagai penghambar ACE sehingga
2016; Sunarjono, 2005). Kandungan
pelepasan hormon aldosteron dapat
senyawa kimia pada buah sirsak antara
dihambat. Hal ini mengakibatkan lebih
lain alkaloid, fenolik, minyak atsiri
banyak NaCl dikeluarkan dari dalam tubuh
(Adefegha et al., 2015), senyawa
sehingga tekanan darah menurun.
asetogenin, dan beberapa mineral seperti
Flavonoid juga mampu memodulasi
K, Ca, Na, Cu, Fe, dan Mg (Patel, 2016).
pelepasan nitric oxide sebagai vasodilator.
Gambar 9 menunjukkan profil tumbuhan
Selain itu, kalium juga memiliki efek
Annona muricata L.
vasodilatasi sehingga sinergisme efek zat
kimia dalam daun sirsak dapat

68
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

menurunkan tekanan darah (Mans et al., Converting Enzyme (ACE), maupun


2010; Hubert et al., 2010). sebagai vasodilator.
Aktivitas antihipertensi buah sirsak
tidak berbeda jauh dengan daunnya. DAFTAR PUSTAKA
Adefagha et al. (2015) membuktikan Adefagha, S.A., S.I. Oyeleye, & G. Oboh.
2015. Distribution of Phenolic
bahwa ekstrak air buah sirsak memiliki
Contents, Antidiabetic Potentials,
aktivitas inhibisi ACE dengan EC50 Antihypertensive Properties, and
Antioxidative Effects of Soursop
sebesar 0,14±0,02 mg/mL. Penghambatan
(Annona muricata L.) Fruit Parts In
enzim ACE oleh ekstrak buah sirsak Vitro. Journal of Biochemistry
Research International. 2015: 1-8.
diprediksikan karena adanya senyawa
Adnyana, I.K. F. Setiawan, M. Insanu.
fenolik. Senyawa ini menunjukkan 2013. From Ethnopharmacology to
Clinical Study of Orthosiphon
hubungan struktur dan aktivitas pada
stamineus Benth. Internaational
penghambatan ACE dengan mengkelat ion Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences. 5(3): 66-
seng pada sisi aktif enzim.
73.
Ahmad, W.A.N.W. & A. Ismail. 2013.
Nitric Oxide Involvement in
IV. KESIMPULAN Hypotensive Effect of Syzygium
polyanthum Wight. Walp. Var.
Kesimpulan yang dapat diperoleh
Polyanthum Leaves. Journal of
dari review ini adalah hipertensi dapat Medical Sciences. 1(2): 1-4.
Alam & Teguh. 2016. Tumbuhan Herbal
diatasi dengan beberapa tumbuhan yaitu
Berkhasiat. Asosiasi Herbalis
daun kumis kucing (Ortosiphon aristatus Nusantara, Jakarta.
Anaka, O.N., R.I. Ozolua, & S.O. Okpo.
(Blume) Miq.), daun pepaya (Carica
2009. Effect of aqueous seed extract
papaya L.), daun atau biji alpukat (Persea of Persea americana mill
(Lauraceae) on the blood pressure of
americana Mill.), daun seledri (Apium
sprague-dawley rats. African Journal
graveolens L.), umbi bawang putih (Allium of Pharmacy and Phharmacology.
3(10): 485-490.
sativum L.), daun belimbing wuluh
Asaolu, M.F., S.S. Asaolu, & I.G.
(Averrhoa bilimbi L.), buah mengkudu Adanlawo. 2010. Evaluation of
Phytochemicals and Antioxidants of
(Morinda citrifolia L.), daun salam
Four Botanicals with
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.), Antihypertensive Properties.
International Journal of Pharma &
dan daun atau buah sirsak (Annona
Bio Sciences. 1(2): 1-8.
muricata L.). Mekanisme antihipertensi Asaolu, M.F., S.S. Asaolu, I.G. Adanlawo,
B.T. Aluko, A. Smith, Y. Rufina,
tumbuhan ini yaitu dengan bekerja sebagai
Ibitoye, Yemisi, & A. Michael. 2010.
agen diuretik, penghambat Angiotensin Comparative Chemical
Compositions of the Leaves of Some

69
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Selected Antihypertensive Medicinal Applications. International Journal


Plants in Nigeria. Journal of of Pharmacy and Pharmaceutical
Scholars Research Library. 2(2): 11- Sciences. 6(1): 880-884.
15. Faridah, V.N. 2014. Rebusan Daun
Ashraf, R., R.A. Khan, I. Ashraf, & A.A. Alpukat (Persea americana Mill)
Qureshi. 2013. Effects of Allium Dapat Menurunkan Tekanan Darah
sativum (Garlic) on Systolic and Sistole dan Diastole pada Penderita
Diastolic Blood Pressure in Patients Hipertensi Usia 45-59 Tahun di Desa
with Essential Hypertension. J. Turi Kec. Turi Lamongan. Surya.
Pharm. Sci. 26(5): 859-865. 1(17): 67-74.
Asif, H.M., M. Akram, K. Usmanghani, N. Fatenah, S.B. & A. Akhondzadeh. 2008.
Akhtar, P.A. Shah, M. Uzair, M. Cardiovascular Effects of Allium
Ramzan, S.M.A. Shah, & R. Sativum (Garlic): An Evidence-
Rehman. 2011. Monograph of based Review. The Journal of
Apium graveolens Linn. Journal of Theran University Heart Center.
Medicinal Plants Research. 5(8): 1(2008): 5-10.
1494-1496. Fitria, T. & O. Saputra. 2016. Khasiat
Azlini, I., S.S. Amrah, M. Mohamed, & Daun Seledri (Apium graveolens)
S.S.J. Mohsin. 2011. Hypotensive terhadap Tekanan Darah Ttinggi
Effects of Aqueous Extract of pada Pasien Hiperkolesterolemia.
Eugenia polyantha Leaves are Partly Majority. 5(2): 120-127.
Mediated via Cholinergic Receptor. Harjanti, R. & A. Parmadi. 2014. Elixir of
Journal of Universiti Sains Extract Leaf Belimbing Wuluh
Malaysia. 2(3): 20-28. (Averrhoa Bilimbi L.) as Anti
Bone, K. & S. Mills. 2013. Principles and Hypertension with Method of
Practice of Phytotherapy. Second Maserasi. Indonesian Journal on
Edition. Churchill Livingstone Medical Science. 1(1): 27-31.
Elsevier, New York. Hernani, C. Winarti, & T. Marwati. 2009.
BPOM RI. 2008. Taksonomi. Badan Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun
Pengawas Obat dan Makanan Belimbing Wuluh Terhadap
Republik Indonesia, Jakarta. Penurunan Tekanan Darah pada
Brancovic, S., D. Kitic, M. Radenkovic, S. Hewan Uji. J. Pascapanen. 6(1): 54-
Velijkovic, M. Kostic, B. 61.
Miladinovic, & D. Pavlovic. Acta Hidayat, T., E.S. Wahyuni, & S.S.
Medica Medianae. 49(1): 13-15. Karyono. 2004. Pengaruh Kestrak
Brasil, G.A., S.N. Ronchi, A.M. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia)
Nascimento, E.M. Lima, W. Romao, terhadap Aorta Terpisah Marmut
H.B. Costa, R. Scherer, J.A. ra, D. (Cavia porcellus) Tanpa Endotel.
Lenz, N.S. Bissoli, D.C. Endringer, Jurnal Kedokteran Brawijaya. 1(1):
& T.U. Andrade. 2014. 1-6.
Antihypertensive Effect of Carica Hidayati, D.N., Y. Anas, & S. Nurikha.
papaya Via Reduction in ACE 2012. Peningkatan Efek
Activity and Improved Baroreflex. Antihipertensi Kaptopril Oleh
Journal of Planta Med. 80: 1580- Ekstrak Etanol Daun Belimbing
1587. Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) pada
Elgadir, M., M. Salama, & A. Adam. 2014. Tikus Hipertensi yang Diinduksi
Carica papaya as A Source of Monosodium Glutamat. Farmasi
Natural Medicine and Its Utilization Wahid Hasyim. 1: 33-42.
in Selected Pharmaceutical

70
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Hubert, H.P., D. Pinandjojo, & F. Tih. Kartasapoetra, G. 2004. Budidaya


2012. Pengaruh Teh Daun Sirsak Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka
(Annona muricata Linn.) terhadap Cipta, Jakarta.
Penurunan Tekanan Darah Normal Khan, M.G. 2006. Encyclopedia of Heart
pada Laki-laki Dewasa Muda. Diseases. Elsevier, Amsterdam.
Universitas Kristen Maranatha. 1: 1- Kurniasih, N., M. Kusmiyati, Nurhasanah,
6. R.P. Sari, & R. Wafdan. 2015.
Irawati, N.A.V. 2015. Antihypertensive Potensi Daun Sirsak (Annona
Effects of Avocado Leaf Extract muricata Linn.), Daun Binahong
(Persea americana Mill). J. Majority. (Andredera cordifolia (Ten)
4(1): 44-50. Steenis), dan Daun Benalu Mangga
Ismail, A., M. Mohamed, S.A. Sulaiman, (Dendropthoe pentandra) sebagai
& W.A.N.W. Ahmad. 2013. Antioksidan Pencegah Kanker.
Autonomic Nervous System Politeknik Kesehatan Bandung. 9(1):
Mediates the Hypotensive Effects of 162-184.
Aqueous and Residual Methanolic Lakshmi, T., A. Roy, K. Durgha, & V.
Extract of Syzygium polyanthum Manjusha. 2011. Coping with
(Wight) Walp. var. polyanthum Hypertension Using Safer Herbal
Leaves in Anaesthetized Rats. Medicine – A Therapeutic Review.
Evidance-Based Complementary and International Journal of Drug
Alternative Medicine. 1: 1-18. Development & Research. 3(3): 31-
Iswantini, D., M. Rahminiwati, H.N. 59.
Rohsela, & L.K. Darusman. 2015. In Liliwirianis, N., N.L.W. Musa, W.Z.W. M.
Vitro Inhibition of Water Extract of Zain, J. Kassim, & S.A. Karim. 2011.
Kumis Kucing and Tempuyung Preliminary Studies on
Towards Angiotensin Converting Phytochemical Screening of Ulam
Enzyme Activity. International and Fruit from Malaysia. E- Journal
Journal of Advances in Science of Chemistry 8 (S1).
Engineering and Technology. 5(12): Londhe, V.P., A.T. Gavasane, S.S. Nipate,
109-114. D.D. Bandawane, & P.D. Chaudhari.
Jaiswal, N., S. Singh, & G. Verma. 2012. 2012. Role of Garlic (Allium
Ethnobotany and Diuretics Activity sativum) in Various Diseases.
of Some Selected Medicinal Plants. Journal of Pharmaceutical Research
The Journal of Phytopharmacology. and Opinion. 1(4): 129-134.
1(2): 21-33. Love, K. & R.E. Paul. 2011. Bilimbi.
Joshi, U.H., T.H. Ganatra, P.N. Bhalodiya, Fruits and Nuts. 1(1): 1-6.
T.R. Desai, & P.R. Tirgar. 2012. Madhavi, D., D. Kagan, V. Rao, & M.T.
Comparative Review on Harmless Murray. 2013. A Pilot Study to
Herbs with Allopathic Remedies as Evaluate the Antihypertensive Effect
Anti-Hypertensive. Research of a Celery Extract in Mild to
Journal of Pharmaceutical, Moderate Hypertensive Patients.
Biological, and Chemical. 3(2): 673- Natural Medicine Journal. 4(4): 1-4.
689. Madhura, T.K. 2015. Miracle of Allicin.
Kalaiyarasi, L. & S.D. Mubeen. 2014. In Global Journal of Medical Research.
Vitro Study of Thrombolytic 15(5): 10-16.
Activity by Using Aqueous Maisarah, A.M., R. Asmah, & O. Fauziah.
Preparation of Different Parts of 2014. Proximate Analysis,
Carica papaya Plant Extract. IOSR- Antioxidant and Antiproliferative
JPBS. 9(3): 34-39. Activities of Different Parts of

71
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Carica papaya. Journal of Nutrition Muhammadiyah Journal of Nursing.


and Food Sciences. 4(2): 2-8. 1: 177-184.
Mans, D.R.A., S.C.E.H. Sallevelt, R. Nwokocha, C.R., D.U. Owu, A. Gordon,
Soekhoe, R. Bipat, & J.R. Toelsi. K. Thaxter, G. McCalla, R.I. Ozolua,
2010. Evaluation of Plants with & L. Young. 2012. Possible
Presumed Antihypertensive Mechanisms of Action of the
Properties for Their Potential to Hypotensive Effect of Annona
decrease Peripheral Resistance Muricata (Soursop) in Normotensive
Using Isolated Guinea Pig Aorta Sprague–Dawley Rats. Journal of
Rings Pre-contracted with Pharmaceutical Biology. 50(11):
Phenylephrine. Academic Journal of 1436-1441.
Suriname. 1: 15-19. Ohashi, K., T. Bohgaki, T. Matsuhara, &
Manshor, N.M., A. Dewa, M.Z. Asmawi, H. Shibuya. 2000. Chemical
Z. Ismail, N. Razali, & Z. Hassan. Structures of Two New Migrated
2013. Vascular Reactivity Pimarine-type Diterpenes,
Concerning Orthosiphon stamineus Neoorthosiphols A and B, and
Benth-Mediated Antihypertensive in Suppressive Effects of Rat Thoracic
Aortic Rings of Spontaneously Aorta of chemical Constituents
Hypertensive Rats. International Isolated from the Leaves of
Journal of Vascular Medicine. 1(1): Orthosiphon aristatus (Lamiaceae).
1-9. Chem. Pharm. Bull. 48(3): 433-435.
Margowati, S., S. Priyanto, & M. Pasagi, J.R., Hamidah, & Junairiah. 2014.
Wiharyani. 2016. Efektivitas Analisis Hubungan Kekerabatan
Pengunaan Rebusan Daun Alpukat Varietas pada Belimbing (Averrhoa
dengan Rebusan Daun Salam dalam carambola L.) Melalui Pendekatan
Penurunan Tekanan Darah pada Morfologi. Jurnal Ilmiah Biologi.
Lansia. Univerity Research 2(2): 26-33.
Colloquium. 3: 236-248. Patel, S. & J.K. Patel. 2016. A Review on
Moghadam, M.H. M. Imenshahidi, & S.A. A Miracle Fruits of Annona
Mohajeri. 2013. Antihypertensive muricata. Journal of
Effect of Celery Seed on Rat Blood Pharmacognosy & Phytochemistry.
Pressure in Chronic Administration. 5(1): 137-148.
Journal of Medical Food. 16(6): Pattamadilok, D., Y. Techadamrongsin, T.
558-563. Boonraud, & J. Bansiddhi. 2003.
Moghadamtousi, S.Z., M. Fadaeinasab, S. Chemical Specification of
Nikzad, G. Mohan, H.M. Ali., & Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.
H.A. Kadir. 2015. Annona muricata Journal of Medicinal Plant Research.
(Annonaceae): A review of Its 44(3): 189-200.
Traditional Uses, Isolated Pavni, K., B. Esha, J. Neha, A. Tushar, K.
Acetogenins and Biological Shrey, A. Suchit, A. Sarita, R. Vibha,
Activities. Int. J. Mol. Sci. 16: & W. Neeraj. 2011. Phytochemical
15625-15657. Screening of Developing Garlic and
Mulyani, S. E.M. Rosa, & T. Huriah. 2014. Effect of Its Aqueous Extracts on
Pengaruh Ekstrak Daun Belimbing Viability of Cardiac Cell Line.
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Journal of Pharmacy Research. 4(3):
terhadap Penurunan Tekanan Darah 902-904.
Tikus Putih Jantan (Rattus Ragasa, C.Y. R.F. Galian, E. Lagueux, &
novergicus) Hipertensi. C.C. Shen. 2014. Chemical
Constituents of the Fruit of Persea

72
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 58-73
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

americana. Research Journal of International Journal of Biological


Pharmaceutical, Biological, and Chemistry. 9(6): 318-331.
Chemical Sciences. 5(6): 984-989. Sitepu, N.F. 2015. Pengaruh Jus
Ravikant, T., G. Nishant, S. Shashipal, T. Mengkudu terhadap Penurunan
Samriti, T. Rajeev, Kumar, V. Vikas, Tekanan darah pada Pasien
& S. Dishant. 2012. hipertensi di RSUD Deli Serdang
Antihypertensive Effect of Ethanolic Lubuk Pakam. Nestra. 4(4): 6-15.
Extract of Indian Carica papaya L. Smith, G.S.R., J.B. Chauhan, & C.R. Jain.
in Renal Artery Occluded 2015. Preliminary Phytochemical
Hypertensive Rats. International Investigation and TLC Analysis of
Journal of Pharmaceutical and Peel and Seed Extracts of Persea
Clinical Research. 4(3): 20-23. americana. Asian Journal of
Rinayanti, A., M. Radji, A. Mun’im, & Pharmaceutical Science &
F.D. Suyatna. 2013. Screening Technology. 5(3): 167-171.
Angiotensin Converting Enzyme Suidah, H. 2011. Pengaruh Mengkudu
(ACE) Inhibitor Activity of terhadap Penurunan Tekanan Darah
Antihypertensive Medicinal Plants pada Penderita Hipertensi di desa
from Indonesia. International Wedoroklurak Kecamatan Candi
Journal of Pharmacy Teaching & Kabupaten Sidoarjo. Jurnal
Practices. 4(1): 527-532. Keperawatan. 1(1): 1-10.
Rizki, M.I. & E.M. Hariandja. 2015. Sunarjono, H. 2005. Buku Pintar Tanaman
Review: Aktivitas Farmakologis, Obat. Agromedia, Jakarta.
Senyawa Aktif, dan Mekanisme Talha, J., M. Priyanka, & A. Akanksha.
Kerja Daun Salam (Syzygium 2011. Hypertension and Herbal
polyanthum). Prosiding Seminar Plants. International Research
Nasional Perkembangan Terkini Journal of Pharmacy. 8: 26-30.
Sains dan Farmasi Klinik, Padang. Thomas, A.N.S. 1989. Tanaman Obat
Roy, A., R.V. Getha, & T. Lakshmi. 2011. Tradisional I. Kanisius, Yogyakarta.
Averrhoa bilimbi Linn– Nature’s Wijayakusuma, H.M. 1998. Tanaman
Drug Store-A Pharmacological Berkhasiat Obat di Indonesia.
Review. International journal of Pustaka Kartini, Jakarta.
Drug Development & Research.
3(3): 101-108.
Rukmana, R. 1997. Budidaya Tumbuhan
Obat. Kanisius, Yogyakarta.
Sari, C.Y. 2015. Penggunaan Buah
Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
untuk Menurunkan Tekanan Darah.
J. Majority. 4(3): 34-42.
Singh, D.R. 2012. Morinda citrifolia L.
(Noni): A Review of The Scientific
Validation for Its Nutritional and
Therapeutic Properties. Journal of
Diabetes and Endocrinology. 3(6):
77-91.
Singh, M.K., B.Gidwani, A. Gupta, & H.
Dhongade. 2015. A Review of the
Medicinal Plants of Genus
Orthosiphon (Laminaceae).

73
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 74-78
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Optimasi Konsentrasi Pelarut Etanol


Terhadap Rendemen dan Total Flavonoid Ekstrak
Daun Gaharu (Aquillaria microcarpa Baill.)
*Destria Indah Sari, Liling Triyasmono
Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
*Email : di.sari@unlam.ac.id

ABSTRAK
Pemilihan pelarut dan konsentrasi yang digunakan merupakan salah satu faktor
yang harus dipertimbangkan dalam suatu proses ekstraksi, karena dapat
mempengaruhi prosentase rendemen dan jumlah metabolit sekunder yang ingin
diekstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh konsentrasi pelarut
etanol dengan rendemen dan total flavonoid ekstrak daun gaharu. Ekstraksi dilakukan
dengan metode maserasi ultrasonikasi dengan variasi pelarut etanol 30%, 50%, 70%
dan 96%. Hasil rendemen yang diperoleh untuk masing-masing konsentrasi etanol
30%, 50%, 70% dan 96% secara berturut-turut adalah 19,04% , 23,36%, 19,08%, dan
22,08%. Total flavonoid yang diperoleh dari dua kali replikasi sebesar 7,947 ± 0,289
EK, 10,034 ± 0,081 EK, 21,293 ± 0,658 EK, dan 28,697 ± 1,666 EK. Dengan demikian,
etanol 96% merupakan konsentrasi yang optimal untuk ekstraksi flavonoid daun
Aquillaria microcarpa Baill.
Kata kunci : Daun gaharu, ekstrak etanol, rendemen, flavonoid total

ABSTRACT
Selection of solvent and its concentration were some factors need to be considered
in extraction process, since they could influence extract yield and secondary metabolite
amount in extract. This research was aimed to determined ethanol concentration optimum
to gaharu leaves extract yield and total flavonoid. Extraction were performed with
ultrasonication maceration using ethanol 30%, 50%, 70% and 96%. Yield obtained from
those concentrations were 19,04% , 23,36%, 19,08%, and 22,08%, respectively. As total
flavonoid obtained from conducted in duplication were 7,947 ± 0,289 EK, 10,034 ± 0,081
EK, 21,293 ± 0,658 EK, and 28,697 ± 1,666 EK, respectively. Therefore, ethanol 96% were
optimum ethanol concentration for flavonoid extraction of gaharu leaves.
Keywords : gaharu leaves, ethanol extract, yield, total flavonoid

I. PENDAHULUAN adalah golongan flavonoid, dengan


Gaharu (Aquilaria microcarpa mekanisme kerja dengan cara
Baill.) merupakan tanaman yang dikenal menstimulasi sel β untuk melepaskan
masyarakat lokal Kalimantan. Bagian daun lebih banyak insulin. Dalam ekstrak etanol
dari tanaman ini secara empiris digunakan daun gaharu, diketahui mengandung
untuk menurunkan kadar glukosa darah. metabolit sekunder flavonoid, fenol, dan
Metabolit sekunder yang memiliki potensi tanin.
sebagai antidiabetic agent salah satunya Etanol merupakan pelarut ekstraksi
yang sangat sering digunakan. Keuntungan

74
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 74-78
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

dari pelarut ini antara lain mudah didapat, Tengah. Pengambilan dilakukan pada pagi
harganya relatif murah, dan sifatnya yang hari. Tanaman gaharu yang digunakan
dapat campur dengan air pada berbagai berusia di atas 5 tahun (cukup dewasa)
konsentrasi atau rasio memudahkan dalam agar didapatkan kandungan senyawa
mengatur kepolaran pelarut untuk metabolit sekunder yang maksimal.
mengoptimalkan ekstraksi metabolit Sampel yang telah diperoleh,
sekunder. dikumpulkan, lalu dibersihkan dari benda-
Daun gaharu (Aquilaria benda asing dari luar (disortasi basah) dan
microcarpa Baill.) digunakan sebagai dicuci bersih di bawah air mengalir
penurun kadar glukosa darah oleh kemudian dirajang. Hasil rajangan
masyarakat lokal Kalimantan secara dikeringkan pada suhu kamar selama
empiris. Ekstrak daun gaharu diketahui beberapa hari dan dikeringkan dalam oven
mengandung senyawa metabolit sekunder pada suhu 50˚C, lalu dipisahkan dari
flavonoid, terpenoid, dan senyawa fenol bagian-bagian tanaman yang tidak
(Mega & Swastini, 2010). Flavonoid dikehendaki atau dari benda-benda asing
dinyatakan mampu meningkatkan selama proses pengeringan (disortasi
pemanfaatan glukosa pada jaringan perifer, kering), setelah itu dilakukan pengubahan
menstimulasi sel beta pankreas untuk bentuk simplisia menjadi bentuk serbuk
meningkatkan sekresi insulin dan dengan cara dihaluskan dengan
bertindak sebagai inhibitor glukosidase menggunakan blender sehingga menjadi
(Jadhav & Puchchakayala, 2012). serbuk halus. Selanjutnya serbuk halus
tersebut ditimbang dan disimpan dalam
II. BAHAN DAN METODE wadah bersih.
A. Bahan C. Ekstraksi Daun Gaharu
Bahan yang digunakan yaitu daun Ekstraksi dilakukan dengan metode
gaharu, kulit batang bangkal, asam asetat maserasi ultrasonikasi. Serbuk daun
anhidrat, aluminium (III) klorida (Merck), gaharu ditimbang sebanyak 25 gram, lalu
standar kuersetin p.a. (Sigma), etanol masing-masing ditambahkan 150 ml (1:6)
berbagai konsentrasi, aquades. pelarut etanol yaitu 30%, 50%, 70% dan
B. Pengolahan Serbuk Simplisia Daun 96%. Sampel kemudian diaduk
Gaharu menggunakan magnetic stirer dengan
Sampel daun gaharu diambil dari kecepatan 50 rpm selama 15 menit.
daerah Tamiang Layang, Kalimantan Maserat kemudian diultrasonikasi dengan

75
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 74-78
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

ultrasonic bath selama 30 menit pada suhu 416 nm. Kemudian dari hasil tersebut
50°C dengan frekuensi gelombang 50 kHz dibuat persamaan kurva baku y = bx + a.
(Sa’adah, 2010). Kemudian didiamkan D. Penentuan Kadar Total
dalam bejana maserator selama 24 jam Flavonoid dalam Ekstrak
pada suhu kamar, lalu disaring dari Daun Gaharu
pelarutnya dengan menggunakan corong Sebanyak 50 mg sampel ekstrak
Buchner. Setelah itu dilakukan etanol 30% dan 50% dilarutkan ke dalam
sentrifugasi. Kemudian dilakukan 10 ml etanol p.a. Satu mililiter larutan
evaporasi dengan rotary evaporator pada tersebut ditambah 1 mL larutan AlCl3
suhu 70°C hingga diperoleh filtrat. Filtrat 10% dan 8 mL larutan asam asetat 5%,
yang diperoleh lalu diuapkan lagi dengan divortex dan didiamkan selama 15 menit,
waterbath hingga diperoleh ekstrak pekat. dan dibaca di spektrofotometer pada
Ekstrak pekat kemudian ditimbang dan panjang gelombang maksimal. Hasil
ditentukan nilai rendemennya. Selanjutnya absorbansi dimasukkan ke dalam
ekstrak disimpan pada suhu kamar persamaan kurva baku, dan dihitung kadar
sebelum dilakukan analisis kandungan total flavonoid masing-masing.
flavonoid. Sebanyak 20 mg sampel ekstrak
C. Pembuatan Kurva Baku Kuersetin etanol 70% dan 96% dilarutkan ke dalam
Seri kadar dibuat dengan 10 ml etanol p.a. Satu mililiter larutan
menggunakan kuersetin sebagai baku tersebut ditambah 1 mL larutan AlCl3
standar. Sebanyak 100 mg kuersetin 10% dan 8 mL larutan asam asetat 5%,
dilarutkan ke dalam 100 ml etanol p.a. divortex dan didiamkan selama 15 menit,
(1000 ppm), lalu dibuat larutan baku kerja dan dibaca di spektrofotometer pada
kuersetin sebesar 40, 60, 80, 100, dan 120 panjang gelombang maksimal. Hasil
ppm. Satu mililiter larutan baku kerja absorbansi dimasukkan ke dalam
ditambah 1 mL larutan AlCl3 10% dan 8 persamaan kurva baku, dan dihitung kadar
mL larutan asam asetat 5%. Panjang total flavonoid masing-masing.
gelombang maksimum didapat dari hasil
scanning larutan kuersetin 100 ppm. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah campuran didiamkan 15 menit A. Penentuan rendemen ekstrak daun
pada suhu kamar, lalu dilakukan gaharu
pembacaan absorbansi seri kadar dengan Hasil perolehan prosentase
spektrofotometer pada panjang gelombang rendemen ekstrak terbesar dimiliki oleh

76
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 74-78
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

ekstrak etanol 50%, seperti terlihat pada ekuivalen katekin (EK : mg katekin/g) ekstrak).

Tabel I.
B. Pembuatan kurva baku kuersetin Berdasarkan tabel di atas,

Absorbansi dari seri kadar rendemen tertinggi dihasilkan dengan

kuersetin menghasilkan kurva baku etanol 50%, diikuti 96%,70%, dan 30%.

kuersetin Y = 0,00655x – 0,02660. Sedangkan kadar total flavonoid tertinggi

C. Penentuan Kadar Total Flavonoid secara berturut-turut dihasilkan pelarut

Ekstrak Daun Gaharu etanol 96%, 70%, 50%, dan 30%.

Penetapan operating time Rendemen ekstrak etanol 50% dan 96%

ditentukan dari perolehan absorbansi yang hampir sama, tetapi kadar total flavonoid

stabil atau tetap selama jangka waktu dalam ekstrak etanol 96% hampir tiga kali

tertentu. Operating time yang diperoleh lipat kadar total flavonoid ekstrak etanol

dalam penelitian ini adalah 16 menit. 50%. Rendemen yang besar namun tidak

Kadar total flavonoid ekstrak daun diikuti kadar flavonoid yang besar pada

gaharu dinyatakan dalam satuan EK. ekstrak etanol 50% diduga karena terdapat

Kadar tertinggi berada dalam ekstrak kandungan metabolit lain yang lebih polar

etanol 96%, seperti yang terlihat pada yang dominan tertarik dalam pelarut

Tabel I. tersebut dibandingkan flavonoid.

Tabel I. Prosentase rendemen dan kadar


total flavonoid ekstrak etanol daun gaharu IV. KESIMPULAN

Konse Rende Kadar Konsentrasi etanol yang

ntrasi men total optimal terhadap kadar total flavonoid

etanol ekstra flavonoid adalah etanol 96%.

(%) k (%) (EK*)


30% 7,947 ± DAFTAR PUSTAKA
Andrungayan, R.R., 2015. Aktivitas
19,04 0,289 Ekstrak Etanol Daun Gaharu
50% 10,034 ± (Aquilaria microcarpa Baill.)
terhadap Tes Toleransi Glukosa
23,36 0,081 Oral, Glikogen Hati, dan
70% 21,293 ± Histopatologi Pankreas Tikus Putih
yang Diinduksi Aloksan. Skripsi PS
19,08 0,658 FMIPA. Universitas Lambung
96% 28,697 ± Mangkurat. Banjarbaru.
Hossain, M.B., Barry-Ryan, C., Martin-
22,08 1,666 Diana, A.B. and Brunton, N.P.,
*Kadar flavonoid dituliskan dalam bentuk 2011. Optimisation of accelerated

77
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 74-78
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

solvent extraction of antioxidant


compounds from rosemary
(Rosmarinus officinalis L.),
marjoram (Origanum majorana L.)
and oregano (Origanum vulgare L.)
using response surface methodology.
Food Chemistry, 126(1), pp.339-
346.
Jadhav, R. & Puchchakayala, G., 2012.
Hypoglicemic and Antiidiabetic
Activity of Flavonoids : Boswellic
Acid, Ellagic Acid, Quercetin, Rutin
On Streptozotocin-Nicotinamide
Induced Type 2 Diabetic Rats.
International Journal of Pharmacy
and Pharmaceutical Sciences, Vol 4,
Issue 2, p.251-256.
Jung M., Park, M., Lee, H.C., Kang, Y.H.,
Kang, E.S., and Kim, S.K., 2006.
Antidiabetic Agents from Medicinal
Plants. Current Medicinal
Chemistry, Vol.13 No.10, p.1203-
1218.
Mega, I. M., & Swastini, D. A., 2010.
Screening Fitokimia Dan Aktivitas
Antiradikal Bebas Ekstrak Metanol
Daun Gaharu (Gyrinops versteegii).
Jurnal Kimia, 4 (2) : 187-192.
Sa’adah, L. 2010. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Tanin dari Daun Belimbing
Wuluh. Skripsi Jurusan Kimia,
Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim, Malang.
Spigno, G., Tramelli, L. & De Faveri,
D.M., 2007. Effects of extraction
time, temperature and solvent on
concentration and antioxidant
activity of grape marc phenolics.
Journal of food engineering, 81(1),
pp.200-208.

78
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 79-86
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Optimasi Formula Gel Spermisida Ekstrak Kulit


Kayu Durian (Durio zibethinus Murr.) dengan
Variasi Konsentrasi HPMC dan Gliserin
Metode Simplex Lattice Design
*Nani Kartinah1, Rizki Hardianti1, Mia Fitriana1, Anni Nurliani2
1
Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat,
2
Program Studi Biologi Universitas Lambung Mangkurat
*Email : nanikartinah@unlam.ac.id

ABSTRAK
Ekstrak kulit kayu Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan bahan
spermisida alami yang terbukti memiliki efek immotile terhadap spermatozoa manusia
secara in vitro. Sediaan gel ekstrak kulit kayu Durian dibuat untuk kontrasepsi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek dari kombinasi HPMC-gliserin dan untuk
menentukan formula optimal sediaan gel ekstrak kulit kayu Durian. Formulasi sediaan
gel dibuat dengan memvariasikan rasio HPMC-gliserin yaitu F1 (1,6%; 12%), F2
(2,6%;11%), F3 (3,6%;10%). Optimasi formula dilakukan dengan menggunakan
metode simplex lattice design (SLD). Hasil penelitian menunjukkan kombinasi HPMC-
gliserin dapat meningkatkan viskositas (koef=+266,67) dan daya lekat (koef=+473,33)
tetapi dapat menurunkan daya sebar (koef=-3,87) sediaan gel. Nilai total respons F1
(0,327), F2 (0,455), F3 (0,658). Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa
kombinasi HPMC-gliserin memiliki pengaruh yang signifikan pada viskositas, daya
lekat dan daya sebar sediaan (p<0,05). Formula ketiga dengan komposisi 3,6% HPMC
dan 10% gliserin merupakan formula yang paling optimal.
Kata kunci : Gel, ekstrak kulit kayu, D.zibethinus, simplex lattice design

ABSTRACT
Durian (Durio zibethinus Murr.) cortex extract is a natural spermicide ingredient
which has an immotile effect against human spermatozoa in vitro. Gel preparation from
the extract of Durian’s cortex designed as a spermicidal. This research aims to determine
the combination effect of HPMC-glycerine and to optimizing formula of gel spermicide of
the extract Durian’s cortex. The gel was formulated by changing the HPMC and glycerine
ratio F1 (1,6%;12%), F2 (2,6%;11%), and F3 (3,6%;10%). The composition was
optimized using simplex lattice design (SLD). The result showed the combination of
HPMC-glycerine was increase of viscosity value (koef = +266.67) and adhesion value (koef
= +473.33) but decreased of spreadibility (koef= -3,87) . Total response value of F1 (0,327),
F2 (0,455), F3 (0,658). Based on result, the combination of HPMC and glycerine had
significant effect on the viscosity, adhesion and spreadibility of gel (p<0,05). The third
formulation with proportion of 3,6% HPMC and 10% glycerine was selected as the
optimum formula.
Keywords : Gel, cortex’s extract, D.zibethinus, simplex lattice design

79
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 79-86
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

I. PENDAHULUAN II. BAHAN DAN METODE

Spermisida adalah agen yang A. Alat dan Bahan

dapat menurunkan motilitas (pergerakan) Alat yang digunakan yaitu alat

sperma sehingga menurunkan kemampuan gelas (Iwaki pyrex), hot plate stirrer

pembuahan sel telur (Rusmiati, 2007). (Stuart CB 302), dan viskometer

Hasil uji in vitro menunjukkan ekstrak Brookfield (model LV).

kulit kayu durian dapat menyebabkan Bahan yang digunakan yaitu

immotile pada sperma manusia (Nurliani & akuades, ekstrak kulit kayu D. zibethinus,

Santoso, 2010). Senyawa pada ekstrak gliserin (Brataco), HPMC K 100 M

dapat mengganggu pembentukan protein. Premium (Honest).

Apabila proses pembentukan protein


terganggu, menyebabkan sperma berada B. Pembuatan Gel Ekstrak Kulit Kayu
Durian
dalam keadaan tidak motil dan terjadi Ada tiga formula yang disiapkan.
kematian (Siswanti et al., 2003). Disajikan pada tabel I.

Ekstrak kulit kayu D. zibethinus Tabel I. Formula Gel

dibuat dalam sediaan gel. Diperlukan Bobot (%b/b)


Komposisi
optimasi formula agar tujuan penggunaan F1 F2 F3
dapat dicapai mengingat tiap komponen Ekstrak 2% 2% 2%
memiliki alasan, fungsi dan proporsi yang HPMC 1,6% 2,6% 3,6%
dapat mempengaruhi gel yang dihasilkan Gliserin 12% 11% 10%
(Nurlaela et al., 2012). Zat
15,25% 15,25% 15,25%
tambahan
Optimasi formula sediaan gel Aquadest ad ad ad
spermisida ekstrak kulit kayu D. zibethinus bebas CO2 100% 100% 100%

menggunakan metode Simplex Lattice


Ekstrak kulit kayu D. zibethinus
Design (SLD) untuk mendapatkan
dilarutkan dengan gliserin diatas hot plate
beberapa respon optimum dari variasi
pada suhu 20o C, setelah larut keseluruhan
kombinasi bahan tambahan (Bolton,
ditambahkan 10 mL aquadest bebas CO2.
1997). Penilaian respon optimum
Campuran tersebut kemudian disaring dan
didasarkan pada sifat fisik gel yaitu
didapat campuran I. Selanjutnya HPMC
viskositas, daya lekat dan daya sebar
dan akuades panas dicampur dan
(Hapsari et al., 2014).
diletakkan di atas pemanas, diaduk hingga

80
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 79-86
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

homogen, campuran ini disebut campuran 150 g (Kuncahyo, 2011). Syarat daya
II. Selanjutnya campuran 1 ditambahkan sebar gel yang baik 5 - 7 cm (Mappa et al.,
sedikit demi sedikit ke dalam campuran II, 2013).
diaduk hingga terbentuk menjadi gel.
D. Penetapan Profil Viskositas, Daya
C. Uji Viskositas, Daya Lekat dan Lekat dan Daya Sebar Sediaan gel
Daya Sebar Sediaan Gel Ekstrak Menggunakan Simplex Lattice
Kulit Kayu Durian Design
a. Uji Viskositas Penentuan profil viskositas, daya

Sampel ditempatkan pada rotor lekat dan daya sebar sediaan dengan

viscometer Brookfield. Digunakan pendekatan SLD digunakan untuk

berbagai kecepatan (6 rpm, 12 rpm, 30 mendapatkan nilai koefisien pengaruh

rpm dan 60 rpm) dan berbagai nomor kombinasi HPMC-gliserin. Persamaan

spindle (1, 2, 3 dan 4) (Jufri et al., 2006). yang digunakan yaitu :

Syarat nilai viskositas gel yang baik yaitu Y = a (A) + b (B) + ab (A)(B)

2000 – 4000 cPs (Arikumalasari et al., Keterangan :

2013). Y = Respon (hasil percobaan)

b. Uji Daya Lekat a, b, ab = Koef. Yang dapat dihitung


dari hasil percobaan
Sampel diletakkan diantara dua A, B = Besarnya komponen A dan B
kaca objek, kemudian kaca objek dengan jumlah A + B selalu
satu
diberikan beban sebesar 50 g,100 g, dan (Patel &Patel, 2007).
150 g selama 5 menit. Dihitung waktu
yang dibutuhkan agar kedua kaca objek E. Penetapan Formula Optimum
terlepas. (Arikumalasari et al., 2013). Menggunakan Simplex Lattice
Design
Syarat waktu daya lekat yang baik adalah
Formula optimum dipilih
tidak kurang dari 4 detik (Ulaen et al.,
berdasarkan nilai total respon yang paling
2013).
besar. Perhitungan respon menggunakan
c. Uji Daya Sebar
rumus:
Sampel sebanyak 0,5 g diletakkan
R = (bobot x Nviskositas) + (bobot x N daya
pada sebuah kaca persegi. Setelah lekat) + (bobot x Ndaya sebar)
dibiarkan selama 1 menit, diukur diameter N merupakan normalitas yang dihitung
gel yang menyebar. Dilakukan langkah yg menggunakan rumus :
sama pada beban sebesar 50 g, 100 g, dan

81
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 79-86
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
𝐗−𝐗𝐦𝐢𝐧 berpengaruh pada viskositas sediaan
N =
𝐗𝐦𝐚𝐱−𝐗𝐦𝐢𝐧
(Sukma, 2013).
Keterangan :
X = Respon (hasil percobaan)
A. Hasil Uji Viskositas
Xmin =
Respon minimal yang
diinginkan Pengujian viskositas (besarnya
Xmax = Respon maksimal yang kekentalan zat cair) menentukan
diinginkan
(Patel & Patel, 2007) kemudahan suatu molekul bergerak karena
adanya gesekan antar lapisan material
F. Analisis Data (Ningrum & Toifur, 2014). Hasil
Data yang diperoleh dievaluasi pemeriksaan viskositas pada setiap
secara statistik, menggunakan Design formula dapat dilihat pada gambar 1
Expert Version 8.0.9 dengan metode berikut :
Analysis of Variance (ANOVA) One Way.
(Kuncahyo, 2011)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Formulasi pada sediaan gel
spermisida terdiri dari ekstrak kulit kayu
D. zibethinus, HPMC, gliserin, zat Gambar 1. Grafik rerata nilai viskositas sediaan
gel ekstrak kulit kayu D.zibethinus
tambahan dan akuades bebas CO2. Alasan
pemilihan HPMC sebagai basis gel untuk Penambahan konsentrasi HPMC dan

menghasilkan cairan lebih jernih, tidak penurunan konsentrasi gliserin dapat

menimbulkan toksisitas dan iritasi serta meningkatkan viskositas sediaan gel

memiliki pH stabil dalam rentang 3-11 dengan mekanisme pembentukan basis gel

(Rowe et al., 2009). Gliserin digunakan HPMC secara kumparan acak

sebagai emolien untuk membentuk (Arikumalasari et al., 2013) dan terjadi

viskositas dengan memperbesar ukuran proses hidrasi molekul air melalui

unit molekul (Martin et al., 1993). Tujuan pembentukan ikatan hidrogen (Raton &

pencampuran HPMC dan gliserin adalah Smooley, 1993). Hasil analisis statistik

HPMC yang dapat menurunkan daya sebar menunjukkan kombinasi HPMC-gliserin

sediaan dan dapat diatasi dengan berpengaruh signifikan terhadap viskositas

penambahan gliserin. Selain itu, gel (p<0,05)

pencampuran HPMC dan gliserin akan

82
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 79-86
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

B. Hasil Uji Daya Lekat


Peningkatan konsentrasi HPMC dan
Hasil pemeriksaan daya lekat gel
penurunan gliserin pada tiap formula
pada setiap formula terlihat pada gambar
menyebabkan penurunan daya sebar.
2 berikut :
Penurunan daya sebar terjadi melalui
meningkatnya ukuran unit molekul
sehingga meningkatkan tahanan untuk
mengalir dan menyebar (Sukmawati et al.,
2014). Hasil analisis statistik menunjukkan
kombinasi HPMC-gliserin berpengaruh
Gambar 2. Grafik rerata nilai daya lekat sediaan
gel ekstrak kulit kayu D.zibethinus signifikan terhadap daya sebar gel
(p<0,05)
Penambahan konsentrasi HPMC dan
penurunan konsentrasi gliserin D. Penetapan Profil Viskositas, Daya
meningkatkan nilai daya lekat sediaan gel Lekat dan Daya Sebar Sediaan gel
(Ulaen et al., 2013). Hasil analisis statistik Menggunakan Simplex Lattice
Design
menunjukkan kombinasi HPMC-gliserin
Hasil contour plot untuk respon
berpengaruh signifikan terhadap daya lekat
viskositas dapat dilihat pada gambar 4
gel (p<0,05)
berikut :

C. Hasil Uji Daya Sebar


Gel yang baik membutuhkan waktu
yang lebih sedikit untuk tersebar (Madan
& Singh, 2010). Hasil pemeriksaan daya
sebar gel pada setiap formula terlihat pada
gambar 3 berikut :

Gambar 4. Grafik hasil uji viskositas sediaan gel


ekstrak kulit kayu D.zibethinus
dengan SLD
Berdasarkan pendekatan SLD didapatkan
persamaan untuk viskositas yaitu:
Y = 3856,94(A) + 2223,61(B) + 266,67(A)(B)
Persamaan ini menunjukkan bahwa
Gambar 3. Grafik rerata nilai daya sebar sediaan interaksi antara kedua bahan
gel ekstrak kulit kayu D.zibethinus

83
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 79-86
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

mempengaruhi peningkatan respon Persamaan ini menunjukkan bahwa


viskositas (koef = +266,67). interaksi antara kedua bahan
Hasil contour plot untuk respon mempengaruhi penurunan respon daya
daya lekat dapat dilihat pada gambar 5 sebar (koef = -3,87).
berikut :
E. Penetapan Formula Optimum
Menggunakan Simplex Lattice
Design
Besarnya respon total yang
diperoleh terlihat pada gambar 6 berikut :

Gambar 5. Grafik hasil uji daya lekat sediaan gel


ekstrak kulit kayu D.zibethinus
dengan SLD

Berdasarkan pendekatan SLD didapatkan


persamaan untuk daya lekat yaitu:
Y = 614,14 (A) + 26,14(B) + 473,33(A)(B)
Persamaan ini menunjukkan bahwa Gambar 6. Grafik total respon sediaan gel ekstrak
interaksi antara kedua bahan kulit kayu D.zibethinus dengan SLD

mempengaruhi peningkatan respon daya


Hasil total respon menunjukkan bahwa
lekat (koef = +473,33).
konsentrasi HPMC 3,6% dan gliserin 10%
Hasil contour plot untuk respon
merupakan formula optimum (total
daya sebar dapat dilihat pada gambar 6
respon=0,658). Pertimbangan dalam
berikut :
permilihan formula optimum adalah nilai
desirability mendekati atau sama dengan
1 (Bolton, 1997). Nilai desirability sama
dengan 1 memberikan nilai hasil yang
Gambar 6. Grafik hasil uji daya sebar sediaan gel
ekstrak kulit kayu D.zibethinus sama pada target dan menggambarkan
dengan SLD
suatu respon yang meningkat secara linier
(Fariz et al., 2012).
Berdasarkan pendekatan SLD didapatkan
persamaan untuk daya lekat yaitu:
Y = 5,20(A) + 7,66(B) – 3,87(A)(B)

84
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 79-86
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

IV. KESIMPULAN Kenanga dengan Herba Kemangi


dalam Gel sebagai Repelan Nyamuk
Kesimpulan yang dapat diperoleh
Aedes aegypti dengan Metode
dari penelitian ini adalah : Simplex Lattice Design. Prosiding
Seminar Nasional. Yogyakarta.
1. Kombinasi HPMC dan gliserin akan
Jufri, M., A. Effionora, & M.U. Putri.
meningkatkan viskositas (koef = 2006. Uji Stabilitas Sediaan
Mikroemulsi Menggunakan
+266,67) dan daya lekat (koef =
Hidrosilat Pati (DE 35-40) sebagai
+473,33), serta menurunkan daya sebar Stabilizer. Majalah Ilmu
Kefarmasian. 3: 08-21.
(koef = - 3,87) sediaan gel
Kuncahyo, I. 2009. Optimasi Campuran
2. Konsentrasi HPMC 3,6% dan gliserin Avicel pH 101 dan Pati Jagung
dalam Pembuatan Tablet Ekstrak
10% menghasilkan gel ekstrak kulit
Daun Mimba (Azadirachta indica
kayu D. zibethinus yang memiliki sifat A. Juss) secara Simplex Lattice
Design. Jurnal Farmasi Indonesia.
optimum.
6:21-33
Mappa.T., H.J. Edy, & N. Kojong. 2013.
Formulasi Gel Ekstrak Daun
UCAPAN TERIMAKASIH
Sasaladahan (Peperomia pellucida
Terimakasih kepada DIKTI yang L.) dan Uji Efektivitasnya terhadap
Luka Bakar pada Kelinci
telah mendanai penelitian ini.
(Oryctolagus cuniculus). Pharmacon
Jurnal Ilmiah Farmasi. 2: 49-56.
Martin, A., J. Swarbrick, & A. Cammarata.
DAFTAR PUSTAKA
1993. Farmasi Fisik : Dasar-dasar
Arikumalasari, J., I.G. Dewantara, & N.P.
Farmasi Fisik dalam Ilmu
Wijayanti. 2013. Optimasi HPMC
Farmasetik, Edisi ke-3. Universitas
sebagai Gelling Agent dalam
Indonesia Press, Jakarta
Formula Gel Ekstrak Kulit Buah
Ningrum, E.P. 2015. Efek Spermisida Gel
Manggis (Garcinia mangostana L.).
Ekstrak Kulit Kayu Durian ((Durio
Jurnal Farmasi Udayana. 2: 12-18.
zibethinus Murr.) terhadap
Bolton, S. 1997. Pharmaceutical
Viabilitas dan Morfologi
Statistics : Practical and Clinical
Spermatozoa Manusia secara In
Applications, Edisi ke-3. Marcel
Vitro. Skripsi Program Strata-1
Dekker Inc, New York.
FMIPA Universitas Lambung
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia,
Mangkurat, Banjarbaru.
Edisi ke-3. Departemen Kesehatan
Nurlaela, E, S. Nining, & A. Ikhsanudin.
Republik Indonesia, Jakarta
2012 Optimasi Komposisi Tween 80
Fariz, Y.A., N. W. Surya., & M.S.Fira.
dan Span 80 sebagai Emulgator
2012. Penerapan Metode Response
dalam Repelan Minyak Atsiri Daun
Optimizer Dan Steepest Descent di
Sere (Cymbopogon citratus (D.C)
Bidang Industri (Studi Kasus Di PT.
Stapf) terhadap Nyamuk Aedes
ABCDE). Jurnal Matematika dan
aegypti Betina pada Basis Vanishing
Ilmu Pengetahuan Alam. 4 : 1-8.
Cream dengan Metode Simplex
Hapsari, I., A. Rosyadi, & R.
Lattice Design. Jurnal Ilmiah
Wahyuningrum. 2014. Optimasi
Kefarmasian. 2: 41-54
Kombinasi Minyak Atsiri Bunga

85
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 79-86
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Nurliani, A&H. B. Santoso, 2010. Efek dari Ekstrak Rimpang Temulawak


Spermatisida Ekstrak Kulit Kayu (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).
Durian (DuriozibethinusMurr.) Jurnal Poltekes Manado.45-49.
terhadap Mortilitas dan Kecepatan
Gerak Spermatozoa Manusia secara
In Vitro. Sains dan Terapan Kimia.
4: 60-72.
Patel, D.M & N.M. Patel.2007.
Gastroretentive Drug Delivery
System of Carbamazepine:
Formulation Optimization Using
Simplex Lattice Design: A Technical
Note, AAPS. PharmSciTech.8:82–
86
Raton, B & C.K. Smooley. 1993. Food
and Drug Administration. CRC
Press Inc, London.
Rowe, R.C., Paul, J. Sheskey,& M.E.
Quinn. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th
Edition. Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Association,
London.
Rusmiati.2007. Pengaruh Ekstrak Kayu
Secang (Caesalpinia sappan L.)
terhadap Spermatozoa Mencit.
Jurnal Biosciantiae. 42:63-70.
Siswanti, T., O.P. Astirin, & T.
Widiyani.2003. Pengaruh Ekstrak
Temu Putih (Curcuma zedoaria
Rosc.) terhadap Spermatogenesis
dan Kualitas Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L.). BioSmart.7: 38-
42.
Sukma, D.H. 2013. Pengaruh Gliserin
Terhadap Laju Pelepasan
Meloksikam dari Basis Gel
Carbopol secaraIn Vitro.Skripsi
Universitas Jember, Jawa Timur.
Sukmawati, N.M.A., C.I.S. Arisanti, &
N.P.A.D. Wijayanti. 2014. Pengaruh
Variasi Konsentrasi PVA, HPMC
dan Gliserin terhadap Sifat Fisika
Masker Wajah Gel Peel Off Ekstrak
Etanol 96% Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostanaL.). Majalah
Kefarmasian. 8: 1-8.
Ulaen, S.P.J., Y. Banne, & R.A. Suatan.
2013. Pembuatan Salep Anti Jerawat

86
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 87-93
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
Studi Farmakognostik dan Uji Parameter
Nonspesifik Ekstrak Metanol Daun Kasturi
(Mangifera casturi Kosterm.)

*Sutomo, Nadya Agustina, Arnida, Fadilaturrahmah

Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat


*Email : sutomo01@unlam.ac.id

ABSTRAK
Kasturi (Mangifera casturi Kosterm.) merupakan salah satu tumbuhan endemik
Kalimantan Selatan. Daun M. casturi mengandung beberapa golongan senyawa yang
berpotensi sebagai obat. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan data hasil analisis
farmakognostik, batas-batas maksimal kandungan senyawa tertentu dan profil
kromatogram kandungan kimia ekstrak metanol daun M. casturi. Analisis
farmakognostik terhadap tumbuhan meliputi morfologi, anatomi, dan identifikasi
kandungan kimia. Batasan maksimal kandungan senyawa tertentu berdasarkan
parameter non spesifik meliputi kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam,
total bakteri dan kapang, dan kadar Pb dalam ekstrak. Karakteristik tumbuhan M.
casturi yaitu memiliki batang berwarna coklat tua dengan permukaan kasar dan
bergetah, daun berwarna hijau, berbentuk lancet, kulit buah matang berwarna coklat
keunguan, daging buah berwarna kuning terang hingga jingga, berbau khas, berasa
manis agak asam dan banyak mengandung serabut. M. casturi mengandung senyawa
alkaloid, flavonoid, steroid, dan fenol yang dibuktikan berdasarkan uji identifikasi
kimia dan analisis secara KLT. Pengujian parameter non spesifik ekstrak metanol daun
M. casturi secara berturut-turut yaitu, kadar air 15,5±0,7%; kadar abu total
3,67±0,39%; kadar abu tidak larut asam 0,67±0,28%; tidak terdeteksi adanya
pertumbuhan bakteri pada ekstrak daun M. casturi; sedangkan total kapang yaitu
<1.101 koloni/g; dan kadar Pb yaitu 3 mg/kg.
Kata Kunci : Kasturi, analisis, farmakognostik, Mangifera casturi, parameter non
spesifik

ABSTRAK
Kasturi (Mangefera casturi Kosterm.) is one of the endemic plants of South
Kalimantan. M. casturi leaves contain several group of compounds potential to the
treatment. This research aims to provide data analysis results pharmacognostic, maximum
limits of certain compounds and profile chromatogram of chemical content of methanol
extract from M. casturi leaves. Pharmacognostic analysis of the plant include morphology,
anatomy, and the identification of compounds. The maximum limits of certain
coumpounds by non-specific parameters include water content, total ash, ash content
insoluble in acid, total bacteria and fungi, and Pb content in the extract. M. casturi
characteristic is having dark-brown stems with roughly surface and sticky, green leaves,
lancet-shapes, fruit skin has a purplish brown colour, flesh of fruit has a bright yellow till
orange colour, distinctive smell, slightly sour sweet taste, and contains lots of fiber. M.
casturi contains alkaloids, flavonoids, steroids, and phenols that has been proved by
chemical identification test and analysis of TLC. Non-specific parameter testing about
methanol extract of leaves M. casturi consecutively given, water content 15,5±0,7%; total

87
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 87-93
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

ash 3,67±0,39%; ash content insoluble in acid 0,67±0,28%; undetected any bacterial
contamination in the extract of M. casturi leaves; while the total mold contamination is
<1.101 colonies/g; and Pb contents is 3 mg/kg.
Keywords : Kasturi, pharmacognostic analysis, Mangifera casturi, non-specific parameter

I. PENDAHULUAN menjaga kandungan senyawa, keamanan


Tumbuhan kasturi (Mangifera dan stabilitas ekstrak agar memiliki
casturi) mengandung senyawa yang dapat konsistensi keamanan dan efikasi pada
dimanfatkan dalam pengobatan. Aktivitas konsumen
M. casturi diantaranya, daun berkhasiat
sebagai anti inflamasi (Syanjaya, 2009) II. BAHAN DAN METODE
dan mampu menghambat pertumbuhan A. Alat dan Bahan
bakteri Vibrio cholera dan E. coli (Oktafia, Alat-alat yang digunakan dalam
2009). Kulit batang mammpu menghambat penelitian ini adalah alat semprot,
pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli aluminium foil, autoklaf (All American),
(Rosyidah et al., 2010; Mulyani, 2015). ayakan, batang pengaduk, blender
Pada buah M. casturi memiliki aktifitas (Kessler), beaker glass, bunsen, cawan
antioksidan (Sutomo et al., 2014) dan petri, cawan porselin, chamber KLT,
antiinflamasi (Fakhrudin et al., 2013). cawan petri, corong pisah, desikator,
Aktivitas simplisia ditentukan oleh furnace (Ney-Vulcan D-550), gelas ukur,
kesesuaian karakteristik tumbuhan dan grinder (MKOM-200 Agrowindo), pipa
jumlah kandungan senyawa yang terdapat kapiler, kondensor, hotplate stirrer
didalamnya. Penelusuran kandungan (Stuart), heater mantle (Glass Cool), pipet,
senyawa pada simplisia berkaitan erat Inductively Coupled Plasma Atomic
dengan pengujian parameter spesifik pada Emission Spectroscopy (Horiba), inkubator
ekstrak dalam menentukan kandungan (Memmert), kaca arloji, krus porselin, labu
senyawa aktif. Selain itu, parameter non destilasi, labu ukur, lampu UV 254 dan
spesifik juga diperlukan dalam mengetahui 366 nm, lemari asaam (Lokal), maserator,
mutu ekstrak. Parameter non spesifik oven (Vinco), rotary evaporator (Heidolf),
berperan dalam penentuan jaminan plat silika gel GF254, pipet tetes, tabung
terhadap batas-batas kandungan tertentu reaksi, timbangan analitik (Pioner), vial
yang masih diperbolehkan. Menurut dan vortex (Jeio Tech).
Saifudin et al. (2011), tujuan penentuan Bahan-bahan yang digunakan
parameter non spesifik adalah untuk adalah daun M. casturi, ammonia (teknis),

88
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 87-93
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

asam asetat (teknis), asam formiat (teknis), b. Pembuatan ekstrak


asam klorida (teknis), asam sulfat (teknis), Ekstraksi dilakukan dengan metode
akuades, brom (teknis), etanol (teknis), maserasi. Sebanyak 250 g serbuk kering
etanol (pa), etil asetat (pa), FeCl3 (teknis), direndam dengan pelarut metanol dalam
fehling (teknis), fluoroglusin (teknis), bejana maserasi. Perbandingan antara
iodium (teknis), kalium iodida (teknis), jumlah serbuk dan pelarut yang digunakan
kapas, kertas saring Whatman, media yaitu 1:5. Ekstraksi dilakukan 3×24 jam
Nutrient Agar (NA) dan Potato Dextrose dengan pergantian pelarut setiap 1×24 jam.
Agar (PDA), kloroform (pa), n-heksan c. Uji parameter non spesifik
(pa), natrium klorida, natrium hidroksida, Uji parameter non spesifik meliputi
metanol (teknis), metanol (pa), reagen kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak
Dragendorff, Mayer, Wagner, serbuk larut asam, total cemaran bakteri dan
magnesium dan toluen (teknis). kapang, kadar logam timbal (Pb) pada
ekstrak metanol daun M. casturi. Metode
B. Pengolahan Sampel penetapan didasarkan pada Parameter
Daun M. casturi (2 kg) dibersihkan Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
dengan air mengalir. Daun bersih dirajang (Depkes RI, 2000).
menjadi bagian lebih kecil selanjutnya d. Identifikasi kandungan kimia
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan Identifikasi kandungan kimia
dan terlindung dari cahaya matahari. dilakukan dua tahap, yaitu identifikasi
Simplisia kering diserbukkan (sebagian kandungan kimia pada serbuk simplisia
disimpan untuk analisis) dan sebagian dan ekstrak dengan uji reaksi; dan
diekstraksi. identifikasi kandungan kimia ekstrak
a. Analisis farmakognostik M. casturi secara KLT.
Dilakukan pemeriksaan meliputi
morfologi, anatomi dan organoleptik. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis mikroskopik dilakukan terhadap Tumbuhan M. casturi memiliki
irisan membujur dan melintang daun M. perakaran tunggang yang berwarna coklat
casturi. Pengamatan dilakukan terhadap keabu-abuan. Batang berbentuk silindris,
bagian sel yang muncul menggunakan batang utama memiliki ketinggian ± 20 m,

mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x. diameter batang ± 1 m. Permukaan batang


kasar, lembab dan bergetah. Lapisan luar
kulit batang berwarna coklat tua dengan

89
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 87-93
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

retakan keabu-abuan dari kulit yang telah objektif sebagai dasar untuk menguji
mati, lapisan dalam berwarna coklat muda. simplisia secara fisik selama penyimpanan
Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua yang dapat mempengaruhi khasiatnya dan
dengan ukuran panjang ± 20 - 27 cm dan menunjang identifikasi ekstrak selanjutnya
lebar ± 5,5 - 8,5 cm. Tulang daun menyirip (Harborne, 1996). Hasil pemeriksaan
dengan jumlah 17-23 pasang. Daun organolpetik menunjukkan karakteristik
berbentuk lancet dengan ujung runcing, tepi dauan yaitu daun berwarna hijau, berbau
daun rata, dan permukaan daun kasar. Buah
khas lemah, dan tidak berasa.
berwarna coklat keunguan dengan dengan
Metode ekstraksi secara maserasi
bintik-bintik bulat kecil kehijauan saat
(cara dingin) dipilih untuk meminimalisir
matang. Permukaan kulit licin dan bergetah.
rusaknya kandungan senyawa karena
Buah memiliki panjang ± 6-8 cm dan
karena pemanasan. Hasil ekstraksi didapat
diameter ±4-5 cm. Daging buah tipis dan
rendemen ekstrak daun sebanyak
berair, berwarna kuning terang hingga
12,032%. Dari hasil analisis terhadap
jingga, memiliki rasa yang manis dan
parameter non spesifik didapatkan nilai
banyak mengandung serabut.
kadar air 15,9%; kadar abu total 3,67%;
Pada pemeriksaan anatomi
(Gambar1 ), daun M. casturi memiliki kadar abu tidak larut asam 0,67%; serta

stomata tipe parasitik dimana sumbu sel analisis cemaran seperti yang disajikan

tetangga sejajar dengan sumbu sel penutup pada tabel I. Penentuan kadar air terkait
serta celah (Depkes RI, 1995).. dengan kemurnian ekstrak. Semakin sedikit
kadar air pada ekstrak maka semakin sedikit
kemungkinan ekstrak terkontaminasi oleh
pertumbuhan jamur (Saifudin et al., 2011).
Tabel I. Parameter non spesifik ekstrak
metanol daun M. casturi

Gambar 1. Hasil pemeriksaan anatomi sel daun,


kulit batang, dan buah M.casturi
(Perbesaran 40x). (a) Penampang
melintang daun M.casturi, (b)
Penampang membujur daun M. casturi

Pemeriksaan organoleptik dapat Hasil penentuan kadar air ekstrak


memberikan pengenalan awal secara daun M. casturi melebihi batas kadar air

90
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 87-93
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

yang diperbolehkan oleh BPOM (2014). Penentuan kadar logam pada


Tingginya kadar air dapat disebabkan oleh ekstrak berguna menjamin bahwa ekstrak
proses pengeringan yang kurang optimal tidak mengandung logam melebihi batas
(Prasetyo & Inoriah, 2013) serta absorbsi yang ditetapkan karena bersifat toksik
air ke dalam ekstrak saat proses terhadap kesehatan. Hasil penelitian
penyimpanan akibat lingkungan yang menunjukkan kadar Pb telah memenuhi
lembab (Saifudin et al., 2011). persyaratan BPOM (2014).
Penentuan kadar abu bertujuan Hasil identifikasi kimia (tabel 2)
untuk mengukur jumlah komponen menunjukkn adanya kesamaan kandungan
anorganik atau mineral yang tersisa setelah senyawa pada serbuk dan ekstrak
proses pengabuan (Sudarmadji, 1989). sedangkan penyebaran kandungan
Kadar seyawa anorganik atau mineral senyawa pada bagian simplisia M. casturi
dalam jumlah tertentu dapat memiliki perbedaan. Hal ini menjelaskan
mempengaruhi sifat fisik bahan (Winarno, bahwa penggunaan simplisia M. casturi
1987). Abu yang tidak larut asam dalam bentuk segar dan yang telah
menunjukkan keberadaan pengotor seperti mengalami proses pengeringan memiliki
pasir atau silikat yang berasal dari tanah konsistensi aktivitas sesuai dengan peran
(Sudarmadji, 1989). Hasil penentuan kadar kandungan senyawa pada masing-masing
abu total dan abu tidak larut asam ekstrak bagian tumbuhan. Diferensiasi metabolit
metanol daun, M. casturi telah memenuhi sekunder dalam suatu tumbuhan dapat
persyaratan Farmakope Herbal Indonesia. dipengaruhi oleh perbedaan proses sintesis
Uji total bakteri dan total kapang sel pada tahap tertentu sehingga terjadi
dilakukan untuk mengetahui jumlah suatu proses produksi yang kompleks
mikroba yang dapat mengkontaminasi (Gutzeit, & Muller, 2014).
ekstrak. Keberadaan cemaran mikroba Tabel II. Identifikasi kandungan kimia
simplisia dan ekstrak metanol
dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan daun, kulit batang, dan buah M.
dapat membahayakan kesehatan (BPOM, casturi
2008). Terdapat pertumbuhan kapang pada
ekstrak dapat disebabkan oleh adanya
kandungan air dalam ekstrak. Menurut
Fardiaz et al. (1992), kandungan air dalam
ekstrak merupakan salah satu faktor
pendukung pertumbuhan kapang.

91
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 87-93
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Identifikasi senyawa kimia sebelumnya terhadap serbuk dan ekstrak


terhadap ekstrak dengan metode KLT metanol daun M. casturi.
bertujuan memberikan gambaran adanya Gambar 2. Identifikasi senyawa ekstrak
metanol daun M. casturi
kandungan senyawa yang telah
terhadap kromatogram.
diidentifikasi sebelumnya mencegah
pemalsuan terhadap zat aktif. Identifikasi
secara KLT meliputi identifikasi senyawa
golongan alkaloid, flavonoid, fenol,
steroid dan terpenoid. Identifikasi senyawa
secara KLT disajikan pada gambar 2.
Reagen spesifik untuk senyawa
alkaloid adalah wagner, mayer dan
dragendorf. Identifikasi senyawa alkaloid
pada ekstrak menunjukkan hasil positif
dengan ditandainya bercak warna jingga
pada kromatogram. Senyawa fenolik
(flavonoid dan polifenol) menunjukkan
warna biru sampai biru tua ketika
direaksikan dengan reagen semprot FeCl3.
IV. KESIMPULAN
Identifikasi senyawa triterpenoid/steroid
Daun Mangifera casturi Kosterm.
menggunakan pereaksi semprot larutan
berwarna hijau, berbau khas lemah, dan
Liebermann Burchard tidak menunjukkan
tidak berasa. Terdapat fragmen pengenal
bercak berwarna ungu atau merah jingga.
seperti stomata tipe parasitik, sklerenkim
Hal tersebut memberikan informasi bahwa
memanjang, dan dalam ekstrak metanol
ekstrak metanol daun M. casturi yang diuji
mengandung senyawa flavonoid, alkaloid,
tidak teridentifikasi adanya triterpenoid.
fenol, serta steroid. Kadar air dan kadar
Pada uji steroid, beberapa bercak
abu dalam ekstrak metanol adalah 15,5 dan
kromatogram menunjukkan warna hijau
3,67% sedangkan cemaran bakteri,
kebiruan. Hasil tersebut memberikan
kapang, dan timbal secara berturut-turut
informasi bahwa ekstrak metanol daun M.
adalah <1,10; <1,10; dan 3 mg/kg.
casturi positif mengandung senyawa
steroid. Hal tersebut juga sesuai dengan
hasil reaksi identifikasi golongan senyawa

92
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 87-93
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

UCAPAN TERIMA KASIH Batang Kasturi (Mangifera casturi


Kosterm) dengan Variasi
Ucapan terimakasih kepada
Konsentrasi Gelatin Sebagai
Kementrian Ristek Dikti melalui dana Polimer. Skripsi. Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
PUPT dan semua pihak yang berperan atas
Oktafia, S. 2009. Uji Aktifitas Antibakteri
terselesaikannya penelitian ini. Ekstrak Metanol Daun Kasturi
(Mangifera casturi Kosterm)
Terhadap Bakteri Vibrio cholera dan
DAFTAR PUSTAKA Escherichia coli secara In Vitro.
BPOM RI. 2008. Pengujian Mikrobiologi Skripsi. Universitas Lambung
Pangan. Pusat Pengujian Obat dan Mangkurat, Banjarbaru.
Makanan Badan Pengawasan Obat Prasetyo, M.S. & E. Inoriah. 2013.
dan Makanan Republik Indonesia. Pengelolaan Budidaya Tanaman
Jakarta. Obat-Obatan (Bahan Simplisia).
BPOM RI. 2014. Peraturan Kepala Badan Badan Penelitian Fakultas UNIB,
Pengawas Obat dan Makanan Bengkulu.
Republik Indonesia No. 12 Tahun Rosyidah, K., S.A Nurhumainina, N.
2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Komari & M.D. Astuti. 2010.
Tradisional. Aktifitas Antibakteri Fraksi Saponin
Depkes, RI. 1995. Materia Medika dari Kulit Batang Tumbuhan Kasturi
Indonesia, Jilid 6. Departemen (Mangifera casturi). Alchemy. 1(2):
Kesehatan Republik Indonesia, 65-69.
Jakarta. Saifudin, A., V. Rahayu, & H.Y. Teruna,
Depkes, RI. 2000. Parameter Standar 2011. Standarisasi Bahan Obat
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Alam Edisi Pertama. Graha Ilmu,
Direktorat Pengawasan Obat Yogyakarta.
Tradisional, Jakarta. Sudarmaji, S. 1989. Analisa Bahan
Fakhrudin, N., P.P. Susilowati, Sutomo & Makanan dan Pertanian. Penerbit
S. Wahyono. 2013. Antiinflamatory Liberty, Yogyakarta.
Activity of Methanolic Extract of Sutomo., S. Wahyuono, E.P. Setyowati, S.
Mangifera casturi in Thioglycollate- Rianto, A. Yuswanto. 2014.
Induced Leukocyte Migration in Antioxidant Activity Assay of
Mice. Traditional Medicine Journal. Extracts and Active Fractions of
18(3): 151-156. Kasturi fruit (Mangifera casturi
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Kosterm.) Using 1, 1-diphenyl-2-
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. picrylhydrazyl Method. Journal of
Gutzeit, H.O. & J.L. Muller. 2014. Plant Natural Products. 7: 124-130.
Natural Products: Synthesis, Syanjaya, L. 2009. Uji Aktivitas
Biological Functions and Practical Antiinflamasi Ekstrak Metanol Daun
Applications, First Edition. Wiley Kasturi (Mangifera casturi)
Blackwell, Jerman Terhadap Mencit (Mus musculus)
Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia yang Diinduksi Karagenin. Skripsi.
Penuntun Cara Modern Universitas Lambung Mangkurat,
Menganalisis Tumbuhan, Terbitan Banjarbaru.
Kedua. Institut Teknologi Bandung, Winarno. F.G. 1987. Kimia Pangan dan
Bandung. Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,
Mulyani, R. 2015. Karakterisasi Sediaan Jakarta.
Edible Film Ekstrak Etanol Kulit

93
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 94-98
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Aktivitas Penghambatan Polimerisasi Hem Infusa


Akar Manuran (Coptosapelta Tomentosa Valeton Ex
K. Heyne) Asal Kotabaru Kalimantan Selatan
*Arnida, Ratih Purnama Putri, Fadlilaturrahmah, Sutomo

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat


*Email : arnida01@unlam.ac.id

ABSTRAK
Malaria merupakan salah satu penyakit di dunia termasuk Indonesia yang
disebabkan oleh Plasmodium. Kasus malaria diperparah dengan timbulnya resistensi
Plasmodium karena penurunan akumulasi obat pada pencernaan parasit, mutasi gen
dan tingginya resistensi penggunaan antimalaria. Penemuan antimalaria baru terus
diupayakan termasuk dari tumbuhan. Coptosapelta tomentosa adalah tumbuhan obat
Indonesia yang digunakan secara empiris oleh masyarakat Kotabaru dalam
pengobatan malaria. Penelitian ini bertujuan menentukan persentase penghambatan
dan nilai IC50 polimerisasi hem setelah pemberian infusa akar C. tomentosa. Penelitian
ini dilakukan dengan pemberian sampel uji pada konsentrasi infusa 17; 8,5; 4,25; 2,125;
1,0625 dan 0,53125 mg/mL. Hasil penelitian rata-rata kadar hemozoin pada konsentrasi
sampel infusa masing-masing sebesar 54,67±8,76; 85,82±3,20; 97,24±7,44; 100±0; 100±0
dan 100±0 mg/mL. Rata-rata persen penghambatan pada konsentrasi infusa secara
berturut-turut adalah 63,13±5,91; 42,12±2,16; 34,42±5,02; 24,69±8,34; 13,79±5,20 dan
0±0. Nilai IC50 penghambatan polimerisasi hem infusa akar C. tomentosa adalah
9,61±0,99 mg/mL. Analisis data menggunakkan uji Independent Sample t-Test
membandingkan antara IC50 infusa terhadap klorokuin difosfat didapatkan hasil p >
0,05 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna, artinya infusa akar
C. tomentosa memiliki aktivitas penghambatan polimerisasi hem yang sebanding
terhadap klorokuin difosfat.

Kata Kunci : Coptosapelta tomentosa Valeton ex K. Heyne, IC50, Infusa, penghambatan,


polimerisasi hem.

ABSTRACT
Malaria is one of the diseases in the world especially Indonesia which caused by
Plamodium. Malaria case is worsen by Plamodium resistance due to reduction of medicine
accumulation of parasite digestion, gen mutation, and high resistance of anti-malaria
usage. The continuous effort to invent the new anti-malaria preferred to be plants.
Coptosapelta tomentosa is medicinal plant of Indonesia which is empirically used by
people in Kotabaru as part of the treatment for Malaria. The objective of this research is to
determine the inhibitory percentage and IC50 value of hem polimerysation after the
administration of test sample infusion at 17; 8,5; 4,25; 2,125; 1,0625 and 0,53125 mg/mL
concentration. The result of this research is that the hemozoin average level of each
infusion samples are 54,67±8,76; 85,82±3,20; 97,24±7,44; 100±0; 100±0 and 100±0
mg/mL. The inhibitory percentage of infusion concentration in order are 63,13±5,91;
42,12±2,16; 34,42±5,02; 24,69±8,34; 13,79±5,20 and 0±0. The inhibitory IC50 value of
manuran roots hem infusion polimerysaton is 9,61±0,99 mg/mL. The data is analyzed by
using Independent Sample t-Test to compare between IC50 infusion and klorokuin

94
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 94-98
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

diphosphate with the result p > 0,05 which shows that there is no significant difference,
thus, the infusion of C. Tomentosa roots has the inhibitor activity which is comparable to
klorokuin diphosphate.
Keywords: Coptosapelta tomentosa Valeton ex K. Heyne, hem polimerysation, IC50,
Infusion, inhibitor.

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN


Malaria merupakan salah satu A. Alat dan Bahan
masalah kesehatan masyarakat di dunia Alat yang digunakan antara lain
termasuk Indonesia (Depkes RI, 2003). sentrifus, ELISA reader, inkubator,
Indonesia berada di peringkat ketiga mikrotube, mikropipet, neraca analitik, pH
tertinggi jumlah kasus malaria di wilayah meter, seperangkat infudator dan vortex
Asia Tenggara yaitu sebesar 229.819 kasus mixer. Bahan yang digunakan antara lain
dengan jumlah kematian sebesar 432 jiwa akar C. tomentosa, akuades, amonia, asam
(WHO, 2012). Kasus malaria diperparah asetat anhidrat, asam asetat glasial p.a.,
dengan timbulnya resistensi disebabkan DMSO p.a., FeCl3, gelatin, H2SO4 pekat,
oleh penurunan akumulasi obat pada HCl, kloroform, klorokuin difosfat p.a.,
pencernaan parasit, mutasi gen dan kristal hematin p.a., metanol, NaCl,
tingginya intensitas penggunaan NaOH, reagen Dragendorff, reagen Mayer,
antimalaria (Saleh et al., 2014). Upaya serbuk magnesium.
penanganan kasus malaria diantaranya
penemuan antimalaria baru. Polimerisasi B. Pembuatan Infusa Akar C.
hem merupakan metode pengujian in vitro tomentosa
dengan target penghambatan polimerisasi Sebanyak 10 gram serbuk akar C.
hem pada vakuola digesti Plasmodium. tomentosa ditambahkan dengan akuades
Akar manuran (Coptosapelta tomentosa) sebanyak 100 mL. Campuran tersebut
digunakan secara empiris oleh masyarakat dimasukkan ke dalam penangas air selama
Kotabaru sebagai antimalaria. Penelitian 15 menit terhitung mulai temperatur 90oC.
ini bertujuan menentukan nilai IC50 Larutan infusa tersebut disaring
penghambatan polimerisasi hem dari nilai menggunakan kain flanel. Sebanyak 1 mL
persentase penghambatan polimerisasi dari larutan infusa 10% diuapkan sampai
hem setelah pemberian infusa akar C. menghasilkan bobot tetap bernilai 17
tomentosa. mg/mL yang dinyatakan sebagai bobot
konversi pengujian.

95
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 94-98
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

dan 0,3125% sedangkan sebagai kontrol


C. Skrining fitokimia Akar C. negatif adalah akuades. Setelah inkubasi,
tomentosa mikrotube disentrifuse dengan kecepatan
Dilakukan uji skrining fitokimia 8000 rpm selama 10 menit. Supernatan
terhadap senyawa alkaloid, flavonoid, dibuang dan endapan dicuci sebanyak 4
steroid, triterpenoid, tanin, saponin, kali dengan 200 μL DMSO 100%.
fenolik dan antrakuinon. Masing-masing pencucian dilakukan
dengan cara disentrifuse berkecepatan
D. Pembuatan kurva baku hematin 8000 rpm selama 10 menit. Endapan yang
Pembuatan seri kadar larutan diperoleh ditambah 200 μL NaOH 0,1 M.
hematin sebanyak 400 μL dalam larutan Setiap 100 μL larutan yang diperoleh
NaOH 0,1 M dengan konsentrasi: 250, dimasukkan ke dalam mikroplate 96
125; 62,5; 31,25; 15,625; 7,8125; dan sumuran dan dibaca nilai absorbansinya
3,90625 μM. Larutan dipipet 100 μL dari dengan ELISA reader pada panjang
masing-masing konsentrasi ke dalam gelombang 405 nm. Nilai absorbansi yang
mikrokultur 96 sumuran dan dilakukan diperoleh diplot ke persamaan garis regresi
pembacaan nilai absorbansi pada ELISA linear kurva standar sehingga dapat
Reader panjang gelombang 405 nm. ditentukan konsentrasi 𝛽-hematin bahan
uji pada setiap sumuran.
E. Uji penghambatan polimerisasi hem
Sebanyak 50 μL sampel bahan uji F. Analisis data
dipipet ke dalam mikrotube dari masing- Nilai Absorbansi pada masing-
masing konsentrasi 10; 5; 2,5; 1,25; 0,625 masing konsentrasi perlakuan
dan 0,3125% dibuat triplet. Larutan uji diinterpolasikan ke persamaan kurva baku.
ditambahkan 100 μL larutan hematin 1 Aktivitas penghambatan polimerisasi hem
mM dalam NaOH 0,2 M. Kemudian dinyatakan berdasarkan nilai IC50 yang
sebanyak 50 μL larutan asam asetat glasial diperoleh dari analisis probit nilai
100% (pH 2,6) ditambahkan pada persentase penghambatan polimerisasi
mikrotube yang sudah berisi larutan hem.
hematin dan sampel, kemudian diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24 jam. Sebagai III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kontrol positif adalah klorokuin difosfat Metode infusa dipilih sebagai
dengan konsentrasi 10; 5; 2,5; 1,25; 0,625 pendekatan pada penggunaan secara

96
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 94-98
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

tradisional akar C. tomentosa oleh Polimerisasi hematin terjadi jika


masyarakat dengan merebus akar C. ditandai dengan pengurangan kristal β-
tomentosa dan meminum air rebusannya hematin yang terbentuk (Purwanto, 2011).
tersebut. Akar C. tomentosa mengandung Pada penelitian ini, absorbansi kadar β-
senyawa flavanoid yang bersifat polar dan hematin semakin kecil dengan
mudah bercampur dengan air. meningkatnya konsentrasi uji. Konsentrasi
uji yang tinggi menghasilkan
A. Skrining Fitokimia penghambatan polimerisasi hem yang
Hasil skrining fitokimia yang tinggi pula (Tabel 1). Nilai persentase
dilakukan, akar C. tomentosa mengandung penghambatan polimerisasi hem yang
golongan senyawa flavonoid, tanin, diperoleh, selanjutnya dianalisis probit
saponin, fenolik dan antrakuinon. untuk menentukan nilai IC50. Nilai IC50
yang diperoeh adalah 9,61 ± 0,99 mg/mL
B. Pengujian Aktivitas Penghambatan artinya infusa akar C. tomentosa dengan
Polimerisasi Hem konsentrasi 8,23 mg/mL memberikan
Kurva baku hematin ditentukan penghambatan polimerisasi hem 50%.
untuk mengetahui rumus persamaan linear Nilai tersebut diperbandingkan dengan
yang berfungsi pada penentuan kadar nilai IC50 klorokuin difosfat sebagai
hemozoin. Hasil kurva baku hematin, kontrol positif. Klorokuin difosfat
menghasilkan grafik kurva baku (Gambar menghasilkan nilai IC50 8,23±1,00 mg/mL.
1) dengan r² = 0,994 dengan persamaan y Menurut Baelsman et al. (2000), senyawa
= 0,011 x + 0,244. yang mempunyai nilai IC50 lebih kecil dari
nilai IC50 klorokuin difosfat 12 mg/mL,
maka senyawa tersebut dapat dikatakan
memiliki aktivitas penghambatan
polimerisasi hem. Hal tersebut juga
menjadi landasan untuk menetapkan
bahwa infusa akar C. tomentosa memiliki
aktivitas penghambatan polimerisasi hem.

Gambar 1. Grafik absorbansi kurva baku


hematin

97
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 94-98
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

hematin. Experimental
Parasitology. 42: 55-60.
Tabel I. Rata-rata persen penghambatan
Depkes RI. 2008. Pedoman
dan IC50 dari sampel Penatalaksanaan Kasus Malaria di
Indonesia. Direktur jendral PPM &
PLP, Jakarta. Dalam Setiyanggono,
N. E., Nuri & E. Puspitasari. Uji
Aktivitas Antimalaria Ekstrak
Kering Daun Tithonia diversifolia
pada Mencit yang Diinfeksi
Plasmodium berghei (Antimalarial
Activity of Dry Extract of Tithonia
diversifolia Leaves on Plasmodium
berghei Infected Mice). e-Jurnal
Pustaka Kesehatan. 2: 100-104.
Depkes RI. 2003. Keputusan menteri
kesehatan nomor:
IV. KESIMPULAN 1202/MENKES/SK/VIII/ 2003
tentang indikator Indonesia sehat
Infusa akar C. tomentosa pada
2010 dan pedoman penetapan
konsentrasi 17; 8,5; 4,25; 2,125; 1,0625; indikator propinsi sehat dan
kabupaten/kota Sehat. Departemen
dan 0,53125 mg/mL memperlihatkan
Kesehatan Republik Indonesia,
persen penghambatan secara berturut-turut Jakarta.
Purwanto. 2011. Isolasi dan Identifikasi
63,13±5,91; 42,12±2,16; 34,42±5,02;
Senyawa Penghambat Polimerisasi
24,69±8,34; 13,79±5,20 dan 0±0 %. Infusa Hem dari Fungi Endofit Tumbuhan
Artemisia Annua L. Tesis Magister
akar C. tomentosa memiliki aktivitas
Farmasi Sains dan Teknologi,
penghambatan polimerisasi hem Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
berdasarkan nilai IC50 9,61±0,99 mg/mL.
Saleh, I., D. Handayani & C. Anwar. 2014.
Polymorphisms in the pfcrt and
pfmdr1 Genes in Plasmodium
UCAPAN TERIMAKASIH
falciparum Isolates from South
Dalam kesempatan ini penulis Sumatera, Indonesia. Journal
Medical Indonesia. 23: 3-8.
mengucapkan terima kasih atas segala
WHO. 2012. Disease Burden in SEA
bantuan pendanaan dari Kementrian Ristek Region. http://www.searo.who.int/
LinkFiles/Malaria_in_the_SEAR_
Dikti pada skim Hibah Bersaing.
Map_SEAR_Endemicity_10.pdf.
Diakses tanggal Oktober 2015.
DAFTAR PUSTAKA
Baelsmans, R., E. Deharo, V. Munoz, M.
Sauvain & H. Ginsburg. 2000.
Experimental conditions for testing
the inhibitory activity of
chloroquine on the formation of β-

98
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 99-105
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Pengaruh Tingkat Pengetahuan Keluarga dan


Pola Pengobatan terhadap Kepatuhan Pengobatan
Pasien Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan
RSJ Sambang Lihum Banjarbaru
*Eriza Nur Aq Liny, Valentina Meta Srikartika, Herningtyas Nautika Lingga

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat


*Email : zalylovdie@gmail.com

ABSTRAK
Kepatuhan pasien skizofrenia dalam menjalankan terapi akan memberikan
dampak yang positif bagi kondisi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
tingkat kepatuhan pengobatan pasien skizofrenia, menggambarkan tingkat
pengetahuan keluarga dan pola pengobatan pasien, serta mengevaluasi hubungan
antara tingkat pengetahuan keluarga dan pola pengobatan pasien terhadap kepatuhan
pengobatan pasien. Tingkat pengetahuan diukur dengan kuesioner tingkat
pengetahuan yang diberikan kepada keluarga pasien melalui wawancara terpimpin,
kepatuhan ditentukan berdasarkan kuesioner kepatuhan yang diisi oleh keluarga
pasien dan Medical Possession Ratio (MPR), sedangkan pola pengobatan ditentukan
dengan melihat data resep dan rekapitulasi data dari depo 2. Hasil menunjukkan
bahwa dari 101 pasien skizofrenia di RSJ Sambang Lihum 79,2% patuh terhadap
pengobatan. Mayoritas keluarga pasien memiliki tingkat pengetahuan tinggi (60,4%).
Gambaran pola pengobatan menunjukkan mayoritas jenis obat yang dikonsumsi pasien
adalah kombinasi atipikal dengan tipikal (85,1%), jumlah obat yang dikonsumsi adalah
2 obat (57,4%), dan lama pengobatan berkisar 1-5 tahun (68,3%). Tingkat pengetahuan
keluarga berhubungan signifikan dengan kepatuhan minum obat pasien (p-
value=0,001). Pasien dengan keluarga yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi
cenderung 5,5 kali (95%,CI:1,9-15,8) lebih patuh dibandingkan pasien dengan keluarga
yang memiliki tingkat pengetahuan sedang. Sedangkan hasil pola pengobatan tidak
terdapat hubungan antara kepatuhan pasien minum obat dengan seluruh aspek pola
pengobatan.
Kata kunci : Skizofrenia, pengetahuan keluarga, pola pengobatan, kepatuhan

ABSTRACT
Therapeutics adherence of schizophrenia patients will have a positive impact for the
patient's condition. This study aimed to measure the adherence level of schizophrenia
patiens, describe family knowledge and patient treatment patterns, and to evaluate the
correlation between family knowledge, patients treatment patterns and patients adherence.
Family knowledge was determined by questionnaire given to patient's family through
guided interviews, medication adherence was determined by the combination of adherence
questionnaire and Medical Possession Ratio (MPR), while the pattern of treatment is
determined by examine the prescription data and data summary from depo 2. The results
showed that percentage of medication adherence was 79,2% of 101 patients. The majority
of families have a high level of knowledge (60,4%). The patterns of treatment showed that
the majority type of drugs were the combination of atypical and typical (85,1%), the

99
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 99-105
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

amount of drugs consumed were two drugs (57,4%), and duration range of illnesss was
from 1-5 years (68,3%). The analysis showed that family’s knowledge was associated with
adherence (p value= 0,001). Patients who had families with high level of knowledge were
5,5 times (95%,CI:1,9-15,8) more likely to adhere than the patients who had families with
moderate level of knowledge. While there was no correlation between medication
adherence with all aspect of treatment patterns.
Keywords: Schizophrenia, family knowledge, treatment patterns, adherence

I. PENDAHULUAN ketidakpatuhan (Sirait & Mustika, 2009).


Seseorang yang menderita Lamanya penyakit dapat memberikan efek
gangguan jiwa skizofrenia adalah orang negatif terhadap kepatuhan pasien.
yang mengalami keretakan jiwa atau Makin lama pasien mengidap penyakit,
keretakan kepribadian (Hawari, 2003). makin kecil pasien tersebut patuh pada
Dari hasil survei di rumah sakit di pengobatannya (Notoatmodjo, 2003).
Indonesia, sekitar 0,5-1,5 per seribu Pasien-pasien tidak patuh minum obat
penduduk mengalami gangguan jiwa disebabkan kejenuhan karena banyaknya
(Riza et al., 2012). Riset kesehatan dasar obat yang dikonsumsi (Yuliantika et al.,
tahun 2013 menyebutkan bahwa 2012). Penelitian bertujuan untuk
prevalensi skizofrenia di Kalimantan mengukur tingkat kepatuhan pasien
Selatan adalah 1,4 per seribu dan skizofrenia, menggambarkan tingkat
merupakan prevalensi dengan nilai pengetahuan keluarga dan pola pengobatan
tertinggi, dibandingkan provinsi lainnya di pasien skizofrenia, serta mengevaluasi
Kalimantan (Riskesdas, 2013). hubungan antara tingkat pengetahuan
Salah satu faktor penyebab keluarga dan pola pengobatan terhadap
kambuhnya pasien dengan gangguan jiwa kepatuhan pengobatan pasien skizofrenia.
adalah keluarga yang tidak tahu cara
II. METODE PENELITIAN
menangani pasien skizofrenia di rumah.
A. Jenis Penelitian
Pengetahuan keluarga dapat membantu
.Penelitian dilakukan menggunakan
keluarga dalam memberikan perawatan
survei deskriptif korelasi dengan
kepada pasien skizofrenia, sehingga pasien
mengambil data kuesioner dan data resep.
patuh mengkonsumsi obat dan terhindar
Penelitian ini merupakan penelitian non
dari kekambuhan (Purnamasari et al .,
eksperimental dengan metode pendekatan
2013). Penanganan skizofrenia adalah
cross sectional.
dengan menggunakan pengobatan
antipsikotik (Irwan et al., 2008). Jenis obat
merupakan salah satu penyebab

100
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 99-105
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

B. Tempat dan Waktu Penelitian namun mengundurkan diri, dan keluarga


Penelitian dilakukan pada bulan pasien tidak dalam kondisi sehat.
April-Mei tahun 2016, di instalasi rawat
E. Instrumen Penelitian
jalan RSJ Sambang Lihum.
Instrumen penelitian yang
C. Populasi dan Sampel digunakan adalah kuesioner dan data
Populasi dalam penelitian ini resep. Kuesioner terdiri atas tingkat
adalah seluruh keluarga pasien penderita pengetahuan dan kepatuhan pengobatan.
skizofrenia yang berobat di RSJ Sambang Data resep berupa nama pasien, no resep,
Lihum. Teknik yang digunakan untuk tanggal resep, jenis obat, dan jumlah obat
menentukan sampel yaitu quota sampling. untuk melihat pola pengobatan dan
Jumlah sampel yang dijadikan responden perhitungan metode MPR.
pada penelitian ini minimal sejumlah 87
F. Analisis Data
responden.
Analisis data hasil kuesioner
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi pengetahuan keluarga dikategorikan menjadi 3

Kriteria inklusi yang ditentukan kategori, pengetahuan rendah jika nilai 0-4,
pengetahuan sedang jika nilai 5-8, dan
untuk menentukan sampel pada penelitian
pengetahuan tinggi jika nilai 9-12. Kuesioner
ini yaitu keluarga dari pasien skizofrenia,
kepatuhan pasien dianalisa jika nilai 7-11
minimal telah menjalani 1 kali terapi rawat
pasien dikategorikan patuh dan tidak patuh
jalan dan keluarga yang memiliki
jika nilai 0-6 (Sinaga, 2014). Kepatuhan juga
hubungan dengan pasien (orang tua,
diukur dengan metode MPR nilai MPR
saudara kandung, anak, pasangan suami
yang digunakan maksimal 1 (100%). Bila
istri, dan keluarga jauh) yang tinggal satu
nilai MPR <0,8 dikategorikan tidak patuh
rumah dengan pasien skizofrenia dan
dan ≥0,8 dikategorikan patuh (Sikka et al,
bertanggung jawab dalam perawatan
2005). Pasien dikatakan patuh jika nilai
serta pengobatan pasien sehari-hari.
kedua metode yaitu kuesioner dan MPR
Kriteria eksklusi yaitu pasien
menunjukkan bahwa pasien patuh. Hasil
dengan data resep tidak lengkap (nama
keseluruhan data dinalisis menggunakan
pasien, no resep, tanggal pengambilan
komputasi SPSS 21 dengan uji kolerasi
obat, jenis obat, jumlah obat) dan data
Chi-Square dan Binary logistic dengan
lama pengobatan yang didapat di depo 2
tingkat kepercayaan (α=0,05).
(Ruang rekapitulasi data resep), keluarga
pasien yang telah terlibat pada penelitian,

101
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 99-105
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Selama waktu penelitian yang
dilakukan didapatkan sampel sebanyak
133 keluarga pasien skizofrenia yang
berobat di instalasi rawat jalan RSJ
Sambang Lihum Banjarbaru. Namun,
hanya 101 orang yang dijadikan sampel
dan 32 orang lainnya dieksklusi.
Gambar 1. Hasil Kombinasi Kuesioner dan MPR
Kepatuhan Pasien Skizofrenia
Tabel I. Distribusi Karakteristik Keluarga
Pasien Skizofrenia di Instalasi Tabel III. Hubungan Pengetahuan Keluarga
dengan Kepatuhan Minum Obat
Rawat Jalan RSJ Sambang Pasien Skizofrenia
Lihum Banjarbaru

Berdasarkan hasil penelitian ini


diperoleh hasil analisis Chi-Square pada
tabel III menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara
pengetahuan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pasien skizofrenia, dengan p-
value = 0,001. Hasil wawancara dengan
keluarga pasien, mayoritas keluarga pasien
mengetahui jika pasien tidak minum obat
maka pasien akan kambuh. Keluarga juga
Tabel II. Distribusi Karakteristik Pasien mengetahui bahwa pasien harus terus
Skizofrenia di Instalasi Rawat
Jalan RSJ Sambang Lihum kontrol berobat kedokter tepat waktu.
Banjarbaru Keluarga yang mengetahui hal tesebut,
tentunya dapat membantu pasien patuh
dalam menjalankan terapi pengobatannya.
Penelitian yang dilakukan oleh
Purnamasari et al (2013) didapatkan hasil
(p-value= <0,01) yang artinya terdapat
hubungan signifikan antara pengetahuan

102
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 99-105
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

keluarga dengan kepatuhan minum obat Tabel VI. Hubungan Jumlah Obat dengan
Kepatuhan Pasien Skizofrenia
pasien skizofrenia. Hasil penelitian ini
juga didukung oleh Butar (2012), bahwa
pasien yang telah diberi penjelasan
tentang pengobatannya oleh keluarga akan
menunjukkan peningkatan kepatuhan
Tabel VII. Hubungan Lama Pengobatan
sehingga menghasilkan peningkatan hasil Dengan Kepatuhan Pasien
terapi. Skizofrenia

Analisis selanjutnya menggunakan


Binary logistic didapatkan hasil bahwa
pasien dengan keluarga yang memiliki
pengetahuan tinggi akan 5,5 kali lebih
patuh meminum obat, dibandingkan pasien Hasil pada tabel V, VII, dan VIII
dengan keluarga yang memiliki tingkat tentang jenis obat, jumlah obat, dan lama
pengetahuan sedang. Hasil analisis dapat pengobatan didapatkan nilai p-value
dilihat pada tabel IV. >0,05 , sehingga tidak terdapat hubungan
Tabel IV.Hasil analisis OR Tingkat antara seluruh aspek pola pengobatan
Pengetahuan Keluarga terhadap tersebut dengan kepatuhan minum obat
Kepatuhan
pasien skizofrenia. Tidak adanya
hubungan antara jenis obat, jumlah obat
dan lama sakit dengan kepatuhan
kemungkinan dikarenakan pasien

Hubungan pola pengobatan skizofrenia di RSJ Sambang Lihum tidak

terhadap kepatuhan pasien skizofrenia melakukan pengobatan sendiri, melainkan

yang terdiri dari jenis obat, jumlah obat, pengobatan menjadi tanggung jawab

dan lama pengobatan dengan kepatuhan keluarga pasien dan dikarenakan pada

minum obat pasien dapat dilihat pada tabel kasus pasien gangguan jiwa, pasien tidak

berikut. mampu berpikir secara logis khususnya

Tabel V. Hubungan Jenis Obat dengan untuk mengurus dirinya sendiri, sehingga
Kepatuhan Pasien Skizofrenia yang diperlukan pada pasien gangguan
jiwa adalah peran keluarga. Dalam hal ini
didukung oleh tingginya tingkat
pengetahuan keluarga.

103
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 99-105
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

IV. KESIMPULAN minum obat dengan seluruh aspek pola


Kesimpulan yang dapat diperoleh pengobatan.
dari penelitian ini adalah :
DAFTAR PUSTAKA
1. Tingkat kepatuhan meminum obat Butar, B. O. D. 2011. Hubungan
pasien skizofrenia di RSJ Sambang Pengetahuan Keluarga dengan
Tingkat Kepatuhan Pasien
Lihum (79,2%) pasien patuh. Skizofrenia di Rumah Sakit Daerah
2. Tingkat pengetahuan keluarga pasien Provinsi Sumatra Utara Medan.
Skripsi Fakultas Keperawatan,
di RSJ Sambang Lihum mayoritas Universitas Sumatera Utara, Medan.
memiliki tingkat pengetahuan yang Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistic
pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
tinggi (60,4%). Pola pengobatan pada FKUI, Jakarta.
pasien skizofrenia di RSJ Sambang Irwan, M., A. Fajriansyah,, B. Sinuhadji.
& M. Indrayana. 2008.
Lihum menunjukkan bahwa jenis obat Penatalaksanaan Skizofrenia .
yang paling banyak diresepkan dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Riau, Riau.
adalah jenis kombinasi antara atipikal Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
dan tipikal (85,1%). Jumlah obat yang Perilaku Kesehatan. Rhineka Cipta,
Jakarta.
paling banyak dikonsumsi oleh pasien Purnamasari, N., T. Tololiu, & D. H. C.
adalah 2 obat (57,4%). Lama Pangemanan. 2013. Hubungan
Pengetahuan Keluarga Dengan
pengobatan yang paling banyak Kepatuhan Minum Obat Pasien
diderita pasien adalah berkisar 1 Skizofrenia Di Poliklinik Rumah
Sakit Prof. V.L. Ratumbuysang
sampai 5 tahun (68,3%). Manado. Ejournal keperawatan (e-
3. Tingkat pengetahuan keluarga Kp). 1 (1).
Riskesdas. 2013. Laporan Nasional 2013.
berhubungan signifikan dengan Badan Penelitian dan Pengembangan
kepatuhan minum obat pasien Kesehatan. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
skizofrenia (p =0,001). Pasien dengan Riza H., Jumaini. & Arneliwati. 2012.
keluarga yang memiliki tingkat Hubungan Tingkat Pengetahuan
Keluarga Tentang Perawatan Pasien
pengetahuan tinggi cenderung 5,5 kali Halusinasi dengan Perilaku
(95%,CI:1,9-15,8) lebih patuh Keluarga dalam Merawat Pasien
Halusinasi. Jurnal Keperawatan. 3
meminum obat dibandingkan pasien (9).
dengan keluarga yang memiliki tingkat Sikka R., F. Xia. & R.E. Aubert. 2005.
Estimating medication adherence
pengetahuan sedang. Sedangkan hasil using administrative claims data. Am
pola pengobatan tidak terdapat J Manag Care. 11(7):449-457.
Sinaga, N. A. 2014. Hubungan
hubungan antara kepatuhan pasien Pengetahuan Keluarga Dengan
Tingkat Kepatuhan Minum Obat

104
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 99-105
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia


Paranoid di Unit Rawat Jalan
Rumah Sakit Jiwa Aceh. Skripsi
Program Studi Pendidikan Dokter,
Universitas Syiah Kuala Darussalam,
Banda Aceh.
Sirait, A. & W. Mustika. 2009. Faktor-
Faktor Penyebab Ketidakpatuhan
pasien Skizofrenia Menjalani
Pengobatan Dirumah Sakit Jiwa
Daerah Propinsi Sumatera Utara
Medan Tahun 2009.
http://webcache.googleusercontent.c
om/search?q=cache:vk0yDPBpYakJ:
sari-mutiara.ac.id/new/wp
(diakses tanggal 10 Desember 2015)
Yuliantika., Jumaini. & F. Sabrian. 2012.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Minum Obat Pada
Pasien Skizofrenia.
http://webcache.googleusercontent.c
om/search?q=cache:KB0_pDVcZYg
J:repository.unri.ac.id/xmlui/bitstrea
m/handle/123456789/4267/JURNAL
.pdf%3Fsequence%3D1+&cd=1&hl
=id&ct=clnk
(diakses tanggal 20 November 2015)

105
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 106-113
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Adsorpsi Zat Warna Limbah Cair Batik Kalteng


menggunakan Komposit Magnetik Berbasis Bahan Alam
*Retno Agnestisia, Deklin Frantius

Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Palangka Raya


*Email : r_agnestisia@yahoo.co.id

ABSTRAK
Bahan alam berupa bentonit disintesis dengan oksida besi guna menciptakan
komposit magnetik yang dapat diaplikasikan sebagai adsorben zat warna limbah cair
batik Kalteng dalam larutan. Sintesis komposit dilakukan menggunakan metode
kopresipitasi dengan rasio mol Fe2+ : Fe3+ = 1 : 2 pada temperatur sintesis 85οC.
Karakterisasi dilakukan dengan metode FTIR (Fourier Transform Infrared), XRD (X-
ray diffraction) dan fisiorpsi isotermal gas N2. Adsorpsi dilakukan menggunakan sistem
batch dengan kajian adsorpsi yang dipelajari meliputi pengaruh pH dan waktu kontak
adsorpsi. Bentonit dan komposit bentonit magnetik hasil sintesis mampu mengadsorpsi
zat warna limbah cair batik Kalteng secara optimal pada pH asam dan waktu kontak
90 menit dengan kemampuan adsorpsi masing-masing sebesar 75% dan 83%.
Komposit magnetik hasil sintesis mampu meningkatkan kemampuan adsorpsi dan
mempercepat proses pemisahan partikel adsorben dalam larutan menggunakan medan
magnet eksternal.
Kata kunci : bentonit, magnetit dan adsorpsi.

ABSTRACT
Natural materials such as bentonite was synthesized by iron oxide to create
magnetic komposite bentonite which can be applied as adsorbent of dye wastewater batik
Kalteng in aqueous solution. Synthesis magnetic komposite was done by coprecipitation
method in the molar ratio Fe2+: Fe3+ = 1 : 2 at synthesis temperature of 85οC.
Characterizations of materials were done using FTIR (Fourier Transform Infrared), XRD
(X-ray diffraction) and fisiorpsi gas N2 methods. Adsorption using batch system with the
effects pH and contact time of adsorption were studied. The bentonite and bentonite
magnetic composite can adsorbed dye wastewater batik Kalteng from aqueous phase on
acid pH and contact time of 90 minutes with the adsorption capacity were 75% and 83%.
Magnetic composite increased the adsorption capacity and accelerated the adsorption of
adsorbent from aqueous phase using external magnetic field.
Keywords : bentonite, magnetite and adsorption.

I. PENDAHULUAN suku Dayak, suku asli daerah Kalimantan


Batik benang bintik merupakan Tengah (Riefahmad, 2013).
kain batik khas Kalimantan Tengah Motif dan corak yang dituangkan
(Kalteng) yang memiliki nilai seni yang pada kain batik, ternyata melibatkan
tinggi. Kekhasan batik terletak pada jenis proses pewarnaan menggunakan pewarna
motif yang mencerminkan kebudayaan sintetis. Dalam proses pewarnaan,

106
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 106-113
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

senyawa ini hanya tergunakan sekitar 25% dihasilkan dari substitusi isomorfik yang
sedangkan sisanya akan dibuang kealiran terjadi pada permukaan lapisan
air sebagai limbah. monmorilonit penyusun bentonit.
Limbah zat warna yang dihasilkan Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh
umumnya merupakan senyawa organik bentonit, antara lain sifat mudah
non-biodegradable dan bersifat mengembang, kapasitas tukar kation yang
karsinogenik (Cahyadi, 2006). Selain tinggi, luas permukaan yang besar, stabil
dapat membahayakan kesehatan, limbah secara kimia dan mekanika (Ortega et al.,
zat warna juga dapat memunculkan 2013). Kelebihan-kelebihan tersebut
permasalahan pada penggunaan air bersih, menjadikan bahan ini banyak
kerusakan estetika badan air dan dimanfaatkan sebagai adsorben
ketidakseimbangan ekosistem. kontaminan air, khususnya ion logam dan
Mengingat faktor resiko yang senyawa kationik seperti ion Pb(II),
ditimbulkan, maka pengolahan limbah zat Cd(II)–Ni(II), Cu(II) dan Zn(II), Cr(VI),
warna dari pabrik pembuatan Batik limbah uranium, ion posfat, zat warna
Kalteng sangat perlu untuk diupayakan. methylene blue, malachite green, brilliant
Metode adsorpsi merupakan salah satu green, basic red 46 dan direct blue 85
metode yang dapat digunakan untuk dalam larutan.
mengatasi hal tersebut. Metode ini dinilai Uji adsorpsi bentonit terhadap
efektif, preparasi mudah dan pembiayaan limbah zat warna ternyata memiliki
operasional yang relatif murah. Salah satu kesulitan dalam proses pemisahan fase
bahan yang dapat digunakan sebagai padat adsorben dalam larutan setelah
adsorben adalah bentonit. Saat ini bentonit proses adsorpsi. Upaya yang dapat
merupakan material yang keberadaannya dilakukan untuk mengatasi kesulitan
cukup melimpah dan memiliki harga yang tersebut ialah dengan menyisipkan bahan
relatif murah. Cadangan bentonit di magnetik berupa oksida besi fasa magnetit
Indonesia cukup besar, yaitu sekitar 380 (Fe3O4) pada jaringan struktur bentonit,
juta ton, yang merupakan aset potensial sehingga diperoleh bentonit yang memiliki
Indonesia yang harus dimanfaatkan sifat kemagnetan. Dengan pemberian sifat
sebaik-baiknya (Syuhada et al., 2009). kemagnetan, diharapkan pemisahan
Bentonit merupakan material alam partikel-partikel adsorben setelah proses
yang memiliki struktur berlapis dengan adsorpsi dapat dilakukan dengan mudah
situs aktif bermuatan negatif. Situs aktif ini

107
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 106-113
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

dan cepat menggunakan medan magnet D. Aktivasi Bentonit Alam


eksternal (Oliveira et al., 2003). Sebanyak 50 gram sampel BM
direfluks dengan 250 mL HCl 5 M selama
II. BAHAN DAN METODE 3 jam pada temperatur 100οC. Kemudian
A. Bahan disaring dan dicuci dengan akuades hingga
Bahan yang digunakan yaitu limbah lolos uji klor menggunakan AgNO3 0,1 M.
cair batik Kalteng, bentonit alam, Padatan dikeringkan dalam oven pada
FeCl3·6H2O, FeSO4·7H2O, HCl 37%, temperatur 100οC selama 3 jam, digerus
AgNO3, NH4OH, NaOH, akuades dan dan diayak dengan menggunakan ayakan
kertas whatman 42µ. lolos 60 mesh. Hasil yang diperoleh (BA)
selanjutnya dikarakterisasi dengan
B. Persiapan Sampel Limbah Cair menggunakan instrumen instrumen FTIR
Batik Kalteng (Fourier Transform Infrared), XRD (X-ray
Limbah cair batik Kalteng yang diffraction) dan fisiorpsi isotermal gas N2

diperoleh dari industri X disaring menggunakan persamaan BET.

menggunakan kertas saring whatman 42µ.


Filtrat yang diperoleh diencerkan dengan E. Sintesis Komposit Magnetik

akuades dengan faktor pengenceran 10 Larutan Fe2+ dan Fe3+ dibuat dalam

kali. volume 100 mL dengan konsentrasi


masing-masing sebesar 0,05 M dan 0,1 M.

C. Persiapan Sampel Bentonit Alam Kedua larutan dimasukan ke dalam gelas

Bentonit alam dibersihkan dari beker yang didalamnya terdapat 2 gram

pengotor kasar, kemudian dipanaskan sampel BA. Campuran diaduk pada

dalam oven pada temperatur 70οC selama temperatur 85οC, kemudian ditambahkan

3 jam. Selanjutnya digerus dan diayak larutan NH4OH tetes demi tetes hingga pH

dengan menggunakan ayakan lolos 100 mencapai 10. Campuran didinginkan

mesh. Hasil ayakan yang diperoleh (BM) selama 3 jam kemudian koloid yang

dikarakterisasi menggunakan instrumen terbentuk dipisahkan dari larutan

FTIR (Fourier Transform Infrared), XRD (X- menggunakan medan magnet eksternal.
ray diffraction) dan fisiorpsi isotermal gas N2 Padatan dicuci menggunakan akuades dan
menggunakan persamaan BET. dioven pada temperatur 100οC selama 2
jam, selanjutnya digerus perlahan-lahan
sampai diperoleh bubuk halus. Produk

108
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 106-113
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

komposit yang terbentuk (KBM) F. Uji Pemisahan Adsorben dalam


dikarakterisasi dengan menggunakan Larutan Zat Warna Limbah Cair
instrumen FTIR (Fourier Transform Batik Kalteng
Infrared), XRD (X-ray diffraction) dan Larutan zat warna limbah cair batik
fisiorpsi isotermal gas N2 menggunakan Kalteng masing-masing dimasukan pada 2
persamaan BET. buah botol sampel. Botol sampel pertama
ditambahkan dengan adsorben BA dan
E. Uji Adsorpsi
botol sampel kedua ditambahkan adsorben
Uji adsorpsi sampel BA dan KBM
KBM. Masing-masing campuran diaduk
terhadap zat warna limbah cair batik
kemudian didiamkan beberapa saat. Pada
Kalteng menggunakan sistem batch
botol sampel kedua diberi medan magnet
dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu
eksternal. Kemudian diamati apa yang
penentuan pH dan waktu kontak optimum.
terjadi pada masing-masing campuran.
1) Penentuan pH Optimum
Sebanyak 0,05 gram sampel BA dan
KBM digunakan untuk mengadsorpsi 50 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
mL limbah cair batik Kalteng pada pH 3 A. Bentonit Magnetik
(asam), 7 (netral) dan 10 (Basa). Proses Bentonit alam diaktivasi terlebih
dilakukan menggunakan shaker selama 3 dahulu sebelum digunakan pada tahap
jam pada temperatur kamar. Konsentrasi sintesis untuk menghilangkan pengotor
zat warna limbah cair batik Kalteng yang dan meningkatkan karakteristik
tidak teradsorpsi diukur dengan permukaan. Sintesis komposit magnetik
menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. dilakukan dengan metode kopresipitiasi,
2) Penentuan Waktu Kontak Optimum yang bertujuan untuk pembentukan oksida
Sebanyak 0,05 gram sampel BA dan besi fasa magnetit (Fe3O4) pada jaringan
KBM digunakan untuk mengadsorpsi 50 struktur bentonit.
mL limbah cair batik Kalteng pada pH Gambar 1 menyajikan data spektra
optimum dengan variasi waktu 5, 10, 20, hasil analisis menggunakan spekroskopi
40, 60, 90, 180, 300 dan 420 menit pada FTIR. Gambar 1(a) merupakan spektrum
temperatur kamar. Konsentrasi zat warna inframerah sampel BM. Berdasarkan
limbah cair batik Kalteng yang tidak seluruh data puncak-puncak serapan
teradsorpsi diukur dengan menggunakan diperoleh informasi bahwa sampel yang
Spektrofotometer UV-Vis. dianalisis merupakan keluarga dari mineral

109
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 106-113
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

silika alumina. Pola spektra inframerah perubahan, seperti pada pita serapan
sampel BM dan BA sebagaimana 470,63 cm-1 mengalami pergeseran kearah
ditampilkan pada Gambar 1(a) dan 1(b) bilangan gelombang yang lebih kecil yang
secara keseluruhan tidak menunjukkan menandakan bahwa terjadi perubahan
perubahan yang signifikan. Sedikit ikatan pada vibrasi Si-O-Si. Hal ini juga
pergeseran terjadi pada daerah bilangan berkorelasi dengan bilangan gelombang
-1
gelombang 1041,56 cm . Pergeseran ini 1049,28 cm-1 yang mengalami pergeseran
mengindikasikan bahwa terjadi sebesar 1041,56 cm-1 yang menunjukan
dealuminasi pada struktur dasar bentonit. bahwa vibrasi Si-O dalam keadaan kurang
Bilangan gelombang 918,12 cm-1 bebas. Data ini juga didukung dengan
mengalami pergeseran ke arah bilangan bentuk spektrum pada bilangan gelombang
gelombang lebih besar yang 400-500 cm-1 yang lebih landai bila
mengindikasikan bahwa semakin dibandingkan dengan data spektrum BA.
homogennya lingkungan dari struktur Al- Hal tersebut menunjukan bahwa kekuatan
OH akibat adanya disolusi atom-atom ikatan tekuk Si-O berkurang karena
logam di luar kerangka dasar penyusun terdapatnya ikatan-ikatan antara oksigen
bentonit (non-oktahedral) (Holtzer et al., dengan Fe yang berasal dari oksida besi
2011). yang memberikan kompetisi kekuatan
ikatan tarik menarik antara Si-O-Fe
(Ardianto, 2013).
Untuk memperkuat hasil identifikasi
dan mengetahui fase oksida besi yang
terbentuk pada jaringan struktur bentonit,
diperlukan data pendukung berupa data
XRD. Difraktogram sinar-x untuk ketiga
sampel ditunjukkan pada Gambar 2.
Berdasarkan standar yang dikeluarkan
oleh Joint Comitte on Powder
Gambar 1. Spektra Inframerah : (a) BM; Difraction (JCPDS) dapat dinyatakan
(b) BA dan (c) KBM bahwa sampel BM yang digunakan pada
Pola spektra inframerah sampel BA penelitian ini mengandung mineral
dan KBM yang ditunjukkan pada Gambar monmorilonit, illit, cristobalit, kuarsa dan
1(b) dan (c) memperlihatkan adanya feldspar. Data XRD memperlihatkan

110
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 106-113
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

adanya perubahan yang cukup jelas pada yaitu pada 2θ sebesar 35,490; 43,140; dan
pucak feldspar di 2θ = 28,68ο dan 62,820 yang masing-masing berkesesuaian
cristobalit di 2θ = 36,08ο mengalami dengan d = 2,53Å; 2,10Å; dan 1,48Å yang
penurunan intensitas. Hal ini tumpang tindih dengan puncak milik dari
mengindikasikan bahwa aktivasi mineral monmorilonit penyusun bentonit.
menyebabkan kerusakan pada struktur Analisis luas permukaan spesifik
mineral feldspar dan cristobalit yang dengan fisisorpsi isotermal gas N2
merupakan mineral pengotor penyusun menggunakan gas sorption analyzer
bentonit. berdasarkan persamaan BET juga
menunjukkan bahwa bentonit memiliki
karakteristik permukaan yang lebih baik
dengan adanya perlakuan aktivasi dan
sintesis. Terjadi peningkatan luas
permukaan spesifik dari 11,99 m2/g (BM)
menjadi 116,48 m2/g (BA) dan 125,74
m2/g (KBM).
B. Uji Adsorpsi terhadap Zat Warna
Limbah Cair Batik Kalteng
Uji adsorpsi terhadap Zat Warna
Limbah Cair Batik Kalteng dilakukan
menggunakan sistem batch dengan kajian
adsorpsi yang dipelajari meliputi pH dan
waktu kontak optimum. Persentase zat
warna limbah cair yang teradsorp
Gambar 2. Difraktogram (a) BM; (b) BA
dan (c) KBM (M = dianalisis menggunakan spektrofotometer
Monmorilonit, I = Illit, C = UV-Vis berdasarkan data absorbansi
Cristobalit, Feld= Feldspar,
Q = Kuarsa, M* = Oksida sebelum dan sesudah pengontakan dengan
besi fasa magnetit) adsorben.
Difraktogram pada Gambar 2(c) 1) Penentuan pH Optimum
memperlihatkan perubahan pola difraksi Kemampuan adsorpsi dari kedua jenis
pada sampel KBM dengan munculnya adsorben memiliki pola yang sama.
puncak-puncak baru yang karakteristik Terlihat bahwa adsorpsi zat warna limbah
untuk oksida besi fase magnetit (Fe3O4)

111
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 106-113
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

cair batik Kalteng baik oleh BA maupun posisis molekul dapat berikatan dengan
KBM terjadi pada pH asam, yaitu 3. permukaan bentonit.
Berdasarkan hasil yang diperoleh %
teradsorp zat warna limbah cair batik Kalteng
menggunakan adsorben BA dan KBM optimal
berturut-turut adalah 75% dan 83%. Hasil
menunjukkan bahwa komposit mampu
meningkatkan kemampuan adsorpsi bentonit
terhadap zat warna limbah cair batik Kalteng.
Gambar 3. Adsorpsi Zat Warna Limbah
Cair oleh (a) BA dan (b) Hal ini terjadi karena komposit memiliki
KBM sebagai fungsi pH karakteristik luas permukaan yang lebih besar
2) Penentuan Waktu Kontak berdasarkan hasil analisis menggunakan

Optimum persamaan BET.

Pola adsorpsi zat warna limbah cair


batik Kalteng menggunakan sampel BA
dan KBM pada beberapa variasi waktu Gambar 5. Penampakan visual limbah
adsorpsi memperlihatkan adanya cair setelah uji adsorpsi pada
waktu kontak 90 menit
kemiripan. Terlihat bahwa adsorpsi zat
C. Uji Pemisahan Adsorben dalam
warna limbah cair optimal terjadi pada
Limbah Cair Batik Kalteng
menit ke-90.
Uji pemisahan dilakukan pada kedua jenis
adsorben. Setelah digunakan pada proses
adsorpsi, fase padat adsorben dipisahkan dari
dalam larutan. Sampel BA dipisahkan dengan
pengendapan secara alami oleh gaya gravitasi
bumi, sedangkan KBM menggunakan medan
magnet eksternal. Dari hasil pengamatan
Gambar 4. Grafik hubungan antara waktu terlihat bahwa fase padat KBM yang memiliki
adsorpsi terhadap % teradsorp sifat kemagnetan dapat terpisah dari dalam
zat warna limbah cair batik
larutan dengan mudah dan cepat menggunakan
Kalteng pada (a) BA dan (b)
KBM medan magnet eksternal dengan waktu yang
Interaksi ini membutuhkan waktu yang dibutuhkan selama 10 menit, sedangkan
cukup lama untuk mencapai kestabilan ikatan bentonit teraktivasi yang hanya didasarkan
karena molekul zat warna dari limbah cair pada gaya gravitasi membutuhkan waktu
memerlukan waktu untuk mengatur diri agar selama 120 menit.

112
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 106-113
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

IV. KESIMPULAN Adsorben Zat Warna Rhodamine B.


Seminar Nasional Kefarmasian
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari
2015. ISBN : 978-602-73121-0-4.
penelitian ini adalah : Ardianto, D., 2013, Sintesis Bentonit
Magnetik dengan Metode Presipitasi
1. Aktivasi asam mampu mendisolusi kation
sebagai Adsorben Ion Logam Berat
logam dan mineral pengotor serta mampu Cd2+ dan Co2+, Skripsi, Fakultas
meningkatkan kristalinitas dan luas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia :
permukaan bentonit, terlihat dari hasil
Depok.
analisis menggunakan FTIR, XRD dan Cahyadi, W. 2006, Analisis dan Aspek
luas permukaan spesifik menggunakan Kesehatan Bahan Tambahan Pangan,
Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.
persamaan BET. Hamsah, D., 2007, Pembuatan, Pencirian
2. Proses adsorpsi bentonit teraktivasi dan dan Uji Aplikasi Nanokomposit
Berbasis Montmorilonit dan Besi
komposit bentonit magnetik terhadap zat
Oksida, Skripsi, FMIPA, Institut
warna limbah cair batik Kalteng mencapai Pertanian Bogor, Bogor.
optimum pada pH asam dan waktu kontak Holtzer, M., Bobrowski, A and Kumon, S.,
2011, Temperature Influence on
90 menit. Structural Changes of Foundry
3. Persentase teradsorpsinya zat warna Bentonites, J. Molecular. Structure,
limbah cair batik Kalteng pada bentonit 1004, 102–108.
Oliveira, L.C.A., Rios, R.V.R.A., Fabris,
teraktivasi dan komposit bentonit J.D., Sapag, K., Garg, V.K. and
magnetik masing-masing adalah 75% dan Lago, R.M., 2003, Clay – Iron Oxide
Magnetic Composites for the
83%.
Adsorption of Contaminants in
4. Pengkompositan bentonit dengan oksida Water, J. Appl. Clay. Sci., 22, 169-
besi fasa magnetit mampu meningkatkan 177.
Ortega, E., Ramos and Flores-Cano., 2013,
kemampuan adsorpsinya terhadap limbah Binary Adsorption of Heavy Metals
zat warna batik Kalteng. from Aqueous Solution Onto Natural
5. Komposit bentonit magnetik lebih cepat Clays. Chemical Engineering
Journal, 225, 535–546.
terpisah didalam larutan ketika diberikan http://riefahmad.blogspot.com/2013/
pengaruh medan magnet eksternal dengan 05/benang-bintik-batik-khas-
dayak.html, diakses tanggal 2
waktu yang dibutuhkan selama 10 menit,
Februari 2016.
sedangkan bentonit teraktivasi yang hanya
didasarkan pada gaya gravitasi
membutuhkan waktu selama 120 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Agnestisia, R. 2015. Sintesis Bentonit


Magnetik dan Aplikasinya sebagai

113
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 114-125
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Gambaran Karakteristik Bentuk Dan Ukuran Sel


Darah Ikan Timpakul (Periopthalmodon schlosseri)
*Hidayaturrahmah, Heri Budi Santoso, Muhamat, Annisa Widyastuty,

Program Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat


*Email: rahmahidayahipb09@yahoo.com

ABSTRAK
Darah merupakan salah satu komponen cairan tubuh yang sangat penting
dalam transportasi oksigen dan nutrisi. Sel darah dapat dipengaruhi oleh faktor
kondisi fisiologis, aktifitas, kebutuhan oksigen dan kondisi di habitat. Penelitian ini
dilakukan untuk mengkaji penjelasan ilmiah mengenai gambaran karakteristik bentuk
dan ukuran sel darah ikan timpakul (Periopthalmodon schlosseri) yang memiliki
keunikan adaptasi di wilayah pasang surut Sungai Barito Kalimantan Selatan.
Pengambilan sampel menggunakan metode penangkapan hewan langka yaitu metode
line transect. Sampel didapatkan dari wilayah pasang surut Sungai Barito Kalimantan
Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sel darah eritrosit P. schlosseri berbentuk
oval sedangkan trombosit dan differensiasi leukosit cenderung berbentuk bundar.
Ukuran sel eritrosit P. schlosseri lebih besar dengan ukuran panjang 10,59 ± 1,39 µm
dan lebar 5,89 ± 0,79 µm, inti sel panjang 4,05 ± 1,01 dan lebar inti sel 2,33 ± 0,32. Sel
limfosit berdiameter 7,60 ± 1,13 µm dan diameter inti 5,96 ± 1,60 µm. Sel Monosit
berdiameter 7,06 ± 1,04 µm dan diameter inti sel monosit 4,56 ± 0,82 µm.Sel neutrophil
berdiameter 6,25 ± 0,49 µm dan inti sel berdiameter 4,99 ± 0,47 µm. Sel eosinophil
berdiameter 7,12 ± 0,52 µm dan diameter inti sel 3,81 ± 0,30 µm. Sel trombosit
berdiameter 3,51 ± 0,81 µm, inti sel berdiameter 3 ± 0,62 µm. Karakteristik sel darah
ikan timpakul (P. schlosseri) ternyata berbeda dengan ikan lainnya. Perbedaan tersebut
terdapat pada sel eritrosit yang berbentuk oval, ukuran sel lebih besar dan memiliki
inti sel berukuran kecil sehingga ruang sitoplasma lebih banyak dalam pengikatan
oksigen yang mampu mendukung keunikan adaptasi di air dan di darat.
Kata kunci : Sel darah, ikan timpakul, Peritahlmodon schlosseri

ABSTRACT
Bloodis one of the components of body fluidsis very important in the transport of
oxygen and nutrients. Blood cells can be influenced by physiological conditions, activity,
oxygen consumption and habitat conditions. This study aimed to determine the was
conducted to assess the scientific explanation of the characteristic features
Periopthalmodon schlosseri blood cells that have unique adaptations Sampling methods
are catching endangered animals line transect method. Samples obtained from the
intertidal zone of the Barito River in South Kalimantan. The results of the study in the
form of characteristic blood cells erythrocytes are oval whereas platelet and leukocyte
differentiation tends to be round. P. schlosseri erythrocyte cell size larger than other blood
cells with a length that is10,59 ± 1,39 µm and a width of 5,89 ± 0,79 µm, a nucleus
length of 4.05 ± 1.01 and a width of 2,33 ± 0,32. Lymphocyte cell diameter of 7,60 ± 1.13
µm and a nucleus diameter of 5,96 ± 1,60 µm. Monocytes cell diameter 7,06 ± 1,04 µm
and a nucleus diameter of 4,56 ± 0,82 µm. Neutrophil cell diameter of 6,25 ± 0,49 µm and
a cell nucleus diameter 4,99 ± 0,47 µm. Eosinophil cell diameter of 7,12 ± 0.52 µm and a

114
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 114-125
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

nucleus diameter of 3,81 ± 0,30 µm. Platelet cell diameter 3,51 ± 0,81 µm, the cell
nucleus diameter 3 ± 0,62 µm. Characteristics blood cells of fish mudskipper (P.
schlosseri) in erythrocytes were oval-shaped cell, the cell size is larger and has a core of
small cell cytoplasm so much more space in the binding of oxygen is capable of supporting
unique adaptation in the water and on land
Keywords : erythrocyte, estuary Barito, P. schlosseri, platelets

I. PENDAHULUAN oksigen (Shadkhast, 2010; Vajssi, 2012).


Darah merupakan salah satu Sel darah dapat dipengaruhi oleh faktor
komponen cairan yang sangat berperan kondisi fisiologis, kondisi lingkungan
dalam fisiologi, metabolisme, aktifitas (Irianto, 2005), aktifitas (Fujaya, 2004),
tubuh dan daya tahan tubuh (Thrall, 2004). dan kebutuhan oksigen (Hrubrec &
Darah pada semua vertebrata mengandung Smisth, 2000).
plasma, eritrosit, beberapa jenis leukosit Ikan timpakul (Periophthalmodon
dan trombosit atau keping darah. Karakter schlosseri) mempunyai habitat dan cara
sel darah mempunyai peranan penting adaptasi yang berbeda dengan ikan pada
dalam proses kehidupan agar nutrisi dan umumnya (Hidayaturrahmah &
oksigen tersedia terus menerus dalam Muhamat, 2013). P. schlosseri
proses metabolisme di seluruh jaringan mempunyai keunikan dari segi adaptasi
yang membutuhkan. Darah membawa fisiologi, morfologi, serta perilaku hidup
substansi dari tempatnya dibentuk ke seperti amfibi, sehingga ikan ini berbeda
semua bagian tubuh dan menjaga tubuh dengan ikan akuatik lainnya. Adaptasi
agar dapat melakukan fungsinya dengan fisiologi ikan ini memiliki kemampuan
baik (Fujaya, 2004). bernafas di luar air atau disebut air
Sel darah memiliki beberapa breathing (Graham & Lee, 2004;
karakteristik meliputi ukuran dan bentuk Ishimitsu, 1999).
sel darah (Vazquez & Guerrero, 2007). Berdasarkan penelitian Lavabetha
Bentuk dan ukuran sel darah terutama (2014), bahwa profil darah P. schlosseri
eritrosit sangat berpengaruh terhadap dari Sungai Barito mempunyai nilai
volume pengangkutan oksigen (Najiah, haemoglobin dan leukosit yang lebih
2008; Nikmaa, 1997). Sel darah pada ikan banyak dibandingkan dengan ikan akuatik
berbentuk oval mempunyai volume lainnya yang merupakan hasil adaptasi
oksigen lebih besar dibandingkan bentuk terhadap lingkungannya. Selain itu,
bundar. Hal ini karena bentuk oval lebih penelitian Yudistira (2011), menjelaskan
banyak ruang dalam pengangkutan bahwa P. schlosseri memiliki perbedaan
115
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 114-125
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

struktur insang dibandingkan ikan akuatik B. Cara pegambilan sampel ikan


lainnya. Terdapat saluran di bagian insang timpakul
untuk pembuluh darah yang berisi sel Penentuan lokasi pengambilan
darah dalam pengikatan oksigen (Low sampel dilakukan menggunakan metode
dkk, 1989). Keunikan fisiologi dari cara penangkapan hewan langka yaitu metode
beradaptasi P. schlosseri yang berbeda line transect dikarenakan populasi ikan
dengan ikan akuatik pada umumnya timpakul (P. schlosseri) penyebarannya
sangat berpengaruh terutama terhadap tidak merata serta sulit di temukan.
sistem metabolisme, sistem imun dan Sampel timpakul ditangkap menggunakan
haemostatis. pancing dengan umpan anakan katak
Karakteristik sel darah memiliki sawah atau udang kecil. Sampel hidup
potensi untuk diteliti lebih lanjut karena dimasukan ke dalam ember yang berisi air
keunikan fisiologi, morfologi dan payau dari lokasi kemudian segera dibawa
tingkahlaku ikan timpakul berbeda dengan ke laboratorium untuk dilakukan tahap
ikan pada umumnya. Berdasarkan hal aklimatisi terlebih dahulu di laboratorium
tersebut, penelitian ini difokuskan untuk sebelum dilakukan pengamatan lebih
mengkaji karakteristik sel darah P. lanjut. Pengambilan sampel dilakukan
schlosseri dengan mengamati bentuk dan pada sepuluh individu timpakul.
ukuran sel serta inti sel darah yang
berpotensi memiliki keunikan C. Metode pengambilan darah
karakteristik sebagai penunjang bentuk Pembuatan sediaan apusan darah
adaptasi di darat dan di air. dilakukan dengan mengambil darah P.
schlosseri dari vena caudalis di antara
II. BAHAN DAN METODE sisik ikan dekat ekor menggunakan spuit
A. Bahan 1 mL. Spuit sebelumnya diisi dengan
Bahan yang digunakan adalah sedikit larutan EDTA (Ethylene Diamine
darah Periophthalmodon schlosseri Tetra Acid). Jarum spuit dimasukkan dari
dari wilayah pasang surut Sungai Barito, belakang anal ke arah vertebrate (tulang
larutan Giemsa 10%, larutan EDTA, belakang). Darah dihisap perlahan
kertas label, metanol 70 %, dan akuades. sebanyak 1 mL dan sampel darah
dipindahkan ke dalam tabung penyimpan
darah (botol vial) yang telah diisi dua
tetes larutan EDTA. Darah yang telah

116
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 114-125
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

diambil menjadi darah stok (Ronaldo, yang disajikan dalam bentuk rerata dan
2008). standard deviasi. Data kualitatif meliputi
pengamatan terhadap bentuk sel dan inti
D. Pembuatan Preparat Ulas Darah sel darah. Data kuantitatif dan kualitatif
Pembuatan preparat ulas darah yang diperoleh dalam penelitian ini
dilakukan dengan menempatkan setetes kemudian disajikan dalam bentuk tabel
darah pada gelas obyek, dibuat preparat dan dokumentasi foto.
ulas dan dibiarkan kering. Setelah itu
dilanjutkan dengan proses fiksasi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Preparat yang telah kering direndam ke A. Hasil
dalam metanol selama 5 menit, kemudian Hasil pengukuran panjang dan
dikeringanginkan, dimasukkan ke dalam berat Periopthalmodon schlosseri yang
larutan Giemsa 10% selama 30 menit. didapat (Tabel 1).
Setelah diwarnai, preparat dikeringkan Tabel I. Rata- rata pengukuran panjang (cm)
dan berat (g) Periopthalmodon
dan siap untuk diamati di bawah
schlosseri
mikroskop (Subowo, 1992).
Pengamatan sediaan karakteristik
sel darah P. schlosseri dengan tahapan
berikut: diamati preparat di bawah
mikroskop yang telah dihubungkan
dengan perangkat komputer dengan
menggunakan aplikasi dari mikroskop
Olympus CX 31 yaitu DP2-BSW. Objek
sel yang akan diamati berupa sel eritrosit,
Gambar 1. Pengukuran panjang dan berat
trombosit dan diferensiasi leukosit P.
Periopthalmodon schlosseri.
schlosseri dengan parameter ukuran (µm)
Hasil pengukuran panjang P.
dan bentuk sel serta inti sel yang
schlosseri dari 10 ekor sampel mempunyai
didokumentasikan dalam bentuk foto.
ukuran paling kecil 25 cm dan ukuran
paling besar 28 cm, sedangkan ukuran
E. Analisis data
rata- rata panjang tubuh ikan 26,04 cm.
Data yang dikumpulkan berupa
Berat ikan paling ringan 150 g dan paling
data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif berupa ukuran sel dan inti sel

117
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 114-125
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

berat 202,64 g, sedangkan berat rata- rata 2). Sel limfosit berbentuk bundar dengan
yaitu 172, 56 g. inti berukuran lebih besar dan tidak
Tabel II. Bentuk dan Ukuran Sel Darah bergranula sehingga inti sel hampir
memenuhi permukaan ruang sel dan
mempunyai sitoplasma lebih sedikit
(Gambar 3).

Gambar 3. Gambaran karakteristik limfosit


P. schlosseri dengan pewarnaan giemsa dan
perbesaran 1000x.
Hasil pengukuran sel darah P.
Diameter sel monosit memiliki
schlosseri pada (Tabel 2) menunjukkan
kisaran 6,47 – 8,73 µm dan diameter inti
sel eritrosit dengan kisaran panjang 9,2 –
sel monosit berkisar antara 3,73 – 5,38
11,98 µm dan kisaran lebar 5,1 – 6,68
µm (Tabel 2). Monosit berbentuk bundar.
µm, sedangkan pada inti sel eritrosit
Sel monosit mempunyai perbandingan
mempunyai ukuran panjang yang berkisar
ukuran sama antara sitoplasma dengan
antara 3,04– 5,06 µm dan kisaran lebar
inti sel. Sehingga ukuran antara inti sel
2,01 – 2,65 µm. Bentuk sel dan inti pada
dan sitoplasma hampir sama (Gambar 4).
eritrosit ditunjukkan pada (Gambar 2)
berbentuk oval. Inti sel eritrosit terletak di
tengah sel dan dikelilingi sitoplasma
berwarna bening.

Gambar 4. Gambaran karakteristik


monosit P. schlosseri dengan pewarnaan
giemsa dan perbesaran 1000x

Sel neutrophil pada P. schlosseri


Gambar 2. Gambaran karakteristik eritrosit memiliki ukuran diameter berkisar antara 5,76
P. schlosseri dengan pewarnaan giemsa dan
– 6,74 µm sedangkan inti sel neutrophil
perbesaran 1000x
berkisar antara 4,52 – 5,46 µm. Sel neutrophil
Sel limfosit memiliki kisaran P. schlosseri berbentuk bundar dan memiliki
diameter sel 6,47- 8,73 µm dan kisaran inti sel yang besar serta bersegment
diameter inti sel 4,36 – 7,56 µm (Tabel (bergranula). Sitoplasma neutrophil berwarna

118
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 114-125
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

ungu pucat, sedangkan pada inti berwarna


ungu tua (Gambar 5).

Gambar 7. Gambaran karakteristik trombosit


P. schlosseri dengan pewarnaan giemsa dan
Gambar 5. Gambaran karakteristik perbesaran 1000x.
neutrophil P. Schlosseri dengan
pewarnaan giemsa dan perbesaran 1000x. B. Pembahasan
Periopthalmodon schlosseri
Sel eosinophil pada P. schlosseri
berkisar antara 6,6 – 7,64 µm dengan diameter merupakan ikan yang memiliki
inti berkisar antara 3,51 – 4,11 µm. Sel kemampuan bernafas di luar air (air-
eosinophil berbentuk bundar dan memiliki breather) dan mempunyai perilaku hidup
inti sel yang besar dan bersegment berbeda pada ikan umumnya yang
(bergranula). Sitoplasma berwarna ungu berhabitat di wilayah pasang surut dengan
pucat, sedangkan pada inti berwarna ungu perairan payau sehingga dapat beradaptasi
kemerah muda (Gambar 6).
secara fisiologi, anatomi dan perilaku
(Ravi & Rajagoval, 2007).
Aktifitas ikan ini hampir 90% di
daratan dan sangat aktif ketika berada di
luar air. Aktifitas ikan di luar air antara
lain mencari makan, menarik lawan jenis,
Gambar 6. Gambaran karakteristik eosinophil
P. schlosseri dengan pewarnaan giemsa dan interaksi sosial, menjaga teritorial
perbesaran 1000x. sedangkan aktifitas ikan di air antara lain
Pada sel trombosit pada P. mengambil air untuk membasahi tubuh
schlosseri berkisar antara 2,7 – 4,32 µm agar terjaga kelembaban permukaan
dan inti sel berada pada kisaran 2,38 – tubuh, mengambil oksigen menggunakan
3,62 µm. Bentuk sel serta inti pada insang, membuat sarang, dan meletakan
trombosit berbentuk tidak beraturan telur di dalam sarang berlumpur serta
mempunyai sitoplasma yang sedikit dan memberikan sel telur tersebut oksigen
inti selnya lebih besar (Gambar 7). dengan cara meniupkan oksigen yang
diambil dari permukaan atau udara agar
sel telur tersebut dapat tumbuh dan

119
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 114-125
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

berkembang pada kondisi hipoksia dikarenakan kebutuhan P. schlosseri yang


(Polgar & Lim, 2007). lebih banyak terhadap oksigen untuk
a. Karakteristik sel darah memenuhi kebutuhan metabolismenya.
Periopthalmodon schlosseri Menurut penelitian Vajsii (2012)
Eritrosit membuktikan bahwa sel oval mampu
Menurut Al Majed (2011) memuat oksigen lebih banyak jika
menjelaskan bahwa ukuran besar atau dibandingkan dengan sel berbentuk
kecil eritrosit pada ikan merupakan bundar. Hal ini terjadi karena bentuk oval
gambaran dari penyesuaian fisiologi dari sel memberikan ruang lebih untuk
terhadap habitatnya baik di dalam air, pertukaran oksigen.
berlumpur maupun kondisi hipoksia. Perbedaan karakteristik sel
Selain itu, menurut Hartman (1997), eritrosit pada ikan menunjukkan adanya
ukuran eritrosit pada vertebrata perbedaan cara adaptasi hidup. Ukuran sel
mencerminkan posisi filogenetik spesies ini juga dipengaruhi oleh aktifitas
dan jumlah sel dalam satuan volume metabolisme, aktifitas tubuh serta
darah dalam pertukaran gas. Eritrosit kebutuhan oksigen (Tobin, 1994). Sel
yang sudah matang umumnya memiliki eritrosit merupakan salah satu komponen
panjang 13 – 16 µm dan lebar 7- 10 µm yang membawa dan menyebarkan
(Affandi & Tang, 2002). Sel eritrosit P. oksigen serta pertukaran oksigen dengan
schlosseri pada penelitian ini memiliki sel karbondioksida ke seluruh jaringan. Sel
dan inti berbentuk oval dengan panjang eritrosit mempunyai keunikan morfologi
10,59 ± 1,39µm dan lebar 5,89 ± 0,79µm sebagai bentuk adaptasi P. schlosseri
dan panjang inti sel 4,05 ± seperti amphibi, yang mampu bertahan
1,01 dengan lebar 2,33 ± 0,32. Hasil dalam kondisi hipoksia. Menurut Graham
tersebut menunjukkan bahwa ukuran sel (1997), P. schlosseri memiliki penyerapan
eritrosit P. schlosseri mendekati ukuran oksigen yang tidak hanya diserap oleh
sel eritrosit matang. insang namun juga diserap oleh
Berdasarkan dari karakteristik permukaan kulit karena adanya kapiler
bentuk sel eritrosit, P. schlosseri darah pada kulit ikan ini.
mempunyai bentuk yang lebih Trombosit
mendukung dengan keunikan adaptasi air Karakteristik trombosit pada
breather dan kemampuan bertahan pada penelitian ini jauh lebih kecil jika
kondisi hipoksia. Hal tersebut dibandingkan

120
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 114-125
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

dengan sel darah lainnya.. Bentuk sel kisaran jumlah leukosit ikan pada
serta inti trombosit P. schlosseri umumnya. Adanya peningkatan jumlah
berbentuk tidak beraturan serta memiliki limfosit yang tinggi biasanya disebabkan
inti yang berukuran besar memenuhi oleh adanya infeksi viral atau bakteri ke
hampir seluruh ruang sel sehingga tubuh ikan atau gangguan kesehatan
sitoplasma pada trombosit hanya sedikit (Moyle & Cech 2004). Hal ini
(Gambar 7). Sel trombosit P. schlosseri menjelaskan bahwa ikan ini mempunyai
yaitu 3,51± 0,81 µm dengan diameter inti pertahanan tubuh yang lebih kuat
3 ± 0,62 µm (Tabel 2). dibandingkan dengan ikan pada umumnya
Dalam hal ini proses pembekuan dikarenakan perilaku air-breathing
darah berkaitan dengan cara adaptasi yang mengakibatkan infeksi dan menstimulasi
lebih banyak diluar air. Sehingga respon kekebalan terhadap organisme
pembekuan darah ikan ini lebih cepat atau mikroorganisme patogen yang masuk
dibandingkan ikan pada umumnya. ke dalam tubuh yang dapat menyerang
Fujaya (2004) menjelaskan bahwa darah ketika P. schlosseri berada di daratan
pada permukaan tubuh ikan akuatik maupun perairan. Pada penelitian ini, sel
mengalami kesulitan untuk menggumpal limfosit berdiameter 7,60 ± 1,13 µm serta
karena enzim yang diperlukan serta inti sel 5,96 ± 1,60µm (Tabel 2).
komponen penggumpalan akan terlepas Karakteristik bentuk sel maupun inti
sebelum sumber terbentuk. Selain itu, limfosit P. schlosseri hampir sama pada
dikaitkan dengan ukuran yang kecil sel ini kebanyakan ikan umumnya yaitu
lebih cepat beredar dan melekat di berbentuk bundar (Gambar 3).
pembuluh darah. Sedangkan pada ukuran Herlina (2008), menjelaskan
inti trombosit yang besar memberikan bahwa limfosit berfungsi untuk
ruang lebih banyak terhadap komponen menetralisir virus yang ada di pembuluh
pembekuan darah seperti protein darah darah. Hal tersebut terjadi karena P.
serta enzim untuk mempercepat perbaikan schlosseri lebih sering berada di luar air
bagian yang rusak di pembuluh darah. sehingga mengakibatkan virus lebih cepat
Limfosit menginfeksi. Namun dengan ukuran sel
Limfosit merupakan sel-sel respon limfosit yang lebih besar, sistem imun
pertahanan tubuh terpenting pada ikan. dapat bekerja dengan baik dalam proses
Lavabetha (2014), menyatakan jumlah fagositasis virus. Limfosit berukuran
leukosit dari P. schlosseri lebih tinggi dari besar ditemukan pada germinal pusat dari

121
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 114-125
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

nodus limpa, ginjal dan di sirkulasi tidak (Tabel 2). Dalam hal ini dapat dikatakan
normal (Feldman dkk., 2000). bahwa sel neutrophil berfungsi didalam
Monosit pembuluh darah dalam memfagosit
Nabib & Pasaribu (1989), bakteri lebih cepat, karena P. schlosseri
menjelaskan bahwa monosit berfungsi lebih banyak menghabiskan waktu di luar
sebagai makrofag yang memfagosit sisa– air.
sisa jaringan dan agen penyebab penyakit. Morfologi neutrophil secara
Hasil pengukuran sel monosit umum berbentuk bundar dan tidak
menunjukan diameter sel sebesar 7,06 ± beraturan serta memiliki segment pada
1,04 µm dengan diameter inti 4,56 ± 0,82 inti sel (Schlam dkk., 1983). Sel
µm (Tabel 2). Evans dkk (1999), neutrophil P. schlosseri berbentuk bundar
menjelaskan selain dari keunikan yang dan inti sel memiliki 2 segment. Segment
dimiliki, P. schlosseri juga mampu pada inti sel biasanya bervariasi pada
bertahan dalam kondisi yang lebih setiap speies, hal ini karena inti sel
ekstrim terhadap lingkungan. Hal ini mengandung antibacterial dan
dikaitkan dengan rataan pengukuran antiviralprotein inhibitor (Feldman dkk.,
diameter sel dan inti sel monosit yang 2000).
lebih besar dibandingkan dengan C. Eosinophil
dimerus yang merupakan ikan akuatik Eosinophil berukuran lebih besar
pada umumnya. dibandingkan neutrophil dan memiliki inti
Secara umum, bentuk monosit bersegment, bergranul, dan mempunyai
berbentuk seperti kacang, tapal kuda, banyak bentuk (Canfield, 2006).
bundar dan juga tidak beraturan (Feldman Eosinophil yang diamati berukuran
dkk., 2000). Hasil pengamatan morfologi diameter 7,12± 0,52 µm dan diameter inti
monosit P. schlosseri menunjukkan sel 3,81 ± 0,30 µm. Hal ini dapat dikatakan
maupun inti monosit berbentuk bundar. bahwa bentuk, ukuran serta jumlah granul
Neutrophil sangat berbeda- beda pada setiap spesies
Nikinmaa (1997), menjelaskan (chinabut dkk, 1991).
bahwa neutrophil merupakan salah satu Eosinophil berfungsi merespon
jenis leukosit termasuk kelompok parasit yang menyerang tubuh hewan
granulsit. Hasil penelitian ini neutrophil (Irianto, 2005). Pengaktifan sel ini
memiliki ukuran diameter 6,25 ± 0,49µm terhadap respon parasit mengubah
dengan diameter inti 4,99 ± 0,47 µm morfologi permukaan sel dan fungsi

122
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 114-125
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

aktifitas sel. Inti sel eosinophil Kesimpulan yang dapat diperoleh


mengandung cytotoxicity terhadap dari penelitian ini adalah :
parasit, serta enzim asam fosfat yang aktif 1. Karakteristik bentuk sel darah ikan
(Feldman dkk., 2000). timpakul (P. schlosseri) yaitu eritrosit
Berdasarkan ukuran inti sel yang sel dan inti sel berbentuk oval; sel
berukuran 3,81 ± 0,30 µm dan memiliki dan inti sel monosit berbentuk
3- 4 segment pada inti sel sehingga P. bundar; sel dan inti sel monosit
schlosseri mampu merespon parasit yang berbentuk bundar; sel dan inti sel
menyerang tubuh ikan ini pada saat di neutrophil berbentuk bundar dan inti
dalam air maupun di luar air. Bahija & bersegment; sel dan inti eosinophil
Husaiin (2010), melaporkan bahwa kulit berbentuk bundar dan inti
ikan timpakul yang hidup dilingkungan mempunyai segment; sel dan inti sel
tercemar logam berat tidak terindikasi trombosit berbentuk budar.
parasit. 2. Karakteristik ukuran sel darah (P.
schlosseri) yaitu kisaran panjang sel
Basophil eritrosit sel 9,2 – 11,98 µm dan
Pada pangamatan preparat apus kisaran lebar 5,1 – 6,68 µm,; kisaran
darah sel basophil ikan timpakul tidak diameter sel limfosit 6,47- 8,73 µm
ditemukan. Hal ini dapat dilihat pada dan kisaran diameter inti sel 4,36 –
(Tabel 2) yang menunjukkan bahwa dari 7,56 µm; Diameter sel monosit
10 sampel darah ikan timpakul yang memiliki kisaran 6,47 – 8,73 µm dan
diamati, tidak ditemukan adanya sel diameter inti sel monosit berkisar
basophil. Hal tersebut dikarenakan antara 3,73 – 5,38 µm; Diameter sel
keberadaan basophil di dalam sirkulasi neutrophil berkisar antara 5,76 – 6,74
darah ikan ditemukan hanya pada µm sedangkan inti sel neutrophil
beberapa spesies ikan tertentu (Moyle & berkisar antara 4,52 – 5,46 µm;
Cech 2004). Basophil bahkan lebih jarang berkisar antara 6,6– 7,64 µm dengan
ditemukan pada pemeriksaan darah diameter inti berkisar antara 3,51 –
dibandingkan dengan eosinophil. Sedikit 4,11 µm; sel trombosit berkisar
diketahui tentang morpologi dan fungsi antara 2,7 – 4,32 µm dan inti sel
basophil (Feldman dkk., 2000). berada pada kisaran 2,38 – 3,62 µm.
3. Karakteristik sel darah ikan timpakul
IV. KESIMPULAN (P. schlosseri) ternyata berbeda

123
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 114-125
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

dengan ikan lainnya. Perbedaan Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan :


Dasar Pengembangan Teknologi
tersebut terdapat pada sel eritrosit
Perikanan.Penerbit Rineka Cipta,
yang berbentuk oval, ukuran sel lebih Jakarta. Hal 95-109
Graham, J. B. 1997. Air-breathing
besar dan memiliki inti sel berukuran
Fishes.Evolution, Diversity, and
kecil sehingga ruang sitoplasma lebih adaptation.Academic Press. San
Diego.
banyak dalam pengikatan oksigen
--------.& H.J. Lee. 2004. Breathing Air In
yang mampu mendukung keunikan Air: In What Ways Might Extant
Amphibious Fish Biology Relate To
adaptasi di air dan di darat.
Prevailing Concepts About Early
Tetrapods, The Evolution Of
Vertebrate Air Breathing, And The
DAFTAR PUSTAKA Vertebrate Land Transition
Adelbert, M. R. 2008. Gambaran Darah Physiological and Biochemical
Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio Zoology, 77(5): 720-731
Linn) Strain Majalaya Yang Hartman, F.A & M.A. Lessler. 1964.
Berasal Dari Daerah Ciampea Erytrocyte measurements in fish.
Bogor Skripsi .Fakultas amphibians, and reptils, The
Kedokteran Hewan Institut biology Bulletin, 126:83-88
Pertanian Bogor. Herlina, T. 2008. Hematologi.
InfoKarikan Vol. 5 No. 1. April,
Affandi,R. & Tang UM. 2002. Fisiologi Hidayaturrahmah & Muhamat, 2013.
Hewan Air. Riau: Uni Press. Habitat ikan Timpakul
Al Majed. 2011. A study on blood (Periphthalmodon schlosseri) di
parameter of Barbus xanthopterus, Muara Sungai Barito.
Barbus Sharpeyi and their hybrid. EnviroScience 9 (2013) 134-139.
Bas. J. Vet. Vol. 10. No 2 Irianto, Agus. 2005. Patologi Ikan
Canfield, PJ. 2006. Complemarative cell Teleostei. Gadjah Mada University
morphology in the peripheral blood Press, Yogyakarta.
film from exotic and native animals. Ishimatsu, A., MA. Nancy, K. Ogawa, Y.
Aust Vet J 76: 793-800. Hishida, T. Takeda, S. Oikawa, T.
Dellman, HD. &M.E. Brown. 1989. Kanda
Buku Teks Histologi Veteriner. & K. Huat. 1999. Arterial Blood gas
Hartono(Penterjemah). Jakarta, UI levels and Cardiosvascular Function
Press. During Vaying Environmental
Evan DH, Claiborne JB & Claiborne GK. Conditions In A Musdkipper,
1999. Osmoregulation, acid-base Peiopthalamdon schlosseri . The
regulation, and nitrogen excretion. Journal od Experimmental Biology
In: Horn MH, Martin KLM & 202, 1753-1762.
Chotkowski MA (eds) Intertidal ----------. 2012. Evolution of the
fishes:life in two worlds. Cardiorespiratory System in Air-
Academic Press, San Diego, p.79- Breathing Fishes. Aqua-BioScience
96. Monographs, Vol. 5, No. 1, pp. 1–
Feldman,B. F, J.G. Zinkl, N. C Jain, 28
& Schalm. 2000. Schalm's ---------- Y. Hishida, T. Takita, T. Kanda,
Veterinary Hematology. Blackwell S. Oikawa, T. Takeda & KH. Khoo
Publishing. 1998.

124
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 114-125
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Mudskipper store air in their burrows. of Science, University of Malaya,


Nature, 391: 237-238. Kuala Lumpur, Malaysia.
Johansen K. 1970: Air Breathing In -------. Kaila, kesavan. Sivakumar,
Fishes. Fish Physiology Sanhya., & Santhanam,
IV.Academic Press, New York: Rajagopal. 2010.
361–411. Antibacterial activity of the mucus of
Lavabetha.A.R.R.R. 2014. Profil mudskipper Boleophthalmus
Darah Ikan Timpakul boddarti (Pallas, 1770) from Vellar
(Periophthalmodon Schlosseri) Dari Estuary. Advances in
Muara Sungai Barito Kalimantan Environmental Sciences
Selatan. Universitas Lambung International Journal of the Bioflux
Mangkurat. Banjarbaru. Society.
Low, W.P., D.J.W. Lane, dan Y.K. Ip. Shadkhast, Mohammad. Homayoun,
1988. A comparative study of Reza, Shabazkia. Amin, Bigham-
terrestrial adaptations of the gills in Sadegh.Sayed, Ebrahim, Shariati.
three mudskippers. Periophthalmus Taji, Mahmoudi.,& Mojdeh
chrysospilos, Boleophthalmus Shariffian, Fard. 2010. The
boddaerti, and Periophthalmodon Morphological Charasterization of
schlosseri. Biological Bulletin Vol. the Blood Cells in the Central Asian
175: 434-438. Tortoise (Testude horsfieldii).
Moyle, P. B. & J. J. Cech. 1988. Fish Veterinary Reseearch Forum. Vol:1,
an Introduction to Ichthyology No 3, 134-141.Subowo, 1992.
Second Histologi Umum. Bumi Aksara.
Edition.Prentice Hall, New Jersey. Jakarta.
Nabib, R & F. H. Pasaribu. 1989. Patologi Vajsii, S. 2012. Variation in the size od
dan Penyakit Ikan. Bogor: Institut erythrocyte in the blood of
Pertanian Bogor. Neurergus kaiseri and Neurergus
Najjiah M, Nadirah,.& H. Marina . 2008. microspilotus from Iran.
Erythrocyte Morphology in Healthy Department of Biology, Razi
freshwater fish spesies from university. Baghabriesham.
Malaysia. Research Journal of Vazquez, G. Rey & G. A. Guerrero.
Fisheries and Hydrology, 3(1):32- 2007. Characterization of blood
35. cells and hematological parameters
Nikinmaa, M. 1997. Oxygen and in Cichlasoma dimerus (Teleostei,
carbondioxide transfort in Perciformes). Tissue and Cell 39
vertebrate erythrocytes; an (2007) 151–160
evolutionary change in the role of Yudistira, D.2011. Struktur Histologi
membrane transfort. The Journal Insang Ikan Timpakul
of Experimnetal Biology, 200:369- (Periophtalmodon schlosseri)
380. Kalimantan Selatan.Skripsi,
Polgar, G. & R. Lim. 2007.Chapter of the Fakultas Matematika dan Ilmu
edited collection: Mangroves: Pengetahuan Alam.Universitas
Ecology, Biology and Taxonomy. Lambung Mangk
Mudskippers: human use,
ecotoxicology and biomonitoring of
mangrove and other softbottom
intertidal ecosystems. Institute of
Biological Sciences, Institute of
Ocean and Earth Sciences, Faculty

125
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Hal: 126-131
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Efek Hipoglikemik Ekstrak Metanol Daun Gaharu


(Aquilaria microcarpa Baill.) Pada Tikus Jantan
Yang Diinduksi Aloksan
Mega Permata Sari1, *Nurlely1, Noor Cahaya1 , Mustofa2
1
Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
2
Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
*Email : nurlely@unlam.ac.id

ABSTRAK
Gaharu dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk menurunkan kadar
glukosa darah oleh masyarakat Kalimantan Selatan. Kandungan flavonoid daun
gaharu memiliki aktivitas antioksidan yang diduga berperan menurunkan kadar
glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas hipoglikemik
ekstrak metanol daun A. microcarpa terhadap kadar glukosa darah postprandial. Daun
gaharu diekstraksi dengan metode perkolasi menggunakan pelarut metanol. Pengujian
efek hipoglikemik dilakukan melalui pengukuran kadar glukosa postprandial.
Penelitian ini menggunakan tikus jalur Wistar sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi 6
kelompok: kontrol normal (Na-CMC 0,5%), positif (glibenklamid), negatif, dan
perlakuan (ekstrak dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan 200 mg/kg BB). Tikus
diinduksi aloksan (150 mg/kg BB) dan diberikan perlakuan sesuai kelompoknya selama
14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol A. microcarpa dapat
menurunkan kadar glukosa darah pada dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan 200
mg/kg BB setelah 14 hari pemberian perlakuan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa ekstrak metanol A. mocrocapa memiliki efek hipoglikemik.
Kata Kunci : kadar glukosa darah, postprandial, daun gaharu

ABSTRACT
Gaharu leaves was empirically used in traditional medicines by South Borneo
people for lowering blood glucose level. Some chemical substances in gaharu leaves
possess a potency as an antioxidant which could lower blood glucose levels. This study
aimed to evaluate hypoglycemic effect of methanol extract of A. microcarpa. Gaharu leaves
was extracted by percolation method using methanol. Hypoglycemic effect was evaluated
by the postprandial glucose level using 24 Wistar strain male rats which were divided into 6
groups. They were normal control (Na-CMC 0.5%), positive control (glibenclamide, 0.5
mg/kg BW), negative, and treatment (methanol extract of A. microcarpa at doses of 50,
100, and 200 mg/kg BW,). Alloxan was intraperitoneally induced (150 mg/kg BW) and all
treatments were administered for 14 days. Blood glucose level was measured on day 0,7
and 14. The results revealed that methanol extract of A. microcarpa is able to lower blood
glucose level at the doses of 50, 100, and 200 mg/kg BW after 14 days of treatment
administration. Therefore, it can be concluded that methanol extract of A. microcarpa
leaves possesses hypoglycemic effect.
Keywords: hypoglycemic effect, postprandial, gaharu leaves

126
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Hal: 126-131
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

kadar glukosa darah adalah dengan


I. PENDAHULUAN merangsang pelepasan insulin dari sel beta
yang tidak mengalami kerusakan (Fawzy
Diabetes mellitus adalah suatu
et al, 2008). Selain itu efek penurunan
penyakit yang ditandai dengan
kadar glukosa darah dapat pula diberikan
peningkatan kadar glukosa darah karena
oleh tannin dengan meningkatkan aktivitas
defisiensi insulin akibat nekrosis sel β
transpor glukosa pada jaringan adiposa dan
berat atau defisiensi insulin relatif
menunjukkan aktivitas yang hampir sama
sehingga sel β tidak dapat menghasilkan
dengan insulin (Hernawan et al, 2004).
cukup insulin (Mycek et al, 2001).
Fenol memiliki aktivitas antioksidan yang
Pengobatan diabetes mellitus dapat
mampu memnghambat kerusakan sel β
dilakukan dengan terapi farmakologi yaitu
pankreas (Suryani et al., 2013).
pemberian insulin atau obat hipogikemik
Pengukuran kadar glukosa darah
oral (Katzung, 2007). Selain pengobatan
salah satunya dapat dilakukan secara
farmakologi, penderita diabetes mellitus
postprandial yaitu pengukuran setelah 2
dapat menggunakan pengobatan herbal
jam pemberian glukosa. Berdasarkan latar
atau berasal dari tanaman. Salah satu
belakang di atas, peneliti tertarik untuk
tanaman yang secara empiris dapat
melakukan pengujian tentang efek
menurunkan kadar glukosa darah adalah
hipoglikemik ekstrak metanol daun A.
tanaman gaharu (Aquilaria microcarpa
microcarpa dengan parameter kadar
Baill.). Daun gaharu (Aquilaria
glukosa darah postprandial. Pengujian
microcarpa Baill) secara empiris
aktivitas bertujuan untuk mengevaluasi
digunakan sebagai antidiabetes oleh
aktivitas ekstrak metanol A. microcarpa
masyarakat Tamiang Layang Kalimantan
sebagai penurun kadar glukosa darah
tengah. Daun A. microcarpa mengandung
postprandial.
beberapa senyawa metabolit sekunder
seperti flavonoid, tanin, dan fenol (Sari,
2016). II. BAHAN DAN METODE
A. Bahan
Senyawa-senyawa metabolit
Bahan yang digunakan adalah
sekunder yang memiliki peran dalam
akuades (Sigma), aloksan, aluminium foil,
penurunan kadar glukosa darah anatara
daun A. microcapra, glibenklamid
lain flavonoid, tanin, dan fenol.
(Indofarma), glukosa, kertas Whatman
Mekanisme flavonoid dalam menurunkan

127
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Hal: 126-131
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

nomor 1, metanol (teknis), NaCl 0,9% hari. Perlakuan pengujian aktivitas


(teknis), Natrium Karboksil Metil Selulosa diberikan pada kelompok kontrol normal,
(Na-CMC 0,5%), dan standar pellet. positif, negatif, dan ekstrak metanol daun
Hewan uji yang digunakan yaitu tikus A. microcarpa (50 mg/kg BB, 100 mg/kg
jantan galur dengan berat 170-240 gram BB, dan 200 mg/kg BB).
dan umur berkisar 2-3 bulan.
E. Pengukuran Kadar Glukosa Darah
B. Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Postprandial
A. microcarpa Hewan uji yang telah diukur kadar
Serbuk daun A. microcarpa glukosa darah puasa diberikan glukosa
ditimbang sebanyak 200 g, diekstraksi secara per oral. Pengukuran kadar glukosa
dengan metode perkolasi menggunakan darah postprandial dilakukan setelah 2 jam
pelarut metanol. Filtrat yang diperoleh pemberian glukosa.
dipisahkan dari residu dengan kertas
Whatman nomor 1. Ekstrak cair yang F. Analisis Data
diperoleh, dipekatkan dengan vacuum Data yang didapat dari pengukuran
rotary evaporator dengan suhu 550 C dan kadar glukosa darah postprandial
diuapkan di atas waterbath hingga dianalisa dengan program SPSS 21
diperoleh ekstrak kental. menggunakan uji distribusi normal dengan
metode Shapiro-Wilk dan uji homogenitas
C. Penginduksian Aloksan dengan metode Levene’s Test. Jika data
Dua puluh empat tikus jantan galus terdistribusi normal dan homogen, uji
wistar dibagi menjadi 6 kelompok. dilakukan dengan uji parametrik yaitu uji
Sebanyak 5 kelompok diinduksi aloksan One Way Anova dan Post Hoc LSD.
secara intraperitoneal (150 mg/kg BB).
Pengukuran kadar glukosa darah III. HASIL DAN PEMBAHASAN
postprandial dilakukan pada hari ketiga Ekstraksi merupakan proses
setelah penginduksian aloksan. penyarian kimia yang terdapat di dalam
suatu tanaman. Serbuk kering A.
D. Pengujian Aktivitas microcarpa sebanyak 200 gram diekstraksi
Kelompok uji diberikan ekstrak menggunakan metode perkolasi dengan
metanol daun A. microcarpa dengan pelarut metanol. Hasil dari ekstraksi
pemberian perlakuan dilakukan selama 14

128
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Hal: 126-131
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

berupa ekstrak kental sebanyak 58 gram (p < 0,05) sehingga dilanjutkan dengan uji
dengan persen rendemen sebesar 29%. parametrik one way ANOVA dan uji Post
Pengujian aktivitas diabetes Hoc LSD.
dilakukan dengan menggunakan kontrol Hasil analisis statistik persentase
normal, kontrol negatif, kontrol positif dan penurunan kadar glukosa darah
ekstrak metanol daun A. microcarpa (50 postprandial pada hari ke-7 dan 14
mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg menunjukkan bahwa kontrol negatif
BB). Penginduksi yang digunakan yaitu berbeda bermakna dengan dosis 50 mg/kg
aloksan dengan pengukuran kadar glukosa BB, 100 mg/kg BB, dan 200 mg/kg BB.
darah dilakukan secara postprandial Hal ini menunjukkan bahwa ketiga dosis
selama 14 hari. Persentase penurunan pemberian tersebut memiliki aktivitas
kadar glukosa darah postprandial dapat dalam penurunan kadar glukosa darah
dilihat pada Gambar 1. pada hewan uji. Berdasarkan hasil analisis
60 # # juga menunjukkan bahwa dosis 50 mg/kg
penurunan KGD Postprandial

#
50 * #
BB, 100 mg/kg BB, dan 200 mg/kg BB
Persentase rata-rata

40
30 tidak berbeda bermakna dengan kontrol
20 *
10 positif yang artinya bahwa ketiga dosis
0 tersebut memiliki aktivitas yang sebanding
-10
dengan kontrol positif yang diberikan
glibenklamid.
Kadar glukosa darah yang
diperoleh pada postprandial menunjukkan
Keterangan:
Postprandial H-7 * p < 0,05; berbeda bermakna
bahwa ekstrak metanol daun A.
dengan kelompok Kn microcarpa dapat menurunkan kadar
Postprandial H-14 # p < 0,05; berbeda bermakna
dengan kelompok Kn glukosa darah pada tikus yang diabetes.
Gambar 1. Persentase rata-rata penurunan Hasil data persentase penurunan kadar
kadar glukosa darah glukosa darah menunjukkan bahwa
postprandial
semakin tinggi dosis pemberian, semakin
Berdasarkan data persentase besar persentase penurunan kadar glukosa
penurunan kadar glukosa darah darah tersebut. Kemampuan dalam
postprandial yang diperoleh dan dianalisis menurunkan kadar glukosa darah dari
statistik menunjukkan bahwa data tersebut ekstrak metanol daun A. microcarpa dapat
terdistribusi normal (p > 0,05) dan homoen disebabkan karena adanya kandungan

129
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Hal: 126-131
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

flavonoid di dalamnya. Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang dapat


memiliki aktivitas antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dari efek
berperan dalam menangkal radikal bebas diabetogenik aloksan (Setiawan, 2000).
di dalam tubuh. Berdasarkan penelitian Oleh karena itu, efek penurunan kadar
Sari (2016), ekstrak metanol daun A. glukosa darah yang dihasilkan oleh ekstrak
microcarpa memiliki aktivitas antioksidan metanol A. microcarpa dapat disebab
sangat aktif dengan nilai IC50 sebesar karena adanya peran dari kandungan
15,59 ppm. Selain itu, flavonoid juga senyawanya yaitu flavonoid, fenol, dan
berperan dalam menurunkan kadar glukosa tanin.
darah dengan merangsang pelepasan
IV. KESIMPULAN
insulin dari sel beta yang tidak mengalami
Kesimpulan yang diperoleh dari
kerusakan (Fawzy et al, 2008). Mekanisme
penelitian ini adalah ekstrak metanol daun
dari flavonoid ini memiliki kemiripan
A. Microcarpa memiliki efek penurunan
dengan kontrol positif yang digunakan
kadar glukosa darah pada tikus yang
yaitu glibenklamid.
diinduksi aloksan dengan dosis 50 mg/kg
Efek penurunan kadar glukosa
BB, 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB.
darah dari ekstrak metanol daun A.
microcarpa ini dapat pula didukung
UCAPAN TERIMAKASIH
dengan adanya kandungan senyawa
Penulis mengucapkan terima kasih
lainnya, seperti fenol dan tanin. Fenol juga
kepada Kementerian Riset, Teknologi
memiliki aktivitas antioksidan yang dapat
dan Pendidikan Tinggi atas dana penelitian
menangkal radikal bebas dari efek
yang diberikan melalui Hibah Penelitian
diabetogenik aloksan. Peran fenol sebagai
Kerja Sama Antar Perguruan Tinggi
antioksidan diduga mampu melindungi sel
(PEKERTI) 2016.
β pankreas dari efek toksik radikal bebas
yang diproduksi di bawah kondisi
DAFTAR PUSTAKA
hiperglikemia kronis. Senyawa tannin
yang terdapat dalam ekstrak metanol daun Fawzy, G. A., H. M. Abdallah, M. S. A.
Marzouk, F. M. Soliman & A. A.
A. microcarpa juga memiliki peran dalam Sleem. 2008. Antidiabetic and
menurunkan kadar glukosa darah dengan Antioxidant Activities of Major
Flavonoids of Cynanchum acutum
menghambat absorpsi glukosa (Meiyanti et L. (Asclepiadaceae) Growing in
al, 2006). Tanin juga merupakan senyawa Egypt. Z. Naturforsch. 63: 658 –
662.
fenolik seperti flavonoid sehingga Hernawan, U. E., Sutarno & A. D.
Setyawan. 2004. Aktifitas
130
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Hal: 126-131
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Hipoglikemik dan Hipolipidemik


Ekstrak Air Daun Bungur
(Lagerstroemia speciosa [L.] Pers.)
terhadap Tikus Diabetik.
Biofarmasi. 1: 15 – 23.
Katzung, B. G. 2007. Farmakologi Dasar
& Klinik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Meiyanti, H. R. Dewoto & F. D. Suyatna.
Efek Hipoglikemik Daging Buah
Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa (Sheff.) Boerl.)
terhadap Kadar Gula Darah pada
Manusia Sehat Setelah
Pembebanan Glukosa. Universa
Medicina. 25: 114-120.
Mycek, M. J., R. A. Harvey, P. C.
Champe. 2001. Famakologi Ulasan
Bergambar Edisi 2. Widya Medika,
Jakarta.
Sari, M. P. 2016. Penetapan Kadar
Flavonoid Total, Efek Antioksidan
dan Hipoglikemik Ekstrak Metanol
Daun Gaharu (Aquilaria
microcarpa Baill.) pada Tikus
Jantan. Skripsi Program Studi
Farmasi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.
Setiawan, D. 2000. Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia. Trobus Agriwidya.
Bogor.
Suryani, N., T. Endang, & Aulanni’am.
2013. Pengaruh Ekstrak Metanol
Biji Mahoni terhadap Peningkatan
Kadar Insulin, Penurunan Ekspresi
TNF-a dan Perbaikan Jaringan
Pankreas Tikus Diabetes. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. 27: 137-
145.

131
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal- 132-144
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Pengaruh Pemberian Kurkumin Per Oral


dengan Selang Waktu Terhadap Profil
Farmakokinetika Eritromisin
*
Noor Cahaya, Abshar Fariz, Destria Indah Sari
1
Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
*
Email : noorcahaya@unlam.ac.id

ABSTRAK
Eritromisin merupakan substrat dari enzim sitokrom P450 CYP3A4 dan
kurkumin merupakan inhibitor pada enzim tersebut. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui profil farmakokinetika eritromisin setelah diberikan kurkumin dengan
selang waktu 1 jam secara oral pada tikus jantan galur Wistar. Penelitian dibagi
menjadi 2 kelompok masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok I (kontrol)
diberi eritromisin secara oral dosis 1 g/kg BB dan kelompok II (perlakuan) diberi
kurkumin secara oral dosis tunggal 180 mg/kg BB 1 jam sesudah eritromisin. Cuplikan
darah diambil dari vena lateralis ekor tikus pada jam ke- 0,25; 0,5; 0,75; 1; 1,5; 2; 4; 6
dan 8 setelah diberikan eritromisin. Kadar masing-masing obat dalam plasma
ditetapkan dengan menggunakan teknik spektrofotometri UV-Vis derivatif yang telah
divalidasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kurkumin 1 jam setelah
eritromisin menunjukkan tidak terjadi perubahan pada nilai Cmaks (p>0,05), namun
terjadi perubahan pada nilai t1/2 (p<0,05) dan AUC (p<0,05). Dari penelitian ini dapat
disimpulkan terjadi perubahan profil farmakokinetika eritromisin yang diberikan
selang waktu dengan kurkumin pada tikus jantan galur Wistar.
Kata Kunci: Kurkumin, eritromisin, farmakokinetika.

ABSTRACT
Erythromysin is substrate of the cytochrome P450 enzymes CYP3A4 and curcumin is an
inhibitor of enzyme CYP3A4. The study was aimed to investigate profil pharmacokinetic
erythromycin when given curcumin one hour after erythromycin in male Wistar rats. The
study was divided into two groups, each consisting of 5 rats. Group I (control) was given
oral erythromycin dose of 1 g/kg and group II (experiment) was given a single dose of
curcumin orally 180 mg/kg an hour after erythromycin. Blood sample were taken from the
lateral vein of rats at 0.25; 0.5; 0.75; 1; 1,5 ;2; 4; 6 and 8 hours after given erythromycin.
Erythromycin plasma concentrations were determinated by derivated UV-Vis
spectrophotometry that has been validated. The result of study showed the administration
of curcumin an hour after erythromycin did not change the value of Cmax (p>0,05), but
there was change in the value of t1/2 (p<0.05) and AUC (p<0.05). The results indicate that
the administration of curcumin in a single dose one hour after erythromycin gives the
change of erythromycin pharmacokinetic profile in male Wistar rats.
Keywords: Curcumin, erythromycin, pharmacokinetic.

I. PENDAHULUAN oriented (pharmaceutical care). Oleh


Pelayanan kefarmasian sudah karena itu, farmasis dituntut perannya
bergeser dari drug oriented menuju patient secara aktif dalam pharmaceutical care

132
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 132-144
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

yaitu memaksimalkan hasil terapi pada makrolida yaitu eritromisin (Rizky et al,
pasien dengan mencegah atau mengurangi 2010).
berbagai Drug Related Problem (DRP). Berdasarkan hasil beberapa
Salah satu dari DRP adalah munculnya penelitian, eritromisin tidak dapat
interaksi obat yang diakibatkan oleh diberikan bersama beberapa jenis obat
interaksi antara obat dengan obat atau obat tertentu yang dimetabolisme oleh enzim
dengan makanan (Stockley, 2008). sitokrom P450 seperti karbamazepin,
Interaksi obat dianggap penting secara kortikosteroid, warfarin, terfenadin,
klinis jika berakibat meningkatkan asetamizol, quinidin, teofillin dan obat-
toksisitas dan atau mengurangi efektifitas obat antikoagulan (Gunawan, 2007).
obat yang berinteraksi sehingga terjadi Eritromisin merupakan substrat enzim
perubahan pada efek terapi dan tidak sitokrom P450 CYP3A4. Apabila obat
sesuai dengan yang diinginkan (Piscitelli eritromisin dikombinasikan dengan
& Rodvold, 2005). inhibitor enzim sitokrom P450 CYP3A4
Penyakit infeksi masih merupakan seperti simetidin dan verapamil maka
salah satu masalah kesehatan masyarakat berakibat dapat menaikkan kadar
yang cukup banyak, khususnya di negara eritromisin dalam plasma. Interaksi ini
berkembang. Tingginya prevalensi infeksi tidak diinginkan karena dapat
saluran pernapasan akut (ISPA) serta menyebabkan efek toksik (Jambhekar &
dampak yang ditimbulkannya membawa Breen, 2009). Oleh karena itu, interaksi
akibat pada tingginya konsumsi obat bebas yang dapat menyebabkan perubahan profil
(seperti anti influenza, obat batuk, farmakokinetika sangat penting untuk
multivitamin) dan antibiotika (Richard, diperhatikan penggunaannya ketika di
2000). Pengobatan ISPA yang diresepkan berikan bersamaan dengan obat lain, salah
dokter di Rumah sakit YARSIS di kota satunya penggunaan senyawa kurkumin.
Surakarta berkisar antara 4-6 macam yang Berdasarkan penelitian yang
meliputi bronkodilator, antihistamin, pernah dilakukan bahwa kurkumin dapat
analgetik-antiinflamasi, kortikosteroid, dan mempengaruhi aktivitas enzim sitokrom P-
antibiotik sebanyak 52,69% (Rahmawati et 450 antara lain CYP1A1, CYP1A2
al, 2006). Salah satu antibiotik yang (Supandi, 2009), CYP2E1, dan CYP3A4
digunakan untuk infeksi saluran (Oetari, 2006). Senyawa kurkumin ini
pernafasan adalah antibiotik golongan merupakan inhibitor enzim
biotransformasi obat terutama enzim

133
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 132-144
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

sitokrom P-450. Sifat inhibisi ini kemungkinan bisa terjadi (Amir, 2008).
menyebabkan kurkumin harus Sehingga interaksi antara kurkumin
diperhatikan jika digunakan bersamaan dengan eritromisin perlu dikaji agar ada
dengan obat-obat yang dimetabolisme oleh informasi lebih lengkap tentang pengaruh
enzim yang sama (Oetari, 2006). Salah profil farmakokinetika eritromisin
satu obat yang dimetabolisme oleh enzim terhadap senyawa kurkumin.
sitokrom P450 yaitu eritromisin Frekuensi pemakaian suatu obat
(Suharjono, 2006). Penghambatan aktivitas ditetapkan berdasarkan parameter
enzim dapat mengakibatkan konsentrasi farmakokinetiknya, frekuensi dua jenis
yang lebih tinggi dari obat substrat obat atau lebih yang mempunyai waktu
sehingga meningkatkan potensi efek paruh berbeda maka frekuensi
samping obat dan toksisitas (Gunawan, pemakaiannya seharusnya berlainan
2007). Eritromisin merupakan antibiotik (Rusdiana, 2003). Pemilihan dengan
yang dimetabolisme oleh enzim yang sama pemberian selang waktu 1 jam karena tmaks
dengan kurkumin sehingga dikhawatirkan dari eritromisin adalah 1,2 jam (Kavi et al,
terjadi interaksi dan dapat mempengaruhi 1998) sehingga masih ada kemungkinan
profil farmakokinetika. Seperti diketahui kurkumin dapat mempengaruhi parameter
bahwa kurkumin dipasarkan secara bebas Cmaks, t1/2 dan AUC dari eritromisin pada
untuk suplemen penambah nafsu makan, waktu tersebut. Berdasarkan penelitian lain
dan berdasarkan penelitian kurkumin yang pernah dilakukan pemberian
memiliki efek sebagai anti inflamasi kurkumin secara oral dosis tunggal
(Sardjiman, 2000). Pada penderita terapi diberikan 1 jam sebelum Rifampisin
infeksi saluran nafas akut (ISPA), berdasarkan hasil penelitian tersebut,
antibiotik eritromisin juga sering diberikan kurkumin dinyatakan mempengaruhi nilai
bersama dengan analgetik atau Cmaks dan AUC dari rifampisin (Wahyono
antiinflamasi sebagai terapi penunjang et al, 2007). Berdasarkan masalah tersebut
untuk mengatasi tanda dan gejala penyakit maka perlu dilakukan penelitian lebih
(Dipiro et al, 2005). Selain itu pada lanjut untuk mengetahui pengaruh
penderita ISPA merupakan salah satu kurkumin yang diberikan dengan selang
penyakit infeksi yang erat kaitannya waktu satu jam terhadap profil
dengan masalah gizi sehingga pemberian farmakokinetika eritromisin.
suplemen makanan yang mengandung
kurkumin dengan antibiotik eritromisin

134
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 132-144
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

II. BAHAN DAN METODE diencerkan hingga konsentrasinya 10


A. Bahan µg/mL. Sebanyak 0,5 mL dimasukkan ke
Bahan yang digunakan yaitu 2,2- tabung reaksi lalu ditambahkan 0,5 mL
bipyridil p.a (Merck), aquadest, asetonitril larutan 2,2-bipyridil dan 0,3 mL larutan
p.a (Merck), EDTA (Merck), eritromisin ferri klorida. Larutan ini dipanaskan 70oC
stearat p.a (Baoji Goukang Technology), selama 10 menit. Volume larutan
ferri klorida (FeCl3) p.a (Merck), kalium ditambahkan sampai volumenya 5 mL
dihidrogen fosfat p.a (Merck), metanol p.a dengan larutan dapar fosfat. Larutan baku
(Merck), NaCMC (Brataco) dan natrium induk kurkumin dibuat dengan melarutkan
hidroksida p.a (Merck). Hewan uji yang 10 mg kurkumin dalam 100 mL metanol.
digunakan yaitu tikus jantan galur Wistar Larutannya diencerkan hingga konsentrasi
dengan bobot 200-300 gram, usia 3-4 0,5 µg/mL. Larutan ini diberi perlakuan
bulan. sama seperti larutan eritromisin.
Serapannya dibaca dengan
B. Ekstraksi Eritromisin dari Sampel spektrofotometer UV-Vis, kemudian di-
Darah overlay pada panjang gelombang 400–600
Sampel darah yang diperoleh nm (Batubara et al, 2005; Pasha et al,
ditambahkan EDTA, kemudian 2012).
disentrifuge pada kecepatan 2200 rpm
selama 5 menit. Supernatan diambil D. Penentuan Panjang Gelombang
sebanyak 0,5 mL dan ditambahkan 1 mL Analisis
asetonitril. Larutan divorteks selama 1 Masing-masing larutan standar
menit kemudian disentrifuge lagi selama 5 yang mengandung eritromisin 10 µg/mL,
menit pada kecepatan 2200 rpm. Plasma larutan standar kurkumin 0,5 µg/mL,
yang telah dideproteinasi ini yang larutan standar eritromisin 10 µg/mL yang
digunakan sebagai cuplikan untuk diukur mengandung 0,5 ml sampal darah dan
serapannya (Stubss et al, 1985). campuran larutan eritromisin dan
kurkumin 0,5 µg/mL kemudian diekstraksi
C. Pembuatan Spektra Serapan Normal lalu dilakukan derivatisasi dengan FeCl3
Larutan baku induk eritromisin dan 2,2-bipyridil. Cuplikannya dibaca
dibuat dengan melarutkan 10 mg serapan dengan spektrofotometer UV-Vis
eritromisin dalam 100 mL metanol. pada panjang gelombang 400–600 nm.
Kemudian larutan baku induk tersebut Berdasar spektra yang diperoleh, dibuat

135
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 132-144
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

kurva serapan derivat pertama dan kedua spektrofotometer UV-Vis menggunakan


dari setiap larutan. Panjang gelombang panjang gelombang analisis yang dipilih.
pada saat amplitudo nol pada larutan Data hasil pengukuran kemudian dihitung
kurkumin dan amplitudo sama pada untuk menentukan nilai LOD dan LOQ
larutan eritromisin dan campuran (Harmita, 2004).
eritromisin-kurkumin digunakan sebagai
panjang gelombang analisis (Hayun et al, G. Uji Akurasi dan Presisi
2006). Sampel plasma pada konsentrasi
rendah, sedang, dan tinggi disiapkan dan
E. Pembuatan Kurva Baku dan Uji diderivatisasi. Cuplikan diukur serapannya
Linieritas pada spektrofotometer UV-Vis. Lakukan
Masing-masing sebanyak 0,5 mL masing-masing 3 kali replikasi. Dihitung
sampel darah tikus ditambahkan 0,5 mL nilai persentase akurasi (%diff) dan rata-
larutan baku standar 0,5; 1; 2; 3; 5 dan 7 rata recoverinya untuk uji akurasi.
µg/mL. Sampel plasma mengandung Sedangkan untuk uji presisi dihitung nilai
eritromisin diekstraksi lalu dilakukan koefisien variasinya (%cv) pada
derivatisasi dengan FeCl3 dan 2,2- konsentrasi rendah, sedang dan tinggi
bipyridil. Cuplikannya diukur serapannya (CDER, 2001).
pada spektrofotometer UV-Vis. Kemudian
dibuat kurva kalibrasinya dari data yang H. Uji in vivo pada subjek tikus
diperoleh. Koefisien korelasi dihitung dari 1. Pembuatan Larutan Obat
persamaan garis regresi linier untuk Larutan pensuspensi NaCMC 0,5%
melihat linieritas kurva kaliberasi tersebut. dibuat dengan memasukkan 0,5 gram
Kriteria linieritas untuk bioanalisis matriks NaCMC dalam 100 mL aquadest
biologis dipenuhi minimal pada koefisien kemudian dipanaskan hingga larut.
korelasi 0,95 (Harahap, 2009). Larutan stok kurkumin dibuat dalam
konsentrasi 64 mg/mL. Sebanyak 75 mg
F. Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan kurkumin disuspensikan dalam 25 mL
Batas Kuantifikasi (LOQ) larutan NaCMC 0,5%. Larutan stok
Sampel plasma mengandung eritromisin dibuat dalam konsentrasi 360
eritromisin pada konsentrasi 0,5; 1; 2; 3; 5 mg/mL. Sebanyak 500 mg eritromisin
dan 7 µg/mL disiapkan dan diderivatisasi. stearat disuspensikan dalam 25 mL larutan
Cuplikan diukur serapannya pada NaCMC 0,5%.

136
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 132-144
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

2. Penyiapan subjek terhadap kadar obat dalam plasma.


Subjek tikus dipuasakan selama Berdasarkan grafik tersebut akan terlihat
±10 jam, dimana berat badannya telah nila Cmaks eritromisin dalam plasma.
memenuhi persyaratan sebagai hewan Penentuan nilai t½ dihitung dengan rumus
yang siap diujikan (200-300 gram). Subjek menggunakan data eliminasi obat (kurva
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu menurun dari grafik antara waktu terhadap
kelompok kontrol dan kelompok uji kadar obat). Sedangkan nilai AUC
(Supandi, 2009). Subjek kontrol diberikan ditentukan dengan menggunakan rumus
suspensi eritromisin secara peroral dengan trapesium untuk menghitung luas area di
dosis 1 g/kgBB. Sedangkan subjek bawah kurva pada grafik antara waktu
kelompok uji diberikan kurkumin 180 terhadap kadar obat dalam plasma (Shargel
mg/kgBB secara oral 60 menit setelah & Yu, 2005).
pemberian suspensi eritromisin. 5. Analisa Data
3. Pengambilan darah Hasil perhitungan parameter Cmaks,
Setelah perlakuan dilakukan t1/2 dan AUC selanjutnya dianalisis secara
pengambilan darah sebanyak 9 sampel statistik dengan uji t tidak berpasangan
darah dengan rentang waktu 4x waktu pada taraf kepercayaan 95%. Pengujian
paruh obat. Darah diambil pada vena dilakukan dengan uji Shapiro-wilk untuk
lateralis ekor. Pengambilan darah mengetahui data terdistribusi normal dan
dilakukan pada jam ke 0,25; 0,5; 0,75; 1; normalitas data dilihat menggunakan uji
1,5; 2; 4; 6 dan 8. Pengambilan darah Levene’s Test.
diambil sebanyak ± 0,5 mL dan ditampung
pada tabung berisi EDTA, kemudian III. HASIL DAN PEMBAHASAN
disentrifuge dengan kecepatan 2200 rpm A. Penentuan Panjang Gelombang
selama 5 menit dan diambil plasmanya 0,5 Analisis dengan Spektrofotometri
mL. Plasma yang diperoleh diperlakukan UV-Vis Derivatif
sama seperti pada penetapan kadar obat Metode spektrofotometri derivatif
dalam plasma secara in vitro (Supandi, adalah salah satu metode spektrofotometri
2009). yang dapat digunakan untuk analisis
4. Penentuan Profil Farmakokinetika campuran beberapa zat secara langsung
Penentuan parameter tanpa harus melakukan pemisahan terlebih
farmakokinetika dapat ditentukan dengan dahulu walaupun dengan panjang
cara membuat grafik antara waktu gelombang yang berdekatan. Penentuan

137
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 132-144
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

panjang gelombang optimum yang lebar eritromisin dalam plasma serta campuran
akan lebih akurat menggunakan eritromisin bersama dengan kurkumin.
derivatisasi spektra. Proses yang terjadi Cuplikan dibaca serapannya (scanning)
dalam derivatisasi data spektra adalah pada panjang gelombang 400-600 nm,
derivatisasi dari kurva secara matematis karena baik larutan eritromisin dan
dengan menentukan kemiringan/gradien kurkumin memiliki warna larutan yang
serapan antara panjang gelombang tertentu dapat diserap pada rentang panjang
secara menyeluruh (Nurhidayati, 2007). gelombang tersebut dan kedua larutan
Hasil derivatisasi spektra normal tersebut memiliki gugus kromofor.
pada pembacaan amplitudo 400-600 nm Spektra yang didapatkan
dari eritromisin standar, kurkumin, dan merupakan hasil diderivatisasi orde satu
campuran eritromisin dengan kurkumin, pada interval 4 nm. Interval yang terlalu
serta eritromisin dalam plasma pada orde rendah akan menghasilkan spektra
kesatu dapat dilihat pada gambar 1. derivatif yang kasar dimana amplitudo
akan mengakibatkan spektra berupa garis
putus-putus sedangkan jika interval terlalu
tinggi bisa mengakibatkan amplitudo yang
dihasilkan terlalu lebar sehingga puncak
amplitudo optimum sulit diukur. Panjang
gelombang 520-570 nm hasil derivat orde
kesatu eritromisin standar, eritromisin
plasma, dan campuran eritromisin-
Gambar 1.Spektra derivat orde pertama standar kurkumin saling berhimpit satu sama
eritromisin (hijau), kurkumin (merah), lainnya. Hal ini menunjukkan pada rentang
dan campuran eritromisin-kurkumin
panjang gelombang tersebut hanya
(biru) serta eritromisin dalam matriks
amplitudo eritromisin yang terbaca.
plasma (coklat)
Panjang gelombang yang digunakan untuk
analisis yaitu 547 nm karena pada panjang
Berdasarkan hasil spektra
gelombang ini, spektra derivat orde kesatu
derivatisasi pada gambar 1 tersebut
antara eritromisin standar, eritromisin
diperoleh spektra yang lebih tajam dan
plasma, dan campuran eritromisin-
berhimpit antara cuplikan standar
kurkumin mempunyai amplitudo optimum
eritromisin dalam pelarut, dengan
(gambar 1). Panjang gelombang ditentukan

138
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 132-144
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

dengan metode peak to peak dari 0,9998 yang berarti besarnya hubungan
penggabungan spektrum derivatif larutan antara amplitudo dengan kadar yang
baku dan sampel (analit). Metode ini menyatakan sebesar 99,98% hasil yang
dilihat dari spektrum yang saling tumpang didapatkan akurat dan presisi. Hasil yang
tindih antara spektrum eritromisin standar, didapatkan sudah memenuhi persyaratan
spektrum eritromisin plasma, dan dimana kriteria linieritas untuk bioanalisis
spektrum campuran eritromisin-kurkumin matriks biologi dipenuhi minimal pada
sehingga dapat terlihat amplitudo optimum koefisien 0,95 (Harahap, 2009).
pada panjang gelombang analisis. Dari
hasil penggabungan spektrum derivatif C. Nilai batas deteksi (LOD) dan batas
tersebut, dicari daerah panjang gelombang kuantifikasi (LOQ)
dimana terdapat spektrum yang saling Penentuan batas deteksi (LOD) dan
berimpit satu sama lain secara total batas kuantifikasi (LOQ) dihitung
(Hayun, 2006). menggunakan data dari kurva baku yang
didasarkan pada standar deviasi respons
B. Kurva Baku Eritromisin analit dan slope kurva baku. Hasil yang
Pembuatan kurva baku eritromisin didapatkan dapat dilihat pada tabel I
dilakukan pada seri kadar 0,5µg/mL; berikut.
1µg/mL; 2 µg/mL; 3 µg/mL; 5 µg/mL dan Tabel 1. Hasil perhitungan LOD dan LOQ

7 µg/mL.

0,0

y = -0,0895x - 0,0194
-0,2 Batas deteksi (LOD) menyatakan
Amplitudo

jumlah terkecil analit yang masih


-0,4
memberikan respons signifikan dengan
-0,6 matriks. Batas kuantifikasi (LOQ)
menyatakan jumlah terkecil analit dimana
-0,8
0 2 4 6Kadar (µg/mL)
8 pengukuran masih memberikan hasil yang

Gambar 2. Kurva baku eritromisin. akurat dan presisi. Batas yang diperoleh ini
kemudian disesuaikan dengan hasil yang

Persamaan kurva baku yang didapatkan pada kontrol maupun uji.

diperoleh pada konsentrasi 0,5-7 ppm Kadar yang diperoleh tidak boleh di bawah

yaitu y= -0,0895x - 0,0194 dengan nilai r = hasil LOD maupun LOQ untuk

139
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 132-144
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

memberikan hasil yang akurat dan presisi Tabel II. Hasil penentuan parameter
akurasi dan presisi metode analisis.
(Harmita, 2004). Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh nilai LOD yaitu
0,1485 ppm hal ini berarti bahwa
campuran obat dan matrik plasma pada
konsentrasi tersebut masih dapat terbaca
absorbansinya tetapi tidak dapat digunakan
dalam perhitungan karena dapat membuat
bias dalam perhitungan. Sedangkan batas
Akurasi dari suatu metode analisis
kuantitasi merupakan parameter pada
merupakan kedekatan nilai hasil uji yang
analisis dan diartikan sebagai kuantitas
diperoleh dengan prosedur tersebut dengan
terkecil analit dalam sampel yang masih
harga yang sebenarnya. Akurasi
dapat memenuhi akurasi dan presisi. Nilai
merupakan ukuran ketepatan prosedur
batas kuantitasi (LOQ) pada pengujian ini
analisis. Pengujian akurasi dilakukan pada
sebesar 0,4950 µg/mL.
3 level konsentrasi yaitu rendah (0,5
µg/mL); sedang (3 µg/mL) dan tinggi (7
D. Validasi Metode Analisis
µg/mL). Hasil pengujian akurasi pada
Validasi metode analisis terhadap
ketiga konsentrasi tersebut memenuhi
parameter akurasi dan presisi dilakukan
persyaratan untuk %diff yang tidak boleh
pada 3 seri konsentrasi yaitu pada
lebih dari 15% untuk ketiga konsentrasi.
konsentrasi rendah (0,5 µg/mL), sedang (5
Presisi merupakan ukuran yang
µg/mL) dan tinggi (7 µg/mL) masing-
menunjukkan kesesuaian hasil dengan
masing dilakukan 3 kali replikasi. Akurasi
pengujian berulang. Presisi ditentukan
dan presisi dinyatakan dalam nilai %diff
dengan menghitung nilai koefisien variasi
(%different) yaitu nilai rata-rata
(%cv) pada tiap-tiap seri konsentrasi. Nilai
penyimpangan pengukuran dari nilai
%cv diperoleh untuk konsentrasi rendah
sebenarnya dan %cv (coefficient of
yaitu 5,5103%, konsentrasi sedang
variation) ) yaitu nilai perbandingan
3,9082%, dan konsentrasi tinggi 3,8557%.
simpangan baku terhadap rata-ratanya.
Hasil ini juga sudah memenuhi persyaratan
Hasil validasi yang diperoleh dapat dilihat
presisi yaitu koefisien variasi kurang dari
pada tabel II.
15%.

140
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 132-144
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

E. Penentuan Parameter Farmako- Berdasarkan cuplikan darah yang


kinetika mengandung eritromisin yang telah
Pengujian secara in vivo diperoleh untuk kelompok kontrol dan
menggunakan hewan uji tikus jantan galur perlakuan dilakukan perhitungan
Wistar dengan tujuan untuk mengetahui parameter Cmaks, t1/2 dan AUC untuk
profil farmakokinetika eritromisisn setelah melihat lebih jauh pengaruh pemberian
pemberian kurkumin. Profil kurkumin terhadap farmakokinetika
farmakokinetika yang diamati berupa eritromisin dengan pemberian selang
kadar maksimum (Cmaks), waktu paruh waktu. Hasil perhitungan parameter Cmaks
(t1/2) dan nilai AUC. Pengambilan t1/2 dan AUC eritromisin dapat dilihat
cuplikan darah dilakukan pada jam ke- pada tabel III dibawah ini.
0,25; 0,5; 0,75; 1; 1,5; 2; 4; 6 dan 8, darah Tabel III. Hasil perhitungan parameter
Cmaks, t1/2 dan AUC
dipreparasi kemudian dianalisis untuk
mengetahui kadar eritromisin. Hasil
penentuan kadar eritromisin dalam darah
tikus secara in vivo dalam bentuk nilai
rata-rata pada setiap kelompok hewan
disajikan dalam bentuk grafik, terlihat
pada gambar 3 di bawah ini.
Hasil perhitungan parameter
8
Kel.yang diberikan Eritromisin farmakokinetika kemudian dianalisis
7
Kel.yang diberikan Eritromisin+Kurkumin secara statistik dengan uji komparatif t
6
5 tidak berpasangan untuk melihat nilai
4 signifikansi perubahan parameter
3 farmakokinetika antara kelompok kontrol
2
dan kelompok perlakuan. Hasil dapat
1
diperoleh dapat dilihat pada tabel IV.
0
0 2 4 6 8 10
-1
Waktu (jam)

Gambar 3. Kurva kadar rata-rata eritromisin dalam


darah pada waktu tertentu untuk kelompok yang
diberikan eritromisin/kontrol (biru) dan kelompok
dengan pemberian eritromisin dan kurkumin/
perlakuan (merah) dengan selang waktu 1 jam.

141
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 132-144
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Tabel IV. Uji signifikansi parameter Berdasarkan hasil statistik waktu


Cmaks, t1/2 dan AUC
paruh eliminasi eritromisin terdapat
menggunakan uji t tidak
berpasangan. perbedaan signifikan antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan
(p<0,05). Nilai waktu paruh obat
tergantung dari kecepatan eliminasi.
Apabila kecepatan eliminasi obat berjalan
lambat, maka waktu paruh obat akan
semakin panjang. Hasil ini menunjukkan
Berdasarkan hasil statistik nilai bahwa dengan pemberian selang waktu
kadar maksimum antara kelompok kontrol terjadi interaksi metabolisme yang dapat
dengan perlakuan tidak berbeda signifikan mempengaruhi kecepatan eliminasi dan
yang ditunjukkan oleh hasil uji t (p>0,05). memperlama waktu paruh eliminasi
Hasil statistik ini menunjukkan bahwa eritromisin. Penelitian lain menunjukkan
pemberian kurkumin dengan selang waktu hasil yang sama yang menyebabkan
tidak meningkatkan kadar Cmaks semakin lama waktu paruh eliminasi
eritromisin tetapi adanya peningkatan rifampisin dengan adanya pemberian
kadar sebesar 1,909%, kemungkinan kurkumin (Wahyono, 2007).
inhibisi terhadap enzim sitokrom P450 Perbedaan signifikan juga terjadi
CYP3A4 masih sedikit. Peningkatan ini pada parameter AUC eritromisin. Terjadi
dapat disebabkan oleh adanya interaksi peningkatan nilai AUC sebesar 31,533%.
pada proses metabolisme (Wahyono, Secara statistik dari hasil uji t diperoleh
2007). Peningkatan kadar obat pada nilai (p<0,05) sehingga terdapat perbedaan
plasma menyebabkan waktu yang yang signifikan antara AUC kelompok
diperlukan untuk mencapai kadar kontrol dengan kelompok perlakuan. Hasil
maksimum menjadi lebih lama karena ada serupa juga diperoleh pada penelitian
kemungkinan kurkumin dengan pemberian sebelumnya dimana kurkumin mampu
selang waktu dapat mempengaruhi pada meningkatkan AUC parasetamol hingga
tingkat absorbsi sehingga kecepatan 88,36% secara signifikan (p<0,05)
absorbsi semakin lambat dan waktu yang (Samudra, 2005). Adanya perbedaan yang
diperlukan obat untuk mencapai kadar signifikan pada nilai AUC kedua
maksimum semakin lama. kelompok, karena adanya peningkatan
nilai dari Cmaks dan t1/2 juga

142
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 132-144
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

mengakibatkan nilai AUC meningkat. Dipiro, J.T., R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R.
Matzke, B.G. Wells, & L.M.
Peningkatan ini karena adanya interaksi
Posey. 2005. Sixth Edition
pada proses metabolisme oleh inhibisi Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach. The
kurkumin pada enzim sitokrom P450
Mc Graw Hill Companies Inc,
(Mach et al, 2010). USA.
Donatus, I. A. 1994. Antaraksi
kurkuminoid-teofilin : I. hubungan
IV. KESIMPULAN peringkat dosis kurkuminoid
dengan toksisitas akut dan kinerja
Berdasarkan penelitian dan analisis
toksikokinetika teofilin pada tikus,
data yang telah dilakukan, dapat Laporan Penelitian Mandiri,
Lembaga Penelitian UGM,
disimpulkan bahwa :
Yogyakarta.
1. Pemberian kurkumin secara oral Gunawan, S.G. 2007. Farmakologi dan
Terapi edisi 5. Fakultas
dengan selang waktu pemberian
Kedokteran Universitas Indonesia,
terhadap nilai Cmaks eritromisin Jakarta.
Harahap, Y. 2009. Validasi Metode
meningkat dari 5,927 g/mL menjadi Analisis Rebamipid dalam Plasma
6,040 g/mL. in vitro secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi. Majalah Ilmu
2. Pemberian kurkumin secara oral Kefarmasian. 6: 156-167.
dengan selang waktu pemberian Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan
Validasi Metode dan Cara
terhadap nilai t1/2 eritromisin Perhitungannya. Majalah Ilmu
meningkat dari 1,851 jam menjadi Kefarmasian. 3: 117 – 135.
Hayun, Harianto & Yenti. 2006. Penetapan
2,873 jam. Kadar Tripolidina Hidroklorida dan
3. Pemberian kurkumin secara oral Pseudoefedrina Hidroklorida dalam
Tablet Anti Influenza secara
dengan selang waktu pemberian Spektrofotometri Derivatif.
terhadap nilai AUC eritromisin Majalah Ilmu Kefarmasian. 3: 94-
105.
meningkat dari 22,787 g.jam/mL Jambhekar, S.S., & P.J. Breen. 2009. Basic
menjadi 29,972 g.jam/mL. Pharmacokinetics. Pharmaceutical
Press, London.
Katzung, B.G. 2001. Farmakologi Dasar
DAFTAR PUSTAKA dan Klinik. Diterjemahkan oleh
Bagian Farmakologi Fakultas
Amir, A. 2008. Pengaruh penyuluhan Kedokteran Universitas Airlangga.
model pendampingan Terhadap Salemba Medika, Jakarta.
perubahan status gizi anak usia 6 Kavi, J., J. M. Webberley, J. M. Andrews
– 24 bulan. Tesis. Progam & R. Wise. 1998. A comparison of
Pascasarjana Universitas the pharmacokinetics and tissue
Diponegoro, Semarang. penetration of spiramycin and
erythromycin. Journal of

143
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 132-144
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

antimicrobial chemotherapy. 22 bacterial acitivities and qualitative


:105-110. structure-activity-relationship.
Nurhidayati, L. 2007. Spektrofotometri Disertasi. Gadjah Mada University,
Derivatif dan Aplikasinya Dalam Yogyakarta.
Bidang Farmasi. Jurnal Ilmu Shargel, L. & A.B.C. Yu. 2005.
Kefarmasian Indonesia. 5 : 91-99. Biofarmasetika dan
Oetari, R.A. 2006. Perkembangan Farmakokinetika Terapan. Edisi
Kurkumin sebagai Senyawa Aktif ke-2. Airlangga University Press,
Curcuma Long L. Dalam Bidang Surabaya.
Farmasi. Fakultas Farmasi Stockley. 2008. Stockley’s Drug
Universitas Gadjah Mada, Interaction 8th Edition. The
Yogyakarta. Pharmaceutical Press, London.
Pasha, S.I., F. Rehman., D. Tirupathi., Stubss, C., J.M. Haigh, & I. Kaanfer.
T.Gopi, S. Kumar dan 1985. Determination of
A.R.Neelesh. 2012. New visible Erythromycin in Serum and Urine
spectrophotometric method for the By High Performance
determination of Erythromycin Chromatography with Ultraviolet
stearate in bulk drug & their Detection. Journal Pharmaceutical
formulations. An International Sciences. 74: 1126-1128.
Journal of Advances in Suharjono. 2006. Penentuan Isoform
Pharmaceutical Sciences. 3 : 92- Sitokrom P450 Potensial Pada
97. Metabolisme Obat Dengan Model
Piscitelli, S.C., Rodvold, K.A. 2005. Drug Obat Gliklazid. Jurnal Farmasi
Interactions in Infectious Diseases Indonesia. 3 : 28-37.
2nd Edition. Humana Press Inc. Supandi. 2009. Pengaruh Pemberian Air
Totowa. NJ Perasan Temulawak (Curcuma
Rahmawati, F., R. Handayani & V. Gosal. xanthorrhiza D. Dietr) terhadap
2006. Kajian Retrospektif Interaksi Parameter AUC dan Cmaks
Obat di Rumah Sakit Pendidikan Ibuprofen yang diberikan secara
Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Oral pada Tikus Jantan Galur
Farmasi Indonesia. 17: 177-183. Wistar. Fakultas
Richard, R.E. 2000. Handbook of Wahyono, D., A.R. Hakim &
Antibiotics.3rd Edition, Philadelphia. Purwantiningsih. 2007. Pengaruh
Rizky, I., Saepudin & Dimas, A. 2010, Pemberian Sirup Curcuma Plus®
Analisis Peresepan Antibiotik Pada terhadap Farmakokinetika
Pasien Anak di Wilayah Kota Rifampisin pada Tikus. Majalah
Yogyakarta Berdasarkan Data di Farmasi. 4 : 163-168.
Apotek Pada Tahun 2009. Skripsi.
Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Rusdiana, T., S. Fauzi & A. Sukmadjaja.
2003. Interaksi Farmakokinetik
Kombinasi Obat Parasetamol dan
Fenilpropanolamin Hidroklorida
Sebagai Komponen Obat Flu.
Farmaka. 1: 1-6
Sardjiman. 2000. Synthesis of some new
series of curcumin analouges, anti-
oxidative, anti-inflammatory, anti-

144
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 145-152
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Formulasi Emulgel yang Mengandung Ekstrak


Etanol Kulit Batang Bangkal (Nauclea subdita)
Sebagai Tabir Surya
*Dina Rahmawanty, Dian Fatmawati, Fadlilaturrahmah

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat


*Email : dinarahmawanty@gmail.com

ABSTRAK
Ekstrak etanol kulit batang bangkal (Nauclea subdita) memiliki aktivitas sebagai
tabir surya.Ekstrak etanol kulit batang bangkal diformulasikan dalam bentuk sediaan
emulgel untuk kemudahan penggunaannya pada kulit.Penelitian ini bertujuan untuk
memformulasi sediaan emulgel yang mengandung ekstrak etanol kulit batang bangkal
(Nauclea subdita) sebagai tabir surya dan juga menentukan nilai SPF dari ekstrak
etanol dan emulgel kulit batang bangkal.Formulasi emulgel menggunakan natrium
lauril sulfatdan setostearil alkohol (1:9) sebagai surfaktan dan karbopol 12,5% sebagai
gelling agent. Penentuan nilai SPF dari ekstrak etanol dan emulgel kulit batang bangkal
diuji secara in vitro menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
290-320 nm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang bangkal
dengan konsentrasi 250 ppm, 500 ppm dan 750 ppm memiliki nilai SPF sebesar 10, 16
dan 19. Nilai SPF emulgel ekstrak etanol kulit batang bangkal dengan ekstrak sebanyak
0,5 % b/b; 1 % b/b; dan 1,5 % b/b berturut-turut memiliki nilai SPF 11, 18, dan 21.
Kata kunci : Emulgel, In Vitro, Tabir surya, Bangkal (Nauclea subdita)

ABSTRACT
Ethanolic extract from stem bark of bangkal (Nauclea subdita) has an activity as
sunscreen The ethanolic extract of bangkal’s stem bark was formulated in the form of
emulgel for ease of application on the skin. The aims of this study was to formulate
emulgel dosage form that contains ethanolic extract from stem bark of bangkal (Nauclea
subdita) as a sunscreen and determine its SPF value. Emulgel was formulated by using
sodium lauryl sulfate and cetostearyl alcohol (1: 9) as a surfactant and 12,5% karbopol as
gelling agent. Determination of SPF value from ethanolic extract and emulgel of bangkal
stem bark had been tested by using UV-Vis Spectrophotometer at wavelength range 290-
320 nm. The results showed that ethanolic extract from stem bark of bangkal with
concentration 250 ppm, 500 ppm and 750 ppm had SPF value 10, 16 and 19. The SPF
value of emulgel from bangkal’s stem bark extract amount 0,5% w/w; 1% w/w; and 1,5%
w/w had an SPF value 11, 18, and 21.
Keywords : Emulgel, In Vitro, Sunscreen, Bangkal (Nauclea subdita)

I. PENDAHULUAN penelitian Garoli et al. (2009) tentang


Paparan sinar matahari secara usaha pencegahan dan pengurangan
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya dampak negatif dari sinar matahari
kulit terbakar bahkan kanker kulit.Hasil terhadap kulit semakin meningkat dengan

145
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 145-152
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

penggunaan kosmetik tabir Bentuk sediaan yang dipilih adalah


surya.Kemampuan tabir surya dalam emulgel.Emulgel merupakan salah satu
mencegah paparan sinar matahari bentuk sediaan kulit yang merupakan
ditunjukkan oleh nilai sun protecting gabungan dari sediaan emulsi dan
factor (SPF). Nilai SPF didefinisikan gel.Sediaan emulgel disebut juga sebagai
sebagai rasio energi UV yang dibutuhkan sediaan emulsi yang viskositas fase airnya
untuk memproduksi dosis eritrema ditingkatkan melalui penambahan gelling
minimal (MED) pada kulit yang dilindungi agent.Kelebihan dari sediaan emulgel
dibagi dengan energi UV pada kulit yang adalah nyaman digunakan dan mampu
tidak dilindungi tabir surya. Menurut Kale melekat pada waktu yang relatif lama pada
et al. (2011) pengukuran nilai SPF secara kulit sehingga dapat mendukung
in vitro memiliki keuntungan tidak penggunaannya sebagai sediaan tabir surya
mengekspos subyek manusiaterhadap (Panwar, 2011).Oleh karena itu, peneliti
radiasiUV yang berbahaya,efektif dari segi tertarik untuk membuat ekstrak etanol kulit
biaya dan dapat memberikan datastatistik batang bangkal menjadi suatu sediaan
yang signifikan untuk membantu farmasi untuk kemudahan penggunaannya
mengembangkan produk tabir suryayang pada kulit.
efektif.
Kosmetik untuk tabir surya akhir- II. BAHAN DAN METODE
akhir ini banyak dikembangan A. Bahan
menggunakan bahan alam karena adanya Bahan-bahan yang digunakan adalah
anggapan bahwa pemakaian bahan alam akuades, ekstrak etanol kulit batang
lebih aman digunakan dan mempunyai bangkal (Nauclea subdita), etanol 96 %,
efek samping yang relatif sedikit (Leony, karbopol 940 ®, metil paraben (Brataco),
2014). Penelitian Maulina (2014) minyak zaitun, setosteril alkohol
menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit (Brataco), sodium lauril sulfat (Konimex),
batang bangkal memiliki aktivitas sebagai propilen glikol (Brataco), propil paraben
tabir surya.Hasil kajian farmakognostik (Brataco), dan trietanolamin (Brataco).
Nisa (2013) menunjukkan bahwa kulit
batang tanaman bangkal memiliki B. Pembuatan simplisia kulit batang
kandungan senyawa aktif seperti bangkal
flavonoid, saponin, steroid dan tanin. Pengambilan sampel kulit batang
bangkal dengan cara mengupas 1/3 bagian

146
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 145-152
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

bawah kulit batang dengan ketebalan 2-6 dengan melarutkan sodium lauril sufat
mm. Kulit batang bangkal dicuci bersih di dalam akuades (70oC).Fase minyak
bawah air mengalir lalu dirajang, ditambahkan ke dalam fase air sambil
kemudian dikeringkan dengan oven pada terus diaduk.Ekstrak etanol kulit batang
suhu 50˚C. Sampel yang sudah kering lalu bangkal, metil paraben, dan propil
dibuat serbuk. paraben, dilarutkan dalam propilen glikol
dan ditambahkan dalam emulsi.Emulsi
C. Pembuatan ekstrak etanol kulit dicampurkan dengan gel karbopol (Priani
batang bangkal et al., 2014).
Serbuk kulit batang bangkal sebanyak Tabel I. Formulasi emulgel ekstrak etanol
kulit batang bangkal
200 gram dimasukkan ke dalam bejana FI F II F III F IV
Bahan (% b/b) (% b/b) (% b/b) (% b/b)
maserasi dan direndam menggunakan Ekstrak - 0,5 1 1,5
pelarut etanol 96% dengan perbandingan etanol N.
subdita
1:5. Ekstraksi dilakukan selama selama 3 x Minyak 20 20 20 20
zaitun
24 jam sambil sesekali dilakukan Sodium 0,75 0,75 0,75 0,75
lauril
pengadukan. sulfat
Setosteril 6,75 6,75 6,75 6,75
alkohol
D. Penentuan nilai SPF ekstrak secara Propilen
5 5 5 5
glikol
in-Vitro Metil
0,18 0,18 0,18 0,18
paraben
Ekstrak etanol kulit batang bangkal Propil
0,02 0,02 0,02 0,02
paraben
diencerkan dengan etanol 96% pada Gel
karbopol
konsentrasi 250 ppm, 500 ppm, dan 750 12,5 12,5 12,5 12,5
2%
ppm. Diukur absorbansinya pada panjang (+TEA)
Akuades
100 100 100 100
gelombang antara 290-320 nm, dengan ad

etanol 96% sebagai blanko.


F. Evaluasi sediaan
a. Uji organoleptik
E. Pembuatan Sediaan
Pemeriksaan organoleptis meliputi
Karbopol dicampurkan ke dalam
pemeriksaan terhadap warna, bau, dan
akuades yang telah dipanaskan (80oC), pH
konsistensi dari sediaan.
gel diatur dengan penambahan TEA.Fase
b. Uji pH
minyak dari emulsi dibuat dengan
Satu gram sediaan emulgel
melarutkan setosteril alkohol dalam
diencerkan dengan akuades hingga 10
minyak zaitun (60oC).Fase air dibuat

147
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 145-152
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

mL.pH meter dikalibrasi menggunakan Vis dikalibrasi dengan etanol 96%. Dibuat
larutan dapar pH 7. Elektroda dicelupkan kurva serapan larutan uji dalam kuvet,
ke dalam larutan yang diperiksa (Voigt, dengan panjang gelombang antara290-320
1994). nm.Serapan rata-ratanya (Ar) ditetapkan
c. Uji viskositas dengan interval 5 nm.
Pengukuran dilakukan
menggunakan viskometer Brookfield III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan spindel nomor 4 dan kecepatan 6, A. Penentuan nilai SPF ekstrak secara
12, 30, dan 60 rpm (Mayangkara, 2011). in-vitro
d. Uji daya sebar Senyawa kimia yang berperan
Sediaan emulgel sebanyak 0,5 gram sebagai bahan aktif tabir surya pada kulit
diletakkan di tengah kaca transparan yang batang bangkal adalah flavonoid. Menurut
dilapisi kertas grafik dibawahnya, diberi penelitian Wolf et al. (2001) senyawa
beban dari ukuran terkecil sampai ukuran flavonoid sebagai tabir surya bekerja
terbesar (50 g, 100 g, 150 g), dibiarkan dengan cara menyerap sinar yang masuk
selama 1 menit dan diukur diameter daerah ke kulit sehingga dapat mengurangi
penyebaran emulgel (Shovyana & kerusakan kulit yang disebabkan oleh sinar
Zulkarnain, 2013). ultraviolet. Senyawa flavonoid mempunyai
e. Uji daya lekat gugus kromofor yang mampu menyerap
Sebanyak 0,5 gram sediaan sinar UV, baik UV A maupun UV B.
dioleskan diatas gelas objek, diatas sediaan Senyawa kromofor dapat terbentuk karena
tersebut diletakkan objek gelas lain dan adanya sistem konjugasi yaitu rantai atom
ditindih dengan beban 1 kg selama 5 karbon dengan ikatan rangkap dan tunggal
menit. Kemudian beban seberat 80 gram yang berselang seling. Sistem cincin
dilepaskan dan dicatat waktunya hingga terkonjugasi pada senyawa flavonoid
kedua objek gelas tersebut lepas adalah ikatan tangkap C=C dan C=O
(Shovyana & Zulkarnain, 2013). (Budimarwanti, 2010).
Tabel II. Nilai SPF Ekstrak Etanol Kulit
Batang Bangkal
G. Penentuan nilai SPF emulgel secara Nilai
in-vitro Konsentrasi SPF Kemampuan

Emulgel sebanyak 0,5 gram 250 ppm 10 Maksimal (8-15)

ditimbang, dan ditambah etanol 96% pada 500 ppm 16 Ultra (>15)

labu ukur 10 mL. Spektrofotometer UV- 750 ppm 19 Ultra (>15)

148
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 145-152
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

D. Uji Viskositas
B. Uji Organoleptis Viskositas merupakan ketahanan
Penambahan ekstrak etanol kulit sediaan akibat gesekan fluida, semakin
batang bangkal berpengaruh terhadap tinggi nilai viskositas maka ketahanan
warna dan konsistensi emulgel. sediaan meningkat sehingga fluida akan
Penambahan ekstrak etanol kulit batang sulit mengalir (Ariyanti, 2010).
bangkal dalam emulgel membuat warna 50000 41666,67
emulgel semakin gelap mendekati warna 40000
28666,67

Nilai Viskositas (cPs)


30000
ekstrak dan konsistensi emulgel yang 20000
7916,67 4750,00
dihasilkan menjadi semakin kurang kental. 10000
0
F I (0%) F II F III (1%) F IV
C. Uji pH (0,5%) (1,5%)
Formula Emulgel
Sediaan emulgel dengan pH terlalu
basa menyebabkan kulit bersisik dan Gambar 2. HasilUji Viskositas
sediaan emulgel dengan pH terlalu asam
akan mengiritasi kulit (Angela, 2012). Hasil uji viskositas sediaan
6,45 6,43 6,40 emulgel ekstrak etanol kulit batang
6,4 6,37
Nilai pH

6,33 bangkal masuk dalam rentang sediaan tabir


6,35
6,3 surya yang baik yaitu 2000-50000 cPs
6,25
F I (0%) F II F III F IV (Badan Standarisasi Nasional, 1996).Hasil
(0,5%) (1%) (1,5%)
Formula Emulgel analisis ANOVA memberikan signifikansi

Gambar 1. Hasil Uji pH 0,00 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa


dengan penambahan ekstrak viskositas
Hasil pH sediaan telah memenuhi sediaan menjadi semakin menurun.Ekstrak
persyaratan nilai pH kulit yaitu antara 4,5- yang bersifat asam mampu menghidrolisis
6,5 (Ida & Noer, 2012). Hasil analisis sebagian ikatan partikel dalam sediaan
ANOVA memberikan signifikansi 0,00 mengakibatkan penyerapan air dari
(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan sekitar sehingga viskositas
penambahan ekstrak berpengaruh secara sediaan cendrung menurun (Gozali et al.,
signifikan terhadap pH sediaan. 2009).

149
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 145-152
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

E. Uji Daya Sebar terbalik dengan daya sebar


Uji daya sebar bertujuan untuk sediaan.Semakin kecil viskositas maka
mengetahui kemudahan penggunaan semakin besar daya sebar sediaan.
sediaan emulgel pada pengolesan ke
kulit.Sediaan yang baik dapat menyebar F. Uji Daya Lekat
dengan mudah di tempat aksi. Daya lekat berhubungan dengan
8,0 lamanya kontak antara sediaan dengan
7,0
6,0 6,6 kulit dan kenyamanan penggunaan
6,1 6,3
Daya Sebar (cm)

5,9
5,0 5,4 5,5
5,1 5,0 50 g sediaan.Sediaan yang baik mampu
4,0 4,5 4,7 4,3
4,1
3,0 100 menjamin waktu kontak dengan kulit
2,0 g
150 sehingga dapat memberikan efek yang
1,0
g
0,0
F I (0%) F II (0,5%) F III (1%) F IV
optimal.Tidak ada persyaratan khusus
(1,5%)
mengenai daya lekat sediaan semipadat,
Formula Emulgel
namun sebaiknya daya lekat sediaan
Gambar 3. Hasil Uji Daya Sebar
semipadat adalah lebih dari 1 detik
Syarat daya sebar sediaan
(Afianti & Murrukmihadi, 2015).Hasil uji
semisolid yang baik yaitu berkisar antara
daya lekat emulgel ekstrak ekstrak etanol
5-7 cm (Garg et al. 2002). Hasil uji daya
kulit batang bangkal memiliki daya lekat
sebar yang memenuhi persyaratan pada
yang baik.
pemberian beban 50 g adalah formula III
dan IV, pada beban 100 g dan 150 g 40
29,8767
adalah formula II, III dan IV.Hasil analisis
Daya Lekat (detik)

30
18,2200
ANOVA memberikan nilai signifikansi 20 14,2333 11,9800
0,00 (p<0,05) sehingga penambahan 10

ekstrak etanol kulit batang bangkal 0


F I (0%) F II (0,5%) F III (1%) F IV (1,5%)
berpengaruh secara signifikan terhadap Formula Emulgel
daya sebar emulgel yang dihasilkan.
Gambar 4. Hasil Uji Daya Lekat
Penambahan ekstrak dalam sediaan
menghasilkan daya sebar yang semakin
Hasil analisis ANOVA
besar.Hal ini disebabkan karena
memberikan nilai signifikansi 0,00
penambahan ekstrak dalam sediaan
(p<0,05) sehingga penambahan ekstrak
mengakibatkan viskositas sediaan menjadi
etanol kulit batang bangkal berpengaruh
semakin menurun.Viskositas berbanding
secara signifikan terhadap daya lekat

150
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 145-152
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

sediaan emulgel yang dihasilkan, dengan Tabel III. Nilai SPF Ekstrak Etanol Kulit
Batang Bangkal
penambahan ekstrak daya lekat sediaan Formula Nilai SPF Kemampuan
menjadi semakin menurun. Hal ini F I (0 % b/b
ekstrak) 2 Minimal (2-4)
disebabkan karena penambahan ekstrak F II (0,5 % b/b
ekstrak) 11 Maksimal (8-15)
mengakibatkan viskositas sediaan menjadi F III (1 % b/b
ekstrak) 18 Ultra (>15)
semakin menurun.Viskositas berbanding F IV (1,5 %
b/b ekstrak) 21 Ultra (>15)
lurus dengan daya lekat sehingga semakin
kecil viskositas maka semakin kecil pula
IV. KESIMPULAN
daya sebar sediaan.
Hasil pengujian menunjukkan
bahwa ekstrak etanol kulit batang bangkal
G. Penentuan Nilai SPF Emulgel
dengan konsentrasi 250 ppm, 500 ppm dan
Secara In Vitro
750 ppm memiliki kemampuan sebagai
Hasil penelitian menunjukkan nilai
tabir suryadengan nilai SPF berturut-turut
SPF sediaan emulgel berbanding lurus
sebesar 10, 16 dan 19.Emulgel tabir surya
dengan konsentrasi ekstrak, semakin besar
ekstrak etanol kulit batang bangkal
konsentrasi ekstrak yang ditambahkan
memiliki kemampuan sebagai tabir surya
akan meningkatkan nilai SPF. Nilai SPF
dengan konsentrasi ekstrak 0,5 % b/b
dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa
memiliki nilai SPF 11termasuk tabir surya
aktif yang terkandung di dalam ekstrak.
maksimal, 1 % b/b memiliki nilai SPF
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka
18termasuk tabir surya ultra, dan 1,5 % b/b
semakin banyak senyawa yang dapat
memiliki nilai SPF 21 termasuk tabir surya
menyerap sinar ultraviolet yang masuk ke
ultra.
dalam kulit sehingga nilai SPF semakin
tinggi.Menurut Gustianti et al. (2015)
DAFTAR PUSTAKA
basis dan sediaan emulgel menggunakan
Afianti, H.P. & M. Murrukmihadi. 2015.
minyak zaitun sebagai fase minyak
Pengaruh Variasi Kadar Gelling
memiliki nilai SPF tertinggi, sehingga Agent HPMC Terhadap Sifat Fisik
Dan Aktivitas Antibakteri Sediaan
formula I memiliki kemampuan sebagai
Gel Ekstrak Etanolik Daun Kemangi
tabir surya karena menggunakan minyak (Ocimum basilicum L. Forma
Citratum Back.) Majalah
zaitun dalam formula.
Farmasetik. 11(2): 307-315.
Angela, L. 2012. Aktivitas Antioksidan dan
Stabilitas Fisik Gel Anti-Aging Yang
Mengandung Ekstrak Air Kentang
Kuning (Solanum tuberosum L.).

151
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 145-152
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Skripsi Universitas Indonesia, subdita) Secara In Vitro.Skripsi


Depok. Fakultas Matematika dan Ilmu
Ariyanti, E.S. 2010.Otomatisasi Pengetahuan Alam, Universitas
Pengukuran Koefisien Viskositas Zat Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Cair Menggunakan Gelombang Mayangkara, J. 2011. Pengaruh Etanol
Ultrasonik. Skripsi Universitas Islam dalam Asam Oleat Terhadap
Negeri Maulana Malik Ibrahim, Penetrasi Liposom Transdermal
Malang. Glukosamin Menggunakan Difusi
Budimarwanti, C. S. H. 2010. Efektivitas Franz. Skripsi Universitas Indonesia,
Katalis Asam Basa pada Sintesis 2- Depok.
hidroksikalkon, Senyawa yang
Berpotensi sebagai Zat Warna.Jurdik Nisa, H. 2013. Kajian Farmakognostik
Kimia FMIPA UNY, Yogyakarta. Kulit Batang Pohon Bangkal
Garg, A., D. Aggrawal., S. Garg., & A.K. (Nauclea subdita (Kohrt.)
Singla. 2002. Spreading of Semisolid Steud.).Skripsi Fakultas Matematika
Formulation : An Update. dan Ilmu Pengetahuan Alam
Pharmaceutical Technology, India. Universitas Lambung Mangkurat,
Garoli, D., M.G. Pelizzo, P. Nicolossi, A. Banjarbaru.
Peserico, E. Tonin, & M. Alaibac. Panwar, A.S. 2011. Emulgel: A Review.
2009. Effectiveness of Different Asian Journal of Pharmacy and Life
Substrate Materials for In Vitro Science.1(3): 334.
Sunscreen Test. Journal of Priani, S. E., H. Humanisya, & F.
Dermatological Science. 56(2): 89- Darusman. 2014. Development of
98. Sunscreen Emulgel Containing
Gozali, D., M. Abdassah, & S. Cinnamomum burmannii Stem Bark
Lathiefah.2009. Formulasi Krim Extract. International Journal of
Pelembab Wajah yang Mengandung Science and Research.3(12): 2338-
Tabir Surya Nanopartikel Zink 2341.
Oksida Salut Silikon, Jurnal Shovyana, H. H & Zulkarnain, A. K. 2013.
Farmaka.7(1). Stabilitas Fisik Dan Aktivitas Krim
Ida, N., & S. F. Noer. 2012. Uji Stabilitas W/O Ekstrak Etanolik Buah
Fisik Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Mahkota Dewa (Phaleria
Vera L.). Majalah Farmasi Dan macrocarpa (Scheff.) Boerl,)
Farmakologi. 16 (2) : 79 – 84. Sebagai Tabir Surya.Traditional
Kale, S., S. Bhandare, M. Gaikwad, V. Medicine Journal.18 (2): 109-117.
Urunkar, & A. Rajmane. 2011. Wasitaatmadja, S. M. 1997.Penuntun Ilmu
Formulation &In Vitro Evaluation Kosmetik Medik. Penerbit.
For Sun Protection Factor Of Lutein Universitas Indonesia, Jakarta.
Ester Extracted. Research Journal of Wolf, R., D. Wolf, P. Morganti, & V.
Pharmaceutical Sciences.2(3). Ruocco. 2001. Sunscreen. Clinics in
Leony, B. 2014.Pengaruh Pemberian Dermatology.19: 252- 459.
Ekstrak Gambir Terhadap Sifat Fisik
dan Nilai Sun Protection Factor
(SPF) Pada Hasil Jadi Krim Tabir
Surya.e-Journal. 3(1): 209-216.
Maulina, R. 2014. Penentuan Nilai Sun
Protecting Factor (SPF) dan
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Kulit Batang Bangkal (Nauclea

152
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 153-160
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Penentuan Kadar Fenolik Total dan Flavonoid


Total, serta Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Biji Tiga Spesies Tanaman Penghasil Gaharu:
Aquilaria microcarpa, Aquilaria malaccensis, dan
Aquilaria beccariana
Beny Rahmanto1, Wawan Halwany1, Fajar Lestari1, Khoerul Anwar2*, Liling
Triyasmono2, Muhammad Ikhwan Rizki2, Destria Indah Sari2
1
Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Banjarbaru
2
Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
*Email: endrasance@yahoo.com

ABSTRAK
Kalimantan Selatan merupakan habitat tumbuhan penghasil gaharu antara lain
jenis Aquilaria microcarpa, A. malaccensis dan A. beccariana. Pada tanaman penghasil
gaharu, biji dari buah gaharu belum banyak dimanfaatkan. Biji umumnya memiliki
kandungan senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antioksidan. Tujuan
penelitian ini yaitu mengetahui kadar senyawa fenolik total, flavonoid total, dan
aktivitas antioksidan ekstrak etanol biji gaharu spesies A. microcarpa, A. beccariana,
dan A. malaccensis. Serbuk biji gaharu diekstraksi dengan etanol 70% secara maserasi.
Ekstrak ditentukan kadar fenolik total dengan metode Folin-Ciocalteau dan kadar
flavonoid total menggunakan metode kolorimetri. Aktivitas antioksidan diuji dengan
metode DPPH. Kadar fenolik total pada ekstrak etanol biji A. microcarpa, A.
malaccensis dan A. beccariana berturut-turut sebesar 0,384 µg/mg; 0,445 µg/mg; dan
0,410 µg/mg. Kadar flavonoid total pada ekstrak etanol biji A. microcarpa, A.
malaccensis dan A. beccariana berturut-turut sebesar 10,18 µg/mg; 11,67 µg/mg; dan
4,97 µg/mg. Aktivitas antioksidan (IC50) pada ekstrak etanol biji A. microcarpa, A.
malaccensis dan A. beccariana berturut-turut sebesar 114,17 ppm; 424,52 ppm; dan
193,91 ppm. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kadar fenolik total, flavonoid total
dan aktivitas antioksidan terbesar pada ekstrak etanol biji A. malaccensis.
Kata kunci: A. microcarpa, A. malaccensis, A. beccariana, biji, gaharu, fenol, flavonoid

ABSTRACT
Agarwood is widely available in South Kalimantan, such as Aquilaria microcarpa,
A. malaccensis and A. beccariana. Agarwood seeds from the fruit are not widely used.
Seeds generally contain secondary metabolite, compounds that have antioxidant activity.
The aims of this study were to determine total phenolic, total flavonoids and antioxidant
activity of ethanol extract of A. microcarpa, A. malaccensis and A. beccariana seeds.
Agarwood seed powder was extracted with 70% ethanol by maceration. Total phenolic
content was determined by Folin-Ciocalteau method and total flavonoid content using
colorimetric methods. The antioxidant activity assay was used DPPH. Total phenolic
content in ethanolic extract of A. microcarpa, A. malaccensis and A. beccariana seeds were
0.384 µg/mg; 0.445 µg/mg; and 0.410 µg/mg respectively. Levels of total flavonoids in
ethanolic extract of A. microcarpa, A. malaccensis and A. beccariana seeds were 10.18
µg/mg; 11.67 µg/mg; and 4.97 µg/mg. The antioxidant activity (IC50) in ethanolic extract
of A. microcarpa, A. malaccensis and A. beccariana seeds were 114.17 ppm; 424.52 ppm;

153
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 153-160
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

and 193.91 ppm. Ethanolic extract of A. malaccensis seed contained level of total phenolic,
flavonoids, and antioxidant activity higher than seeds of A. microcarpa and A. beccariana.
Keywords: A. microcarpa, A. malaccensis, A. beccariana, seeds, agarwood, phenolic,
flavonoids

I. PENDAHULUAN mengandung gaharu memiliki nilai jual


Bahan dari alam turun-temurun tinggi. Bagian tanaman lain seperti biji
telah digunakan di Indonesia untuk dari buah gaharu belum banyak
mengatasi berbagai penyakit. Obat yang dimanfaatkan. Biji umumnya memiliki
berasal dari alam relatif aman untuk kandungan senyawa metabolit sekunder
digunakan (Elfahmi et al., 2014). yang memiliki aktivitas antioksidan kuat.
Metabolit sekunder yang ada di dalam Pada biji delima (Punica granatum)
bagian dari tanaman memiliki banyak terkandung tanin terhidrolisis yang
khasiat dalam mengatasi berbagai diketahui mengandung asam elagik dengan
penyakit, terutama untuk penyakit kemampuan kuat sebagai antioksidan
degeneratif seperti hiperlipidemia dan (Pedriali et al., 2010). Biji anggur (Vitis
diabetes melitus (Heinrich et al., 2012). vinifera) mengandung flavonoid mencapai
Efek sinergisme antar senyawa metabolit 4-5% termasuk kaempferol-3-O-glukosida,
sekunder menyebabkan kemampuan bahan kuersetin-3-O-glukosida, kuersetin, dan
alam dapat melebihi kemampuan obat mirisetin. Golongan fenol yang terkandung
sintesis yang hanya terdiri dari senyawa yaitu proantosianidin, asam galat, katekin,
tunggal (Bone & Mills, 2013). Salah satu epikatekin, dan epikatekin-3-O-galat
bahan alam yang terdapat di Indonesia (Nassiri-Asl & Hosseinzadeh, 2009).
yang dapat digunakan sebagai bahan obat Radikal bebas merupakan molekul
yaitu tanaman gaharu . yang memiliki satu atau lebih elektron
Tanaman gaharu (agarwood) yang tidak berpasangan di kulit valensi
merupakan tanaman genus Aquilaria yang terluarnya. Radikal bebas pada konsentrasi
terdiri dari berbagai spesies yang tersebar tinggi dapat menyebabkan kerusakan
di seluruh dunia. Beberapa spesies gaharu struktur sel (Das et al., 2010). Beberapa
yang banyak terdapat di Kalimantan penyakit yang disebabkan radikal bebas
Selatan yaitu tanaman gaharu seperti A. diantaranya hipertensi, diabetes melitus,
beccariana, A. microcarpa, dan A. kanker, alzheimer, jantung koroner,
malaccensis. Pada tanaman penghasil penyakit ginjal, dan fibrosis. Radikal bebas
gaharu, bagian batang yang sudah yang terbentuk dalam tubuh dapat

154
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 153-160
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

dinetralkan oleh antioksidan (Das et al., kandungan total flavonoid, total fenolik,
2010). Antioksidan merupakan molekul dan aktivitas antioksidan dari ekstrak
yang dapat mencegah terjadinya stres etanol biji gaharu dari tiga spesies yang
oksidatif. Senyawa golongan fenolik dan berbeda. Manfaat penelitian ini diharapkan
flavonoid umumnya memiliki kemampuan dapat diketahui biji pada spesies tanaman
antioksidan (Veskoukis et al., 2012). Pada gaharu yang memiliki aktivitas antioksidan
bagian biji gaharu diduga kuat yang paling kuat, sehingga masyarakat
mengandung senyawa fenolik dan dapat memanfaatkan biji gaharu dengan
flavonoid, sehingga berpotensi digunakan nilai jual yang tinggi. Aktivitas
sebagai antioksidan. Pada bagian biji juga antioksidan juga dapat dijadikan dasar
tidak pernah dimanfaatkan. Aktivitas dalam mengembangan obat antihiperlipid
antioksidan dari suatu bahan alam dan antidiabetes.
umumnya berbanding lurus dengan
keberadaan senyawa fenolik dan flavonoid BAHAN DAN METODE
yang terdapat dalam suatu tumbuhan. A. Alat dan Bahan
Semakin tinggi konsentrasi kadar senyawa Bahan-bahan yang digunakan
fenolik dan flavonoid yang terkandung, adalah biji tanaman gaharu dari spesies A.
maka aktivitas dalam menghambat radikal beccariana, A. microcarpa, dan A.
bebas juga semakin besar (Rumayati et al., malaccensis. Bahan-bahan lainnya yaitu
2014). akuades, etanol, kloroform, HCl pekat,
Senyawa metabolit sekunder pada larutan DPPH 1 mM, asam galat,
tanaman dengan genus yang sama kuersetin, pereaksi Follin Ciocalteu 10%,
umumnya memiliki kandungan senyawa Na2CO 2%, larutan heksametilentetramina
yang sama. Namun, kadar senyawa (HMT) 0.5%, aseton, 10% AlCl3, asam
metabolit sekunder yang terkandung di asetat glasial, dan etil asetat.
dalam tanaman satu genus bervariasi. Alat - alat yang digunakan adalah
Perbedaan kadar senyawa aktif akan neraca analitik, penggilingan, batang
mempengaruhi aktivitas farmakologi di pengaduk, tabung reaksi, sudep, gelas
dalam tubuh. Pada penelitian ini piala, erlenmeyer, kertas aluminium foil,
digunakan biji dari tiga jenis spesies corong, pipet volumetrik, pipet mikro,
gaharu yaitu A. microcarpa, A. cawan porselin, oven, eksikator, vacuum
malaccensis dan A. beccariana. Tujuan evaporator, cawan porselin, penangas air,
penelitian ini adalah mengetahui corong pisah, shaker, kapas, labu ukur,

155
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 153-160
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

biotek's epoch micro -volume dengan vacuum rotary evaporator dengan


spectrophotometer system, dan suhu 450 C. Kemudian diuapkan di atas
spektofotometer UV-VIS. waterbath sampai diperoleh ekstrak kental.
Ekstrak kental dimasukkan ke dalam
B. Pengolahan Sampel wadah dan disimpan di dalam lemari
biji gaharu yang dikumpulkan pendingin.
selanjutnya dibersihkan dari benda-benda
asing dari luar (disortasi basah) dan dicuci D. Uji Kandungan Fenolik Total
bersih di bawah air mengalir. Hasil Kandungan senyawa fenolik
rajangan dikeringkan menggunakan oven dianalisis dengan menimbang 100 mg
pada suhu 50˚C, setelah sampel kering ekstrak dimasukkan ke dalam labu 10 mL,
dipisahkan dari benda-benda asing dilarutkan dengan masing-masing pelarut
(disortasi kering). Dilakukan pengubahan sampai tanda batas. Diambil 0,5 ml lalu
bentuk menjadi bentuk serbuk dengan dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
cara dihaluskan dengan menggunakan tambahkan 0,75 mL reagen Folin-
blender, lalu diayak dengan pengayak no. Ciocalteau 10%. Campuran didiamkan
25. Serbuk halus yang diperoleh tersebut selam 5 menit ditambahakan dengan 2 mL
ditimbang dan disimpan dalam wadah Na2CO3 2% dan divortex kemudian
bersih. didiamkan selama 15 menit lakukan
replikasi sebanyak 3x. Dilakukan
C. Pembuatan Ekstrak pembacaan absorbansi dengan
Ekstraksi biji gaharu dilakukan spektrofotometri UV-Vis pada panjang
dengan cara perendaman serbuk dengan gelombang maksimum. Blanko yang
nisbah sampel pelarut : etanol 70% sama digunakan terdiri atas semua pereaksi yang
dengan 1:10. Simplisia direndam dalam digunakan tetapi tidak mengandung asam
pelarut selama 3 hari sambil sesekali galat ataupun sampel uji. Digunakan asam
diaduk. Setiap 24 jam disaring, filtrat yang galat sebagai baku induk atau senyawa
diperoleh dikumpulkan dan pelarut diganti marker.
dengan yang baru dengan jumlah yang
sama dengan yang pertama. Filtrat yang E. Uji kandungan flavonoid total
diperoleh dipisahkan dari residu dengan Kandungan senyawa flavonoid
menggunakan kertas Whatman nomor 1. dianalisis dengan cara ditimbang seksama
Ekstrak cair yang diperoleh, dipekatkan 50 mg ekstrak kemudian dilarutkan ke

156
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 153-160
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

dalam 10 mL pelarut. Diambil 1 ml lalu Didapat konsentrasi 50, 100, 150, 200, dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu 250 ppm.
ditambahkan 1 mL AlCl3 2% dan Larutan ekstrak biji A.beccariana
ditambahkan 8 mL asam asetat glasial 5% dibuat dengan menimbang 100 mg sampel
lakukan replikasi sebanyak 3x. Dilakukan yang dilarutkan dalam metanol p.a. hingga
pembacaan absorbansi dengan volume 10 mL, didapat larutan 10.000
spektrofotomtri UV-Vis pada panjang ppm. Dari larutan tersebut diambil 0,05;
gelombang maksimum. Blanko yang 0,1 ; 0, 15; 0,2 dan 0,25 mL dimasukkan
digunakan terdiri atas semua pereaksi yang ke dalam labu ukur 10 mL, masing masing
digunakan tetapi tidak mengandung di tambah metanol p.a. hingga tanda batas.
kuarsetin ataupun sampel uji. Kuersetin Didapat konsentrasi 50, 100, 150, 200, dan
digunakan sebagai senyawa standar. 250 ppm.
Pada masing-masing sampel
F. Uji Antiksidan sebanyak satu mL larutan DPPH 0,4 mM
Larutan ekstrak biji A.microcarpa ditambahkan dengan setiap konsentrasi
dibuat dengan menimbang 100 mg sampel larutan sampel sebanyak 4 mL. Larutan
yang dilarutkan dalam metanol p.a. hingga didiamkan di tempat gelap selama 20
volume 10 mL, didapat larutan 10.000 menit. Larutan dibaca absorbansinya pada
ppm. Dari larutan tersebut diambil 0,1; 0,2 panjang gelombang maksimal.
; 0,3; dan 0,5 mL dimasukkan ke dalam Dibuat larutan blanko DPPH.
labu ukur 10 mL, masing masing di Larutan DPPH 0,4 mM diambil 1 mL
tambah metanol p.a. hingga tanda batas. selanjutnya ditambahkan metanol pa
Didapat konsentrasi 100, 200, 300, dan sebanyak 4 mL (pelarut sampel). Larutan
500 ppm. didiamkan di tempat gelap selama 20
Larutan ekstrak biji A.malacensis menit. Larutan dibaca absorbansinya pada
dibuat dengan menimbang 100 mg sampel panjang gelombang maksimal.
yang dilarutkan dalam metanol p.a. hingga
volume 10 mL, didapat larutan 10.000 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
ppm. Dari larutan tersebut diambil 0,05; A. Penetapan kadar fenol total
0,1 ; 0, 15; 0,2 dan 0,25 mL dimasukkan Penentuan kadar fenol total
ke dalam labu ukur 10 mL, masing masing dilakukan dengan metode Folin-
di tambah metanol p.a. hingga tanda batas. Ciocalteau.. Reagen folin – Ciocalteau
membentuk larutan kompleks berwarna

157
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 153-160
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

biru tua apabila direaksikan dengan larutan bagian tanaman. Pada banyak tanaman,
yang mengandung senyawa fenolat pada senyawa fenol tersebar pada daerah daun
suasana basa. Komplek berwarna biru tua sehingga kandungannya besar. Meskipun
yang akan ditentukan absorbansinya demikian, penelitian ini dapat dijadikan
secara spektroskopi (Zulharmitta et al, perbandingan senyawa fenol yang terdapat
2010). Kadar fenol total disajikan pada pada biji dan daun tanaman gaharu. Kadar
Tabel I. flavonoid total dapat dilihat pada tabel II.
Tabel I. Hasil penentuan kadar fenol total Tabel II. Kadar flavonoid total ekstrak
dari ekstrak biji gaharu biji gaharu
Fenol Rata-
Absorbansi
Sampel Total Rata Flavonoid Rata-
Sampel Absorbansi
(µg/mg) (µg/mg) Sampel Total Rata
Sampel
A. Microcarpa 0,715 0,382 (µg/mg) (µg/mg)
0,720 0,385 0,384 B. Microcarpa 0,670 10,41
0,718 0,384 0,645 10,02 10,18
A. malaccensis 0,809 0,443 0,652 10,13
0,811 0,445 0,445 B. malaccensis 0,750 11,64
0,813 0,446 0,795 12,33 11,67
A. beccariana 0,757 0,409 0,712 11,06
0,759 0,411 0,410 B. beccariana 0,328 5,14
0,760 0,412 0,302 4,74 4,97
0,322 5,04
Hasil penelitian menunjukkan
Kadar flavonoid total yang
kadar fenol total tertinggi didapat pada
diperoleh dinyatakan dalam % (b/b).
ekstrak etanol biji A. malaccensis. Variasi
Kadar flavonoid total pada ketiga ekstrak
kadar fenol antar spesies pada biji gaharu
biji gaharu menunjukkan kadar terbesar
juga tidak terlalu besar. Pengujian total
pada biji spesies A. malaccensis. Kadar
fenol sangat tergantung pada struktur
flavonoid total terkecil pada biji spesies A.
kimianya. Senyawa fenol yang mempunyai
beccariana. Terdapat perbedaan yang
gugus fungsi hidroksil yang banyak atau
cukup besar kadar flavonoid total antara
dalam kondisi bebas (aglikon) akan
biji A. microcarpa atau A. malaccensis
dihasilkan kadar total fenol yang tinggi
dengan A. beccariana. Perbedaan kadar
dan begitu juga sebaliknya (Widyawati et
flavonoid total disebabkan karena adanya
al., 2010). Terdapat perbedaan kadar
perbedaan spesies meskipun memiliki
antara kadar fenol total pada biji dengan
genus yang sama.
daun menurut beberapa literatur. Kadar
Uji antioksidan menggunakan
fenol total ekstrak metanol pada daun
metode DPPH. Hasil pengujian disajikan
gaharu jenis A. malaccensis sebesar 31,71
pada tabel III, IV, dan V.
µg/mg (Wil et al., 2014). Senyawa fenol
secara umum berbeda pada masing-masing

158
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 153-160
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Tabel III. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak biji A. microcarpa dengan IC50
ekstrak biji A. microcarpa sebesar 424,52 ppm. Senyawa fenol dan
flavonoid yang terdapat pada ekstrak biji
gaharu berkontribusi terhadap aktivitas
antioksidan. Kemampuan aktivitas
antioksidan ditentukan pada golongan
flavonoid yang terkandung dalam sampel.
Semakin banyak gugus hidroksi bebas
pada flavanoid yang dapat
Tabel IV. Hasil uji aktivitas antioksidan
menyumbangkan hidrogen maka semakin
ekstrak biji A. malaccensis
efektif sebagai antioksidan (Rahayu et al,
2013).

IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kadar fenolik total pada ekstrak etanol
biji A. microcarpa, A. malaccensis dan

Tabel V. Hasil uji aktivitas antioksidan A. beccariana berturut-turut sebesar


ekstrak biji A. beccariana 0,384 µg/mg; 0,445 µg/mg dan 0,410
µg/mg.
2. Kadar flavonoid total pada ekstrak
etanol biji A. microcarpa, A.
malaccensis dan A. beccariana
berturut-turut sebesar 10,18 µg/mg;
11,67 µg/mg; dan 4,97 µg/mg.
3. Aktivitas antioksidan berdasarkan
Inhibitory Concentration 50 (IC50)
Berdasarkan hasil penelitian pada ekstrak etanol biji A. microcarpa,
diketahui bahwa ekstrak biji A. A. malaccensis dan A. beccariana
malaccensis memiliki aktivitas antioksidan berturut-turut sebesar 424,52 ppm,
paling kuat dengan IC50 sebesar 114,17 114,17 ppm dan 193,91 ppm.
ppm, sedangkan paling lemah yaitu

159
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian , Hal: 153-160
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Ekstraksi Dan


Fraksinasi Terhadap Kemampuan
Bone, K. and Mills, S. 2013. Principles Menangkap Radikal Bebas Dpph
and Practice of Phytotherapy, (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil)
Second Edition, Churchill Ekstrak Dan Fraksi Daun Beluntas
Livingstone Elsevier, New York. (Pluchea indica Less). Seminar
Das A., S, Anisur R. M. and A. K. Ghosh. Rekayasa Kimia Dan Proses.
2010. Free Radicals and Their Wil, N.N.a.N., N.A.M. Omar, N.A.
Role in Different Clinical Ibrahim1 & S.N. Tajuddin. 2014.
Conditions. International Journal In vitro Antioxidant Activity And
of Pharma Sciences and Research Phytochemical Screening
(IJPSR). 1. (3)185-192. ofAquilaria malaccensis leaf
Elfahmi. Woerdenbag, H. Kayser, O. extracts. Journal of Chemical and
2014. Jamu: Indonesian traditional Pharmaceutical Research.
herbal medicine towards rational 6(12):688-693
phytopharmacological use, Journal Zulharmitta, D. Elrika & H. Rivai. 2010.
of Herbal Medicine, 4 (2014), 51– Penentuan Pengaruh Jenis Pelarut
73 Ekstraksi Terhadap Perolehan
Nassiri-Asl, M. and Hosseinzadeh, H. Kadar Senyawa Fenolat Dan Daya
2009. Review of the Antioksidan Dari Herba Miniran
Pharmacological Effects of Vitis (Phyllanthus niruri L.). Jurnal
vinifera (Grape) and its Bioactive Farmasi Higea. 2( 1).
Compounds. Phytother. Res. 23,
1197–1204
Pedriali, C.A. A.U. Fernandes P.A.D.
Santos M.M.D. Silva, D. Severino,
& M.B.D. Silva. 2010. Antioxidant
Activity, Cito- and Phototoxicity of
Pomegranate (Punica granatum L.)
Seed Pulp Extract. Ciênc. Tecnol.
Aliment., Campinas. 30 (4) : 1017-
1021.
Rahayu. D. S, Dewi. K, dan Enny. F,
2013. Penentuan Aktivitas
Antioksidan dari Ekstrak Etanol
Daun Ketapang (Terminalia
catappa L) dengan Metode 1,1-
Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH).
Labortorium Kimia Organik
Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Diponegoro
Rumayati1, N. Idiawati, L. Destiarti. 2014.
Uji Aktivitas Antioksidan, Total
Fenol Dan Toksisitas Dari Ekstrak
Daun Dan Batang Lakum
(Cayratia trifolia (L) Domin).
JKK.3: 30-35
Widyawati, P.S., H. Wijaya, P.S.
Harjosworo & D.Sajuthi. 2010.

160
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 161-167
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Karakteristik Fisikokimia Dispersi Padat Ofloksasin


dengan Pembawa PEG 6000 dalam
Sistem Biner dan Terner
*Prima Happy R.1, Suwaldi2, Akhmad Kharis2
1
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat
2
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
*Email : primahappy@unlam.ac.id

ABSTRAK
Ofloksasin (OFX) adalah antimikroba golongan fluorokuinolon yang memiliki
spektrum luas. Senyawa ini memiliki sifat zwitter ion yang memiliki kelarutan rendah
pada kondisi pH small intestine, sehingga memerlukan peningkaan kelarutan dan
disolusi dengan sistem dispersi padat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik fisikokimia dispersi padat ofloksasin dalam sistem biner dan terner.
Formula dispersi padat sistem terner disusun berdasarkan desain faktorial 23 dengan
komposisi pembawa polietilenglikol 6000 (PEG 6000), komposisi natrium lauril sulfat
(SLS) dan metode pembuatan (campuran fisik dan penguapan pelarut) sebagai variable
bebas (X). Efisiensi disolusi pada menit 60 sebagai variable tergantung (Y), dan
disiapkan sistem biner dengan perbandingan yang sama tanpa penambahan SLS.
Kandungan Ofloksasin dibuat konstan 100 mg.Dispersi padat Ofloksasin dengan
metode penguapan pelarut menunjukkan kelarutan dan disolusi yang lebih tinggi dari
Ofloksasin murni dan campuran fisiknya. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan laju disolusi dengan urutan sebagai berikut: OFX-PEG 6000-SLS > OFX-
PEG 6000.
Kata Kunci : Ofloksasin (OFX), PEG 6000, dispersi padat, sistem biner dan terner,
disolusi

ABSTRACT
Ofloxacin is a synthetic fluoroquinolone broad spectrum antimicrobial agent. These
compounds are zwitter ion which has a low solubility at the pH conditions in the small
intestine, thus requiring an increase in solubility and dissolution of solid dispersion
systems. This study aims to determine the physicochemical characteristics of the solid
dispersion of Ofloxacin in binary and ternary systems. Ternary solid dispersion systems
were prepared using 23 factorial design with the amount of hydrophilic carriers PEG 6000,
the amount of sodium lauryl sulfate (SLS), and method of preparations (physical mixture
and solvent evaporation) as independent variables (X). Dissolution efficiency in 60 minute
(DE60) was chosen as dependent variables (Y) and binary systems were prepared by the
same comparison without SLS. The amount of Ofloxacin (100 mg) constant. Ofloxacin
solid dispersions with solvent evaporation showed higher solubility and dissolution than
pure Ofloxacin and their physical mixtures. The general trend indicated that there was an
increase in dissolution rate for solid dispersions prepared in following order : OFX-
PEG6000-SLS > OFX-PEG6000.
Keywords : Ofloxacin (OFX), PEG 6000, Solid dispersion, biner and terner systems,
dissolution

161
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 161-167
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

I. PENDAHULUAN yang dipilih sebagai komponen ketiga dalam


Senyawa ofloksasin (OFX) bertindak sistem terner adalah Natrium Lauril Sulfat
sebagai zwitter ion atau senyawa yang bersifat (SLS) karena memiliki aksi solubilisasi yang
amfoter, memiliki gugus fungsi yang bersifat baik untuk beberapa obat (Serajuddin, 1999;
asam dan bersifat basa sekaligus. Pada pH Yuli, 2003).
netral zwitter-ion akan bermuatan positif
(kation) maupun bermuatan negatif (anion). II. BAHAN DAN METODE
Kelarutan di dalam air senyawa yang bersifat A. Alat dan Bahan
zwitter ion akan minimal pada titik iso Alat-alat yang digunakan adalah
elektrik, sehingga tidak menguntungkan bagi
timbangan analitik, pH meter, seperangkat
kebanyakan senyawa dengan pemberian
alat uji disolusi, Stirer, Ultrasonikator,
peroral absorpsi terjadi pada pH fisiologis
Spektrofotometri UV/Visible (Hitachi).
(Lipinski, 2007). Ofloksasin bersifat zwitter
Bahan-bahan yang digunakan adalah
ion pada kondisi pH small intestine yang
Ofloksasin (PT. Nufarindo), Natrium lauril
merupakan tempat utama terjadinya proses
absorpsi karena memiliki permukaan yang sulfat (Brataco), Polietilenglikol 6000
lebih luas dan membran yang lebih permeabel (Brataco). Bahan dalam pharmaceutical
dibandingkan bagian lainnya. grade. Etanol dalam derajat pro analisis.
Dalam rangka meningkatkan kelarutan
dan disolusi dari senyawa OFX, maka B. Desain Faktorial
kombinasi baru meliputi OFX, polimer larut Sistem terner dispersi padat OFX
air, dan surfaktan akan diteliti. Dalam hal ini,
dipersiapkan menggunakan desain
penambahan surfaktan dapat meningkatkan
faktorial 23 (3 faktor dan 2 level), dimana
kecepatan disolusi obat yang sukar larut dalam
faktor yang dioptimasi adalah :

air (Wulff dkk., 1996). Beberapa variasi jenis
X1 : jumlah pembawa larut air PEG 6000
dan komposisi pembawa dikembangkan untuk
meningkatkan kelarutan dan disolusi yang (250-350mg)

rendah. Pemilihan polimer dan surfaktan X2 : jumlah surfaktan SLS (25-75mg)
didasarkan atas kemampuan pembawa untuk X3 : metode pembuatan dispersi padat
melarutkan obat dalam keadaan padat dan (pencampuran fisik-penguapan pelarut)
kemampuan meningkatkan kelarutan dan Sistem biner dispersi padat dipersiapkan
disolusi obat.
tanpa penambahan surfaktan (sebagai
Oleh karena itu, PEG 6000 digunakan
perbandingan). Rancangan formula terlihat
sebagai polimer yang larut air karena memiliki
pada tabel I.
kemampuan dalam mendispersikan senyawa
obat secara molekular. Sedangkan surfaktan

162
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 161-167
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Tabel I. Formula Dispersi Padat OFX dapar fosfat pH 7,4. Larutan standar
PF (pencampuran fisik ; PP (penguapan pelarut)
ditentukan panjang gelombang maksimum
Kode Nilai Sebenarnya (mg)
For Obat antara 200-400 nm. Kemudian dibuat
mula (mg) PEG 6000 SLS Metode
variasi larutan kerja dengan rentang
Formula Terner
P9 100 250 25 PF konsentrasi 2 μg/ml sampai 10 μg/ml dan
P10 100 250 75 PF
P11 100 350 25 PF diukur absorbansinya pada panjang
P12 100 350 75 PF gelombang maksimum 288 nm dengan
S9 100 250 25 PP
S10 100 250 75 PP blangko dapar fosfat pH 7,4.
S11 100 350 25 PP
S12 100 350 75 PP
Formula Biner E. Disolusi in vitro
S7 100 250 - PP
S8 100 350 - PP Disolusi formula diselidiki
P7 100 250 - PF berdasarkan USP 30, menggunakan
P8 100 350 - PF
metode keranjang dengan kecepatan 100
C. Pembuatan Dispersi Padat OFX rpm dan pengujian dilakukan dengan
a. Metode campuran fisik : Sejumlah replikasi 3 kali. Sebanyak 100 mg sampel
OFX dan pembawa dimasukkan dalam dimasukkan dalam kapsul, kemudian
mortir. Campuran dibuat dengan dimasukkan ke dalam keranjang disolusi.
triturasi sederhana dalam mortir Pada setiap selang waktu tertentu, diambil
proselen, kemudian di ayak dengan sampel sebanyak 5 ml yang kemudian
ayakan mesh no.44 dan disimpan dalam digantikan dengan medium dan volume
desikator hingga studi selanjutnya. yang sama. Sampel dianalisis dengan
b. Metode penguapan pelarut : Sejumlah spektrofotometri UV-Vis pada panjang
OFX dan pembawa dilarutkan dalam gelombang maksimum 288 nm. Medium
pelarut tertentu dengan bantuan stirer. disolusi yang digunakan berupa dapar
Pelarut diuapkan pada suhu 45°C fosfat pH 7,4 sebagai simulated gastric
sampai tercapai berat konstan. Massa juice sebanyak 900 ml dengan temperatur
ini diserbuk dan diayak dengan ayakan yang dipertahankan yaitu 37±0.5°C.
mesh no.44 dan disimpan dalam
desikator hingga studi selanjutnya.
F. Pengujian Kelarutan
OFX murni dan formula dispersi
D. Pembuatan Kurva Baku OFX
padat dengan jumlah berlebih (±50 mg)
Larutan standar dipersiapkan dengan
dimasukkan pada vial tertutup yang berisi
melarutkan 1,0 mg OFX dalam 100 ml

163
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 161-167
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

5 ml dapar fosfat pH 7,4 dengan suhu 37 dengan nilai simpangan baku < 5%.
±0,5°C, kemudian diletakkan pada shaking
thermostatic waterbath selama 3 jam. C. Uji Disolusi
Sampel disaring dengan membran filter Persen obat terdisolusi OFX murni
0,45μm dan dianalisis dengan dan hasil dispersinya terlihat pada gambar
spektrofotometri UV panjang gelombang 2, dimana terjadi peningkatan jumlah obat
288 nm. terdisolusi dengan adanya pembawa
PEG6000. Pada sistem terner, penambahan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN surfaktan SLS memberikan peningkatan
A. Kurva Baku OFX disolusi yang semakin besar, dan metode
Penentuan panjang gelombang penguapan pelarut memberikan hasil yang
maksimum ofloksasin didapatkan dengan lebih maksimal dibanding pencampuran
menggunakan larutan standar 10 μg/ml fisik. Campuran terner menggunakan
ofloksasin dalam dapar fosfat pH 7,4 yang pembawa PEG6000-SLS menghasilkan
diukur panjang gelombangnya pada 200- persen obat terdisolusi yang jauh lebih
400 nm sehingga didapatkan panjang besar yaitu 102,249% (S10).
gelombang maksimum 288 nm. Persamaan
kurva baku didapatkan y=0,0675x +
0,0003 dengan nilai R2=0,999, kurva baku
diperlihatkan pada gambar 1.

Gambar 2. Profil disolusi ofloksasin

Kinetika disolusi obat dapat


ditentukan dengan menemukan fitting
Gambar 1. Kurva baku OFX dalam dapar fosfat pH 7,4 terbaik dari data pelepasan obat secara
berturut-turut ke dalam plot persamaan
B. Uji Keseragaman Kandungan
orde nol, orde satu, dan Higuchi (Mouzan
Keseragaman kandungan formula
dkk.,2011). Koefisien korelasi (R2) dari
dispersi padat menunjukkan bahwa
plot jumlah obat terlarut (%) sebagai
kandungan ofloksasin berkisar 96-99 %,

164
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 161-167
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

fungsi waktu dan koefisien korelasi (R2) yang sukar larut dalam air (Wulff dkk.,
dari plot jumlah obat terlarut (%) sebagai 1996), dimana Natrium Lauril Sulfat
fungsi akar waktu semua lebih besar dari (SLS) digunakan sebagai komponen ketiga
harga r tabel, maka pelepasan ofloksasin dalam sistem terner karena memiliki aksi
dari pembawa dikontrol oleh kedua solubilisasi yang baik untuk beberapa obat
mekanisme yaitu difusi dan erosi. (Yuli, 2003; Serajuddin, 1999).
Mekanisme difusi lebih dominan karena
harga koefisien korelasi dari plot akar D. Desain Faktorial Dispersi Padat OFX
waktu vs % terlarut lebih besar daripada Rancangan prediksi formulasi pada
harga koefisien korelasi dari plot waktu vs pengujian in-vitro yang diperoleh adalah
% terlarut. sebagai berikut :
Parameter DE60 (Dissolution a. Metode pencampuran fisik

Efficiency pada menit ke 60) digunakan DE60 = -33,14 + (0,10*PEG6000) +
untuk melihat profil disolusi yang (1,31*SLS) - (2,59 10-3*PEG6000*SLS)
sesungguhnya. Data DE60 diperoleh dari b. Metode penguapan pelarut
pengukuran luas daerah dibawah kurva DE60 = -60,84 + (0,26*PEG6000) +
(AUC) pada masing-masing waktu hingga (1,95*SLS) - (4,04 10-3*PEG6000*SLS)
60 menit. Hasil rerata DE60 menunjukkan Terlihat dari persamaan penambahan
formula S10 dengan pembawa PEG6000 pembawa PEG6000 memiliki efek positif
sebesar 74,50%. Metode penguapan begitu juga surfaktan SLS yang memiliki
pelarut menghasilkan rata-rata obat efek positif terhadap peningkatan DE60,
terdisolusi yang jauh lebih besar karena dan secara tunggal peningkatan dengan
sistem ini menghasilkan dispersi obat yang surfaktan jauh lebih besar dibanding
lebih merata, sehingga terbentuk kompleks pembawa. Interaksi pembawa dengan
molekuler yang lebih baik dibanding surfaktan menghasilkan efek negatif,
metode pencampuran fisik. sebagaimana terlihat dari hasil percobaan
Secara keseluruhan dari penelitian peningkatan jumlah pembawa dan
ini dapat dilihat campuran terner dengan surfaktan yang berlebihan akan
penambahan surfaktan SLS lebih potensial menurunkan kembali persen obat
untuk mengantarkan OFX dan dihasilkan terdisolusi. Uji Anova terhadap efek dari
peningkatan disolusi yang signifikan. faktor dan interaksinya memberikan hasil
Penambahan surfaktan dapat yang signifikan, ini berarti pelepasan
meningkatkan kecepatan disolusi obat ofloksasin dari sediaan dispersi padat

165
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 161-167
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

tergantung pada kedua faktor dan interaksi Data kelarutan menunjukkan bahwa
dari faktor-faktor tersebut. kelarutan maksimal tercapai pada sistem
terner yaitu kombinasi pembawa larut air
E. Uji Kelarutan OFX (PEG 6000) dengan surfaktan (SLS) yang
Waktu kesetimbangan adalah waktu diformulasikan dengan metode penguapan
yang diperlukan oleh suatu zat untuk pelarut, dengan kelarutan sebesar 7,739 ±
mencapai keadaan jenuhnya, dimana hasil 0,067 mg/ml. Hal ini disebabkan karena
penelitian menunjukkan pada jam ke 3 kombinasi terner memberikan kontribusi
kelarutan obat mengalami penurunan, dalam meningkatkan keterbasahan dari
maka disimpulkan pada jam tersebut partikel obat dan adanya mekanisme
waktu kesetimbangan kelarutan telah solubilisasi deri pembawa larut air dan
tercapai. surfaktan.
Ofloksasin murni menunjukkan
kelarutan 2,879 ± 0,041 mg/ml. Seluruh IV. KESIMPULAN
sampel dispersi padat ofloksasin 1. Dispersi padat ofloksasin sistem terner
menunjukan peningkatan kelarutan menghasilkan peningkatan disolusi
dibandingkan senyawa murninya (gambar dan kelarutan yang lebih tinggi secara
3), dimana metode penguapan pelarut signifikan dibandingkan campuran
dispersi padat ofloksasin sistem biner dan biner, terlihat pada formula S10
terner menunjukkan kelarutan yang lebih (OFX-PEG6000-SLS).
tinggi dibandingkan senyawa murni dan 2. Sistem dispersi padat dengan metode
pencampuran fisiknya. penguapan pelarut meningkatkan
kelarutan secara signifikan
8 7,556 dibandingkan ofloksasin murni dan
7 6,215
Kelarutan (mg/mL)

5,731 campuran fisiknya.


6 5,057
5
4 2,879 UCAPAN TERIMA KASIH
3
2 Ucapan terimakasih kepada PT. Nufarindo
1
atas bantuan bahan ofloksasin dan kepada
0
P7 S7 P10 S10 Prof. Dr. Suwaldi, M.Sc., Apt. Dan Prof.
OFX BINER TERNER Dr. Akhmad Kharis N., M.Si., Apt. atas
Gambar 3. Kelarutan OFX sistem biner dan terner bimbingannya sehingga penelitian ini
pada suhu 37±0,5°C
berjalan dengan baik.

166
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 161-167
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

DAFTAR PUSTAKA and Rat Intestines, J.Control.Rel.,


90:37- 48
Alkhamis, KA., Allaboun, H., Al-Momani,
W.Y., 2003, Study of the
Solubilization of Gliclazide by
Aqueous Micellar Solutions,
J.Pharm.Sci, 92:839
Chiou, W.L., Riegelman, S., 1971,
Pharmaceutical Applications of
Solid Dispersion System,
J.Pharm.Sci., 60:1165-1175
Garad, S.D. 2004, How to Improve the
Bioavailability of Poorly Soluble
Drugs, Am.Pharm.Rev, 7:80-85 cit.
Essa E.A. dan Balata G.F. 2012,
Preparation and characterization of
domperidone solid dispersions, J.
Pharm. Sci, 25(4):783- 791
Leuner, C. and Dressman, J., 2000,
Improving drug solubility for oral
delivery using solid dispersion, Eur.
J. Pharm. Biopharm., 50, 47-60.
Lipinski, C. 2007, Drug Solubility in
Water and Dimethylsulfoxide, in
Molecular Drug Properties -
Measurement and Prediction (ed R.
Mannhold), Wiley- VCH Verlag
GmbH & Co. KGaA, Weinheim,
Germany, 258-259
Serajuddin, A.T.M., 1999, Solid
Dispersion of Poor Water Soluble
Drugs : Early Promises, Subsequent
Problems, and Recent
Breakthroughs, J.Pharm.Sci., 88:
1058-1066
Shargel, L, dan Yu, A., 1999, Applied
Biopharmaceutics and Pharmaco-
kinetics, 4th Ed., Appleton & Lange.
Wulff, M., M. Alden and Craig, D.Q.M.,
1996, An Investigations into the
Critical Surfactant Concentration for
Solid Solubility of Hydrophobic
Drug in Different Polyethylene
glycols, Int. J. Pharm. 142, 189-198.
Yuli, L.O., 2003, Relationships between
the Hydrophilic-Lipophilic Balance
Values of Pharmaceutical Excipients
and Their Multidrug Resistance
Modulating Effect in CaCo-2 Cells

167
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 168-175
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Prevalensi Potensi Interaksi Obat Pada Pasien


Stroke Yang Dirawat Di Sebuah Rumah Sakit
Di Kota Tasikmalaya
Ajeng Nilla Anindi, *Ilham Alifiar

Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada
*Email : ilhamalifiar@gmail.com

Abstrak
Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang menyebabkan kerusakan
neurologis sehingga meningkatkan angka kecacatan yang akan menurunkan kualitas
hidup pasien. Pemberian terapi yang aman dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
stroke. Keamanan suatu pengobatan dapat dilihat dari potensi interaksi pada obat
yang diberikan. Interaksi obat terjadi ketika efek dari satu obat dirubah karena
adanya obat lain, jamu, makanan, minuman atau bahan kimia. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat prevalensi potensi interaksi pada pasien stroke yang dirawat
di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya periode April–Mei 2016. Penelitian ini
meupakan penelitin cross-sectional dengan pengambilan data secara prospektif, data
pasien didapatkan dari ruang inap penyakit saraf, kemudian dilakukan pencatatan
status pasien dari buku rekamedik pasien, kekurangan rekamedik dilengkapi dengan
melihat catatan perawat, melihat kondisi pasien langsung dan wawancara pasien atau
keluarga pasien. Data berikut dilakukan analisis statistik. Data yang dihasilkan pada
102 pasien menunjukkan adanya potensi interaksi obat dengan obat yaitu sebanyak 31
pasien (30,39%) mengalami potensi interaksi obat. Penelitian ini mennunjukkan
bahwa penggunaan obat pada pasien stroke yang di rawat di RSUD dr.Soekardjo Kota
Tasikmalaya aman namun terdapat beberapa obat yang membutuhkan monitoring .
Kata kunci: Stroke, potensial interaksi obat, neuroprotektor, antiplatelet, antihipertensi

Abstract
Stroke is a cerebrovascular disease that causes neurological damage that increased
the number of defects that would degrade the quality of life of patients. Provision of safe
therapy can improve quality of life for stroke patients. The security of a treatment can be
seen from the potential interaction of the drug administered. Drug interactions occur when
the effect of the drug was changed for their other drugs, herbs, food, drinks or chemicals.
This study aims to determine the appropriate medicine use, safe and effective in stroke
patient treated in dr. Soekardjo Tasikmalaya Hospital period from April to May 2016. This
study is a cross-sectional accounted for prospectively collecting data, patient data obtained
from nerve room, then recording of the patient's status from the medical record, lack of
data on medical record taking data from nurse’s book of patient, seeing the condition of
the patient and the patient or the patient's family interview. The data generated in 102
patients suggest the potential for drug interactions with medications that as many as 31
patients (30,39%) had the potential for drug interactions with various levels of
significance. The use of drugs in stroke patients were treated in dr.Soekardjo
Tasikmalaya Hospital safe, but it needs to be monitoring of some drugs that have the
potential interaction.
Keywords: Stroke, potential drug interactions, neuroprotective, antiplatelet,
antihypertensive.

168
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 168-175
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN


Stroke telah menjadi penyebab kematian A. Jenis Penelitian
utama di hampir semua rumah sakit di Penelitian ini merupakan penelitian
Indonesia, yakni 14,5 %. Menurut hasil observasional deskriptif dengan metode
riset kesehatan dasar (Riskesdas) pengambilan data secara prosfektif dengan
Kemenkes RI tahun 2013 menunjukkan desain studi cross sectional.
telah terjadi peningkatan prevalensi stroke
di Indonesia dari 8,3 per mil (tahun 2007) B. Populasi Dan Sampel
menjadi 12,1 per mil (tahun 2013). Selain Populasi penelitian ini adalah
itu, sebagian dari pasien yang mengalami seluruh pasien stroke yang dirawat di
stroke akan berakhir dengan kecacatan. RSUD dr. Soekrdjo Kota Tasikmalaya
Berdasarkan beberapa penelitian periode April-Mei 2016.
didapatkan tingkat kecacatan stroke Sampel penelitian ini adalah pasien
mencapai 65% (Anonim, 2013). stroke yang dirawat di RSUD dr. Soekrdjo
Kualitas hidup pasien stroke dapat Kota Tasikmalaya periode April-Mei 2016
meningkat dengan memberikan terapi yang menyetujui informed consent.
dengan tujuan untuk mengurangi
kerusakan neurologi dan mengurangi C. Instrument
mortalitas dan disabilitas jangka panjang, Informed consent, lembar data
mencegah komplikasi sekunder pasien berupa data wawancara dan data
immobilitas dan disfungsi neurologi, hasil laboratorium pasien.
mencegah kekambuhan stroke (Ikawati,
2011). D. Prosedur Kerja
Terapi yang diberikan harus terjamin Pencatatan pasien stroke yang
kualitasnya yaitu melihat keamanan suatu dirawat di ruang 5 RSUD dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya, melakukan wawancara
pengobatan (Siregar, 2005). Penggunaan
untuk data yang tidak tercantumkan dalam
obat dikatakan aman dapat dilihat dari data rekamedik, melengkapi data pasien
kejadian potensi interaksi pada obat- setelah pasien selesai dirawat.

obatan yang diberikan. E. Analisis Data


Data diolah dengan menggunakan
Analisis Chi-square, dilanjutkan dengan
Analisis Odds Ratio.

169
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 168-175
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada hasil kajian demografi


Pada penelitian ini pasien yang menunjukkan bahwa proporsi kejadian
memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak stroke lebih banyak dialami oleh laki-laki,
102 pasien. Gambaran dari karakteristik dan rentang usia 0-60 tepatnya usia 58-67
pasien dalam penelitian ini dapat dilihat tahun dengan pendidikan terakhir SD.
pada Tabel I.

Tabel I. Hasil I
Karakteristik Keterangan Jenis Stroke Total
Pasien Stroke Stroke
Hemoragik Iskemik
Jenis Kelamin Laki-laki 13 (38,2%) 39 (57,4%) 52 (51,0%)
Perempuan 21 (61,8%) 29 (42,6%) 50 (49,0%)
Usia 0-60 tahun 22 (64,7%) 36 (52,9%) 58 (56,9%)
>60 tahun 12 (35,3%) 32 (47,1%) 44 (43,1%)
Tingkat SD 26 (76,5%) 38 (55,9%) 64 (62,7%)
Pendidikan SLTP 5 (14,7%) 11 (16,2%) 16 (15,7%)
SLTA 3 (8,8%) 10 (14,7%) 13 (12,7%)
Perguruan Tinggi 0 (0,0%) 9 (13,2%) 9 (8,8%)

Tabel II. Hasil II


Jenis Stroke Total
Karakteristik Pasien Stroke Stroke
Hemoragik Iskemik
Hipertensi 6 (17,6%) 8 (11,8%) 14 (13,7%)
Diabetes 0 (0.0%) 2 (2,9%) 2 (2,0%)
Stroke 1 (2,9%) 5 (7,4%) 6 (5,9%)
Jantung 0 (0.0%) 1 (1,5%) 1 (1,0%)
Komplikasi 0 (0,0%) 3 (4,4%) 3 (2,9%)
Penyakit Lainnya 2 (5,9%) 5 (7,4%) 7 (6,9%)
Tidak Ada Riwayat Penyakit 25 (73,5%) 44 (64,7%) 69 (67,6%)

Tabel III. Hasil III


Jenis Total
Stroke
Karakteristik Pasien
Stroke Stroke
Hemoragik Iskemik
Hipertensi 19 (55,9%) 20 (29,4%) 39 (38,2)
Stroke 0 (0,0%) 5 (7,4%) 5 (4,9%)
Kolesterol 0(0,0%) 2 (2,9%) 2 ((2,0%)
Jantung 0 (0,0%) 3 (4,4%) 3 (2,9%)
Komplikasi 6 (17,6%) 23 (33,8%) 29 (28,4%)
Penyakit Lainnya 7 (20,6%) 10 (14,7%) 17 (16,7%)
Tidak Ada Riwayat Penyakit 2 (5,9%) 5(7,4%) 7 (6,9%)

170
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 168-175
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Hipertensi merupakan riwayat dan minum teh yang disajikan pada Tabel
penyakit keluarga terbanyak. Selain itu IV. Kebiasaan minum kopi merupakan
hipertensi pun merupakan riwayat kebiasaan terbanyak yaitu 53,9%. Pada
penyakit pasien terbanyak. Hal tersebut penelitian Martiani (2012) menyatakan
disebabkan karena hipertensi kronis dapat bahwa kebiasaan minum kopi
menyebabkan terjadinya disfungsi meningkatkan resiko kejadian hipertensi,
endothelial dari pembuluh darah, namun tergantung dari frekuensi konsumsi
akibatnya akan terjadi vasokonstriksi, harian. Tekanan darah akan
poliferasi sel-sel otot polos pembuluh mempengaruhi aliran darah ke otak. Jika
darah, agregasi trombosit, adhesi leukosit, aliran darah ke otak menurun atau
dan peningkatan permeabilitas untuk meningkat akan menyebabkan
makromolekuler. Kondisi ini akan pengangkutan oksigen ke otak secara pasif
mempercepat terjadinya aterosklerosis mengikuti perubahan tekanan perfusi otak
yang menyebabkan terjadinya stroke (Wibowo et.al, 2001). Adapun profil
iskemik (Budiarto, 2002). penggunaan obat pada pasien strok yang
Pasien stroke yang dirawat di ruang dirawat di ruang 5 disajikan pada Tabel V.
5 RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya
memiliki kebiasaan merokok, minum kopi

Tabel IV. Hasil IV


Jenis Stroke Total
Karakteristik Pasien Stroke Stroke
Hemoragik Iskemik
Penggunaan Rokok 15 (44,1%) 29 (42,6%) 44 (43,1%)
Peminum Kopi 15(44,1%) 40 (58,8%) 55 (53,9%)
Peminum The 17 (50,0%) 33 (48,5%) 50 (49,0%)
Penggunaa Obat Bebas 34 (64,7%) 34 (50,0%) 56 (54,9%)
Penggunaan Obat Herbal/Tradisional 15 (44,1%) 36 (52,9%) 51 (50,0%)

Tabel V. Hasil V Antibiotik 31 23


Stroke Stroke NSAIDs 16 7
Golongan Obat Iskemik Hemoragik Antikonvulsi 6 3
Antiplatelet 30 2 Antiemetik 6 8
Antihipertensi 38 12 Antidisritmik 2 0
Antihiperlipidemia 3 0 Antiangina 1 0
Diuretik 23 24 Antidiabetik 3 0
Antifibrinolitik 4 10 Neurotropik 15 4
Neuroprotektor 66 34
Antihiperasiditas 58 31

171
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 168-175
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Pada penelitian ini, analisis terdapat beberapa obat yang berinteraksi


kuantitatif dan kualitatif hanya dilakukan dengan golongan obat neuroprotektor,
terhadap 3 golongan obat yaitu golongan antihipertensi dan antiplatelet. Data pasien
obat neuroprotektor, antihipertensi dan yang memiliki potensi interaksi obat
antiplatelet. dengan obat disajikan pada Tabel 6.
Pada tabel profil penggunaan obat,
pasien stroke yang dirawat di ruang 5
RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya

Tabel VI. Hasil VI


Potensi Interaksi Nilai OR (Odds Ratio)
Jenis Stroke
Ada Tidak
Stroke 4 (11,8%) 30 (88.2%) OR = 4,939
Hemoragik Confidence Interval =
Stroke Iskemik 27 (39,7%) 41 (60,3%) 1,563-15,611
Total 31 (30,4%) 71 (69.6%)

Gambar 1. Hasil I

Hasil Odds Ratio menunjukkan signifikan pada pemberian dosis oral


bahwa pasien stroke iskemik 4 kali tunggal valsartan 160 mg dan amlodipin 5
lipatnya mengalami potensi interaksi dari mg yang dikombinasikan, walaupun
pasien stroke hemoragiik. Adapun obat- farmakokinetik valsartan menunjukkan
obatan yang memiliki potensi interaksi terjadinya variasi antara subjek penelitian
disajikan pada Tabel 16. (Baxter, 2010). Menurut Karpov et.al
Penggunaan amlodipin dan (2012) bahwa penggunaan single pil
valsartan tidak berinteraksi secara kombinasi amlodipin-valsartan merupakan
signifikan. Pada penelitian yang dilakukan penggunaan yang aman dan efektif dalam
terhadap 12 subjek sehat menunjukkan menurunkan tekanan darah.
tidak adanya efek yang diubah secara

172
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 168-175
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Tabel VII. Hasil VII

Jenis Obat Level Signifikansi Jumlah


Pasien
Amlodipin-Valsartan Tidak signifikan 9
Amlodipin-Klopidogrel Tidak signifikan 2
Aspirin-Sukralfat Tidak signifikan 1
(Baxter, 2010)

Jenis Obat Level Signifikansi Jumlah


Pasien
Amlodipin-Karbamazepim Signifikan, lakukan monitoring 1
Aspirin-Klopidogrel Signifikan, lakukan monitoring 12
Klopidogrel-Statin Resiko C 3
Klopidogrel-Omeprazol Serius, gunakan alternative 1
(Lacy, et.al., 2008)

Jenis Obat Level Signifikansi Jumlah


Pasien
Aspirin-Furosemid Signifikansi 3 1
Aspirin-Ketorolak Signifikansi 1 2
Kaptopril-Furosemid Signifikansi 2 2
Kaptopril-Aspirin Signifikansi 2 3
(Zucchero et.al., 2002)

Amlodipin dengan klopidogrel furosemid dapat meningkatkan resiko


menyebabkan efek terapi klopidogrel gagal ginjal akut dan toksisitas salisilat.
menurun, amlodipin dengan carbamazepin Ketorolak berinteraksi dengan Aspirin
menyebabkan peningkatan metabolism yaitu dapat meningkatkan reaksi efek
amlodipin dan penurunan metabolisme samping dari ketorolak. Pemberian
carbamazepin (Lacy, 2008). ketorolak bersama dengan aspirin dapat
Aspirin dapat mengurangi efek meningkatkan resiko serius yang
diuretik dari furosemid dan venodilatasi berhubungan dengan efek samping
furosemid dengan mekanisme yang terjadi ketorolak (Lacy, 2008).
akibat efek asprin berlawanan dengan efek Potensi interaksi terjadi antara
diuretik furosemide. Kerja aspirin aspirin dengan ranitidin yaitu efek aspirin
menghambat sintesis dari prostaglandin, sebagai antiplatelet menurun, studi klinis
sedangkan prostaglandin tersebut membuktikan bahwa farmakokinetik pada
diperlukan dalam proses natriuresis dan single dose 1g aspirin tidak mengalami
eksresi dari natrium dan air (Syamsudin, perubahan yang besar pada 6 orang sehat
2013). Selain itu, kombinasi aspirin dan yang diberikan ranitidin 150mg 2 kali
pemberian dalam 1 minggu, namun pada

173
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 168-175
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

studi klinis yang dilakukan terhadap 10 pasien dengan hipertensi,aspirin 75 mg


orang sehat yang diberikan ranitidin sehari tidak mengubah efek antihipertensi
ditemukan adanya penurunan efek dari kaptopril 25 mg dua kali sehari.
antiplatelet dari aspirin, selain penurunan Pemberian kaptopril ataupun
efek antiplatelet, diikuti pula dengan ramipril yang dikombinasikan dengan
penurunan kadar salisilat dalam darah furosemid dapat meningkatkan resiko
akibat adanya perubahan pada fase terjadinya hipotensi pada awal penggunaan
absorpsi (Lev et.al. 2007). kombinasi obat ini. Kejadian ini
Pemakaian aspirin dengan diakbatkan karena hilangnya natrium dan
klopidogrel secara bersamaan dapat cairan dari dalam tubuh secara mendadak
meningkatan resiko perdarahan, namun akibat efek diuretik dari furosemid
penggunaan kombinasi aspirin dan meningkat, sehingga disarankan dosis
klopidogrel dapat bermanfaat furosemid tidak lebih dari 80mg dalam
(Baxter,2010). sehari dan dosis kaptopril diberikan dari
Aspirin dapat dihambat fase dosis terkecil (Syamsudin, 2013).
absorpsinya dengan adanya sukralfat, Klopidogrel berinteraksi dengan
dalam Baxter (2010) studi klinis atorvastatin yaitu dengan mengambat
membuktikan bahwa 1g sukralfat 4x sehari aktivasi klopidogrel yang dimetabolisme
selama 2 hari tidak menurunkan fase oleh enzim CYP3A4 (Clarke, 2003).
absorpsi asprin pada single dose 650mg. Menurut Baxter (2010) bahwa omeprazol
Kombinasi kaptopril-aspirin dilaporkan akan menghambat metabolisme
dapat menyebabkan gagal ginjal (Baxter, klopidogrel, karena omeprazole dan
2010). Bukti klinis dalam Baxter (2010) klopidogrel merupakan prodrug yang
ditunjukkan pada penelitian terhadap 8 harus diaktifkan di hati oleh enzim
pasien dengan hipertensi esensial, CYP2C19, sehingga efek antiplatelet
mendapatkan aspirin 600mg setiap 6 jam klopidogrel akan terhambat. Studi yang
untuk 5 dosis dan dosis kaptopril 25 dilakukan oleh Kurniawan dan
sampai 100 mg tidak mengubah efek Simadibrata (2013) menunjukkan bahwa
kaptopril secara signifikan. Walaupun, tidak ada peningkatan kejadian
efek prostaglandin untuk kaptopril kardiovaskular secara bermakna pada
dihambat dan efek penurunan tekanan pasien yang mendapatkan PPI dan
darah lemah pada 4 orang pasien dari 8 klopidogrel, dibandingkan dengan
orang pasien. Dalam studi lain, pada 15 kelompok kontrol. Walaupun masih

174
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 168-175
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

bersifat kontroversial, konsensus ahli Hypertension [abstract ]. 29: 134-


147.
terkini merekomendasikan pemberian PPI
Kurniawan, I. dan Simadibrata, M. 2013.
pada pasien yang mendapatkan Potential Interaction Between Proton
Pump Inhibitor And Clopidogrel.
klopidogrel, khususnya pasien dengan
Med J Indones, 22 (01).
risiko tinggi. Lacy C.F., Armstrong L.L., Goldman
M.P., Lance L.L. 2008-2009. Drug
Information Handbook. 17th
IV. KESIMPULAN edition.America: American
Pharmacists Association.
Pola pengobatan pada pasien stroke
Lev EI, Ramabadran RS, Guthikonda S,
yang dirawat di ruang 5 RSUD dr. Patel R, Kleiman A, Granada JF,
DeLao T, Kleiman NS. 2007.
Soekardjo Kota Tasikmalaya aman namun
Effect Of Ranitidine On The
terdapat beberapa obat perlu dilakukan Antiplatelet Effects Of Aspirin In
Healthy Human Subjects. Am
monitoring pemberiannya.
JCardiol, 99. 124–8.
Martiani, A. 2012. Faktor Risiko
Hipertensi Ditinjau Dari Kebiasaan
DAFTAR PUSTAKA
Minum Kopi. [Artikel Penelitian].
Anonim. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Semarang: Universitas Diponegoro.
Badan Peneliti Dan Pengembangan Syamsudin. 2013. Interaksi Obat Konsep
Kesehatan kementrian kesehatan RI. Dasar dan Klinis. Jakarta:
Baxter, K. 2010. Stockley’s Drug Universitas Indonesia.
Interaction 9th edition. London: Wibowo, S. dan Gofir, A. 2001.
Pharmacetical Press. Farmakoterapi Dalam Neurologi.
Budiarto, G. 2002. Stroke and Jakarta: Salemba Medika.
Hypertension. Dalam: pendidikan Zucchero, F.J., Hogan, M.J., Sommer,
dokter berkelanjutan, Update on C.D. 2002. Evaluation Of Drug
Neurology. Surabaya: Bagian Ilmu Interactions 4th edition.
Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Washington: American
Universitas Airlangga. Pharmaceutical Association.
Clarke TA, Waskell LA. 2003. The
Metabolism Of Clopidogrel Is
Catalyzed By Human Cytochrome
P450 3A And Is Inhibited By
Atorvastatin. Drug Metab Dispos
31, 53–9.
Ikawati Z. 2011. Farmakoterapi Penyakit
Sistem Syaraf Pusat. Yogyakarta:
Bursa Ilmu Karangkajen.
Karpov, Y., Dongre, N.dan Vigdorchik, A.
2012. Amlodipine/Valsartan Single-
Pill Combination A Prospective,
Observational Evaluation Of The
Real-Life Safety And Effectiveness
In The Routine Treatment Of

175
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 176-182
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Gel


Ekstrak Gambir
*Lutfi Chabib1, Oktavia Indrati1, Muhammad Ikhwan Rizki2
1
Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Islam Indonesia
2
Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
*Email: lutfichabib@gmail.com

ABSTRAK
Sinar ultraviolet (UV) dari sinar matahari memiliki efek oksidatif radikal bebas yang
dapat menyebabkan inflamasi (peradangan) dan penuaan dini. Senyawa antioksidan
merupakan senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas. Gambir merupakan tumbuhan
yang mengandung katekin yang berpotensi sebagai antimutagenik, antioksidan dan
antibakteri. Sediaan gel memiliki sifat tiksotropik dan pseudoplastik serta memiliki sifat
mudah dioleskan, mudah dicuci dan tidak meninggalkan lapisan berminyak pada kulit.
Tujuan dari penelitian ini membuat formulasi sediaan gel dari ekstrak gambir dan mengetahui
kestabilan fisik dari sediaan gel ekstrak gambir. Dilakukan pembuatan ekstrak gambir dengan
maserasi. Ekstrak gambir tersebut dibuat sediaan gel dan di uji sifat fisiknya. Gel ekstrak
gambir yang dibuat kemudian diuji stabilitas fisiknya. Dilakukan identifikasi kandungan
kimia gel ekstrak gambir dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Dari hasil penelitian
didapat kesimpulan bahwa ekstrak gambir dapat dibuat sediaan gel dan memiliki kestabilan
fisik yang memenuhi persyaratan.
Kata kunci: Gambir, gel stabilitas.

ABSTRACT
Ultraviolet (UV) light from the sun have the effect of oxidative free radicals that
can cause inflammation and premature aging. Antioxidant are compounds that can
neutralize free radicals. Gambir (Uncaria gambir) is a plant that contains catechins
potential as antimutagenic, antioxidant and antibacterial. Gel has thixotropic,
pseudoplastic properties and easily applied on the skin. The purpose of this study make a
gel formulation of gambir extract and determine the physical stability. Gambir extract has
been made by maceration. Gambir extract the gel formulation and test its physical
properties. Gambir extract gel stability test was conducted. To identify the chemical
constituents gambir extract gel with Thin Layer Chromatography (TLC). From the results
of the study concluded that gambir extracts capable of forming a gel formulation to meet
the requirements of physical stability.
Keywords: Gambir, gen, stabillity.

I. PENDAHULUAN kehidupan. Sinar ultraviolet (UV) dari


Indonesia berada di daerah tropis sinar matahari memiliki efek oksidatif
yang menyebabkan kulit orang Indonesia radikal bebas yang dapat menyebabkan
selalu terpapar sinar matahari. Paparan inflamasi (peradangan) dan penuaan dini.
sinar matahari yang berlebihan Sehingga menyebabkan kulit menjadi
mempunyai banyak dampak pada kusam, berkerut, timbul flek-flek hitam

176
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 176-182
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

yang secara estetika sangat mengganggu. Oleh karena alasan-alasan tersebut,


Oleh karena itu, diperlukan suatu zat yang pada penelitian ini akan dibuat suatu
dapat menghambat radikal bebas tersebut, sediaan kosmetik perawatan kulit dengan
yaitu zat antioksidan. Senyawa memanfaatkan senyawa katekin dalam
antioksidan merupakan senyawa gambir sebagai sediaan gel antioksidan.
antiradikal bebas yang dapat menetralkan Diharapkan dengan penelitian ini,
radikal bebas reaktif menjadi bentuk tidak pemanfaatan gambir akan menjadi lebih
reaktif yang relatif stabil sehingga dapat beragam dan menambah alternatif pilihan
melindungi sel dari efek radikal bebas sediaan antioksidan dari bahan alam.
(Sofia, 2003). Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat
Gambir merupakan ekstrak kering formulasi sediaan gel dari ekstrak gambir,
dari daun dan ranting tanaman Uncaria mengetahui kestabilan fisik dari sediaan
gambir Roxb. Ekstrak gambir diketahui gel ekstrak gambir, dan mengetahui
mengandung katekin sebagai komponen kandungan ketakin pada sediaan gel dari
utama. Katekin merupakan suatu senyawa ekstrak gambir yang berfungsi sebagai
polifenol yang banyak dijumpai pada antioksidan.
tanaman tingkat tinggi, yang berpotensi
sebagai antimutagenik, antioksidan dan II. BAHAN DAN METODE
antibakteri (Arakawa et al., 2004; Miller, Bahan-bahan yang digunakan pada
1996; Nakagawa et al., 2005; Velury, penelitian ini antara lain: gambir,
2004). carbopol, triethanolamin, metil paraben,
Sediaan gel sebagai kosmetika gliserin, dikloromethana, etanol, pelarut,
perawatan kulit masih jarang ditemui dan dan tokopherol. Alat-alat yang digunakan
penggunaannya masih terbatas. Apabila pada penelitian ini antara lain: alat-alat
dibandingkan dengan krim dan lotion, gel gelas, timbangan, macerator, rotary
mempunyai kelebihan dari segi fisik. evaporator, homogenizer, viskosimeter,
Kelebihan-kelebihan sediaan gel adalah alat uji daya lekat, dan spektrofotometer.
berupa sediaan semi solid transparan atau Pada awalnya dilakukan ekstraksi
tembus cahaya yang memiliki aliran gambir dengan metode maserasi
tiksotropik dan pseudoplastik serta menggunakan etil asetat dengan
memiliki sifat mudah dioleskan, mudah perbandingan 1:5 b/v. Maserasi dilakukan
dicuci dan tidak meninggalkan lapisan selama 3 hari pada suhu kamar, dimana
berminyak pada kulit (Carter, 1975). setiap 24 jam larutan dipisahkan dengan

177
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 176-182
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

menggunakan kertas saring. Kemudian tahapan-tahapan, yaitu pengumpulan


ampasnya dimaserasi ulang selama 24 jam bahan baku, pengecilan partikel, dan
lagi dan nantinya disaring, ulangan penyerbukan. Gambir yang digunakan
dilakukan sampai 2 kali. Filtrat pertama, dalam penelitian ini diperoleh dari CV.
kedua dan ketiga digabung dan Amanah Alam Raya, Batam, Sumatera
dievaporasi menggunakan rotari Barat. Gambir yang digunakan ini
evaporator hingga diperoleh ekstrak merupakan jenis Black Cube, yang mana
kental. Selanjutnya dari ekstrak yang kandungan senyawa katekinnya paling
didapat dibuat sediaan gel dengan formula banyak dibandingkan jenis bentuk gambir
sebagai berikut: yang lain.
R/ Carbopol Pada proses penyerbukan gambir ini
Methyl paraben diperlukan proses yang tidak boleh terlalu
Triethanolamin lama, karena serbuk mudah teroksidasi,
Gliserin sehingga harus segera disimpan dalam
Ekstrak gambir tempat yang rapat agar serbuk tidak
Air berubah warna. Serbuk gambir diayak
Dilakukan uji stabilitas fisik dengan mesh 50-60. Untuk mendapatkan
sediaan gel dengan melakukan uji ekstrak kental dan serbuk kering dari
homogenitas, daya sebar, daya lekat, dan gambir dengan cara serbuk gambir yang
uji viskositas. Kandungan kimia gel telah diayak diremaserasi dengan pelarut
ektrak gambir juga diuji dengan etanol 80% selama 3 hari. Suatu ekstraksi
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis dibedakan menjadi 2 berdasarkan
(KLT). Fase diam yang digunakan yaitu perbedaan kelarutan, yaitu ekstraksi
silica GF254 dengan pengembang eluen sederhana dan ekstraksi pelarut.
dikloromethana:etanol 99% (4:1). Pemeriksaan organoleptik dilakukan
sebagai pengenalan awal terhadap ekstrak
III. HASIL DAN PEMBAHASAN maka dilakukan pemeriksaan dengan
Proses awal pembuatan serbuk menggunakan panca indera untuk
adalah tahapan pembuatan serbuk mendeskripsikan bentuk, warna, rasa dan
simplisia dengan cara pengecilan partikel bau dari ekstrak kental gambir. Hasil dari
gambir kemudian diserbuk (penyerbukan) pemeriksaan ekstrak gambir yang
dengan menggunakan grinder. Secara dihasilkan tertera dalam Tabel I berikut
umum pembuatan simplisia melalui ini.

178
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 176-182
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

maksimal sebagai antioksidan.


Tabel I. Data Hasil Uji Organoleptik Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
Ektstrak Kental Gambir
bahwa homogenitas gel ekstrak gambir
selama 4 minggu penyimpanan pada suhu
kamar tidak mengalami perubahan fisik
dalam hal homogenitasnya. Hal ini
ditandai dengan tidak mengalami
agregasi partikel. Sediaan gel ekstrak
Pada penelitian ini dilakukan uji
gambir tetap berbentuk semipadat dan
stabilitas fisik yang meliputi: uji daya
tidak pernah berbentuk cair serta tidak
sebar, daya lekat, viskositas, dan
mengalami pemisahan atau pemecahan
homogenitas. Gel ekstrak gambir setelah
kedua fase.
diuji homogenitasnya menunjukkan
Daya sebar gel mencerminkan
bahwa pada gel ekstrak gambir selama 4
kemampuan gel untuk menyebar pada
minggu penyimpanan pada suhu kamar
lokasi pemakaian dan seberapa lunaknya
tidak mengalami perubahan fisik dalam
gel apabila dioleskan pada kulit sehingga
hal homogenitasnya. Hasil penelitian uji
memberi kenyamanan pada saat
homogenitas selama 4 minggu
pemakaian. Semakin besar nilai diameter
penyimpanan dapat dilihat pada Tabel II
daya sebar menggambarkan bahwa gel
dibawah ini.
akan menyebar dengan cepat hanya
Tabel II Hasil Uji Homogenitas Gel dengan sedikit pengolesan. Gel yang baik
Ekstrak Gambir Selama 4
adalah gel yang memiliki daya sebar
Minggu Penyimpanan
paling luas sehingga kontak antara zat
aktif dengan sel penyerap kulit semakin
bagus. Hasil pengujian daya sebar dapat
dilihat pada tabel III dibawah ini.
Uji homogenitas ini adalah faktor Tabel III. Hasil Uji Daya Sebar Gel
Ekstrak Gambir Selama 4
yang penting dan merupakan salah satu Minggu Penyimpanan
ukuran dari kualitas sediaan gel. Ekstrak
gambir sebagai zat aktifnya harus
terdispersi dan tercampur secara
homogen pada medium dispers (basis)
agar dapat memberikan efeknya secara
179
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 176-182
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Semakin lama penyimpanan gel ekstrak gambir setelah dilakukan uji daya
gambir mengalami peningkatan daya lekat selama 4 minggu penyimpanan pada
sebar. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji suhu kamar maka dapat dilihat pada
dari minggu pertama hingga minggu Tabel IV dibawah ini.
keempat mengalami peningkatan daya
Tabel IV. Hasil Uji Daya Lekat (Detik)
sebar. Pengaruh lama penyimpanan
Gel Ekstrak Gambir Selama 4
terhadap daya sebar dapat disebabkan Minggu Penyimpanan
oleh wadah yang digunakan berupa
plastik, sehingga dapat terjadi peristiwa
absorbsi dari zat terlarut ke permukaan
wadah dengan cara zat terlarut dapat
Hasil penelitian ini menunjukkan
berdifusi ke dalam plastik dengan
bahwa kemampuan daya lekat gel ekstrak
bantuan pelarut atau pembawa untuk
gambir dari selama 4 minggu
diabsorbsi dan diikat ke tempat-tempat
penyimpanan pada suhu kamar
dalam plastik (Ansel, 2005), dan ini
menunjukkan bahwa daya lekat pada hari
menyebabkan zat terlarut/fase dalam
pertama yang paling tinggi dibandingkan
berkurang dalam sediaan, bila volume
dengan hari ke-2,3, dan 4, hal ini
fase dalam suatu sediaan berkurang maka
disebabkan pengaruh lama penyimpanan,
viskositas sediaan itu semakin menurun
dimana selama 4 minggu penyimpanan
(Lachman et al., 1994), oleh karena itu
pada suhu kamar daya lekat pada masing-
semakin lama penyimpanan maka fase
masing formula mengalami penurunan.
dalam sediaan tersebut semakin
Hal ini mungkin disebabkan karena
berkurang dan sediaan tersebut akan
selama penyimpanan adanya pengaruh
semakin encer, sehingga daya sebarnya
wadah dalam menyerap fase dalam/ fase
semakin luas.
terlarut sehingga sediaan akan semakin
Uji daya lekat dilakukan guna
encer dan daya lekatnya semakin singkat.
mengetahui lama waktu menempelnya
Uji viskositas yang dilakukan
gel pada permukaan kulit, dimana waktu
dengan viskotester Rion seri VT-04F ini
ini yang akan menentukan seberapa
bertujuan untuk mengetahui seberapa
banyak gel yang dapat diserap oleh sel-
kental gel yang dihasilkan. Hasil
sel penyerap pada permukaan kulit,
pengukuran viskositas (desi pascal –
sehingga dengan pengukuran daya lekat
gel dapat dilihat stabilitas fisiknya. Gel

180
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 176-182
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

seconds) gel ekstrak gambir dapat dilihat


pada tabel V berikut ini.

Tabel V. Hasil Uji Viskositas (dPa’s) Gel


Ekstrak Gambir Selama 4
Minggu Penyimpanan

Gambar 2. Hasil Uji KLT dengan


Pereaksi Semprot
Anisaldehida-Asam
Sulfat

Dari hasil uji KLT di atas dapat


dilihat bahwa tanda e merupakan ekstrak
kental gambir yang digunakan sebagai
Gambar 1. Grafik Viskositas Gel
Gambir pembanding, hRf dari e adalah 60. Untuk
membandingkan antara ekstrak kental
Dari data dan gambar grafik
dengan gel ekstrak gambir, maka gel
diatas, diketahui bahwa lamanya
ekstrak gambir terlebih dahulu dilarutkan
penyimpanan selama 4 minggu pada suhu
dengan etanol 80% sebanyak 5 ml,
kamar juga mempengaruhi viskositas dari
kemudian disaring untuk mendapatkan
gel ekstrak gambir selama 4 minggu
larutan dari gel ekstrak gambir. Untuk
penyimpanan viskositasnya menurun, hal
tanda F merupakan formula gel ekstrak
ini disebabkan karena dipengaruhi oleh
gambir, nilai hRf F1 adalah 59. Dari nilai
wadah dan sifat basis ataupun penyerapan
hRf ini menunjukkan bahwa antara
kelembaban udara sekitarnya selama
ekstrak kental dengan gel ekstrak gambir
masa penyimpanan, yang akan
pada formula memiliki profil
mengakibatkan kekentalannya berkurang,
kromatogram yang mirip. Ini berarti gel
oleh karena itu viskositasnya makin
ekstrak gambir pada formula memiliki
turun.
kandungan senyawa katekin sama seperti
pada ekstrak kental gambir.

181
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 176-182
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

IV. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian didapat
kesimpulan bahwa ekstrak gambir dapat
dibuat sediaan gel dan memiliki
kestabilan fisik yang memenuhi
persyaratan.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk


Sediaan Farmasi. ed 4. UI Press.
Jakarta.
Arakawa, H., Masako, M., Robuyusi, S.,
Gambar 3. Hasil Uji KLT Dengan Miyazaki, 2004, Role of Hydrogen
Pereaksi Semprot AlCl3 Peroxide in Bactericidal Action of
Catechin, Biological &
Hasil KLT menunjukkan bahwa Pharmaceutical Bulletin, 27
Carter. 1975. Depending for
hRf untuk ekstrak kental dan gel ekstrak Pharmaceutical Students, 12th
gambir memiliki profil kromatogram edition, Pitman Medical Publishing
Co. Ltd, London.
yang mirip, hasil ini ditunjukkan dari Lachman, L. Lieberman, H. Kanig, J.
nilai hRf untuk tanda e yang berarti 1994. Teori dan Praktek Industri
Farmasi. edisi II. diterjemahkan
ekstrak kental adalah 60, kemudian F oleh Siti Suyatmi, UI Press, Jakarta.
adalah formula gel ekstrak gambir Miller, A.L., 1996, Antioxidant
Flavonoid: Structure, Function and
sebesar 59. Ini menunjukkan bahwa Clinical Usage, Alt Med Rev, 1
dalam gel ekstrak gambir terdapat Nakagawa, K., Fujii, S., Ohgi, A., Uesato,
S, 2005, Antioxidative Activity of
kandungan gambir (senyawa katekin) 3-O-Octanoyl-(+)-Catechin, A
sama seperti dengan ekstrak kental yang Newly Synthesized Catechin, In
Vitro, Journal of Health Science, 51
terdapat juga kandungan senyawa Sofia, D., 2003, Antioksidan dan Radikal
katekin. Ekstrak kental dalam uji KLT ini Bebas, http://www.chem-is-
try/?sect=artikel&ext=81 (diakses
merupakan pembanding dari gel ekstrak tanggal 30 April 2009)
gambir. Maka dalam gel ekstrak gambir Velury, R., Weir, T.L, Bais, H.P.,
Stermitz, F.R., Vivanco J.M., 2004,
tersebut terdapat kandungan senyawa Phytotoxic and Antimicrobial
katekin yang sama dengan ekstrak kental. Activities of Catechin Derivative,
J.Agric.Food. Chem, 52

182
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 183-193
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien


Hipertensi di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta
Andriana Sari, *Haafizah Dania, Dian Retno Palupi

Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogtakarta


*Email : fizadan.djogja@gmail.com

ABSTRAK
Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi. Hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdes) tahun 2013 menempatkan D.I Yogyakarta sebagai urutan ketiga jumlah
kasus hipertensi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola
penggunaan obat dan persentase kejadian Drug Related Problems (DRPs) pada pasien
hipertensi di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pengumpulan data secara retrospektif. Subyek penelitian adalah
pasien hipertensi yang melakukan pengobatan di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta
pada periode Februari-Maret 2016. Data diperoleh dari catatan medik pasien. Evaluasi
DRPs yang dilakukan berdasarkan Drug Information Handbook 22th ed, JNC VII, dan
JNC VIII. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria inklusi adalah 122 pasien. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat antihipertensi monoterapi yaitu
amlodipin sejumlah 104 pasien (85,2%) dan captopril 4 pasien (3,3%). Antihipertensi
kombinasi 2 obat yaitu amlodipine+captopril sejumlah 1 pasien (0,8%),
amlodipine+HCT 7 pasien (5,8%), amlodipine+furosemid 4 pasien (3,3%) dan
captopril+furosemid 1 pasien (0,8%). Terapi kombinasi 3 obat antihipertensi yaitu
amlodipine+HCT+furosemid sejumlah 1 pasien (0,8%). Dari 122 pasien yang dievaluasi
kejadian Drug Related Problems (DRPs) terdapat 34 kejadian yang mengalami DRPs
atau 27,8%. Evaluasi DRPs adalah sebagai berikut : indikasi yang tidak diterapi
sebanyak 8 (6,5%),dosis obat terlalu rendah 4 (3,3%), dan timbulnya reaksi obat
merugikan 22 (18%) kejadian.
Kata kunci : Drug Related Problems, Hipertensi, Puskesmas Mergangsan

ABSTRACT
The prevalence of hypertension in Indonesia is relatively high. Study from basic
medical research (Riskesdes) in 2013 was reported Yogyakarta as the third highest number
of cases of hypertension in Indonesia. Aims of this study to determine the pattern of drug
use and the percentage of Drug Related Problems (DRPs) in hypertensive patients at
Mergangsan community health centers Yogyakarta. This was a descriptive with
retrospective study . Subjects were patients with hypertension in Mergangsan community
health centers Yogyakarta during period of February to March 2016. Data were retrieved
from patient medical records. DRPs evaluation based on the Drug of Information
Handbook 22th ed, JNC VII, and JNC VIII. The number of patients who fulfilled the
inclusion criteria was 122 patients. The results showed that the number of patients who
used monotherapy antihypertensive was 104 patients (85.2%) with Amlodipine and 4
patients (3.3%) with captopril therapy. Combination Antihypertensive or two drugs was 1
patient (0.8%) with amlodipine + captopril, 7 patients (5.8%) with amlodipine + HCT, 4

183
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 183-193
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

patients (3.3%) with amlodipine + furosemide and 1 patient (0, 8%) with captopril +
furosemide combination therapy respectively. Combination of antihypertensive with 3
combination therapy was 1 patient (0.8%) by amlodipine + HCT + furosemide .Of the 122
patients was evaluated of (DRPs) we obtained 34 events were DRPs experienced by 27.8%.
which are: untreated indications was 8 (6.5%), underdose was 4 (3.3%), and the incidence
of adverse drug reactions was 22 (18%).
Key words: Drug Related Problems, hypertension, Mergangsan Community Health Center

I. PENDAHULUAN Penelitian di Indonesia, yang


Prevalensi hipertensi di Indonesia dilakukan oleh Ratih Fitriani, hasil
cukup tinggi. Pada tahun 2013 prevalensi penelitiannya menunjukkan dari 90 lembar
penyakit hipertensi ini sebesar 26,5%, rekam medik yang diambil jumlah item
tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga obat yang digunakan adalah sebanyak
kesehata hanya sebesar 9,5% 576 dan diperoleh total seluruh
(Anonim,2013). Profil data kesehatan kejadian DRPs adalah 51 kasus yang
Indonesia tahun 2011 menyebutkan bahwa meliputi kategori obat salah 6 kasus
pada tahun 2010 hipertensi menjadi salah 11,78%, overdose 18 kasus atau 35,3%
satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat dan underdose 27 kasus atau 52,94%
inap terbanyak di rumah sakit, dengan (Fitriani, 2007). Berdasarkan penelitian
proporsi kasus 57,62% wanita dan Gumi dan kawan-kawan menunjukkan
42,38% pria, serta 4,8% pasien bahwa DRPs yang terjadi pada terapi
meninggal dunia (Anonim, 2011). Hasil pasien hipertensi di UPT Puskesmas
riset kesehatan dasar (Riskesdes) tahun Jembrana adalah mengenai efektifitas
2013 menempatkan D.I Yogyakarta terapi yang terjadi sebanyak 100%.
sebagai urutan ketiga jumlah kasus Penyebab DRPsnya adalah pemilihan obat
hipertensi di Indonesia berdasarkan (24,44%), pemilihan dosis (26,67%),
diagnosis dan minum obat (Anonim, pasien (46,67%) dan penyebab yang tidak
2013). Hipertensi yang telah mengalami jelas (2,22%). Penelitian ini
komplikasi biasanya memerlukan obat menyebutkan adanya hubungan antara
dalam jumlah yang lebih banyak dan perlu penyebab DRPs terhadap perubahan
adanya terapi dan kombinasi obat. Hal ini terapi, dimana semakin banyak penyebab
menyebabkan pasien memiliki potensi DRPs yang terjadi maka kemungkinan
munculnya masalah terkait obat Drug dilakukannya perubahan terapi semakin
Related Problems (DRPs) lebih besar. besar (Gumi et al, 2013). Kurangnya
(Cipolle, et al., 1998). pengetahuan tentang pengobatan

184
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 183-193
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

hipertensi ataupun salah dalam menjalankan pengobatan di Puskesmas


pemberian terapi obat sehingga Mergangsan Yogyakarta periode
memunculkan berbagai macam DRPs. Februari-Maret 2016 kecuali pasien
Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk hamil pre-ekslamsia dan data rekam medik
melakukan evaluasi DRPs untuk bisa tidak lengkap.
meningkatkan efektivitas terapi obat Data pasien akan dikumpulkan
dengan melihat pola pengobatan dan pada bulan Februari-Maret 2016 di
prosentase kasus hipertensi supaya tidak Puskesmas Mergangsan, yang akan
mengganggu proses penyembuhan pasien. diambil yaitu data rekamedik pasien
yang kemudian di evaluasi kejadian
II. BAHAN DAN METODE DRPsnya dengan standar terapi
A. Bahan berdasarkan Drug Information
Alat penelitian yang digunakan Handbook 22th ed, JNC VII dan JNC
adalah lembar pengambil data dan bahan VIII. Data pasien dikumpulkan dari
penelitian meliputi kartu rekam medik rekam medik pasien hipertensi di
pasien hipertensi di Puskesmas Puskesmas Mergangsan yang meliputi: 1).
Mergangsan Yogyakarta, dan kemudian Data base pasien: nomor rekam medik,
diidentifikasi kejadian DRPs. umur, jenis kelamin dan diagnosis terakhir,
2). Terapi obat pasien: nama obat, dosis,
B. Metode aturan pakai, lama pakai dan jumlah obat.
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian non-eksperimental (deskriptif).
Pengumpulan data dilakukan secara C. Analisis Data
retrospektif dengan mengambil Hasil data yang diperoleh kemudian
informasi dari catatan rekam medik dilakukan analisis deskriptif yaitu :
pasien hipertensi di Puskesmas 1. Karakteristik subyek penelitian
Mergangsan Yogyakarta tahun 2016. berdasarkan jenis kelamin, umur,
Target populasi pada penelitian ini adalah diagnosis penyakit penyerta, dan terapi
pasien hipertensi usia 18-90 tahun yang obat yang diterima oleh pasien.
menjalani pengobatan di puskesmas 2. Kemudian dilakukan evaluasi DRPs
Mergangsan Yogyakarta periode Februari- berdasarkan Drug Information
Maret 2016. Sampel penelitian adalah Handbook 22th ed, JNC VII dan JNC
semua pasien hipertensi yang sedang VIII.

185
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 183-193
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

3. Hasil pengolahan data kejadian Drug Tabel I. Karakteristik Pasien Hipertensi di


Puskesmas Mergangsan Yogyakarta periode
Related Problems tersebutkemudian Februari-Maret 2016
Karakteristik Kategori ∑ %
dilakukan perhitungan persentase Jenis Kelamin Perempuan 88 72,2
Laki-laki 34 27,8
kejadian tiap-tiap DRPs dengan rumus
Usia ( tahun ) 18-39 4 3,2
sebagai berikut: 40-59 27 22,1
≥60 91 74,6
∑ kejadian DRPs tiap kategori x 100%
∑seluruh subyek/pasien Pada tabel I terdapat 88 pasien
Total kejadian DRPs x 100% perempuan dan 34 pasien laki-laki. Dari
Jumlah seluruh subyek/pasien data diatas dapat dilihat bahwa perempuan
lebih banyak menderita hipertensi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dibandingkan laki-laki. Pada penelitian
A. Indentifikasi Karakteristik Pasien Ramli 2013, dari 23 responden yang
Total jumlah subyek dari populasi terdiagnosis hipertensi yang berjenis
yang memenuhi kriteria inklusi dan kelamin laki-laki adalah sebanyak 10
eksklusi dalam penelitian ini yaitu 122 orang atau 43,5%. Pada survei dari badan
pasien. Hipertensi didominasi kelompok kesehatan nasional dan penelitian nutrisi
lanjut usia (≥60 tahun) yaitu sebesar melaporkan hipertensi lebih
74,6% (Tabel I). Hal ini menunjukkan mempengaruhi wanita dibanding pria.
bahwa sejalan dengan bertambahnya usia, Diagnosis lain yang menyertai penyakit
tekanan darah semakin meningkat. hipertensi yang paling banyak dialami oleh
Perubahan farmakokinetik dan pasien di Puskesmas Mergangsan pada
farmakodinamika seiring dengan penuaan periode Februari-Maret 2016 adalah
ditambah adanya berbagai macam Hiperlipid dan Diabetes Melitus.
penyakit menyebabkan pasien dengan usia Penelitian ini sama halnya dengan
lanjut seringkali mendapatkan terapi penelitian Davila et al. (2008) yang
polimorfi. Kompleksitas penggunaan obat menjelaskan bahwa penyakit lain yang
dengan perubahan fisiologis tubuh dari paling umum dijumpai pada pasien
adanya penuaan menyebabkan masalah hipertensi adalah gangguan metabolisme
terkait dengan penggunaan obat (Supraptia lipid dan diabetes melitus, karena kedua
et al., 2014). penyakit ini berpengaruh terhadap tekanan
darah pasien.
Pada penelitian ini golongan obat
antihipertensi yang digunakan adalah
186
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 183-193
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

diuretik, Angiotensin Converting Enzym sebagai obat antihipertensi yang tekanan


Inhibitor (ACEI) dan Calcium Channel darah pasiennya tidak terkontrol
Blocker (CCB). Jenis dan jumlah obat dari (Supraptia et al., 2014). Amlodipin
masing-masing golongan dapat dilihat memiliki kemampuan memperbaiki efek
pada tabel II. vasokontriksi vasa eferen arteri ginjal,
Tabel II. Pola Penggunaan Obat Antihipertensi Pada hiperplasi dan hipertrofi pembuluh darah
Pasien Hipertensi di Puskesmas Mergangsan
Yogyakarta Periode Februari-Maret 2016 akibat induksi angiostensin II, sehingga
Variasi Golongan Jenis ∑ Pasien
Obat Antihipertens N %
i
efektif untuk proteksi terhadap penyakit
Monoterapi CCB Amlodipin 104 85,2
ACEI Captopril 4 3,3 ginjal, jantung dan penyakit pembuluh
Kombinasi 2 CCB – ACEI Amlodipin – 1 0,8
antihipertensi Captopril darah (Kabo, 2011). Pemilihan kombinasi
CCB – Diuretik Amlodipin – 7 5,8
HCT obat antihipertensi sebaiknya dipilih dari
Amlodipin – 4 3,3
Furosemid golongan obat yang berbeda dan dimulai
ACEI –Diuretik Captopril – 1 0,8
Furosemid
dari dosis yang lebih rendah. Terapi
Kombinasi 3 CCB – Diuretik Amlodipin – 1 0,8
antihipertensi – Diuretik HCT – % kombinasi ini dimulai apabila pemakaian
Furosemid
Total 122 100
Keterangan :
terapi tunggal dengan dosis lazim gagal
ACEI : Angiotensin Converting Enzym Inhibitor
CCB : Calcium Channel Blocker mencapai target tekanan darah (Muchid et
HCT : Hidroklortiazid
al., 2006).

Diketahui obat antihipertensi


tunggal lebih banyak digunakan yaitu B. Identifikasi Drug Related Problems

sebanyak 88,5% dibandingkan obat (DRPs)

antihipertensi kombinasi (Tabel II). Kejadian DRPs yang dianalisis

Antihipertensi tunggal utamanya meliputi indikasi yang tidak diterapi, terapi

digunakan obat golongan Calcium obat yang tidak perlu, pemilihan obat tidak

Channel Blocker (CCB) yaitu amlodipin tepat atau obat salah, dosis terlalu rendah,

(85,2%) dan antihipertensi kombinasi reaksi obat merugikan, dosis terlalu tinggi,

antara amlodipin dengan hidroklortiazid. dan kegagalan dalam menerima

Penggunaan amlodipin sekali sehari dapat obat/kepatuhan pasien. Drug Related

meningkatkan kepatuhan pasien untuk Problems kategori kegagalan dalam

mengkonsumsi obat (Tambuwun et al., menerima obat atau kepatuhan pasien tidak

2015). Kombinasi 2 obat antihipertensi dimasukkan dalam penelitian ini karena

amlodipin dengan Hidroklortiazid (HCT) subyek dalam penelitian ini diambil secara

lebih menguntungkan untuk dipilih retrospektif dengan menggunakan data


rekam medik, sehingga tidak

187
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 183-193
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

dimungkinkan untuk mengukur kepatuhan samping bagi pasien (Chobanian et al.,


pasien karena tidak bertemu pasien secara 2003). Hal ini berbeda dengan pemilihan
langsung untuk melakukan wawancara obat berdasarkan JNC VIII, dimana
kepada pasien guna menilai kepatuhan perlunya tambahan terapi obat
penggunaan obatnya. Diketahui terdapat antihipertensi pada pasien dikarenakan
34 kejadian atau 27,8% yang mengalami pasien hipertensi dengan komplikasi
Drug Related Problems (DRPs) dari 122 penyakit lain yaitu diabetes melitus dan
pasien tersebut. Evaluasi Drug Related pada pasien lanjut usia. Selain itu, tekanan
Problems (DRPs) dapat dilihat pada tabel darah pasien tersebut tidak terkontrol
III. dilihat dari pemeriksaan tekanan darah
Tabel III. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) sebelumnya.
pada pasien hipertensi di Puskesmas Mergangsan
Yogyakarta periode Februari-Maret 2016 Tabel IV. Kejadian Drug Related Problems
No Kategori Drug Related Jumlah % Kategori Indikasi yang tidak diterapi
Problems No. Umur Tekana Keterangan Jumlah
1. Indikasi yang tidak diterapi 8 6,5 Pasien (tahun n Darah Pasien
) (mmHg JNC VII JNC VIII N %
2. Terapi obat tidak perlu 0 0 )
3. Pemilihan obat tidak tepat 0 0 3 88 170/90 Pasien hanya Pasien dengan 3 33,
4. Dosis terlalu rendah 4 3,3 17 63 160/100 mendapatkan komplikasi 3
5. Reaksi obat merugikan 22 18 69 81 160/90 monoterapi obat, penyakit lain yaitu
padahal pasien DM dan umur
6. Dosis terlalu tinggi 0 0 termasuk pasien >60 tahun.
Total 34 27,8 hipertensi stage II Selain itu tekanan
dengan darah pasien tidak
komplikasi DM. terkontrol dengan
Pasien monoterapi obat
1. Kategori Indikasi yang tidak membutuhkan
kombinasi terapi
antihipertensi.
Maka
antihipertensi agar membutuhkan
diterapi target tekanan kombinasi terapi
darah tercapai obat antihipertensi
Pada penelitian ini, berdasarkan (<130/80) untuk mencapai
target tekanan
darah <140/90
JNC VII pemilihan pengobatan mmHg.
27 64 160/100 Pasien hanya Pasien tanpa 5 66,
61 69 180/90 mendapatkan komplikasi 7
berdasarkan klasifikasi hipertensi pasien. 80 54 170/100 monoterapi obat, penyakit DM
100 64 170/90 padahal pasien dengan tekanan
Hipertensi stage II membutuhkan terapi 119 43 180/990 termasuk darah tidak
hipertensi stage II terkontrol dengan
tanpa komplikasi monoterapi obat
kombinasi untuk mencapai tekanan darah DM. Pasien antihipertensi.
membutuhkan Maka butuh
<140/90 mmHg untuk pasien tanpa kombinasi terapi kombinasi obat
agar target golongan lain agar
tekanan darah target tekanan
komplikasi penyakit lain dan <130/80 tercapai darah tercapai yaitu
(<140/90mmHg) <150/90 mmHg
mmHg untuk pasien dengan adanya untuk pasien umur
>60 tahun dan
<140/90mmHg
komplikasi penyakit lain. Kombinasi untuk pasien umur
<60 tahun.
dengan dua golongan obat yang berbeda Total DRPs Kategori Kategori Indikasi yang tidak diterapi 8 100

diharapkan mampu menurunkan tekanan


darah secara efektif dari efek sinergis antar
obat dan dengan dosis obat yang lebih
rendah sehingga dapat meminimalkan efek

188
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 183-193
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

2. Kategori Dosis Obat Terlalu karena perbedaan individual terhadap


Rendah respon obat tidak selalu dapat diperkirakan
Penggunaan obat dengan dosis (Joenoes, 2004). Pemberian obat dengan
terlalu rendah dapat menyebabkan tidak dosis yang terlalu rendah berisiko
tercapainya outcome terapi yang menyebabkan kegagalan dalam terapi dan
diinginkan. Jumlah kejadian DRPs pada dapat menyebabkan kadar obat dalam
dosis yang terlalu rendah dapat dilihat darah dalam keadaan subterapetik
pada tabel V. Berdasarkan tabel tersebut (Kazouni et al., 2011).
dapat diketahui bahwa jumlah kejadian
DRPs kategori dosis obat terlalu rendah 3. Reaksi Obat Merugikan
sebanyak 4 kejadian Kategori reaksi obat merugikan
Tabel V. Kejadian Drug Related Problems meliputi pasien mengalami alergi terhadap
Kategori Dosis Obat Terlalu Rendah
No.Pasien Nama Dosis Dosis ∑Pasien obat, pasien yang berisiko apabila
Obat Penggunaan Standar N %
9,15, 88, Kaptopril 2 x 12,5 mg 2-3 x 25 mg 4 100
93 3 x 12,5 mg
penggunaan obat yang terlalu berbahaya
Total DRPs Kategori Dosis Obat Terlalu Rendah 4 100
bila digunakan, dan efek obat berubah
Dosis kaptopril berdasarkan Drug karena induksi/inhibisi enzim oleh obat
Information Handbook (DIH) adalah 25 lain atau terjadinya interaksi obat (Cipolle
mg 2-3 kali sehari atau untuk dosis awal et al., 1998). Pada penelitian ini yang
yang lebih rendah yaitu 12,5 mg 3 kali termasuk reaksi obat yang merugikan
sehari. Kisaran dosis menurut JNC VII adalah karena adanya efek obat berubah
adalah 25-100 mg perhari dalam 2 dosis karena induksi/inhibisi enzim oleh obat
terbagi. Pada penelitian ini pasien lain atau terjadinya interaksi obat.
mendapatkan kaptopril dengan dosis 12,5 Penelitian ini menemukan 5 kasus
mg 2 kali sehari. Maka seharusnya dosis interaksi obat dari 22 total kejadian (Tabel
kaptopril dinaikkan untuk dapat V). Dari 5 kasus tersebut, kasus dengan
menurunkan tekanan darah sehingga target kejadian terbanyak terdapat pada kasus
terapi dapat tercapai. Dosis terlalu rendah interaksi obat antara amlodipin dengan
apabila dosis, frekuensi, dan durasi simvastatin dengan persentase 68,2%.
pengobatan yang diberikan pada pasien Menurut lexicomp online tingkat risiko
dengan kekuatan lebih rendah di bawah interaksi antara obat amlodipin dengan
dosis lazim berdasarkan standar Drug simvastatin adalah D. Tingkat risiko D ini
Information Handbook. Dosis obat menunjukkan modifikasi kedua obat perlu
tergantung pada masing-masing individu dipertimbangkan lagi. Hal ini dikarenakan

189
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 183-193
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

amlodipine dapat meningkatkan menyebutkan interaksi tersebut


konsentrasi serum simvastatin. menyebabkan rhabdomyolysis (Nishio et
Tabel VI. Kejadian Drug Related Problems al., 2005). Kadar statin yang tinggi
Kategori Reaksi Obat Merugikan
No. Interaksi Tingkat Keterangan ∑Pasien dikaitkan dengan peningkatan risiko
Pasien Obat Resiko N %
76 Amlodipin - C Antasida 1 4,5 toksisitas musculoskeletal. Miopati
Antasida menurunkan
efek CCB
20, 26, Amlodipin - D Agen antifungi 4 18,2
dinyatakan sebagai nyeri otot atau
55, 68 Ketokonazol dapat
meningkatkan kelemahan yang terkait dengan terlalu
efek toxic dari
CCB tingginya kreatinin kinase yang melebihi
39 HCT – C Diretik thiazid 1 4,5
Allopurinol meningkatkan sepuluh kali batas normal. Apabila
potensi alergi
atau simvastatin tetap ingin digunakan
hipersensitivitas
terhadap
allopurinol dan management yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan
konsentrasi penggunaan simvastatin tidak melebihi
serum
allopurinol dosis 20 mg sehari. Alternatif yang lebih
(meningkatkan
konsentrasi aman untuk pasien yang menerima
Oxypurinol
yaitu metabolit
aktif dari amlodipin adalah dengan pemberian obat
allopurinol)
36 Amlodipin – D Amlodipin 1 4,5 lain seperti fluvastatin, pravastatin dan
Fenitoin dapat
meningkatkan rosuvastatin, karena obat-obat tersebut
efek toxic dari
fenitoin tidak dimetabolisme oleh CYP450 3A4
5, 6, Amlodipin - D Amlodipin 15 68,2
19, 22, Simvastatin menghambat
25, 31, metabolisme dengan mempertimbangkan risk and
34, 35, simvastatin
58, 60, melalui benefit (Nishio et al., 2005). Pada
63, 65, intestinal dan
71, 72, hati penelitian ini dosis simvastatin yang
73
Total DRPs Kategori Reaksi Obat Merugikan 22 100 diberikan adalah 10 mg 1 kali sehari
Keterangan :
A = Interaksi tidak diketahui sehingga masih aman digunakan untuk
B = Tidak ada tindakan yang diperlukan
C = Terapi perlu dipantau pasien dengan pengggunaan obat
D = Pertimbangkan modifikasi terapi
X = Hindari kombinasi amlodipin.
Antasida dapat menurunkan efek
Amlodipin dengan statin sama- terapi CCB. Tingkat risiko interaksi antara
sama dimetabolisme oleh enzim CYP3A4. kedua obat ini adalah C. Jika obat dengan
Amlodipin menghambat metabolisme tingkat risiko interaksinya C maka
simvastatin melalui intestinal dan hati management terapi yang dapat dilakukan
sehingga menyebabkan meningkatnya adalah perlu pemantauan terapi obat yang
konsentrasi puncak dari HMG-CoA diberikan. Selain itu antasida juga dapat
reduktase inhibitor. Beberapa penelitian berinteraksi dengan kaptopril, dimana

190
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 183-193
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

antasida dapat menurunkan konsentrasi digunakan secara bersamaan, pastikan


serum kaptopril. Interaksi antara untuk dapat memonitoring ketat pasien
penghambat ACE dan antasida merupakan mengenai gejala hipersensitivitas
interaksi dengan mekanisme yang allopurinol.
melibatkan aspek farmakokinetika dari Fenitoin dengan amlodipin dapat
obat. Bioavailabilitas penghambat ACE terjadi interaksi yaitu amlodipin dapat
menurun pada pemakaian bersama meningkatkan efek toxic dari fenitoin
makanan atau antasida yang menyebabkan (DIH ed 22th). Tingkat risiko interaksi
perlambatan pengosongan lambung dan kedua obat adalah D. Oleh karena itu perlu
peningkatan pH lambung (Shionoiri, dipertimbangkan penggunaan amlodipin
1993). Management terapinya adalah dengan fenitoin jika terjadi peningkatan
dengan memberi selang waktu minum 2 cepat efek toxic dari fenitoin. Selain itu
jam atau lebih pada kedua obat. perlu monitoring tekanan darah pasien jika
Interaksi obat yang lainnya adalah obat digunakan secara bersamaan.
interaksi antara amlodipin dengan
IV. KESIMPULAN
ketokonazole. Ketokonazole dapat
Kesimpulan yang dapat diperoleh
meningkatkan konsentrasi plasma
dari penelitian ini adalah :
amlodipin melalui penghambatan intestinal
1. Penggunaan obat antihipertensi pada
dan enzim CYP450 3A4 (DIH ed
pasien hipertensi di puskesmas
22th).Management terapi yang dapat
Mergangsan Yogyakarta periode
dilakukan yaitu monitoring pasien
Februari-Maret 2016 adalah terdapat
terhadap efek toxic yang dapat timbul dari
penggunaan obat monoterapi yaitu
CCB (amlodipin) serta memonitoring
amlodipin 104 pasien (85,2%) dan
tekanan darah secara berkala (Opie, 2012).
kaptopril 4 pasien (3,3%). Terapi
Diuretik thiazid (HCT) dapat
kombinasi 2 obat yaitu amlodipin –
meningkatkan potensi alergi atau
kaptopril 1 pasien (0,8%), amlodipin –
hipersensitivias terhadap allopurinol.
HCT 7 pasien (5,8%), amlodipin –
Diuretik thiazid juga dapat meningkatkan
furosemid 4 pasien (3,3%) dan
konsentrasi serum allopurinol
kaptopril – furosemid 1 pasien (0,8%).
(meningkatkan konsentrasi Oxypurinol
Terapi kombinasi 3 obat antihipertensi
yaitu metabolit aktif dari Allopurinol).
yaitu amlodipin – HCT – furosemid 1
Hindari kombinasi terapi antara HCT
pasien (0,8%).
dengan allopurinol. Bila tetap akan

191
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 183-193
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

2. Dari 122 pasien yang dievaluasi Drug Fitriani, Ratih, 2007,Identifikasi Drug
Related Problems (DRPs) Kategori
Related Problems (DRPs) terdapat 34
Kontraindikasi dan Ketidaktepatan
kejadian yang mengalami DRPs atau Dosis Obat Pada Pasien Hipertensi
Geriatri Di Instalasi Rawat Inap
27,8%. Evaluasi DRPs adalah sebagai
RSUD Dr. Mowardi Surakarta,
berikut : indikasi yang tidak diterapi Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta,
sebanyak 8 (6,5%), dosis obat terlalu
Surakarta.
rendah 4 (3,3%), dan timbulnya reaksi Gumi, V.C., Larasanty, L.P.F., Udayani,
N.N.W., 2013, Identifikasi Drug
obat merugikan atau terjadinya
Related Problems Pada Penanganan
interaksi obat sebanyak 22 (18%) Pasien Hipertensi Di UPT
Puskesmas Jembrana, Skripsi,
kejadian.
Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Udayana, Bali.
DAFTAR PUSTAKA
James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman
WC, Himmelfarb CD, Handler J,
Anonim, 2011, Data Global Status Report
2014, Evidence based guideline for
on Communicable Diseases 2010,
the management of high blodd
WHO
pressure in adults: report from the
Anonim, 2013,Riset Kesehatan Dasar,
panel member appointed to the
Departemen Kesehatan Republik
height joint national committee (JNC
Indonesia, Jakarta.
8), JAMA, 311 (5): 507-520 .
Chobanian, Aram V., George, L.B., Henry,
Joenoes, N., 2004, Ars Prescribendi Resep
R.B., William, C.C., Lee, A.G.,
Yang Rasional II, Airlangga
Joseph, L. I., Daniel, W.J., Barry,
University Press, Surabaya.
J.M., Suzanne, O., Jackson, T.W.,
Kabo, P., 2011,Bagaimana Menggunakan
2003,The Seventh Report of the Joint
Obat-Obat Kardiovaskuler Secara
National Committee on Prevention,
Rasional, Balai Penerbit FKUI,
Detection, Evaluation, and
Jakarta.
Treatment of High Blood Preassure,
Kazouni, A., Mohammed, B. S., Simpson,
The JNC 7 Report. USA: American
C.R., Helms, P.J., dan McLay, J.S.,
Medical
2011, Paracetamol prescribing in
Association,http://www.ncbi.nih.gov
primary care: too little and too
./pubmed/14676222). Diakses 21
much? British Journal of Clinical
Mei 2016
Pharmacology, 72: 500-504.
Cipolle, R.J. Strand. L. M. Morley, P. C,
Lacy C. F., Armstrong L. L., Goldman M.
1998,Pharmaceutical Care Practise,
P., Lance L. L., 2013, Drug
The Mac Graw Hill Companies,
Information Handbook ed 22th, Lexi-
New York.
Comp Inc., Ohio.
Davila, E.P., dan Wayway, M.H., 2008,
Muchid, Abdul., Umar, F., Chusun.,
Comorbidities of Patients with
Masrul., Wurjati, R., Purnama, N.R.,
Hypertension Admitted to
Lestari, S.B., Syamsuddin, F.,
Emergency Departments in Florida
Pamela, D.S., Retnohidayanti, D.,
Hospital, Florida Public Health
2006,Pharmacceutical untuk
Review. 5: 84-89.
penyakit hipertensi, Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik

192
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 183-193
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1

Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat


Kesehatan Departemen kesehatan,
Jakarta.
Nishio, S., Watanabe, H., Kosuge, K.,
Uchido, S., Hayashi, H., dan Ohashi,
K., 2005,Interaction Between
Amlodipin dan Simvastatin in
patient with Hypercholesterolemia
and Hypertension, Departement of
Clinical Pharmacology and
Therapentics and Departemen of
Internal Medicine III, Hamamatsu
University School of Medicine,
Hamamatsu, Japan, 28 : 223-227 .
Opie, L.H., 2012, Drug Interactions of
Antihypertensive Agents,South
African Family Practile, 54: S23-
S25.
Ramli, Dewi Adinda Nurfitri,
2013,Hubungan Faktor Resiko
Penyakit Hipertensi dengan
Timbulnya Nyeri Tengkuk Pada
lansia Di Puskesmas Jongaya
Makassar,Skripsi, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Shionoiri, H., 1993, Pharmacokinetics
drug interaction with ACE
inhibitors, Clin Pharmaconet 25: 1,
20-58. PMID : 8354016.
www.medscape.com/medline.
Diakses tanggal 21 Mei 2016.
Supraptia, B., Nilamsari, W., Hapsari, P.,
Muzayan, H., dan Firdausi, H., 2014,
Permasalahan terkait obat
antihipertensi pada pasien usia lanjut
di poli geriatri RSUD Dr. Soepomo,
Surabaya,Jurnal Farmasi dan Ilmu
Kefarmasian indonesia, 1: 36-41.
Tambuwun, P.G., Suling, P.L., dan
Mintjelungan, C.N., 2015, Gambaran
Keluhan Di Rongga Mulut Pada
Pengguna Obat Antihipertensi Di
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah
Sakit Tingkat III Robert Wolter
Monginsidi Manado. e-GIGI, 3: 241-
245.

193

Anda mungkin juga menyukai