Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KERJA PRAKTIK (KP)

“ Manajemen Sistim Pemeliharaan PLTM Malea Energy“

Disusun oleh :

Nama : Makbul
NIM : 442 14 024

PROGRAM STUDI TEKNIK PEMBANGKIT ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2018
PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB

‘’ MANAJEMEN SISTIM PEMELIHARAAN PLTM MALEA ENERGY’’

1.1 SISTEM MAINTANACE DI PLTM MALEA ENERGY

Sistem maintenance merupakan salah satu hal yang penting dalam


suatu sistem pembangkit. Dimana maintenance seringkali di hubungkan
sebagai akar dari suatu keandalan (reliability). Hal ini dikarenakan seringkali
masalah keandalan datangnya dari bagian maintenance.
Didalam sistem pembangkit yang ada di PT. MALEA ENERGY.
Sendiri keandalan (reliability) dari pembangkit listrik merupakan hal yang
vital. Hal ini disebabkan karena energi listrik yang di hasilkan oleh
pembangkit digunakan untuk mensuplai Furnice agar dapat beroperasi.
Sehingga sistem maintenance menjadi hal yang di perhatikan.
Dimana untuk sistem manajemen maintenance di PLTM MALEA
ENERGY di bantu dengan menggunakan aplikasi SAP. Untuk aplikasi ini
hanya dapat di akses oleh mereka yang memiliki jabatan dalam sistem
manajemen maintenance. Tujuan penggunaan aplikasi ini yaitu untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan maintenance secara lebih efisien dan
efektif.

1.2 SAP (System Application and Product in data processing)


1.2.1 Pengertian

SAP (System Application and Product in data processing )


adalah suatu software yang dikembangkan untuk mendukung suatu
organisasi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya secara lebih
efisien dan efektif. SAP merupakan software Enterprise Resources
Planning (ERP), yaitu suatu tools IT dan manajemen untuk membantu
perusahaan merencanakan dan melakukan berbagai aktivitas sehari-
hari.

Laporan Kerja Praktek 2


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

SAP terdiri dari sejumlah modul aplikasi yang mempunyai


kemampuan mendukung semua transaksi yang perlu dilakukan suatu
perusahaan dan tiap aplikasi bekerja secara berkaitan satu dengan
yang lainnya. Semua modul aplikasi di SAP dapat bekerja secara
terintegrasi/terhubung yang satu dengan lainnya.

1.2.2 Modul-Modul SAP

 SD – Sales & Distribution

Membantu meningkatkan efisiensi kegiatan operasional berkaitan


dengan proses pengelolaan customer order (proses sales, shipping dan
billing).
 MM – Materials Management

Membantu menjalankan proses pembelian (procurement) dan


pengelolaan inventory.
 PP – Production Planning

Membantu proses perencanaan dan kontrol daripada kegiatan


produksi (manufacturing) suatu perusahaan.
 FI – Financial Accounting

Mencakup standard accounting cash management (treasury),


general ledger, account payable, account receiveable dan konsolidasi
untuk tujuan financial reporting.
 CO – Controlling
Mencakup cost accounting, mulai dari cost center accounting, cost
element accounting, dan analisa profitabilitas.

1.2.3 Tujuan Mengimplementasikan SAP

Meningkatkan kecepatan (The Speed) dari proses bisnis


1. Meningkatkan customer service.
2. Meningkatkan response terhadap perubahan pasar.

Laporan Kerja Praktek 3


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

Meningkatkan kosistensi (The Consistency) dari proses bisnis


1. Memastikan bahwa SOP dijalankan dengan baik.
2. Meningkatkan fungsi monitoring dan control di masing-masing
bagian.
3. Mengurangi human errors.

Meningkatkan kualitas (The Quality) dari proses bisnis.


1. Meningkatkan kualitas dari informasi sehingga dapat meningkatkan
kemampuan untuk pengambilan keputusan secara cepat dan tepat.
2. Meningkatkan fungsi analisa terhadap suatu situasi.

1.3 JENIS-JENIS MAINTANACE

Didalam sistem manajemen maintenance yang ada di PLTM MALEA


ENERGY terdapat beberapa jenis maintenance yang dilakukan yaitu
preventive maintenance, predictive maintenance, corective maintenance,
breakdown maintenance dan improfment maintenance. Dimana sistem
maintenance tersebut sudah di rencanakan oleh departemen maintenance yang
ada di PLTM MALEA ENERGY.

1.3.1 Preventive Maintenance

Preventive maintenance merupakan sistem maintenance yang


dilakukan untuk mencegah kerusakan pada peralatan. Dimana preventive
maintenance yang ada di PLTM MALEA ENERGY di dasarkan pada 3
hal yaitu:
1. Manual Book
Suatu peralatan yang masih baru keluar dari pabrik maka di
dalamnya terdapat manual book. Didalam manual book itu sendiri
terdapat informasi mengenai waktu yang di anjurkan untuk di lakukan
pengecekan seperti tiap 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun. Informasi
tersebut yang akan menjadi acuan bagi scheduler untuk menyusun
jadwal maintenance.

Laporan Kerja Praktek 4


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

2. Pemakaian ( Main Hour)


Suatu peralatan semakin lama di operasikan pasti akan
mengalami penurunan performanya. Dari data lamanya pemakain
tersebut maka akan di gunakan oleh pihak RCM untuk dilakukan
analisis yang nantinya menjadi landasan untuk menentukan
penjadwalan maintenancenya. Semakin lama pemakain maka semakin
pendek jadwal maintenancenya.
3. Root Count Failure Analysis ( RCIA )
Di RCIA ini pihak RCM bertugas untuk menganalisis peralatan-
peralatan yang ada, yang nantinya akan di jadikan landasan penentuan
penjadwalan. Di sini alat yang sering mengalami kegagalan atau
masalah akan di analisis. Dari hasil analisis tersebut maka dapat di
tentukan penjadwaan yang baru, misalnya jadwal awal dilakukan
maintenance perenam bulan dapat menjadi pertiga bulan maupun
perbulan.

RCM Scheduler Executor

Gambar 1. 1 Skema Preventive Maintenance.


Dari skema diatas dapat dilihat prosedur skema proses preventive
maintenance. Pihak RCM akan mengumpulakan data dari manual book
maupun dari main hour dari suatu peralatan untuk dilakukan analisis. Dari
analisis tersebut maka RCM akan mengeluarkan task lisk beruba MP dan
MI. setelah itu RCM akan membuat PMO dari pekerjaan preventive
maintenance yang akan di masukkan kedalam program SAP yang sudah
ditentukan waktu untuk dilakukan maintenance. PMO tersebut akan di
proses oleh Scheduler untuk di tentukan penjadwalan pengerjaan dari
PMO tersebut. Scheduler dalam melakukan penjadwalan akan
mempertimbangkan berbagai hal seperti ketersediaan pekerja dan jadwal
shut down furnace apabila pekerjaan maintenance membutuhkan unit

Laporan Kerja Praktek 5


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

untuk shut down. Setelah penjadwlan ditentukan dan di sepakati dalam


WSP meeting maka pekerjaan tersebut dapat dikerjakan oleh pihak
executor sesuai jadwal yang disepakati. Setelah pekerjaan tersebut selesai
maka Scheduler akan melakukan TEKO pada PMO tersebut. PMO
tersebut akan keluar secara otomatis di dalam program SAP sesuai waktu
yang telah ditentukan untuk dilakukan pekerjaan maintenance, seperti
pertiga bulan, per enam bulan, atau pertahun.

1.3.2 Prediktive Maintenance

Prediktive maintenance merupakan maintenance yang bersifat


prediksi atau mengidentifikasi lebih awal kerusakan pada peralatan
berdasarkan data-data dan analisis . Di departemen maintenance terdapat
bagian reability suport yang bertugas untuk menganalisis peralatan.
Dimana banyak variabel yang di analisis untuk penentuan penjadwalan
maintenance yang nantinya akan di masukkan ke dalam corective
maintenance.

1.3.3 Breakdown Maintenance

Breakdown maintenance merupakan maintenance yang tidak di


harapkan yang terjadi akibat dari kegagalan peralatan pada unit
pembangit. Breakdown maintenance dilakukan karena adanya peralatan
yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik. Pada PLTM MALEA
ENERGY tindakan yang di lakukan apabila terjadi peralatan yang rusak
yaitu operator akan mencari penyebab kerusakan dan melaporkannya
kepada pihak maintenance. Di pihak maintenance sendiri terdapat istilah
ON CALL, dimana karyawan yang mendapat tugas ini yang akan di
hubungi oleh operator. Yang mendapat tugas dimanapun dan kapanpun
harus siap untuk datang ke lokasi. Namun disini pihak on call akan
mengklasifikan apakan peralatan yang rusak berpengaruh terhadap operasi
unit pembangkit. Apabila berpengaruh terhadap operasi unit pembangkit

Laporan Kerja Praktek 6


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

dan tidak dapat di tunda maka pihak maintenance akan langsung menuju
lokasi untuk melakukan perbaikan.

Operator Mtc supv Mtc crew Scheduler

Gambar 1. 2 Skema proses business proses breakdown maintenance.


Proses skema busines proses dari breakdown maintenance yaitu
apabila terjadi kerusakan pada peralatan maka operator akan melapor
kepada maintenance supervisor. Maintenance supervisor akan membuat
PMO dan melakukan eksekusi terhadap peralatan yang mengalami
kerusakan. Selain itu maintenance supervisor mencari peralatan yang
dibutuhkan untuk melakukan perbaikan. Setelah pekerjaan selesai maka
maintenance supervisor akan melaporkan hasilnya kepada scheduler.
Scheduler akan melakukan TECO atau menutup PMO tersebut.

1.3.4 Corective Maintenance

Corective maintenance merupakan pemeliharaan yang di lakukan


setelah adanya temuan kerusakan di lapangan. Dimana kerusakan yang di
temukan di lapangan tersebut akan di identifikasi penyebabnya dan akan di
buatkan penjadwalan untuk di lakukan maintenance. Di PLTM MALEA
ENERGY untuk corective maintenance berasal dari 2 sumber yaitu:
1. Preventive maintenance
Preventive maintenance merupakan salah satu indikator untuk
menentukan pekerjaan dari corrective maintenance. Didalam preventive
maintenance terdapat RCM (reability control maintenance) yang bertugas
untuk menganalisis data dari peralatan. Disini RCM mempunyai kegiatan
yaitu mendata asset instalasi (asset yang terpasang) maupun asset
uninstalasi (asset yang tidak terpasang). RCM akan melakukan analisis
dari data yang telah di kumpulkan untuk nantinya akan di jadikan
landasan untuk penentuan penjadwalan dari corrective maintenance.

2. Temuan kerusakan dilapangan oleh pihak operator maupun maintenance.

Laporan Kerja Praktek 7


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

Operator memiliki tugas untuk melakukan inspeksi terhadap


peralatan yang masuk kedalam area operasionalnya. Apabila operator
menemukan adanya peralatan yang rusak maka operator akan
melaporkannya kepada coordinator operator. Temuan tersebut yang
nantinya akan ditindak lanjuti sesuai dengan prosedur yang di PLTM
MALEA ENERGY yang dikenal dengan istilah bussiness proses. Selain
dari operator maka temuan kerusakan dari peralatan dapat bersumber
pula dari pihak maintenance yang melakukan pengecekan terhadap
peralatan.

1.3.5 Improvement Maintenance

Improvement maintenance merupakan maintenance yang dilakukan


dengan melakukan perubahan atau modifikasi dari peralatan. Improvement
maintenance terjadi karena alat atau instrumen dari peralatan yang rusak
sudah tidak dapat di temukan maupun sudah tidak di produksi. Di PLTM
MALEA ENERGY sendiri untuk melakukan maintenance ini memiliki
prosedur tersendiri.
Utl Enginering
Operation & Utl Engineer
Management

Mtc supv / Resource


Scheduler
Crew Coordinator

Gambar 1. 3 Skema proses improvement maintenanance.


Dari gambar di atas dapat dilihat proses dari improvement
maintenance. Apabila ada peralatan yang akan di lakukan modifikasi atau
improvement maka operation akan membuat PMN yang akan di tujukan
kepada utilitis engineering dan utilitis management. Utilitis egineering &
utilitis management akan menganalisis PMN tersebut, kemudian Utilitis
egineering & utilitis management akan mengubah PMN tersebut menjadi
PMO. PMO tersebut akan ditindak lanjuti oleh engineer. Engineer akan
menganalisis lebih mendalam mengenai apa-apa saja yang diperukan

Laporan Kerja Praktek 8


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

untuk melakukan modifikasi peralatan tersebut seperti komponen-


komponen, jumlah pekerja, dan butget. Selain itu engineer akan membuat
job task dari PMO tersebut. Setelah engineer selesai membuat job task,
maka resource coordinator akan memyediakan komponen-komponen yang
dibutuhkan. Resource coordinator akan mengecek ketersedian komponen
di where house, apabila peralatan tersebut tersedia di where house maka
resource coordinator akan mengoder langsung komponen tersebut. Setelah
komponen-komponen yang di perlukan sudah tersedia maka resource
coordinator akan memberikan informasi kepada scheduler. Scheduler akan
membuat penjadwalan pengerjaan dengan mempertimbangkan berbagai
hal seperti ketersedian pekerja, dan jadwal shut down dari furice. Setelah
jadwal ditentukan maka scheduler akan memprint out job card untuk
diberikan kepada tim maintenance. Setelah penjadwalan ditentukan maka
tim maintenance akan melakukan eksekusi terhadap pekerjaan tesebut.
Setelah pekerjaan selesai maka job card akan di kirim ke planer, scheduler
dan tim analyst. Kemudian scheduler akan melakukan TECO atau
menutup PMO.

1.4 BUSINES PROSES

Indikator penentuan Corective maintenance di PLTM MALEA


ENERGY salah satunya berasal dari temuan kerusakan dari inspeksi rutin
yang dilakukan oleh operator. Selain dari operator indikasi kerusakan dari
peralatan dapat pula berasal dari pihak maintenance. Dari indikasi temuan
kerusakan tersebut kemudian akan di proses melalui prosedur untuk
dilakukan tindakan maintenance. Prosedur tersebut yang di PLTM MALEA
ENERGY dikenal dengan istilah bussness proses.
Bussness Proses merupakan prosedur yang dilakukan/dibuat oleh
manajemen maintenance agar proses maintenance yang dilakukan dapat
berjalan dengan baik. Gambaran prosedur dari bisnis proses dapat dilihat dari
diagram dibawah:

Laporan Kerja Praktek 9


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

Ops supv &


Operator Planner
Analyst

Mtc supv / Resource


Crew Scheduler
Coordinator

Gambar 1. 4 Diagram Busines Proses Untuk Corective Maintenance.


Gambar diatas menjelaskan mengenai skema bussiness proses.
Pertama apabila operator atau tim maintenance menemukan indikasi
kerusakan pada peralatan. Operator akan melapor kepada coordinator
operator Maka Coordinator operator akan membuat PMN ( plant maintenance
notification) yang akan di tujukan kepada operator supervisor analyst.
Operator supervisor analyst akan menyaring PMN yang masuk apakah perlu
untuk di buatkan PMO atau tidak. PMN yang layak akan dibuatkan PMO-
nya. Operator supervisor & analyst akan menentukan prioritas dari kerusakan,
RBD, jumlah jam kerja, jumlah orang dan estimasi butget. Kemudian PMO
tersebut akan di terima oleh planer untuk di tindak lanjuti. Disini planer akan
mengganalisis lebih mendalam dan merinci mengenai kerusakan peralatan
tersebut. Planer akan melist komponen-komponen yang di butuhkan dalam
perbaikan alat, jam kerja, jumlah pekerja dan butget. Selain itu planer akan
membuat job task dari PMO tersebut. Setelah itu planer akan mengkonfirmasi
hasil analisisnya kepada operator supervisor & analyst untuk disetujui
(approvment). Setelah itu PMO akan di tinjak lanjut oleh resource coordinator
yang akan mencari dan menyediakan komponen-komponen yang diperlukan.
Setelah komponen yang diperlukan lengkap maka PMO tersebut akan di
kirim kepada scheduler. Disini scheduler akan membuat penjadwalan dengan
berbagai pertimbangan seperti jumlah pekerja yang tersedia dan jadwal
pengecekan dari Furnice. Setelah jadwal di tetapkan maka job task akan di
berikan kepada executor untuk dilakukan perbaikan peralatan. Setelah
pekerjaan selesai maka maintenance supervisor akan melaporkan hasil

Laporan Kerja Praktek 10


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

pekerjaan yang telah dilakukan kepada Scheduler untuk dilakukan TECO atau
penutupan PMO.

1.5 JABATAN-JABATAN DARI BUSSINES PROSES

Didalam menjalankan proses plant di butuhkan sebuah struktur agar


dapat berjalan secara sistematis. Struktur jabatan tersebut yaitu mulai dari
operator, tim maintenance, work approval, planer, coordinator resource,
scheduler dan executor. Mereka memiliki tugas masing-masing yang saling
mendukung antara yang satu dengan yang lainnya.

1.5.1 Operator

Operator memiliki tugas untuk mengoperasikan serta memonitor unit


pembangkit. Dimana operator bertanggung jawab terhadap unit pembangkit.
Selain itu Operator juga memiliki tugas harian yaitu melakukan inspeksi
terhadap peralatan yang ada di unit pembangkit. Apabila ada kelainan atau
ada kerusakan pada peralatan maka operator akan melaporkan kepada
coordinator operator untuk di buatkan PMN. Selain dari inspeksi operator
indikasi kerusakan dapat pula dari tim maintenance yang melakukan
pengecekan yang kemudian melaporkannya kepada operator.

1.5.2 Work Approval ( Operator Supervisor & Analyst )

Work approval merupakan jabatan yang tugasnya menindak lanjuti


laporan PMN dari operator. Adapun tugas dari work approval secara umum
yaitu:
1. Mefilter dan menganalisis laporan yang di kirim oleh coordinator
operator.
Disini laporan yang telah di kirim oleh coordinator operator akan
di filter dan di analisis. Laporan tersebut akan di analisis apakah perlu
untuk di tinjak lanjuti atau tidak. Selain itu work approval akan melihat
apakah sudah ada notification untuk pekerjaan yang sama. Apabila sudah
ada maka akan di tambahkan kedalam PMO yang sudah ada, dan apabila
belum ada maka akan di buatkan PMO yang baru.

Laporan Kerja Praktek 11


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

2. Mengubah PMN menjadi PMO


PMN yang sudah di filter dan tidak ada pekerjaan yang sama maka
akan di rubah menjadi PMO.
3. Menentukan prioritas dari notification.
PMN yang sudah di filter maka urut berdasarkan prioritasnya. Di
manajemen maintenance yang ada di PLTM MALEA ENERGY prioritas
terbagi menjadi prioritas 1,2, dan 3. Prioritas 1 merupakan kerusakan yang
bersifat urgen atau penting yang berdampak langsung kepada unit
pembangkit dan dapat menyebabkan unit pembangkit untuk trip (shut
down). Prioritas 2 merupakan kerusakan yang berhubungan langsung
terhadap terhadap unit pembangkit namun tidak sampai menyebabkan unit
trip (shut down). Misalnya kerusakan terjadi pada compressor. Pada
PLTM MALEA ENERGY compressor terdiri dari 2 unit, apabila salah
satunya rusak maka dapat di back up oleh compressor yang lain.
Sedangkan prioritas 3 merupakan kerusakan yang tidak perpengaruh
langsung terhadap proses produksi listrik dari unit pembangkit. Misalnya
kerusakan terjadi pada pipa valve fire protection yang tidak menggangu
proses prodoksi dari unit pembangkit.
4. Menentukan jumlah pekerja, jumlah jam, serta estimasi butget dari
pekerjaan yang akan dilakukan
Work approval akan menganalis notification dan akan menentukan
berapa jumlah pekerja dan jam kerja yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan tersebut. Selain itu work approval akan menghitung dan
menentukan estimasi biaya yang akan perlukan untuk melakukan
pekerjaan tersebut.
5. Memastikan tangal RBD ( required end date)
Work approval akan meentukan RBD dari PMO tersebut. Dimana
RBD disini merupakan tangal batas akhir dari pekerjaan.

1.5.3 Planer

PMO yang sudah di filter dan di analisis oleh work approval maka
akan di tindak lanjuti oleh planer. Disini planer memiliki tugas yaitu

Laporan Kerja Praktek 12


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

1. Merencanakan pekerjaan secara detail untuk PMO


Disini planer akan menganalis lebih detail mengenai pekerjaan
yang dilaukan. Planer akan lebih mendetail mengenai jumlah pekerja, jam
kerja yang dibutuhkan. Selain itu planer akan melist komponen-komponen
apa saja yang di perlukan.
2. Menentukan butget yang diperlukan
Planer akan menganilisis lebih lanjut mengenai biaya yang telah di
tentukan oleh work approval. Apabila biaya yang didapatkan lebih besar
maka planer akan memberikan informasi dan meminta persetujuan dari
worka approval untuk merubah biaya yang diperlukan.
3. Membuat job task
Planer bertugas pula membuat job task. Dimana di dalam job task
berisi mengenai PMO informasi, planning informasi, requirement, dan
prosedur kerja.

1.5.4 Recource Coordinator

PMO yang sudah dianalisis lebih detail oleh planer akan di tindak
lanuti oleh recource coordinator. Adapun tugas dari recource coordinator
yaitu
1. Melakukan follow up dengan pihak yang terkait untuk ketersediaan
recource
Di sini recource coordinator akan berusaha memenuhi ketersediaan
komponen-komponen yang diperlukan untuk maintenance. RC akan
menghubungi pihak penyedia spare part, apakah komponen yeng di
butuhkan sedah tersedia di where house. Apabila tidak ada maka RC akan
mengorder langsung komponen-komponen yang diperlukan.
2. Memasang label PMO dan operation nomor pada material
Komponen kompoen yang sudah ada dan lengkap maka akan
disiapkan pada main box dengan memberikan penomoran sesuai dengan
nomor PMO. Main box tersebut akan di simpan dan di pisahkan

Laporan Kerja Praktek 13


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

berdasarkan pekerjaan terkait seperti mechanical, electric maupun


instrument.
3. Memberikan informasi kepada scheduler
RC akan memberikan informasi terkain komponen kompone yang
diperlukan kepada scheduler. Apakah material tersebut sudah tersedia
ataupun belum. Apabila material sudah lengkap maka resource coordinator
akan merubah status PMO menjadi WS.

1.5.5 Scheduler

PMO yang sudah lengkap materialnya dan statusnya sudah di rubah


oleh RC akan di tindak lanjuti oleh scheduler. Dimana tugas dari scheduler
yaitu:
1. Membuat jadwal pekerjaan dari PMO
Disini scheduler akan membuat jadwal pekerjaan yang akan di
lakukan executor. Scheduler dalam menentukan penjadwalan dengan
mempertimbangkan berbagai hal yaitu jumlah pekerja yang ada, prioritas
dari PMO. Untuk penjadwalan di PLTM MALEA ENERGY
mempertimbangkan pula FURNICE, dimana pekerjaan yang
membutuhkan shut down harus mengikut jadwal dari shut down
FURNICE.
2. Mengadakan serta mefasilitasi WSP ( work schedule plant)
Scheduler akan mengadakan dan mefasilitasi WSP. WSP sendiri
merupakan suatu wadah untuk membahas masalah jadwal pekarjaan yang
akan dilakukan. Selain untuk membahas jadwal minggu depan, di WSP
meeting juga membahas jadwal minggu kemarin, 2 minggu kedepannya
atau 7+21 report.pembahasan tersebut menyangkut apakah pekerjaan
tersebut dapat dilakukan atau tidak. Adapun yang menhadiri WSP meeting
yaitu work approval, planer dari masing-masing bidang ( mechanical,
electric, dan instrument), survailen, resource coordinator, dan executor.
3. Melakukan teco untuk PMO yang sudah selesai

Laporan Kerja Praktek 14


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

Scheduler akan melakukan teco ( technical complete ) untuk


pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan. Dimana teco tersebut
menandakan bahwa PMO tersebut sudah selesai dan di tutup.

1.5.6 Executor

PMO yang sudah di jadwalkan oleh scheduler maka jobtask dari


PMO tersebut akan di berikan kepada executor untuk melakukan pekerjaan.
Adapun tugas dari executor ( supervisor maintenance) yaitu:
1. Melakukan meeting rutin
Disini supervisor untuk setiap paginya akan melakukan meeting
bersama anggonya dan membahas mengenai pekerjaan apa yang akan
dilaukan hari itu. Selain itu membahas pula apakan material, APD sudah
lengkap.
2. Menindak lanjuti temuan kerusakan oleh tim dilapangan
Disini supervisor akan menindak lanjuti temuan kerusakan yang
ada dilapangan. Kerusakan tersebut akan di laporkan kepada work
approval untuk di analisis. Selain itu supervisor juga menindak lanjuti
apakah pekerjaan yang dilakukan pada hari itu telah selesai atau belum dan
akan melaporkannya kepada scheduler.
3. Membuat EWO (emergency work order)
Apabila ditemuka kerusakan yang bersifat urgen atau unit trip dan
mengalami kerusakan maka supervisor akan membuat EWO. Dimana
EWO tersebut akan diberikan kepada recource coordinator untuk
menyediakan material yang diperlukan. Selain itu EWO tersebut juga di
kirimkan kepada scheduler.

Laporan Kerja Praktek 15


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

1.5.7 RCM ( Realibility Control Maintenance)

RCM merupakan posisi tersendiri yang bertugas untuk


menganalisis dan membuat stategimaintenance. Adapun tugas dari RCM
yaitu:
1. Melakukan proses registrasi asset dan perubahan data terhadap
peralatan
RCM akan membuat proses registrasi peralatan baru yang datang, selain
itu RCM juga akan mendata peralatan yang sudah terpasang. Data tersebut
akan digunakan untuk menentukan jadwal dari maintenance peralatan
(PV).
2. Merancang strategi maintenance rutin (PV) untuk peralatan-peralatan
Dari data yang telah diperoleh maka RCM akan menganilis data tersebut
yang akan di gunakan untuk menentukan strategi maintenance. Data
tersebut berasal dari manual book maupun dari main hour (pemakaian),
serta pengaruh tempat dan lingkungan. Strategi tersebut meliputi
pejadwalan preventif maintenance.
3. Menganalisis kualitas maintenance task pada setiap maintenance
strategi
RCM akan menganilis kualitas maintenance task untuk setiap pekerjaan
yang telah dilakukan, apakah berjalan dengan baik atau tidak. Selain itu
RCM juga menganalisis apakah penjadwalan maintenance tersebut sudah
baik atau perlu dirubah.
4. Menyediakan informasi mengenai peralatan yang berubah karena
adanya modifikasi atau improvement

Apabila ada peralatan yang telah mengalami modifikasi atau


improvement maka RCM akan menyampaikan informasi tersebut.

Laporan Kerja Praktek 16


PT. MALEA ENERGY
UNIT PLTA MALEA (2 × 45 MW)
SUB UNIT PLTM MALEA (4 × 3,6 MW)
KABUPATEN TANA TORAJA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

Laporan Kerja Praktek 17

Anda mungkin juga menyukai