Anda di halaman 1dari 90

MIEKE H.

SATARI
FIRMAN F. WIRAKUSUMAH

KONSISTENSI
PENELITIAN

-------------

SEBUAH PENGANTAR MEMBUAT PROPOSAL PENELITIAN YANG KONSISTEN


DALAM BIDANG KESEHATAN

FILOSOFI – RANCANGAN PENELITIAN – ANALISIS

1
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

BAB II : FALSAFAH ILMU ................. .................................................................................... 2

- ONTOLOGI
- EPISTEMOLOGI
- AXIOLOGI

BAB III : PENGETAHUAN ..................................................................................................... 13

BAB IV : PENELITIAN .......................................................................................................... 20

- PENELITIAN KUALITATIF
- PENELITIAN KUANTITATIF
- LATAR BELAKANG PENELITIAN
- MASALAH PENELITIAN
- KEGUNAAN PENELITIAN
- KAJIAN PUSTAKA
- KERANGKA PEMIKIRAN
- PREMIS
- HIPOTESIS
- RANCANGAN PENELITIAN
- ANALISIS STATISTIKA
- TABEL MODEL (DUMMY TABLES)

BAB V : KEPUSTAKAAN ...........................................................................................................

BAB VI : ETIKA PENELITIAN ......................................................................................................

BAB VII : PENULISAN ARTIKEL ..................................................................................................

BAB VIII jk: DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

PENJURUS ..................................................................................................................................

RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENGARANG .....................................................................................

2
KATA PENGANTAR

Buku ini ditulis dalam rangka membantu mahasiswa program Pascasarjana dalam membuat
Tesis, Disertasi atau penulisan Artikel Ilmiah. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan praktis
sehingga diharapkan mahasiswa dapat mengenal pola dasar penelitian dari masalah mendasar yaitu;
1) mengetahui falsafah ilmu, 2) rancangan penelitian yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti
dan 3), analisis, khususnya uji statistika yang diperlukan.

Buku ini disusun dengan organisasi sbb.; diawali dengan uraian ringkas falsafah ilmu dilanjutkan
dengan tata cara penelitian dibidang kesehatan, khususnya kedokteran. Diharapkan buku ini dapat
membantu mahasiswa dalam menyusun suatu karya ilmiah yang akan dipublikasikan secara runtut,
konsisten. Metodologi penelitian dan analisisnya disajikan secara praktis dengan contoh-contoh.
Diharapkan dapat membentuk alur fikir yang konsisten tidak berlebihan tetapi sesuai dengan
kaidah-kaidah metode penelitian yang dapat merubah pengetahuan yang menjadi masalah
utamanya maupun masalah yang khusus/spesifik menjadi suatu ilmu. Diharapkan peneliti dapat
mengenal tata cara meneliti dan menyajikan hasil penelitiannya dalam bentuk karya tulis sebagai
suatu pola dasar, selanjutnya dapat mengunakan pola/metode ilmiah ini dengan menganti-ganti
masalah yang dihadapinya dengan cara yang sama dan dapat menjawab berbagai macam
masalah/faktor/variabel sesuai dengan konsep yang baku dalam metode penelitian ilmiah. Dengan
perkataan lain pola ini menjadi pakem bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Dalam meneliti bukan
saja kemampuan akademis yang perlu dibangun tetapi perlu juga diketahui mengenai etika dan
moral penelitian. Dalam buku ini dikupas pula hubungan akademik, etika penelitian dan moral
penelitian yang sangat perlu dalam mempertahankan usulan penelitiannya didepan komite etik
penelitian kesehatan untuk mendapat ethical clearance. Akhirul kalam penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua fihak yang telah membantu penyuntingan buku ini, sehingga buku ini dapat
diterbitkan. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk
penyempurnaan buku ini.

Bandung ,........, 2010

Penulis

3
BAB I. PENDAHULUAN

Dewasa ini diperkirakan laporan hasil penelitian kedokteran tidak kurang dari dua juta artikel
pertahun yang dimuat dalam puluhan ribu jurnal ilmiah. Jurnal-jurnal kedokteran maupun kesehatan
pada umumnya dipublikasikan dalam berbagai bahasa di seluruh dunia. Diakui bahwa jumlah
penelitian yang berkualitas tinggi lebih banyak dilakukan dan dilaporkan di negara maju. Keadaan
yang kurang menggembirakan ini harus kita carikan cara yang baik untuk dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas penelitian di negara berkembang, khususnya di Indonesia. Penelitian
kedokteran pada umumnya lebih banyak menggunakan rancangan penelitian kuantitatif. Penelitian
ini disenangi oleh peneliti di bidang eksakta, termasuk para ahli kesehatan. Pendekatan dilakukan
secara deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka pemikiran, gagasan peneliti
berdasar pengalamannya. Fenomena atau masalah utama dikembangkan dan dicari akar
permasalahannya, dipecahkan dan diuji dan diajukan untuk memperoleh kebenaran sebagai
pembenaran suatu pengujian, dikenal sebagai proses dedukto-hipotetiko-verivikatif. Data dukung
penelitian berupa fakta-fakta yang didapat dengan melakukan penelitian secara empiris di lapangan
atau laboratorium, hasilnya dianalisis secara statistika. Metode pemecahan masalah ini dipakai
untuk memperoleh pembenaran (verifikasi). Cara berfikir demikian diterapkan dalam penelitian
kuantitatif, dikembangkan oleh penganut faham positivisme yang dipelopori Auguste Comte (1798-
1857). Filsuf Perancis ini dikenal sebagai bapak Ilmu Sosiologi dan penggagas Doktrin Positivisme.
Kebenaran menurut Comte dibagi berdasar 3 hukum umum : 1) teologi (fictitious), 2) metafisik
(abstract) dan 3) positif (scientific).

Tujuan penelitian adalah untuk menjawab fenomena alam (what), dikembangkan secara
kuantitatif dengan model-model matematis, secara linier mendeduksi masalah yang timbul,
membentuk hipotesis melalui premis-premis. Pengukuran penelitian kuantitatif didasarkan pada
kekuatan angka-angka dan data empiris yang merupakan bagian sentral dari penelitian. Proses
penyusunan hasil penelitian dipakai pendekatan empiris dengan memakai berbagai alat ukur dan
skala yang sesuai, kemudian kumpulan data itu di analisis dalam bentuk pembaghasan. Di dalam
membahas hasil penelitian tersebut dilakukan pendekatan induktif-deduktif (how & why) untuk
sampai kepada tujuan yaitu, mendapatkan teori baru atau se-kurang2-nya mencapai suatu hipotesis
yang teruji mendukung atau memperkuat teori lama (re-teori). Sebagai tujuan akhir dari suatu
penelitian adalah untuk mendapatkan suatu nilai yang baru (novel and value). Semoga buku ini
dapat membantu peneliti dalam menyusun laporan penelitiannya berupa suatu tesis atau disertasi
ataupun penulisan artikel ilmiah untuk publikasi.

4
BAB II. FALSAFAH ILMU

Mengapa dan untuk apa kita perlu memahami ; falsafah ilmu, pengetahuan, ilmu itu sendiri
dan teknologi?. Pertanyaan ini timbul masa kini, karena jauh sebelumnya, dahulu kala, manusia
banyak menggunakan akal dan nalarnya dengan menggantungkan pada hal-hal yang bersifat teologis
dan metafisika. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu; Philos : gemar, senang atau cinta dan
Sophia : kebijaksanaan atau kebenaran. Filsafat berarti “cinta kebenaran”, berusaha mengetahui
tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya, baik mengenai hakekat adanya sesuatu ; fungsi, ciri-ciri,
kegunaan, masalah-masalah serta pemecahannya. Dengan perkataan lain kita berfalsafah, kita
mengadakan usaha secara akademis untuk mendapat jawaban mengenai fenomena alam semesta,
“to see the problem beyond”. Perasaan peneliti timbul dan berkembang dari diri peneliti akan rasa
keingin tahuan, atas dasar keraguan dan keinginan kita untuk mencari-cari kebenaran. Dengan
kerendahan hati seseorang, berterus terang, jujur mencari sesuatu kebenaran mendekati yang
sebenar-benarnya. Kebenaraan hakiki itu sendiri tidak ada dalam kamus duniawi, kebenaran yang
hakiki akan kita dapatkan diakhir yaitu, kelak bila kita kembali. Kita jangkau kebenaran itu dengan
menggunakan akal sehat, metode ilmiah sedapat mungkin sedekat mungkin seakan–akan nampak
dalam pengertian kita itu adalah kebenaran hakiki.

Kebenaran yang kita dapatkan sekarang seperti kata filsuf Timur adalah, sebagai perumpamaan
sebuah “cermin besar”. Cermin yang utuh itu dibawa Nabi Adam dan Siti Hawa dari Arsy, dalam
perjalanannya menuju bumi pecah tercerai-berai, kepingan-kepingan cermin itu sampai di bumi dan
yang seperti kita pegang sekarang, hanyalah sepotong kecil cermin kebenaran.

Kebenaran duniawi adalah, kebenaran individu atau kelompok dan kebenaran tersebut ditarik atas
dasar konsensus. Benar kata sekelompok orang, belum tentu benar kata kelompok lain. Kebenaran
hanya dapat diuji yang mungkin suatu waktu akan terpatahkan dan akan dibangun kebenaran lain,
yang lebih mendekati akan kebenaran hakiki. Pada dasarnya pemikiran manusia diawali oleh
pemikiran religius, kemudian masuk ke pemikiran era metafisika. Metafisika adalah sesuatu yang
berada dibalik/belakang benda-benda fisik. Masa kini umumnya manusia; berfikir logis, empiris dan
etis. Dengan kemampuan manusia berfalsafah, kita dapat menjawab masalah-masalah yang kita
hadapi sebagai yang kita kenal sekarang “pengetahuan”. Pengetahuan itu kita uji dengan metodologi
khusus sehingga sampai pada tingkat “ilmu”. Ilmu selanjutnya kita terjemahkan ke dalam
“teknologi”.

Landasan Filasafat Ilmu terdiri dari 3 cabang ilmu yaitu; Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.

Ontologi :

Ontologi adalah kajian filsafat Yunani yang paling kuno dengan tokoh-nya a.l.: Thales (624-
646 SM), Socrates (470 SM – 399 SM), Aristoteles (460-370 SM dan Plato (428-347 SM).

Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu; Onto : being, becoming, wujud dan Logos: ilmu. Ontologi
adalah ilmu tentang hakikat kenyataan/tentang wujud. Ontologi adalah membahas sesuatu yang
nyata. Dikatakan pula bahwa ontologi adalah koseptualisasi yang spesifik. Secara sederhana ontologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan yang konkrit secara kritis.

5
Definisi Onkologi bervariasi, dikemukakan dengan berbagai cara dan banyak kajian-kajian serta
turunan-turunannya dalam berbagai pandangan para filsuf. Ontologi pada dasarnya
mempermasalahkan akan adanya hakikat kenyataan, digolongkan kedalam 3 golongan yaitu ; 1)
materialisme, sesuatu yang bersumber dari materi, 2) idealisme/spiritualisme, sesuatu yang
bersumber dari spirit/rohani dan 3) antagonisme, aliran yang bersifat skeptis (ragu-ragu atas
jawaban yang sebenarnya). Peneliti lain membaginya kedalam golongan-golongan sbb.: 1) realisme,
2) naturalisme, 3) empirisme. Dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah ilmu yang membicarakan
mengenai hakikat segala sesuatu dan mencari penyelesaian mengenai masalah “ADA”. Menjawab
mengenai keberadaan atau dalam perkataan lain menjawab “WHAT”.

Ontologi adalah bagian dari filsafat yang dikelompokkan dalam filsafat metafisika. Metafisika adalah
pengembangan dari falsafah religius. Thales mengembangkan Ontologi ini kearah pemikiran ilmiah,
maka Thales dianggap sebagai “Bapak dari Ilmu” (Father of Science), kemudian pandangan ilmiah ini
mempengaruhi Phytagoras (570-495 SM), Plato dan Aristoteles. Pada abad ke 5 Masehi Ontologi
berkembang pesat, memasuki masa Medieval (500-1350) dan masa Renaissance di Eropa (1350-
1600). Dikenal banyak filsuf-filsuf terkemuka yang mengembangkannya seperti ; Edmund Husserl
(Ontologi formal), Bernard Bolsano (Ontologi kontemporer), Bolzano & Brentano (Ontologi
fenomenologis) dll. Lebih dari seribu tahun telah berlalu, Ontologi berkembang menjadi ilmu
modern yang mencoba mencari jawaban mengenai “ADA”nya Alam Semesta. Ontologi dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan empiris, menyusun fakta untuk justifikasi dalam menjawab
fenomena semesta alam. Ontologi dalam perkembangannya dapat mendampingkan antara ilmu-
ilmu empiris dengan agama maupun seni, etika, dan estetika. Di masa sekarang kita dapatkan di
dalam ilmu-ilmu modern yang berkembang pesat dan membentuk cabang cabang ilmu. Ilmu-ilmu
modern yang didasari pemikiran ilmiah dari Thales ribuan tahun yang lalu, sekarang kita kenal
seperti ilmu ; Antropologi, Sosiologi, Fisika maupun Kedokteran atau Kesehatan pada umumnya.

Thales (624-546 SM) Phytagoras (570-495 SM)

6
Socrates (470 SM – 399 SM) Plato (427 SM – 347 SM)

Gambar 1 : Filsuf-filsuf yang mendasari Falsafah Ilmu

Sumber : Wikipedia

Gambar : Falsafah hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan ilmu Kesehatan

Epistemologi :

Epistemologi adalah kajian filsafat Yunani yang kuno dengan tokoh-nya a.l.: Socrates (469-
399 SM), Plato dan Aristoteles. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu; Episteme :
pengetahuan dan Logos: ilmu. Socrates merupakan filsuf yang menyebarkan filsafatnya dalam kajian
epistemologi dan etika. Kurang banyak di beritakan tetapi muridnya Plato menceritakan banyak
mengenai Socrates dalam bukunya yang terkenal Platos’s Apology. Epistemologi adalah ilmu,
disebut sebagai pengetahuan yang sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi dikaitkan pula
dengan suatu disiplin yang disebut critica. Secara sederhana epistemologi diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari proses berfikir logis, empiris dengan menggunakan pengetahuan (HOW, WHY,
WHEN, WHERE).

Dalam perkembangan filsafat terbentuklah macam-macam aliran. Pada abad pertengahan di Eropa
berkembang aliran-aliran misalnya : Positivisme, Idealisme, Rasionalisme, Empirisme.

Positivisme:

Positivisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa Ilmu Alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan Metafisika. Tidak
mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Positivisme dikenal pula sebagai
aliran filsafat dari aliran perspektif epistemologi. Auguste Comte (1798-1857), filsuf Perancis dari
Universitas Montpellier ini dalam bukunya, antara lain yang dikenal sebagai “Cours de Philosophie
Positive”, mengemukakan tahapan berfikir manusia dapat dibagi menjadi ; 1) tingkatan teologi, 2)
tingkatan metafisik dan 3) tingkatan positif. Pada tahapan tingkat positif (Etat Positive), manusia
sudah menemukan pengetahuan yang cukup untuk menguasai Alam Semesta. Manusia mampu
mengatur alam dan memanfaatkannya untuk kepentingan kemanusiaan. Didalam masa ini, aliran
positivisme berkembang pesat. Di dalam Era ini manusia mengandalkan akalnya untuk berfikir dan
mengembangkan pemikirannya dari suatu pengetahuan, dirubah dengan metodologi ilmiah kearah
penemuan ilmu. Ilmu dijabarkan dalam bentuk teknologi. Pengetahuan yang sistematik tersebut
dilengkapi kriteria dan patokan yang menentukan bahwa, pengetahuan itu membahas mengenai

7
benar atau tidak benar dan membahas dalam pengetahuan itu mengenai isi dan arti. Dalam mencari
kebenaran kemudian berkembanglah aliran Rasionalisme.

Idealisme, Rasionalisme dan Empirisme :

Idealisme adalah teori filsafat yang mendasarkan alam dan realitas, di dasarkan pada ide dan
pemikiran. Falsafah ini di dasarkan bukan dari kebendaan tetapi dari alam pemikiran atau ide. Idealis
yang dianggap sangat berperan dalam perkembangan aliran ini adalah Plato. Rasionalisme atau
gerakan rasionalis adalah aliran filsafat lain yang mendasarkan pada metode penelitian dengan
dasar rancangan eksperimen. Alam rasional dikembangkan menggunakan logika, dengan mencari
fakta-fakta untuk pembuktian empiris. Rasionalisme mempunyai kemiripan dengan aliran
Ideologime. Arah dan tujuannya adalah humanisme dan atheisme. Kebenaran itu tidak harus
ditentukan oleh ; iman, dogma atau ajaran agama. Suasana batin di waktu itu adalah penolakan
terhadap perasaan (emosi), adat istiadat dan kepercayaan yang sedang populer pada masanya. Rene
Descartes (1596-1650), filsuf Perancis, mengawali gagasan Rasionalisme ini. Rasionalisme Descates
dikenal dengan Rasionalisme Kontinental. Perkembangan aliran ini sekarang lebih fleksibel dengan
mendasarkan pengujian–pengujian gagasan melalui pendekatan sains yang mengandalkan pada
percobaan, pengamatan (Rasionalisme modern). Empirisme adalah aliran lainya yang berkembang
pada waktu yang bersamaan, suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia
telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme dilahirkan di Inggris
dengan 3 aspek esponennya yaitu ; David Heme, George Berkeley dan John Locke (1632-1704).

Immanuel Kant (1724-1804), filsuf dari Jerman mempercayai bahwa pemikiran metafisika dapat di
rubah menjadi pemikiran yang didasari pengetahuan (Epistemologi). Kant berpendapat bahwa aliran
empirisme dan rasionalisme mempunyai arah yang bersamaan. Para filsuf sejak Plato di masa Yunani
Kuno mengembangkan Falsafah, suatu pemikiran spekulatif menjadi pengetahuan yang lebih
bersifat tentatif untuk merancang metode penelitian secara ilmiah dan sampai pada hasil normatif
yang kita kenal sebagai ilmu. Perkembangan falsafah ilmu ini mencapai puncaknya di daratan Eropa
pada abad pertengahan dan terus berkembang sampai sekarang. Filsuf-filsuf mengembangkan
pemikiran atau ide-nya dengan diperkuat data dan fakta empiris, menjauhkan diri dari kebenaran
dogma. Sejauh mana kebenarannya Wallahu Alam. Manusia berusaha , Tuhan yang menentukan
(“Man proposes, God disposes”) karena “ A lot of research is concerned not with ’finding out
something you dont’t know’ but finding out that you dont’t know something”

8
IDEALISME/ RASIONALISME/
EMPIRISME
BERFIKIR RASIONAL

MERUMUSKAN MASALAH

FORMULASIKAN IDE

P R E M I S

DEDUKSI

DASAR-DASAR DEDUKSI MEMAHAMI


PEMECAHAN FENOMENA
MASALAH INDUKSI

Gambar 3 : Rasionalisme/Idealisme/Empirisme

Axiologi :

Aksiologi berasal dari kata Yunani : Axios yang berarti nilai, jadi Aksiologi adalah Teori
tentang Nilai. Teori nilai ini dikaitkan dengan kegunaan dari pegetahuan yang diperoleh. Hal-hal yang
dipermasalahkan adalah ; 1) moral dalam melahirkan etika, membahas mengenai hal yang baik dan
yang lebih baik, 2) estetika melahirkan ekspresi keindahan, membahas yang indah dan lebih indah
dan Bramel menambahkan, 3) membahas mengenai kehidupan sosial politik.

Mencari nilai-nilai (value/what for). Dalam kalimat tanya dapat disampaikan sebagai : What is the
value of your study for mankind?. Jujun Suryasumantri, mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Pada intinya aksiologi membahas dan
menyoroti fakta bahwa, pengetahuan yang didapat di rubah menjadi sebuah ilmu yang didasari
metode menghasilkan suatu manfaat yang dinamakan Nilai.

9
ONTOLOGI
MENCARI MASALAH/ MENGENAI “ADA”
(WHAT)

EPISTEMOLOGI
BERFIKIR LOGIS, EMPIRIS dengan PENGETAHUAN
(HOW ,WHY, WHEN, WHERE )

AXIOLOGI
MENCARI NILAI-NILAI (VALUE/WHAT FOR)

WHAT IS THE VALUE OF YOUR STUDY


FOR MANKIND ?

Gambar 6 : Dasar Falsafah Ilmu

FILSAFAT PENGETAHUAN

ILMU

ALAMIAH SOSIAL

PSIKOLOGI
KIMIA FISIKA EKONOMI
POLITIK
SOSIOLOGI
HUKUM
BUDAYA
BIOLOGI
ANTROPOLOGI

KEDOKTERAN

KESEHATAN

Gambar : Filsafat hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan Ilmu Kesehatan

10
Filosofi dalam bidang Kedokteran/Kesehatan

Umumnya para filsuf dahulu mempunyai banyak kemampuan dalam berbagai masalah,
mereka di pengaruhi filsuf yang lahir sebelumnya dan mempengaruhi filsuf-filsuf yang datang
kemudian. Hippocrates (460-377 SM), filsuf Yunani kuno, seorang dokter, dikenal sebagai Bapak
Ilmu Kedokteran, dikenal dengan Sumpah Hippocrates-nya.

Ibnu Sina (Avicenna) : (980-1037), seorang Persia. Ibnu Sina dikenal sebagai filsuf Islam dan
seorang dokter selain itu menguasai bidang ilmu2 lainnya seperti; kimia, astronomi, etik, geografi,
matematik, psikologi, fisika, poetry, sain dan dijuluki Bapak Kedokteran Modern. Ibnu Sina
mempengaruhi pemikiran Omar Khayyam, al-Gazali, Albertus Magnus, Thomas Aquina, Jean Buridan.

Hermann Boerhaave (1668-1738). Bangsa Belanda dari Universitas Leiden, menguasai ilmu-ilmu;
filosofi, botani, kimia, sain, anatomi. Dikenal dalam dunia Kedokteran dengan Boerhaave syndrome.
Mempengaruhi pemikiran : Linnaeus, Voltaire.

Charles Robert Darwin (1809-1882): Bangsa Inggris dari Universitas Edinburg dan Universitas
Cambridge. Dikenal dengan perjalanan lautnya mengelilingi dunia dengan kapal HMS Beagle.
Bukunya yang terkenal : On the Origin of Species. Mempengaruhi pemikiran : Alfred Wallace, George
Mendel. Darwin Dikenal dengan hukum Evolusinya.

George Mendel (1822-1884) : Bangsa Austria dari Universitas Vienna. Penemu hukum-
hukum Genetika dan dikenal sebagai Bapak Genetika Modern. Dikenal dengan hukum Kebakaannya.
Dua kosep filsuf diatas yaitu, Evolusi dari Darwin dan Kebakaan dari Mendel, sekarang
dikembangkan konsep baru yang dikenal sebagai Neo-Darwinian. Dalam kajian-kajiannya Hardy-
Weiberg mengemukakan suatu rumus keseimbangan dari kombinasi populasi genetik dan seleksi
alam dalam rumusan statistik untuk melihat efek seleksi dari genotip dan memperkirakan apa yang
akan terjadinya, pemikiran ini berdasarkan konsep seleksi genetik dalam kaitannya dengan hukum
Mendel dan Darwin tersebut.

Hippocrates (460-377 SM) Avicenna (980-1037)

11
Charles Darwin (1809-1882)

Hermann Boerhaave (1668-1738)

George Mendel (1822-1884)

Gambar 7 : Filsuf-filsuf yang mempengaruhi ilmuwan dibidang Kesehatan/Kedokteran

Sumber : Wikipedia

BAB III PENGETAHUAN

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia. Pengetahuan merupakan


hasil tahu yaitu, kesan dalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya.
Pengetahuan diperoleh setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang
pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Hal ini terjadi setelah orang melakukan
kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu.

12
ILMU PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan merupakan suatu hasil kegiatan berkelanjutan, berkesinambungan antara


kegiatan-kegiatan yang dirintis oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Pakar-pakar ilmiah tersebut
melahirkan teori-teori bagi masing-masing disiplin ilmunya.

Bagaimana seseorang akan mulai meneliti?. Berdasar bukti-bukti ilmiah yang sudah
dihasilkan ilmuwan terdahulu, dipakailah hasil penelitiannya (premis) sebagai dasar membangun
kerangka pemikiran untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (fenomena). Bertitik tolak dari
seleksi bukti-bukti yang ada, dibuat kajian-kajian (kajian pustaka) dan setelah itu di kristalisasi dalam
kerangka berfikir deduktif maka akan didapat esensi pernyataan dari masalah yang dihadapi yang
kemudian di deduksi menjadi premis-premis.

Kerangka penelitian adalah alur fikir seorang peneliti yang dapat digolongkan dalam sebuah
esei argumentasi yaitu, suatu penalaran yang menampilkan sikap dan pandangan peneliti ; bersifat
kritis dan analitis dalam mengkaji masalah yang dihadapi. Penalaran adalah suatu proses berfikir
manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang akan dinalar sehingga dapat sampai
pada simpulan. Data yang di nalar boleh benar boleh pula tidak benar. Penalaran terdapat 2
golongan ; 1) penalaran deduktif, 2) penalaran induktif. Disini peneliti mengemukakan atau
membangun peran apa saja dari berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah penelitian. Faktor-
faktor tersebut diubah menjadi variabel yang dapat diukur. Di kemukakan alasan-alasan pemilhan
varibel, yang mana yang akan diteliti dan variabel lain sebagai kontrol. Argumentasi peneliti ini
merupakan daya dukung dasar teoritis yang kuat. Data dukung yang di dasarkan atas kajian pustaka
ini merupakan kerangka pemikiran yang akan di deduksi menjadi premis-premis.

Premis-premis mempunyai ciri-ciri : 1) mempunyai gabungan atau hubungan antara dua


atau lebih preposisi, 2) tersusun sistematis dan runtut untuk membangun hipotesis.

TAHU DAN PENGETAHUAN (Al Ghazali 1058-1111)

TAHU BAHWA TAHU

TAHU BAHWA TIDAK TAHU

TIDAK TAHU BAHWA TAHU

TIDAK TAHU BAHWA TIDAK TAHU

Penalaran deduktif : Suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini dan berakhir pada simpulan atau pengetahuan baru yang
lebih khusus. Metode ini dipakai dalam penelitian kuantitatif dengan diawali pembentukan teori,
hipotesis, definisi operasional, instumen dan operasionalisasi. Dengan perkataan lain dalam meneliti
seseorang harus memulai langkahnya dari pemahaman gejala atau fenomena. Kemukakan masalah

13
utamanya terlebih dahulu, kemudian membuat konsep dan menguasai teorinya. Penelitian baru
dilaksanakan setelah penguasaan hal-hal tersebut diatas. Dalam penalaran deduktif kata konsep dan
teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Penalaran induktif : Suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil
pengamatan empiris dan berakhir pada suatu simpulan atau pengetahuan yang baru dan bersifat
umum. Penalaran induktif merupakan kebalikan penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan
melakukan penelitian tidak harus memiliki konsep secara lengkap tetapi cukup mengamati masalah
di lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam
konteks ini teori bukan merupakan persaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala
dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan
generalisasi. Penalaran induktif merupakan dasar dari pembahasan dalam penelitian kualitatif.

Korelasi Penalaran deduktif dan induktif

Penalaran deduktif dan induktif seolah-olah merupakan cara berfikir yang berbeda dan
terpisah. Didalam praktiknya antara berfikir berangkat dari teori atau berangkat dari fakta empirik
merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau berbicara mengenai teori sebenarnya kita sedang
mengandaikan fakta dan kalau kita bicara fakta kita sedang mengandalkan teori. Dengan lain
perkataan untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah, kedua penalaran tersebut dapat digunakan
secara bersama-sama dan saling mengisi dan dilaksanakan dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang
menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum logika. Upaya menemukan kebenaran dengan
cara memadukan penalaran deduktif dan penalaran induktif tersebut melahirkan proses berfikir
refleksi (reflective thinking). Cara penalaran korelasional seperti ini merupakan dasar pada waktu
membahas hasil penelitian, khususnya dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif penalaran
didasarkan atas suatu peristiwa umum, kebenarannya sudah diketahui dan diyakini. Perkembangan
ilmu ini melahirkan metode ilmiah yang kita kenal sekarang sebagai konsep; dedukto-hipotetiko-
verifikatif.

MYSTICAL ONTOLOGIGAL FUNCTIONAL


truth

SUPERSTITION OBSERVATION USING KNOWLEDGE


AROUND/NATURE BASED ON ONTOLOGICAL

THE BEGINNING
OF THE DEVELOPMENT OF SCIENCE

START WITH FACTS


ENDED WITH FACTS

NEW THEORY
A RATIONAL EXPLANATION WHICH IS
COMPATIBLE WITH THE EXPLANATORY OBJECT

SCIENTIFIC THEORY
CONDITIONS :
1. CONSISTENT WITH THE PREVIOUS THEORY (DEDUCTIVE)
2. MATCH WITH THE EMPIRICAL FACT (INDUCTIVE)

Gambar 5 : Teori Ilmiah

14
Perkembangan Pengetahuan menjadi ilmu :

Bagaimana membedakan pengetahuan dengan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan dari


sesuatu yang “ADA” yang di teliti dengan suatu metodologi yang diduga akan mendekati
kebenaran dan dapat disimpulkan menjadi suatu teori baru yang disebut ilmu. Bagaimana
kita dapat menguji mengenai keberadaan ilmu tersebut secara shahih. Maka dibuat metode
ilmiah yang dapat menerangkan keberadaannya. Dengan perkataan lain, alur fikir (the way
of thinking) seorang peneliti adalah suatu aktifitas peneliti untuk mencari kebenaran relatif
dari pengetahuan luas yang dikuasainya didasari pemikiran logis, analitis dan ilmiah serta di
bungkus dengan etika dan moral tinggi.

Perkembangan Ilmu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu: alamiah dan sosial.
Ilmu alamiah berkembang kearah ilmu-ilmu ; Kimia, Fisika, Biologi, Kedokteran. Ilmu sosial
berkembang kearah Ilmu-ilmu ; Ekonomi, Politik, Hukum, Sosiologi, Budaya, Antropologi.
Diantaran kedua ilmu ini berkembang ilmu-ilmu seperti Ilmu Psikologi. Dikenal pula
kumpulan ilmu yang digolongkan kepada rumpun ilmu Kesehatan. Rumpun ilmu Kesehatan
seperti : Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Kebidanan, Farmasi dan Psikologi.

FILSAFAT PENGETAHUAN

ILMU

ALAMIAH SOSIAL

PSIKOLOGI
KIMIA FISIKA EKONOMI
POLITIK
SOSIOLOGI
HUKUM
BUDAYA
BIOLOGI
ANTROPOLOGI

KEDOKTERAN

KESEHATAN

Gambar 2 : Falsafah ilmu hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan ilmu Kesehatan

15
HEALTH SCIENCES

MEDICINE SURGERY

INTERNAL
MEDICINE DIGESTIVE

PEDIATRICS ANESTESIOLOGY
NEUROLOGY ENT
UROLOGY
DERMATOVENEROLOGY ORTHOPEDICS
OBGYN
OPHTHALMOLOGY
PSYCHIATRY NEURO
SURGERY
HUMAN BEING

NURSING PSYCHOLOGY DENTISTRY

Gambar : Kelompok ilmu Kesehatan

PROSES PENGUNGKAPAN DAN TERWUJUDNYA ILMU

FENOMENA
(Masalah yang dihadapi)

Kesenjangan “das sein und das sollen”

ASUMSI

IDENTIFIKASI/PERUMUSAN MASALAH

KERANGKA BERPIKIR -Penelusuran kepustakaan


-“State of the art”

HIPOTESIS
-Rancangan penelitian
METODOLOGI -Etika
PENELITIAN -Hukum
-Uji Statistik

TESIS

FAKTA

TEORI

ILMU

Gambar : Proses pengungkapan dan terwujudnya ilmu

16
MASALAH FORMULASIKAN
Cari hal yang spesifik
UTAMA

Kerangka konsep/
DEDUKSI pemikiran
Elaborasi
(kajian pustaka) Premis Mayor/Minor

Hipotesis
penelitian Hipotesis statistik
(simpulan Ho – H1
sementara)
VERIVIKASI Hipotesis teruji

INDUKSI
(berfikir logis SIMPULAN
+ Teori baru/Reteori
empiris)

Gambar : Proses deduksi dan induksi masalah dalam penelitian

17
BAB IV PENELITIAN

Penelitian adalah suatu sistematika atau metode ilmiah dalam pencarian fakta yang
dilakukan untuk menguji keingintahuan atau suatu sistematika pencarian untuk mendukung
fakta, dilakukan secara ilmiah.

Apa yang diperlukan oleh seorang peneliti :

- Memahami kepustakaan
- Logika deduktif-induktif
- Kejelian mengamati fenomena (pengetahuan luas)
- Kemampuan menggunakan alat uji statistika : deskriptif inferensial, parametrik dan non-
parametrik.
- Kemampuan menyusun tesis/disertasi dan membuat artikel ilmiah yang dipublikasikan
dalam jurnal ilmiah.

Karakteristik ilmiah seorang ilmuwan :

- Sikap ingin tahu, sikap kritis, skeptis, tabayyun.


- Sikap terbuka, sikap objektif, rela menghargai karya orang lain.
- Berani mempertahankan kebenaran.
- Mempunyai pandangan jauh ke depan.

Penelitian Kesehatan :

- Kesehatan individu : orientasi klinis pengobatan(Kedokteran), molekuler,para klinik, klinik


(Medik-Bedah)
- Kesehatan Komunitas : Orientasi Pencegahan (Kesehatan Masyarakat): epidemiologi,
pendidikan kesehatan-kesehatan lingkungan-administrasi kesehatan –gizi masyarakat
- Secara makro : Kesehatan : sistem dari kumpulan ilmu alamiah-sosial-budaya dan terkait
dengan subsistem lain : pendidikan-ekonomi-politik dlsb.

Orientasi/Fokus Kegiatan : Masalah bidang Kesehatan : Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan,


Kefarmasian, Kebidanan dan Psikologi.

Subjek Penelitian :

1. Dasar-dasar Falsafah
2. Pengetahuan
3. Bahasa Pengantar dan Matematika
4. Statistika
5. Metodologi Penelitian
6. Dasar keilmuan (Substansi dan materi Penelitian)
7. Penguasaan tahapan Penelitian
8. Pemilighan rancangan penelitian
9. Penguasaan Ilmu dan teknologi
10. Etika dan moral penelitian

18
Pembimbingan More Info :
Presentasi Ilmiah Penugasan
Learning Issue
Filsafat Ilmu
Metodologi
Latar Belakang
Tujuan
Metode Penelitian
Dasar Ilmu
Statistik
Etika
More Info : More Info : Diskusi
Laboratory Technique Metode Statistik

Gambar : Kerangka konsep modul pembelajaran terintegrasi

Pendekatan Penelitian :

Secara umum pendekatan penelitian dibagi dalam dua bagian; 1) paradigma penelitian kuantitatif
dan 2) paradigma penelitian kualitatif.

PENELITIAN KUALITATIF

Penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri ; 1) rasionalistik, 2) fungsionalis, 3) positif, 4)


naturalistik, 5) penelitian dari dalam, 6) interpretatif, 7) konstruktif, 8) naturalistik etnografi.
Peneltian kualitatif banyak dipakai oleh peneliti sosial, walaupun demikian di bidang kesehatan
banyak juga dipakai metode penelitian kualitatif antara lain di dalam penelitian bidang kesehatan
masyarakat. Penelitian kuantitatif banyak diminati para peneliti bidang eksakta, termasuk bidang
Kesehatan dan Kedokteran pada umumnya. Lincoln dan Guba mengemukakan perbedaan kuantitatif
dan kualitatif yang menekankan kepada perbedaan pandangan mengenai ; 1) asumsi kenyataan, 2)
hubungan antara mencari tahu dengan tahu, 3) generalisasi, 4) kausalitas dan 5) masalah nilai.

PENELITIAN KUANTITATIF

Penelitian kuantitatif mempunyai ciri, yaitu, suatu penelitian ilmiah dengan cara melihat
suatu fenomena, kemudian merumuskan masalahnya dan menghubungkan satu dengan lainnya
secara sistematis. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-
model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Dengan
pendekatan secara ini, telah banyak dikembangkan berbagai ilmu pengetahuan baru. Proses
pengukuran menjadi bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif. Dicari hubungan yang

19
mendasar antara pengamatan empiris yang diperlihatkan dalam tabel-tabel hasil dengan ekspresi
matematis dalam uji-uji statistik.

Penelitian kuantitatif mempunyai ciri-ciri :

1. Adanya jarak antara peneliti dan yang diteliti atau yang mengamati dan yang diamati,
sehingga pengaruh peneliti pada objek yang diteliti dapat dihindari. Penelitian didasarkan
atas kekuatan angka.
2. Penelitian dimulai dengan kerangka teori, menentukan variabel beserta alat ukurnya,
merumuskan premis dan hipotesis dengan cara deduksi, selanjutnya di induksi untuk
mendapat teori baru atau memperkuat toeri lama (re-teori).
3. Objek,gejala, peristiwa atau perilaku harus dapat diamati, ditangkap oleh panca indra,
terencana, terkontrol dan diukur (dikuantifikasi) dan diramalkan.
4. Rancangan penelitian sudah ditentukan sebelumnya, perubahan rancangan merubah
komponen-komponen dari rancangan tersebut.
5. Jumlah sampel ditentukan sebelumnya, lazimnya secara acak yang ditarik dari populasi dan
hasil penggalian data dari kepustakaan, direncanakan dalam bentuk tabel model (dummy
tables). Jumlah sampel minimal dapat di generalisasi/ekstrapolasi pada populasi target.
6. Analisis dengan uji statistik.

MEMBEDAKAN PENELITIAN
BIDANG KESEHATAN
Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif
- Diminati peneliti eksakta - Diminati peneliti sosial
- Dilandasi kekuatan angka - Dilandasi kekuatan naratif
- Mengambil jarak dari situasi alamiah - Kejadian dalam situasi
alamiah
-Menjaga jarak peneliti subjek - Kontak langsung di lapangan
- Cara berfikir deduktif - Cara berfikir induktif
- Perspektif reduktif - Perspektif holistik
- Orientasi pada kasus unik - Jumlah sampel sesuai dengan
ditentukan jumlah sampel dimuka keperluan (berubah)
- Dibangun ; deduksi-hipotesis-verivikatif - Tanpa hipotesis-induktif-
generalisasi
- Berfikir linier - Berfikir sirkuler/dinamis
- Peneliti; satu aspek diantara yang lain - Peneliti; instrumen kunci

Gambar : Membedakan Penelitian Bidang Kesehatan (Kuantitatif dan Kualitatif).

20
Proses dan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian kuantitatif dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini. Bagan ini
mencerminkan isi penelitian yang dimulai dari masalah yang akan diteliti sampai dengan
Simpulan dan Saran. Didalam proses ini terkandung kerangka pemikiran peneliti dalam
menjawab permasalahannya dengan pendekatan penalaran deduksi dan induksi untuk
mencapai hasil penelitian dalam bentuk Simpulan dan saran.

PROSES & PELAKSANAAN PENELITIAN


Deducto—Hypothetico—Verivikatif
Masalah Deduktif
Masalah Utama
Dampak Premis - Premis
Landasan Teoritik
Masalah Spesifik = Landasan Empirik Hipotesis Penelitian
Elaborasi
Kesenjangan

Rancangan Penelitian Deduktif & Induktif

Terima / Tolak
Struktur Strategi
Identifikasi dan Klasifikasi Tipe Penelitian : Eksperimental /
Variabel Observasional
Konseptualisasi Rancangan :Kohor/ kasus-kontrol/
Definisi Operasional potong silang
Paradigma / Model Pengumpulan data
Pengembangan Alat = Hipotesis Operasional / Statistika
Ukur/skala/alat uji statistika Pembahasan : Analisis Ilmiah/
Simpulan statistika

SIMPULAN PENELITIAN
SARAN

Gambar : Proses & Pelaksanaan Penelitian

Judul Penelitian :

Judul penelitian mencerminkan isi penelitian yang mengandung konsep atau


hubungan antar konsep yang menggambarkan gejala atau fenomena yang diteliti, sasaran
penelitian (populasi dan lokasi) serta metode penelitian.

21
JUDUL PENELITIAN

LATAR BELAKANG PENELITIAN

RUMUSAN MASALAH

TUJUAN PENELITIAN

KEGUNAAN PENELITIAN : ILMIAH

KEGUNAAN PENELITIAN : PRAKTIS

Gambar : Alur dari Judul Penelitian sampai Kegunaan Penelitian

Latar Belakang Penelitian :

Latar belakang penelitian merupakan uraian mengenai fenomena yang dapat diangkat
dari masalah-masalah teoritis atau praktis. Di dalamnya tersurat dan tersirat argumentasi-
argumentasi mengenai pemilihan topik. Di ungkapkan alasan-alasan kuat mengenai adanya
perbedaan antara konsep (das Sein) dan teori yang ada (das Sollen). Di gambarkan pula
situasi dan inti sari yang melatar belakangi masalah dengan dilandasi laporan penelitian-
penelitian terdahulu yang bersangkut paut dengan masalah yang diajukan. Secara keseluruhan
merupakan narasi yang menggambarkan penalaran deduktif peneliti. Latar belakang ini
diakhir dengan tema sentral yang bertujuan mengemukakan dan meletakkan penelitian yang
akan dilakukan dalam peta keilmuan yang menjadi perhatian peneliti.

Langkah-langkah menulis Latar Belakang Penelitian dapat disarikan sbb.:

 Pernyataan tentang gejala atau fenomena umum yang akan diteliti, boleh
diangkat dari masalah teoritis atau diangkat dari masalah praktis
 Argumentasi tentang pemilihan topik penelitian (menunjukkan permasalahan
sebagai perbedaan antara das Sein dan das Sollen (konsep atau teori yang ada)
 Besarnya masalah, dampaknya bila masalah tidak teratasi serta manfaatnya
bila masalah teratasi
 Aktual dalam waktu dan lokasi merupakan masalah yang spesifik untuk diteliti
 Situasi yang melatar belakangi masalah (yang dipermasalahkan)
 Penelitian terdahulu yang bersangkutpaut dengan masalah (elaborasi)
 Kesenjangan yang akan dijawab dalam penelitian ini
 Intisari dari kerangka teori yang menjadi masalah, termasuk di dalamnya
mengemukakan identifikasi masalah, pemilihan masalah, isu atau tema sentral
 Memiliki sifat-sifat, sbb: mampu laksana, menarik, memberikan sesuatu yang
baru, etis, serta aktual (FINER : Feasible, Interesting, Novel, Ethical, Relevant)
 Tema sentral merupakan kumpulan kalimat dalam beberapa paragraf yang
merupakan sari dari masalah penelitian dan merupakan narasi dari rumusan
masalah
 Orisinalitas penelitian dapat diketahui dari latar belakang penelitian

22
THE CONCEPT OF ORIGINALITY

 1. Carrying out emperical work that hasn’t been done before

 2. Making a synthesis that hasn’t been made before

 3. Using already known material but with a new interpretation

 4. Trying out something in this country that has previously only been done in other

countries

 5. Taking particular technique and applying it in a new area

 6. Bringing new evidence to bear on an old issue.

 7. Being cross-disciplinary and using differrent methodologies

 8. Looking at areas that people in the discipline haven’t looked at before

 9. Adding to knowledge in a way that hasn’t previously been done before.

Sumber : Phillips and Pugh

23
Contoh praktis membuat Latar Belakang Penelitian :

Mengisi 5 komponen dalam penelitian : M,D,Ms,E,K

1. KOMPONEN MASALAH (M)

1. KOMPONEN MASALAH (M)


“Prevalen/insiden yang relatif
2. KOMPONEN DAMPAK (D) tinggi terhadap tempat lain,
waktu lain, atau target yang
3. KOMPONEN MASALAH SPESIFIK (Ms) diharapkan”

2. KOMPONEN DAMPAK (D)


4. KOMPONEN ELABORASI (E)
3. KOMPONEN MASALAH SPESIFIK (MS)
4. KOMPONEN ELABORASI (E)
5. KOMPONEN KESENJANGAN (K)
5. KOMPONEN KESENJANGAN (K)

1. KOMPONEN MASALAH (M) 1. KOMPONEN MASALAH (M)


2. KOMPONEN DAMPAK (D) 2. KOMPONEN DAMPAK (D)
3. KOMPONEN MASALAH SPESIFIK (MS)

“Berbagai akibat yang mungkin


muncul akibat masalah” “Patogenesis, diagnostik,
prognostik, terapetik”

3. KOMPONEN MASALAH SPESIFIK (MS)


4. KOMPONEN ELABORASI (E)
4. KOMPONEN ELABORASI (E)
5. KOMPONEN KESENJANGAN (K)
5. KOMPONEN KESENJANGAN (K)

1. KOMPONEN MASALAH (M) 1. KOMPONEN MASALAH (M)


2. KOMPONEN DAMPAK (D) 2. KOMPONEN DAMPAK (D)
3. KOMPONEN MASALAH SPESIFIK (MS) 3. KOMPONEN MASALAH SPESIFIK (MS)
4. KOMPONEN ELABORASI (E) 4. KOMPONEN ELABORASI (E)
5. KOMPONEN KESENJANGAN (K)
“Berbagai penelitian sebelumnya
yang sudah dilakukan” “Suatu hal yang baru yang diangkat
dalam penelitian yang akan dilakukan”

5. KOMPONEN KESENJANGAN (K)

Gambar : Langkah-langkah merumuskan Latar Belakang Penelitian

24
Rumusan Masalah :

Jantung penelitian adalah masalah penelitian. Masalah penelitian dirumuskan sbb.:

1) Mengamati fenomena alam, sosial dan atau teknologi yang menarik perhatian
2) Mempelajari tulisan, karya, pengalaman peneliti (termasuk peneliti lain) yang terbit lebih
dahulu
3) Mengembangkan penelitian sebelumnya
4) Mengaitkan masalah penelitian dengan minat peneliti
5) Mengikuti firasat/intuisi peneliti

Setiap penelitian harus selalu berangkat dari masalah :

Masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dan
kenyataan, apa yang direncanakan dan apa kenyataan, adanya pengaduan dan kompetensi. Dengan
lain perkataan, masalah adalah kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan(das sein und
das sollen).

Rumusan masalah adalah pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data.

Dalam membuat rumusan masalah perlu diperhatikan :

1. Harus dinyatakan dengan jelas dan tegas, konkrit masalah yang akan diteliti.
2. Relevan dengan waktu
3. Berhubungan dengan suatu persoalan teoritis atau praktis
4. Berorientasi pada teori (teori merupakan body of knowledge)
5. Dinyatakan dalam kalimat tanya atau pernyataan yang mengandung masalah
6. Harus dapat menjelma menjadi Hipotesis (misalnya : lima masalah akan menjadi lima
Hipotesis dan lima Simpulan Umum)
7. Benang merah penelitian tampak jelas sejak merumuskan masalah sampai dengan
menyimpulkan hasil penelitian.

Bentuk kalimat tanya dapat mencerminkan rumusan masalah tersebut dengan rancangan
penelitian dan analisis statistikanya sehingga, dapat menggambarkan alur fikir atau benang
merah penelitian tersebut. Rumusan masalah dapat dikatagorikan kedalam beberapa golongan
seperti ; rumusan masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif.

Misalnya:

Apakah ada perbedaan ?, menggambarkan akan dilakukan uji-uji satistika berupa uji beda dalam
proses selanjutnya.

Apakah ada korelasi (asosiasi) ?, menggambarkan akan dilakukan uji-uji asosiasi atau korelasi
pada proses selanjutnya.

Faktor risiko yang mana yang dominan dari faktor risiko yang relevan dari masalah diatas ini?,
menggambarkan akan dilakukan uji-uji risiko pada proses selanjutnya.

25
Apakah marka-marka tersebut dalam rancangan penelitian ini sensitif untuk dipakai sebagai alat
bantu diagnosis?, menggambarkan akan dilakukan uji-uji diagnostik pada proses selanjutnya.

Contoh membuat masing-masing komponen :

KOMPONEN MASALAH :

1. The prevalence of type 2 diabetes mellitus (DM) patients who progress to diabetic nephropathy
is 20-30%. In September 1998, World Heath Organization (WHO) estimated that the prevalence
of type 2 DM patients will increase by 41%, i.e. from 51 millions in 1995 to 92 millions in 2005.

2. Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah stadium infeksi virus Dengue paling berat yang ditandai
dengan adanya kebocoran endotel. Ringer laktat adalah cairan resusitasi yang dipakai
sekarang ini untuk mengatasi syok.

KOMPONEN DAMPAK :

1 Diabtetic nephropathy is a leading cause of morbidity and mortality among type 2 DM


patients. If albuminuria present, there will be a reduction of 2-20 mL/min of glomerular
filtration rate (GFR) per year.
2 Mortalitas SSD dilaporkan masih berkisar antara 1-5% atau 25.000 jiwa per tahun di
Indonesia.

KOMPONEN MASALAH SPESIFIK DAN ELABORASI :

1. Sitompul has reported that the prevalence of microalbuminuria and macroalbuminuria in


type 2 DM were 6.9% and 8.6%, respectivelly. Hariyono found that the prevalence of
microalbuminuria and macroalbuminuria were 31.3% and 4.4%, respectively. Further
observation showed that after 1.5 year, 40.4% of the normoalbuminuria group became
microalbuminuria, while in the group of microalbminuria, 8.4% became albuminuria.

2. Cindy Bloom melaporkan bahwa Natrium Laktat hipertonik adalah cairan kristaloid
hipertonik untuk resusitasi volume kecil pada keadaan syok yang mempunyai efek anti
infalmasi dan dapat menghindari kelebihan cairan serta jejas reperfusi.

KOMPONEN KESENJANGAN :

1. Currently there is no data on the prevalence of diabetic nephropathy among type 2 diabetic
patients in terms of the persistence of microalbuminuria or macroalbuminuria.

2. Belum diketahui peran cairan kristaloid Natrium Laktat Hipertonik untuk resusitasi pada SSD.

26
Rumusan masalah :

Dalam membuat rumusan masalah perlu diperhatikan hal-hal sbb.:

- Merupakan kalimat tanya yang khas (menyebutkan variabel penelitian), misalnya :


Bagaimanakah hubungan antara perilaku merokok dengan penyakit jantung? Satu
variabel bebas, satu variabel tergantung
- Variabel bebas lebih dari satu BOLEH DISATUKAN, Variabel tergantung lebih dari
satu  DIPISAH, misalnya :
Adakah hubungan antara pengobatan dengan kesembuhan dan efek samping?
Pertanyaan pertama untuk kesembuhan, pertanyaan berikutnya untuk efek samping.
Untuk kesembuhan pada pemakaian obat mungkin jumlah sampel cukup dengan 50
subjek, tetapi efek samping obat jumlah sampel akan sampai 1000 subjek.

Tujuan penelitian :

Kalimat tujuan penelitian dibuat dalam kalimat deklaratif. Suatu contoh pertanyaan
penelitian hubungannya dengan tujuan penelitian dan analisisnya :

1. Pertanyaan Penelitian : Apakah terdapat perbedaan ekspresi mRNA; p53, BCl 2 dan
FasL dengan VICAM1 antara pasien preeklamsia dan kehamilan normal?
Tujuan Penelitian : Mengukur perbedaan antara ekspresi mRNA; p53, BCl 2 dan FasL
dengan VICAM1 antara pasien preeklamsia dan kehamilan normal.
Konsistensi dari penelitian ini, dalam metode penelitian akan diterangkan macam-
macam uji statistikanya (uji beda), misalnya dipakai : uji beda bivariabel ; Chi kuadrat,
Mann Whitney atau Kruskal Wallis
2. Pertanyaan Penelitian : Apakah terdapat hubungan antara ekspresi mRNA; p53,BCl2
dan FasL dengan kadar VICAM1 pada pasien preeklamsia dan kehamilan normal
Tujuan Penelitian : Menganalisis hubungan antara ekspresi mRNA; p53,BCl2 dan FasL
dengan kadar VICAM1 pada pada pasien preeklamsia dan kehamilan normal
Uji statistika adalah uji multivariabel ; regresi logistik ganda
3. Pertanyaan Penelitian : Apakah ada korelasi pengetahuan dan sikap bidan
berdasarkan pendidikan dengan ketepatan rujukan pada
kasus asfiksia neonatorum?
Tujuan Penelitian : Menganalisis korelasi pengetahuan dan sikap bidan berdasarkan
pendidikan dengan ketepatan rujukan pada kasus asfiksia neonatorum
Uji satatistika adalah uji korelasi bivariabel ; Pearson, Rank Spearman, v Cramer

27
4. Pertanyaan Penelitian : Apakah terdapat interaksi antara faktor risiko pada gen
GRYG-D,GJA-3 dan polimorfisme C677T MTHFR terhadap kejadian katarak kongenital
bilateral?
Tujuan Penelitian : Menganalisis interaksi antara faktor risiko pada gen GRYG-D,
GJA-3 dan polimorfisme C677T MTHFR terhadap kejadian katarak kongenital
bilateral
Uji satatistika adalah uji bivariabel dan multivariabel ; uji beda dengan Chi kuadrat
dilanjutkan dengan uji risiko dengan rasio Odds (crude and adjusted)

TUJUAN PENELITIAN :

Tujuan penelitian adalah menegaskan hal-hal terkait dengan pengembangan


keilmuan dan pemanfaatan praktis dari masalah yang akan diteliti. Merupakan penjabaran
secara spesifik hal-hal yang akan diukur, dinilai, diamati atau diperoleh, yang terkait dengan
rumusan masalah. Merupakan konsekuensi dari masalah penelitian dan merujuk pada hasil
yang akan dicapai atau diperoleh dari maksud penelitian. Untuk mengetahui hasil penelitian
maka dilakukan pengukuran, analisis, evaluasi dlsb.

KEGUNAAN PENELITIAN :

Mengungkapkan secara spesifik kegunaan yang hendak dicapai dari :

 Aspek teoretis (keilmuan) dengan menyebutkan kegunaan teoretis apa yang


dapat dicapai dari masalah yang diteliti
 Aspek praktis (gunalaksana) dengan menyebutkan kegunaan apa yang dapat
dicapai dari penerapan pengetahuan yang dihasilkan penelitian ini

KAJIAN PUSTAKA :

Dikemukakan dengan jelas, ringkas, dan padat tentang hasil kajian kepustakaan terkait
dengan masalah yang akan diteliti untuk kemudian menguraikan kerangka pemikiran dan
menyatakan hipotesis. Kajian Pustaka (difokuskan pada penelitian sebelumnya). Sebelum
menyusun usulan penelitian penulis tentunya telah mencari dan kemudian membahas
terbitan (publikasi) yang berhubungan dengan topik atau masalah penelitian. Untuk itu,
literature review dari setiap terbitan/buku/publikasi yang dianggap relevan dibahas secara
kritis, yang meliputi:

- Siapa yang pernah meneliti topik atau masalah itu


- Dimana penelitian itu dilakukan
- Apa unit dari bidang studinya
- Bagaimana pendekatan dan analisisnya
- Bagaimana kesimpulannya
- Apa kritikan terhadap studi itu
- Bersifat relevant, aktual/terbaru, evidence based, serta merupakan fenomena atau
fakta untuk menyusun premis dan hipotesis

28
KERANGKA PEMIKIRAN :

Widayat & Amirullah merumuskan bahwa kerangka pemikiran adalah suatu kerangka
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Deskripsi teori dan hasil penelitian terdahulu
merupakan landasan utama untuk menyusun kerangka pemikiran dan untuk merumuskan
hipotesis.

Menurut Purnomo, kerangka pemikiran adalah suatu yang dapat menjelaskan gejala yang
menjadi objek permasalahan penulis. Kerangka pemikiran disusun berdasarkan tinjauan
pustaka dan hasil penelitian yang relevan dan merupakan argumentasi penulis dalam
merumuskan hipotesis. Dipakai logika deduktif (untuk penelitian kualitatif) dengan
menggunakan pengetahuan ilmiah sebagai premis-premis dasarnya, sistematis dan
menggunakan teori yang relevan.

Unpad menjelaskan bahwa kerangka pemikiran berisikan rangkaian penalaran peneliti untuk
menjawab rumusan masalah dari hasil kajian pustaka (lima tahun terakhir). Disini
disampaikan juga peran dari berbagai faktor atau variabel yang akan mempengaruhi
penelitian ini, serta alasan pemilihan variabel yang akan diteliti dan variabel yang akan
dikontrol (kalau perlu ditampilkan dalam bentuk bagan alur pemikiran dan bersifat
deduktif). Kerangka berpikir ini dapat dikatakan pula, merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Bisa dikatakan bahwa kerangka konsep merupakan jastifikasi ilmiah
terhadap penelitian yang dilakukan dan memberikan landasan kuat terhadap topik yang
dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya. Kerangka konsep harus didukung landasan
teori yang kuat serta ditunjang oleh informasi yang bersumber pada bagian laporan ilmiah,
hasil penelitian, jurnal penelitian dll. Seorang peneliti harus menguasai toeri-teori ilmiah
sebagai dasar emnyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka
pemikiran menrupakan penjelasana sementara terhadap gejala yang menjadi obyek
permasalahan. Alur fikir harus logis yang membangun suatu cara berfikir yang membuahkan
simpulan.Bentuk ringkas dari kerangka berfikir ini dituangkan dalam kerangka konsep
sebagai model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang openeliti menyusun
teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk
masalah.Konsep harus dapat diukur dan kaitan antra variabel dan menntukan variabel apa
dan sebagai apa. Bebas atau terikat. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yang akan
menjadi varabel perancu.

Banyak penulis membuat definisi kerangka penelitian, variasinya antara lain berkisar
pada ; kerangka penelitian atau juga disebut kerangka konseptual merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori dihubungkan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah utama suatu penelitian. Deskripsi teori dan hasil penelitian
terdahulu merupakan landasan utama untuk menyusun kerangka pemikiran, dideduksi

29
menjadi premis dan dirumuskan sampai menjadi suatu hipotesis. Peneliti dalam
membangun kerangka penelitian harus dapat menjelaskan gejala yang menjadi objek
permasalahannya. Diawali dengan kajian pustaka dan menelaah variabel-variabel yang akan
diuji, dicari kesamaannya dengan variabel-variabel yang relevan yang telah dilaporkan
peneliti sebelumnya. Dengan lain perkataan kerangka berfikir merupakan sintesis tentang
hubungan anta variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Narasi
yang dikemukakan merupakan argumentasi peneliti dan ditunjang dengan pandangan-
pandangan peneliti lain yang didapat dari kajian pustaka sebelumnya. Hal-hal yang perlu
dihindarkan dalam membangun kerangka pemikiran adalah, jangan mengambil banyak
pustaka yang tidak ada relevansinya dengan masalah yang akan diteliti. Diperlukan
kecermatan dalam memilih kepustakaan dan kemampuan dalam telaah kritis (critical
appraisal). Data yang diperoleh harus data primer dari suatu penelitian secara komprehensif
bukan saja dari data literatur tetapi dari data lain yang mendukung, misalnya media masa
saat terkini, mengapa masalah itu mencuat di dalam lingkungan setempat
(orisinalitas/kebaruan) dengan metodologinya yang dapat dipertanggung jawabkan. Bila
masih belum jelas kerangka pemikiran dapat di lengkapi dengan gambar atau bagan
Kerangka Penelitian.

Kerangka Penelitian dapat disimpulakn sbb.: 1) Mengemukakan faktor apa yang akan
diteliti dan di terjemahkan dalam bentuk variabel yang dapat diukur. 2) Harus
mengemukakan antara pertautan hubungan variabel yang diteliti dan teori yang mendasari.
3) Hubungan variabel itu harus dapat dijelaskan apakah berbentuk ; simetris, kausal atau
interaktif. 4) Bila diperlukan dapat dilengkapi dengan Diagram Kerangka Penelitian.

PREMIS

Premis adalah apa yang dianggap benar sebagai landasan kesimpulan kemudian.
Merupakan kristalisasi pernyataan yang didapat dari penelitian sebelumnya. Premis adalah
suatu dasar membuat Hipotesis. Seseorang dalam mencari kebenaran melakukan penalaran.
Penalaran dilakukan secara deduktif maupun induktif. Pengetahuan yang sudah didapatkan
akan menjadi dasar konklusi. Dasar ini dinamakan premis. Premis adalah bagian dari
penalaran deduktif daan dilakukan dapat ditarik secara langsung maupun tidak langsung.

Jenis penalaran deduksi yang menarik simpulan secara langsung dikatagorikan sebagai
Silogisme (logika berfikir yang benar) ; Kategorial, Hipotesis, Alternatif dan Entimen.

Contoh :

Silogisme Kategorial : Silogisme yang terdiri dari tiga proporsi :


- Premis umum : Premis Mayor (My) misal ; Manusia mati
- Premis Khusus : Premis Minor (Mn) misal : Saya manusia
- Premis Simpulan : Premis Simpulan (S) maka : Saya mati

30
- Dalam penelitian gaya berpikir dari sudut pandang logika dalam membentuk premis
ada 6 kelompok (Cooper & Schinder (1991); 1) opini tidak teruji, 2)kebenaran diri
sendiri, 3) otoritas, 4) kajian pustaka, 5) pembuatan postulat dan 6) metode ilmiah.
Keenam kelompok gaya berpikir ini ditempatkan di antara 4 bidang yaitu; 1)
rasionalisme (pembuktian terstruktur formal), 2) eksistensialisme (intuisi dan
pembuktian tidak formal), 3) idealisme (ide yang diinterpretasi pada taraf yang
tinggi) dan 4) emprisme (teramati).

Premis memiliki ciri-ciri antara lain ; 1) merupakan gabungan atau hubungan antara 2 atau
lebih preposisi, 2) tersusun secara sistematis dan runtut, untuk membangun hipotesis, 3)
diakhiri dengan nomor rujukan. Premis tidak boleh sama dengan Hipotesis yang akan
dibangun.

Contoh praktis Premis dalam penelitian?

Misalnya : Gigi geligi itu gigi geligi rahang Tyrex

Gigi geligi itu gigi geligi pemakan daging

Jadi : Tyrex itu pemakan daging

Filosofi seperti demikian tentunya harus dapat di bumi-kan dalam pemahaman


pelaksanaan penelitian ilmiah. Bagaimana contoh konkrit yang mungkin akan kita dapatkan
dalam penelitian ilmiah, khususnya dalam bidang Ilmu Kesehatan. Kita dapat gunakan alur
berfikir ini dalam rangka membuat Premis. Premis di deduksi menjadi suatu Hipotesis.

Misalnya :

Premis Mayor : Zat aktif (tannin, tritepenes, xanton) fraksi kulit Manggis (Garcinia
manggostoma Linn.) dapat menurunkan kadar IL 8 dan VEGF,

mempengaruhi proses angiogenesis sel, zat-zat tersebut dipakai sebagai

indikator keganasan, karena berperan dalam aktifasi zat onkogen

Premis Minor : Meningkatnya kadar IL 8 dan VEGF terjadi pada pasien dengan kanker Lidah

Jadi :

Hipotesis : Zat aktif kulit Manggis menurunkan kadar IL 8 dan VEGF pada pasien kanker

Lidah

31
HIPOTESIS

Istilah Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yaitu; hipo = dibawah dan thesis =
pernyataan atau teori. Hipotesis dikatakan sebagai Simpulan probabilistik sebagai jawaban
atas masalah. Sehingga hipotesis sering dikatakan sebagai pernyataan sementara yang
masih lemah kebenarannya. Untuk sampai kepada simpulan perlu pengujian atas
kebenarannya. Dalam penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini.
Jawaban sementara ini biasanya disebut hipotesis. Dikatakan pula sebagai patokan duga
atau dalil sementara. Setelah melalui pengujian dari hasil penelitian, hipotesis ini dapat
teruji benar (diterima) atau salah (ditolak).

Hipotesis dibagi atas; 1) Hipotesis penelitian dan 2) Hipotesis statistika. Umumnya hipotesis
adalah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang
dapat diuji secara empiris. Variabel berupa ; 1) variabel bebas, 2) variabel terikat. Variabel
bebas merupakan varabel penyebab atau variabel pengaruh, sedangkan varabel terikat
merupakan varabel akibat atau variabel terpengaruh.

Jika hipotesis sudah diuji dan diterima kebenarannya, maka hipotesis tersebut menjadi
simpulan. Simpulan itu dapat dibuat sebagai suatu teori atau dalil. Jadi sebuah hipotesis
adalah turunan dari suatu teori yang sudah ada, kemudian diuji kebenarannya dan pada
akhirnya muncul teori baru. Pengujian suatu teori dapat pula menjawab hal-hal yang masih
kontroversial dan suatu penelitian akan dapat memperkuat salah satu teori, hasil pengujian
tersebut akan menghasilkak penguatan teori lama (re-teori). Bila teori itu belum ada yang
melaporkannya maka hasil penelitian tersebut membuahkan teori baru.

Ciri-ciri Hipotesis penelitian adalah narasi yang :

- Konsisten dengan pertanyaan rumusan maslah penelitian


- Dalam penulisannya dinyatakan dalam kalimat deklaratif jelas dan sederhana, tidak
bermakna ganda
- Hanya dibuat untuk penelitian analitik
- Dibangun dari premis-premis sebelumnya
- Analisis atau konsekuensi dari 2 atau lebih premis
- Menyatakan hubungan yang diharapkan ada dari variabel-variabel yang diuji
- Faktor-faktor yang diuji merupakan variabel secara spesifik yang dapat diukur dan
dapat dibandingkan
- Hipotesis hanya dibuat untuk pertanyaan utama.
- Hipotesis dapat dibuat dalam bentuk hipotesis negatif maupun hipotesis positif.

- Hipotesis positif dapat dibuat dalam hipotesis satu arah atau dua arah.

- Hipotesis boleh mengandung beberapa variabel bebas tapi hanya mengandung satu
variabel tergantung (untuk menghindari uji hipotesis statistika yang mendua
sebaiknya hanya mengandung satu variabel bebas dan satu variabel tergantung)

32
Contoh Hipotesis Penelitian :

- Tidak terdapat perbedaan kadar kolesterol antara pasien yang mendapat terapi A
dengan terapi B (NEGATIF)
- Terdapat perbedaan kadar kolesterol antara pasien yang mendapat terapi A dengan
terapi B (POSITIF DUA ARAH)
- Kadar kolesterol subjek yang mendapat terapi A lebih rendah daripada pasien yang
mendapat terapi B (POSITIF SATU ARAH)

HIPOTESIS PENELITIAN
HIPOTESIS STATISTIKA (H0)
Terdapat perbedaan
Tidak terdapat perbedaan
Peneliti 1 proporsi kesembuhan
proporsi kesembuhan antara
antara pasien yang
pasien yang diobati obat A
diobati obat A
dibandingkan obat B
dibandingkan obat B

Tidak terdapat
perbedaan proporsi Tidak terdapat perbedaan
kesembuhan antara proporsi kesembuhan antara
Peneliti 2
pasien yang diobati pasien yang diobati obat A
obat A dibandingkan dibandingkan obat B
obat B

Hipotesis penelitian bersifat individual,


sementara hipotesis statistik bersifat universal

Bagan : Hipotesis penelitian kaitannya dengan hipotesis statistika

KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI


Argumentasi tentang pemilihan pendekatan atau metode dengan memperhatikan
sifat-sifat variabel yang diteliti dan jenis informasi yang diperlukan dengan :

 Menguraikan struktur penelitian atau masing-masing bagian penelitian yang


meliputi operasionalisasi variabel dan model
 Strategi penelitian atau masing-masing bagian penelitian, temasuk di dalamnya
populasi, metode penarikan sampel, teknik pengumpulan data, metode analisis
serta jadwal penelitian.

33
Contoh :
Judul penelitian : Hubungan antara kadar serum asam urat dengan kejadian preeklamsia.

Kriteria inklusi (penerimaan) :


1). Hamil tunggal sesuai Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), 2) Usia kehamilan
28-42 minggu, 3) Parturient, 4) Di diagnosis sebagai preeklampsi sesuai protokol.
Kriteria Eksklusi (penolakan) :
1) Ada kelainan bawaan pada skrining dengan USG,
2) Terjadi hipertensi oleh sebab lain (bukan preeklampsi)

METODE PENELITIAN

Metode dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data
yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian, meliputi uraian tentang
argumentasi pemilihan, pendekatan atau metode dengan memperhatikan sifat-sifat variabel
yang diteliti dan jenis informasi yang diperlukan yaitu dengan ; 1) pupulasi, menjelaskan
tentang populasi penelitian berupa populasi target dan populasi terjangkau, 2) sampel, cara
pemilihan dan ukuran sampel minimal, 3) menguraikan struktur penelitian atau masing-
masing bagian penelitian yang meliputi operasionalisasi variabel dan model, 4) strategi
penelitian, menerangkan masing-masing bagian penelitian, temasuk di dalamnya populasi,
metode penarikan sampel, teknik pengumpulan data, metode analisis serta jadwal
penelitian.

Populasi :

Populasi adalah secara umum dikatakan adalah objek atau subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan peneliti. Sampel adalah bagian dari
populasi tersebut yaitu, sejumlah objek atau subjek yang dapat atau dianggap mewakili
populasi. Tentunya sampel yang baik adalah sampel yang dapat diukur dan dapat mewakili
sebanyak mungkin populasi. Misalnya, akan mengukur masyarakat etnis Sunda tidak benar
dengan cara mengukur orang Bandung. Sampel akan tidak memenuhi syarat, karena tidak
mengukur apa yang harus diukur.

Pengertian populasi :

- Populasi Sasaran (target): Populasi dari keseluruhan objek/bahan/subjek yang akan


diteliti
- Populasi Terjangkau : Populasi yang dapat dijangkau dan dapat mewakili populasi
sasaran
- Sampel : Sebagian unsur populasi yang dijadikan objek/bahan/subjek penelitian
Data yang diperoleh dapat digeneralisasi mewakili populasi.
- Di dalam penelitian observasional atau longitudinal jumlah sampel kemungkinan
berkurang. Hasil penelitian jumlah sampel tidak berkurang dari 10-20% dari sampel
yang diinginkan.
34
POLA DASAR GENERALISASI PENELITIAN

POPULASI TARGET

POPULASI TERJANGKAU

SAMPEL YANG DIINGINKAN

SAMPEL YANG DIPEROLEH

Gambar : Pola dasar generalisasi penelitian

RANCANGAN PENELITIAN

“ Welcome to the jungle of design”, merupakan suatu motto untuk memperlihatkan


bahwa rancangan penelitian itu bervariasi, sesuai dengan tingkat penelitian yang akan
dilaksanakan. Seni memilih rancangan yang tepat merupakan dasar untuk suksesnya
penelitian.

Klasifikasi jenis penelitian :

 Berdasarkan waktu : kohor, kasus-kontrol, potong silang


 Berdasarkan arah waktu : prospektif, longitudinal, retrospektif
 Berdasarkan substansi : penelitian dasar, terapan, laboratorium
 Berdasarkan statistika : deskriptif, analitik
 Bedasarkan rancangan penelitian : uji klinis, eksperimental
 Berdasarkan metode : intervensional, observasional
 Berdasarkan metode acak : tersamar ganda, tunggal
 Berdasarkan pengukuran : berulang

Hasil yang diharapkan: “Bahkan sebelum penelitian dilakukan, kita sudah dapat
membayangkan apa yang akan diperoleh oleh penelitian kita”

35
Di dalam membuat usulan penelitian diharapkan, alur fikir peneliti sudah dapat dilihat dari
sejak awal yaitu, membuat rumusan masalah, membuat kerangka pemikiran sampai
membangun hipotesis penelitian. Dari hipotesis penelitian peneliti dapat meramalkan hasil
yang akan dicapai dengan cara melampiran tabel model (dummy tables). Peneliti
diharapkan dapat mempertanggung jawabkan usulan penelitiannya secara komprehensif.
Didalam pendidikan, seminar usulan penelitian selain disanggah penguji akademik, dalam
waktu bersamaan diuji pula kaidah lainnya yaitu sanggahan dari segi ; etika, moral
penelitian dan estetika penulisan. Seminar Usulan Penelitian Terpadu seperti ini akan
menghasilkan persetujuan pelaksanaan penelitian dan juga etihical clearance secara
bersama-sama.

LANGKAH-LANGKAH UMUM
PENELITIAN SAMPAI UP
Perumusan masalah dan tujuannya

Perumusan suatu hipotesis

Penetapan metode kerja dan bahan penelitian

Metode pengumpulan data / sebagai hasil penelitian

Seminar UP: Akademik + Etika Penelitian

Izin meneliti + ethical clearence

Meneliti

Gambar : Alur penelitian sampai Seminar Usulan Penelitian (SUP)

RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan dalam rangka mencari hubungan dapat


digolongkan sbb.: 1) Eksperimen/Kuasi Eksperimen 2) Kohort Prospektif-Retrospektif 3)
Kasus Kontrol 4) Potong Silang 5) Laporan Kasus (tunggal/serial) .

36
Kanker
(+)

Perokok
Kanker
(-)

Kanker
(+)
Bukan
perokok
Kanker
(-)

Kanker Kanker
(+) (+)

Perokok Perokok
Kanker Kanker
(-) (-)

Kanker Kanker
(+) (+)
Bukan Bukan
perokok perokok
Kanker Kanker
(-) (-)

Perokok
Diabetes
Bukan (+)
perokok

Perokok
Diabetes
Bukan (-)
perokok

Gambar : Macam-macam rancangan penelitian dan sudut pandang peneliti

37
Bisakah melakukan penelitian eksperimental EKSPERIMEN
ya
tidak

Bisakah melakukan penelitian kohort prospektif Kohort Prospektif


ya
tidak

Bisakah melakukan penelitian kohort retrospekstif Kohort Retrospektif


ya
tidak

Bisakah melakukan penelitian kasus kontrol kasus kontrol


ya
tidak

Bisakah melakukan penelitian potong silang Potong silang


ya
tidak

Bisakah melakukan penelitian serial kasus Serial Kasus


ya
tidak

Bisakah melakukan penelitian laporan kasus Lap. Kasus


ya

Gambar : Alur pemilihan rancangan penelitian

UJI KLINIS

Konsep dasar uji klinis adalah suatu penelitian mengenaii risiko dan kegunaan obat baru yang
dilakukan pada manusia. Banyak dilakukan oleh ahli farmasi dan dokter pada hasil bioteknologi
berupa obat atau alat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas produk inovasi
tersebut. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti yang sudah mendapat sertifikat Good Clinical Practice
(GCP)(Dawson, Korstellon) :

Persyaratan uji klinis :

1) Prospektif, umumnya random, rancangan kasus kontrol. Penggunaan plasebo dapat


dilakukan bila tidak ada obat kontrol.
2) Non random dapat dilaksanakan. Harus digunakan pembanding, kelompok kasus dari hasil
pengobatan obat sejenis yang dipakai sebelumnya (historical control group).
3) Memenuhi jumlah sampel minimal
4) Uji klinik secara acak tersamar ganda (Randiomized Control Trial), merupakan uji klinis yang
unggul, selama tidak melanggar etika penelitian
5) Bila jumlah subjek sedikit, dapat dilakukan uji klinik multi-senter, misalnya dalam uji klinik
mengukur sensitivitas, spesifisitas obat atau untuk mengetahui efek samping obat yang
memerlukan subjek penelitian dalam jumlah besar.

Fase Uji Klinis :

38
Di dalam uji klinis untuk obat baru perlu didahului penelitian pada hewan coba. Penelitian itu
meliputi uji; farmako kinetika, farmako dinamika dan uji toksisitas. Penelitian pada manusia dibagi
dalam 4 fase :

1) Fase I (pilot study) dilakukan pada kelompok kecil subjek (30 orang) dilakukan pada manusia
sehat. Misalnya mencoba obat influenza , dilakukan pada subjek orang sehat, untuk obat
kanker dipakai subjek dengan kasus pasien stadium lanjut. Uji klinik fase ini tidak dilakukan
uji tersamar, subjek diberi tahu efek dan sifat obat secara jelas Maksud penelitian adalah
untuk mengetahui ; keamanan obat , dosis optimal dan efek samping .
2) Fase II : Obat baru di cobakan kepada subjek yang lebih besar (100-300 orang). Tujuannya
untuk mengetahui efektivitas dan memantau kejadian yang tidak diinginkan (adverst event),
subjek sukarela dan bentuk penelitian tidak tersamar.
3) Fase III : penelitian ilmiah ekstensif dengan subjek sangat besar (500-3000 orang)
dibandingkan obat baru dengan plasebo atau obat standar. Tujuan penelitian adalah melihat
efikasi dan memonitor efek samping. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sertifikat
izin pemasaran obat baru.
4) Fase IV : Fase ini dinamakan fase pasca pemasaran, dilakukan dalam bentuk survei pada
masyarakat banyak, bertujuan untuk mengevaluasi mengenai keamanan dan efikasi obat
setelah dipasarkan.

Uji klinis tersamar


Bisakah melakukan Uji Klinis Tersamar ganda randominasi? ganda randominasi
Ya

Tidak

Uji klinis tersamar


Bisakah melakukan Uji Klinis Tersamar tunggal randominasi?
Ya Tunggal randomisasi

Tidak

Uji klinis terbuka


Bisakah melakukan Uji Klinis Terbuka randominasi?
Ya randominasi

Tidak

Uji klinis terbuka


Bisakah melakukan Uji Klinis dengan Pembanding?
Ya Tanpa randominasi

Tidak

Uji klinis tanpa


Bisakah melakukan Uji Klinis tanpa Pembanding? pembanding
Ya

Gambar : Alur rancangan penelitian uji klinis

39
No Contoh klasifikasi masalah penelitian
1 Prevalensi inkontinensia
2 Rerata skor kualitas hidup
3 Hubungan obesitas dengan inkontinensia
4 Klasifikasi kualitas hidup sebelum dan sesudah operasi
Perbandingan BMI antara inkontinensia dan non-
5 inkontinensia
Perbandingan BMI antara inkontinensia ringan, sedang,
6
dan berat
7 Skor kualitas hidup sebelum dan sesudah terapi
Skor kualitas hidup sebelum, seminggu, dan dua minggu
8
setelah terapi
9 Korelasi skor kualitas hidup dengan derajat inkontinensia

40
ANALISIS STATISTIKA

Statistika adalah ilmu cabang ilmu matematika terapan yang membahas tentang
pengumpulan data, meringkasnya kemudian mengolah dan menyajikannya. Dari sajian data-
data yang baik akan dapat membuat simpulan dan usulan sebatas kaidah-kaidah ilmu itu
dipenuhi.

KATEGORIK DESKRIPTIF KATEGORIK

DESKRIPTIF
DESKRIPTIF NUMERIK
NUMERIK
TIDAK
ANALITIK KOMPARATIF
BERPASANGAN
KATEGORIK TDK BPASANGAN

KATEGORIK
ANALITIK KOMPARATIF
MASALAH KATEGORIK BPASANGAN
STATISTIK BERPASANGAN
ANALITIK KOMPARATIF
KOMPARATIF 2 KLPK NUMERIK TDK BPASANGAN
2 KLPK
TIDAK
BERPASANGAN ANALITIK KOMPARATIF
>2 KLPK NUMERIK TDK BPASANGAN
ANALITIK >2 KLPK
NUMERIK
ANALITIK KOMPARATIF
2 KLPK NUMERIK BPASANGAN
2 KLPK
BERPASANGAN

>2 KLPK ANALITIK KOMPARATIF


NUMERIK BPASANGAN
>2 KLPK

KORELATIF ANALITIK KORELATIF

KHUSUS SURVIVAL, MULTIVARIATE, DIAGNOSTIK, VALIDITAS&RELIABILITAS

Gambar : Macam-macam jenis penelitian dan dasar uji statistika yang akan dipakai

41
KATEGORIK NUMERIK
Jenis kelamin
Indeks masa tubuh
Laki-laki
(IMT)
Perempuan

ANALITIK  Mencari hubungan antar variabel Kata kunci :


Kata kunci :
proporsi, persentase, rerata
DESKRIPTIF  Tidak mencari hubungan antar klasifikasi
variabel
Contoh:
 Contoh:
persentase laki-laki 55%
rerata IMT adalah 22 5
kg

KOMPARATIF KORELATIF
Kategorik-kategorik
Kategorik-kategorik
Variabel
Kategorik-Numerik
Kategorik-numerik - Hubungan antara BMI dengan inkontinensia
Numerik-numerik
Perbandingan
Hasil proporsi Koefisien korelasi (r) -Perbandingan BMI antara inkontinensia dengan
Perbandingan rerata non-inkontinensia
Padanan Comparation Correlation
Hubungan, - Perbedaan BMI antara inkontinensia dengan
Istilah perbedaan, Korelasi non-inkontinensia
perbandingan

Desain Temporality Identifikasi awal

1 Kohort prospektif Prospektif Variabel bebas

2 Kohort retrospektif Prospektif yang Variabel bebas


retrospektif’

3 Kasus kontrol Retrospektif Variabel


tergantung
4 Potong lintang Salah satu dari temporality dan identifikasi
awal tidak terpenuhi

KASUS KONTROL =
UNTUK INSIDENS ATAU PREVALEN YANG KECIL

Gambar : Klasifikasi penelitian dan acuan dalam memilih analisis yang tepat

42
Gambar : Rancangan penelitian atas jenis pertanyaan dan hasil yang diharapkan

Jenis Penelitian Perhitungan


deskriptif Insidensi, prevalensi, rerata, rasio

Potong silang Prevalensi, rasio prevalensi

Kasus kontrol Population Attributable Risk (PAR) , Odds rasio


(OR)

Kohor Risiko Relatif (RR)

Uji klinik Relative risk reduction (RRR), Absolute risk


reduction (ARR), Number Needed to Treat (NTT),
Odds rasio (OR)

Uji diagnostik Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai prediksi positif,


Nilai prediksi positif, ROC

Gambar : Jenis penelitian dan hasil uji statistika yang dapat diharapkan

43
BESARAN SAMPEL :

Cara ideal untuk menjawab suatu masalah dalam suatu penelitian adalah dengan melakukan
penelitian pada semua anggota populasi (total sampling). Tetapi karena berbagai kendala seperti ;
biaya , waktu dan SDM, maka akan sulit mendapat data lengkap tersebut diperoleh. Dari sudut etika
perlu juga diperhatikan karena akan mengganggu misalnya, korban akan banyak, risiko besar dan
belum tentu berguna (Risk and Benefit, Replacement, Reduction, Refinement). Randomisasi akan
dapat mengurangi kelemahan sistem sampling ini. Dari sudut pandang statistika, probabilistik akan
sama atau hampir sama, secara etis juga dibenarkan. Dengan memperhatikan atas kondisi tersebut
diatas, dipakailah cara dengan memakai sebagian data tetapi dapat menggambarkan populasi
sehingga dapat di generalisasi.

Salah satu langkah dalam penelitian ilmiah adalah menetukan populasi. Target populasi ditentukan
dahulu, kemudian populasi terjangkau. Populasi terjangkau dapat dipenuhi maka poopulasi itui
dinamakan besaran sampel. Kesalahan dalam menentukan besaran sampel dapat berakibat fatal,
karena sampel menjadi tidak representatif dan hasil penelitian tidak akan mencerminkan keadaan
yang sebenarnya. Kekuatan uji statistika yang ditetapkan dalam kekuatan (power) statistika
penelitian tidak dapat dicapai.. Oleh karena itu memilih tehnik penentuan sampel yang tepat
menjadi sangat penting untuk mendapatkan sampel yang representatif

Tehnik randomisasi :

Randomisasi adalah suatu cara untuk mendapatkan jumlah sampel yang representatif atau
mewakili populasi, dikenal sebagai Random Sampling. Bermacam cara melakukan randomisasi
antara lain ; 1) acak sederhana ,2) acak stratifikasi, 3) acak sistematik dan 4) acak area (cluster).
Tehnik penelitian tanpa randomisasi, pemilihan sampel mempunyai cara tersendiri seperti cara ; 1)
sistematis , 2) kuota, 3) aksidental, 4) purposif, 5) jenuh (sensus) dan 6) snowball (bola salju).

Seni dalam menentukan besaran sampel adalah dengan cara peneliti memperhatikan: 1)
kepustakaan, 2) berapa variabel yang akan diujikan (kelompok dan pasangan), 2) rancangan
pengujiannya apa yang akan digunakan (analisis ; komparatif, korelasi, survival), 3) perlu
digambarkan dahulu hasil yang diharapkan (tabel model) dan 4) berapa kekuatan uji statistika (
power) yang disepakati.

Makin besar jumlah sampel, makin mendekati populasi, makin kecil kesalahan untuk menduga atau
generalisasi dan sebaliknya. Kesepakatan itu dijelaskan dalam membahas metode penelitian. Tingkat
ketelitian atuau kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan
SDM yang tersedia.

44
Menentukan besaran sampel yang tidak benar :

Contoh 1 :

- Penelitian terdahulu dalam masalah ini diambil sebanyak 150 subjek, hasil penelitian
terdapat perbedaan yang bermakna (p=0.014), sehingga pada penelitian kali ini akan diambil
besaran sampel yang sama (150 subjek).

Contoh 2 :

- Acuan jumlah sampel untuk penelitian ini tidak tersedia karena, belum ada penelitian
serupa sebelumnya. Jumlah sampel tidak ditentukan.

Contoh 3 :

- Di dapat dari laporan tahunan, di Rumah Sakit ini kasus yang sama dengan kasus yang akan
diteliti yaitu, sebanyak 50 orang/tahun, di laporkan peneliti yang lalu subjek menolak
sebanyak 10% dari jumlah kasus. Di dalam penelitian yang akan dilaksanakan dalam 2 tahun
kedepan di tentukan jumlah subjek sebanyak 90 orang.

Menentukan besaran sampel yang benar :

Pertanyaan yang paling sering muncul :

1) Bagaimana menentukan rumus besar sampel?


2) Bagaimana menghitung besar sampel dari rumus yang telah ditentukan?

45
Deskriptif kategorik Zα2.pq
d2
Deskriptif numerik Zα2.s2
d2
Analitik komparatif kategorik tdk (Zα√2pq + Zβ√p1q1+ p2q2)2
berpasangan (p1-p2)2
Analitik komparatif kategorik (Zα+Zβ)2π
berpasangan (p1-p2)2
Analitik komparatif numerik tdk 2(Zα+Zβ)2s2
bpasangan 2 klpk (dan >2 klpk) (x1-x2)2
Analitik komparatif numerik (Zα+Zβ)2s2
bpasangan 2 klpk (dan >2 klpk) (x1-x2)2
Analitik korelatif (Zα+Zβ)2 +3
[0,5ln(1+r)(1-r)]2

Gambar : Macam-macam rumus untuk menentukan besaran sampel

Gambar : Simbol-Simbol dari parameter dalam menentukan besaran sampel

46
Contoh menghitung besaran sampel :

Contoh 1 : Deskriptif kategorik

Prevalensi stres inkontinensia urin pada perawat di RS Hasan Sadikin Bandung

Rumus : Zα2.pq

d2
α ditetapkan sebesar 5%, Zα=1,96, p tidak ada dari kepustakaan, sehingga : p=50%,

q=1-50%=50%, d (presisi) ditetapkan 10%  96 orang

Contoh 2 : Deskriptif numerik

Penelitian rasio kolagen-otot ligamentum rotundum pasien prolaps

Rumus : Zα2.s2

d2

α ditetapkan sebesar 5%, Zα=1,96, diketahui simpang baku rasio kolagen-otot


pasien prolaps pada penelitian pendahuluan = (misal) 0.4, d (presisi) ditetapkan 0,1
 64 orang

Contoh soal : Analitik komparatif kategorik tidak berpasangan

Penelitian efektifitas pemberian Betanekol pada pasien pasca-operasi histerektomi


radikal untuk mencegah atonia bladder
α ditetapkan 5%, Zα=1,96/1,64?
Rumus : (Zα√2pq + Zβ√p1q1+ p2q2)2
β ditetapkan 20%, Zβ=0,84
(p1-p2)2
p dari kepustakaan (artinya?)
2

p -p ditetapkan (artinya?)
1 2

p= (p1+p2)/2

 .... orang q1=1-p1, q2=1-p2, q=1-p

Jawaban soal :

47
α ditetapkan 5%, Zα=1,96, β ditetapkan 20%, Zβ=0,84, p dari kepustakaan 80%, p -p
2 1 2
ditetapkan 10%, p= (p1+p2)/2=85%, q1=1-p1, q2=1-p2, q=1-p  199 orang

Panduan menentukan nilai “p” dan “d”

1. Bila tidak ada data kepustakaan  p=50% jika p diperkirakan = 20%-80%

2. Bila p=20%-80%. maka d<=10%

3. Bila p<20% atau p>80%, maka d<=5%

4. PxN > 5 (P=prevalensi, N=jumlah yang sudah dihitung)

p = prosentase kejadian di kepustakaan, d= presisi,

P = prevalensi, N = jumlah yang sudah dihitung

Contoh praktis : Analitik korelatif

Judul penelitian : Korelasi faktor-faktor yang relevan pada pola pemberian ASI

ibu pekerja di Kabupaten Cilacap

Dalam penelitian ini sampel diambil dengan teknik acak area (cluster). Pemilihan
sampel dihitung secara proporsional berdasarkan jumlah wanita pekerja di tiga wilayah
Kecamatan Eks-Kota Administratif Cilacap yaitu ; Kecamatan Cilacap Utara, Cilacap Tengah
dan Cilacap Selatan. Karena dalam penelitian ini menggunakan analisis yang bersifat
korelasional, yaitu mencari faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, maka
ukuran sampel yang digunakan didasarkan pada rumus ukuran sampel minimal untuk
metode korelasi sebagai berikut:

2
 Z  Z 
n  3
 0,5 ln(1  r ) /(1  r )

Keterangan :

n= Ukuran sampel

Z () = Harga yang diperoleh dari tabel distribusi normal baku dengan  yang ditentukan.

Z () = Harga yang diperoleh dari tabel distribusi normal baku dengan harga  yang

ditentukan.

48
r = Koefisien korelasi terkecil, diharapkan dapat dideteksi secara signifikan.

Ukuran sampel minimal ditentukan dengan taraf kepercayaan 95% dan power test 95%. Taksiran

besarnya koefisien korelasi minimal yang mungkin antara faktor-faktor yang mempengaruhi

pemberian ASI adalah 0,3. sehingga besarnya sampel dapat dihitung :

2
 1,96  1,645 
n  3
 0,5 ln(1  0,3) /(1  0,3)

= 138,45  139 orang

Berdasarkan hasil penghitungan, maka jumlah sampel minimal dalam penelitian yang akan diambil

adalah sebanyak 139 wanita pekerja.

49
1% 2,81 2,57

20 % 0,84

P2= proporsi pada kelompok kontrol (proporsi


sembuh yang diberi obat standar)

P1-p2= effect size


Obat standar 80%
Betanekol 81% 82% 85% 90% 95%

=Selisih proporsi terkecil pasien yang tercegah


dari atonia, yang dianggap bermakna antara obat
standar dengan betanekol

50
α ditetapkan 5%, Zα=1,96/1,64?
β ditetapkan 20%, Zβ=0,84
2(Zα+Zβ)22s22 S, simpang baku skor fungsi seksual pasca
(x1-x2)22 HSV
dari kepustakaan (misal) 25 (Jepang)
X1-x2, ditetapkan …

 … ORANG

Skor FS HSV 90
Skor FS HT 89 85 80 75 70

Catatan : peneliti menggunakan skor 0-100 untuk


menggambarkan fungsi seksual.

Menentukan nilai diagnostik pemeriksaan serum iron


untuk mendeteksi anemia dalam kehamilan trimester
I di RS Hasan Sadikin Bandung
Uji Diagnostik
Zα2.p α ditetapkan sebesar 5%, Zα=1,96
q p = sensitivitas pemeriksaan SI yang
d2 diinginkan 80%
q=1-80%=20%
Presisi ditetapkan 10%

 62 orang (ibu hamil trim I yang anemia)

Diketahui dari penelitian sebelumnya,


prevalensi anemia pada ibu hamil trimester I
di RS Hasan Sadikin Bandung berdasarkan
pemeriksaan baku emas adalah 10%.

Maka jumlah subjek untuk penelitian ini adalah:


62 x (100/10) = 620 subjek

51
-5% 5% 15%

40% 50% 60%

20% 50% 80%

Gambar : Besaran Sampel

Contoh : Ukuran Sampel Penelitian

Ukuran sampel ditentukan berdasarkan formula uji hipotesis dua proporsi didapatkan

total sampel minimal 31 orang dengan hasil perhitungan berikut ini:

 2 * ( Z   Z  ) 2 * P * (1  P) 
n1, 2  
 ( P1  P2 ) 2 

 2 * (1,65  0,84) 2 * 0,34 * (1  0,34) 


n1, 2   
 (0,49  0,19) 2 

n1, 2  30,9  31

n1  31 orang

n2  31 orang

52
Pada penelitian ini diperlukan 31 orang pada kelompok kasus dan 31 orang kelompok

kontrol sehingga diperlukan total sampel minimal 62 orang.

N = Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini

Z 1-α/2 = Derajat kepercayaan yaitu 95% (1,65) (one tailed)

Z1-β = Kekuatan uji 80% (0,84)

P1 = Proporsi penderita preeklamsi yang memiliki indeks apoptosis

meningkat (49%).11

P2 = Proporsi bukan penderita preeklamsi yang memiliki indeks

apoptosis meningkat (19%).11

P = P1  P2
2

P1  P2 = Presisi

Bila ada sampel yang rusak atau tidak dapat digunakan maka akan diambil sampel

lain yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan serta sesuai prosedur pengambilan.

Sampai total sampel minimal terpenuhi pada masing-masing kelompok.

Variabel :

Pengertian variabel :

Variabel didefinisikan sebagai atribut subjek atau objek yang mempunyai variasi antara
satu dan yang lain. Variabel merupakan atribut yang dikenal dalam bidang ilmu tertentu
misalnya untuk penelitian dengan subjek manusia; tinggi badan, berat badan,
pengetahuan, sikap, perilaku, motivasi, ide, perasaan, kepemimpinan. Untuk penelitian
menggunakan objek (benda) misalnya ; berat, ukuran, bentuk, warna.

53
Macam-macam variabel :

Definisi :

1. Variabel bebas (independent) adalah : Variabel mandiri dan tidak berubah oleh
variabel lain, dapat mempengaruhi atau menjadi penyebab perubahan atau
timbulnya variabel terikat. Variabel bebas mengakibatkan suatu perubahan (pada
variabel terikat). Pada suatu keadaan mungkin pula variabel terikat dapat
menyebabkan perubahan pada variabel bebas.

Misalnya : lama belajar mengakibatkan perubahan dalam hasil nilai ujian. Hal ini
tidak mustahil menjadi ; hasil ujian dapat menyebabkan suatu perubahan dalam
lama belajar.
Hal ini dapat diterangkan dengan mengkaitkannya pada rancangan penelitian yang
dipakai (Kohor, kasus-kontrol, potong silang).
Contoh lain : Dalam penelitian dengan rancangan kohor prospektif, merokok menjadi
variabel bebas (x) untuk variabel terikat (y); kanker (y1), gangguan kardiovaskuler
(y2), impotensi (y3), gangguan pertumbuhan janin (y4).

2. Variable terikat (dependent) adalah: Variabel yang se-olah2 sesuatu yang


tergantung pada faktor lain. sering disebut variabel luaran (output).

Misalnya : Dalam rancangan penelitian kohor (prospektif), kejadian kanker (terikat)


pada perokok . Dengan lain perkataan, variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Contoh lain : Dalam hal penelitian dengan rancangan kasus kontrol (retrospektif)
output/luaran menjadi variabel bebas (x) ; pengetahuan(x1), sikap(x2) dan
keterampilan(x3) siswa, (variabel bebas) akan meningkat bila diberikan suatu
pelatihan (y)(variabel terikat).

3. Variabel perancu adalah: Variabel tidak terkendali yang dapat mempengaruhi


variabel bebas dalam penelitian.

Misalnya : Pemberian obat anti hipertensi pada kelompok kasus, mungkin akan
dipengaruhi oleh perbedaan umur subjek, sehingga efek penyembuhan bukan
diakibatkan dari efek obat itu sendiri. Dalam hal ini umur dapat merancu. Untuk
mengendalikannya perlu dibuat konstanta, sehingga perbedaan umur tidak
berpengaruh lagi. Variabel tersebut dinamakan pula sebagai variabel yang
dikendalikan (variabel kontrol). Diharapkan pengaruh variabel bebas (obat anti
hipertensi) tidak dipengaruhi oleh faktor yang tidak diteliti (variasi umur).
4. Variabel ; moderator, antara, intervening adalah: Varabel antara yang dapat
memperlemah atau memperkuat variabel bebas.

54
Misalnya : Diabetes Melitus tipe 2 (variabel bebas) dipengaruhi oleh Gaya Hidup
(variabel intervening) dan budaya lingkungan/tempat tinggal (variabel moderator)
untuk Harapan Hidup (variabel terikat).

Definisi lain yang sering dipakai/timbul adalah : Variabel berpasangan.

Variabel berpasangan adalah bila, variabel diukur dari subjek/kelompok yang sama baik
karena :

 Pengukuran berulang  pretest-posttest


 Matching  cara pengambilan sampel
 Cross over  pada uji klinis

Satu tubuh  dua mata, dua tangan (uji pada kelinci, mata kiri dan mata kanan)

Contoh :

Variabel Konsep

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut:

Judul Penelitian : Hubungan antara ekspresi mRNA; p53,BCl2 dan FasL dengan kadar

VCAM 1 pada suatu kajian patogenesis Hipertensi dalam Kehamilan.

Definisi Variabel Penelitian :

Variabel Bebas (Independen) ; 1) ekspresi mRNA p53, 2) ekspresi mRNA BCl2,

3) ekspresi mRNA FasL dan 4) kadar VCAM1

Variabel Terikat (Dependen) ; 1) hipertensi dalam kehamilan dan 2) kehamilan normal

Variabel Perancu (Confounding) ; 1) usia ibu hamil 2) usia kehamilan, 3) paritas,

4) indeks massa tubuh

Judul Penelitian : Hubungan faktor-faktor yang berpengaruh pada pola pemberian

ASI ibu pekerja di kabupaten Cilacap

Definisi Variabel Penelitian :

Variabel Bebas ; 1) faktor sistem dukungan (x1), 2) faktor promosi susu formula (x2),

3) faktor lingkungan kerja (x3), 4) faktor pengetahuan (x4), 5) faktor sikap (x5)

55
Variabel Terikat ; 1) pola pemberian ASI saja (y1), 2) minuman pralakteal (y2) dan 3)

makanan pendamping ASI (MP-ASI) (y3).

HASIL PENELITIAN

Dalam suatu penelitian memilih analisis statistika yang tepat merupakan suatu
langkah yang penting. Menguraikan hasil penyajian hipotesis dan deskripsi data penunjang
disertai interpretasinya disajikan dengan baik. Instrumen penelitian disusun sehingga
mudah diolah.

Memilih analisis statistika yang tepat

Statistika

Statistika adalah Ilmu tentang data dan angka. Dalam penelitian kuantitatif, statistika
menjadi alat bantu mengambil Simpulan. Pengujian statistika perlu di dasari data-data dan
informasi lengkap, dapat dipercaya, tersusun sitematis. Kumpulan data selanjutnya diolah,
masa sekarang penghitungan data dapat dengan mudah karena dibantu jasa komputer, hasil
olah komputre yang sangat teliti akan menghasilkan luaran yang sangat berguna sebagai
dasar pembahasan hasil penelitian. Komputer adalah alat yang sangat teliti, tergantung dari
data yang dimasukan, bila data tidak “dibersihkan “ dahulu, data masuk menjadi tidak
sahih dan akan menghasilkan luaran yang tidak berguna “garbage in garbage out”.

Statistika pada dasarnya dapat dibagi atas dasar :

1. Statistika Deskriptif

a). Statistika deskriptif mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan dan


penyajian data suatu penelitian. Tujuan utamanya adalah membantu
menggambarkan fakta sehingga lebih mudah dibaca dan dipahami.
b). Statistika induktif adalah statistika yang terkait dengan penarikan simpulan serta
mengambil keputusan berdasarkan fakta. Dalam pengertian lain didefinisikan
sebagai statistika yang mepelajari cara-cara penarikan suatu simpulan dari suatu
populasi tertentu berdasarkan sebagian data (sampel). Dalam menarik simpulan
statistika induktif mengacu pada suatu pengujian hipotesis.

2. Statistika Inferensial/Induktif
Statistika Induktif pada dasarnya dikelompokkan dalam : 1) Statistika Parametrik
dan 2) Statistika Non-parametrik. Analisis data penelitian diproses dengan program
komputer seperti, SPSS V.13.0 for Window. Dalam bidang biologi termasuk

56
Kesehatan/Kedokteran, tingkat kemaknaan yang digunakan adalah, nilai p <= 0,05,
langka-langkahnya sbb.:

Uji normalitas/uji homogenitas:

Sebelum dilakukan uji statistika lebih lanjut, data diuji normalitas dan
homogenitasnya terlebih dahulu. Dari uji-uji tersebut dapat diketahui uji apa selanjutnya
yang akan dipakai.

 Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov/Shaphiro Wilk yaitu, untuk


mengetahui rerata data sampel terdistribusi normal atau tidak normal.
Analisis data berikutnya dilakukan dengan cara analisis parametrik (data sampel
berdistribusi normal) atau non-parametik (data sampel tidak terdistribusi normal).
 Uji homogenitas, uji homogenitas antar kelompok dapat diuji F (uji homogenitas
varians), Liliefors, uji linieritas, untuk mengetahui homogen atau tidaknya varians
antar kelompok.
Bila data berdistribusi normal maka dilakukan uji statistika Parametrik, sebaliknya
bila didapatkan hasil distribusi tidak normal dilakukan uji statistika non-parametrik.

STATISTIKA PARAMETRIK

Uji Statistika Parametrik adalah uji statistika didasarkan atas asumsi mengenai
populasi yang diwakili oleh sejumlah sampel minimal untuk data kuantitatif, yaitu ; sampel
dari populasi dengan distribusi normal (homogen), diambil secara acak, mempunyai varians
yang sama dengan skala pengukuran numerik ; interval atau rasio. Jumlah sampel minimal
menjadi penting. Tabel model (dummy tables) dipakai menjadi dasar untuk menentukan
jumlah sampel (minimal sample size). Dengan dilandasi asumsi tertentu yaitu, memenuhi
uji normalitas. Bila data dan jumlah sampel minimal terpenuhi, uji normalitas didapatkan
sebaran sampel tersebut homogen, maka uji selanjutnya dipakai uji parametrik . Uji asumsi
merupakan salah satu syarat dalam uji parametrik yaitu; 1) uji normalitas (Kolmogorov
Smirnov atau Shapiro Wilk, , untuk mengetahui rerata data sampel terdistribusi normal atau
tidak normal. 2) Uji homogenitas (Lilliefors) dan 3) uji linieritas, untuk mengetahui homogen
atau tidaknya varians antar kelompok. Bentuk-bentuk uji statistika parametrik, misalnya
untuk uji beda ; anova (analisis varians; independent/ repeated measures (> 2 kelompok), z-
test, (t-test; independent/dependent) , tes proporsi, untuk uji korelasi ; Product Moment
Pearson.

STATISTIKA NON-PARAMETRIK

Bila data dan jumlah sampel minimal terpenuhi, uji normalitas didapatkan sebaran
sampel tersebut tidak homogen, atau skala data ordinal atau nominal, maka uji selanjutnya
dipakai uji non-parametrik. Hasil uji non-parametrik kekurangannya adalah, nilai uji relatif
lebih rendah dibanding uji statistika parametrik, sedangkan keuntungannya sampel dapat
kecil, populasi tidak perlu homogen. Macam skala yang digunakan dapat nominal atau

57
ordinal. Uji non-parametrik lebih mudah dimengerti dan relatif lebih sederhana. Bentuk-
bentuk uji statistikanya, untuk data nominal/ordinal dipakai uji beda ; Chi kuadrat,
Friedman, McNemar, Wilcoxon, Mann-Whitney atau Kruskal Wallis (> 2 kelompok). Untuk
uji korelasi : Rank Spearman (ordinal), Point biserial, Phi Cramer (nominal).

Syarat-syarat analisis menggunakan data numerik :

- Sebaran data harus memenuhi syarat statistika. Uji Statistika parametrik


menyaratkan antara lain ; 1) sebaran data normal dipakai uji-uji parametrik, 2)
sebaran data tidak normal di pakai uji-uji statistika non-parametrik.
- Syarat uji Chi-kuadrat : Nilai duga (expected) yang < 5 tidak boleh lebih dari 20%

Contoh penelitian 1 : Melihat efektifitas pemberian Betanekol pada pasien pasca operasi
histerektomi radikal untuk mencegah atonia bladder.

Jenis penelitian : Analitik komparatif kategorikal tidak berpasangan 2x2. Uji statistika : Chi
kuadrat (parametric) atau Fischer (non-paramerik)

Contoh penelitian 2 : Melihat perbedaan klasifikasi pengetahuan tentang Ante Natal Care

(ANC) (baik, sedang, kurang) antara sebelum dan sesudah penyuluhan.

Jenis penelitian : Analitik komparatif, katagorikal, berpasangan 2 X 3. Uji statistika : uji


beda Marginal Homogenity atau Wilcoxon.

Contoh penelitian 3 : Melihat perbedaan kadar placenta growth factor (PGF) antara ibu
hamil normal dengan ibu hamil yang mengalami preeklampsia.

Jenis penelitian : Analitik komparatif numerik tidak berpasangan 2 kelompok. Uji statistika :
uji beda Uji t tidak berpasangan, Mann Whitney

Contoh penelitian 4 : Melihat perbedaan klasifikasi pengetahuan tentang ANC antara


sebelum dan sesudah penyuluhan

Jenis penelitian : Analitik komparatif kategorikal berpasangan. Uji Statistika : Mc Nemar,


Marginal Homogenity, Wilcoxon, Cochran, Friedman

Contoh penelitian 5 : Melihat efektifitas pemberian Betanekol pada pasien pasca operasi
histerektomi radikal untuk mencegah atonia bladder.

Jenis penelitian : Analitik komparatif kategorikal tidak berpasangan 2x2. Uji statistika : Chi
kuadrat, Fischer

Contoh penelitian 6 : Perbedaan klasifikasi pengetahuan tentang ANC antara sebelum dan
sesudah penyuluhan

58
Jenis penelitian : Analitik komparatif kategorikal berpasangan. Uji statistika : Mc Nemar,
Marginal Homogenity, Wilcoxon, Cochran, Friedman

Analisis tergantung sebaran data


Parametrik  Non Parametrik

Normal Tidak normal

T tdk berpasangan Mann Whitney

T berpasangan Wilcoxon

One way anova Kruskal Wallis

Two way anova Friedman

Pearson Spearman

Gambar : Uji satatistika untuk data numerik

59
Fertile Infertile

Merokok a B

Tidak merokok c d

Gambar : Syarat uji Chi-kuadrat, nilai duga yang < 5 tidak boleh lebih dari 20%

60
61
62
Interval Kepercayaan (Confidence interval)

Interval kepercayaan adalah rentang nilai yang diprediksikan pada populasi dengan

menggunakan nilai yang diperoleh pada sampel sebagai alat prediksi. Bisa dihitung untuk

semua nilai yang diperoleh pada sampel . Kita ingin mengetahui populasi, tetapi penelitian

dilakukan pada sampel bukan pada popula, oleh karena itu kita hanya bisa memprediksikan

populasi. Karena prediksi, maka dalam bentuk interval. Prediksi pada populasi inilah yang

disebut dengan Interval Kepercayaan.

63
POPULASI

SAMPEL

Gambar : Hubungan populasi dan sampel penelitian,

kaitannya dengan interval kepercayaan (IK)

INTERVAL KEPERCAYAAN
INTERVAL KEPERCAYAAN PERBANDINGAN PROPORSI DAN RERATA
DARI PROPORSI DAN RERATA

Gambar : Interval Kepercayaan pada penelitian dari proporsi, rerata dan

jenis risiko (relatif rasio/rasio odds)

Nilai p :

64
 Nilai probabilitas (p) pada uji hipotesis ,Alpha = Batas kemaknaan. Umumnya digunakan
<0,05 Bila p < 0,05, maka Ho diterima .

 Kesimpulan : Bandung

 Informasi : kota kembang dan ibu kota Jabar

 Bisa saling menggantikan

Lebih informatif yang mana ? Hubungan antara interval kepercayaan dengan nilai p.

Misalnya : Pernyataan Kota Kembang adalah ibu kota Jawa Barat

 Hubungan antara interval kepercayaan dengan nilai p. Memberikan kesimpulan yang sama
tetapi informasi berbeda Kesimpulan: bermakna atau tidak bermakna

 Memberikan informasi berbeda :

Nilai p = nilai probabilitas pada uji hipotesis

IK = prediksi rentang nilai pada populasi

 Bisa saling menggantikan

 Informasi mana yang lebih informatif ?

LOGIKA 1 :

Jika A≠B maka A/B ≠ 1

Jika A=B maka A/B = 1

LOGIKA 2:

Jika A≠B maka A-B ≠ 0

Jika A=B maka A-B = 0

65
ANALISIS UJI RISIKO :

Rasio Odds (OR) : tabel 2 X 2

Efek

+ - Jumlah

Faktor risiko + A B A+B

- C D C+D

Jumlah A+C B+D A+B+C+D

Rasio Odds = AD/BC

PAR = Population Attributte Risk

PAR = p(r-1) p=proporsi dari populasi terpajan (B/B+D)

______ r= rasio odds

P(r-1)-1

Risiko Relatif (RR)

RR = A/(A+B):C/(C+D)

Penggunaan uji risiko tergantung kepada rancangan penelitian yang dipakai.

Rasio odds (OR) digunakan pada pengujian penelitian ; kohor retrospektif, kasus-kontrol
(retrospektif), potong silang. Pada rancangan penelitian kohor prospektif atau eksperimen

66
digunakan uji Risiko Relatif atau Rasio Relatif (RR). Kedua uji ini dapat digunakan untuk semua
macam rancangan bila jumlah sampel banyak karena hasilnya akan mendekati (sama).

Besaran sampel untuk rancangan khusus :

Cara pelaporan hasil dapat pula dipakai uji uji lain yang khusus misalnya ; 1) Likelihood, 2) Cut off
point , 3) ROC atau 4) uji Astrea Under the Curve (AUC).

Klinisi dalam penelitiannya sering menggunakan studi uji diagnostik. Uji diagnostik menggunakan
tabel 2 X 2 , Perhitungan yang dikemukakan misalnya ; sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif,
nilai prediksi negatif, akurasi.

Analisis uji diagnostik :

Tabel . Gambaran suatu uji diagnostik yang dapat dihitung dengan cara membandingkannya
dengan baku-emas pada suatu pemeriksaan validasi.

Sifat Tes Nama alternatif Pertanyaan yang mengarah ke Rumus


sifat tersebut (lihat tabel 2X
2)
Sensitivitas Tingkat positif Berapa baik tes ini dalam a/(a+c)
sebenarnya (Positif menentukan orang yang mempunyai
pada Penyakit) kondisi tersebut?
Spesifisitas Tingkat negatif Berapa baik tes ini dalam d/(b+d)
sebenarnya menyingkirkan secara benar orang
(Negatif pada yang TIDAK mempunyai kondisi
Penyakit) tersebut?
Nilai Prediksi Peluang tes positif Jika tes seseorang positif, berapa a/(a+b)
positif sesudah tes. peluang bahwa ia mempunyai
kondisi tersebut?
Nilai prediksi Peluang tes negatif Jika tes seseorang negatif, berapa d/(b+d)
negatif sesudah tes. peluang bahwa ia TIDAK mempunyai
kondisi tersebut?

Akurasi - Berapa porposi dari semua tes telah (a+d)/(a+b+c+d)


memberikan hasil yang benar(yaitu
positif benar dan negatif benar
sebagai proporsi dari semua hasil)?

67
Rasio - Berapa kali lipat lebih mungkin sensitivitas/
kemungkinan bahwa tes positif ditemukan pada (1-spesifisitas)
dari suatu tes seseorang yang mempunyai
yg positif. daripada yang TIDAK mempunyai
kondisi tersebut?

Contoh analisis uji diagnostik :

Suatu studi uji diagnostik suatu tes tuberkulin pada pasien tuberkulosis.

Hasil test ADA Tuberkulosis Bukan tuberkulosis Total


Positif 11 8 19
Negatif 5 21 26
Total 16 29 45

Sensitifitas = 11/16 X 100% = 68,8 %

Spesifisitas = 21/29 X 100% = 72,4 %

Nilai prediksi positif = 11/19 = 57,80 %

Nilai prediksi negatif = 21/29= 72,41 %

Pengujian Alat Ukur

Contoh :

Judul Penelitian :

Evaluasi pengaruh lamanya pemberian ASI saja terhadap pertumbuhan anak

(Suatu studi di Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat)

Uji Validitas

Sebelum alat ukur dipergunakan dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba dengan

tujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.

68
Dalam hal ini akan dibahas instrumen yang valid (shahih) dan instrumen yang reliabel. Misalnya pada

penelitian survei dipakai alat ukur kuesioner, dilakukan pengujian validitas terhadap responden di

suatu tempat yang diasumsikan mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan tempat

penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan istilah reliabel adalah data yang yang didapat dari hasil

uji alat ukur ada kesamaannya dengan data yang didapat, bila dilakukan berkali-kalig pada waktu

berbeda.

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kesahihan alat ukur yang telah disusun benar-benar

mengukur apa yang perlu diukur. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi akan mempunyai varian

kesalahan yang kecil atau dengan kata lain tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan

maksud tes tersebut; sehingga data yang terkumpul merupakan data yang dapat dipercaya. Suatu

pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai

koefisian validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,3.

Pengujian validitas dalam penelitian dilakukan dengan cara: korelasi item-total, yaitu

konsistensi antara skor item dengan skor secara keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya

koefisien korelasi antar setiap item dengan skor keseluruhan, bila koefisien korelasi item dengan

totalnya lebih besar atau sama dengan 0.3, maka item tersebut dinyatakan valid.

N XY   X Y
ri 
N X 2

 ( X) 2 N  Y 2  ( Y) 2 

Dari hasil uji validitas faktor yang relevan dengan pola pemberian ASI mempunyai nilai yang

valid (> 0,3), dengan demikian alat ukur ini dapat dipakai dalam variabel penelitian.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan atau keterpercayaan hasil

suatu pengukuran; atau sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan

69
perbedaan interpretasi dalam memahami pertanyaan. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur

suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien

reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan 0,7.

Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan disini adalah dengan menggunakan

Koefisien Reliabilitas Alpha yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

 k
2 
  Si 
k  
 1  i 12
k 1  S total 
 
 

Di mana :

k adalah banyaknya belahan item

Si2 adalah varians dari item ke-i

S2total adalah total varians dari keseluruhan item

Dari hasil uji reliabilitas faktor yang relevan dengan pola pemberian ASI mempunyai nilai

reliabilitas (> 0,7); dengan demikian alat ukur ini dapat dipakai dalam variabel penelitian.

Teknik Analisis Data

a. Analisis Bivariabel

Analisis bivariabel merupakan analisis dari variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 13.0.

- Kruskall-Wallis

70
Kruskall-Wallis digunakan untuk mengetahui perbedaan diantara ibu yang memberikan ASI

saja, minuman prelakteal dan makanan pendamping ASI pada faktor-faktor yang memperngaruhi

pola pemberian ASI.

Statistika uji yang digunakan adalah sebagai berikut :

12 k
Ri2
T   3  N  1
N  N  1 i 1 ni

di mana :

Ri : Jumlah rangking untuk responden yang masuk ke dalam kategori ke - i

ni : Jumlah responden pada kategori ke i

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Kruskal – Wallis

Bandingkan nilai Thitung dengan nilai Ttabel Chi-kuadrat dengan derajat bebas sebesar k –1 dan

taraf signifikansi .

Bila nilai Thitung < dari nilai Ttabel maka terima H0, demikian pula sebaliknya apabila nilai Thitung >

dari nilai Ttabel maka terima H0 (Uji Signifikans).

- Mann Whitney

Untuk mengetahui kelompok ibu yang berbeda secara signifikan (ASI saja dengan minuman

prelakteal, atau ASI saja dengan MP-ASI, dll) maka dilakukan analisis dengan menggunakan uji Mann

Whitney. Langkah pengujian menggunakan Mann Whitney adalah sebagai berikut :

1. Tentukan hipotesis

2. Buat urutan dari kelompok 1 dan kelompok 2 dari kecil ke besar kemudian hitung R1 = jumlah

urutan kelompok 1

R2 = jumlah urutan kelompok 2

71
n1 n1  1
U 1  n1 .n2   R1
2

n2 n2  1
U 2  n1 .n2   R2
2

U = nilai terkecil antara U1 dan U2

n1 = ukuran sampel kelompok 1

n2 = ukuran sampel kelompok 2

3. Kriteria uji :

a. Jika n1 dan n2  8 , cari nilai peluang pada tabel J, sesuaikan dengan nilai U dan  , jika

p    tolak Ho.

b. Jika 9  n1 dan n2  20 , lihat tabel K. Bandingkan U dengan Utabel K, sesuaikan dengan nilai

 , n1 dan n2. Jika U  U tabel  tolak Ho.

c. Gunakan pendekatan distribusi normal.

U  U
z
U

dengan :

n1 .n2
U 
2

n1 .n2 n1  n2  1
U 
12

Jika ada angka sama :

72
 n .n  N 3  N 
 U   1 2    T 
 N N  1  12 
dengan :

N = n1 + n2

t3  t
T
12

t : banyak observasi yang berangka sama


Kriteria Uji : Tolak Ho jika p <  (1 arah) atau p  (2 arah).
2

Uji Korelasi ETA :

Uji ini dilakukan untuk melihat hubungan korelasional antara variabel. Adapun rumus uji

Korelasi Eta (The Correlation Ratio η) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

N1 dan N2 = sampel 1 dan sampel 2

YT = rata-rata besar untuk kelompok 1 dan 2 digabung

∑YT2 = jumlah kuadrat kedua buah sampel

Y1 dan Y2 = rata-rata tiap kelompok

73
Analisis multivariabel

Analisis multivariat dengan menggunakan multinomial regresi logistik. Analisis multivariat

digunakan untuk menguji faktor apa saja yang mempengaruhi variabel dependen secara bersama-

sama. Multinomial regresi logistik digunakan karena skala variabel dependen dalam penelitian ini

bersifat 3 kategori. Jumlah kategori pada beberapa variabel di uji bersama-sama.

Model regresi logistik multinomial dapat di rumuskan secara matematis sebagai berikut:

Logit ( xi )   0  1x1i   2 x2i  ......   p x pii log it  ( xi )  i

: fungsi logistik untuk tiga kategori variabel dependen

: koefisien regresi (bobot untuk masing-masing variabel bebas)

PEMBAHASAN

Pembahasan adalah cara menganalisis hasil penelitian dengan menggunakan


pendekatan yang telah ditentukan, antara lain mengaitkan hasil penelitian dengan
teori/hasil penelitian lainnya. Membahas hasil pengujian hipotesis dan mengungkapkan
temuan yang mengacu pada tujuan penelitian. Dalam pembahasan penelitian ini akan
tampak alur fikir peneliti yang di tulis dengan runtut dari logika berfikir ditunjang oleh hasil
penelitiannya dan pemahaman pengetahuannya yang luas, sehingga tergambar alur berfikir
logis, empiris dengan pengetahuan luas suatu penerapan dari falsafah Epistemologi. Cara
berfikir secara komprehensif dengan penalaran deduktif dan induktif.

SIMPULAN DAN SARAN

Menyatakan pemahaman peneliti tentang masalah yang diteliti berkaitan dengan


Tesis/Disertasi berupa Simpulan dan Saran. Alur fikir peneliti sejak rumusan masalah,
hipotesis sampai simpulan umum runtut merupakan “benang merah” penelitian.

Simpulan :

Menyatakan temuan-temuan penelitian berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan.

Simpulan Umum : Merupakan jawaban atas rumusan masalah, berupa narasi tidak

memakai istilah statistika.

74
Simpulan Khusus: Merupakan hasil pembahasan yang khusus, hasil dari pembahasan

yang didapat diluar masalah utama dan penting untuk di simpulkan,

dapat dilengkapi dengan hasil uji statistika.

Saran :

Pernyataan saran teoretis tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dari bidang ilmu yang dikaji, serta saran praktis
dalam bentuk penyataan penerapan ilmu pengetahuan terkait.

DAFTAR PUSTAKA.

Daftar dari seluruh kepustakaan yang digunakan dalam menunjang penelitian ini
Cara penulisan daftar pustaka mengacu pada kaidah/gaya yang umumnya disajikan dalam
gaya Vancouver atau Harvard.

Contoh gaya Vancouver :

Artikel standar : Vega KJ, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an
increase risk for pancreatobiliary disease An Intern Med 1996 Jun; 124(11):980-3

Penulis perorangan : Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd
ed. Albany (NY): Delmar Publishers;1966.

Bab dalam buku : Phillips SJ, Whisnant JP. Hypertentions and stroke. In: Laragh JH, Benner
BM, editors. Hypertension: patophsilogy, diagnosis, and management. Snd ed. New York:
Raven Press, 1995.p.465-78.

Artikel dalam koran : Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50.000
adminissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sec A:3 (col.5)

Artikel Journal dalam format elektronik : Morse SS. Factors in the emergence of infectious
diseases. Emerg Infect Dis (serial online) 1995 Jan-Mar [citied 1996 Jun 5];1(1):[24 screens].
Available from URL: HYPERLINK http://www.cdc.gov/ ncidod/EID/eid.htm

TABEL MODEL (DUMMY TABLES)

Contoh : Judul Penelitian :

Hubungan pengetahuan dan sikap bidan tentang rujukan kasus obstetri dengan ketepatan
rujukan (suatu studi analisis verifikatif di Kabupaten Bantul, Yogyakarta)

75
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur,
Pendidikan dan Masa Kerja

No Karakteristik Frekuensi (orang) Persentase (%)

1 Umur (tahun)

TOTAL

2 Pendidikan

TOTAL

3 Masa Kerja (tahun)

TOTAL

Tabel 2. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Ketepatan Rujukan

Kasus Rujukan

Karakteristik Tepat Tidak Tepat Kemaknaan

(n=..) (n=..)

1. Umur (tahun) : t = ..
Rata-rata (SD)
p = ..
Rentang

X2 = ..
2. Masa kerja (tahun) :
p = ..

3. Pendidikan : X2 = ..

76
p = ..

Keterangan : t = uji t; X2 = Uji Chi-Kuadrat.

Tabel 3. Perbedaan Skor Pengetahuan dan Sikap antara Kasus Rujukan Tepat

dan Tidak Tepat

Ketepatan Rujukan

Variabel Tepat Tidak Tepat Gabungan ZM-W nilai -p

(n=..) (n=..) (n=..)

1. Skor
pengetahuan

Rata-rata (SD)

Median

Rentang

2. Skor sikap :

Rata-rata (SD)

Median

Rentang

Keterangan : ZM-W = Uji Mann-Whitney.

Tabel 4. Korelasi antara Variabel Pengetahuan dan Sikap, serta Variabel

Karakteristik dengan Ketepatan Rujukan

77
No Variabel Ketepatan Rujukan

V nilai –p

1 Pengetahuan

2 Sikap

3 Umur

4 Masa Kerja

5 Pendidikan

Keterangan: nilai V = koefisien korelasi phi-Cramer

Tabel 5. Hubungan antara berbagai Variabel terhadap Ketepatan Rujukan

Variabel Koefisien B SE (B) OR IK 95% Nilai p

Pengetahuan

Sikap

Pendidikan

Masa kerja(th)

Keterangan : Analisis regresi ganda

ETIKA PENELITIAN

Bahasan Etika Penelitian :

Secara universal Pedoman Etik Penelitian pada manusia bersumber dari Deklarasi
Helsinki (1964). Masalah penelitian cenderung dianggap hanyalah sebagai masalah tehnis,
tetapi tidak jarang hal ini menjadi masalah yang berkaitan dengan etika, moral dan hukum
dan sering timbul dilema dalam melakukan penelitian.

Deklarasi Helsinki diprakarsai Ikatan Dokter Sedunia (World Medical Association) berisi
prinsip-prinsip etika untuk para dokter sehubungan denganpenelitian opada manusia.
Dokumen ini selanjutnya diberlakukan sebagai prinsip yang dipakai secara luas dan
Pemerintah Indonesia meratifikasinya. Deklarasi ini terus direvisi, sampai terakhir di
perbaharui tahun 2008 di kota Seoul.

78
Prinsip dasar dari Deklarasi Helsinki (1964) :

Riset biomedis pada manusia sebagai subjek penelitian harus memenuhi prinsip
ilmiah yang diakui. Harus didasarkan atas eksperimen laboratorium dan hewan yang
memadai, serta berdasarkan pengetahuan yang lengkap dari literatur ilmiah. Dilema yang
timbul dalam melakukan penelitian adalah pertentangan antara menghormati hak pasien
dan memajukan ilmu pengetahuan. Prosedur yang sekarang dilakukan adalah peneliti harus
membuat protokol penelitian dan diajukan kepada Komite Etik Penelitian yang independen
yang ditunjuk khusus untuk memberikan pertimbangan, ulasan dan bimbingan.

Sejak tahun 1982 diperkuat dengan adanya CIOMS (Council for International Organization of
Medical Sciences) yang dikeluarkan oleh WHO (World Health Organization) untuk penelitian
pada manusia yang dikenal sebagai International Ethical Guidelines for Biomedical Research
Involving Human Subject. Nuremberg Code (1946) merupakan awal dari kesepakatan
Internasional dalam etika penelitian berkenaan dengan peristiwa menyalahi prinsip
kemanusiaan yang dalam penelitian-penelitian yang dilakukan dokter-dokter terhadap
tawanan orang Yahudi di kamp konsentrasi Nazi pada waktu itu.

Secara filosofis etika dalam penelitian adalah suatu upaya untuk memahami mengapa dan
untuk apa, para profesional khususnya tenaga kesehatan/kedokteran melakukan penelitian.
Setidak-tidaknya para profesional dalam penelitiannya mengetahui, bagaimana proses
penelitian itu berjalan dan apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya.

Pada hakikatnya penelitian (ilmiah) penting untuk mencari dan mengungkapkan kebenaran
(ilmu) yang diperlukan untuk menjalankan profesi sehari-hari secara benar ditinjau dari
aspek metodologi, etika, estetika maupun hukum. Pelaksanaan tugas seorang profesional ini
tidak lain adalah, menjalankan amanah, bentuk kewajiban manusia dalam beribadah
mengisi hidup dan kehidupannya di muka bumi. Walaupun kebenaran ilmiah itu pada
dasarnya hanya sampai tingkatan kebenaran empirik dan logis saja, tetapi untuk mendekati
kebenaran hakiki perlu ; validasi, verifikasi dengan kebenaran absolut yaitu Wahyu Ilahi.
Kebenaran hakiki akan kita dapatkan nanti diakhir kelak.

Agar mencapai maksud tersebut perlu direnungkan dan dihayati karakteristik sifat ilmuwan
yang harus dimiliki oleh seorang profesional. Para profesional khususnya dalam bidang
kesehatan tidak hanya dituntut profesionalismenya tetapi sedikit banyak haruslah juga
sebagai ilmuwan, dengan perkataan lain sebagai akademisi yang profesional yang
memahami proses pengungkapan ilmu. Diharapkan seorang profesional khususnya tenaga
kesehatan akan lebih kritis lagi dalam menyikapi fenomena-fenomena Alam Semesta
beserta isinya yang dihadapinya selama menjalankan tugas profesionalismenya dan akan
selalu berusaha mencari kebenaran.

79
Pedoman Nasional Etika Penelitian Kesehatan dan Pedoman Operasional Komisi Etik
Penelitian Kesehatan di Indonesia yang diterbitkan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia dipakai acuan dalam pelaksanaan penelitian kesehatan di Indonesia.

Penelitian secara etis dapat dibenarkan bila :

1). Secara moral ada alasan penting dan relevansinya dengan cara menghormati nilai

kemanusiaan (respect for person).

2). Harus ada harapan cukup kuat bahwa penelitian menghasilkan pengetahuan yang

bermanfaat (beneficence).

3). Penelitian harus memenuhi prinsip keseimbangan dan berlaku adil (justice).

4). Penggunaan subjek manusia pada penelitian hanya dapat dilakukan jika mutlak

diperlukan dan tidak ada jalan lain, meliputi analisis risiko untung rugi (risk and

benefit).

5). Subjek penelitian harus secara sukarela dalam berperan serta, sehingga

konsekuensinya harus sudah dapat diketahui sebelum pelaksanaan penelitian

(informed consent).

Implikasi penelitian pada manusia :

Masalah etik yang mungkin timbul harus diatasi dengan cara-cara/di perhatikan hal-hal
sbb.:

- Memberikan informasi tentang pengambilan spesimen yang akan menyebabkan


ketidak nyamanan dan rasa nyeri.
- Memberikan pengertian dan penjelasan tentang prosedur penelitian secara jelas
sehingga, subjek mengetahui secara jelas rencana penelitian dan tidak menimbulkan
kekhawatiran subjek selama penelitian berlangsung.
- Keuntungan harus sebesar-besarnya, bukan saja untuk peneliti tetapi harus
didapatkan oleh subjek, masyarakat ilmiah dan masyarakat umum.
Misalnya; hasil penelitian dipublikasikan dan diinformasikan dalam bentuk artikel ;
ilmiah, semi ilmiah/populer maupun ceramah.
- Subjek berhak mendapat penjelasan tentang keuntungan dan kerugian bila
mengikuti penelitian ini, dijelaskan latar belakang, tujuan penelitian, diberikan
kebebasan untuk memilih apakah bersedia mengikuti penelitian ini kemudian subjek
diminta untuk mengisi dan menanda tangani lembaran formulir kesediaan mengikuti
penelitian.

80
- Subjek diberi kebebasan untuk mengundurkan diri dari penelitian lebih lanjut apabila
di kehendaki.
- Biaya penelitian ditanggung peneliti atau donor/sponsor penelitian.
- Penyulit dan komplikasi (adverst event) dari efek penelitian ini perlu diberitahukan
dan diantisipasi sebelumnya.
- Semua data hasil penelitian dijamin kerahasiaannya, diberitahukan kepada masing-
masing subjek penelitian.
- Organisasi penelitian dibuat rapih dan dapat dipertanggung jawabkan bila ada audit
dari Komite Etik Penelitian (Ethical Research Commette) maupun Penyandang Dana
Peneleitian (Donor Agency/Sponsor).

Implikasi penelitian pada Hewan Coba :

Penelitian dengan menggunakan hewan coba untuk mengganti manusia


diperbolehkan misalnya, mengadakan percobaan pada otak mencit yang tidak dapat
dilakukan pada manusia. Perlakuan penelitian pada hewan coba ada berbagai hal yang perlu
diperhatikan.

Prinsip yang perlu diperhatikan antara lain :

1) Replacement, mengganti hewan coba dengan alternatif lain seperti sel atau jaringan
(cell line) yang dikultur in vitro atau dipakai hewan invertebrata.
2) Reduction, model alternatif agar dapat mengurangi jumlah hewan coba yang
digunakan.
3) Refinement, mengurang/menghindari penderitaan dari rasa nyeri maupun stres.

LANGKAH-LANGKAH UMUM PENELITIAN SAMPAI UP

Perumusan masalah dan tujuannya

Perumusan suatu hipotesis

Penetapan metode kerja dan bahan penelitian

Metode pengumpulan data / sebagai hasil penelitian

Seminar UP: Akademik + Etika Penelitian

Izin meneliti + ethical clearence

Meneliti

Gambar : Mekanisme Seminar Usulan Penelitian (UP)

81
PENULISAN NASKAH ARTIKEL

Hasil penelitian tentunya bukan hanya akan menjadi kepuasan akademis dari
peneliti, tetapi harus berguna pula bagi masyarakat umum. Penulisan daftar pustaka
masing-masing bidang ilmu disusun mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi
profesi nasional maupun internasional yang menerbitkan publikasi berkala.

Umumnya redaksi majalah memberikan petunjuk untuk para penulis. Naskah di tik dalam
kertas kuarto dengan spasi yang ditentukan dan dikirim dalam rangkap dua serta dilengkapi
soft copy berupa CD. Judul ditulis sesingkat mungkin, bersifat informatif dan mampu
menerangkan isi karangan. Nama penulis utama dan penulis pendamping ditulis dengan
nama keluarga, disertai alamat lengkap penulis. Abstrak dalam dua bahasa dengan
mengacu pada tata cara penulisan abstrak, diakhiri kata kunci. Karangan asli diurut sbb.;
pendahuluan, bahan dan cara kerja, hasil, diskusi, ikhtisar dan simpulan. Dilengkapi dengan
pernyataan terima kasih (bila ada) dan diakhiri daftar pustaka. Dalam bidang Kesehatan
umumnya, khususnya bidang Kedokteran, daftar pustaka umumnya mengacu kepada
kaidah/gaya Vancouver. Makalah diterbitkan yang akan diterbitkan harus disetujui oleh para
penulis dan dilampirkan persetujuan Komite Etik Penelitian Kesehatan. Makalah yang masuk
akan dibahas pakar dalam bidang keilmuan yang bersangkutan (peer review) yaitu, Mitra
Bestari dan Dewan Redaksi.

Pedoman bagi penulis di


jurnal ilmiah

Artikel penelitian berisi hasil penelitian asli dalam ilmu kedokteran


dasar maupun terapan dan subjek kesehatan pada umumnya

Deklarasi Helsinki :
Makalah penelitian yang diterbitkan
harus memperoleh persetujuan komite
etik penelitian

Publikasi

82
DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri JS. Filsafat Ilmu, sebuah pengantar populer.Suria Multi Grafika. Jakarta, 2005

Siagian SP. Filsafat Administrasi. Gunung Agung. Jakarta 1981

Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. 2005

Phillips EM,Pugh DS. How to get a PhD. 4th. Edit. Open University Press.NY.USA. 2007

Winarno WW. Mudah Menulis Karya Ilmiah dengan Endnote X. Penerbit Andi.Yogyakarta,
2007

Siegel S. Statistik Nonparametrik untuk ilmu-ilmu sosial. PT Gramedia Jakarta 1990

Sugiyono. Statistik nonparametris, untuk penelitian. Alfabeta Bandung 2008

Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung 2007

Mangkuatmodjo S. Pengantar Statistik. Rineka Cipta, Jakarta 1997

Wijaya. Statistika Non Parametrik (Aplikasi Program SPSS) Alfabeta.Bandung. 2000

Riduan, Akdon. Rumus dan data dalam Analisis Statistika. Alfabeta, Bandung 2005

Pusat Penelitian Kesehatan, Seminar dan Lokakarya Metode Penelitian dalam Bidang
Kesehatan. LPM-Unpad. 2002.

Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Pedoman Penulisan Tesis/Disertasi dan


Penulisan Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran 2009-2010. Bandung, 2009.

Kountur R, Metode Penelitian untuk penulisan Skripsi dan Tesis.Penerbit PPM, Jakarta, 2007

Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Bagian Ilmu Kesehatan


Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 1995

Dawson B, Trapp RG. Basic & Clinical Biostatistic. 4th.edit. McGraw-Hill Intl.edit. 2004

Gerstman BB. Basic Biostatistics. Jones and Bartlett Publ.Inc. USA.2008

Rosner B. Fundamentals of Bio Statistics. 6th edit. Duxbury. USA.2006

Korstelleon D. Clinical Statistics. Jones and Bartlett Publ.Inc. Massachusetts, USA. 2009

Armitage P,Berry G.Statistical Methods in Medical Research, 2nd.edit. Blackwell Scientific


Publication. 1988

Rimm AA,Hartz AJ,Kalbfleisch JH, Anderson AJ, Hoffmann RG. Basic Biostatistics in
Medicine and Epidemiology. Appleton-Century-Crofts, NY,USA. 1980

83
PENJURUS

Adverst event

Analisis statistika

Analitik

anova

antropologi

Aristoteles

AUC

Avicenna

axiologi

Besaran sampel

Chi Kuadrat

Cohran

daftar pustaka

das sein

das sollen

deduktif

deklarasi Helsinki

deskriptif

dummy tables

eksperimental

84
empirisme

epistemologi

ethical clearance

ethical research comettee

etika penelitian

Falsafah

Fisher

Fisika

Friedman

George Mendel

Hermann Boerhaave

hipotesis

Hippocrates

idealisme

Immanuel Kant

Induktif

Informed consent

insidensi

Interval kepercayaan

kajian pustaka

Kapplan Meier

85
kasus kontrol

kategorik

kedokteran

kegunaan penelitian

kerangka pemikiran

kesehatan

kohor

Kolmogorov-Smirnov

Komparatif

Korelasi ETA

korelatif

kualitatif

kuantitatif

Kruskal Wallis

laporan kasus

latar belakang

likelihood

Mann Whitney

Mc Nemar

Medieval

Metode penelitian

multivariate

Nilai prediksi

86
Numerik

Nuremberg code

ontologi

Pearson

Phi Cramer

Phytagoras

Plato

Point biserial

populasi

Positivisme

Potong silang

Premis

presisi

prevalensi

Rancangan penelitian

randomisasi

rank Spearman

rasio Odds

rasionalisme

reabilitas

reduction

refinement

regresi logistik

87
renaissance

Rene Descartes

replacement

rerata

risiko relatif

Robert Darwin

ROC

sensitivitas

Serial kasus

Shaphiro Wilks

sosiologi

Socrates

Spesifisitas

Standar deviasi

survival

Tabel model

Thales

T test

tujuan penelitian

Uji klinis

Validitas

Vancouver

v Cramer

88
variabel

Wilcoxon

RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENGARANG

Dr. Mieke Hemiawati Satari, drg., MS.

Lahir di Bandung pada tanggal 20 Maret 1953, jabatan fungsionalnya, dosen tetap
Universitas Padjadjaran. Mengawali pendidikannya di bidang Ilmu Kedokteran Gigi di
Universitas Padjadjaran dan melanjutkan pendidikan Master dan Doktor (S3) di Universitas
yang sama. Pekerjaan yang digelutinya sejak tahun 1979 adalah sebagai staf pengajar di
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran, Bandung. Ilmu yang
diminatinya : Ilmu Mikrobiologi Molekuler.

Pendidikan tambahan yang pernah ditempuh antara lain :

Dalam Negeri :

- Berbagai kursus biologi molekuler terutama dibidang mikrobilologi molekuler di


Institut Teknologi Bandung (ITB) (1995-1998).
- Sertifikat Pendidik, Dirjen Dikti 2010

Luar negeri :

- Isolasi bakteri-bakteri jaringan periodontal secara anaerob, Vrije Universiteit


Amsterdam (ACTA), Nederland (1990-1992).
- Isolasi kromosom dan gen pembentuk betalaktamase S. aureus, Rijksuniversiteit
Leiden/LUMC, Nederland (2000).
- Isolasi bakteri-bakteri Streptococcus mutans, Vrije Universiteit Amsterdam (ACTA)
(2004).

Jabatan struktural yang diembannya sekarang adalah :

Kepala Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran.

Prof. Dr. Firman Fuad Wirakusumah,dr.,SpOG(K),

89
Lahir di Ciamis pada tanggal 15 Januari 1948, jabatan fungsionalnya kini adalah Guru Besar,
dosen tetap Universitas Padjadjaran. Mengawali pendidikannya di bidang Ilmu Kedokteran
di Universitas Padjadjaran dan melanjutkan pendidikan spesialis dalam bidang Obstetri dan
Ginekologi di Universitas yang sama. Pendidikan Doktor (S3) di tempuh di Rijksuniversiteit
Leiden, Nederland. Pekerjaan yang digelutinya sejak tahun 1973 adalah sebagai staf
pengajar di Bagian Biokimia dan dilanjutkan di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS dr. Hasan Sadikin, Bandung. Ilmu yang diminatinya :
Ilmu Kedokteran Fetomaternal.

Pendidikan tambahan yang pernah ditempuh antara lain :

Dalam Negeri :

- Program Akta Mengajar Lima 1985-1986, Dirjen Dikti 1986


- Dokter Konsultan Fetomaternal, Kolegium Obstetri dan Ginekologi, Jakarta 2 Juli
2000
- Sertifikat Pendidik, Dirjen Dikti 2008

Luar negeri :

- Course in Foetal and Perinatal Medicine, Singapore, 1984


- Course in Modern Management of Labor, Singapore, 1985
- Course in Diagnostic Ultrasound, Sydney, Australia, 1988
- Training of Usage of Cardiotocography, Berlin (West) 1988
- Exchange Scientist in Perinatology, Yonago, Japan, 1989

Jabatan struktural yang diembannya sekarang adalah :

Koordinator Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan Ketua


Komite Etik Penelitian Kesehatan FK Unpad/RS Hasan Sadikin, Bandung.

90

Anda mungkin juga menyukai