Anda di halaman 1dari 5

KONSEP KEMULIAAN MANUSIA PERSPEKTIF TAFSIR

SURAT AL-ISRA’ AYAT 70

A. Latar belakang masalah

Manusia dengan segala problematikanya seringkali memaknai kemuliaan

dengan hal-hal yang bukan hakikatnya dan tidak abadi. Seperti halnya ia

menghubungkan kemuliaan dengan keelokan fisik, harta benda, jabatan atau

keturunan dan latar belakang. Padahal tanpa hal-hal tersebut, manusia telah mulia

dengan kesempurnaan yang ada pada dirinya sendiri.

‫اَّلِذ ْي َخ َلَقَك َفَس ّٰو ىَك َفَع َد َلَۙك‬

Artinya : yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu dan

menjadikan (susunan tubuh)-mu seimbang.

Dengan keseimbangan itu, wujud manusia sendiri sudah menjadi sebuah

kesempurnaan. Apalagi jika meninjau proses penciptaannya yang ternyata tidak

mampu ditiru oleh mesin atau manusia lainnya. Pada penciptaan manusia benar-

benar ada kuasa Allah. Betapa tidak, prosesnya tidak bisa dicampuri tangan

manusia sedikitpun, meskipun itu bayi tabung, jika tidak ada izin Allah untuk

tumbuh, maka tetap saja tidak berarti apa-apa.

Namun, manusia sendiri sering merendahkan dirinya, dengan tidak bersikap

semestinya sebagai makhluk yang sempurna, sebagai makhluk yang Allah

karuniai Amanah menjadi kholifah. Sebagai makhluk yang Allah tugaskan untuk

beribadah.
‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْعُبُد ْو ِن‬

Artinya : Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk

beribadah kepada-Ku.

Padahal tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah Allah, tapi

seringkali perilaku manusia tidak merefleksikan ke-maha rahiman Allah yang

telah menciptakan manusia dengan sempurna. Hal ini ternyata telah Allah

nyatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 11

‫َو ِاَذ ا ِقْيَل َلُهْم اَل ُتْفِس ُد ْو ا ِفى اَاْلْر ِۙض َقاُلْٓو ا ِاَّنَم ا َنْح ُن ُم ْص ِلُحْو َن‬

Artinya : Apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan

di bumi,”1 mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah orang-orang yang

melakukan perbaikan.”

‫۞ َو َلَقْد َك َّر ْم َنا َبِنْٓي ٰا َد َم َو َح َم ْلٰن ُهْم ِفى اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر َو َر َز ْقٰن ُهْم ِّم َن الَّطِّيٰب ِت َو َفَّض ْلٰن ُهْم َع ٰل ى‬

ࣖ ‫َك ِثْيٍر ِّمَّم ْن َخ َلْقَنا َتْفِض ْياًل‬

Artinya : Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami

angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki

dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang

Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.

1
Di antara bentuk kerusakan di atas bumi adalah kekufuran, kemaksiatan,
menyebarkan rahasia orang mukmin, dan memberikan loyalitas kepada orang
kafir. Melanggar nilai-nilai yang ditetapkan agama akan mengakibatkan alam ini
rusak, bahkan hancur.
Kemuliaan manusia telah Allah nyatakan dalam surat tersebut. Menurut

Syaikh Nawawi dalam Tafsirnya Marah Labid, Kemuliaan Manusia yaitu

diantaranya adalah dengan bentuk penampilan, penciptaan yang seimbang, bisa

menguasai apapun yang ada di Bumi, bisa bersenang-senang dengan yang ada di

Bumi, bisa membuat karya dari bahan-bahan yang tersedia di Bumi, dikaruniai

Ilmu pengetahuan, bisa berkomunikasi, makan dengan tangan dan sebagainya. Tak

cukup sampai hal-hal tadi, Allah juga memuliakan Manusia dengan mampu

memberjalankan mereka di daratan maupun lautan. Memberi rezeki yang baik-

baik dan bagus juga enak. Yang bersumber dari hewan Seperti daging, keju, susu

dan yang bersumber dari tumbuhan seperti buah-buahan dan biji-bijian. Tak cukup

Allah muliakan manusia, namun Allah juga melebihkan manusia dari makhluk

lainnya. Jika malaikat memang diciptakan terus beribadah dan iblis terus berdosa,

maka Manusia adalah makhluk yang dikaruniai keunggulan agar melebihi

keduanya. Allah beri kemampuan dan kekuatan berfikir yang membedakan ia

dengan dua makhluk Allah lainnya. Sehingga dengan kemampuan tersebut,

manusia dapat membedakan mana yang haq dan yang batil, mana yang baik dan

yang buruk. Dan dengan kemampuan inilah, kehidupan manusia menjadi beragam

dan mencapai kemuliaan yang sempurna sesuai usahanya masing-masing untuk

mendekatkan diri pada Allah.

Maka berdasarkan paparan tafsir tersebut dan untuk menjadi khazanah

keilmuan dalam kajian Al-Qur’an dan Tafsir, Peneliti akan menggunakan judul

penelitian tentang “KONSEP KEMULIAAN MANUSIA PERSPEKTIF TAFSIR

SURAT AL-ISRA’ AYAT 70”.


B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Manusia sering memaknai kemuliaan dengan hal yang bersifat duniawi

2. Manusia sering tidak memuliakan dirinya dengan tidak berlaku selayaknya

yang sesuai dengan ajaran syariat

3. Kesadaran mulia dalam dirinya sendiri seringkali luput sehingga

memunculkan sikap rendah diri, insecure dan menimbulkan sikap tidak

baik lainnya yang menodai kemuliaan manusia

C. Batasan Masalah

Untuk membatasi topik penelitian, waktu dan biaya dalam penelitian, maka

peneliti membatasi dengan hanya yang berhubungan dengan KONSEP

KEMULIAAN MANUSIA PERSPEKTIF TAFSIR SURAT AL-ISRA’ AYAT 70

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana Manusia memaknai kemuliaan duniawi dalam hidupnya?

2. Faktor apa saja yang melatarbelakangi Manusia berperilaku tidak sesuai

syariat?
3. Bagaimana Kesadaran tentang Kemuliaan yang telah Allah berikan kepada

manusia menjadi benteng baginya dari sifat-sifat yang tidak baik?

E. Metodologi penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode Kualitatif Deskriptif sehingga yang

dikumpulkan adalah data-data naratif berdasarkan hasil observasi, wawancara,

angket dan catatan pribadi juga sumber data lainnya yang bukan berupa angka-

angka.

Anda mungkin juga menyukai