Anda di halaman 1dari 10

A.

PRINSIP PENCIPTAAN MANUSIA


Allah SWT berfirman :
Al-Insaan:001
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum
merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Maryam:067
Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya
dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?
Kedua ayat di atas dimulai dengan kalimat istifham yang menuntut perhatian supaya manusia
memikirkan diri dan proses kejadiannya, sehingga dengan itu, ia akan berlaku dengan benar
dalam kehidupan di dunia ini sesuai dengan fungsi dan tujuan penciptaannya.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Pada mulanya ia bukanlah apa-apa, tidak ada, tidak
berwujud dan tidak berbentuk. Kemudian atas kehendak-Nya, ia diciptakan.
Ihwal penciptaan manusia ini, menunjukkan ke Maha Kuasaan Allah. Hal ini harusnya
menjadi renungan manusia, betapa tanpa kekuasaan_nya, dirinya bukanlah apa-apa.

B. PROSES PENCIPTAAN MANUSIA


Dalam penciptaan manusia, terdapat dua proses, yaitu Proses Azali dan Proses Alami.
1. Proses Azali
Adalah proses dimana peran ke Maha Kun Fayakunan Allah terjadi, tidak ada sedikitpun
campur tangan manusia. Seperti dalam penciptaan Adam yang diciptakan dari tanah liat yang
dibentuk. Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam. Dan Isa Al Masih yang diciptakan
tanpa seorang ayah. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut :
Al-Hijr:026
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
An-Nisaa`:001
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.
Ali-`Imraan:059
Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: Jadilah (seorang
manusia), maka jadilah dia.
2. Proses Alami
Adalah proses kejadian manusia setelah Adam dan Hawa terkecuali Isa as. yaitu harus adanya
percampuran antara laki-laki dan perempuan, bertemunya sel sperma dan indung telur di
dalam rahim perempuan. Dalam rahim seorang ibu ia dibentuk dengan melalui beberapa
tahapan dan dalam waktu yang telah ditetapkan. Kemudian setelah sempurnya kejadiannya,
ia dilahirkan ke atas dunia sebagai seorang bayi, lalu Allah tumbuhkan ia menjadi dewasa dan
menjadi tua, kemudian Allah wafatkan. Sebagaimana firman Allah :
Al-Mu`minuun:012
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.
Al-Mu`minuun:013
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).
Al-Mu`minuun:014
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
Al-Mu`minuun:015
Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
Al-Mu`minuun:016
Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.

C. BAHAN DASAR (BENTUK DAN ISI) PENCIPTAAN MANUSIA


1. Bentuk Dasar
Bahan dasar manusia adalah tanah yang tidak berharga, sebagaimana diterangkan dalam ayat
dibawah ini :
As-Sajdah:007
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah.
As-Sajdah:008
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
Seorang manusia yang gagah perkasa, tampan dan cantik rupawan hanyalah berbahan dasar
tanah liat/tanah tembikar yang merupakan bahan terendah yang kurang berharga. Bila
manusia suka memperhatikan asal kejadiannya ini, maka ia tidak akan suka menyombongkan
diri menentang dan mendurhakai Allah penciptanya. Akan tetapi ia akan tunduk merendahkan
dirinya kepada Allah, karena hanya atas karunia-Nyalah ia menjadi ada.
2. Isi Dasar
Dari bahan dasar yang sangat rendah tersebut di atas, kemudian Allah mengisinya dengan
sesuatu yang sangat tinggi nilainya yaitu ruh-Nya. Sebagaimana firman-Nya :
As-Sajdah:009
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur.
Dengan demikian manusia memiliki hubungan yang sangat dekat sekali dengan Allah karena
manusia diberi ruh-Nya.
Dari dua asal yang sangat berbeda ini menunjukkan adanya dua hal yang berbeda. Jasad
manusia yang diciptakan dari bahan dasar tanah maka ia memiliki kecenderungan yang
sangat kuat kepada tanah, yaitu :
Ali-`Imraan:014
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Sedangkan ruh (jiwa) yang berasal dari Allah, maka ia juga memiliki kecenderungan dan
kebutuhan kepada petunjuk Allah yaitu Ad-Diin, jalan menuju Taqwa :
Ali-`Imraan:015
Katakanlah: Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian
itu?. Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga
yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka
dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan
hamba-hamba-Nya.
D. POTENSI DASAR MANUSIA
Allah menciptakan manusia dengan memberikan kelebihan dan keutamaan yang tidak
diberikan kepada makhluk lainnya. Kelebihan dan keutamaan itu berupa potensi dasar yang
disertakan Allah atasnya, baik potensi internal (yang terdapat dalam dirinya) dan potensi
eksternal (yaitu potensi disertakan Allah untuk membimbingnya). Potensi ini adalah modal
utama bagi manusia untuk melaksanakan tugas dan memikul tanggung jawabnya. Oleh
karena itu, ia harus diolah dan didayagunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat
menunaikan tugas dan tanggung jawab dengan sempurna.
1. Potensi Internal
Ialah potensi yang menyatu dalam diri manusia itu sendiri, terdiri dari:
a. Potensi Fitriyah.
Manusia diberikan oleh Allah potensi fitriyah. Makna fitrah ialah al-Islam. Sebagaimana
yang kita pahami dalam ayat dan hadits di bawah ini :
Ar-Ruum:030
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
Berkenaan ayat ini Rasulullah SAW bersabda :
Dengan demikian, pada diri manusia sudah melekat (menyatu) satu potensi kebenaran
(dinnullah). Kalau ia gunakan potensinya ini, ia akan senantiasa berjalan di atas jalan yang
lurus. Karena Allah telah membimbingnya semenjak dalam alam ruh (dalam kandungan).
Al-A`raaf:172
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku
ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi.
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan:
Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan),
b. Potensi Ruhiyah
Ialah potensi yang dilekatkan pada hati nurani untuk membedakan dan memilih jalan yang
hak dan yang batil, jalan menuju ketaqwaan dan jalan menuju kedurhakaan. Allah berfirman :
Asy-Syams:007
dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
Asy-Syams:008
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Di dalam hati setiap manusia telah tertanam potensi ini, yang dapat membedakan jalan
kebaikan (kebenaran) dan jalan keburukan (kesalahan). Dari kemampuan ini, Nabi pernah
bersabda :
Hadits ini menunjukkan bahwa potensi inilah yang menentukan arah kehidupan manusia.
c. Potensi Aqliyah
Potensi Aqliyah terdiri dari panca indera dan akal pikiran (sama, basar, fuad). Dengan
potensi ini, manusia dapat membuktikan dengan daya nalar dan ilmiah tentang kekuasaan
Allah. Serta dengan potensi ini ia dapat mempelajari dan memahami dengan benar seluruh
hal yang dapat bermanfaat baginya yang tentu harus diterima dan hal yang mudharat baginya
dan tentu harus dhindarkan. Allah berfirman :
An-Nahl:078
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.
Potensi inilah yang akan dimintai pertanggunganjawabnya oleh Allah. Dalam hal ini Allah
berfirman :
Al-Israa`:036
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.
Manusia yang tidak mempergunakan potensi ini, maka sungguh ia telah menyia-nyiakan
kelebihan dan keutamaan yang Allah berikan. Sehingga ia tidak pantas mendapat fadhal disisi
Allah, tetapi ia sama dengan makhluk yang terendah yaitu binatang ternak, bahkan lebih hina
lagi. Allah berfirman :
Al-A`raaf:179
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
d. Potensi Jasmaniyah
Ialah kemampuan tubuh manusia yang telah Allah ciptakan dengan sempurna, baik rupa,
kekuatan dan kemampuan. Sebagaimana firman Allah :
At-Tiin:004
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
At-Taghaabun:003
Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskanNya
rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu).
Potensi jasmaniyah ini adalah merupakan basthoh fil khalqi (fil jism). Sebagai modal utama
untuk melakanakan tugasnya.
2. Potensi Eksternal
Disamping potensi internal yang melekat erat pada diri manusia, Allah juga sertakan potensi
eksternal sebagai pengarah dan pembimbing potensi-potensi internal itu agar berjalan sesuai
dengan kehendak-Nya. Tanpa arahan potensi eksternal ini, maka potensi internal tidak akan
membuahkan hasil yang diharapkan.
a. Potensi Huda
Ialah petunjuk Allah yang mempertegas nilai kebenaran yang Allah turunkan kepada Rasul-
Nya untuk membimbing umat manusia ke jalan yang lurus. Allah SWT berfirman :
Al-Insaan:003
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula
yang kafir.
Al-Baqarah:038
Kami berfirman: Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-
Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
b. Potensi Alam
Alam semesta adalah merupakan potensi eksternal kedua untuk membimbing umat manusia
melaksanakan fungsinya. Setiap sisi alam semesta ini merupakan ayat-ayat Allah yang
dengannya manusia dapat mencapai kebenaran. Allah berfirman :
Ali-`Imraan:190
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
Ali-`Imraan:191
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.
Al-Baqarah:021
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa,
Al-Baqarah:022
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-
buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui.

D. TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA


Allah SWT telah menegaskan bahwa, Ia menciptakan manusia tidaklah dengan main-main
tetapi dengan tujuan yang hak. Dengan diberi tugas dan kewajiban yang akan dimintai
pertanggung jawaban.
Sebagaimana Firman Allah di bawah ini:
Al-Mu`minuun:115
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-
main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
Tujuan penciptaan manusia adalah mengabdi kepada-Nya, dengan melaksanakan perintah-
perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Allah berfirman:
Adz-Dzaariyaat:056
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

E. FUNGSI DAN TUGAS MANUSIA DI BUMI


1. Fungsi Manusia
Fungsi manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana firman-Nya:
Al-Baqarah:030
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.
Arti khalifah fil ardhi adalah mandataris Allah untuk melaksanakan hukum-hukum dan
merealisasikan kehendak-kehendak-Nya di muka bumi. Manusia telah dipilih Allah sebagai
khalifah-Nya. Untuk melaksanakan fungsinya itu, Allah mengajarkan manusia ilmu (Asmaun
kullaha)..
2. Tugas Manusia
Tugas manusia adalah memelihara amanah yang Allah pikulkan kepadanya, setelah langit,
bumi dan gunung enggan memikulnya.
Al-Ahzab:072
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh,
Amanat Allah itu adalah berupa tanggung jawab memakmurkan bumi dengan melaksanakan
hukum-Nya dalam kehidupan manusia di bumi ini. Sebagaimana yang Allah tegaskan kepada
nabi Daud as.
Shaad:026
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang
yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan.
Untuk menunaikan tangggung jawab yang dipikulkan kepadanya ini manusia harus
mengerahkan segala potensi (baik internal dan ekternal) yang ada pada dirinya, dan harus
sanggup berkorban dengan jiwa dan hartanya. Dengan pengerahan potensi dan kesanggupan
berkurban, maka tugas dan peran manusia untuk mewujudkan kekhalifahan dan menegakkan
hukum-Nya pasti akan dapat terwujud.
Adapun manusia yang tidak mau melaksanakan tugas enggan merealisasikan tugas dan
perannya, maka ia adalah manusia yang jahil (bodoh) dan dzalim.
Sebagaimana yang disinyalir oleh Allah SWT: Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan
amat bodoh. (33:72).

F. Sifat Dasar Manusia Dan Cara Mengatasinya


Manusia diciptakan disertai sifat-sifat dasar yang negatif, yang apabila tidak diarahkan ke
arah yang positif, maka akan menjatuhkan dirinya ke dalam kerugian.
Demi Masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh dan saling menasihati dalam kebenaran (haq) dan
kesabaran, al-Ashr:1-3.
Hal ini, merupakan masalah yang sangat serius, karena bila manusia tetap pada tabiat dasar
itu, maka ia berada dalam kerugian yang nyata. Oleh karena itu, manusia harus berjuang
untuk mengatasinya. Secara umum cara mengatasinya adalah dengan beriman kepada Allah
dan melaksanakan amal shaleh, serta saling menasihati untuk tetap dalam haq dan kesabaran.
Untuk itu marilah kita mengenali sifat-sifat dasar itu dan cara mengatasinya.
1. Keluh Kesah dan Kikir.
Sesungguhnya manusia itu diciptakan dengan sifat halu yaitu keluh kesah. Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
al-Maarij: 19-21.
Keluh kesah dan kikir timbul karena tidak adanya rasa syukur atas karunia yang Allah
berikan dan tidak sabar atas cobaan-Nya, sehingga ia senantiasa merasa kurang dan tidak
cukup dalam segala hal dan tidak sabar atas musibah-musibah yang menimpanya. Apabila
sifat ini dituruti, maka manusia akan terombang-ambing dalam keragu-raguan, dan sikap
syuudzan kepada Allah, sehingga mengingkari nikmat yang telah Allah berikan. Untuk itu,
sifat ini harus diluruskan, dan diarahkan kepada arah yang benar, yaitu dengan mengerjakan
shalat dan amalan-amalan shaleh lainnya.
Sedangkan untuk mengatasi sifat kikir yaitu dengan menginfakkan harta kepada fakir miskin.
Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan
shalat, dan orang-orang yang dalam hartanya terdapat bagian tertentu, bagi orang miskin
yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa, dan orang yang mempercayai
hari pembalasan, dan orang yang takut terhadap hari pembalasan, Karena sesungguhnya
azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman dari kedatanganya, dan orang yang
memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang
mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela, barang siapa
mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melewati batas, Dan orang-
orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya, dan orang-orang
yang memelihara syahadatnya, dan orang yang memelihara shalatnya, Mereka itu kekal
di dalam surga lagi dimuliakan, al-Maarij: 22-35.
2. Lemah
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu. Dan manusia diciptakan dengan sifat
lemah, al-Nisa:28.
Dengan tabiat kelemahan manusia itu, Allah memberikan keringanan dan kemudahan
baginya. Untuk mengatasi kelemahannya itu manusia harus menerima kemudahan dan
keringan yang Allah berikan. Bagi manusia memadai apa yang telah ia usahakan sesuai
dengan keadaannya.
Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakan,
al-Najm:39.
3. Susah Payah
Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang sangat berat, yaitu adanya berbagai
halangan dan rintangan yang harus dihadapinya.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah, al-
Balad:4.
Cara mengatasinya adalah dengan mengadakan perjuangan untuk membebaskan perbudakan
manusia atas manusia. Apabila manusia enggan mengadakan perjuangan, maka ia akan
senantiasa di dalam kesusahpayahan itu. Oleh karena itu, ia harus bangkit mempergunakan
potensi yang ada dan menyusun kekuatan bersama-sama untuk perjuangan pembebasan
tersebut.
Tahukah kamu jalan yang mendaki lagi sukar itu? Yaitu melepaskan budak dari
perbudakan, dan memberi makanan pada hari kelaparan kepada anak yatim yang ada
hubungan kerabat dan orang miskin yang teramat miskin dan dia termasuk orang yang
beriman dan saling berpesan bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
Mereka itu adalah golongan kanan, al-Balad:10-18.
4. Tergesa-gesa
Dan adalah menusia bersifat tergesa-gesa, al-Isro:11.
Tergesa-gesa ialah ingin mendapatkan/mencapai sesuatu dengan segera tanpa memelalui
proses yang seharusnya. Karena ketergesa-gesaannya itu, maka manusia sering terjerembab
ke jalan yang salah, sehingga hanya menghasilkan kekecewaan. Karena tergesa-gesa adalah
merupakan sifat negatif, maka ia harus ditundukkan dan diarahkan ke jalan yang benar.
Cara mengatasinya adalah dengan bersabar, sebagaimana diperintahkan Allah dalam firman-
Nya.
Bersabarlah kamu seperti sabarnya ulu al-azmi min al-rasul dan janganlah kamu minta
disegerakan siksa kepada mereka, al-Ahqaf:35.

G. Musuh Besar Dan Teman Sejati Manusia


1. Musuh Manusia
Musuh besar manusia adalah syaithan (iblis lanatullah) dan golongannya yaitu orang-orang
yang mengikuti jalan kesesatan. Mereka senantiasa meniupkan bisikan jahat (yuwaswisu fi
shudurinnas) ke dalam dada manusia. Al-Quran telah mempertegas: syaitan itu adalah musuh
yang harus benar-benar dijadikan musuh. Karena setan itu akan menggiring orang-orang yang
mengikutinya ke dalam api neraka.
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar; maka sekali-kali janganlah
kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaithan yang pandai
menipu, memperdayakan kamu. Sesungguhya syaithan itu adalah musuh bagimu, maka
jadikanlah ia sebagai mushmu, karena syaithan itu hanya mengajak golongannya
(kelompoknya) supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala, Fathir:5-6.
Pernyataan permusuhan syaithan (iblis) itu telah ia proklamirkan di hadapan Allah ketika ia
terusir dari surga.
Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada Malaikat: Sujudlah kamu semua kepada
Adam, lalu mereka sujud kecuali iblis, Dia berkata: Apakah aku akan sujud kepada
orang yang Engkau ciptakan dari tanah?. Iblis berkata: Terangkanlah kepadaku, inikah
orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi
tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan
keturunannya, kecuali sebagian kecil, al-Isro:60-62.
Orang-orang yang sesat dan mengikuti bujuk rayu syaithan mereka adalah hizb al-
syaithan/golongan syaithan/partai syaithan. Mereka sangat giat menyuarakan kebatilan dan
menghalangi tegaknya kebenaran. Mereka adalah manusia yang merugi di dunia dan di
akhirat akan dilemparkan ke dalam neraka Jahannam.
Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka
itu hizb al-syaitan. Ketahuilah, bahwa hizb al-syaitan itu, itulah golongan yang rugi, al-
Mujadilah:19.
Barang siapa di antara mereka yang mengikutimu, maka sesungguhnya neraka jahanam
adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang layak, al-Isro:63.
2. Teman Sejati Manusia
Adapun teman sejati manusia adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Yang melaksanakan syariah-Nya. Yang konsisten menegakkan kebenaran. Mereka adalah
Hizb Allah dan hanya hizb Allah lah yang akan meraih kemenangan.
Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
saling berkasih sayang terhadap orang-orang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun
orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga
mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati
mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Allah
ridha terhadap mereka dan merekapun puas terhadap limpahan rahmat-Nya. Mereka
itulah Hizb Allah. Ketahuilah bahwa Hizb Allah itulah yang akan menang, al-
Mujadilah:22.
Dengan demikian, jelas siapa yang harus dijadikan kawan dan siapa yang harus dijadikan
lawan. Maka hendaknya manusia mengambil kawan yang layak dijadikan kawan dan
menjadikan lawan siapa yang layak dijadikan lawan. Dengan tegas Rasulullah saw telah
memperingatkan kepada kita bila hendak mengambil kawan. Sebagaimana sabdanya:
Seseorang itu mengikuti dien temannya, maka hendaknya ia memperhatikan siapa yang
menemaninya, Abu Dawud dan Tarmidzi.
Sabda Nabi tersebut menerangkan, bahwa: seseorang itu akan mengikuti agama, kebiasaan,
adat istiadat, tabiat temannya. Hal ini, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh teman dalam
membentuk dan mewarnai perilaku manusia, baik pengaruh kepada kebaikan dan kepada
keburukan. Karena sangat stretegisnya teman ini, maka apabila manusia ingin senantiasa
berada dalam kebaikan, maka harus memilih teman yang baik yaitu mumin sejati.

H. Pola Hidup Manusia Sepanjang Sejarah


Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang
Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan ia
mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus;
adayang bersyukur dan ada pula yang kafir, al-Insan:2-3.
Di dalam menyikapi nikmat yang Allah berikan kepadanya. manusia terpecah menjadi dua:
ada yang bersyukur dan ada yang kafir. Orang-orang yang bersyukur itu adalah mumin
muttaqin. Mereka mempergunakan nikmat-nikmat itu untuk menunjang terpenuhinya
kewajiban-kewajiban yang telah diperintahkan kepadanya.
Sedangkan manusia yang ingkar adalah orang-orang kafir. Orang yang kafir ini terbagi
menjadi dua, yaitu (1) yang dengan jelas dan terang-terangan menyatakan kafir kepada Allah.
Dan (2) yang menampakkan keimanan sedang dalam hatinya ingkar, mereka adalah orang-
orang munafik.
1. Pola Hidup Orang Mumin-Mutaqin
Mereka berjalan di atas petunjuk Allah shirathal mustaqim. Senantiasa melaksanakan dan
menjaga syariat-syariat Allah, menegakkan shalat, menginfakkan hartanya di jalan Allah,
mengimani kitab-kitab-Nya dan mengimani hari akhirat. Allah membimbing golongan ini
karena ketaqwaannya di atas petunjuk-Nya dan memasukkannya ke dalam surga-Nya.
Inilah al-Kitab yang tiada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang
yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat
dan menginfaqkan sebagian rizki yang dianugerahkan Allah kepadanya. dan mereka
beriman kepada kitab yang telah diturunkan kepadamu dan kepada kitab-kitab yang
diturunkan sebelum kamu, serta mereka yakin akan kehidupan akhirat. Mereka itulah
yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan mereka adalah orang-orang yang
beruntung, al-Baqoroh:2-5.
Orang-orang mumin mutaqin rela mengorbankan seluruh hidupnya (baik harta dan jiwa)
untuk mencari keridhaan Allah.
Di antara manusia ada orang yang mengorbankan jiwanya untuk mencari keridhaan
Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya, al-Baqoroh:207.
2. Pola Hidup Orang Kafir
Orang-orang kafir menjalani hidupnya dengan menolak wahyu (petunjuk) Allah dan lebih
memilih ideologi sesatnya, fastahabbul amma alal huda (41:17). Mereka adalah orang yang
tuli, pekak dan bisu tidak mau mendengar peringatan.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan
atau tidak, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran
mereka, dan penglihatan mereka di tutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat, al-
Baqoroh:6-7.
Mereka mengikuti jejak para penentang kebenaran, Iblis lanatullah, Namrud, Firaun,
Romawi, Abu Jahal, USA dan lain-lain dengan menyombongkan diri, menolak wahyu Allah
dan membuat kerusakan dimuka bumi. Mereka senantiasa menentang Allah dengan membuat
tandingan-tandingan yang mereka sembah (agung-agungkan) dengan penuh kecintaan.
Karena kekafirannya itu, Allah menutup hati mereka, membutakan mata mereka, menggiring
mereka di atas jalan yang sesat dan memasukkannya ke dalam neraka Jahannam, satu tempat
kembali yang sangat buruk.
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah,
mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang yang beriman
sangat cintanya kepada Allah. Dan jika orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui
ketika mereka melihat siksa pada hari kiamat, bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya dan Allah amat berat siksaannya (niscaya mereka menyesal), al-Baqoroh:165.
3. Pola Hidup Orang Munafik
Orang-orang munafik secara lahiriyah beriman kepada Allah, rasul-Nya dan hari akhirat.
Keimanannya ia persaksikan dengan sebenar-benarnya, tetapi mereka bukanlah orang yang
beriman. Golongan ini, hidup ditengah-tengah kaum muminin, Mereka jua mendengar
wahyu-wahyu Allah disampaikan, namun karena hatinya berpenyakit, wahyu itu tidak
bermanfaat sedikitpun.
Orang-orang munafik ini tidak memiliki komitmen dan loyalitas yang jelas kepada Islam,
sehingga mereka rela menukar hidayah Allah dengan kesesatan. Mereka tetap loyal kepada
setan-setan mereka (musuh-musuh Islam), mengadakan makar untuk menghancurkan Islam.
Pola hidup munafik ini dengan jelas diterangkan dalam Surah Al-Baqoroh, sebagai berikut:
Di antara manusia ada orang yang mengatakan: Kami beriman kepada Allah dan hari
akhir, padahal mereka tidak beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang
yang beriman; padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak
sadar. Dalam hati merka ada penyakit, lalu di tambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka
siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka:
Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. mereka menjawab:
Sesungguhnya kami orang-orang yang membuat perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya
mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila
dikatakan kepada mereka: Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang yang telah
beriman: mereka menjawab: Akan berimankan kami sebagaimana orang-orang yang
bodoh itu telah beriman?. Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh,
tetapi mereka tidak sadar. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman
mereka mengatakan: Kami telah beriman. Dan bila mereka kembali kepada setan-setan
mereka, mereka berkata: Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok. Allah akan membalas olok-olok mereka dan membiarkan mereka
terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah yang memberi kesesatan
dengan petunjuk, maka tidak beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka
mendapat petunjuk, al-Baqoroh:8-16.
Allah telah memberikan perumpamaan tantang pola hidup mereka itu, dalam ayat yang
sangat indah:
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu
menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka,dan
membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta,
maka tidaklah mereka akan kembali ke jalan yang benar. Atau seperti orang yang ditimpa
hujan lebat dari langit disertai dengan gelap gulita, guruh dan kilat, mereka menyumbat
telinga dengan jari mereka, karena mendengar suara petir, sebab takut akan mati. Dan
Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat telah mnyambar penglihatan
mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan
bila gelap menimpa, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia
melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas
segala sesuatu, al-Baqoroh:17-20.
Betapa orang-orang munafik tidak dapat mengambil manfaat dari wahyu-wahyu Allah
(hujan) yang senantiasa diturunkan, karena keragu-raguan yang ada dalam hatinya., Yang
mereka tangkap hanyalah kerasnya suara guntur yang memekakkan telinganya dan kilatan
petir yang seakan membutakan matanya, ia menutup telinga dengan telunjuknya, sehinggga
tuli dan tidak mendengar peringatan Allah yang terkandung di dalamnya.
Golongan ini, beribadah kepada Allah berada di tepian, bergerak sesuai dengan situasi dan
kondisi. Sekiranya menguntungkan, maka ia tetap dalam kondisi itu, tetapi manakala ia
pandang merugikan dirinya, maka ia mundur kebelakang. Mereka teronbang-ombing dalam
keragu-raguan dan Allah masukkan mereka ke dalam neraka jahannam.
Di antara menusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika dia
memperoleh kebajikan tetaplah mereka adalah keadaan itu dan jika ia ditimpa oleh
sesuatu bencana berbaliklah ia kebelakang, Rugilah ia di dunia dan akhirat. Yang
demikian itu adalah kerugian yang nyata, al-Hajj11.
Demikianlah pembahasan mengenal manusia, semoga kita bisa menjadi manusia yang
tahu diri.

Anda mungkin juga menyukai