1
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016) hlm. 6
2
Ibid, hlm. 8
2
perlu dikaji oleh manusia karena dia dikarunia akal. Alqur’an filsafat mewajibkan
manusia berfilsafat untuk menambah dan memperkuat keimanan kepada tuhan.3
Menurut Immanuel Kant (1724-1804 M) yang dikutip Amsal Bakhtiar oleh
Jujun S. Suriasumantri, mengatakan bahwa: filsafat itu ilmu dasar segala
pengetahuan, yang mencakup didalamnya empat persoalan, yaitu:
1. Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab Metafisika)
2. Apakah yang boleh kita dikerjakan? (dijawab Etika)
3. Sampai dimanakah pengharapan kita? (dijawab Agama)
4. Apakah yang dinamakan manusia? (dijawab Antropologi).4
3
Ibid, hlm. 8
4
Ibid, hlm. 8
5
Ibid, hlm. 9
6
Ibid, hlm. 9
3
Pendapat Sidi Gazalba ini memperlihatkan adanya tiga cirri pokok dalam
filsafat, yaitu:7
1. Adanya unsur berpikir yang dalam hal ini menggunakan akal.
2. Adanya unsur tujuan yang ingin dicapai melaui berpikir tersebut.
3. Adanya unsur cirri yang terdapat dalam pikiran tersebut, yaitu mendalam.
Berdasarkan pendapat beberapa para filsuf dengan jelas menunjukkan ciri dan
karakteristik berpikir secara filosofis yang intinya adalah upaya secara sungguh-
sungguh dengan menggunakan akal pikiran-sebagai alat utamanya-untuk
menemukan hakikat segala sesuatu yang berhubungan denga ilmu.
B. Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat
Kemampuan berpikir manusia bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan manusia
mulai mencintai pengetahuan yang mana ini merupakan awal proses manusia
menggunakan daya pikirnya, sehingga manusia bisa membedakan mana yang riil
dan mana yang ilusi. Sebagaimana yang tercantum dalam encyclopedia
Americana-international edition yang dikutip oleh Amsal Bakhtiar yang
menyatakan orang Yunani yang awalnya sangat percaya pada dongeng dan
takhyul, tetapi lama kelamaan, terutama setelah mereka mampu membedakan
yang riil dengan yang ilusi, mereka mampu keluar dari kungkungan mitologi dan
mendapatkan dasar pengetahuan ilmiah.8 Inilah titik awal manusia menggunakan
rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.
Karena manusia selalu berhadapan dengan alam yang begitu luas dan penuh
misteri, timbul rasa ingin mengetahui rahasia alam itu. Lalu timbul pertanyaan
dalam pikirannya, dari mana datangnya ala mini, bagaimana kejadiannya,
bagaimana kemajuannya dan kemana tujuannya? Pertanyaan semacam ini lah
yang menimbulkan lahirnya filsafat.
7
Ibid, hlm.9
8
Ibid, hlm. 23
4
C. Hakikat Filsafat
1. Pengertian Filsafat
Secara terminologi filsafat berasal dari bahasa Yunani: philosophia,
yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik
kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan,
pengalaman praktis, inteligensi). Sedangkan secara etimologi filsafat berarti
cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut
filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf9.
Hal berbeda menurut pendapat Harun Nasution. Harun Nasution
mengatakan bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafa dengan
wazan (timbangan) fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian, menurut
Harun Nasution kata benda dari falsafa seharusnya falsafah dan filsaf.
Menurutnya, dalam bahasa Indonesia banyak terpakai kata filsafat, padahal
bukan berasal dari bahasa Arab falsafah dan bukan dari kata Inggris
philosophy. Harun Nasution mempertanyakan apakah kata fil berasal dari
bahasa Inggris dan safah diambil dari kata bahasa Arab, sehingga terjadilah
gabungan keduanya, yang kemudian menimbulkan kata filsafat.10
Harun Nasution berpendapat bahwa istilah filsafat berasal dari bahasa
Arab karena orang Arab lebih dulu dating dan sekaligus mempengaruhi
bahasa Indonesia daripada orang dan bangsa Inggris. Oleh karena itu, dia
konsisten menggunakan kata falsafat, bukan filsafat. Buku-bukunya mengenai
“filsafat” ditulis dengan falsafat, seperti Falsafat Agama dan Falsafat dan
Mistisisme dalam Islam.
Kendati istilah filsafat yang lebih tepat adalah falsafat yang berasal
dari bahasa Arab, kata filsafat sebenarnya bisa diterima dalam bahasa
Indonesia. Sebab, sebagian kata bahasa Arab yang diindonesiakan mengalami
perubahan dalam huruf vokalnya, seperti masjid menjadi mesjid dan karamah
9
Ibid, hlm.4
10
Ibid
5
menjadi keramat. Karena itu, perubahan dari huruf a menjadi i dalam kata
falsafah bisa ditolelir. Lagi pula, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala
yang ada, sebab, asal, dan hukumnya11.
D. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Ruang lingkup filsafat ilmu mempunyai komponen-komponen yang menjadi
penopang eksistensi ilmu, yaitu : ontologi, epistomologi, dan aksiologi. Berikut
akan dijelaskan secara garis besar dari masing-masing penopang eksistensi ilmu.
1. Ontologi
Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita
menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan
pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan berupa materi
(kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).12
2. Epistomologi
Epistomologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan
dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimiliki.13
3. Aksiologi
Aksiologi menitikberatkan pada nilai-nilai yang bersifat normatif. Hal ini
sesuai dengan arti aksiologi yang dikemukan oleh Jujun S. Suriasumantri di
dalam buku filasafat ilmu sebuah pengantar popular yang menyatakan bahwa
aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh14
11
Ibid
12
Ibid, hlm.131
13
Ibid, hlm.148
14
Ibid, hlm.162
6
E. Hubungan Filsafat dan Ilmu
Hubungan filsafat dan ilmu akan diuraikan berdasarkan persamaan dan
perbedaan filsafat dan ilmu. Berikut akan diururaikan satu persatu
1. Persamaan filsafat dan ilmu
Menurut Burhanuddin Salam yang dikutip Amasal Bakhtiar menyatakan
persamaan filsafat dan ilmu sebagai berikut:
a. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek
selengkap-lengkapnya sampai keakar-akarnya.
b. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubunga;n atau koheren yang
ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan
sebab-sebabnya.
c. Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang
bergandengan.
d. Keduanya mempunyai metode dan system
e. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya
timbul dari hasrat manusia(objektivitas), akan pengetahuan yang lebih
mendasar15.
2. Adapun perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
a. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu
segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek material ilmu
(pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya
terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-
kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin
tertentu.
b. Objek formal (sudut pandang) filsafat itu bersifat nonfragmentaris, karena
mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam
dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan
15
Ibid, hlm.18
7
intensif. Disamping itu, objek formal ilmu itu bersifat teknik, yang bearti
bahwa car aide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.
c. Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan
daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan
riset lewat pendekatan trial dan error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak
pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari
nilainya.
d. Filsafat membuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan
pada pengalaman realkitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif,
yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
e. Filsafat memberikan penjelesan yang berakhir, yang mutlak, dan
mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu
menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat,
yang sekunder (secondary cause)16.
16
Ibid