Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

PERBANDINGAN GEOMETRI EUCLID, GEOMETRI NETRAL, DAN GEOMETRI


INSIDENSI

Disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Geometry Euclid dan Non Euclid
Dosen: Pardomuan NJM Sinambela, M.Pd.

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1


KELAS : PSPM D 18
ANGGOTA :
1. JOSE ANDREAS GANDHI SINAGA (4183111094)
2. NAZLA ELPINA LUMBAN GAOL (4183311038)
3. RAHAYU LESTARI (4183111075)
4. TSUWAIBATUL ASLAMIYAH (4182111016)
5. RIRIN NURAINI (4181111043)
6. YOSEVIN ANGELINA HUTABARAT (4183311035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “Perbandingan Geometri
Euclid, Geometri Netral, Dan Geometri Insidensi”. Adapun tugas ini kami buat untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Geometry Euclid dan Non Euclid.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kami
dalam pembuatan tugas ini. Serta tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Matematika Diskrit yaitu Bapak Pardomuan NJM Sinambela, M.Pd.
yang sudah mengarahkan kami bagaimana cara menyelesaikan tugas ini dengan baik dan
benar.
Kami mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan kata-kata
dalam tugas kami ini, kami sadar bahwa isi tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semua kritik,
saran, dan petunjuk yang diberikan akan kami terima dengan senang hati. Kami berharap
semoga apa yang kami tuliskan pada tugas kami ini dapat menambah pengetahuan baru yang
bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, April 2021

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i


DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I (PENDAHULUAN)..............................................................................................1
A) Latar Belakang ............................................................................................................1
B) Tujuan..........................................................................................................................1

BAB II (PEMBAHASAN)...............................................................................................2
A). Geometri Euclid..........................................................................................................2
B). Geometri Insidensi......................................................................................................8
C). Geometri Netral........................................................................................................13
D). Perbandingan geometri Euclid, geometri Insidensi, dan geometri Netral................28

BAB III (PENUTUP).....................................................................................................31


A). Kesimpulan...............................................................................................................31
B). Saran.........................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................32

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A) Latar Belakang
Geometri adalah struktur matematika yang membicarakan unsur dan relasi yang ada
antara unsur tersebut. Titik, garis, bidang, dan ruang merupakan benda abstrak yang menjadi
unsur dasar geometri. Dalam geometri didapat juga sifat-sifat pokok, yaitu sifat-sifat pertama
yang tidak berdasarkan sifat-sifat yang mendahuluinya yaitu aksioma dan posulat. Aksioma
adalah suatu pernyataan yang kebenarannya diterima tanpa melalui pembuktian. Berdasarkan
sifat pokok tersebut dapat diturunkan sifat-sifat yang disebut dengan dalil. Dalil merupakan
sebuah pernyataan yang kebenarannya dapat diterima melalui serangkaian pembuktian.
Di dalam geometri terdapat geomeri euclid, geometri insidensi dan geometri netral.
Geometri Euclid adalah pembelajaran geometri yang didasarkan pada definisi,
teorema/aksioma (titik, garis dan bidang) dan asumsi-asumsi dari seorang matematikawan
yunani yakni Euclid. Geometri insidensi adalah geometri yang didasari oleh aksioma
insidensi, geometri ini dapat dikatakan mendasari geometri Euclides yang telah dikenal
sebelumnya. Geometri Euclides didasari pada lima aksioma berikut: (1) Kelompok aksioma
insidensi. (2) Kelompok aksioma urutan. (3) Kelompok aksioma kekongruenan. (4)Aksioma
kesejajaran euclides. (5)Aksioma kekontinuan. Jadi dapat dikatakan bahwa geometri Euclides
adalah sebuah geometri insidensi yang dilengkapi dengan kelompok aksioma-aksioma 2, 3, 4,
dan 5.
Dari Geometri Euclid dapat diambil sarinya berupa dua Geometri yang berlainan dalam
dasar logikanya, pengertian pangkalnya dan aksiomanya. Salah satunya adalah Geometri
Absolut atau Geometri Netral. Geometri netral dilengkapi dengan sistem aksioma
kesetaraan, sistem aksioma urutan, dan sistem aksioma kekongruenan tentang ruas garis,
sudut, dan segitiga. Geometri netral hanya berlandaskan empat postulat awal Euclid dan
mengabaikan postulat kelima atau postulat kesejajaran Euclid. Akan tetapi dalam geometri
netral tetap dikenal istilah kesejajaran garis karena muncul pernyataan tentang garis yang
sejajar melalui pembuktian suatu teorema.

B) Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yakni penulis ingin menyajikan
informasi perihal geometri Euclid, geometri netral, dan geometri insidensi, serta perbandingan
ketiga jenis geometri tersebut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A). GEOMETRI EUCLIDES


Kata “geometri” berasal dari bahasa Yunani yaitu geo dan metri. Geo berarti tanah,
dan berarti “pengukuran bumi”. Maksudnya mencakup segala sesuatu yang ada di bumi.
Geometri adalah bagian dari matematika merupakan ilmu yang membahas tentang hbungan
antara titik, garis, sudut, bidang dan bangun – bangun ruang.
Mempelajari geometri penting karena geometri telah menjadi alat utama untuk
mengajar seni berpikir. Dengan berjalannya waktu, geometri telah berkembang menjadi ilmu
pengetahuan yang disusun secara menarik dan logis. Geometri terutama terdiri dari
serangkaian pernyataan tentang titik – titik, garis – garis, dan bidang – bidang, dan juga planar
(proyeksi bidang) dan benda – benda padat. Geometri yang pertama – tama muncul sebagai
suatu system deduktif adalah Geometri Euclides. Geometri dimulai dari istilah – istilah yang
tidak terdefinisikan (pengertian pangkal), defenisi – defenisi, aksioma – aksioma, belah
ketupat adalah segiempat yang sisi – sisinya sama dan sudut – sudut yang berhadapan sama
besar.
Yang pertama menunjukkan genus proksimum, yaitu jajargenjang, sedangkan yang
kedua tidak menyebutkan genus proksimum yang berakibat tidak ekonomis. Sedangkan
diferensia spesifiknya adalah keterangan yang erdapat dibelakang kata “yang”.
Defenisi genetic yaitu defenisi yang menyebutkan bagaimana konsep itu terbentuk
atau tejadi atau membentuknya konsep yang didefenisikan.
Contoh :
Jajargejang adalah segitiga dan bayangannya apabila diputar sejauh 1800 dengan pusat titik
tengah salah satu sisi segitiga…………………..1)
Jaring – jaring limas adalah bangun yang terjadi bila sisi – sisi limas direbahkan dengan poros
rusak alas sehingga sampai ke bidang pemuat alasnya………………………….2)
Geometri memiliki sistematika yang jelas dan ketat serta kebenarannya mengacu
kepada kebenaran sebelumnya. Oleh karena itu, kebenaran dalam geometri tidak ada yang
bersifat ambigu atau bertentangan satu dengan lainnya. Hakim tertinggi dari geometri adalah
sistematika yang dasarnya adalah kesepakatan.
Sebagai contoh kesepakatan bahwa besar sudut satu kali putaran adalah 360 0. Dari
kesepakatan ini turun yang namanya postulat bahwa besar sudut setengah putaran adalah
1800. Dari postulat ini turun yang namanya teorema bahwa besar sudut yang bertolak
belakang adalah sama.
2
Bukti :
Diketahui dari defenisi bahwa besar sudut satu kali putaran adalah 3600

Dari defenisi diketahui postulatnya adalah besar sudut setengah putaran atau garis lurus
adalah 1800.

Dari postulat diatas ditemukan teorema bahwa besar sudut yang bertolak belakang adalah
sama.

Perhatikan gambar diatas.


Akan ditunjukkan : ∡ 1=∡ 3
Dari gambar di atas.
∡ 1+ ∡ 2=180 0……………………(sudut garis lurus)
∡ 3+∡ 2=1800……………………(sudut garis lurus)

∡ 1−∡ 3=0
∴ ↔ ∡ 1=∡ 3
Jadi, terbukti bahwa besar sudut yang bertlak belakang adalah sama Qed.
 Segi Empat
Bidang dalam geometri adalah salah satu unsur yang tak terdefinisikan (undefinite
term). Dari unsure yang tak terdefinisikan dapat diturunkan menjadi defenisi. Sebagai contoh,
segi empat, yaitu bidang datar memiliki empat sisi dan sudut yang tidak konveks. Defenisi
segi empat tersebut dapat dibuat dari system

3
Genetifnya, yaitu bangun datar tertutup yang dibentuk oleh empat buah garis.
Selanjutnya, dari segi-empat ini dapat diturunkan bangun lain seperti yang digambarkan pada
alur ini. (defenisikan segiempat-segiempat berikut diberikan pada pembaca).

Euclides dari Aleksandria kira – kira 300 SM dalam bukunya pertama dimuai dengan
23 defenisi, 5 postulat, 10 aksioma dan 48 dalil.

A. Defenisi – defenisi :
1. Titik ialah yang tidak mempunyai bagian
2. Garis ialah panjang tanpa lebar
3. Ujung – ujung suatu garis yang terletak rata dengan titik – titik padanya.
4. Suatu garis lurus ialah gari yang terletak rata dengan titik – titk padanya.
5. Suatu bidang ialah hanya mempunyai panjang dan lebar
6. Ujung – ujung suatu bidang adalah garis.
7. Suatu bidang datar ialah suatu bidang yang terletak rata dengan garis – garis
padanya.
8. Suatu sudut datar ialah inklinasi (kemiringan) sesamanya dari dua garis dalam satu
bidang datar yang bertemu dan tidak terletak pada suatu garis irs.
9. Jika garis lurus memuat sudut lurus, maka sudut itu disebut sudut garis lurus.

4
10. Jika suatu garis lurus berdiri pada suatu garis lurus dan membuat sudut yang
bersisian sama, masing – masing sudut ini disebut siku – siku dan garis yang berdiri
pada garis lainnya tadi di sebut tegak lurus pada garis lain.
11. Suatu sudut tumpul ialah sudut yang lebih besar dari suatu sudut siku – siku.
12. Suatu sudut lancip ialah sudut yang lebih kecil dari suatu sudut – sudut siku – siku.
13. Suatu batas ialah ujungnya sesuatu.
14. Suatu bangun ialah sesuatu yang temuat dalam suatu batas atau beberapa batas.
15. Suatu lingkaran ialah suatu bangun datar yang temuat dalam satu garis sedemikian,
hingga semua garis lurus yang melalui satu titik dalam bangun itu dan mengenai
garis tadi sama panjangnya.
16. Dan titik disebut titik pusat lingkaran.
17. Suatu garis tengah dari lingkaran ialah sembarang garis lurus yang melalui titik pusat
dan pada kedua arahnya berakhir pada keliling lingkaran dan garis semacam itu
membagi dua sama lingkaran itu.
18. Suatu setengah lingkaran adalah bangun yang termuat dalam suatu garis tengah dan
keliling lingkaran yang terbagi oleh garis garis tengah itu. Titik pusat setengah
lingkaran sama dengan titik pusat lingkaran.
19. Bangun – bangun garis lurus ialah bangun – bagun yang termuat dalam (dibatasi
oleh) garis – garis lurus. Bangun – bangun trilateral ialah yang dibatasi oleh lebih
dari empat garis.
20. Dari bangun – bangun trilateral (sisi tiga), suatu segitiga sama sisi ialah yang
mempunyi tiga sisi sama, suatu segitiga sama kaki ialah yang hanya dua sisinya sama
dan suatu segitiga miring ialah semua sisinya tidak sama.
21. Selanjutnya dari bangun – bangun segitiga, suatu segitiga siku – siku ialah yang
mempunyai suatu sudut siku – siku, suatu segitiga tumpul yang mempunyai suatu
sudut tumpul dan suatu segitiga lancip yang ketiga sudutnya lancip.
22. Dari bangun – bangun sisi empat, suatu bujur sangkar ialah yang sama sisi dan
bersudut siku – siku, suatu empat persegi panjang ialah yang bersudut siku – siku
tetapi tidak sama sisi, suatu belah ketupat ilaha yang sama sisi, tetapi bersudut siku –
siku, suatu jajar genjang ialah banyak sisinya dan sudut – sudutnya yang berhadapan
sama, tetapi tidak sama sisinya dan tidak bersudut siku – siku. Sisi empat yang lain
dari ini semua disebut trapezium.
23. Garis – garis lurus parallel (sejajar) ialah garis – garis lurus yang terletak dalam
suatu bidang datar dan jika diperpanjang tak terbatas pada kedua arahnya tidak akan
bertemu pada arah yang manapun.
5
B. Postulat – Postulat
1. Menarik garis luurus dari sembarang titik ke sembarang titik ke sembarang titik yang
lain.
2. Memperpanjang suatu ruas garis secara kontinu menjadi garis lurus.
3. Melukis lingkaran dengan sembarang titik pusat dan sembarang jarak.
4. Bahwa semua sudut siku – siku adalah sama 900
5. Bahwa, jika suatu garis lurus memotong dua garis lurus dan membuat sudut – sudut
dalam sepihak kurang dari sudut siku – siku, kedua garis itu jika diperpanjang tak
terbatas, akan bertemu dipihak tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari sudut
siku – siku, kedua garis itu jika diperpanjang tak terbatas, akan bertemu dipihak
tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari dua sudut siku – siku.

C. Aksioma – Aksioma (Comon Notions)


1. Benda – benda yang sama dengan suatu benda yang sama, satu sama lain juga sama.
2. Jika sesuatu yang sama di tambah dengan sesuatu yang sama, jumlahnya sama.
3. Jika sesuatu yang sama dikurangi dengan sesuatu yang sma, sisinya sama.
4. Benda – benda yang berimpitt satu sama lain, satu sama lain sama (kongruen)
5. Seluruhnya lebih besar dari bagiannya.

D. Teorema-teorema.
Teorema 1. Melukis sebuah segitiga sama sisi pada sebuah garis terbatas yang diketahui.
1) Kongruensi
Definisi. Jika dua buah bangun apabila dihimpitkan saling menempati bingkainya
atau sisi-sisi yang bersesuaian sama, maka kedua bangun tersebut adalah
kongruen.
Teorema 2. Dua buah segitiga mempunyai dua sisi dan sudut apitnya sama, maka
sisi ketiganya adalah sama, atau lazim disebut (ss,sd,ss).
Teorema 3. Melalui suatu titik pada suatu garis ada tepat satu garis yang tegak lurus
pada garis tersebut.
Definisi. Melalui suatu garis lurus berdiri pada suatu garis lurus dan membuat sudut
yang bersisian sama, masing-masing sudut ini disebut siku-siku dan garis
yang berdiri pada garis lainnya tadi disebut tegak lurus pada garis lain.
Teorema 4. Melalui satu titik di luar suatu garis ada tepat satu garis yang tegak lurus
pada garis tersebut.

6
Teorema 5. Sudut luar suatu segitiga lebih besar dari sudut dalam yang tidak
bersisian dengan sudut luar tersebut.
Teorema 6. Dua buah garis sejajar dipotong oleh garis transversal maka sudut-sudut
yang sehadap besarnya sama atau sudut dalam bersebrangan besarnya
sama.
Teorema 7. Jika dua garis dipotong oleh suatu transversal sedemikian hingga sudut-
sudut dalam berseberangan sama, maka kedua garis itu adalah sejajar.
Teorema 8. Dua garis yang tegak lurus pada suatu garis adalah sejajar.
Teorema 9. Jumlah sembarang dua sudut dalam suatu segitiga kurang dari 180 °.
Teorema 10. Jumlah sudut dalam segitiga adalah 180 °.
Teorema 11. Sebuah segitiga jika dua sudutnya sama maka sisi-sisi di depan sudut
sama.
Teorema 12. Sebuah segitiga jika dua sisinya sama maka sudut di depan sisi tersebut
sama.
Teorema 13. Jika tiga sudut dalam suatu segitiga sama, maka ketiga sisinya sama.
2) Jajargenjang
Definisi. Jajargenjang adalah segiempat yang dua pasang sisinya sejajar.
Teorema 14. Diagonal jajargenjang membentuk dua segitiga yang kongruen.
Teorema 15. Sisi-sisi yang berhadapan pada jajargenjang kongruen.
Teorema 16. Sudut-sudut yang berhadapan pada jajargenjang adalah kongruen.
Teorema 17. Jika dua garis sejajar maka dua titik pada garis berjarak sama terhadap
garis lain.
Teorema 18. Diagonal-diagonal jajar genjang saling membagi dua sama panjang.
Teorema 19. Tiap dua sudut yang berurutan pada jajar genjang saling bersuplemen.
Teorema 20. Diagonal persegi panjang adalah kongruen.
Teorema 21. Jika kedua panjang sisi yang berhadapan suatu segi empat sejajar maka
segiempat itu jajar genjang.
Teorema 22. Diagonal belah ketupat saling tegak lurus.
Teorema 23. Diagonal belah ketupat merupakan garis bagi sudut-sudutnya.
Teorema 24. Jika 2 sisi dari suatu segiempat sejajar dan kongruen maka segiempat
tersebut jajargenjang.
Teorema 25. Jika suatu segmen ditarik dari titik tengah dua sisi segitiga maka
segmen tersebut sejajar dengan sisi yang ketiga dan panjangnya
setengah dari sisi segitiga.

7
Teorema 26. Median suatu trapezium sejajar dengan sisi-sisi yang sejajar dan
panjangnya setengah dari jumlah sisi-sisi yang sejajar.
Teorema 27. Jika kedua garis sejajar terhadap suatu sisi segitiga dan membagi dua
sisi sama panjang sisi kedua, maka membagi dua juga sisi yang ketiga.
Teorema 28. Jika suatu garis sejajar terhadap sisi yang sejajar pada suatu trapezium
dan membagi sama panjang salah satu sisi yang tidak sejajar maka
akan membagi dua sama panjang sisi yang tidak sejajar lainnya.
Teorema 29. Ada tiga garis sejajar dipotong dengan sebuah garis transversal
sedemikian hingga membuat perbandingan yang sama maka ada garis
transversal lain yang memotong garis sejajar itu dengan perbandingan
yang sama pula.
Teorema 30. Jika dua sisi suatu segitiga tidak kongruen, maka sudut-sudut di
hadapan sisi itu tidak kongruen dan sudut yang lebih kecil berhadapan
dengan sisi yang lebih pendek.
3) Lingkaran
Definisi. Lingkaran adalah sekumpulan titik-titik yang memiliki jarak yang sama
terhadap suatu titik tertentu. Titik tertentu itu disebut dengan titik pusat
lingkaran, sedangkan jarak titik-titik tersebut terhadap titik tertentu itu
disebut jari-jari lingkaran.

B). GEOMETRI INSIDENSI


Geometri insidensi adalah geometri yang didasari oleh aksioma insidensi,
geometri ini dapat dikatakan mendasari geometri euclid yang sebelumnya sudah kita
kenal.
Aksioma insidensi:
1. Garis adalah himpunan titik titik yang mengandung paling sedikit dua titik.
2. Dua titik yang berlainan terkandung dalam tepat satu garis (satu dan tidak lebih dari
satu garis)
3. Bidang adalah himpunan Titik titik yang mengandung paling Sedikit tiga titik yang
tidak Terkandung dalam satu garis.
4. Tiga titik berlainan yang tak segaris Tekandung dalam satu dan tidak Lebih dari satu
bidang.
5. Apabila sebuah bidang memuat dua titik Berlainan dari sebuah garis, maka Bidang
itu akan memuat setiap titik pada garis tsb.

8
6. Apabila dua bidang bersekutu pada sebuah titik maka kedua Bidang itu akan
bersekutu pada Titik kedua yang lain.

Defenisi dan Teorema Insidensi:


Definisi : Sebuah himpunan titik titik bersama dengan himpunan bagian seperti
garis dan bidang yang memenuhi sistem aksioma 1.1 sampai dengan
1.6 disebut geometri insidensi
Teorema 1.1 : Dua garis yang berbeda bersekutu paling banyak pada satu titik
Definisi : Sebuah garis yang mengandung titik A dan titik B yang berbeda. Kita
sebut garis AB
Teorema 1.2 : Apabila titik A tidak pada garis BC maka titik tiitk A, B, dan C
berlainan Dan tidak kolinear.
Teorema 1.3 : Sebuah garis dan sebuah titik yang tidak pada garis itu termuat dalam
tepat satu bidang
Definisi : 1. Andaikan A bukan elemen g (titik A tidak pada garis g), bidang
yang memuat garis g dan titik A kita tulis sebagai gA.
2. Andaikan titik-titik A, B, dan C berlainan dan tak kolinear, bidang
yang memuat A, B, dan C kita tulis sebagai ABC .
Definisi : Dua garis l dan m dinamakan sejajar (ditulis l // m) apabila:
1) l dan m termuat dalam satu bidang dan
2) l dan m tidak memiliki titik sekutu (titik temu)
Teorema Akibat : Apabila l // m maka l dan m termuat dalam tepat satu bidang.
Teorema 1.4 : Jika dua garis yang berbeda berpotongan maka kedua garis itu termuat
dalam tepat satu bidang.
Teorema 1.5 : Apabila dua bidang yang berlainan berpotongan maka himpunan titik
potongnya adalah sebuah garis.
Akibat : Apabila ada garis g dengan g // V dan g // W maka g = V // W.
Definisi : Dua bidang V dan W disebut sejajar (ditulis V // W) apabila V dan W
tidak memiliki titik temu (titik potong).
Teorema 1.6 : Apabila bidang P sejajar dengan bidang Q dan bidang R memotong
bidang P dan bidang Q maka himpunan P ∩ R dan himpunan Q ∩ R
adalah garis-garis yang sejajar
Definisi : 1) Apabila garis-garis g1, g2 ,..., gn bertemu pada satu titik kita
namakan garis-garis g1 ,g2 ,...,gn konkuren.
2) Apabila bangun geometri B1 ,B2 ,...,Bn terletak pada satu bidang,
9
kita namakan bangun-bangun itu sebidang atau koplanar.
Teorema 1.7 : Apabila tiap dua garis dari sekelompok tiga garis koplanar, akan tetapi
tidak bertiga koplanar maka ketiga garis itu konkuren atau tiap dua
garis diantaranya sejajar.
Teorema akibat : Apabila l // m dan titik A tidak terletak pada bidang yang memuat l
dan m, maka ada garis tunggal n yang memuat A sehingga n // l dan n
// m.
Teorema 1.8 : Pada suatu bidang V ada sebuah garis g. Buktikan ada sebuah titik
pada V yang tidak terletak pada g.
Teorema 1.9 : Tiap bidang memuat paling sedikit 3 garis yang tidak konkuren.
Teorema akibat : Pada sebuah bidang V ada sebuah titik A. Buktikan bahwa di V ada
garis yang tidak melalui A.
Teorema akibat : Di dalam sebuah bidang V, tiap titik A termuat dalam paling sedikit
dua garis (yang berlainan).
Definisi : Apabila dua garis tidak sebidang kita katakan bahwa dua garis itu
bersilangan.
Teorema 1.10 : Andaikan diketahui empat titik A, B, C, dan D yang berlainan, tak
kolinear dan tak sebidang maka berlaku:
1) Apabila diketahui sebuah bidang, maka ada sebuah titik yang tak
2) terletak pada bidang itu.
3) Apabila diketahui sebuah garis, maka ada garis yang
menyilangnya.
4) Apabila diketahui sebuah titik, maka ada sebuah. bidang yang tidak
memuat titik tersebut.
5) Ada paling sedikit enam garis dan paling sedikit empat bidang.
Definisi : Sebuah garis dan sebuah bidang dinamakan sejajar apabila garis dan
bidang tidak memiliki titik sekutu (titik temu).

Model Geometri Insidensi


Di dalam contoh di bawah ini lambang (A, B) adalah lambang untuk garis yang
memuat titik-titik A dan B. Sedangkan lambang (A, B, C) adalah lambang untuk bidang
yang memuat titik-titik A, B, dan C, atau garis yang memuat titik-titik A, B, C

10
M12 Titik adalah g={z∨az + az ´ +b
bilangan ¿ 0 , a kompleks tak
kompleks,
Garis adalah
nol , b real }
himpunan
semua
bilangan
kompleks

11
Membuktikan I.1.
Untuk membuktikan model memenuhi I.1 ambil garis sembarang
g={z∨az + az
´ +b=0 , a kompleks tak nol , b .real }
Kita akan membuktikan bahwa g memuat paling sedikit dua titik yang berbeda. Artinya
harus kita tunjukkan ada paling sedikit dua bilangan kompleks yang berbeda yang dapat
memenuhi persamaan + az
´ +b=0 .
Andaikan a=α + βi , α , βreal tidak berdua nol dan andaikan z=x +iy maka az + az
´ +b=0
dapat ditulis sebagai: ( α +iβ ) ( x +iy )+ ( α−iβ )( x−iy )+ b=0
Persamaan ini dapat pula ditulis sebagai: 2 αx−2 βy +b=0
b
Ambil x = 0, maka y= ( β ≠0)

b
Ambil y = 0, maka x= (α ≠ 0)

b b
Sebingga z 1= dan z 2=
2β 2α
Titik z 1 dan z 2 memenuhi persamaan + az
´ +b=0 ; ini berarti garis mengandung paling
sedikit dua titik yaitu z 1 dan z 2tersebut.

Membuktikan I.2.
Untuk membuktikan bahwa model memenuhi I,2, kita ambil dua titik yang berbeda,
misalnya: titik A=z1 =x1 +iy (x1 , y 1 real) dan titik B=z 2=x 2 +iy (x 2 , y 2 real). Kita harus
membuktikan bahwa hanya ada satu garis g yang memuat A dan B tersebut. Kita
andaikan garis az + az
´ +b=0 memuat A dan B. Kita akan mencari a dan b, b real
sehingga garis memuat titik A dan titik B.
Misalkan a=α + βi, α , βreal. Karena g memuat A ( = z 1) dan B ( = z 2) maka
az 1 + az´ 1 +b=0…………………………………..….(1)
az 2 + az´ 2 +b=0………………………………..…….(2)
Dari persamaan (1) kita peroleh :
( α +iβ ) ( x1 +iy 1 ) + ( α−iβ ) ( x 1−iy 1 ) +b=0
2 α x 1−2 β y 1 +b=0……(3)
Dengan cara yang sama, menggunakan (2)
2 α x 2−2 β y 2 +b=0,………………………………….(4)
Dari (3) dan (4) kita peroleh:
α y 1− y 2
2 α x 1−2 β y 1=¿ 2 α x 2−2 β y 2 , jadi : = =λ
β x 1−x 2

12
sehingga a=β (λ+i)
Dengan demikian maka:
b=az 1 + az´ 1=−2( α x1 −β y 1 )
α y 1−β x1
b=−2 α x 1+ 2 =2α
λ λ
Atau
b=2 β ¿)
Jadi persamaan garis yang melalui z 1 dan z 2adalah :
β ( λ+i ) z + β ( λ−i ) ź +¿ 2 β ( y 1− λ x1 ) =0
( λ+i ) z+ ( λ−i ) z+2 ( y 1− λ x1 ) =0……………(5)
Mudahlah dibuktikan bahwa garis (5) ini adalah satu-satunya garis yang melalui z 1 dan
z 2.

Membuktikan I.3.
Untuk membuktikan bahwa model memenuhi I.3, kita buktikan bahwa bidang memuat
paling sedikit 3 titik yang tak segaris. Untuk membuktikan ini ambillah sebuah garis
az + az
´ +b=0. Andaikan a=α + βi dan z=i maka i tak terletak pada garis tersebut, sebab
a i+ ái +b=−2 R 1 ( ai ) +b=−2 β +b ,b−2 β tidak selalu nol, nol hanya apabila ¿ 2 β , i
terletak pada garis itu. Kalau b ≠ 2 β maka i tidak pada garis tersebut.

Teorema 1. Dalam geometri euclides, dari tiga titik yang berbeda dan tidak kolinier
(segaris), hanya ada satu linglkaran yang terbentuk.
Teorema 2. Jika garis AB adalah diameter suatu lingkaran dan jika CD adalah tali
busur lain pada lingkaran yang sama yang bukan diameter lingkaran, maka
AB> CD.
Teorema 3. Jika diameter suatu lingkaran adalah tegak lurus terhadap tali busur
lingkaran maka diameternya membagi dua tali busur tersebut.
Teorema 4. Jika suatu garis menyinggung lingkaran, maka garis tersebut akan tegak
lurus pada jari-jari yang melalui titik-titik singgung garis tersebut.

C). GEOMETRI NETRAL


Dalam Geometri Euclid, Geometri Netral tidak menggunakan postulat ke-5 Euclid
ataupun ingkaran dari postulat ke-5 itu. Aksioma ke-5 Euclides (kesejajaran) berbunyi
”Jika dua garis dipotong oleh sebuah garis transversal sedemikian hingga membuat

13
jumlah sudut dalam sepihak kurang dari 180, maka kedua garis itu berpotongan pada
pihak yang jumlah sudut dalam sepihaknya kurang dari 180”. Aksioma ini diubah oleh
Playfair dalam kalimat yang berbeda tetapi bermakna sama yaitu: ”Hanya ada satu garis
yang sejajar dengan garis yang diketahui yang melalui sebuah titik di luar garis yang
tidak diketahui.”
Dari kelima aksioma Euclides, jika aksioma kesejajaran dihilangkan maka
geometri ini dinamakan geometri netral. Geometri netral ini menggunakan teorema-
teorema Saccheri tanpa aksioma kesejajaran (Saccheri menganut postulat
kesejajaran Euclides).
Dengan melakukan modifikasi-modifikasi, banyak proposisi dalam geometri
netral adalah benar secara geometri Euclid maupun non Euclid. Sebagai akibatnya,
Geometri Netral menyiapkan kerangka kerja yang cocok yang dengannya kita dapat
membandingkan dan mempertentangkan sifat-sifat geometri Euclid dan non Euclid.
Geometri netral akan menjelaskan peran postulat kesejajaran dalam geometri Euclid,
membukakan jalan untuk mempelajari geometri non Euclid pada bab berikutnya, dan
menghasilkan teorema yang cocok untuk geometri non Euclid.
Hal lain yang mendasar dalam geometri netral ini yaitu kemungkinan adanya
persegi panjang atau kemungkinan tidak adanya persegi panjang. Jika pada geometri
netral mengandung persegi panjang, maka jumlah besar sudut-sudut dalam setiap segitiga
a dalah 180°. Perlu diketahui juga bahwa pada geometri netral ada segi empat yang
penting, yaitu yang dinamakan segi empat Saccheri. Sedangkan pada geometri Euclides,
tidak ada perbedaan antara segiempat Saccheri dengan persegi panjang.
Definisi : Suatu geometri bidang dikatakan netral jika ia tidak
mengikut sertakan postulat parallel ataupun akibat
logis dari postulat ini.

Jumlah sudut dalam Segitiga : Teorema yang amat penting berikut ini memerlukan
postulat Archimedes tentang kontinuitas untuk
pembuktiannya.

Teorema : Jumlah ukuran ketiga sudut dalam suatu segitiga


adalah kurang dari atau sama dengan 180 ° . [Dalam
∆ ABC (∠ A+∠ B+∠ C)≤180 ° ].
Hasil ini akan amat mengejutkan Anda, oleh karena
Anda sudah terbiasa dengan pengertian suatu jumlah
14
yang tepat 180 °. Namun demikian ketepatan ini tidak
dapat dibuktikan dalam geometri netral.
Lemma 1 : Jumlah ukuran dua sudut dalam suatu segitiga kurang
dari 180 °.
Bukti:
Pandanglah ∆ ABC dan misalkan D BC
terletak pada ⃗ sedemikian sehingga C di
antara B dan D. Berdasarkan definisi,∠ 4 adalah sudut luar dari ∆ ABC , dan karena itu
∠ 4 >∠1. Karena ∠ 4 +∠2=180 °, maka ∠ 4=180 °−∠2. Oleh karena itu dengan
melakukan substitusi ∠ 1<180 °−∠ 2 sehingga ∠ 1+∠ 2<180 °.

A
1

3 2 4
B C D

Lemma 2 : Untuk sembarang ∆ ABC terdapat ∆ A 1 B1 C 1 yang


jumlah ukuran sudutnya sama dengan ∆ ABC , tetapi

1
∠ A1 ≤ ∠ A .
2
Bukti:
Pandanglah ∆ ABC di mana E adalah titik tengah dari ⃗
BC. Tempatkanlah titik F pada
AE sedemikian sehingga
⃗ E ada di antara A dan F dan AE=EF. Jika kita
hubungkan FC dengan mudah dapat ditunjukkan bahwa ∆ BEA ≅ ∆ CEF (S, Sd, S),
sehingga ∠ 2=∠5 ; ∠3=∠ 6. Sekarang jika jumlah sudut ∆ ABC ditulis sebagai
S( ∆ ABC ), maka S ( ∆ ABC )=∠ A+∠ B+∠ C=∠ 1+∠ 2+∠ 3+∠ 4.
Dengan melakukan substitusi kita peroleh bahwa
S ( ∆ ABC )=∠1+∠5+∠6+∠ 4=∠CAF +∠ AFC +∠ FCA yang adalah jumlah dari
sudut-sudut ∆ AFC. Karena itu ∆ AFC mempunyai jumlah sudut yang sama dengan
∆ ABC. Karena ∠ A=∠1+∠ 2=∠1+∠ 5 , maka salah satu dari ∠ 1 atau ∠ 5 yang lebih

1 1 1
kecil dari ∠ A Jika ∠ 1 ≤ ∠ A , misalkan A=A 1, F=B1dan C=C 1. Jika ∠ 5 ≤ ∠ A ,
2 2 2
misalkan F= A1 ,C=C 1 , dan A=B1. dan A1 B 1 C 1 adalah sebuah segitiga yang
dikehendaki.

15
A
2 1

3 4
B C
E 6

5
F

Teorema Saccheri Legendre : Jumlah sudut-sudut suatu segitiga adalah kurang


dari atau sama dengan 180 °.
Bukti:
Kita akan gunakan pembuktian tidak langsung dan misalkan bahwa terdapat suatu
∆ ABC dengan jumlah sudut-sudutnya adalah 180 °+ p, dimana p adalah sembarang
bilangan positif.
Dengan menggunakan Lemma di atas, kita dapat menghasilkan suatu ∆ A 1 B1 C 1 yang

1
juga sama dengan jumlah sudut ∆ ABC=180 °+ p, ∠ A1 ≤ ∠ A . Sekarang kita dapat
2
menerapkan Lemma ini juga untuk menghasilkan ∆ A 2 B2 C 2 dengan jumlah sudut
yang sama dengan ∆ A 1 B1 C 1 dan sama dengan jumlah sudut ∆ ABC dengan

1 1
∠ A2 ≤ ∠ A1 ≤ ∠ A .
2 4
Jika kita ulangi proses ini, kita dapat mengkonstruksikan suatu barisan segitiga –
segitiga : ∆ A 1 B1 C 1 , ∆ A 2 B2 C 2 , ..., ∆ A n Bn Cn masing-masing dengan jumlah sudut

1
180 °+ p , sedemikian sehingga untuk sembarang n> 0 ,∠ A n ≤ ∠ A.
2n
Sekarang sifat Archimedes untuk bilangan real memungkinkan kita untuk memilih
sembarang n yang cukup besar sedemikian sehingga, ∠ A n sekecil mungkin kita pilih,
dan secara khusus sedemikian sehingga, ∠ A n ≤ p.

16
Sekarang, karena ∠ An +∠ Bn +∠ C n=180 °+ p , disimpulkan bahwa ∠ Bn +∠ Cn ≥ 180°
yang bertentangan dengan lemma pertama (jumlah dua sudut dalam suatu segitiga
kurang dari 180°).
Jadi, Jumlah sudut-sudut suatu segitiga adalah kurang dari atau sama dengan 180 °.

Teorema Akibat (Corollary): Jumlah sudut-sudut dalam suatu segiempat konveks


adalah kurang dari atau sama dengan 360°.
Teorema akibat ini sejalan dengan kesimpulan Saccheri bahwa hipotesis sudut tumpul
adalah salah. Demikian juga teorema ini menyangkal bahwa jumlah sudut suatu segitiga
dapat melebihi 180°, tetapi kemungkinan bahwa jumlah sudut dalam segitiga kurang
dari 180°. Teorema ini bersesuaian dengan hipotesis Saccheri tentang sudut lancip.

Persegi Panjang
Definisi: Sebuah segiempat dinamakan persegi panjang apabila besar setiap
Sudutnya 900. Oleh karena geometri yang kita bicarakan adalah geometri
netral yang tidak menganut aksioma kesejajaran euclides, maka sifat-sifat
dalam persegi panjang yang kita kenal harus dibuktikan tidak dengan
menggunakan sifat-sifat yang ada pada persegi panjang.
Berikut Ini adalah Pembuktian dari Teorema-Teorema Persegi Panjang pada
Geometri Netral.
 Teorema 2 : Jika ada sebuah persegi panjang dalam geometri netral, maka
akan ada juga sebuah persegi panjang dengan salah satu sisinya
lebih panjang dari ruas garis tertentu.
Bukti:
Andaikan diketahui persegi panjang ABCD dan ruas garis yang diketahui adalah
XY. Harus dibuktikan adanya persegi panjang dengan panjang salah satu sisi
melebihi XY.
B C C1 C2 Cn

A D D1 D2 Dn
Perpanjang AD sampai DD1 sehingga AD = DD1.
X Y
Perpanjang BC sampai CC1 sehingga BC = CC1.
Artinya ada D1 dengan ADD1 sehingga panjang AD = DD1 dan
ada C1 dengan BCC1 sehingga panjang BC = CC1.

17
Tarik C1D1 maka AD1C1B adalah sebuah persegi panjang. Proses ini kita lanjutkan.
Jadi, ada D2 dengan DD1D2 sehingga panjang DD1 = D1D2 dan ada C2 dengan
CC1C2 sehingga CC1 = C1C2.
Tarik C2D2 maka AD2C2B suatu persegi panjang.
Menurut aksioma archimides (aksioma kekontinuan), ada Dn sehingga ADn = n x
AD dan ADn > XY, maka ADnCnB suatu persegi panjang. Persegi panjang inilah
yang dicari.
 Teorema Akibat (Corollary): Jika ada sebuah persegi panjang dalam
geometri netral maka ada persegi panjang yang
panjang dua sisi yang bersisihannya masing-
masing melebihi panjang dua ruas garis yang
diketahui.
Bukti:
Andaikan diketahui persegi panjang ABCD dan ruas garis XY dan PQ. Dengan
menggunakan teorema 2 dua kali maka kita peroleh persegi panjang ABEF dengan
AF > XY. Kemudian ada persegi panjang AGHF dengan AG > PQ. Maka persegi
panjang AGHF adalah persegi panjang yang dicari.
 Teorema 3 : Jika ada sebuah persegi panjang, maka ada persegi panjang
dengan panjang dua sisi yang berdekatan masing-masing sama
dengan XY
´ dan ZW
´ .

G H
Q

C
B E

P
A D F
X Y
Bukti :
Berdasarkan teorema akibat sebelumnya , kita dapat membuat persegi panjang
PQRS. Dengan PQ > XY dan PS > ZW. ( lihat gambar dibawah). Jika kita
´ sehingga PQ
tempatkan Q’ pada PQ ´ ' ≅ XY
´ dan buat garis tegak lurus dari Q’
´ di R’ , terbetuk segiempat PQ’R’S. Kiata akan menunjukkan bahwa
memotong SR
PQ’R’S adalah persegi panjang. Sudut pada R’, S, dan P adalah sudut siku-siku,
maka kita hanya akan menunjukkan bahwa ∠ P Q ' R' adalah sudut siku-siku.
Karena PQ’R’S adalah segiempat Lambert, dengan m∠ P Q ' R ' ≤ 900. Tetapi jika

18
kita asumsikan m∠ P Q ' R ' < 900, dan m∠QQ ’ R ’> 900, Maka terjadi kontradiksi
karena QQ’RR’ juga merupakan Segiempat Lambert dan keempat sudutnya tidak
bisa tumpul. Oleh karena itu ∠ P Q ' R' adalah sudut siku−siku . dan segiempat
PQ’R’S adalah persegi panjang.
Dengan cara yang sama kita letakkan S’ pada ṔS dan R” pada Q '´R’ sehingga
segiempat PQ’R”S’ adalah persegi panjang yang dimaksud.

S R’ R

W S’ R”

Z
P Q’ Q

X Y
 Teorema 4 : Jika dalam suatu geometri netral ada persegi panjang, maka
jumlah besar sudut-sudut dalam segitiga siku-siku sama dengan 1800.
Bukti :
Prosedur pembuktiannya adalah dengan cara menunjukkan bahwa:
i. Setiap segitiga siku-siku adalah tiruan dari segitiga yang dibentuk dengan
cara membelah persegi panjang pada diagonalnya.
ii. Segitiga tersebut mempunyai jumlah sudut 1800.
 Misalkan segitiga ABC siku-siku di B, maka terdapat persegi panjang
A’B’C’D’ sedemikian hingga A’B’ = AB dan B’C’ = BC.
 Hubungkan A’ dan C’, maka segitiga ABC kongruen dengan segitiga
A’B’C’.
 Sehingga kedua segitiga tersebut mempunyai jumlah sudut yang sama.
Perhatikan gambar berikut:

A A’ D’
p
q
p

19 B C B’
C’

Misalkan p adalah jumlah sudut segitiga ABC dan q adalah jumlah sudut
segitiga A’B’C’, maka menurut definisi segi empat semua sudutnya adalah
900, maka p + q = 4 x 900 ………… (1)
Menurut teorema Jumlah sudut dalam Segitiga, maka p ≤ 1800.
Andaikan p < 1800.
Sedangkan menurut persamaan (1), p + q = 3600, maka diperoleh q > 1800.
Hal ini bertentangan dengan teorema Jumlah sudut dalam Segitiga.
Jadi, p = 1800 (terbukti).
 Teorema 5 : Jika dalam geometri netral ada persegi panjang, maka jumlah
besar sudut-sudut dalam segitiga 1800.
Bukti :
Perhatikan gambar berikut:

A B C

D C A B
D

Akan ditunjukkan segitiga ABC memiliki jumlah sudut 1800 (A + B + C = 1800).


Tarik garis tinggi CD, sehingga membagi segitiga ABC menjadi dua segitiga siku-
siku yaitu segitiga ACD dan BCD.
Jumlah sudut ACD = BCD = 1800. (menurut teorema 4)
Sehingga
( A + C1 + D1) + ( B + C2 + D2) = 2 x 1800 = 3600
⟺ ( A + C1 + 900) + ( B + C2 + 900) = 3600
⟺ ( A + C1 + 900) + ( B + C2 + 900) = 3600
⟺ A + B +( C1 + C2) = 1800
Jadi, A + B + C = 1800 (terbukti).

Jumlah Sudut Suatu Segitiga


 Teorema 6 : Jika dalam geometri netral ada sebuah segitiga dengan jumlah
20
sudut 1800, maka akan ada sebuah persegi panjang.
Bukti:
Perhatikan gambar berikut.
C

p q

A B
D
Misalkan segitiga ABC mempunyai jumlah sudut 1800.
Pertama kita tunjukkan bahwa ada segitiga siku-siku dengan jumlah sudut 1800.
Potong segitiga ABC menjadi dua segitiga siku-siku yang masing-masing
mempunyai jumlah sudut p dan q, dengan menarik garis tinggi tertentu, tulis CD.
Maka p + q = (2 x 900) + 1800 = 3600
Kita tunjukkan p = 1800, menurut teorema Jumlah sudut dalam Segitiga, p ≤ 1800
Jika p < 1800, q > 1800 maka ini bertentangan dengan teorema Jumlah sudut
dalam Segitiga.
Jadi, ada dua segitiga siku-siku, misalnya segitiga ABD dengan sudut siku-siku di
D yang mempunyai jumlah sudut 1800.
Sekarang kita mengambil dua segitiga siku-siku, kemudian kedua segi tiga siku-
siku tersebut kita tempelkan bersama untuk membentuk sebuah persegi panjang.

A E
1’
2

2’
1
B D
Lukis segitiga BAE kongruen dengan segitiga BDE dengan E berlainan pihak
dengan D dari sisi AB, dengan BE bersesuaian dengan EB. (lihat gambar di atas).
Karena jumlah sudut segitiga BDE adalah 1800, maka
1 + 2 = 900, karena 1 = 1’, 2 = 2’, maka kita peroleh 1 + 2’ = 900 dan 1’ + 2 = 900.
Tetapi 1 + 2’ = ABD dan 1’ + 2 = AED
Jadi, ∠BAE = ∠EDB =∠ABD= ∠AED= 900, berarti ADBE persegi panjang
(definisi persegi panjang).
21
 Akibat 1 Teorema 6: Jika sebuah segitiga mempunyai jumlah sudut 1800, maka
setiap segitiga mempunyai jumlah sudut 1800.
Bukti :
Diketahui sebuah segitiga mempunyai jumlah sudut 1800. Akan ditunjukkan bahwa
setiap segitiga mempunyai jumlah sudut 1800.
Misalkan ada sebuah segitiga yang mempunyai jumlah sudut 1800, maka menurut
teorema 6 akan ada sebuah persegi panjang. Sedangkan menurut teorema 5, jika ada
sebuah persegi panjang maka setiap segitiga memiliki jumlah sudut 180 0.
(terbukti).

 Akibat 2 Teorema 6: Jika sebuah segitiga ABC mempunyai jumlah sudut kurang
dari 1800, maka setiap segitiga mempunyai jumlah sudut
kurang dari 1800.
Bukti :
Misalkan segitiga ABC dengan jumlah sudut < 1800, perhatikan sebarang segitiga
PQR.
Menurut teorema 1, jumlah sudut p ≤ 1800.
Misalkan p = 1800, maka menurut akibat 1 dari teorema 6 di atas, sehingga segitiga
ABC mempunyai jumlah sudut 1800. Hai ini bertentangan dengan pemisalan di
atas.
Jadi, yang benar adalah p < 1800.

PROPOSISI-PROPOSISI DALAM GEOMETRI NETRAL


a. Dua garis yang tidak berimpit mempunyai paling banyak satu titik potong.
b. Setiap segmen garis mempunyai tepat satu titik tengah.
Bukti:
. . .
A C B
Misalkan C dan D adalah titik-titik tengah ruas garis AB.
d ( A ,C )=d ( B ,C ) atau|X A −X C|=|X B− X C|
d ( A , D )=d ( B , D ) atau |X A −X D|=|X B− X D|

| X A− X C|=| X A −X D|, berarti:


X A −X D , X A ≥ X D
X A − X C=
{ X D −X A , X A < X D

22
Jika X A − X C =X A −X D , maka X C =X D atau C=D.
Jika X A − X C =X D −X A , maka
XC + X D
=X A, A titik tengan C dan D, tidak mungkin C-A-D.
2
c. Setiap sudut mempunyai tepat satu garis bagi.
d. Komplemen dari sudut-sudut yang sama adalah sama.

. . . .
C R
D S

. . . .
A B P Q
Jika m∠ ABD ≅ m∠ PQS , maka m∠CBD ≅ m∠ RQS.
e. Sudut yang bertolak belakang besarnya sama.
Bukti:
Terdapat dua garis yaitu m dan n, berpotongan seperti gambar di bawah ini .
m
b
a c

∠ a+∠ b=1800 … … … … ..(1)


∠ b+∠ c=1800 … … … .(2)

Dari (1) dan (2) diperoleh :


∠ a−∠ c=0
Jadi , ∠ a=∠c
f. Kongruensi dua segitiga adalah SS-SD-SS, SD-SS-SD, SS-SS-SS.
Bukti :
SD-SS-SD
Diberikan dua segitiga yaitu ∆ABC dan ∆DEF dengan ∠ CAB ≅∠ FDE,
∠ CBA ∠FED dan AB
´ ≅ DE
´

C F

C’

x x
B E
23 A D
Jika antara ´ ≅ DF
AC ´ atau CB
´ ≅ FE
´ Kita akan menyelesaikannya dengan
menggunakan postulat (SAS). Misalkan AC tidak kongruen dengan DF diperoleh
´ sehingga
fakta bahwa AC > DF. Karena AC > DF maka terdapat titik C’ pada AC
´ dan berdasarkan Postulat SAS maka ∆ABC’ ≅ ∆DEF. Sehingga
´ ' ≅ DF
AC
∠ ABC ' ≅ ∠≝¿. Akibatnya ∠ ABC ' ≅ ∠ ABC, hal ini menunjukkan kontradiksi
´ dan ∆ABC ≅ ∆DEF ( SS-SD-SS).
´ ≅ DF
dengan postulat sudut. Oleh karena itu AC
g. Jika dua sisi suatu segitiga adalah sama, sudut-sudut di hadapannya sama.
A

AB ≅ AC ⟹ ∠ ACB ≅ ∠ ABC
A
Bukti:
B C

B D C

Terdapat titik D pada sisi BC.


Misalkan ruas garis AD bisektor dari ∠ BAC.
AB ≅ AC (diketahui)
∠ BAD ≅ ∠ CAD (AD garis bagi)
AD ≅ AD (berhimpit)
Jadi, menurut postulat S-Sd-S diperoleh ∆ ABD ≅ ∆ ACD.
Akibatnya, ∠ ACB ≅ ∠ ABC.
h. Jika dua sudut segitiga sama, dua sisi di hadapannya sama.

∠ ACB ≅ ∠ ABC ⟹ AB ≅ AC

B C

Bukti:
A

24

B D C
Terdapat titik D pada sisi BC.
Misalkan ruas garis AD bisektor dari ∠ BAC.
∠ ACB ≅ ∠ ABC (diketahui)
∠ BDA ≅ ∠CDA (90O)
∠ BAD ≅ ∠ CAD (dibuat)
Jadi, ∆ ABD ∆ ACD.
Karena salah satu sisinya sama (AD = AD), maka ∆ ABD ≅ ∆ ACD
Akibatnya, AB ≅ AC.
i. Hanya ada satu garis yang tegak lurus garis tertentu melalui satu titik pada
garis tertentu tersebut.
j. Hanya ada satu garis yang tegak lurus garis tertentu melalui satu titik di luar
garis tertentu.
k. Titik T terletak pada sumbu segmen garis AB jika dan hanya jika TA=TB.
Bukti :
(⟸) Jika TA = TB maka titik T terletak pada sumbu segmen garis AB.
Karena T adalah titik yang berjarak sama dari A dan B maka TA = TB. Kita buat PT
adalah garis bagi ∠ APB. Akibatnya ∠ APT ≅ ∠BPT .
Lihat∆ APT dan ∆ BPT :
∠ APT ≅ ∠ BPT
∠ ATP ≅ ∠ BTP ¿ )
TA =TB
Jadi, ∆ APT ≅ ∆ BPT ( SD−SS−SD ) dan PT ⊥ AB.
Karena PT ⊥ AB dan TA=TB maka PT adalah garis sumbu AB .
P

x x

A T B

(⟹) Jika titik T terletak pada sumbu segmen garis AB maka TA = TB

25
Jelas karena T terletak pada sumbu segmen garis AB maka TA = TB ( ingat definisi
garis sumbu ).
l. Jika ada dua sisi suatu segitiga tidak sama, maka sudut-sudut di hadapannya
juga tidak sama, dan sudut yang lebih besar berhadapan dengan sisi yang lebih
besar.
Bukti :
Terdapat ∆ ABC, dengan AC > BC. Karena AC > BC maka terdapat titik D
´ sehingga C-B-D dan CD
pada CB ´ ≅ AC
´ . Berdasarkan teorema segitiga sama kaki .
∠ CAD ≅ ∠ CDA. berdasarkan definisi ∠ CBAadalah sudut luar ∆ ABD. Oleh karena
itu m∠CBA > m∠CDA. Karena titik B adalah titik dalam pada ∠ CAD, kita punya
m∠CAD >m∠ CAB. Akibatnya m∠CBA > m∠CAB.
C

D
A
m. Jika ada dua sudut suatu segitiga tidak sama, maka sisi-sisi di hadapannya juga
tidak sama, dan sisi yang lebih panjang berhadapan dengan sudut yang lebih
besar.
n. Segmen garis terpendek yang menghubungkan sebuah titik dan sebuah garis
adalah segmen tegak lurus.
o. Jumlah panjang dua sisi lebih besar dari sisi yang ketiga.
Terdapat ∆ PQR . Akan ditunjukkan bahwa PQ + QR > PR.
R

P Q S
´ sehingga P-Q-S dan QS
Terdapat titik S pada PQ ´ . Maka ∆ QRS adalah segitiga
´ ≅ QR
sama kaki. Akibatnya ∠ QRS ≅ ∠ QSR. Karena P-Q-S kita lihat bahwa PQ + QS =
´ , maka PQ + QR= PS. Karena Q berada di dalam ∠ PRS, kita
´ ≅ QR
PS. Karena QS
dapatkan m∠ PRS> m∠ QRS . Karena ∠ QRS ≅ ∠ QSR maka m∠ PRS > m∠QSR.
Berdasarkan proposisi (m) pada ∆ PRS maka PS > PR . Sehingga PQ + QR > PR.
26
p. Jika dua sisi dari segitiga yang pertama masing-masing sama dengan dua sisi
dengan dua sisi yang kedua, dan sudut apit segitiga pertama lebih besar dari
sudut apit segitiga kedua, maka sisi ketiga dari segitiga pertama lebih panjang
dari sisi ketiga dari segitiga kedua.
Bukti :
Diberikan dua segitiga yaitu ∆ ABC dan ∆≝¿ dengan AB
´ ≅ DE
´ , AC
´ ≅ DF
´ ,
m∠CAB >m ∠FDE. Akan kita tunjukkan bahwa BC > EF.
C
. R
S
F
P

Karena m∠CAB >m ∠FDE maka terdapat titik P di dalam ∠ CAB sehingga
A D memotong BC E
´ garis bagi ∠ CAPB dan
∆ ABP ≅ ∆≝¿. Buat AR ´ di S. maka
∆ ACS ≅ ∆ APS dan CS
´ ≅ SP
´ . Dengan menggunakan proposisi no O, kita dapatkan BS
´ ≅ SC
+ SP > BP. Karena SP ´ , maka BS + SC > BP. Diketahui bahwa BS + SC = BC,
´ ≅ EF
oleh sebab itu BC > BP. Karena BP ´ , akibatnya BC > EF.
q. Jika dua sisi dari segitiga yang pertama masing-masing sama dengan dua sisi
segitiga yang kedua, dan sisi ketiga dari segitiga pertama lebih panjang dari sisi
ketiga dari segitiga kedua, maka sudut apit dari segitiga pertama lebih besar
dari sudut apit dari segitiga kedua.
r. Besar sudut luar suatu segitiga adalah lebih besar dari salah satu sudut
dalamnya yang tidak bersisian dari salah satu sudut dalamnya yang tidak
bersisian dengan sudut luar tersebut.
Bukti:

Perhatikan ∆ ABC dengan titik D pada ⃗


BC sedemikian sehingga
B-C-D. Kita akan menunjukkan bahwa m∠ ACD> m∠ ABC ,m ∠BAC.
BEsedemikian
´ dan F adalah titik pada ⃗
Misalkan E adalah titik tengah AC

27
B-E-F dan BE ´ .
´ . Kemudian gambarkan ruas garis CF
´ ≅ EF
Dengan Aksioma SAS, ∆ ABE ≅ ∆ CEF . Akibatnya, m∠ BAE=m ∠ ECF. Karena F
interior dari ∠ ACD maka m∠ ECF + m∠ FCD=m∠ ACD atau
m∠ ACD> m∠ BAC.
s. Jumlah dua sudut dari suatu segitiga adalah kurang dari 1800.
Bukti :
Misalkan ∆ ABC adalah segitiga sebarang . akan ditunjukkan bahwa
∠ CAB+ ∠ ABC =1800.
A

Perpanjang CB melalui B hingga D. maka ∠ABD merupakan sudut eksterior dari


∆ ABC. Berdasarkan teorema sudut ∠ABD > ∠CAB . karena ∠ABD
C B eksterior maka D
= 1800- ∠ABC maka diperoleh 1800- ∠ABC > ∠CAB⇔ ∠CAB +∠ABC = 1800 .
t. Jika dua garis dipotong oleh garis lain dan membentuk sepasang sudut dalam
bersebrangan yang sama dua garis tersebut sejajar.
u. Dua garis yang tegak lurus pada garis yang sama adalah sejajar.
v. Sekurang-kurangnya ada satu garis yang sejajar dengan suatu garis tertentu
yang melalui titik diluar garis tertentu tersebut.
w. Misalkan l melalui titik C yang jaraknya ke pusat lingkaran kurang dari
panjang jari-jarinya, maka garis l memotong lingkaran di dua titik.
x. Sebuah garis merupakan garis singgung lingkaran jika dan hanya jika garis
tersebut tegak lurus pada ujung-ujung jari-jari lingkaran.
y. Jika diketahui segitiga ABC dan segmen garis PQ sedemikian hingga PQ =
AB, maka ada titik R di luar PQ sedemikian hingga segitiga PQRS kongruen
dengan segitiga ABC.
z. Sebuah lingkaran dapat digambar melalui sebarang segitiga.

PERBANDINGAN ANTARA GEOMETRI EUCLID, GEOMETRI INSIDENSI,


DAN GEOMETRI NETRAL
Geometri Euclid - Geometri Euclides didasari pada lima aksioma
berikut:
(1) Kelompok aksioma insidensi
(2) Kelompok aksioma urutan
(3) Kelompok aksioma kekongruenan

28
(4) Aksioma kesejajaran euclides (kontroversial)
(5) Aksioma kekontinuan.
- Aksioma kesejajaran euclides adalah postulat
kesejajaran versi mudah yang dikenal sebagai
Postulat Playfair.
- Secara implisit Postulat Playfair mengatakan
bahwa : “garis-garis sejajar tersebut ada dan selalu
tunggal”.
- Pada geometri Euclides, tidak ada perbedaan antara
segiempat Saccheri dengan persegi panjang.
-
Geometri Insidensi - Sistem aksiomatik dengan tiga istilah tak terdefinisi
(titik, garis, dan terletak pada) dan tiga aksioma
insidensi dinamakan Geometri Insidensi.
- Geometri insidensi didasari oleh aksioma insidensi
yang mendasari geometri Euclides.
- Geometri Insidensi menyatakan hubungan antara
sistem aksioma dan bagian-bagiannya.
- Kata insiden digunakan pada istilah terletak,
sehingga pernyataan “terletak pada” dan “insiden
dengan” menyatakan hal yang sama. Aksioma untuk
hubungan tersebut dinamakan aksioma insidensi.
-
Geometri Netral - Geometri netral ini menggunakan teorema-
teorema Saccheri tanpa aksioma kesejajaran
(Saccheri menganut postulat kesejajaran Euclides).
- Geometri netral dilengkapi dengan sistem aksioma
kesetaraan, sistem aksioma urutan, dan sistem
aksioma kekongruenan tentang ruas garis, sudut,
dan segitiga.
- Geometri netral menjelaskan peran postulat
kesejajaran dalam geometri Euclid, membukakan
jalan untuk mempelajari geometri non Euclid dan

29
menghasilkan teorema yang cocok untuk geometri
non Euclid.
- Dalam geometri netral tetap dikenal istilah
kesejajaran garis karena muncul pernyataan
tentang garis yang sejajar melalui pembuktian
suatu teorema.
- Hal lain yang mendasar dalam geometri netral ini
yaitu kemungkinan adanya persegi panjang atau
kemungkinan tidak adanya persegi panjang. Jika
pada geometri netral mengandung persegi
panjang, maka jumlah besar sudut-sudut dalam
setiap segitiga adalah 180°.
- Pada geometri netral ada segi empat yang penting,
yaitu yang dinamakan segi empat Saccheri.

30
BAB III

PENUTUP

A) Kesimpulan

B) Saran

31
DAFTAR PUSTAKA

C.Wallace, Eedward,Stephen F. West. 1992. Roads To Geometry. New Jersey: Prentice Hall.
Hasratuddin, dkk. 2019. Geometri Euclid & Non Euclid. Medan: UnimedPress.
http://bambanghgmathunsoed.files.wordpress.com/2008/09/geometri-netral.pdf, diunduh pada
tanggal 26 September 2011.
Mariani, Scolastika. 2010. Bahan Ajar Geometri Non Euclid. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Suyitno, Amin. 2010. Geometri Non Euclides. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

32

Anda mungkin juga menyukai