Pada tahun 325 SM, Euclid membuktikan bahwa bilangan prima memiliki
jumlah yang tidak terbatas. Euclid juga membuktikan teorema dasar aritmatika. Di
dalam teori bilangan, teori dasar arimatika menyatakan bahwa setiap bilangan bulat
lebih dari satu dapat dituliskan sebagai perkalian unik dari bilangan prima, misalnya
6936 = 23 x 31 x 172 ; 1200= 24 x 31 x 52 adalah dua contoh bilangan yang memenuhi
teorema bahwa bilangan-bilangan tersebut dapat dituliskan sebagai perkalian dari
bilangan prima.
Bilangan bulat p >1 disebut bilangan prima bilamana tidak ada bilangan
pembagi d terhadap p yang memenuhi syarat 1< d< p. Dengan perkataan lain, bilangan
prima adalah bilangan asli yang lebih besar dari satu dan bilangan itu sendiri. sebuah
bilangan bulat p > 1 yang bukan bilangan prima disebut bilangan komposit (tersusun).
Jika p adalah bilangan prima dan a adalah sembarang bilangan bulat, maka a^p
= a(mod p) Secara khusus, jika a bukan faktor p, maka a^(p-1) = 1(mod p)
Teorema Litle Fermat ini memberikan pengujian yang baik untuk menentukan
ketidakprimaan yaitu dengan memberikan bilangan bulan n > 1, maka dapat dipilih a >
1 kemudian a^(p-1) = 1(mod p) hitung jika hasilnya bukan 1, maka n bukan bilangan
prima. Sebaliknya, jika hasilnya = 1, maka n “mungkin” bilangan prima sehingga n
disebut bilangan prima semu basis a.
Dari sebuah bilangan yang kuran dari 25 x 10^9 terdapat lebih dari 10^9 buah
bilangan prima, akan tetapu hanya ada 21.853 buah bilangan prima semu basis 2. Hal
ini berarti bahwa presentase bilangan prima semu jauh lebih sedikit dari bilangan prima.
Permasalahan lain yang ada dalam bilangan prima adalah sebagai berikut :
“Seorang wanita mengemukakan bahwa jika ia mengambil telur dari keranjang itu 2,
3, 4, 5, atau 6 selalu ada 1 yang tersisa. Tetapi jika ia mengambil 7 telur maka tidak
ada yang tersisa. Jika keranjang itu dapat memuat sampai dengan 500 butir telur,
berapa butir telur yang ia punya?”
Suatu cara untuk menyelesaikan masalah ini adalah mendaftar semua kelipatan
7 antara 7 dan 500 kemudian memeriksa mana dari bilangan-bilangan itu yang
mempunyai sisa 1 jika dibagi oleh 2, 3, 4, 5, atau 6. Cara lain adalah kita menggunakan
“pendekatan sisa”. Misalkan banyaknya telur adalah n. Jika n dibagi oleh 2 sisanya
adalah 1. Hal ini berakibat (n – 1) akan dapat dibagi oleh 2. Begitu pula 3, 4, 5, dan 6
juga dapat dibagi oleh (n – 1).
6. Faktorisasi Prima
Faktorisasi prima adalah suatu teknik pembentuk bilangan menjadi bentuk
perkalian dimana faktor-faktornya merupakan bilangan prima. Untuk menentukan
suatu faktorisasi prima dari suatu bilangan yang diberikan, pertama-tama kita harus
menuliskan kembali bilangan itu sebagai bilangan – bilangan yang lebih kecil.
Kemudian, faktorkan kedua bilangan tersebut sampai seluruh faktor-faktornya adalah
bilangan prima. Perhatikan contoh berikut :
350 = 35 . 10 = 7 . 5 . 5. 2 = 7 . . 2
Untuk bilangan seperti 24 yang mempunyai faktorisasi prima 2^3.3^1 , kita tahu
bahwa 2^3 dan 3^1 adalah pembagi-pembagi 24. Kita juga tahu bahwa 4 . 2 atau 8
adalah pembagi 24.
Proses penentuan banyaknya pembagi diatas dapat digeneralisasikann dalam sifat
selanjutnya yakni :
2) Jika faktorisasi prima suatu bilangan n adalah n = p1^q1 . p2^q2 . p3^q3 …
pm^qm, maka banyaknya pembagi n adalah (q1 + 1) (q2 + 2) (q3 + 1) … (qm +
1)
Contoh 1 :
Tentukan semua pembagi dari 912
Tentukan semua pembagi dari 324
Jawab :
Faktorisasi prima dari 912 adalah 2^4. 3 . 19. Ada 5 . 2 . 2 atau 20 pembagi.
Pembagi – pembagi 2^4 adalah 1, 2, 4, 8, dan 16. Pembagi-pembagi 3 adalah 1
dan 3. Pembagi-pembagi 19 adalah 1 dan 19. Dengan demikian, pembagi-
pembagi 912 adalah 1, 2, 4, 8, 16, 3, 6, 12, 24, 48, 19, 38, 76, 152, 304, 57, 114,
228, 456, dan 912.
Faktorisasi prima dari 324 adalah 2^2 . 3^4; dan ada 15 pembagi. Pembagi-
pembagi 2^2 adalah 1, 2, dan 4. Pembagi-pembagi 3^4 adalah 1, 3, 9, 27, dan
81. Dengan demikian, pembagi-pembagi 324 adalah 1, 2, 4, 3, 6, 12, 9, 18, 36,
27, 54, 108, 81, 162, dan 324.
Dalam menentukan faktorisasi dari suatu bilangan seperti 8127, amati bahwa 9
membagi 8127, atau 8127 = 9k, di mana k adalah suatu bilangan bulat. Karena
8127 = 9k, k adalah suatu faktor dari 8127 dak k = 8127 / 9. Masalah ini secara
umum dituangkan dalam sifat berikut ini
3) Misalkan d 0 dan n 0. Jika d adalah faktor dari n maka n/d adalah faktor dari n.
Misalkan p adalah faktor prima terkecil dari bilangan n. Dengan menggunakan sifat
3, n/p adalah suatu faktor dari n, dan karena p adalah faktor terkecil dari n, kita
peroleh p =< n/p. Jika p =< n/p maka p^2 =< n. Gagasan ini selanjutnya dirangkum
menjadi sifat berikut ini.
4) Jika n adalah suatu bilangan komposit maka n mempunyai suatu faktor prima p
sedemikian sehingga p^2 =< n.
Sifat 4 ini dapat digunakan untuk membantu menentukan apakah suatu bilangan
yang diberikan itu termasuk bilangan prima atau bilangan komposit. Sebagai
contoh, perhatikan bilangan 109. Jika 109 adalah bilangan komposit maka 109
harus mempunyai suatu faktor prima p sedemikian sehingga p^2 =< 109. Bilangan-
bilangan prima yang dikuadratkan tidak melewati 109 adalah 2, 3, 5, dan 7. Kita
tahu bahwa 2, 3, 5, dan 7 masing-masing bukan merupakan faktor dari 109. Dengan
demikian 109 adalah bilangan prima. Argumen ini membawa kia pada sifat berikut.
5) Jika n adalah suatu bilangan bulat lebih besar dari 1 dan tidak dapat dibagi oleh
sebarang bilangan prima p maka n adalah bilangan prima.
Contoh : Periksalah apakah 397 adalah bilangan prima atau komposit
Jawab :
Bilangan-bilangan prima p yang mengakibatkan p^2 =< 397 adalah 2, 3, 5, 7, 11,
13, 17, dan 19. Karena adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, dan 19 masing-masing bukan
merupakan faktor dari 397 (silahkan periksa !), disimpulkan bahwa 397 adalah
bilangan prima.
BILANGAN PECAHAN
bagian apel tersebut dibagi kembali menjadi dua bagian sama besar maka setiap
bagian apel tersebut dinamakan “satu perempat” atau “seperempat” dan
1 1 1
dinotasikan 4. Bilangan 2 dan 4 tersebut dinamakan bilangan pecahan. Bilangan
b. Pecahan Tidak Murni adalah pecahan yang penyebutnya lebih kecil dari
5
pada pembilangnya. Contoh-contoh dari pecahan tidak murni antara lain 3,
22 314
, dan 100.
7
c. Pecahan Campuran
Pecahan campuran adalah pecahan yang terdiri atas bilangan bulat a, b, dan
𝑏 𝑏 𝑏
c yang bersifat a 𝑐 = a + 𝑐 , dengan adalah pecahan murni. Contoh-contoh
𝑐
2 8 3
dari pecahan campuran antara lain 13, 511, dan 217.
8
1. 3
13
2. 5
27
3. Penyelesaian:
4
Contoh :
Tuliskan pecahan campuran menjadi pecahan tidak murni!
1
1. 2 4
2
2. 3 7
1
3. 5 6
Penyelesaian :
1 (2 𝑥 4)+ 1
1. 2 4 = 4
8+1
= 4
9
= 4
2 (3 x 7)+ 2
2. 3 7 = 7
21 + 2
=
7
23
= 7
1 (5 x 6)+ 1
3. 5 6 = 6
30 + 1
= 6
31
= 6
4. Pecahan Senilai
Pecahan senilai adalah pecahan-pecahan yang mempunyai letak yang sama
pada garis bilangan.
1 2 1 2
Pecahan 4 senilai dengan ditulis = .
8 4 8
1 2 4 1 2 4
Pecahan 2 senilai dengan dan ditulis = = .
4 8 2 4 8
3 6 3 6
Pecahan 4 senilai dengan ditulis = .
8 4 8
Penyelesaian :
3
1. Kalikan 4 dengan suatu bilangan yang tidak 0, misalnya 2 dan 3.
3 3𝑥2 6
senilai dengan = 8.
4 4𝑥2
3 3𝑥3 9
senilai dengan 4 𝑥 3 = 12.
4
3 6 9
Dengan demikian, dua pecahan yang senilai dengan 4 adalah 8 dan 12.
2
2. Kalikan dengan suatu bilangan yang tidak 0, misalnya 3 dan 4.
5
2 2𝑥3 6
senilai dengan = 15.
5 5x3
2 2𝑥4 8
senilai dengan 5 𝑥 4 = 20.
5
2 6 8
Dengan demikian, dua pecahan yang senilai dengan 5 adalah 15 dan 20.
8
3. bagikan dengan suatu bilangan yang tidak 0 dan merupakan faktor persekutuan
12
kertas yang berbentuk persegi panjang. Anggap selembar kertas itu sebagai 1
bagian utuh. Satu lembar kertas dilipat menjadi dua bagian yang sama sehingga
1
diperoleh 2. Kemudian 1 lembar yang lain dilipat menjadi 2 bagian yang sama,
2
kemudian dilipat lagi menjadi 2, sehingga diperoleh 4.
Contoh :
Tuliskan pecahan-pecahan berikut dalam bentuk yang paling sederhana!
9
1) 36
18
2) 24
32
3) 64
25
4) 45
Penyelesaian :
1) Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 9 dan 36 adalah 9.
9
Untuk mendapatkan bentuk pecahan yang paling sederhana dari 36, bagilah
b. Mengurutkan Pecahan
Menentukan bilangan yang lebih besar atau lebih kecil dari beberapa bilangan
disebut mengurutkan bilangan.
Jika kamu akan mengurutkan pecahan berpenyebut sama, maka urutkan
pecahan-pecahan tersebut berdasarkan urutan pembilangnya. Akan tetapi, jika
pecahan-pecahan yang akan diurutkan tersebut mempunyai penyebut yang
beda, maka kamu harus menentukan pecahan-pecahan senilainya terlebih
dahulu.
Contoh :
13 9 11 3
Urutkanlah pecahan-pecahan 15, , , dan mulai dari yang terkecil.
10 20 5
9 54 3 36
senilai dengan senilai dengan
10 60 5 60
1 2
0 1
3 3
Contoh :
5
Tentukan letak pecahan pada garis bilangan.
8
Penyelesaian :
1 2 3 4 5 6 7 8
Lakukan perbandingan antara 8 , 8 , 8 , 8 , 8 , 8 , , dan = 1.
8 8
1 2 3 4 5 6 7
Kamu peroleh < < < < < < = 1.
8 8 8 8 8 8 8
5
Letak pada garis bilangan dapat kamu lihat pada garis bilangan berikut.
8
1 2 3 4 5 6 7
0 1
8 8 8 8 8 8 8
1. Penanaman konsep
a. Peragaan dengan menggunakan bangun-bangun geometri
Bangun-bangun geometri dapat digunakan sebagai alat untuk
membandingkan dan mengurutkan pecahan biasa dan pecahan
campuran. Bahan yang digunakan harus mudah dilipat, di warnai atau
di potong-potong untuk mengurutkan luasan dari bangun-bangun
tersebut sehingga dapat dilihat urutan dari luasan bangun yang mewakili
urutan dari bilangannya.
1 3 1 5
< 4, 2 < 8
2
pecahan positif, bila pembilangnya sama, maka pecahan yang lebih dari
adalah pecahan yang penyebutnya angkanya bernilai lebih kecil.
Sedangkan pada pecahan negatif akan sebaliknya.
b. Bila penyebutnya sama
Pecahan yang penyebutnya sama mudah dibandingkan melalui
peragaan-peragaan luasan maupun kepingan-kepingan pecahan.
3 5
Contoh 7 dan 7
Bentuk pecahan 0,8 dinamakan pecahan satu desimal. Bentuk pecahan 0,047
dinamakan pecahan tiga desimal. Adapun bentuk pecahan 2,03 dinamakan
pecahan dua desimal.
Bilangan desimal yang memuat angka berulang misalnya 0,111 ... disebut
bilangan desimal berulang. Adapun bentuk 0,8; 2,03; atau 0,047 dinamakan
bilangan desimal tidak berulang.
Contoh:
Tulislah pecahan-pecahan berikut dalm bentuk pecahan desimal!
5 1 1
1) = (0 x 1) + (0 x ) + (5 x ) = 0,05
100 10 100
7 1
2) 1 10 = (0 x 1) = (7 x ) = 1,7
10
Dengan demikian, bentuk pecahan murni yang paling sederhana dari 0,775
31
adalah 40.
Contoh:
1) Ubahlah pecahan berikut ke dalam bentuk persen
3 3 300
a. = x 100% = % = 60%
5 5 5
7 7 700
b. = x 100% % = 35%
20 20 20
b. Permil
Permil adalah pecahan yang penyebutnya seribu atau pecahan perseribu. Permil
dilambangkan dengan ‰.
𝑎
a‰ = 1.000 dan a‰ dibaca a permil.
5 1 150 3
Misalnya: 5‰ = 1.000 =1.000 ; 150‰ = 1.000 = 20
Pecahan permil antara lain digunakan untuk menyatakan salinitas (kadar garam)
air laut. Misalnya, kadar garam Laut Merah adalah 41‰. Artinya, terdapat 41
gram garam pada setiap 1.000 gram air di Laut Merah.
Contoh:
1) Ubahlah bentuk pecahan berikut menjadi bentuk permil!
1 1
a. = 4 x 1.000‰ = 250‰
4
3 (2 𝑥 10)+ 3 23
b. 210 = = 10 x 1.000‰ = 2.300‰
10
Akan tetapi, jika penyebut kedua pecahan berbeda, maka terlebih dahulu
disamakan dengan menggunakan KPK dari penyebut-penyebutnya. Kemudian,
jumlahkan pembilang-pembilangnya.
Sifat-sifat Penjumlahan :
1. Sifat Asosiatif
(a+b)+c=a+(b+c)
Contoh : (5 + 3 ) + 4 = 5 + ( 3 + 4 ) = 12
2. Sifat Komutatif
a+b=b+a
Contoh : 7 + 2 = 2 + 7 = 9
3. Unsur Identitas terhadap penjumlahan
Bilangan Nol (0) disebut unsur identitas atau netral terhadap penjumlahan
a+0=0+a
Contoh : 6 + 0 = 0 + 6
4. Unsur invers terhadap penjumlahan
Invers jumlah (lawan) dari a adalah -a
Invers jumlah (lawan) dari – a adalah a
a + (-a) = (-a) + a
contoh :
5 + (-5) = (-5) + 5 = 0
5. Bersifat tertutup
Apabila dua buah bilangan bulat ditambahkan maka hasilnya adalah
bilangan bulat juga.
a dan b ∈ bilangan bulat maka a + b = c ; c ∈ bilangan bulat
contoh :
4 + 5 = 9 ; 4,5,9 ∈ bilangan bulat
Contoh:
Hitunglah hasil penjumlahan pecahan berikut!
3 2 3+ 8 5
1) +8 = =8
8 8
1 3 1 (3 𝑥 7)+ 1 21 + 1 28
2) 37 + 57 = 37 = = =
7 7 7
3 (5 𝑥 7)+ 3 35 +3 38 1 3 22 38
57 = = = Jadi, 37 + 57 = +
7 7 7 7 7
22+38 60 4
= = = 87
7 7
3 −1 21 −4 17
3) + ( 7 ) = 28 + ( 28 ) = 28
4
1 1
4) 1,37 + 2,18 = 1,37 = (1 x 1) + (3 𝑥 ) + (7 𝑥 ) 2,18 = (2 x 1) +
10 100
1 1 3 7 1 80 100 30 7
(1 𝑥 ) + (8 𝑥 )=1+ + 100 = 2 + 10 + 100 = + +
10 100 10 100 100 100
200 10 8 137 218
= 100 + 100 + 100 = = 100
100
137 218 355
Jadi, 1,37 + 2,18 = 100 + 100 = 100
1 1
= (3 x 1) + (5 𝑥 ) + (5 𝑥 ) = 3,55
10 100
𝑏
Pecahan campuran a𝑐 dapat ditulis dalam bentuk pecahan tidak murni
(𝑎 𝑥 𝑐)+ 𝑏
.
𝑐
2. PENGURANGAN PECAHAN
Operasi pengurangan pada pecahan merupakan kebalikan dari operasi
penjumlahan pada pecahan. Untuk melakukan pengurangan pada pecahan
berpenyebut sama, cukup mengurangkan pembilangnya.
𝑎 𝑏 𝑎−𝑏
-𝑐 = , dengan c ≠ 0.
𝑐 𝑐
3. PERKALIAN PECAHAN
Dalam perkalian bilangan pecahan : pembilang dikalikan dengan pembilang ;
penyebut dikalikan dengan penyebut
Perkalian bilangan pecahan dengan bilangan bulat :
𝑎 𝑎𝑥𝑏
Rumus xb= ;c≠0
𝑐 𝑐
5 5 4 5𝑥4 20
x4=7x1= =
7 7 7
5 4 5𝑥4 20
x = 7 𝑥 5 = 35
7 5
3) 0,35 x 1,42 =
35 42
0,35 = 100 0,42 = 100
35 42 35 𝑥 42 4.970
Jadi, 0,35 x 0,42 = 100 x 100 = 100 𝑥 100 = 10.000 = 0,497
4. PEMBAGIAN PECAHAN
Pembagian bilangan pecahan dengan bilangan pecahan
𝑎 𝑏 𝑎 𝑑 𝑎𝑥𝑑
Rumus 𝑐 : = 𝑐 x 𝑏 = 𝑐𝑥𝑏
𝑑
dan d ≠ 0
Contoh:
Hitunglah hasil operasi pembagian berikut!
1 6 1 6 8 6𝑥8
1) 6 ∶ 8 = 1 ∶ 8 = 1 x 1 = 1 𝑥 1 = 48
1 1 1 1𝑥1 1
2) ∶ 6 = 8 x 6 = 8 𝑥 6 = 48
8
3 1 3 5 3𝑥5 15 1
3) ∶ 5 = 2 x 1 = 2𝑥1 = = 72
2 2
2 2 (3 𝑥 5)+ 2 17
4) 9 ∶ 35 = 35 = =
5 5
2 17 9 5 9𝑥5 45 11
Jadi, 9 ∶ 35 = 9 ∶ = 1 x 17 = 1 𝑥 7 = 17 = 217
5
5 31 5 100 5 𝑥 100 500 500 ∶100 5
5) 0,05 ∶ 0,31 = ∶ 100 = 100 x = 100 𝑥 31 = 3.100 = 3.100 ∶100 = 31
100 31
5. PERPANGKATAN PECAHAN
𝑎 𝑛
Bilangan berpangkat dapat ditulis dalam bentuk ( ) .
𝑏
𝑎 𝑛 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
(𝑏) = ⏟ x x …x
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
n faktor
𝑎 𝑥 𝑎 𝑥 𝑎 𝑥…𝑥 𝑎
=⏟
𝑏 𝑥 𝑏 𝑥 𝑏 𝑥…𝑥 𝑏
n faktor
𝑎𝑛
=𝑏𝑛Sifat-sifat yang dimiliki oleh perpangkatan bilangan bulat, yaitu sebagai
berikut.
𝑎 𝑚 𝑎 𝑛 𝑎 𝑚+ 𝑛 𝑎𝑚 + 𝑛
1) (𝑏) x (𝑏) = (𝑏) = 𝑏𝑚 + 𝑛
𝑎 𝑚 𝑎 𝑛 𝑎𝑚− 𝑛
2) (𝑏) ∶ (𝑏) = 𝑏𝑚− 𝑛 , dengan m > n
𝑛
𝑎 𝑚 𝑎 𝑚𝑥𝑛 𝑎𝑚 𝑥 𝑛
3) ((𝑏) ) = (𝑏) = 𝑏𝑚 𝑥 𝑛
Contoh:
Hitunglah perpangkatan pecahan berikut!
1 3 1 2
1) (3) x (3) =
1 3+2 1 5 1𝑥1𝑥1𝑥1𝑥1 1
(3) = (3) = = 243
3𝑥3𝑥3𝑥3𝑥3
1 5
( )
2
2) 1 2
=
( )
2
1 5−2 1𝑥1𝑥1 1
(2) = =8
2𝑥2𝑥2
3
1 2
3) ((3) ) =
1 2𝑥3 1 6 1𝑥1𝑥1𝑥1𝑥1𝑥1 1
(3) = (3) = = 729
3𝑥3𝑥3𝑥3𝑥3𝑥1
A. BENTUK BAKU
Bentuk baku biasanya digunakan untuk menyatakan bilangan yang sangat besar
atau sangat kecil agar penulisannya lebih efisien. Sebagai contoh kecepatan cahaya
sekitar 300.000.000 m/detik dapat ditulis 3 x 108 m/detik.
Aturan penulisan bilangan baku adalah sebagai berikut.
1. Untuk bilangan yang lebih besar dari 10 maka penulisan bentuk bakunya
adalah a x 10𝑛 dengan 1 ≤ a < 10 dan n bilangan asli.
2. Untuk bilangan di antara 0 dan 1 maka penulisan bentuk bakunya adalah a
x 10−𝑛 dengan 1 ≤ a < 10 dan n bilangan asli.
Contoh:
Tuliskan bilangan-bilangan berikut dalam bentuk baku!
1) 2.732 =
2.732 adalah bilangan yang lebih besar dari 10. Oleh karena itu, gunakan
aturan a x 10𝑛 dengan 1 ≤ a < 10 dan n bilangan asli. Diperoleh, a = 2,732
dan n = 3. Dengan demikian, bentuk baku dari 2.732 adalah 2,732 x 103 .
2) 1.750.000.000 =
1.750.000.000 adalah bilangan yang lebih besar dari 10. Oleh karena itu
gunakan aturan a x 10𝑛 dengan 1 ≤ a < 10 dan n bilangan asli. Diperoleh, a
= 1,75 dan n = 9. Dengan demikian, bentuk baku dari 1.750.000.000 adalah
1,75x 109 .
3) 0,000253=
0,000253 adalah bilangan yang terletak di antara 0 dan 1. Oleh karena itu,
gunakan aturan a x 10−𝑛 dengan 1 ≤ a < 10 dan n bilangan asli. Diperoleh,
a = 2,53 dan n = 4. Dengan demikian, bentuk baku dari 0,000253 adalah
2,53 x 10−4.
4) 0.0000000062 =
0,0000000062 adalah bilangan yang terletak di antara 0 dan 1. Oleh karena
itu, gunakan aturan a x10−𝑛 dengan 1 ≤ a < 10 dan n bilangan asli.
Diperoleh, a = 62 dan n = 9. Dengan demikian, bentuk baku dari
0,0000000062 adalah 6,2 x 10−9.
PEMBULATAN PECAHAN DESIMAL
Pembulatan pada pecahan desimal berguna untuk menyederhanakan penyajian
agar lebih mudah diamati. Aturan pembulatan pecahan desimal adalah sebagai berikut.
1. Jika angka yang akan dibulatkan tersebut lebih dari atau sama dengan 5 maka
lakukan pembulatan ke atas.
2. Jika angka yang akan dibulatkan tersebut kurang dari 5 maka tidak dilakukan
pembulatan ke atas.
Contoh:
1. Bulatkan 6,321 sampai dua tempat desimal.
6,321 memiliki tiga tempat desimal.
Angka terakhir pada 6,321 adalah 1. Oleh karena 1 < 5, maka pembulatannya adalah
6,32. Dengan demikian, pembulatan 6,321 sampai dua tempat desimal adalah 6,32.
2. Bulatkan 7,461 sampai satu tempat desimal. 7,461 memiliki tiga tempat desimal.
Angka terakhir pada 7,46 adalah 6.
Oleh karena 6 > 5, maka pembulatannya adalah 7,5.
Dengan demikian, pembulatan 7,46 sampai satu tempat desimal adalah 7,5.
3. Bulatkan 5,25 sampai satu tempat desimal.
5,25 memiliki dua tempat desimal.
Angka terakhir pada 5,25 adalah 5 sehingga pembulatannya adalah 5,3.
Jadi, pembulatan 5,25 sampai satu tempat desimal adalah 5,3.
4. Bulatkan 2,455 sampai dua tempat desimal.
2,455 memiliki tiga tempat desimal.
Angka terakhir pada 2,455 adalah 5 sehingga pembulatannya adalah 2,46.
Jadi, pembulatan 2,455 sampai dua tempat desimal adalah 2,46
.
1. Pengurangan Bilangan Bulat
a. Apabila terjadi pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif maka:
1. Bilangan bulat positif dikurangi dengan bilangan bulat positif yang lebih kecil maka
hasilnya dalah bilangan bulat positif
Contoh :
8– 5 = 4
2. Bilangan bulat positif dikurangi dengan bilangan bulat positif yang lebih besar maka
hasilnya adlah bilangan bulat negatif
Contoh :
3 – 6 = -3
b. Apabila terjadi pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif maka:
1. Bilangan bulat negatif dikurangi dengan bilangan bulat negatif yang lebih kecil
maka hasilnya adalah bilangan bulat positif
Contoh :
-6 - (-8) = -6 + 8 = 2 (ingat - 8 < -6 )
2. Bilangan bulat negatif dikurangi dengan bilangan bulat negatif yang lebih besar
maka hasilnya adalah bilangan bulat negatif
Contoh :
-5 – (-3) = -5 +3 = -2 ( -3 > -5 )
3. Bilangan bulat negatif yang dikurangi sama dengan bilangan bulat negatif yang
mengurangi maka hasilnya adalah 0 (nol)
Contoh :
-4 - (-4) = -4 + 4 = 0
c. Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif hasilnya selalu bilangan
bulat positif
contoh :
8 – (-4) = 8 + 4 = 12
d. Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif hasilnya selalu
bilangan bulat negatif
contoh :
-8 – 4 = - 12
2. Cara bersusun
12 x 68 =
Proses perhitungan :
1. kalikan 8 dan 2 (dari angka12), hasilnya 16: tulis angka 6 dan simpan 1
2. kalikan 8 dan 1 (dari angka12), hasilnya 8, ditambah angka simpanan 1
96 hasilnya 9 (dibaris pertama hasilnya 96)
3. kalikan 6 dan 2, hasilnya 12 : tulis angka 2 dan simpan 1
(di bawah angka 9 bergeser 1 kolom ke kiri))
4. Kalikan 6 dan 1, hasilnya 6, ditambah angka simpanan 1
hasilnya 7
5. Ditambahkan hasil (1,2) dan (3,4) = 816
b) Perkalian Bilangan Bulat
- hasil perkalian dua bilangan bulat positif adalah bilangan bulat positif
(+) x (+) = (+)
Contoh: 7 x 6 = 6 x 7 = 42
-hasil perkalian bilangan bulat positif dan negatif hasilnya adalah bilangan bulat negatif
(+) x (-) = (-)
Contoh : 3 x -4 = -12
-hasil perkalian dua bilangan bulat negatif hasilnya adalah bilangan bulat positif
(-) x (-) = (+)
Contoh : -4 x -5 = 20
c) Perkalian dan Sifat-sifatnya
1. Sifat Asosiatif
(a x b) x c = a x (b x c)
Contoh: (2 x 3) x 4 = 2 x (3x4) = 24
2. Sifat komutatif
axb=bxa
Contoh : 5 x 4 = 4 x 5 = 20
3. Sifat distributif
a x (b+c) = (a x b ) + (a x c)
Contoh : 3 x ( 2 +6) = (3 x 2) + (3 x 6) = 24
5. Bersifat tertutup
Jika dua bilangan bulat dikalikan maka hasilnya adalah bilangan bulat juga
a x b = c ; a, b, c ∈ bilangan bulat
4. Pembagian
Pembagian dan Sifat-sifatnya
1. Hasil bagi dua bilangan bulat positif adalah bilangan positif
(+) : (+) = (+)
Contoh : 8 : 2 = 4
3. Hasil bagi dua bilangan bulat yang berbeda adalah bilangan negatif
(+) : (-) = (-)
(-) : (+) = (-)
Contoh : 6 : -2 = -3
-12 : 3 = -4
(8:2) : 4 ≠ 8 : (2:4) → 1 ≠ 16
Sejumlah n faktor
Contoh : 43 = 4 x 4 x 4 = 64
35 = 3 x 3 x 3 x 3 x 3 = 24
d. PENAKSIRAN HASIL OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN
Cara termudah untuk melakukan penaksiran pada bilangan pecahan adalah dengan
membulatkan bilangan pecahan tersebut ke bilangan bulat yang paling dekat.
Perhatikan contoh-contoh berikut.
Contoh:
Taksirkan hasil operasi bilangan pecahan berikut!
2 1
1. + 67 =
3
2
Bilangan bulat yang terdekat dengan 3 adalah 1.
1
Bilangan bulat yang terdekat dengan 67 adalah 6.
2 1
Dengan demikian, taksiran dari 3 + 67 adalah 1 + 6 = 7.
2 1
Dapat ditulis, 3 + 67 = 7.
1 4
2. 35 - 19 =
1
Bilangan bulat yang terdekat dengan 35 adalah 3.
4
Bilangan bulat yang terdekat dengan 19 adalah 1.
1 4
Dengan demikian, taksiran dari 35 - 19 adalah 3 – 1 = 2
1 4
Dapat ditulis, 35 - 19 = 2
1 1
3. 62 x 210 =
1
Bilangan bulat yang terdekat dengan 62 adalah 7.
1
Bilangan bulat yang terdekat dengan 210 adalah 2.
1 1
Dengan demikian, taksiran dari 62 - 210 adalah 7 x 2 = 14
1 1
Dapat ditulis, 62 x 210 = 14
3 3
4. 94 : 29 =
3
Bilangan bulat yang terdekat dengan 94 adalah 10.
3
Bilangan bulat yang terdekat dengan 29 adalah 2.
3 3
Dengan demikian, taksiran dari 94 : 29 adalah 10 : 2 = 5
3 3
Dapat ditulis, 94 : 29 = 5
Konsep dan Operasi Hitung Bilangan
Aritmetika bilangan asli, bilangan bulat, bilangan rasional, dan bilangan real umumnya
dipelajari oleh anak sekolah, yang mempelajari algoritma manual aritmetika. Namun demikian,
banyak orang yang lebih suka menggunakan alat-alat seperti kalkulator, komputer, atau sempoa
untuk melakukan perhitungan aritmetika.
Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan negatif, nol, dan bilangan positif.
Bilangan bulat terdiri dari bilangan cacah (0, 1, 2, …) dan negatifnya (-1, -2, -3, …; -0 adalah
sama dengan 0 dan tidak dimasukkan lagi secara terpisah). Bilangan bulat dapat dituliskan
tanpa komponen desimal atau pecahan.
Apabila dalam suatu soal cerita terdapat suatu bilangan yang didahului atau diikuti kata-kata;
mundur, turun, kalah, rusak, mati, rugi, dibawah, dipakai, diminta, atau utang, maka maknanya
sebagai bilangan negatif. Contoh Suhu di kota Tokyo 6 dibawah nol, artinya suhu di kota Tokyo
-6
Operasi Pecahan
3. Operasi Campuran
2. Ani akan membuat hiasan bingkisan lebaran dari pita. Setiap bingkisan memerlukan
1
pita yang panjangnya 22 m. Berapa m pita yang diperlukan untuk membuat hiasan 5
bingkisan?
Jawab:
1 1 1 1 1
(5 x 2 2)m = {5x (2 + 2) }m = {(5 x 2) + (5 x 2) }m = (10 + 22)m = 122m.
1
Jadi pita yang diperlukan 122m.
4n = 60
4n : 4 = 60 : 4
n = 15
jadi dita telah menjaga tokonya 15 hari.
2. Tinggi badan dhiar dan dhika masing-masing 150 cm dan 180 cm. Maka perbandingan
tinggi dhiar dan dhika adalah 150 : 180 atau 5 : 6 dengan masing-masingdibagi 30 yang
dikatakan sebagai pembanding. Sehingga dapar dikatakan bahwa tinggi dhiar : tinngi
5
dhika = 5 : 6 atau tinngi dhiar adalah 6 tinggi dhika.
3. Panjang dan lebar suatu persegi panjang mempunyai perbandingan 5 : 3, jika luas
persegi panjang itu 240cm², maka tentukan ukuran panjang dan lebar dari persegi
panjang itu
Penyelesaian:
Diketahui: P:1 = 5
Luas pp = 240cm²
Jawab:
Luas pp = 240cm²
Misal perbadingannya n maka panjang dan lebar dari persegi panjang itu adalah 5n : 3n
Luas persegi panjang = p x l = 240cm²
Jadi 5n x 3n = 240
15n² = 240
15n² : 15 = 240 : 15
n² = 16
n = √16 = 4
jadi panjang = 5n = (5 x 4)cm = 20cm
lebar = 3n = (3 x 4)cm = 12cm