Anda di halaman 1dari 8

Buku : Walpole

1. Probability & Statistics


1

2. Metoda statistika

Sudjana

STATISTIK : Kata statistik untuk menyatakan kumpulan data,bilangan maupun non bilangan yang disusun dalam table atau diagram, yang menggambarkan suatu persoalan. Misal : Statistik pendidikan, statistik kelahiran, statistik penduduk dll. STATISTIKA : Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan, penganalisisan dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan. Digolongkan : 1. Statistika matematis : Disini didasarkan matematika yg kuat krn yang dibahas antara lain penurunan sifat-sifat, dalil-dalil rumusrumus, menciptakan model-model, dan segi-segi lainnya lagi yang teoritis dan matematis. 2. Statistika teoritis mempelajari statistika semata-mata dr segi penggunaannya, aturan-aturan, rumus-rumus, sifat-sifat yang telah diciptakan oleh statistika teoritis. Data statistik dibedakan : 1. Data diskrit : data dari hasil menghitung contoh : Kabupaten B sudah membangun 85 gedung sekolah, Si A mempunyai lima anak laki-laki dan tiga anak perempuan dll. 2. Data kontinu : data dari hasil pengukuran contoh : Tinggi saya 155m, luas rumah 425 m2, kecepatan mobil itu 60 km/jam dll. Ruang sampel : Definisi 1a : Informasi yang dicatat dan dikumpulkan dalam bentuk aslinya, baik dlm bentuk hitungan maupun pengukuran,disebut data mentah. Definisi 1b : Gugus semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan statistika disebut ruang sampel dan dinyatakan dg lambang S.

2 Tiap hasil dlm ruang sampel disebut unsur atau anggota ruang sample tsb.( titik sampel) Misal :- ruang sampel S dari lantunan mata uang dapat dituliskan S = M,B M = muka , B = belakang Ruang sampel yang anggotanya tak hingga banyaknya dapat dituliskan : S = x x suatu kota yang penduduknya lebih 1 juta
Tanda ini dibaca bila dan jika.

Contoh : Suatu percobaan melantunkan sebuah dadu. Bila diselidiki nomor yang muncul dimuka sebelah atas, maka sampelnya : S1 = 1, 2, 3, 4, 5, 6 Bila yang diselidiki apakah nomor ganjil atau genap, maka sampelnya : S2 = ganjil, genap Dalam hal ini lebih baik kita menggunakan ruang sampel memberikan informasi terbanyak. Kejadian :

yang ruang ruang yang

Definisi 1 : Kejadian adalah himpunan dari ruang sampel. Misal : A = tl tl < 7 himpunan bagian ruang sampel S= tl tl 3 Definisi 2 : kejadian yg hanya mengandung satu unsur ruang sampel disebut kejadian sederhana. Suatu kejadian majemuk ialah kejadian yg dapat dinyatakan sebagai gabungan beberapa kejadian sederhana . Misal: Kejadian menarik sebuah kartu heart dari sekotak kartu bridge Merupakan himpunan bagian A = {heart } dari ruang sampel S = { heart, spade, club, diamond }.Jadi A merupakan kejadian Sederhana. Tetapi kejadian B menarik kartu merah merupakan kejadian majemuk karena B = {heart Diamond } = { heart, Diamond }. Definisi 3 : Ruang nol atau ruang hampa ialah himpunan bagian ruang sampel yg tidak mengandung unsur. Himpunan seperti ini dinyatakan dengan lambang . - Bila A menyatakan kejadian menemukan suatu organisme Mikroskopis dengan mata telanjang dlm suatu percobaan biologi maka A= - Begitu pula B = { x x pembagi 7 yang bukan bilangan prima} Maka B = , karena pembagi 7 yang mungkin hanya 1 dan 7 dan keduanya bilangan prima. 3

Operasi Dengan Kejadian : Kita akan membahas operasi yg menyangkut kejadian yg akan menghasilkan kejadian baru. Dimana kejadian baru ini masih tetap merupakan himpunan bagian ruang sampel semula. Definisi 1 : Irisan kedua kejadian A dan B, dinyatakan dengan lambang A B, ialah kejadian yg unsurnya termasuk dalam A dan B. Misal : A = { 1,2,3,4,5 } dan B = { 2,4,6,8 } maka A B = { 2,4 }. Definisi 2 : Dua kejadian A dan B saling terpisah bila A B = (hampa). Misal : Sebuah dadu dilantunkan. A menyatakan kejadian bilangan genap muncul diatas dan B kejadian bilangan ganjil muncul diatas. Kejadian A = { 2,4,6 } dan B = { 1,3,5 }dua kejadian tdk punya titik pesekutuan oleh karena itu kejadian A dan B saling terpisah. AB= Definisi 3 : Gabungan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan lambang A B, ialah kejadian yg mengandung semua unsur yg termasuk A atau B atau keduanya. Misal : A = { 2,3,5,8 } dan B = { 3,6,8 } maka A B = { 2,3,5,6,8 }. Definisi 4 : Komplemen suatu kejadian A terhadap S ialah himpunan semua unsur S yang tidak termasuk A. Komplemen A dinyatakan dengan lambang A. Misal : Ruang sampel S = { buku,rokok,cangkul,montir,lemari,es } Jika A ={rokok,montir,lemari} maka A= {buku,cangkul,es}. Menghitung titik sampel : Teorema 1a : Bila suatu operasi dapat dilakukan dg n 1 cara, dan bila untuk tiap cara ini operasi kedua dapat dikerjakan dg n 2 cara, maka kedua operasi itu dapat dikerjakan bersama-sama dengan n 1n2 cara. Contoh : Berapa banyak titik sampel dalam ruang sampel bila sepasang dadu dilantunkan sekali ? Jawab : jadi banyak titik sampel = (6) (6) = 36 4 Teorema 1b : Bila suatu operasi dpt dikerjakan dg n1 cara dan bila utk setiap cara ini operasi kedua dapat dikerjakan dg n 2 cara dan bila utk setiap kedua cara operasi tersebut operasi ketiga dpt dikerjakan dg n 3

cara dan seterusnya maka deretan k operasi dpt dikerjakan dengan n1n2..nk cara. Contoh : Berapa macam hidangan dapat disajikan bila masing2 hidangan dapat terdiri atas sop,nasi goreng,bakmi dan soto. Bila tersedia 4 macam sop, 3 macam nasi goreng, 5 macam bakmi & 4 macam soto ? Jawab : Maka jumlah hidangan semuanya = (4)(3)(5)(4) = 240. Teorema 1c : Banyak permutasi n benda yang berlainan adalah n! Contoh : Banyak permutasi empat huruf a, b, c dan d adalah = 4 != 24 Teorema 1 : Bnyk permutasi (susunan yg dpt dibentuk dr suatu kumpulan benda yg diambil sebagian atau seluruhnya) n benda berlainan bila diambil r sekaligus adalah : P = Contoh1: Dr 20 lotere, 2 diambil utk hadiah pertama dan kedua. Hitunglah bnyk titik sampel dalam ruang S
n r

n! (n r )!

Jawab : 20P2 =

20! = 20! (20 2)! 18!

= ( 20)(19) = 380

Contoh2: Berapa bnyk jadwal yg dpt disusun cabang himpunan mahasiswa informatika untuk 3 penceramah dalam 3 pertemuan bila ketiganya bersedia berceramah tiap hari selama 5 hari? Jawab : Bnyknya jadwal yg dpt disusun. P = = (5)(4)(3) = 60 Teorema 2 : Bnyknya permutasi yg berlainan dr n benda bila n 1 diantaranya berjenis pertama, n2 berjenis kedua, ., nk berjenis ke k adalah.
5 3

5! 2!

n! n1! n2!...nk!

5 Contoh : Pohon natal dihias dengan 9 bola lampu yang dirangkai seri. Ada berapa cara menyusun 9 Bola lampu itu bila 3 diantaranya berwarna merah, 4 kuning dan 2 biru? Jawab: Bnyknya susunan yg berlainan ada 1260 cara Teorema 3: Bnyknya cara menyekat n benda dlm r sel, masing-masing berisi n1 elemen dlm sel pertama, n2 dalam sel kedua, dst..,adalah
9! 3!4!2! =

n n! n1, n2, ,nr n1! n2! nr! Dengan n1 + n2 + + nr = n Contoh : Berapa bnyk cara untuk menampung 7 petinju dlm kamar hotel, bila 1 kamar bertempat tidur 3 sedang 2 lainnya punya 2 tempat tidur ? Jawab : Jml seluruh sekat adalah. 7 7! 3, 2, 2 3! 2! 2! = 210 Teorema 4 : Jml kombinasi dari n benda yg berlainan bila diambil sebanyak r adalah. n n!

r! (n - r )!

Contoh : Bila ada 4 kimiawan dan 3 fisikawan, carilah banyaknya panitia 3 orang yg dpt dibuat yg beranggotakan 2 kimiawan dan 1 fisikawan. Jawab: Banyaknya cara memilih 2 kimiawan dr 4 adalah : 4 4! 2 2! 2! =6 Banyaknya cara memilih seorang fisikawan dr 3 adalah: 3 3! 1 1! 2! =3 Jadi banyak panitia yg dpt dibentuk yg beranggotakan 2 kimiawan dan 1 fisikawan = (6) (3) = 18 6 PELUANG SUATU KEJADIAN Definisi peluang : Untuk menentukan peluang kejadian A, semua bobot titik sampel dalam A dijumlahkan. Jumlah ini dinamakan ukuran A atau peluang A dan dinyatakan dengan P(A). Jadi ukuran himpunan adl nol dan ukuran S adl 1 sehingga dapat dituliskan : 0 P(A) 1, P() = 0 dan P(S) = 1 Contoh : Suatu dadu diberati sedemikian rupa sehingga kemungkinan muncul suatu bilangan bulat 2x lebih besar daripada kemungkinan

muncul suatu bilangan ganjil. Bila K menyatakan kejadian munculnya suatu bilangan yang lebih kecil dari 4 dalam 1 lantunan, hitunglah P(K). Jawab : Ruang sampel S = 1, 2, 3, 4, 5, 6 Misalkan bobot tiap bilangan ganjil b maka bobot tiap bilangan bulat adl 2b. Karena jumlah semua bobot 1 maka 3b + 3(2b) = 1 9b = 1 b = 1/9 Jadi tiap bilangan ganjil berbobot = 1/9 dan tiap bilangan geNap berbobot 2/9. Jadi P(K) = 1/9 + 2/9 + 1/9 = 4/9. Teorema : Bila suatu percobaan dapat menghasilkan N macam hasil yang berkemungkinan sama, dan bila tepat sebanyak n dari hasil berkaitan dengan kejadian A, maka peluang kejadian A adalah : P (A) = Contoh : Bila satu kartu ditarik dari satu kotak kartu brige ( berisi 52) Hitunglah peluangnya bahwa kartu itu heart. Jawab : Jumlah hasil yang mungkin adalah 52, 13 diantaranya heart Jadi peluang kejadian A menarik satu kartu heart adalah : P(A) =
n N n N

13 52

= 1/4

7 BEBERAPA HUKUM PELUANG Sering lebih mudah menghitung peluang suatu kejadian dari peluang kejadian lain yg diketahui. Ini terutama sekali benar bila kejadian yg dimaksud dapat dinyatakan sebagai gabungan dua kejadian lain atau komplemen suatu kejadian. Beberapa hukum yang dapat menyederhanakan perhitungan peluang. Teorema 1 : Aturan penjumlahan yaitu bila A dan B dua kejadian sembarang , maka : P(A B)= P(A) + P(B) P(AB) Akibat 1 Bila A dan b kejadian terpisah , maka : P(A B) = P(A) + P(B)

Akibat 1 dapat diturunkan langsung dari teorema 1, karena bila A dan B terpisah maka A B = sehingga P(AB) = P() = 0. Akibat 2 Bila A1, A2, A3,,An saling terpisah, maka : P(A1 A2 .. An) = P(A1) + P(A2) + + P(An) Contoh : Peluang seorang mahasiswa lulus matematika 2/3 dan peluangnya lulus statistika 4/9. Bila peluangnya lulus paling sedikit satu mata kuliah 4/5. berapakah peluangnya lulus dalam kedua mata kuliah ? Jawab : bila M menyatakan kejadian lulus matematika dan B kejadian lulus statistika maka menurut teorema 1 : P(MB) = P(M) + P(B) P(M B) = 2/3 + 4/9 4/5 = 14/45 Contoh : Berapakah peluangnya mendapatkan jumlah 7 atau 11 bila dua dadu dilantunkan ? Jawab: Misalkan A kejadian jumlah 7 muncul dan B jumlah 11 yg muncul. Jumlah 7 dapat muncul dlm 6 dari 36 titik sampel dan jumlah 11 dlm 2 titik sampel. Karena semua titik sampel berkemungkinan sama maka P(A) = 6/36=1/6 dan P(B) = 2/36=1/18. Kejadian A dan B saling terpisah karena jumlah 7 dan 11 tak dpt terjadi pd lantunan yg sama, sehingga P(A B) = P(A) + P(B) = 1/6 + 1/18 = 2/9 8 Theorema 2 : Bila A dan A kejadian yang saling berkomplemen, maka : P ( A ) = 1 P( A ) Bukti : Karena A U A = S dan A A = maka : 1=P(S) = P ( A U A ) = P ( A ) + P ( A ) Sehingga : P ( A ) = 1 P ( A ) Contoh : Suatu matang uang setangkup dilantumkan berturut turut sebanyak 6 kali. Berapakah peluangnya paling sedikit muncul muka ? Jawab : Misalkan E kejadian paling sedikit sekali muncul muka. Ruang

Sampel S mengandung 26 = 64 titik sampel, karena tiap lantunan dapat menghasilkan dua macam hasil ( muka atau belakang ). Kita tahu , P( E ) = 1 P( E ), bila E menyatakan kejadian bahwa tidak ada muka yang muncul. Hal ini hanya akan terjadi dalam satu cara, yaitu bila semua lantunan menghasilkan belakang. Jadi P ( E ) = 1/ 64 sehingga P ( E ) = 1 1/ 64 = 63/ 64

Anda mungkin juga menyukai