1. Ketaksamaan AM – GM dan QM – AM – GM –
HM
Ketaksamaan AM – GM merupakan ketaksamaan yang paling sering
digunakan dalam olimpiade matematika SMA. AM kepanjangannya
adalah Arithmetic Means atau rata-rata aritmatika, dan
GM kepanjangannya adalah Geometric Means atau rata-rata geometris.
Terbukti.
Selain ketaksamaan AM – GM, ada juga sifat ketaksamaan yang lebih luas,
yaitu ketaksamaan QM – AM – GM – HM. QM merupakan singkatan
dari quadratic means atau rata-rata kuadrat, dan HM merupakan
singkatan dari harmonic means atau rata-rata harmonis.
Sifat ketaksamaan:
Contoh soal:
Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi
Jawaban:
Karena pangkat variabel x genap, maka pasti positif, sehingga berlaku
ketaksamaan AM – GM:
Penyelesaian:
Berdasarkan teorema Fermat berlaku:
atau
Jelas maka:
Menghitung :
Maka: .
3. Induksi Matematika
Induksi matematika merupakan suatu metode pembuktian dalam
matematika untuk menyatakan suatu pernyataan adalah benar untuk
semua bilangan asli.
Langkah-langkah Induksi Matematika
Penyelesaian:
Langkah 1:
f(1) = 1 x 2 = 2
Maka pernyataan tersebut bernilai benar untuk n = 1.
Langkah 2:
Misalkan pernyataan tersebut bernilai benar untuk n = k, yaitu:
f(k) = 1 x 2 + 2 x 3 + 3 x 4 + + k (k + 1) = . (persamaan
1)
Maka akan kita buktikan bahwa pernyataan tersebut juga benar untuk n =
k + 1, yaitu:
f(k + 1) = 1 x 2 + 2 x 3 + 3 x 4 + + k (k + 1) + (k + 1)(k + 2)
= (persamaan 2)
4. Prinsip Keterbagian
Materi tentang keterbagian tidak diajarkan dalam pelajaran rutin
matematika SMA, padahal soal tentang ini biasanya sering dipakai di
dalam event olimpiade matematika SMA baik di level OSK atau OSP, yakni
pada bab teori bilangan.
Keterbagian adalah sifat yang harus dimiliki suatu bilangan agar bilangan
tersebut habis dibagi oleh bilangan yang lain. Makna ‘habis’ dalam hal ini
adalah bahwa jika dilakukan pembagian, maka hasilnya berupa bilangan
bulat, bukan pecahan.
Contoh:
36 habis dibagi 12, hasilnya adalah 3.
36 tidak habis dibagi 5, karena menghasilkan 7 dan masih sisa 1.
Jika a habis dibagi oleh b, atau dalam bahasa lain 'b membagi habis a',
maka dapat dinyatakan dengan b|a .
Sifat-sifat keterbagian:
Misalkan a, b, c, k, dan m merupakan bilangan-bilangan bulat, maka
berlaku:
a|a
a|0
1|a
Jika a , maka a
Jika ab , maka a dan b
Jika a dan b , maka a
Jika a dan a a , maka a
Jika a dan b , maka ab jika a dan b relatif prima.
Penyelesaian:
Jelas 72 = 8×9, serta 8 dan 9 saling relatif prima
Maka bilangan tersebut habis dibagi 8 dan 9.
Karena habis dibagi , maka tiga angka terakhir dari bilangan
tersebut habis dibagi 9. Berarti, 79b habis dibagi 8. Ternyata yang
memenuhi hanya b = 2.
Berikutnya, a679b juga habis dibagi 9. Maka agar habis dibagi 9, jumlah
digit-digitnya haruslah habis dibagi 9. Jumlah digitnya adalah a + 6 + 7 +
9 + 2 = 24 + a. Agar 24 + a habis dibagi 9, maka yang memenuhi hanya
a = 3.
Contoh:
1. Buktikan bahwa untuk setiap 8 orang, akan terdapat minimal 2 orang
yang lahir pada hari yang sama.
Bukti:
Karena jumlah hari ada 7 dan jumlah orangnya ada 8 orang, maka akan
terdapat minimal 2 orang yang lahir pada hari yang sama.
Penyelesaian:
Agar didapat sepasang kaos kaki yang berwarna sama dari 5 warna kaos
kaki, maka kita harus mengambil minimal 6 buah kaos kaki, sehingga
dapat dipastikan akan didapat sepasang kaos kaki yang berwarna sama,
sesuai dengan prinsip pengisian rumah burung.
6. Teorema Eratosthenes
Teorema Erathosthenes adalah salah satu teorema yang sering dipakai
dalam pembuktian teori bilangan terutama yang berkaitan dengan
bilangan prima. Secara ringkas penggunaan Teorema Erathosthenes
adalah untuk mempermudah menentukan suatu bilangan sembarang
yang termasuk ke dalam bilangan prima atau komposit.
Teorema Erathosthenes:
Suatu bilangan N adalah bilangan prima jika tidak ada bilangan prima p
yang lebih kecil dari ( ) yang habis membagi N.
- Bilangan 289 bukan bilangan prima karena jika kita membagi 289
dengan 2, 3, 5, 7, 11, 13, dan 17, ternyata 17 habis membagi 289 (17 x
17 = 289).
Catatan:
Pengertian bilangan prima adalah bilangan bulat positif yang hanya
mempunyai dua faktor, yaitu 1 dan bilangan itu sendiri.
7. Persamaan Diophantine
Persamaan Diophantine merupakan persamaan yang solusinya harus
berada di himpunan bilangan bulat. Koefisien persamaan ini juga harus
bilangan bulat.
Sebagai contoh,
Contoh Soal:
Tentukan semua bilangan bulat yang memenuhi persamaan berikut: 15x+
6y=189
Penyelesaian:
Menentukan nilai gcd-nya : 15 = 6 x 2 + 3 dan 6 = 3 x 2 + 0.
Sisa terakhir adalah gcd-nya. Jadi, gcd (15,6) = 3.
Jelas 189 itu habis dibagi 3. Atau biasa ditulis 3 | 189. Artinya, persamaan
itu punya solusi x dan y.
3 = 15 - 6 x 2
3 = 1 x 15 - 2 x 6 (dikali 63)
189 = 63 x 15 - 126 x 6
Jadi ditemukan 1 solusi, yaitu x = 63 dan y = -126 (lihat bentuk
gcd(a,b)=ax +by).
Menemukan semua solusi:
Tentukan gradien: m= -15/6 = -5/2.
Jelas bahwa jika suatu titik ditambah dengan gradien, maka hasilnya
adalah bilangan bulat juga.
Jadi didapat semua solusi dalam bentuk parameter k:
y = -126 - 5 k
x = 63 + 2k, untuk k adalah semua bilangan bulat.
Masukkan sembarang bilangan k, misalnya k= 30.
Maka: y = -126 + 5.30 = 24
dan x = 63 - 2.30 = 3.
Jadi persamaannya menjadi :
y = 24 + 5k dan x = 3 - 2k, untuk k sebarang bilangan bulat.
Penyelesaian:
Menentukan nilai gcdnya : gcd (15,6) = 3.
Jelas 190 tidak habis dibagi 3.
Jadi persamaan di atas tidak mempunyai solusi untuk semua bilangan
bulat x dan y.
Contoh: