Anda di halaman 1dari 9

MATERI OSN MATEMATIKA SMA

pakno Monday, June 13, 2016 OSN Matematika

Materi OSN Matematika SMA | Kegiatan Olimpiade Sains Nasional yang


diselenggarakan tiap tahun oleh Kemdikbud adalah sebuah ajang
bergengsi untuk siswa yang salah satu tujuannya adalah untuk
menumbuhkembangkan budaya kompetitif yang sehat di kalangan siswa
SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA.

Sebagai bahan persiapan menyongsong event Olimpiade Sains Nasional


khususnya mapel Matematika jenjang SMA, berikut ini akan saya bagikan
materi yang diujikan di dalam OSN matematika SMA.

Materi soal-soal olimpiade matematika SMA biasanya bersumber


pada buku-buku pelajaran, buku-buku penunjang dan bahan lain yang
relevan. Penekanan soal OSN matematika SMA adalah pada aspek
penalaran, pemecahan masalah dan komunikasi dalam matematika.
Karakteristik soal OSN Matematika SMA adalah nonrutin dengan dasar
teori yang diperlukan cukup dari teori yang diperoleh di SMP dan SMA
saja. Akan tetapi untuk bisa menjawab soal, siswa memerlukan
kematangan matematika dengan taraf lanjut berupa wawasan,
kecermatan, kejelian, kecerdikan, cara berpikir dan pengalaman dengan
matematika. Silabus materi olimpiade matematika SMA/MA mengacu
kepada silabus International Mathematics Olympiad (IMO) dan dapat
digolongkan ke dalam empat hal, yaitu:
1. Teori Bilangan
2. Aljabar
3. Geometri
4. Kombinatorika

Berikut ini beberapa teori-teori dalam matematika yang biasanya dipakai


untuk menyelesaikan soal-soal OSN matematika SMA.

1. Ketaksamaan AM – GM dan QM – AM – GM –
HM
Ketaksamaan AM – GM merupakan ketaksamaan yang paling sering
digunakan dalam olimpiade matematika SMA. AM kepanjangannya
adalah Arithmetic Means atau rata-rata aritmatika, dan
GM kepanjangannya adalah Geometric Means atau rata-rata geometris.

Sifat ketaksamaan: Jika x dan y merupakan bilangan real


positif, maka berlaku ketaksamaan:

Kesamaan didapat saat Ruas kiri merupakan AM dan ruas


kanan merupakan GM. Kesamaan ini didapat dari sifat bahwa kuadrat dari
suatu bilangan selalu positif.
Berikut ini bukti ketaksamaan AM - GM untuk 2 bilangan:
Misal p dan q yang keduanya merupakan bilangan real positif.
Karena kuadrat suatu bilangan selalu positif, maka kita dapat:

Terbukti.
Selain ketaksamaan AM – GM, ada juga sifat ketaksamaan yang lebih luas,
yaitu ketaksamaan QM – AM – GM – HM. QM merupakan singkatan
dari quadratic means atau rata-rata kuadrat, dan HM merupakan
singkatan dari harmonic means atau rata-rata harmonis.
Sifat ketaksamaan:

Kesamaan dicapai saat

Contoh soal:
Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi

Jawaban:
Karena pangkat variabel x genap, maka pasti positif, sehingga berlaku
ketaksamaan AM – GM:

Karena pada soal dinyatakan bahwa ,


sedangkan berdasarkan ketaksamaan AM – GM didapat , maka
ketaksamaan tersebut hanya dipenuhi jika .
Jadi, memenuhi ketaksamaan saat atau sehingga yang
memenuhi adalah atau

2. Teorema Kecil Fermat


Teorema Fermat adalah teori matematika yang juga sering dipakai di
dalam soal-soal OSN matematika SMA, yaitu pada bagian teori bilangan,
Ada dua teorema Fermat yang paling dikenal, yaitu teorema kecil
Fermat (Fermat’s little theorem) dan teorema terakhir Fermat (Fermat’s
last theorem). Tetapi yang sering dipakai dalam mengerjakan soal OSN
matematika adalah teori yang pertama.

Teorema kecil Fermat


Misalkan a bilangan bulat positif dan sebuah bilangan prima, maka:
Atau biasa juga ditulis dengan
dengan a bilangan bulat positif yang relatif prima terhadap bilangan
prima p.
Ini berarti selalu habis dibagi p dengan p merupakan bilangan
prima.

Teorema terakhir Fermat


Teorema fermat yang terakhir menyatakan bahwa tidak ada bilangan
asli yang memenuhi untuk (teori fermat yang cukup
kontroversial, karena menyisakan persoalan kepada matematikawan
sedunia untuk membuktikan kebenarannya dan sampai saat ini belum ada
pembuktian/penjelasan yang dapat diterima oleh masyarakat matematika
dengan bahasa yang sederhana)

Contoh soal penggunaan teori kecil Fermat:


Hitunglah sisa dari dibagi 41

Penyelesaian:
Berdasarkan teorema Fermat berlaku:
atau
Jelas maka:

Menghitung :

Maka: .

3. Induksi Matematika
Induksi matematika merupakan suatu metode pembuktian dalam
matematika untuk menyatakan suatu pernyataan adalah benar untuk
semua bilangan asli.
Langkah-langkah Induksi Matematika

Misalkan suatu pernyataan yang dinyatakan berlaku untuk semua


bilangan asli n.
Untuk membuktikan apakah pernyataan ini bernilai benar atau tidak untuk
semua bilangan asli, ada dua langkah yang dilakukan, yaitu:
Jika benar, dan
Jika benar yang mengakibatkan juga benar,
Maka bernilai benar untuk setiap bilangan asli n.

Contoh Soal Induksi Matematika:


Buktikan bahwa untuk setiap bilangan asli n berlaku:
f(n) = 1 x 2 + 2 x 3 + 3 x 4 + + n (n + 1) = n (n + 1)(n + 2).

Penyelesaian:
Langkah 1:
f(1) = 1 x 2 = 2
Maka pernyataan tersebut bernilai benar untuk n = 1.

Langkah 2:
Misalkan pernyataan tersebut bernilai benar untuk n = k, yaitu:
f(k) = 1 x 2 + 2 x 3 + 3 x 4 + + k (k + 1) = . (persamaan
1)
Maka akan kita buktikan bahwa pernyataan tersebut juga benar untuk n =
k + 1, yaitu:
f(k + 1) = 1 x 2 + 2 x 3 + 3 x 4 + + k (k + 1) + (k + 1)(k + 2)
= (persamaan 2)

Dari persamaan 1 tadi, kita tambahkan (k + 1)(k + 2) pada kedua ruas,


menjadi:
1x2+2x3+3x4+ + k (k + 1) + (k + 1)(k + 2) = +
(k + 1)(k + 2)

Persamaan terakhir ini sama dengan persamaan 2 di atas.


Terbukti jika untuk n = k benar maka untuk n = k + 1 juga benar.
Jadi terbukti pernyataan tersebut bernilai benar untuk setiap bilangan
asli n.

4. Prinsip Keterbagian
Materi tentang keterbagian tidak diajarkan dalam pelajaran rutin
matematika SMA, padahal soal tentang ini biasanya sering dipakai di
dalam event olimpiade matematika SMA baik di level OSK atau OSP, yakni
pada bab teori bilangan.
Keterbagian adalah sifat yang harus dimiliki suatu bilangan agar bilangan
tersebut habis dibagi oleh bilangan yang lain. Makna ‘habis’ dalam hal ini
adalah bahwa jika dilakukan pembagian, maka hasilnya berupa bilangan
bulat, bukan pecahan.

Contoh:
36 habis dibagi 12, hasilnya adalah 3.
36 tidak habis dibagi 5, karena menghasilkan 7 dan masih sisa 1.
Jika a habis dibagi oleh b, atau dalam bahasa lain 'b membagi habis a',
maka dapat dinyatakan dengan b|a .
Sifat-sifat keterbagian:
Misalkan a, b, c, k, dan m merupakan bilangan-bilangan bulat, maka
berlaku:
a|a
a|0
1|a
Jika a , maka a
Jika ab , maka a dan b
Jika a dan b , maka a
Jika a dan a a , maka a
Jika a dan b , maka ab jika a dan b relatif prima.

Uji Habis Dibagi


Berikut ini beberapa sifat suatu bilangan habis dibagi oleh bilangan yang
lain.
Misalkan N suatu bilangan bulat, maka berlaku :
- N akan habis dibagi oleh 2, jika bilangan tersebut genap.
- N akan habis dibagi oleh 3, jika jumlah digit-digitnya habis dibagi 3.
- N akan habis dibagi oleh 4, jika dua angka terakhir habis dibagi 4
- N akan habis dibagi oleh 5, jika angka terakhir (angka satuan) nya 0 atau
5
- N akan habis dibagi oleh 8, jika tiga angka terakhirnya habis dibagi 8
- N akan habis dibagi oleh 9, jika jumlah digit-digitnya habis dibagi 9
- N akan habis dibagi oleh 11, jika selisih jumlah bilangan pada posisi
genap dengan pada posisi ganjil habis dibagi 11
- N akan habis dibagi oleh jika angka terakhirnya habis dibagi oleh .
- N akan habis dibagi oleh jika angka terakhirnya habis dibagi oleh

Contoh soal OSN matematika bab keterbagian :


Diketahui a679b merupakan bilangan bulat lima digit. Jika bilangan
tersebut habis dibagi oleh 72, tentukan nilai dari a dan b. (Canadian
Mathematical Olympiad 1980)

Penyelesaian:
Jelas 72 = 8×9, serta 8 dan 9 saling relatif prima
Maka bilangan tersebut habis dibagi 8 dan 9.
Karena habis dibagi , maka tiga angka terakhir dari bilangan
tersebut habis dibagi 9. Berarti, 79b habis dibagi 8. Ternyata yang
memenuhi hanya b = 2.
Berikutnya, a679b juga habis dibagi 9. Maka agar habis dibagi 9, jumlah
digit-digitnya haruslah habis dibagi 9. Jumlah digitnya adalah a + 6 + 7 +
9 + 2 = 24 + a. Agar 24 + a habis dibagi 9, maka yang memenuhi hanya
a = 3.

5. Prinsip Pengisian Tempat (Pigeonhole


Principle)
Prinsip ini sangat sederhana, namun sangat sering digunakan dalam
pembuktian pernyataan matematika, terutama dalam bidang
kombinatorika.
Prinsip pengisian tempat atau pigeon hole principle sering disebut juga
dengan prinsip rumah merpati atau prinsip rumah burung.

Prinsip pengisian tempat atau Pigeonhole principle


Jika terdapat n rumah (lubang) merpati dan ada sebanyak m merpati yang
akan masuk ke rumah tersebut, dengan m > n, maka akan terdapat
sedikitnya 1 lubang yang berisi lebih dari 1 merpati.

Contoh:
1. Buktikan bahwa untuk setiap 8 orang, akan terdapat minimal 2 orang
yang lahir pada hari yang sama.

Bukti:
Karena jumlah hari ada 7 dan jumlah orangnya ada 8 orang, maka akan
terdapat minimal 2 orang yang lahir pada hari yang sama.

2. Di dalam sebuah kotak terdapat 5 pasang kaos kaki berwarna hitam,


kuning, putih, biru, dan merah. Berapa banyak kaos kaki yang harus
diambil dari dalam kotak tanpa melihat terlebih dahulu, agar dapat
dipastikan akan didapat sepasang kaos kaki yang berwarna sama.

Penyelesaian:
Agar didapat sepasang kaos kaki yang berwarna sama dari 5 warna kaos
kaki, maka kita harus mengambil minimal 6 buah kaos kaki, sehingga
dapat dipastikan akan didapat sepasang kaos kaki yang berwarna sama,
sesuai dengan prinsip pengisian rumah burung.

Seandainya kita hanya mengambil 5 buah kaos kaki, ada kemungkinan


yang kita dapat masing-masing 1 kaos kaki berwarna hitam, kuning, putih,
biru, dan merah, sehingga kita tidak mendapatkan sepasang kaos kaki
yang berwarna sama.

6. Teorema Eratosthenes
Teorema Erathosthenes adalah salah satu teorema yang sering dipakai
dalam pembuktian teori bilangan terutama yang berkaitan dengan
bilangan prima. Secara ringkas penggunaan Teorema Erathosthenes
adalah untuk mempermudah menentukan suatu bilangan sembarang
yang termasuk ke dalam bilangan prima atau komposit.

Teorema Erathosthenes:

Suatu bilangan N adalah bilangan prima jika tidak ada bilangan prima p
yang lebih kecil dari ( ) yang habis membagi N.

Teorema ini sering juga disebut dengan Sieve of Eratosthenes.


Contoh:
- Bilangan 43 merupakan bilangan prima, karena 2, 3, dan 5 tidak habis
membagi 43.

- Bilangan 2011 merupakan bilangan prima, karena 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17,


19, 23, 39, 31, 37, 41, dan 43 tidak habis membagi 2011.

- Bilangan 289 bukan bilangan prima karena jika kita membagi 289
dengan 2, 3, 5, 7, 11, 13, dan 17, ternyata 17 habis membagi 289 (17 x
17 = 289).

Catatan:
Pengertian bilangan prima adalah bilangan bulat positif yang hanya
mempunyai dua faktor, yaitu 1 dan bilangan itu sendiri.

7. Persamaan Diophantine
Persamaan Diophantine merupakan persamaan yang solusinya harus
berada di himpunan bilangan bulat. Koefisien persamaan ini juga harus
bilangan bulat.

Sebagai contoh,

Persamaan Diophantine diperkenalkan oleh matematikawan Yunani


bernama Diophantus.
Persamaan diophantine adalah persamaan bersuku banyak ax+by = c, di
mana a, b, dan cadalah bilangan-bilangan bulat.
Contoh Persamaan diophantine ax+by=c: 2x+4y= 26.

Persamaan linear diophantine ax+by= c mempunyai penyelesaian jika


dan hanya jika gcd(a,b) membagi c.
Bukti: Bisa dilihat di GCD (algoritma Eulid). Di sana dinyatakan
bahwa: ax+by = \text{gcd(a,b)} . Jadi, c merupakan kelipatan
dari gcd (a,b).

Contoh Soal:
Tentukan semua bilangan bulat yang memenuhi persamaan berikut: 15x+
6y=189
Penyelesaian:
Menentukan nilai gcd-nya : 15 = 6 x 2 + 3 dan 6 = 3 x 2 + 0.
Sisa terakhir adalah gcd-nya. Jadi, gcd (15,6) = 3.
Jelas 189 itu habis dibagi 3. Atau biasa ditulis 3 | 189. Artinya, persamaan
itu punya solusi x dan y.
3 = 15 - 6 x 2
3 = 1 x 15 - 2 x 6 (dikali 63)
189 = 63 x 15 - 126 x 6
Jadi ditemukan 1 solusi, yaitu x = 63 dan y = -126 (lihat bentuk
gcd(a,b)=ax +by).
Menemukan semua solusi:
Tentukan gradien: m= -15/6 = -5/2.
Jelas bahwa jika suatu titik ditambah dengan gradien, maka hasilnya
adalah bilangan bulat juga.
Jadi didapat semua solusi dalam bentuk parameter k:
y = -126 - 5 k
x = 63 + 2k, untuk k adalah semua bilangan bulat.
Masukkan sembarang bilangan k, misalnya k= 30.
Maka: y = -126 + 5.30 = 24
dan x = 63 - 2.30 = 3.
Jadi persamaannya menjadi :
y = 24 + 5k dan x = 3 - 2k, untuk k sebarang bilangan bulat.

Namun tidak semua persamaan Diophantine mempunyai solusi.


Contoh:
Tentukan semua bilangan bulat x dan y yang memenuhi persamaan
berikut: 15x+ 6y=190.

Penyelesaian:
Menentukan nilai gcdnya : gcd (15,6) = 3.
Jelas 190 tidak habis dibagi 3.
Jadi persamaan di atas tidak mempunyai solusi untuk semua bilangan
bulat x dan y.

8. Teorema Dasar Aritmatika


Teorema dasar aritmatika menyatakan bahwa bilangan bulat yang lebih
besar dari 1 merupakan bilangan prima atau dapat dibentuk dengan
mengalikan beberapa bilangan prima sekaligus.

Contoh:

 2 adalah bilangan prima


 3 adalah bilangan prima
 4=2x2
 5 adalah bilangan prima
 18 = 2 x 3 x 3
 100 = 2 x 2 x 5 x 5
 208 = 2 x 2 x 2 x 2 x 13
Jadi, setiap bilangan bulat yang lebih besar dari 1 pasti merupakan
bilangan prima atau dapat dinyatakan dalam bentuk perkalian beberapa
bilangan prima.

Anda mungkin juga menyukai