PENYUSUN:
Nyimas Aisyah
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
INDERALAYA
2009
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1 : Lukisan Dasar ........................................................................................
A. Melukis Sudut
.......................................................................................
Latihan ..........................................................................................................
Latihan ..........................................................................................................
10
11
Latihan ..........................................................................................................
13
12
14
14
Latihan .........................................................................................................
23
26
Latihan .........................................................................................................
31
31
31
Latihan .........................................................................................................
36
37
Latihan .........................................................................................................
41
42
42
B. Proyeksi .....................................................................................................
45
C. Jarak .........................................................................................................
51
D. Sudut .........................................................................................................
60
65
65
68
70
73
74
78
ii
iii
BAB 1
LUKISAN DASAR
A. MELUKIS SUDUT
1. Melukis Sudut yang Sama Dengan Sudut yang Diketahui
Untuk melukis suatu sudut yang besarnya sama dengan sudut lain dapat ditempuh
dengan beberapa cara. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan mengukur sudut yang
diketahui dengan menggunakan busur derajat. Namun cara ini kurang tepat terutama apabila
pengukurannya kurang teliti. Agar hasil yang diperoleh lebih baik, maka alat bantu yang
digunakan sebaiknya adalah jangka dan mistar. Adapun langkah-langkah untuk melukis sudut
yang sama dengan sudut yang diketahui adalah sebagai berikut.
Diketahui:
Sudut A
Lukislah:
Sudut B = sudut A
Langkah-langkah melukis:
1.
Buat busur lingkaran dengan titik pusat A memotong kedua kaki sudut di C dan D.
Pindahkan busur itu di B memotong garis l di titik E.
2.
Buat busur lingkaran dengan titik pusat C melalui titik D. Pindahkan busur itu pada titik
E, sehingga memotong busur pertama tadi di titik F.
3.
Tarik garis m memotong titik B dan titik F. Garis l dan m adalah kaki sudut. Sudut B
sama besar dengan sudut A.
Lukislah:
Sudut A = 90o
2.
Tarik garis tengah lingkaran itu melalui titik B dan memotong lingkaran di C
3.
Buat busur lingkaran dengan pusat titik A hingga memotong garis l di B dan C.
2.
3.
4.
Lukislah:
sudut A = 60o
Langkah-langkah melukis:
1.
2.
3.
Lukislah:
sudut A = 45o
Langkah-langkah melukis:
1.
2.
3.
Buat busur lingkaran dengan jaris-jaris BA dan titik pusat B yang memotong garis l di C.
3
4.
Lukislah:
sudut A = 30o
Langkah-langkah melukis:
1.
2.
3.
4.
Latihan
1.
2.
(b)
A
3.
B. MELUKIS GARIS
1. Melukis Sebuah Garis Tegak Lurus
Untuk melukis sebuah garis tegak lurus dengan garis lain yang melalui titik di luar
garis lain itu sebenarnya dapat Anda lakukan dengan menggunakan sepasang penggaris sikusiku saja. Namun untuk mendapatkan lukisan yang lebih baik, Anda dapat menggunakan satu
penggaris dan jangka. Adapun langkah-langkah untuk melukis garis tegak lurus dengan
menggunakan jangka adalah sebagai berikut.
Diketahui:
Lukislah:
garis m l melalui A
Langkah-langkah melukis:
1.
2.
3.
Lukislah:
garis m // l melalui A
Langkah-langkah melukis:
1.
2.
Lukis sudut dengan A sebagai titik sudut yang besarnya sama dengan sudut B dan
berseberangan dengannya.
3.
Didapatlah garis m // l
sudut A
Lukislah :
Langkah-langkah melukis:
1.
Lukis busur lingkaran dengan pusat A dan jari-jari r1, sehingga busur tersebut memotong
kaki-kaki sudut A di titik B dan C.
2.
Lukis busur lingkaran dengan pusat B dan C, jari-jari r 2, sehingga kedua busur
berpotongan di titik D.
3.
Lukis garis yang melalui titik A dan D, maka didapat garis bagi sudut A.
2.
Lukis dua busur lingkaran masing-masing di atas dan di bawah ruas garis AB dengan
pusat A dan jari-jari r.
3.
Dengan cara yang sama lukis pula dua busur lingkaran dengan pusat B dan jari-jari r,
sehingga busur yang terletak di atas ruas garis AB berpotongan di titik K dan busur yang
terletak di bawah ruas garis AB berpotongan di titik L.
4.
Hubungkan K dan L, maka didapat garis KL yang merupakan sumbu ruas garis AB.
garis AB
Lukislah :
Langkah-langkah melukis:
1.
Buatlah garis g sembarang melalui salah satu ujung ruang garis AB (misalkan di A)
dengan membentuk sudut tertentu (tidak nol) dengan AB.
2.
3.
Hubungkan B dan G.
4.
5.
Latihan
Kerjakan latihan berikut ini!
1.
2.
Lukislah garis berat melalui A dan garis bagi melalui B pada ABC tumpul.
3.
4.
b.
Titik P di luar g
c.
5. Lukislah ruas garis yang panjangnya 3/5 dari panjang ruas garis AB = 7 cm.
C. MELUKIS SEGITIGA
Untuk melukis segitiga yang diketahui unsur-unsurnys tidak dapat hanya dengan
menggunakan penggaris saja. Anda mungkin tidak akan mengalami kesulitan untuk mengukur
sisi pertama dan kedua, tetapi akan mengalami kesulitan pada saat melukis sisi yang ketiga
segitiga sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Oleh karena itu penggunaan penggaris dan
jangka menjadi keharusan.
1. Melukis Segitiga Jika Diketahui Sisi-sisinya
Diketahui:
ruas garis a, b, c
Lukislah :
Langkah-langkah melukis:
1.
2.
Buat busur lingkaran dengan pusatnya salah satu ujung garis a jari-jarinya = b.
3.
Buat busur lingkaran dengan jari-jari c dan pusatnya terletak pada ujung lain garis a.
4.
5.
Lukislah :
segitiga
Langkah-langkah melukis:
1.
2.
3.
Lukislah :
segitiga
Langkah-langkah melukis:
1.
2.
Dengan menggunakan busur derajat, ukur sudut dengan A sebagai titik sudut dan ukur
sudut dengan dan B sebagai titik sudut.
3.
4.
Lukislah :
segitiga
Langkah-langkah melukis:
1.
Buat garis a = BC
2.
3.
Gambar busur lingkaran dengan pusat B dan jari-jari r, sehingga meotong kaki sudut C
di titik A (Selain A ada titik lain, makakah itu?)
4.
Latihan
Kerjakan latihan berikut ini!
1.
Lukislah ABC, jika diketahui AB = 6 cm, ABC = 75o dan BC = 7,5 cm.
2.
3.
4.
5.
Lukislah ABC, jika diketahui ABC = 60o, BC = 4 cm, dan BCA = 95o.
6.
b.
c.
7.
8.
b.
c.
sebuah benda. Untuk menemukan benda tersebut, Hidayat harus berjalan sejauh 10 langkah
ke depan kemudian berjalan 15 langkah ke arah Tenggara. Setelah mendapatkan benda
tersebut, Hidayat berjalan kembali ke tempat semula. Gambarkan perjalanan Hidayat untuk
mendapatkan benda tersebut sampai kembali ke tempat semula.
11
2.
Bidang ortogonal adalah bidang yang tegak lurus dengan bidang frontal.
3.
4.
Garis ortogonal adalah garis yang tegak lurus terhadap bidang frontal.
5.
Sudut surut adalah sudut antaraa bidang frontal dan ke arah kiri ke bidang ortogonal.
6.
2.
Cari panjang salah satu garis ortogonal dengan menggunakan perbandingan proyeksi.
3.
Pada bidang frontal, tentukan titik yaang menjadi titik pertemuan antara garis frontal
dengan garis ortogonal.
4.
Dengan menggunakan sudut surut dan ukuran garis ortogonal (langkah 2), buat garis
ortogonal.
5. Buat garis ortogonal lain.
6. Hubungkan titik-titik ujung dari garis ortogonal.
Contoh:
Lukislah kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm. Perbandingan proyeksinya , dan
sudut surutnya 450 serta bidang ABFE sebagai bidang frontalnya.
Langkah-langkah melukiskan kubus ABCD.EFGH di atas sebagai berikut.
1.
2.
Salah satu garis ortogonal adalah AD, dengan panjang AD yang sebenarnya 4 cm.
Panjang AD pada lukisan = x 4 cm = 1 cm.
3.
Titik A adalah titik pertemuan antara garis frontal AB dangaris ortogonal AD.
Pada titik A ini akan dibuat garis ortogonal dengan menggunakan busur derajat.
4.
12
5. Buatlah garis ortogonal lainnya yaitu, EH, BC, dan FG dengan ukuran 1 cm.
6. Hubungkan titik D dengan titik C, titik C dengan titik G, titik G dengan titik H, dan titik
H dengan titik D, sehingga terbentuklah kubus ABCD.EFGH.
Contoh 2:
Diketahui kubus KLMN.PQRS berukuran 6 cm. Lukislah kubus tersebut dengan bidang LMRQ
sebagai bidang frontal, dengan perbandingan proyeksi dan sudut surutnya 600.
Langkah-langkah melukis kubus KLMN. PQRS:
1.
2.
3.
4.
5.
Buat
garis
ortogonal
yang
lain
yang
sejajar
dengan
LK
yaitu:
.
6.
Latihan
Kerjakan latihan berikut ini!
1.
Diketahui limas segiempat beraturan T.ABCD dengan ukuran alasnya 4 cm dan tinggi 6
cm. Titik K berada di tengah-tengah AD dan titik L berada di tengah-tengah BC. Bidang
KLT sebagai bidang frontal, garis KL sebagai garis frontal horizontal dengan sudut surut 60 0
dan perbandingan proyeksinyaa . Lukislah limas tersebut.
2.
3
.
4
13
BAB 2
BANGUN RUANG
A.Bangun Ruang Sisi Datar
1. Macam-macam Bangun Ruang Sisi Datar
a. Bangun Ruang Bidang Banyak
Suatu bangun ruang yang dibatasi oleh bidang-bidang datar disebut bidang banyak
(polihedron). Poligon yang membatasi polihedron ini disebut bidang sisi (permukaan). Segmen
garis yang merupakan perpotongan dua bidang sisi disebut rusuk, dan titik ujung rusuk
merupakan titik-titik sudut bangun ruang tersebut. Titik sudut merupakan titik persekutuan tiga
atau lebih rusuk bangun ruang. Beberapa contoh bangun ruang bidang banyak ini adalah bidang
empat (memiliki empat bidang batas), bidang enam (memiliki enam bidang batas), bidang dua
belas (memiliki dua belas bidang batas), dan lain-lain. Perhatikan Gambar 4.1 berikut.
D
C
B
14
Gambar 4.2 adalah sketsa gambar aquarium terbuat dari kaca. Benda ini berbentuk bidang dua
belas, karena memiliki 12 bidang batas berupa 8 persegi dan 4 segienam beraturan.
Gambar 4.3 adalah sketsa gambar rumah. Benda ini berbentuk bidang tujuh, karena memiliki 7
bidang batas berupa 5 persegi panjang dan 2 segilima.
Pada bagian selanjutnya akan dibahas lebih mendalam beberapa contoh bangun ruang
bidang banyak seperti bidang banyak beraturan, prisma, limas, dan prismoide.
b. Bidang Banyak Beraturan
Bidang banyak ada yang dibatasi oleh satu macam segibanyak, tetapi ada juga yang
dibatasi oleh beberapa macam segibanyak. Jika pembatas hanya terdiri dari satu macam
segibanyak beraturan saja dan kongruen satu sama lain, maka bidang banyak ini dinamakan
bidang banyak beraturan.
Bidang banyak beraturan adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sejumlah poligon
beraturan kongruen yang sama pada setiap titik sudutnya. Karena pada setiap titik sudut bertemu
paling sedikit tiga rusuk, maka sudut poligon haruslah kurang dari 120 o (Mengapa?). Berarti
poligon pembentuk yang mungkin hanya segitiga samasisi (3, 4, atau 5 segitiga samasisi pada
setiap sudut). Dengan demikian hanya ada lima jenis bidang banyak beraturan yang dikenal
sebagai Platonic. Perhatikan Gambar 4.4 berikut.
15
Gambar 4.4. (i) adalah gambar bidang empat beraturan (tetraeder). Bangun ini
dibatasi oleh empat daerah/bidang segitiga kongruen. Pada setiap titik sudut terdapat tiga
bidang segitiga samasisi dan tiga rusuk.
b.
Gambar 4.4. (ii) adalah gambar bidang enam beraturan yang lebih dikenal
sebagai kubus (hexaeder). Bangun ini dibatasi oleh enam daerah persegi kongruen. Pada
setiap titik sudut terdapat tiga bidang persegi dan tiga rusuk.
c.
Gambar 4.4. (iii) adalah gambar bidang delapan beraturan (octaeder). Bangun ini
dibatasi oleh delapan segitiga kongruen. Pada setiap titik sudut terdapat empat bidang
segitiga samasisi, dan empat rusuk.
d.
Gambar 4.4. (iv) adalah gambar bidang duabelas beraturan (icosaeder). Bangun
ini dibatasi oleh duabelas segilima. Pada setiap titik sudut terdapat tiga bidang segilima
beraturan, dan tiga rusuk.
e.
c. Prisma
Prisma adalah bidang banyak yang dibatasi oleh dua poligon yang sejajar dan
beberapa bidang lain yang berpotongan menurut garis-garis sejajar. Dua poligon sejajar tersebut
masing-masing adalah bidang alas dan bidang atas, sedangkan bidang-bidang sisi lainnya
disebut bidang tegak. Setiap sisi poligon bidang atas (garis potong bidang atas dan sisi tegak)
disebut rusuk tegak, dan setiap sisi poligon bidang alas disebut rusuk alas. Rusuk-rusuk lainnya
disebut rusuk tegak. Jarak antara bidang atas dan bidang alas prisma disebut tinggi prisma.
Perhatikan Gambar 4.5 berikut.
16
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
Gambar 4.5. (i) adalah gambar prisma miring. Bangun ini disebut prisma miring
karena rusuk tegaknya tidak tegak lurus bidang alas.
b.
Gambar 4.5. (ii) adalah gambar prisma tegak. Bangun ini disebut prisma tegak
karena1 rusuk tegaknya tegak lurus bidang alas.
c.
Gambar 4.5. (iii) adalah gambar prisma segi-n. Prisma ini memiliki sisi alas
berbentuk segi-n. Apabila alasnya berbentuk segi-n beraturan, maka disebut prisma segi-n
beraturan.
d.
Gambar 4.5. (iv) adalah gambar Parallelepipedum. Prisma ini alasnya berbentuk
jajargenjang. Jika alas parallelepipedum tegak berbetuk persegipanjang, maka disebut
parallelepipedum siku-siku. Jika semua bidang sisi parallelepipedum siku-siku tersebut
kongruen, maka disebut kubus. Parallelepipedum yang semua rusuknya sama panjang
disebut rhomboeder.
d. Limas
Limas atau piramid adalah bangun ruang yang dibatasi sebuah bidang datar atau
bidang alas yang berbentuk segi-n dan oleh bidang-bidang sisi tegak yang berbentuk segitiga.
Garis alas segitiga itu berimpit dengan sisi-sisi segi-n dan titik puncak segitiga-segitiga itu
bertemu atau berimpit di suatu titik Perhatikan Gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.6 adalah gambar limas segi-3 T.ABC.
T
B
Gambar 4.6. Limas Segi-3 T.ABC
Ditinjau dari bentuk alasnya, maka suatu limas dapat dibedakan menjadi:
1.
2.
3.
Ditinjau dari teratur atau tidaknya bidang alas dan kedudukan titik puncak terhadap bidang sisi,
maka suatu limas dapat dibedakan menjadi:
1.
limas sembarang, yaitu apabila bidang alasnya berbentuk segi-n sembarang dan titik
puncaknya juga sembarang.
2.
limas beraturan, yaitu apabila bidang alasnya berbentuk segi-n beraturan dan proyeksi
titik puncaknya berimpit dengan titik pusat bidang alas.
e. Prismoide
Prismoide adalah bangun ruang sisi datar yang dibatasi oleh dua bidang sejajar
(bidang alas dan bidang atas) dan bidang-bidang segitiga atau trapesium sebagai bidang sisi
tegak. Prisma dan limas terpancung merupakan bangun khusus prismoide. Perhatikan Gambar
4.7 berikut.
Gambar 4.7
Gambar 4.7 adalah gambar prismoide. Pada Gambar 4.7 (i) dan 4.7 (ii) , ABCDEF dan
ABCDEFGHIJ masing-masing disebut irisan parallel tengan prismoide tersebut, yaitu irisan
bidang atas/alas dan melalui semua titik tengah rusuk tegaknya.
18
Gambar 4.8
Gambar 4.8 adalah gambar sebuah kubus yang diiris sepanjang rusuk yang dicetak tebal.
Apabila direbahkan pada bidang datar, maka terjadilah jaring-jaring kubus seperti pada Gambar
4.8 (ii) dan 4.8 (iii). Masih sangat banyak model jaring-jaring kubus yang dapat dibuat sesuai
dengan rusuk yang diiris. Begitu juga untuk bangun-bangun ruang sisi datar lainnya. Dari
jaring-jaring bangun ruang ini, dengan mudah dapat ditentukan luas sisi bangun ruang tersebut.
Hal ini karena luas sisi bangun ruang pada dasarnya sama dengan jumlah luas sisi-sisi dari
bangun ruang yang dapat dihitung dari jaring-jaring kubus yang tersebut. Bagaimana jika
bangun datar yang terbentuk tidak seluruhnya terdiri dari bangun-bangun datar yang dikenal,
misalnya kotak kue yang berbentuk love yang sering digunakan untuk acara lamaran nikah.
3. VOLUM BANGUN RUANG SISI DATAR
Untuk menentukan volum bangun ruang sisi datar, dapat dimulai dengan menentukan
volum kubus dan balok. Volum kubus/balok dapat ditentukan dengan menggunakan mengisi
kubus satuan (kubus-kubus dengan panjang rusuk 1 cm) ke dalam kubus/balok tersebut.
Bilangan yang menunjukkan banyaknya kubus satuan yang mengisi kubus/balok itulah yang
19
dinamakan volum kubus/balok. Volum kubus/balok ini selanjutnya dapat digunakan untuk
menentukan volum bangun-bangun ruang sisi datar lainnya.
a. Menentukan Volum Prisma
Balok adalah suatu prisma yang khusus. Dengan demikian, volum prisma dapat ditentukan
dengan menggunakan volum balok. Hal ini dapat ditunjukkan dengan membagi suatu balok
menjadi dua bagian yang volumnya sama (dibagi menurut salah satu bidang diagonalnya).
Perhatikan Gambar 4.9 berikut.
H
F
D
1
x volum balok ABCD.EFGH
2
1
=
x (luas alas balok x tinggi balok)
2
1
=
x (luas daerah ABCD x BF)
2
1
=(
x luas daerah ABCD) x BF
2
=
C
1
x luas alas x tinggi.
3
20
Gambar 4.10
Gambar 4.10 (i) adalah gambar sebuah prisma miring dan Gambar 4.10 (ii) adalah gambar
prisma miring yang dipotong oleh irisan siku-siku (irisan yang tegak lurus rusuk tegaknya).
Jika prisma bagian bawah irisan dipindahkan dan ditempatkan tepat di atas bagian atas irisan
terjadilah bangun ruang baru seperti pada Gambar 4.10 (iii). Panjang rusuk tegaknya tidak
berubah. Dengan demikian diperoleh:
Luas alas prisma miring = luas irisan siku-siku = luas alas prisma tegak
Tinggi prisma miring = tinggi prisma tegak
Jadi : Volum prisma miring = Ls x r dengan Ls adalah luas irisan siku-siku dan r panjang
rusuk tegak.
Latihan
Untuk soal nomor 1 10, pilih satu jawaban yang Anda anggap paling tepat!
teratur
B.
tegak
C.
siku-siku
D.
sembarang
21
E.ABD
B.
E.CBD
C.
F.ABD
D.
F.CBD
B.
C.
D.
500
B.
500 2
C.
1000
D.
500
B.
C.
D.
1.200 cm2
B.
400 cm2
C.
360 cm2
D.
260 cm2
E.
22
8.Diketahui prisma segitiga siku-siku dengan sisi-sisi 6 cm, 8 cm, dan 10 cm. Jika tinggi
prisma adalah 15 cm, maka volum prisma adalah ............... cm3
A.
720
B.
360
C.
180
D.
120
B.
C.
D.
10. ABCD.EFGH adalah kubus dengan panjang rusuk 6 cm. Volum limas T.ABC adalah
........ cm3
A.
216
B.
72
C.
36
D.
18
Pertanyaan:
a.
b.
Sebutkan
bangun
yang
d.
23
Perhatikan
Gambar
4.11
berikut.
B
AD = tinggi tabung
BB = jari-jari lingkaran atas
CC = jari-jari lingkaran bawah
C
D
24
T
Gambar 4.12 adalah
gambar Kerucut.
TO = sumbu kerucut
T = titik puncak
TA, TS = garis pelukis
A
S
Gambar 4.12 Kerucut
c. Bola
Bola adalah suatu bidang putar yang terjadi bila setengah lingkaran diputar dengan garis
tengahnya sebagai sumbu putar. Karena letak titik-titik pada setengah lingkaran terhadap
titik-titik pusat lingkaran tidak berubah selama perputaran, maka titik-titik pada bidang bola
itu berjarak sama terhadap titik pusat bola. Perhatikan Gambar 4.13 berikut.
PQ = tali busur
AB = garis tengah
A, B = titik-titik diametral
25
Cara kerja:
1.
2.
3.
Kupaslah jeruk
4.
5.
Ada berapa lingkaran yang penuh oleh kulit jeruk tersebut? Benarkah ada 4 lingkaran?.
Jika demikian, dengan mudah Anda dapat tunjukkan bahwa Luas bola adalah:
LBola = 4 Lingkaran = 4 ( r2)
3. VOLUM BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
a. Volum Tabung
Perhatikan Gambar 4.16 berikut.
27
b. Volum Kerucut
Lab. Mini Mencari Volum Kerucut
Bahan : Kertas manila, lem/perekat kertas, beras/pasir
Alat
Cara kerja:
1.
2.
Buatlah model tabung tanpa tutup dari kertas manila (Bagaimana caranya?)
3.
4.
5.
6.
c. Volum Bola
Volum bola dapat ditemukan dengan menggunakan kegiatan Lab.Mini seperti di atas
(Bagaimana caranya?) dan dapat juga dengan menggunakan prinsip Cavalleri. Apabila Anda
akan menunjukkannya dengan prinsip Cavalleri, maka Anda harus menggunakan dua bangun
ruang yang tingginya sama. Bangun ruang yang pertama adalah bola itu sendiri (jari-jari = r),
dan bangun yang kedua adalah sebuah tabung dengan jari-jari lingkaran alasnya adalah r
sedangkan tingginya 2r. Di dalam tabung itu dibuat dua buah kerucut. Kerucut yang satu
alasnya terletak di bawah (berimpit dengan lingkaran alas tabung), dan kerucut kedua
alasnya terletak di atas (berimpit dengan lingkaran atas tabung). Titik puncak dari kedua
kerucut ini berimpit, dan terletak tepat pada titik tengah dari sumbu tabung. Perhatikan
Gambar 4.17.
28
4
r3
3
Latihan
Untuk soal nomor 1 10, pilih salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Sebuah tabung yang tinggi dan diameternya sama akan memiliki ketebalan selimut
berbentuk persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebarnya adalah .............
A.
: 1
B. 2 : 1
C. 3 : 1
D. d : 1
2. Sebuah tandon air berbentuk tabung bertutup dengan tinggi bagian dalamnya 1,56 m
terbuat dari tembaga. Untuk menjaga agar tembaga awet, maka bagian dalam tabung
dilapisi dengan aspal setebal 1 cm. Volum aspal minimal yang diperlukan untuk melapis
bagian dalam tandon adalah ................... cm3
A. 48871,43
B. 96941,43
C. 48627,07
D. 116062,57
3. Diketahui sebuah tabung tanpa tutp dengan jari-jari alas 6 cm dan tingginya 10 cm. Jika
= 3,14 maka luas tabung tanpa tutup tersebut adalah .......... cm2
A. 602,88
B. 489,84
C. 282,60
D. 706,50
4. Berikut adalah unsur-unsur kerucut, kecuali ...................................
A. sumbu
B. sudut puncak
C. bidang alas
D. titik puncak
5. Pada kerucut lingkaran tegak, berlaku ..........................
A. sudut antara garis-garis pelukis sama dengan sudut bidang alas
B. bidang alas kerucut adalah lingkaran
C. sumbu kerucut tegak lurus bidang alas
D. sudut antara garis-gsris pelukis sama dengan sumbu kerucut
29
6.
Diketahu kerucut dengan jari-jari alasnya 5 cm dan tingginya 12 cm. Jika = 3,14
maka luas selimut kerucut adalah . cm2.
A. 62,8
B. 68
C. 188,4
D. 204,1
64
3
3
B.
64
64
C.
3
D. 192
22
, maka jari-jari bola adalah ................. cm
7
A. 21
B. 14
C.
D.
12.
30
13.
4
r3 dengan menggunakan prinsip
3
Cavalleri.
BAB 3
BANGUN DATAR
A. Bangun Datar Segitiga
1. Segitiga-segitiga Sebangun
Definisi : Suatu bangun B disebut sebangun dengan bangun C (B C), jika B dapat dikalikan
dengan suatu faktor, sehingga terjadilah bangun B yang sama dan sebangun dengan C
(B
Gambar 3-1
Karena PQR adalah hasil kali ABC, maka :
a.
b.
AB : AB = .... : .... = .... : ...., yang berarti AB : DE = .... : .... = .... : ....
b.
Dalil-dalil kesebangunan :
a.
ABC dan PQR adalah sebangun, jika kedua segitiga itu mempunyai sepasang
sudut yang sama besar (misalnya A = P), sedangkan sisi-sisi yang mengapit sudut itu
mempunyai perbandingan yang seharga (misalnya AC : PR = AB : PQ).
b.
ABC dan PQR adalah sebangun, jika sisi-sisinya mempunyai perbandingan yang
seharga.
31
ABC siku-siku di A dan PQR siku-siku di P adalah sebangun, jika satu buah sisi
c.
siku-siku dan sisi miring pada kedua segitiga mempunyai perbandingan yang seharga
(misalnya AB : PQ = BC : QR).
2. Segitiga-segitiga Kongruen
Secara umum ABC dan PQR adalah sama dan sebangun (kongruen) dan ditulis
b.
Gambar 3-2
Secara khusus syarat-syarat untuk dua segitiga kongruen ini adalah sebagai berikut.
Teorema 1 :
Dua buah segitiga akan kongruen jika dua sisi yang bersesuaian sama panjang dan satu sudut
yang diapit kedua sisi tersebut sama besar (S Sd S)
Bukti :
Perhatikan Gambar 3-3 di samping.
B = Q (............................)
AB = PQ dan BC = QR (......................)
Tempatkan PQR pada ABC, sedemikian
sehingga titik sudut B berimpit dengan titik sudut Q.
Akibatnya
menutupi BC.
R
R berimpit C
Dengan demikian titik-titik sudut ABC berimpit
dengan titik-titik sudut PQR, yang membuktikan
32
Q
Gambar 3-3
Teorema 2:
Dua segitiga akan kongruen jika satu sisi yang seletak sama panjang dan dua sudut yang
seletak pada sisi tersebut sama besar. (Sd S Sd).
Teorema 3 :
Dua segitiga akan kongruen jika satu sisi yang seletak sama panjang dan dua susut yang
seletak sama besar (S Sd Sd)
Teorema 4 :
Dua segitiga akan kongruen jika ketiga sisi yang seletak sama panjang (S S S).
Latihan!
1. Buktikan dalil-dalil kesebangunan segitiga.
2. Buktikan Teorema 2 kekongruenan segitiga.
3. Buktikan Teorema 3 kekongruenan segitiga.
4. Buktikan Teorema 4 kekongruenan segitiga.
5. Misalkan ABC PQR dan PQR DEF, buktikanlah bahwa ABC DEF
6. Perhatikan Gambar 3-4 di bawah ini.
P
Q
O
S
Gambar 3-4
Jika PQ = 4 cm dan OQ = 3 cm, tentukanlah panjang OS, SR, dan OR.
7.
a. Buktikan bahwa :
F
i . ABD ACE
C
33
Gambar 3-5
Bukti :
F
Q
sehingga didapat :
Analog :
A ................................. DE
B ................................. EF
34
XA = XB)
2. Garis berat
Garis berat suatu segitiga adalah garis yang membagi dua sama panjang sisi di depan titik
sudut tersebut. Perhatikan ABC pada gambar di bawah ini.
C
E
D
P
Buktikanlah :
Ketiga garis berat dalam ABC di atas melalui satu titik, yang disebut titik berat segitiga.
Bukti :
Perhatikan ABC di atas.
AD dan BE adalah garis berat dalam ABC BD = DC dan AF = BF.
Misalkan AD dan BE berpotongan di P, akan dibuktikan bahwa CF juga akan melalui P.
Perhatikan CED dan CAB.
CE : CA = CD : CB = 2 : 1 (...................................)
Akibatnya AB // ED dan ED : AB = CE : CA = 1 : 2.
DEP = ABP dan EPD = APB (................................................)
EPD .... APB.
Akibatnya EP : PB = ED : AB = 1 : 2 = DP : AP.
Misalkan CF adalah garis berat yang melalui C dan memotong EB di P, maka dengan cara
yang sama dapat dibuktikan bahwa EP : PB = 1 : 2.
Dengan demikian diperoleh EP =
1
3
EB dan EP =
1
3
35
D
X
o
o
Karena Garis AD adalah garis bagi dari BAC, maka semua titik pada AD letaknya sama
jauh dari AC dan AB (Mengapa ?).
Karena Garis BE adalah garis bagi dari ABC, maka semua titik pada BE letaknya sama
jauh dari BA dan BC (Mengapa ?).
Misalkan AD dan BE berpotongan di titik X, maka berarti X letaknya sama jauh dari AC
dan AB dan juga dari BA dan BC (Mengapa ?).
Jadi X letaknya sama jauh dari CA dan CB, yang berarti bahwa X terletak pada garis bagi
dari ACB atau CX adalah terletak pada garis bagi dari ACB.
Dengan demikian terbukti bahwa ketiga garis bagi ini melalui pada satu titik.
Latihan!
1. Dalam sebuah ABC, BD dan AE adalah garis-garis berat yang masing-masing melalui titik
sudut B dan A. Buktikan bahwa garis DE // AB.
2. Dalam sebuah ABC, BD dan AE adalah garis-garis berat yang masing-masing melalui titik
sudut B dan A. Kedua garis berat ini berpotongan di titik Z. Buktikan bahwa :
a)
b)
DE = 2 AB
AZ : ZE = BZ : ZD = 2 : 1
36
D
o
o
A
Gambar 3-6
Misalkan pada ABC di atas, AD adalah garis bagi dari BAC, BE adalah garis bagi dari
sudut luar CBF dan CH adalah garis bagi dari sudut luar GBC. Buktikan bahwa ketiga garis
bagi ini akan berpotongan pada satu titik.
4. Buktikan bahwa garis tinggi suatu segitiga sama kaki akan membagi segitiga menjadi dua
segitiga yang kongruen.
5. Garis tinggi pada hipotenusa suatu segitiga siku-siku sama kaki sama dengan setengah
panjang hipotenusanya. Buktikan !
6. Buktikan bahwa kedua garis bagi sudut alas suatu segitiga sama kaki sama panjang.
Segiempat
Layang-layang
Jajargenjang
Persegipanjang
Trapesium
Belahketupat
Persegi
Skema Segiempat
Dari skema di atas terlihat bahwa persegi panjang dan belah ketupat merupakan bentuk khusus
dari jajargenjang, sedangkan persegi adalah bentuk khusus dari persegi panjang atau
belahketupat. Secara rinci tentang bangun-bangun di atas akan dibahas berikut ini.
1. Jajargenjang
Definisi :
Jajargenjang adalah sebuah segiempat yang kedua pasang sisi yang berhadapan sejajar.
37
2.
3.
4.
5.
6.
Bukti :
C
2
T
2
B
Gambar 3-7
(...............................)
B1 = D1
(...............................)
B2 = D2
(...............................)
ABD CDB
( .........................)
ATB CTD
(...............................)
38
( .........................)
2. Persegipanjang
Definisi :
Persegipanjang adalah sebuah jajargenjang yang mempunyai sebuah sudut siku-siku..
Dalil-dalil tentang jajargenjang :
1.
2.
Bukti :
Perhatikan Gambar 3-8 berikut.
D
(1) Diketahui :
Buktikan :
Bukti :
(2) Diketahui :
Buktikan :
Bukti :
39
3. Belahketupat
Definisi :
Belahketupat adalah sebuah jajargenjang yang dua sisinya yang berurutan sama panjang
Dalil-dalil tentang jajargenjang :
1.
Setiap diagonal belahketupat merupakan garis bagi titik-titik sudut belahketupat itu.
2.
Bukti :
Perhatikan Gambar 3-8 berikut.
C
1 2
1 2
S4
A
Gambar 3-8
Diketahui : Belahketupat ABCD
Buktikan : (1) A1 = A2, C1 = C2, B1 = B2, D1 = D2
(2) AC BD
Bukti :
(1) AB = BC
( .....................) A2 = ....
AD = CD
( .....................) A1 = ....
A1 = C1 & C1 = C2 (.....................)
AD = AB
( ....................)
D2 = ....
CD = BC
( ....................)
D1 = ....
A1 = A2 (.....................)
(...............................)
AS = AS
(...............................)
BS = DS
(...............................)
ABD CDB
40
( ............................)
Sehingga S1 = S 4
Karena S1 = S 4 dan S1 + S 4 = .... o , maka S1 ..... S 4
D. Persegi
Definisi :
Persegi adalah sebuah segiempat yang semua sisi-sisinya sama panjang dan salah satu
sudutnya siku-siku.
Dalil-dalil tentang jajargenjang :
1.
2.
Bukti :
D
C
Perhatikan Gambar 39 di samping
(1) Diketahui :
Buktikan :
Bukti :
(2) Diketahui :
Buktikan :
Bukti :
Latihan!
1. Tuliskan definisi layang-layang dan dalil-dalil tentang layang-layang beserta buktinya.
2. Tuliskan definisi trapesium dan dalil-dalil tentang trapesium beserta buktinya.
41
BAB 4
GEOMETRI DIMENSI TIGA
Sebelum membahas lebih lanjut tentang sifat-sifat di dalam geometri ruang, akan
diperkenalkan terlebih dahulu beberapa singkatan tertentu yang biasa digunakan dalam
pembicaraan geometri ruang, antara lain :
Titik (a, b) = titik potong garis a dan garis b
Titik (a, ) = titik tembus garis a terhadap bidang
Garis (, ) = garis potong antara bidang dan bidang
Bidang (ABC) = bidang melalui titik-titik A, B, dan C
Bidang (a, P) = bidang melalui garis a dan titik P
Bidang (a, b) = bidang melalui garis a dan garis b
A. Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang
1. Kedudukan Garis terhadap Bidang
Di dalam ruang dimensi tiga, ada tiga kondisi untuk menentukan kedudukan garis terhadap
bidang, yaitu:
(1) Garis terletak pada bidang
Definisi 1.1:
Sebuah garis dikatakan terletak pada sebuah bidang, jika semua titik pada garis itu
terletak pada bidang tersebut.
42
(3) Garis memotong/menembus bidang
Definisi 1.3:
Sebuah garis dikatakan menembus sebuah bidang, jika garis dan bidang itu mempunyai
sebuah titik persekutuan yang disebut titik tembus garis terhadap bidang.
l
43
(, )
44
B. Proyeksi
Jika melalui sebuah titik P yang tidak terletak pada bidang dibuat garis g yang tegak
lurus bidang dan memotong bidang dititik P1 maka P1 disebut titik kaki gari stegak lurus
yang dibuat melalui P pada bidang .
Definisi 1.5 : Proyeksi sebuah titik pada sebuah bidang adalah titik kaki dari garis yang dibuat
melalui titik itu tegak lurus bidang tersebut.
S1
merupakan
himpunan proyeksi semua titik pada kurva S pada bidang . Meskipun demikian untuk
45
memperoleh proyeksi sebuah bangun pada sebuah bidang tidak harus dicari proyeksi dari semua
titiknya pada bidang tersebut. Antara lain, jika Anda harus menentukan proyeksi dari sebuah
garis lurus.
Anda perhatikan lebih dahulu sifat dari proyeksi sebuah garis lurus pada sebuah bidang
seperti yang dikemukakan dalam teorema berikut.
Teorema 1.3 : Proyeksi sebuah garis pada sebuah bidang pada umumnya merupakan sebuah
garis lagi
Diketahui
Dibuktikan
Bukti
adalah garis g1. Dengan perkataan lain proyeksi dari garis g pada bidang , yaitu g1, merupakan
garis lurus.
Karena
sebuah garis lurus letaknya ditentukan oleh dua buah titiknya, maka
mendasarkan pada teorema 1.3 untuk menentukan proyeksi sebuah gris pada sebuah bidang,
Anda cukup memproyeksikan dua buah titiknya saja dari garis itu. Pada Gambar 1.37, titik P
dan Q pada garis g; maka proyeksi g pada bidang ditentukan oleh titik P1 dan Q1.
46
Setelah Anda mengenal pengertian dari proyeksi dan sifat dari proyeksi sebuah garis
lurus pada sebuah bidang, maka diharapkan Anda dapat memahami pengertian sudut antara
garis dan bidang.
Definisi 1.5 : Jika sebuah garis tidak tegak lurus pada sebuah bidang, maka sudut antara garis
itu dan bidang tersebut adalah sudut lancip antara garis itu dengan proyeksi
garis itu pada bidang tersebut.
Pada gambar 1.38 ditunjukan kepada Anda tentang sebuah garis g yang tidak tegak lurus pada
bidang . Garis g1 adalah proyeksi garis g pada bidang . Sehingga sudut antara garis g dan
bidang adalah sudut lancip antara garis g dan g1, yaitu .
Proyeksi sebuah titik pada sebuah bidang adalah titik kali garis yang dibuat melalui titik
itu dan tegak lurus pada bidang tersebut.
Proyeksi sebuah garis tidak tegak lurus pada sebuah bidang, maka yang dimaksud
dengan sudut antara garis itu dan bidang tersebut adalah sudut lancip yang dibentuk oleh garis
itu dengan proyeksinya pada bidang tersebut.
1. Proyeksi Titik Pada Bidang
Definisi : Jika dari titik T ditarik garis TT 1 ( T1 pada bidang ) yang tegak lurus pada bidang ,
maka T1 disebut proyeksi titik T pada bidang .
T
T1
= proyeksi
= bidang proyeksi
47
Sifat : Proyeksi suatu garis lurus pada sebuah bidang pada umumnya merupakan garis lurus.
48
Contoh soal:
Diketahui kubus dengan bidang alas ABCD dan rusuk-rusuk tegaknya AE,BF, CG, dan DH.
a. Buktikan bahwa BC tegak lurus bidang ABFE
b. Buktikan bahwa CD tegak lurus AH
c. Tentukan proyeksi dari titik C pada bidang ADHE
d. Tentukan proyeksi dari DE pada bidang ABCD
e. Tentukan sudut antara CH dan bidang EFGH
Jawab :
b.
CD DA
CD DH
CD bidang ADHE
AH pada bidang ADHE, menurut teorema 1.2, maka CD AH
c.
Pada jawaban pertanyaan (b) dikemukakan bahwa CD bidang ADHE. Berarti bahwa
D adalah titik kaki dari garis yang melalui C dan tegak lurus bidang ADHE; jadi proyeksi
titik C pada bidang ADHE adalah titik D.
d.
Untuk memproyeksikan ruas garis DE pada bidang ABCD, ditetapkan dua titiknya, dan
dipilih ujung-ujungnya D dan E. Proyeksi dari titik D pada bidang ABCD adalah titik D
sendiri.
e.
Sudut antara CH dengan proyeksinya pada bidang EFGH adalah sudut antara CH dengan
proyeksinya pada bidang EFGH. Proyeksi CH pada bidang EFGH adalah GH. Jadi sudut
antara CH dengan bidang EFGH adalah sudut antara CH dan GH; atau < CHG.
49
Latihan
1. Pada kubus ABCD.EFGH dengan AB = a cm, titik N adalah titik potong diagonal
bidang atas EFGH dan garis CE memotong garis AN di titik K
a. Tentukan perbandingan antara panjang garis EK dan KC
b. Jika titik K adalah proyeksi titik K pada bidang ABCD, buktikan bahwa AK :
KC = EK : KC = 1 : 2
2. Diketahui limas T.ABCD. tentukan panjang proyeksi garis TA pada bidang ABCD dan
proyeksi garis TA pada bidang TBD. Jika panjang AB = 4 cm dan TA = 4
2 cm.
2 cm.
Melalui titik D dibuat bidang yang sejajar dengan garis BC, membentuk sudut 45 0
dengan bidang ABC, dan memotong garis BE dan CF berturut-turut di titik P dan Q,
sehingga:
a. BP : PE = 1 : 1
b. Proyeksi garis DP pada bidang BCFE adalah 2
2 cm
50
C. Jarak
Dalam Geometri kata jarak diberi arti yang jelas. Kata jarak selalu dikaitkan dengan
hubungan dari dua benda. Dalam Geometri benda-benda dipandang secara umum sebagai
himpunan titik-titik tertentu, misalnya berupa sebuah titik, ruas garis, garis, bidang atau
bangunan Geometri yang lain. Jika secara umum sebuah bangun geometri dinamakan G 1 dan G2,
D1
D2
D3
D2 adalah jarak antara bangun G1 dan G 2. maka jelas bahwa jarak sebagai ruas garis terpendek
yang menghubungkan titin k-titik pada kedua bangun.
a. Jarak Titik
Suatu titik hanya ditentukan oleh letaknya, tetapi tidak mempunyai besaran (ukuran),
dikatakan suatu titik tak berdimensi. Sebuah titik dilukiskan dengan tanda nokhtah, kemudian
dibubuhkan dengan nama titik itu. Biasanya nama titik itu menggunakan huruf capital.A,,C,P,Q
atau R. pada gambar diperlihatkan dua buah titik yaitu titik A dan titik B
.B
A
(a) titik A
(b) titik B
Jarak
antara sebuah titik A ke garis g (titik A berada di luar garis g) dapat dicari dengan cara
sebagai berikut
Tariklah garis dari titik A tegak lurus terhadap garis , sehingga memotong garis tersebut di B,
maka AB adalah jarak yang dimaksud itu.
Gambar
B
g
A
51
Contoh Soal :
1. Diketahui balok ABCD.EFGH denga panjang rusuk AB = 10 cm, AD = 8cm, dan AE = 6 cm.
Titik O merupakan titik potong diagonal bidang alas AC dan BD. Hitung:.
a) A ke bidang BCGF
b) A ke bidang CDHG
c) O ke bidang ABFE
H
F
D
O
C
B
a) Jarak titik A ke bidang BCGF adalah AB = 10 cm, sebab AB tegak lurus bidang BCGF.
b) Jarak titik A ke bidang CDHG adalah AD = 8 cm, sebab AD tegak lurus bidang CDHG.
c) Jarak titik O ke bidang ABFE adalah OP = PQ = 8 = 4 cm.
2.
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm. Carilah jarak titik C ke bidang
BDG
H
F
D
O
P
C
B
52
Jawab:
Jarak titik C ke bidang BDG adalah ruas garis yang dibuat melalui C dan tegak lurus terhadap
garis GP.
Diagonal AC = a2 = 42, sehimgga PC = AC = 22 cm.
Perhatikan PCG:
PG2 = 42 + (22)2 = 24
PG = 26
Sin = CG/ PG = 4/ 26 = 1/3 6
Perhatikan COP:
Sin = CO/CP
CO = CP Sin
CO = 22 (1/3 6)
CO = 4/3 3 cm
Jadi, jarak titik C ke bidang BDG sama dengan 4/3 3 cm
Latihan
1. Diketahui kubus ABCD.EFGH.
H
E
G
F
G
F
53
3. Jika panjang rusuk kubus adalah 9 cm. maka hitunglah jarak C ke diagonal FD adalah
H
F
D
k
A
B
g
h
Jarak antara dua garis sejajar, seperti AB dan CD pada gambar , adalah ruas garis PQ, garis
tegak lurus diantara dua garis sejajar tersebut.
A
54
h
A
g
Garis h menembus bidang di titik A, sedangkan titik A tidak terletak pada garis g. dalam hal
demikian garis g dan h dikatakan bersilangan.
Latihan!
1.
2.
T.ABC adalah bidang empat beraturan, degan AB = 16. jika P dan Q masing-masing
pertengahan TA dan BC, maka tentukan PQ.
3.
Diketahui bidang empat D.ABC beraturan dengan AB = 10, dengan titik P dan Q
masing-masing merupakan titik tengah dari BA dan DC. Hitunglah jarak AB ke CD!
55
f. Jarak Bidang
1.Jarak Antara Sebuah Titik dan Sebuah Bidang
Definisi
Ruas garis yang menghubungkan titik itu dengan proyeksinya pada bidang tersebut
Panjang ruas garis yang tegak lurus menghubungkan titik tersebut dengan bidang
A
Ruas garis d yang tegak lurus bidang V
menunjukkan jarak antara
titik A dan bidang V.
A1 merupakan proyeksi titik A pada bidang V
A1
V
Contoh :
1. Pada sebuah balok yang bidang alasnya ABCD dan rusuk-rusuk tegak AE, BF, CG
dan DH. Tentukanlah ruas garis yang menyatakan jarak antara titik D
dan bidang BCGF!
Jawab :
C merupakan proyeksi D pada bidang BCGF, sehingga
Ruas garis DC merupakan jarak antara titik D dengan bidang BCGF.
2. Panjang rusuk kubus ABCD.EFGH di bawah ini adalah 6 cm.
Hitunglah jarak antara titik F ke bidang ABCD.?
H
F
D
C
6 cm
B
56
Jawab:
Ruas garis BF merupakan ruas garis yang menunjukkan jarak antara titik F dengan bidang
ABCD,sehingga jarak yang dimaksudkan adalah 6 cm
2. Jarak Antara Sebuah Garis dan Sebuah Bidang yang Saling Sejajar
Definisi
Panjang ruas garis yang masing-masing tegak lurus terhadap
garis dan bidang tersebut
Panjang ruas garis PQ dengan Q proyeksi P ke bidang V,
PQ r garis l ,dan PQ rbidang V
P
l
Q
V
Contoh :
Diketahui balok ABCD.EFGH dengan panjang AB = 6 cm, BC = 4 cm dan
BF = 8 cm. Hitunglah jarak antara garis AC dan bidang EFGH.?
H
F
D
8 cm
Jawab :
Jarak antara garis AC dan bidang EFGH dapat diwakili oleh ruas garis AE atau CG, sehingga
jarak yang dimaksud adalah 8 cm
57
V
Ruas garis AA1 merupakan
jarak antara dua bidang tersebut
A1
U
Contoh :
1. Diketahui sebuah balok PQRS.TUVW. Tentukanlah ruas garis yang menyatakan
jarak antara bidang PQUT dan bidang RSWV!
Jawab:
Ruas garis PS, QR, TW dan UV tegak lurus bidang PQUT dan bidang RSWV.
Sehingga ruas garis tersebut dapat dinyatakan sebagai jarak antara bidang PQUT dan
Bidang RSWV
2. Diketahui balok ABCD.EFGH dengan panjang AB = 6 cm, BC = 4 cm dan
BF = 8 cm. Hitunglah jarak antara bidang ABCD dan EFGH.?
H
F
8 cm
D
C
4 cm
6 cm
Jawab :
58
Jarak bidang ABCD dengan bidang EFGH dapat diwakili oleh ruas garis AE, DH, BF dan CG,
sehingga jarak yang dimaksudkan adalah8 cm.
Latihan!
1. Diketahui balok ABCD.EFGH dengan panjang rusuk AB = 10 cm, AD = 8 cm, dan
AE = 6 cm. Titik O merupakan titik potong diagonal bidang alas AC dan BD.
Carilah jarak titik :
a. A ke bidang BCGF
d. O ke bidang ABFE
b. A ke bidang CDHG
e. O ke bidang BCGF
c. A ke bidang EFGH
f. O ke bidang EFGH
5 cm
A
5 cm
5 cm
B
59
D. Sudut
1. Sudut antara garis dan bidang
Jika sebuah garis tidak tegak lurus pada sebuah bidang, maka sudut antara garis itu dan
bidang tersebut adalah sudut lancip antara garis itu dengan proyeksi garis itu pada bidang
tersebut. Adapun sudut antara garis dan bidang dapat ditentukan sebagai berikut:
Contoh Soal:
1. ABCD.EFGH adalah sebuah kubus. Tentukan titik tembus antara garis dan bidang
berikut serta beri nama sudut yang dibentuk antara keduanya.
a. Garis AH dan bidang ABCD
b. Garis AG danbidang ABCD
c. Garis HF dan bidang BCGF
Jawab:
H
H
E
D
Gambar 1
C
B
E
F
F
A
Gambar 2
C
B
Gambar 3
a. Titik tembus HA dan ABCD adalah titik A. Proyeksi H pada ABCD adalah titik D
(Buktikan bahwa Hd tegak lurus ABCD). Sudut antara HA danABCD adalah sudut
antara HA dan DA, yaitu sudut HAD, seperti pada gambar 1
b. Titik tembus GA dan ABCD adalah titik A. Proyeksi G pada ABCd adalah titik C
(buktikan bahwa GC tegak lurusABCD). Jadi, proyeksi GA pada ABCD adalah CA.
60
Sudut antara GA dan ABCD adalah sudat antara GA dan CA, yaitu sudut GAC,
seperti pada gambar 2.
c. Titik tembus HF pada BCGF adalah titik F (buktikan bahwa HG tegak lurusBCGF).
Jadi, proyeksi HF pada BCGF adalah GF. Sudut antar HF dan BCGF adalah sudut
anatar HF dan GF yaitu sudut HFG, seperti pada gambar 3.
2. Diketahui limas tegak beraturan T.ABCD dengan rusuk 4 cm dan rusuk tegaknya 6 cm.
a. Tunjukkan sudut antara garis AB dengan bidang ACT.
b. Hitunglah besar sudut antara garis AB dengan bidang ACT.
Jawab:
a. Jika pusat diagonal alas ABCD kita sebut P, maka proyeksi garis AB terhadap bidang
ACT adalahgaris AP, sehingga sudut antara AB dan bidang ACT adalah BAP
b. Perhatikan segitiga siku-siku ABP. Jika sudut tersebut kita namakan , maka:
T
sin =
BP
AB
sin =
2 2
4
sin =
1
2
C
A
= 45
P
B
Contoh Soal:
1. Pada kubus ABCD.EFGH, hitunglah sudut antara bidang BDE daan BDG.
61
Jawab :
H
E
F
C
D
A
Misalkan panjang sisi kubus ABCD.EFGH adalah a satuan. Pada gambar diperlihatkan
bidang BDE dan BDG yang berpotongan dengan garis potong BD. Misalkan P titik pusat
ABCD. Karena pada kubus ABCD.EFGH berlaku BD tegak lurus ACGE, maka BD tegek
lurus EP, EP pada bidang BDE dan BD tegek lurus GP, GP pada bidang BDG. Jadi,
a
2a
2,
dan tegak lurus pada alas. Jika BC = 10, maka sudut antara TBC dan
Jawab
T
62
B
AS tegak lurus BC
Karena sudut BAC = 90 dan AB = AC, maka ABC = ACB = CAS = 45.
Karena ACS = CAS = 45, maka AS = CS =
1
1
BC =
. 10 = 5
2
2
AT
5 3
=
AS
5
3
, maka = 60
A
m
O
n
Contoh Soal:
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm.
a.
63
b.
Jawab:
G
F
E
a.
b.
Latihan!
1.
Pada kubus ABCD.EFGH, hitunglah sudut antara garis BG dengan bidang ACGE dan
BA dengan bidang ACGE.
2.
P.ABCD merupakan limas beraturan. Panjang sisi persegi adalah 2 cm dan panjang
rusuk tegak PA adalah
cm. Jika adalah sudut antara bidang PAB dan bidang PCD.
Hitunglah sin .
3.
4.
Pada bidang empat T.ABC, bidang alas ABC merupakan sama sisi, TA teagk lurus pada
bidang alas, panjang TA sama dengan 1 dan besar sudut TBA adalah 30. Jika adalah
sudut antara bidang TBC dan bidang alas, maka tan = ... (UMPTN 1998)
5.
BAB V
IRISAN BIDANG
64
Jika suatu bidang datar memotong suatu bangun ruang maka akan diperoleh bidang irisan.
Suatu bidang yang memotong bangun ruang maka perpotongannya disebut bidang irisan. Untuk
menentukan irisan bidang dengan bangun ruang dapat digukana 3 cara yaitu menggunakan :
1. sumbu affinitas
2. perpotongan bidang diagonal
3. perluasan bidang sisi.
G
S
1. Pengertian Irisan
E
K
Q
C
T
Sumbu afinitas
B
P
Garis-garis potong QR, RS, ST, TP, dan PQ ini membentuk bidang yang disebut irisan atau
penampang antara bidang dengan kubus ABCD.EFGH.
Definisi Irisan:
Irisan antara bidang dengan bangun ruang adalah sebuah bangun datar yang dibatasi
oleh garis-garis potong antara bidang itu dengan bidang-bidang sisi dari bangun ruang,
sehingga irisan itu membagi bangun ruang menjadi dua bagian.
Contoh:
1. Lukislah bidang irisan kubus ABCD.EFGH yang melalui titik P, Q, dan R!
H
E
P
A
Jawab:
Langkah penyelesaian:
a. Lukislah garis yang melalui titik R dan Q.
b. Perpanjang garis DC sehingga memotong RQ di S
66
Q
D
T
P
A
Sumbu afinitas
LATIHAN
Soal 1 dan 2 menggunakan kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm.
1. Titik K terletak pada pertengahan rusuk AD, titik L terletak pada rusuk DH sehingga DL
= DH. Bidang melalui garis KL dan sejajar dengan rusuk AB.
a. Gambarlah irirsan bidang dengan kubus.
b. Sebutkan bentuk bangun datar irisan itu, kemudian hitung luasnya.
2. Titik-titik K dan L adalah pertengahan rusuk AD, AB, dan BF. Bidang melalui titiktitik K, L, M.
a. Gambarlah irisan bidang dengan kubus.
b. Sebutkan bentuk bangun datar irisan itu, kemudian hitung luasnya.
c. Misalkan irirsan yang diperoleh pada soal (a) bertindak sebagai alas sebuah limas
dengan titik puncak E, hitunglah:
(i)
(ii)
(iii)
volume limas
67
dan AD =
a. Gambarlah prisma itu dengan bidang ABED frontal, AB horisontal, sudut surut 60o
dan perbandingan ortogonal .
b. Titik K pada AB sehingga AK : AB = 1 : 3, titik L pertengahan BE. Bidang melalui
titik F, K, dan L. Gambarlah irirsan bidang dengan prisma.
4. Terdapat limas segiempat beraturan T.ABCD dengan AB = TA 4 cm. Titik K pada
perpanjangan AB sehingga BK = AB, titik L pada perpanjangan CB sehingga BL=BC,
dan titik M pertengahan rusuk TB. Bidang melalui titik-titik K, L, dan M. Gambarlah
irisan antara bidang dan limas T.ABCD.
Dalil :
Banyaknya diagonal prisma segi-n.
Banyaknya bidang diagonal prisma segi-n adalah n(n-1).
Dalil tersebut merupakan perluasan banyaknya diagonal segi-n. Perlu kita ketahui bahwa
setiap perpotongan dua bidang diagonal pada prisma merupakan suatu garis yang sejajar
salah satu rusuk tegak. Pada gambar pada prisma ABCD.EFGH bidang diagonal ACGE dan
bidang diagonal BDHF berpotongan menurut garis MN, maka garis MN // AE.
68
CONTOH:
Diketahui prisma ABCD.EFGH pada gambar
Titik P pada rusuk AE, titik Q pada rusuk BF, titik R pada rusuk DH. Bidang melalui
ketiga titik tersebut. Dengan pertolongan perpotongan bidang diagonal lukis irisan bidang
dengan prisma ABCD.EFGH.
Penyelesaian:
Langkah-langkah: (Perhatikan gambar)
a. Melukis garis MN yang merupakan perpotongan bidang diagonal ADGE dan bidang
diagonal BDHF.
b. Menentukan titik tembus CG pada bidang irisan dengan cara:
Catatan
Dengan menggunakan pertolongan bidang diagonal memiliki keuntungan tidak
memerlukan tempat yang luas. Cara ini memiliki kelemahan yaitu apabila prisma segi-n
dan n cukup besar lukisan terlihat rumit.
Penyelesaian :
1) Lukis garis XY yang merupakan perpotongan bidang tegak ABGF dan CDIH dengan
cara menentukan titik X yang merupakan perpotongan garis AB dan DC pada bidang
alas. Menentukan titik Y yang merupakan perpotongan FG dan IH pada bidang atas.
2) Titik tembus CH pada bidang irisan ditentukan dengan cara menentukan titik S yang
merupakan perpotongan garis KL dengan XY. Menentukan titik N yang merupakan
perpotongan garis SM dan rusuk CH.
70
3) Lukis garis UV yang merupakan perpotongan bidang tegak CBGH dan DEJI dengan
cara menentukan titik U yang merupakan perpotongan garis BA dan DE pada bidang
alas. Menentukan titik V yang merupakan perpotongan GF dan IJ pada bidang atas.
4) Titik tembus EJ pada bidang irisan ditentukan dengan cara menentukan titik T yang
merupakan garis LN dengan UV. Menentukan titik R yang merupakan perpotongan garis
MT dan rusuk EJ.
penampang
ABCDE.FGHIJ.
Catatan : Perluasan bidang tegak tidak selalu berpotongan, yaitu apabila kedua bidang
tegak tersebut sejajar. Apabila dijumpai hal yang demikian dapat dipilih alternative
penyelesaian berikut:
1. Digunakan perluasan bidang tegak yang sejajar.
2. bidang irisan memotong kedua bidang tegak yang sejajar, maka perpotongannya berupa
dua garis sejajar.
Contoh:
Diketahui prisma ABCDE.FGHIJ pada gambar ! AB // ED.
Titik P pada rusuk AF, titik Q pada rusuk BG, titik R pada rusuk EJ. Bidang melalui ketiga
titik tersebut. Dengan menggunakan perluasan bidang tegak, lukis irisan bidang dengan
prisma ABCDE.FGHIJ.
71
Penyelesaian:
Mengingat AB // ED, maka bidang ABGF // bidang EDIJ, sehingga perluasan kedua bidang
tersebut tidak berpotongan. Oleh karena itu sebagai langkah pertama yang diperluas adalah
bidang tegak yang lain yaitu: bidang sisi tegak AEJF dan BCHG yang berpotongan di XY.
Cara melukis garis XY sebagai berikut.
1.
Menentukan titik X yang merupakan garis EA dan CB pada bidang alas. Menentukan
titik Y yang merupakan perpotongan JF dan HG pada bidang atas.
2.
Titik tembus CH pada bidang irisan ditentukan cara menentukan titik S yang
merupakan perpotongan garis RP dengan XY. Menentukan titik N yang merupakan
perpotongan garis SQ dan rusuk CH. Lihat gambar !
3. Lukis garis UV yang merupakan perpotongan bidang tegak ABGF dan DCHI dengan
cara menentukan titik U yang merupakan perpotongan garis AB dan DC pada bidang
alas. Menentukan titik V yang merupakan perpotongan FG dan IH pada bidang atas.
4. Titik tembus DI pada bidang irisan ditentukan dengan cara menentukan titik T yang
merupakan perpotongan garis PQ dengan UV. Menentukan titik K yang merupakan
perpotongan garis TN dan rusuk DI.
Lihat gambar !
Kesimpulan:
PQNKR merupakan penampang irisan bidang dengan prisma ABCDE.FGHIJ.
72
Contoh:
Diketahui limas T.ABCD pada gambar di bawah ini.
Titik R pada rusuk TA, Titik L pada rusuk TB, Titik M pada rusuk TC.
Bidang melalui ketiga titik tersebut. Dengan pertolongan-pertolongan bidang diagonal
lukis irisan bidang dengan limas T.ABCD.
73
Penyelesaian:
Untuk menyelesaikan soal tersebut dikerjakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Dilukis garis potong bidang diagonal TAC dengan bidang diagonal TBD yaitu garis PT
dengan cara sebagai berikut:
a.
b.
2. Menentukan
titik tembus TD
pada
bidang
irisan
dengan
cara:
a. Tentukan
titik O yang merupakan perpotongan garis KM dengan garis PT.
b. Perpanjangan garis LO memotong rusuk TD di titik N. Titik N merupakan titik
tembus PD dengan bidang irisan. Dengan demikian bidang KLMN adalah bidang
irisan pada limas. Cara ini tidak memerlukan tempat yang luas, tetapi terlihat rumit
jika langkah-langkah yang dilukis menjadi satu.
74
Diketahui limas T.ABCD. Titik R pada rusuk TA, Titik L pada rusuk TB, Titik M pada rusuk
TC. Bidang melalui ketiga titik tersebut. Dengan pertolongan-perpotongan bidang
diagonal lukis irisan bidang dengan limas T.ABCD. Penyelesaian:
a. Lukis perpotongan bidang tegak TAB dan TCD dengan cara:
b. Titik tembus TD pada bidang irisan ditentukan dengan cara menentukan titik S yang
merupakan garis LK dengan TR. Menentukan titik N yang merupakan titik perpotongan
garis SM dan rusuk TD. Lihat gambar!
Dengan demikian bidang KLMN adalah irisan bidang dengan limas T.ABCD.
Catatan: Perpotongan perluasan dua bidang sisi tegak yang berupa garis lurus tidak selalu
menembus bidang alas. Kejadian demikian terjadi apabila rusuk alas yang termuat pada
bidang tegak yang diperluas sejajar. Lihat gambar !
Perhatikan bahwa perluasan dua bidang tegak yang memuat rusuk alas sejajar
perpotongannya merupakan suatu garis yang melalui puncak dan sejajar rusuk alas tersebut.
Lihat gambar !
75
Contoh diketahui limas T.ABCD, alas ABCD berbentuk jajaran genjang. titik Q pada rusuk
TA, titik Q pada rusuk TB, titik R pada rusuk TD.
Bidang melalui ketiga titik tersebut. Dengan pertolongan perpotongan bidang diagonal
lukis irisan bidang dengan limas T.ABCD.
Langkah penyelesaian:
a. Lukis garis g melalui T dan sejajar AB atau DC, garis tersebut merupakan
perpotongan dari perluasan bidang TAB dan TDC.
b. Tentukan titik tembus TC pada bidang dengan cara menentukan titik S yang
merupakan perpotongan garis QP dengan garis g. Selanjutnya garis hubungan SR
akan memotong TC di N. Perhatikan gambar
76
LATIHAN
1. Sebuah prisma segilima ABCDE.FGHIJ, P pada ID, Q pada CH dan R pada BG. Bidang
melalui P,Q, dan R. Lukis penampang irisan bidang prisma tersebut!
2. Pada prisma ABCDE.FGHIJ pada gambar ditentukan titik K, L dan M berturut K pada
AF, L pada BG dan M pada DI. Tentukan irisan bidang melalui K, L dan M dengan
prisma ABCDE.FGHIJ.
3. Diketahui limas T.ABCDE!
Titik P pada rusuk TA, titik Q pada rusuk TC, titik R pada rusuk TD. Bidang melalui
ketiga titik tersebut. Lukis irisan bidang dengan limas T.ABCDE!
4. Diketahui limas T.ABCDE!
Titik P pada rusuk TA, titik Q pada rusuk TB, titik R pada rusuk ED. Bidang melalui
ketiga titik tersebut. Lukis irisan bidang dengan limas T.ABCDE!
5. Sebuah limas T.ABCDE dengan titik K pada rusuk TE. Titik H pada rusuk TC, dan titik
R pada rusuk TD. Bidang melalui ketiga titik tersebut. Lukis irisan bidang dengan
limas T.ABCDE!
77
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2004). Bangun Ruang Sisi Datar. Jakarta: Direktorat PLP Depdiknas.
________. (2004). Bangun Ruang Sisi Lengkung. Jakarta: Direktorat PLP Depdiknas
Iswadi, Joko. (1993). Geometri Ruang. Jakarta: Depdikbud.
Murzaini, Raja Leni. 2005. Melukis Irisan Antara Bidang dan Bangun Ruang dengan
Menggunakan Sumbu Afinitas. http://leni.wordpress.com/bahan_ajar/irisan_made_leni/.
Diakses tanggal 17 Februari 2007.
Rahayu. Budi Endah. (2003). Media Pembelajaran (Lukisan Dasar). Bahan Pelatihan
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat
PLP Depdiknas.
Soewardi. (1984). Melukis Bentuk Geometri. Jakarta: PT Gramedia.
Sunardi & Haryanta. (1997). Matematika untuk Kelas II SLTP. Jakarta: Cempaka Putih.
Suwarsono. (2003). Media Pembelajaran (Geometri Dimensi Tiga). Bahan Pelatihan
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat
PLP Depdiknas.
Tampomas, Husein. 1999. Seribu Pena Matematika SMU kelas 3. Jakarta: Erlangga.
Tim Penyusun. 2003. Panduan Materi SMA/MA (IPA). Jakarta: DEPDIKNAS.
Winarno. 2004. Bimbingan Pemantapan Matematika IPA. Bandung Yrama Widya.
Wirodikromo, Sartoto. (1995). Matematika untuk SMU Kelas 1 Caturwulan 2. Jakarta:
Erlangga.
78